Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
CITRA
SEDERHANA RS SIMPANGAN DEPOK TERKAIT PREFERENSI PASIEN DALAM MEMILIH RUMAH
SAKIT
Retno Arimby,
Wiku Bakti Bawono Adisasmito
Magister Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Indonesia
Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Peningkatan
jumlah rumah sakit di wilayah Depok tentu berdampak pada kompetisi rumah sakit
sebagai penyedia jasa layanan kesehatan. Banyak faktor yang dapat berkontribusi
terhadap pilihan pasien terhadap rumah sakit, kebutuhan dan preferensi pasien
terhadap rumah sakit yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sudut pandang tentang alasan pasien memilih rumah sakit dengan citra
bangunan yang lebih sederhana, mempelajari preferensi pasien, dan
menentukan faktor yang penting bagi mereka dalam memilih rumah sakit.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Peneliti menggunakan instrumen utama berupa kuesioner dari data 30 responden di
unit rawat jalan Rumah Sakit Simpangan Depok yang dikumpulkan pada bulan Juni
2023 dengan teknik simple random sampling. Kemudian dilakukan analisis
data secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor place
merupakan pertimbangan utama terkait preferensi pasien dalam memilih layanan
kesehatan di Rumah Sakit Simpangan Depok. Dilihat dari sisi lain yaitu latar
belakang pendidikan dan asumsi terhadap pendapatan pasien di RS Simpangan Depok
memiliki ekspektasi yang tidak terlalu tinggi terhadap sarana dan prasarana di
rumah sakit.
Kata Kunci:
citra sederhana, rumah sakit, preferensi pasien
Abstract
The increase in the number of hospitals in the Depok
area certainly has an impact on hospital competition as a provider of health
services. Many factors can contribute to a patient's choice of hospital, and
the patient's needs and preferences for the hospital must be considered in
planning and making hospital decisions. This study aims to find out the
perspective of patients' reasons for choosing a hospital with a simpler
building image, to study patient preferences, and to determine the factors that
are important to them in choosing a hospital. This research uses a qualitative
approach with a case study method. The researcher used the main instrument in
the form of a questionnaire from data from 30 respondents at the outpatient
unit at Simpang Depok Hospital which were collected in June 2023 using a simple
random sampling technique. Then performed descriptive data analysis. The
results of this study indicate that the place factor is the main consideration
related to patient preferences in choosing health services at Simpang Depok
Hospital. Viewed from the other side, namely educational background and
assumptions about patient income at Simpang Depok Hospital, expectations are
not too high for the facilities and infrastructure at the hospital.
Keywords: simple image, hospital, patient preference.
Pendahuluan
Di
era globalisasi saat ini, rumah sakit tidak hanya mengembang misi sosial namun dengan
adanya berbagai
perubahan telah mengubah pandangan tentang adanya peningkatan persaingan di antara
organisasi rumah sakit sebagai penyedia
jasa
layanan
kesehatan (Sibbel, 2001). Rumah sakit harus mengembangkan dan mengimplementasikan
rencana untuk menarik lebih banyak pasien guna memastikan mampu survival
dan success serta kemudian memiliki daya saing tinggi agar dapat
mendominasi pasar (Widajat, 2009). Mengingat sifat kompetitif rumah sakit
saat ini dan
banyaknya faktor yang dapat berkontribusi terhadap pilihan pasien terhadap
rumah sakit, kebutuhan dan preferensi pasien terhadap rumah sakit harus
dipertimbangkan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan rumah sakit. Dengan
meningkatnya minat pasien terhadap rumah sakit akan meningkatkan kunjungan ke
rumah sakit.
Bentuk
fisik dan interior juga merupakan salah satu citra visual yang merupakan bagian
dari corporate image (citra perusahaan) berperan dalam menentukan
penilaian konsumen terhadap rumah sakit tersebut. Dalam penelitian tentang efek
citra perusahaan terhadap loyalitas pelanggan, Andreassen et al (1988)
mengungkapkan bahwa penyediaan fasilitas oleh pengelola pada lingkungan
perusahaan dapat meningkatkan citra perusahaan. Selain itu cara terpenting
untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas layanan yang
diberikan (Jenkinson, 2005; Merle, 2009) dengan mempertimbangkan harapan dan
preferensi pasien berdasarkan pendapat dan komentar mereka (Torres, 2004; Davis,
2005). Bentuk fisik yang menarik dan layanan yang berkualitas akan memberikan
kenyamanan dan kemudahan sehingga menimbulkan kesan yang baik dalam benak
konsumen sehingga menjadikan citra rumah sakit tersebut meningkat (Giovanis et
al, 2014).
Pada
dasarnya bangunan rumah sakit memiliki hubungan langsung dengan kualitas
layanan medik dikarenakan bangunan yang baik akan memberikan tingkat kenyamanan
yang tinggi bagi pengunjung. Bentuk fisik dan interior dari bangunan rumah
sakit yang baik akan dapat mengurangi kesan menyeramkan. Setiap ruang dalam
rumah sakit akan menunjang setiap pelayanan kesehatan yang diberikan serta
meminimalkan tuntutan terkait kenyamanan pasien. Selain aspek sarana, fasilitas
berdaya guna sebagai daya tarik dan faktor yang menentukan pilihan masyarakat.
Masyarakat akan lebih memilih rumah sakit dengan gedung yang nyaman dan desain
serta penempatan yang tertata. Kompetisi yang terus menerus dikembangkan oleh
pihak rumah sakit ini mengharuskan rumah sakit untuk dapat menyesuaikan diri
sehingga mampu memberi nilai tambah pada konsumennya. Ketika pasien memiliki
persepsi yang baik tentang rumah sakit dan pendapat serta keyakinan mereka
dipertimbangkan, mereka mungkin akan kembali, dan kerabat serta teman mereka
akan datang ke rumah sakit itu juga (Lee, 2007).
Meningkatnya
jumlah rumah sakit di wilayah Depok akan menjadi sebuah tantangan bagi
pengelola rumah sakit karena menimbulkan persaingan yang cukup ketat. Dilihat
dari jumlah rumah sakit hingga saat ini berjumlah 44 unit di setiap kecamatan: Sawangan
3, Bojongsari 1, Pancoran Mas 4, Sukmajaya 3, Cilodong 2, Cimanggis 4, Tapos 1,
Beji 1, Cinere 1, Kota Depok 22 (BPS, 2022). Data tersebut menunjukkan terjadi
pertumbuhan pesat untuk jumlah rumah sakit di wilayah Depok dan memperlihatkan
persaingan yang terjadi antar rumah sakit karena semakin banyak pilihan bagi
konsumen. Rumah sakit yang memiliki brand yang sudah dikenal oleh
masyarakat luas memiliki daya saing yang lebih kuat dibanding brand-brand
yang lain. Dengan asumsi bahwa rumah sakit umum swasta memiliki tingkat
kompetisi atau daya saing yang tinggi, maka masing-masing rumah sakit saling
meningkatkan mutu, citra dan pelayanannya (Rusmin et al, 2017).
Oleh
karena itu, untuk menilai citra dari rumah sakit, setiap sudut pandang harus
diukur dengan tepat. �Selain itu,
faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pasien harus dipertimbangkan (Bjorngaard
JH, 2007). Memperhatikan pendapat dan
preferensi pasien adalah salah satu faktor yang membuat organisasi pelayanan
kesehatan berhasil sejak tahun 1990-an (Schulmeister, 2005). Layanan berkualitas tinggi dapat menarik pasien
baru dan mempertahankan pasien yang sudah ada, serta memperkuat hubungan
pasien-penyedia (Zarei, 2012). Beberapa studi penelitian sebelumnya terkait preferensi
pasien berkunjung difokuskan pada kualitas pelayanan sudah menjadi hal biasa.
Selain menjadi hal yang baik secara moral untuk memasukkan preferensi pasien,
melakukan hal itu dapat mengarah pada peningkatan dalam layanan berkelanjutan. Penelitian
telah menunjukkan bahwa beberapa faktor mempengaruhi pilihan pasien terhadap
rumah sakit, seperti biaya, fasilitas yang tersedia, perilaku karyawan (Mosadeghrad, 2012), reputasi
rumah sakit (Mosadeghrad,
2012; Pawlush, 1981),
partisipasi fasilitas kesehatan jaringan dan persaingan pasar rumah sakit (Roh, 2008), fisik lingkungan (Mosadeghrad, 2012; Pawlush,
1981), cara menyediakan dan menyesuaikan layanan (Pawlush, 1981), kualitas
layanan (Habtom, 2007; Adams et al., 1991), lokasi dan aksesibilitas
rumah sakit (Adams et al., 1991 ; Luft et al., 1990), dan variasi
layanan (Roh, 2008; Goldsteen, 1990; Phibbs et al, 1993).
Para
peneliti dari penelitian ini tidak menemukan penelitian serupa yang dilakukan
di rumah sakit dengan citra bangunan yang sederhana. Selain itu, karena
sebagian besar pasien tinggal di wilayah yang memiliki banyak rumah sakit dalam
lokasi yang berdekatan dengan tampilan gedung yang lebih atraktif dan juga
melayani asuransi maupun JKN. Kekuatan dari penelitian ini adalah penyelidikan
dari sudut pandang tentang alasan pasien memilih rumah sakit dengan citra
bangunan yang lebih sederhana. Topik ini belum banyak diperhatikan dalam
penelitian lain yang hanya mempertimbangkan preferensi pasien terhadap
pelayanan. Melihat fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor
yang dapat menjadi �magnet� dan berkontribusi pada pilihan pasien terhadap
rumah sakit, mempelajari preferensi pasien dan menentukan faktor yang penting
bagi mereka dalam memilih rumah sakit merupakan bagian dari rencana utama
organisasi rumah sakit. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis citra rumah sakit yang sederhana mampu mempengaruhi
preferensi pasien dalam memilih rumah sakit di wilayah Depok. Hal ini sangat
penting, terutama bagi pasien yang memiliki kebutuhan dan preferensi yang
berbeda dari pasien lain (Dwight, 2004).
Banyak
faktor yang dapat dikaji, dianalisa dan didalami pada fenomena bagaimana aspek
citra bangunan rumah sakit sederhana ini mampu menjadi magnet dari RS Simpangan
Depok pada masyarakat setempat sebagai konsumen pelayanan kesehatan sehingga
mempengaruhi preferensi dalam pemilihan rumah sakit.
Metode
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, yaitu analisis
secara mendalam terhadap suatu peristiwa. Dalam hal ini peneliti menggunakan
instrument utama berupa kuesioner dari data yang dikumpulkan pada bulan Juni
2023. Penelitian dilakukan di unit rawat jalan Rumah Sakit Simpangan Depok.
Jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 30 responden. Hal ini sesuai pendapat
Singarimbun dan Effendi (1995) yang mengatakan bahwa jumlah minimal uji coba
kuesioner adalah minimal 30 responden. Dengan jumlah minimal 30 orang maka
distribusi nilai akan lebih mendekati kurve normal. Teknik pengumpulan sampel
dalam penelitian ini adalah acak sederhana (simple random sampling)
dengan menggunakan kriteria inklusi dari penelitian ini adalah: 1) pasien yang
berobat di poli rawat jalan, 2) usia pasien >20 tahun, 3) mampu memberikan
jawaban mengenai preferensi mereka dalam pemilihan rumah sakit), 4) domisili di
Depok. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah pasien yang tidak bersedia
mengisi kuesioner. Semua pasien secara sukarela mengisi kuesioner yang
dibagikan oleh peneliti yang berisi pertanyaan terbuka yang mempengaruhi pilihan
mereka terhadap rumah sakit ini.
Hasil dan
Pembahasan
Penelitian
ini melibatkan sejumlah 30 responden terdiri dari 11 orang laki-laki dan 19
orang perempuan yang didominasi oleh responden dengan rentang usia 20-30 tahun.
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui kuesioner yang diisi oleh responden didapatkan
terdapat 6 faktor yang menurut responden mempengaruhi preferensi responden
terhadap RS Simpangan Depok. Jawaban dari responden diklasifikasikan ke dalam
tiga kategori, yaitu faktor place (dekat dengan rumah dan lokasi
strategis), faktor people (pelayanan yang ramah), dan faktor promotion
(rujukan dari klinik jejaring). Seperti yang disebutkan oleh Kotler &
Amstrong (2012) bauran pemasaran menekankan pada berbagai faktor yang kemudian
dikenal dengan istilah 4P yaitu product (produk), price (harga), place
(tempat), dan promotion (promosi) �
A. Place
Dari kuesioner didapatkan hasil tertinggi jawaban
sebanyak 19 orang dari 30 responden memilih berkunjung ke RS Simpangan Depok
sebagai tempat untuk memperoleh pelayanan kesehatan karena lokasi rumah sakit
yang dekat dengan rumah.
Gambar 1. Alasan Pemilihan Rumah Sakit
Gambar 2. Demografi Domisili Responden di RS Simpangan Depok
Dari data grafik tersebut menunjukkan bahwa responden
yang memilih berkunjung ke RS Simpangan Depok adalah berasal dari wilayah
kelurahan Cilangkap dan Sukamaju Baru yang terdiri dari 5 orang berdomisili di
Cilangkap dan 5 orang berdomisili di Sukamaju Baru. Sementara jarak Cilangkap
ke RS Simpangan Depok adalah 4,7 kilometer (km). Sedangkan untuk jarak dari
Sukamaju Baru ke RS Simpangan Depok adalah sejauh 3,8 kilometer (km).
Didapatkan pasien masih mau menjangkau untuk memilih berobat ke RS Simpangan
Depok dengan jangkauan terjauh pasien ke RS Simpangan Depok adalah dari
kelurahan Rangkapan Jaya yaitu sejauh 10,8 kilometer (km).
Pertimbangan pemilihan fasilitas kesehatan yang dekat
dengan rumah tempat tinggal memberikan keuntungan bagi pasien dalam memperoleh
akses yang mudah dan lancar karena lokasi rumah sakit yang dekat dari rumah akan
menghemat biaya pengeluaran, baik itu biaya pengobatan maupun biaya
transportasi. Lokasi yang strategis, mudah dijangkau oleh kendaraan pribadi
maupun umum akan semakin menguatkan pasien dalam memilih rumah sakit sebagai
tempat untuk berobat. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ali,
2017; Yulinda et al., 2016; Slamet, 2017; Nisa, 2019; Tafdilla 2016).
Menurut Handoko dalam Eka Putra (2011), penentuan
lokasi yang tepat akan meminimumkan biaya (investasi dan operasional) jangka
pendek maupun jangka panjang dan ini akan meningkatkan daya saing perusahaan
dalam sektor jasa. Feldstein (dalam Khudhori, 2012) menyatakan bahwa faktor
ekonomi yang meliputi pendapatan, harga pelayanan medis, dan nilai waktu yang
dipergunakan untuk pergi berobat menjadi faktor penentu permintaan seorang
penderita sakit terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini berbeda dengan penelitian
Kafa (2013) menyatakan variabel bauran pemasaran lokasi tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap keputusan pasien memilih rumah sakit. Leawaty et al.,
(2018) yang menyatakan bahwa faktor place (lokasi) terhadap loyalitas pasien
berpengaruh kecil pada rumah sakit khusus. Hasil penelitian lain yang serupa
oleh Latifah (2019) bahwa jarak dan fasilitas rumah sakit menjadi pertimbangan
utama pasien.�
Lokasi yang strategis akan menjadi salah satu faktor
penentu kesuksesan suatu rumah sakit terkait dengan pasar potensial suatu rumah
sakit karena dapat mempengaruhi keputusan pasien dalam memilih rumah sakit yang
akan dipilih. Dalam kondisi sakit dan butuh penanganan medis yang segera (urgent),
maka pasien akan cenderung memilih rumah sakit terdekat dengan akses yang mudah
dijangkau. Namun hal ini akan berbeda jika pasien dalam kondisi yang tidak urgent
maka kemungkinan akan memilih rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih lengkap
sesuai dengan kebutuhan pasien meskipun dengan lokasi yang lebih jauh dari
rumah tinggal. Kemungkinan lain adalah adanya variabel lain yang lebih dominan
menjadi pertimbangan pasien misalnya product (pelayanan) yang meliputi upaya
jasa yang ditawarkan kepada pasien yang mungkin hanya akan didapatkan jika
pasien berobat ke rumah sakit tersebut, biasanya didominasi oleh pasien dengan
penghasilan tinggi sehingga tentunya tuntutan dalam memperoleh kualitas
pelayanan yang lebih baik akan tinggi.
Gambar 3. Persepsi Responden Tentang Sarana dan Prasarana di RS
Simpangan Depok
Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa
sebanyak sebanyak 50% responden menyatakan cukup, 40% responden menyatakan baik,
dan 10% responden menyatakan masih kurang terhadap sarana dan prasarana yang
ada di RS Simpangan Depok. Hal ini juga ditunjang dengan adanya data dari
observasi pendahuluan terkait banyaknya komplen pasien di rawat jalan terkait
dengan sarana dan prasarana yang ada di RS Simpangan Depok. Menurut pendapat
dari Gde Muninjaya (2004:239) bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengguna jasa pelayanan kesehatan yaitu penampilan fisik petugas, kondisi
kebersihan dan kenyamanan ruangan. Penampilan fisik gedung rumah sakit menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi pengguna jasa pelayanan kesehatan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gde Muninjaya (2004:239). Salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam pelayanan adalah kelengkapan yang mencakup pelayanan dan
ketersediaan sarana pendukung serta pelayanan komplementer lainnya (Vincent,
2006).
Pendukung fisik merupakan salah satu unsur penting
dalam bauran pemasaran, yang dimaksud dalam pendukung fisik disini adalah
lokasi eksternal dan internal bangunan rumah sakit. �Namun pada penelitian Nisa (2019) menyatakan
hubungan bauran pemasaran pendukung fisik (physical evidence) terhadap
keputusan pasien dalam memilih Rumah Sakit Univ. Ahmad Dahlan menunjukkan hasil
yang tidak signifikan. Penelitian ini didukung oleh penelitian lain dari
Tafdilla (2016) yang juga menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh antara persepsi
pasien tentang bauran pemasaran pendukung fisik (physical evidence) terhadap
keputusan pasien rawat jalan memilih layanan kesehatan di rumah sakit.
Penilaian pasien tentang physical evidence lingkungan
fisik rumah sakit yang meliputi desain atau bentuk bangunan di rumah sakit,
ruang tunggu, ruang perawatan, serta keseluruhan fasilitas di rumah sakit yang
dapat memberikan rasa nyaman akan mempengaruhi pasien dalam memilih rumah sakit
namun dimungkinkan adanya elemen bauran pemasaran lain yang lebih
dipertimbangkan oleh pasien sehingga tidak terlalu mengindahkan terkait dengan physical
evidence dan menjadikan pasien tetap memilih rumah sakit tersebut.
B.
People
Preferensi pemilihan rumah sakit berikutnya didapatkan
4 orang dari 30 responden juga menyatakan bahwa alasan pemilihan rumah sakit
dikarenakan pelayanan yang diterima baik. Responden menyatakan bahwa petugas di
unit rawat jalan memberikan sikap yang ramah dalam melayani pasien. Kualitas
rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk jasa kesehatan sudah
tentu bergantung juga pada kualitas pelayanaan medis dan pelayanan petugas yang
diberikan kepada pasien. Pelayanan memiliki kontribusi sangat besar terhadap
citra fasilitas kesehatan (Nursalam, 2013). Empati dan keramahan menjadi salah
satu hal penting yang akan mempengaruhi pemilihan pasien terhadap rumah sakit.
Penelitian terkait dengan empati petugas kesehatan dengan kepuasan pasien pernah
dilakukan sebelumnya oleh Siti Hartina Damopolii dan didapatkan hasil jika
terdapat hubungan antara empati dan minat pasien terhadap rumah sakit (Damopalii
et al, 2018; Nurhayati, 2014; Nisa, 2019; Alfianti et al., 2017). Akan tetapi,
penelitian yang dilakukan oleh Joyce Silalahi dan Kusumo (2010) didapatkan
petugas yang ramah dan empati tidak memiliki hubungan terhadap bauran pemasaran
(Silalahi et al, 2019).
Faktor people dalam bauran pemasaran yang menjadi daya
Tarik �magnet� di Rumah Sakit Simpangan Depok adalah kemungkinan dikarenakan
pasien akan cenderung memilih dokter yang cocok dengan mereka serta suasana
kekeluargaan dan keakraban antara pasien dengan petugas.� Pasien akan merasa puas apabila pelayanan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan baik perawat maupun dokter teliti dan
ramah maka pasien akan merasa nyaman dalam pelayanan dan pemeriksaan yang
diberikan. Kadangkala pasien dengan pembiayaan jaminan kesehatan lebih
cenderung mengabaikan sikap dari petugas karena lebih memprioritaskan berobat saja.
Namun masih ada kemungkinan bila ada pasien yang tidak memiliki jaminan
kesehatan yang berobat di Rumah Sakit Simpangan Depok jika biaya berobat naik
maka dimungkinkan pasien tidak akan terus berobat.�
C.
Promotion
Hasil kuesioner didapatkan 3 orang dari 30 responden
menyatakan preferensi pemilihan rumah sakit ini dikarenakan adanya rujukan dari
fasilitas kesehatan tingkat I. Faktor rujukan dari faskes juga berperan dalam
hal memberikan rujukan ke fasilitas kesehatan lanjut rumah sakit yang masih dalam
jangkauan wilayah faskes tersebut. Menurut Perreault et al. (2009) promosi
adalah mengomunikasikan informasi antara penyedia layanan dan konsumen
potensial atau orang lain dalam saluran untuk memengaruhi sikap dan perilaku
konsumen. Peningkatan saluran distribusi dilakukan secara langsung, yaitu
dengan melakukan kerjasama dengan fasilitas kesehatan tingkat petama terutama
puskesmas dan dengan pihak-pihak di luar rumah sakit yang dapat memberikan
rujukan pasien kepada rumah sakit (Heningnurani, 2019). Penelitian yang
dilakukan oleh Nisa (2019) dan Retnaningtyas (2016) ditemukan adanya hubungan
signifikan bauran pemasaran promosi terhadap keputusan pasien memilih rumah
sakit. Namun berbeda dari hasil penelitian Wijayati (2010) dan Elisabeth et
al., (2017) yang menyatakan bahwa promosi berpengaruh kecil atau bahkan tidak
signifikan dalam keputusan pasien memilih rumah sakit.
Promosi rumah sakit dapat dilakukan melalui media
sosial dan sebagian besar melalui rekomendasi teman, kerabat, atau anggota
keluarga yang lainnya (word of mouth). Terutama word of mouth dari kerabat ini
yang memberikan rekomendasi terbesar yang dapat mempengaruhi keputusan pasien
dalam memilih rumah sakit. Kegiatan promosi di rumah sakit selama ini
kemungkinan lebih banyak diperoleh pasien dari kerabat atau saudara pasien yang
pernah berobat ke RS Simpangan Depok atau sebagian besar kerabat pasien adalah
karyawan di RS Simpangan Depok sehingga mampu memberikan rekomendasi.
Kemungkinan pihak rumah sakit juga jarang mengadakan kegiatan kemasyarakatan
seperti bakti sosial atau pengobatan gratis, sedangkan untuk promosi di media
elektronik rumah sakit hanya dilakukan lewat website di internet dan media
sosial instagram namun tidak selalu update sehingga ini menjadi keterbatasan
promosi yang mempengaruhi pemilihan rumah sakit, kurang familiar terhadap
pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit.
D. Demografi Reseponden Terhadap Preferensi
Rumah Sakit
Berdasarkan data demografi pendidikan, sebanyak 18
orang dari 30 reseponden (53%) memiliki pendidikan pada level setingkat SMA/SMK.
Gambar 4. Demografi Tingkat Pendidikan Responden di RS
Simpangan Depok
Menurut Jacobalis (2000), tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi pola pikir rasional dan irasional seseorang dalam mengambil
keputusan, menggunakan, atau memanfaatkan suatu pelayanan kesehatan. Seseorang
dengan pendidikan rendah memiliki kecenderungan tidak tetap pendirian dan mudah
dipengaruhi dibandingkan dengan seseorang dengan latar belakang pendidikan
tinggi. Pengetahuan dan harapan seseorang terhadap pelayanan akan meningkat
ketika tingkat pendidikan mereka semakin tinggi, sehingga tingkat kepuasan
seseorang dengan pendidikan tinggi akan menurun ketika harapan tidak terpenuhi
(Yurumezoglu, 2007).
Mark Blaug (1976) melakukan penelitian mengenai
hubungan antara pendidikan dan pendapatan. Blaug menyatakan bahwa individu yang
mempunyai pendidikan lebih tinggi mempunyai��
pendapatan lebih dikarenakan mereka memiliki��� keahlian���
khusus��� yang didapat�� selama��
masa�� pendidikan sehingga� mereka�
akan� lebih� mudah dalam�
mendapatkan� pekerjaan. Seseorang
dengan penghasilan tinggi memiliki tuntutan dan harapan yang lebih besar
terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya karena seseorang dengan
penghasilan tinggi mampu secara finansial.
Badan Pusat Satatistik (BPS) mencatat rata-rata upah
bulanan di seluruh Indonesia sebesar Rp. 2,83 juta per bulan. Dalam laporan
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) publikasi BPS Desember 2019, upah
bulanan tersebut terbagi sesuai dengan pendidikan pekerja yang disurvei.
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, semakin besar pula upah yang
diterima pegawai. Menurut BPS, lulusan di level sekolah menengah, BPS mencatat
upah lulusan SMK sebesar Rp. 2,75 juta dan SMA sebesar Rp 2,73 juta per bulannya.
Oleh karena itu, menurut penulis semakin tinggi
tingkat pendidikan pasien maka akan semakin tinggi juga harapan dan tuntutannya
terhadap pelayanan kesehatan. Seseorang dengan pendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan yang lebih dan semakin mengerti kebutuhan untuk kesehatannya,
sehingga semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini akan mempengaruhi
persepsinya terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya. Sedangkan pasien
yang berpendidikan rendah, cenderung memiliki pengetahuan yang kurang dan mudah
dipengaruhi di bandingkan pasien dengan pendidikan tinggi, sehingga pasien
dengan pendidikan rendah cenderung menerima pelayanan kesehatan tanpa tuntutan
yang lebih, hal ini akan mempengaruhi persepsinya terhadap pelayanan kesehatan
yang diterimanya dimana pasien dengan pendidikan rendah akan memiliki persepsi
yang tinggi atau baik terhadap pelayanan yang diterimanya.
Di samping itu, responden dengan penghasilan rendah
umumnya mungkin lebih memilih ke rumah sakit dengan fasilitas kesehatan yang
lebih murah sehingga dengan penghasilan yang dimiliki tetap dapat memperoleh
pelayanan kesehatan yang terjangkau. Pasien dengan penghasilan yang kecil akan
cenderung lebih menerima pelayanan kesehatan yang diterimanya dengan ekspektasi
yang lebih sederhana. Berbeda dengan responden dengan penghasilan tinggi akan
merasa mampu secara finansial dalam pemenuhan kebutuhannya akan pelayanan
kesehatan, sehingga orang yang berpenghasilan tinggi cenderung akan menggunakan
penghasilannya untuk membayar pelayanan yang dianggapnya memenuhi
ekspektasinya. Hal ini juga sesuai dengan penelitian oleh Barata, (2006) dan
Kirilmas (2013).
Gambar 5. Persepsi Responden Tentang Citra RS Simpangan Depok
������� Berdasarkan
hasil analisis didapatkan sebanyak 22 orang dari 30 responden yang menyatakan
bahwa citra RS Simpangan Depok adalah baik. Sebanyak 5 orang dari 30 responden
menyatakan cukup baik, 2 orang dari 30 responden menyatakan kurang baik dan 1
orang dari 30 responden menyatakan sangat baik terhadap citra RS Simpangan
Depok. Hal ini menurut penulis sangat relevan dengan kondisi masyarakat yang
ketika mendengar atau pernah merasakan pengalaman dengan sebuah rumah sakit
yang terpercaya menurut konsumen maka akan sulit bagi konsumen untuk berpindah
ke tempat lain. Dengan kata lain rumah sakit tersebut terlah berhasil memuaskan
konsumennya yang berimpikasi kepada terciptanya citra positif dan nama baik
rumah sakit. Penemuan ini didukung oleh penemuan yang dilakukan oleh A. A. Gde.
Muninjaya (2004). Jumlah rumah sakit yang semakin bertambah saat ini mendorong
adanya peningkatan kualitas yang didasarkan pada tujuan membentuk citra rumah
sakit dengan berupaya menarik minat masyarakat dalam peningkatan fasilitas
(Susilo dan Putranto, 2018).
Menurut Penelitian yang dilakukan Enno (2016), Citra
rumah sakit terbukti berpengaruh signifikan dan positif terhadap pemilihan
pasien kepada suatu rumah sakit. Wu (2011) dalam Yunida (2017) citra rumah
sakit mempengaruhi keputusan pasien untuk menikmati jasa kesehatan yang mereka
berikan. Andreassen et al. (1998) dan Kotler (2000) menyatakan bahwa citra
mempengaruhi preferensi konsumen melalui efek penyeleksian dan berdampak pada
keputusan konsumen untuk pembelian.
Menurut penulis, citra rumah sakit memiliki fungsi
dalam menjaga keharmonisan hubungannya dengan pasien. Citra rumah sakit sangat
berdampak pada sikap dan perilaku pasien dalam memilih rumah sakit. RS
Simpangan Depok merupakan rumah sakit yang memiliki citra baik di benak
masyarakat setempat, sehingga mampu mempengaruhi preferensi pasien dan persepsi
bahwa jasa rumah sakit tersebut mampu memberikan jasa pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Jasa rumah sakit ini diyakini mampu memberikan kenyamanan dan
manfaat yang lebih besar dan tentunya akan lebih dipertahankan oleh pasien,
sehingga tidak ingin berpindah pada jasa rumah sakit lainnya, walaupun mungkin
rumah sakit lain di sekitarnya menawarkan tampilan bentuk fisik bangunan yang
lebih atraktif. Semakin besar keinginan pasien untuk memilih dalam menggunakan
jasa rumah sakit tersebut maka mereka akan dengan senang hati bersedia
merekomendasikan kepada orang lain. Citra yang baik ini akan membentuk pola pikir
masyarakat bahwa apabila masyarakat memiliki kendala kesehatan, masyarakat
tidak perlu berpikir dua kali kemana mereka kaan mendapatkan layanan kesehatan
karena berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan berdasarkan indomasi yang
diperoleh.
Kesimpulan
Kebanyakan
organisasi tidak terkecuali rumah sakit tertarik dalam peningkatan citra.
Beberapa orang memandang sebuah rumah sakit besar dengan bangunan yang atraktif
namun memiliki pertimbangan yang berbeda saat memutuskan memilih rumah sakit.
Hal tersebut berkaitan dengan pangsa pasar yang dibidik oleh rumah sakit
tersebut.
Meskipun
dengan citra bangunan rumah sakit yang sederhana, faktor place merupakan
pertimbangan utama terkait preferensi pasien dalam memilih layanan kesehatan di
Rumah Sakit Simpangan Depok. Faktor place ini mempengaruhi preferensi
pasien di wilayah Depok dikarenakan jarak rumah sakit yang dekat dengan dengan
rumah tempat tinggal dan lokasi yang strategis sehingga dapat diakses oleh
transportasi umum dan pribadi sehingga menjadi magnet tersendiri bagi pasien
untuk memilih berobat ke rumah sakit ini.
Jika
dilihat dari segi demografi, latar belakang pendidikan dan asumsi terhadap
pendapatan pasien di RS Simpangan Depok memiliki ekspektasi yang tidak terlalu
tinggi terhadap sarana dan prasarana di rumah sakit. Hal ini juga akan
memperngaruhi preferensi terhadap rumah sakit. Lebih lanjut lagi, seseorang
pasien mungkin lebih suka rumah sakit yang yang sederhana namun lebih dekat
dari rumah. Selain itu terdapat faktor internal lain yang membuat mereka lebih
percaya diri untuk memilih rumah sakit yang lebih sederhana.
BIBLIOGRAFI
A.A. Muninjaya. (2004). Manajemen kesehatan.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC: 220-234.
Adams EK, Wright GE.
Hospital choice of Medicare beneficiaries in a rural market: why not the
closest? J Rural Health. 1991;7(2):134�52. doi:
10.1111/j.1475-6773.2004.00324.x.
Ali, M.T.R., 2017, Pengaruh
Harga, Kualitas Produk, Lokasi dan Fasilitas terhadap Keputusan Pembelian
Rumah, Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol. 6(9).
Andreassen, T.W. Lindestad, B.
(1998). Customer Loyalty and Complex Services: The Impact of Corporate Image on
Quality, Customer Satisfaction and Loyalty for Customers with Varying Degrees
of Service Expertise. International Journal of Service Industry Management.
9(1):7�23
Blaung, Mark (1976). Economics of
Education. Universitas Michigan, U.S: The Penguin Press Bj�rngaard JH, Ruud T, Garratt A, Hatling T. Patients� experiences and
clinicians� ratings of the quality of outpatient teams in psychiatric care
units in Norway. Psychiatr Serv. 2007;58(8):1102�7.
doi: 10.1176/ps.2007.58.8.1102.
Badan
Pusat Statistik. (2019). Penggolongan Pendapatan Penduduk. BPS. Jakarta.
Cannon,
Perreault dan McCarthy. 2009. Pemasaran Dasar Pendekatan Manajerial Global Buku
2 Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat
Davis BA, Kiesel CK,
McFarland J, Collard A, Coston K, Keeton A. Evaluating instruments for quality:
testing convergent validity of the consumer emergency care satisfaction
scale. J nurs care qual. 2005;20(4):364�8.
doi: 10.1097/00001786-200510000-00013.
Giovanis, Apostolos N. 2014. Gaining
customer loyalty in the e-tailing marketplace: the role of E-Service quality,
e-satisfaction and e-trust. Int. J. Technology Marketing, Vol. 9, No. 3 pp 288
� 304.
Dwight-Johnson M, Lagomasino IT, Aisenberg E, Hay J. Using
conjoint analysis to assess depression treatment preferences among low-income
Latinos. Psychiatr Serv. 2004;55(8):934�6.
doi: 10.1176/appi.ps.55.8.934.
Habtom GK, Ruys P. The choice of a
health care provider in Eritrea. Health policy. 2007; 80(1):202�17. Doi:
10.1016/j.healthpol.2006.02.012.
Heningnurani, A. Y. (2019). Strategi Pemasaran RSUD H Abdul
Manap Kota Jambi. Jurnal
Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 5(3).
Irfan F., Widarko, A., & Slamet A.R., 2017, Analisis
Pengaruh Harga, Pelayanan , Lokasi dan Keragaman Produk Terhadap Keputusan
Pembelian (Studi Kasus Pada Minimarket Alkhaibar), Jurnal Ilmiah Riset
Manajemen, Vol. 6 (1).
Jacobalis.
2000. Kumpulan Tulisan Terpilih tentang Rumah Sakit di Indonesia dalam Dinamika
Sejarah, Transformasi, Globalisasi dan Krisis Nasional. Yayasan Penerbit IDI.
Jakarta.
Jenkinson C, Burton
JS, Cartwright J, Magee H, Hall I, Alcock C, et al. Patient attitudes to
clinical trials: development of a questionnaire and results from asthma and
cancer patients. Health Expect. 2005;8(3):244�52.
doi: 10.1111/j.1369-7625.2005.00335.x.
Kafa,
Rifqi. �Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Keputusan Pasien Dalam
Memilih Jasa Rumah Sakit (Studi Pada Pasien Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Kotagede)�. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, (2013), Vol. VIII.
Kotler,
Philip (2000). Prinsip � Prinsip Pemasaran Manajemen, Jakarta : Prenhalindo.
Kusumo,
M. P. (2016). Pengaruh Faktor Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Pasien Rawat Inap
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen
Rumah Sakit, 5(2), 107-111.
Latifah.(2019).PengambilanKeputusanPasiendalamPilihanRumahSakitRujukan
di RSUD Kota Subulussalam Tahun 2018. Retrieved from http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16564
Leawaty, & Sulistiadi, W. (2018). Hubungan Bauran
Pemasaran ( Marketing Mix ) Dengan Loyalitas Pelanggan : Systematic Review.
Jurnal Administrasi Rumah Sakit, 5.
Lee MA, Yom YH. A comparative study of patients� and nurses�
perceptions of the quality of nursing services, satisfaction and intent to
revisit the hospital: A questionnaire survey. Int J Nurs Stud. 2007;44(4):545�55.
doi: 10.1016/j.ijnurstu.2006.03.006.
Luft HS, Garnick DW,
Mark DH, Peltzman DJ, Phibbs CS, Lichtenberg E, et al. Does quality influence
choice of hospital? JAMA. 1990;263(21):2899�906. doi:
10.1097/00006254-199010000-00015.
Lydia, L. P., & Endang, E. M. S. (2020). Pengaruh Lokasi,
Citra Rumah Sakit, Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Memilih Rsud Pasar
Minggu. IKRAITH-EKONOMIKA, 3(2), 64-73.
Merle V, Germain JM,
Tavolacci MP, Brocard C, Chefson C, Cyvoct C, et al. Influence of infection
control report cards on patients� choice of hospital: pilot survey. J
Hosp Infect. 2009;71(3):263�8.
doi: 10.1016/j.jhin.2008.11.025.
Nisa, I. (2019). Hubungan
Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pasien Memilih Unit Rawat Jalan Di Rumah
Sakit Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (Doctoral
dissertation, Universitas Ahmad Dahlan).
Nurhayati (2014). Faktor Responsiveness Terhadap Kepuasan Pasien di
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal Health Quality.4 (2). Hal 77-141.
Phibbs CS, Mark DH, Luft HS, Peltzman-Rennie DJ, Garnick DW,
Lichtenberg E, et al. Choice of hospital for delivery: a comparison of
high-risk and low-risk women. Health serv res. 1993;28(2):201.
Retnaningtyas, S. (2016). Pengaruh Motivasi, Kelompok
Referen, Dan Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Konsumen Memilih Rsu
An-Nisaa�Blitar (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Rusmin, M., Bujawati, E., Nildawati, N., & Ashar, A.
(2017). Analisis Hubungan Antara Brand Image (Citra Merek) Dengan Pemanfaatan
Layanan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Swasta di Kota Makassar. Al-Sihah: The Public
Health Science Journal.
Schulmeister L, Quiett
K, Mayer K. Quality of life, quality of care, and patient satisfaction:
perceptions of patients undergoing outpatient autologous stem cell
transplantation. Oncol Nurs Forum. 2005;32(1):57�67. doi: 10.1188/05.ONF.57-67.
Sibbel R, Urban C.
Agent-based modeling and simulation for hospital management. Cooperative
agents. 2001:183�99. doi: 10.1007/978-94-017-1177-7_11.
Singarimbun, M., &
Effendi, S. (1995). Metode penelitian survai (edisi Revisi). Jakarta: Lp3ES.
Tafdilla
AS. Pengaruh persepsi pasien tentang bauran pemasaran terhadap keputusan pasien
rawat jalan memilih layanan kesehatan di RSUD Majenang tahun 2015. 2016.
Torres EJ, Guo KL.
Quality improvement techniques to improve patient satisfaction. Int J
Health Care Qual Assur Inc Leadersh Health Serv. 2004;17(6):334�8.
doi: 10.1108/09526860410557589.
Widajat, R. (2009).
Being a Great and Sustainable Hospital : Beberapa Pitfall Manajemen yang Harus
Diwaspadai. Jakarta : Gramedia : Pustaka Utama.
Yulinda, F.A.,
Saryadi, & Prabawani, B., 2016, Pengaruh Kualitas Pelayanan, Tarif,dan
Lokasi terhadap Keputusan Pasien Dalam Menggunakan Jasa Rawat Inap Pada Rumah
Sakit Permata Medika Semarang, Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, Vol. 5(4).
Yurumezoglu, K., &
Oguz, A. (2007). How Close Student Teachers' Educational Philosophies and Their
Scientific Thinking Processes in Science Education. Online Submission.
Zarei A, Arab M, Froushani AR, Rashidian A, Tabatabaei SMG.
Service quality of private hospitals: The Iranian Patients� perspective. BMC health
serv res. 2012;12(1):31. doi: 10.1186/1472-6963-12-31.
Copyright holder: Retno Arimby, Wiku Bakti Bawono Adisasmito (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |