Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 10, Oktober 2023
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENDERITA PENYAKIT HIPERTENSI
DI PUSKESMAS KECAMATAN RAWAMERTA KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2021
Mohamad Malik Aziz, Arifin S,
Pritha P
Universitas Pasundan
Email: [email protected]
Abstrak
Hipertensi merupakan penyakit yang sering muncul bahkan menjadi
tantangan besar di
Indonesia dan sering ditemukan
pada pelayanan kesahatan. Keberhasilan dari pencegahan kekambuhan hipertensi dapat dilihat dari sikap
dan pengetahuan dari klien yang memiliki riwayat hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku pencegahan hipertensi di puskesmas Rawamerta Kabupaten Karawang. Metode: Penelitian
ini menggunakan desain penelitian deskriptif cross sectional Pengukuran
pengetahuan dan perilaku
pada penelitian ini mengunakan lembar kuesioner, dengan menggunakan skala likert. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling dan diperoleh jumlah
sampel pada penelitian ini adalah 87 responden
di puskesmas Rawamerta Kabupaten Karawang. Hasil: Berdasarkan
hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan
yang tinggi (77.0%) sedangkan
yang paling sedikit berpengetahuan
rendah (23.0%). Sementara itu untuk perilaku
yang baik (63.2%) dan memiliki
perilaku yang buruk
(36.8%).
Kata Kunci:
Hipertensi, Pengetahuan, Perilaku.
Abstract
Hypertension
is a disease that often arises and even becomes a big challenge in Indonesia
and is often found in health services. The success of preventing hypertension
recurrence can be seen from the attitudes and knowledge of clients who have a
history of hypertension. This study aims to determine the picture of knowledge
and behavior of hypertension prevention at the Rawamerta
health center, Karawang Regency. Method: This study used a cross-sectional
descriptive research design Measurement of knowledge and behavior in this study
using questionnaire sheets, using Likert scale. The sampling technique used
simple random sampling and obtained the number of samples in this study was 87
respondents at the Rawamerta health center, Karawang
Regency. Results: Based on the results of this study showed that the level of
knowledge was high (77.0%) while the least knowledge was low (23.0%).
Meanwhile, for good behavior (63.2%) and having bad behavior (36.8%).
Keywords: Hypertension,
Knowledge, Behavior.
Pendahuluan
Hipertensi adalah masalah kesehatan utama karena dapat menimbulkan komplikasi serius yang dapat berujung pada penyakit kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung, penyakit ginjal dan kebutaan (Yulanda & Lisiswanti, 2017);(Ismaya & Emelia, 2022). Kasus hipertensi terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya, dengan perkiraan di tahun 2025 akan mempengaruhi Hipertensi. 1,5 miliar orang dan 9,4 juta orang meninggal setiap tahun karena hipertensi beserta komplikasinya. Angka kejadian hipertensi di Asia Tenggara mencapai 36% (RISKESDAS, 2018).
Prevalensi hipertensi di Indonesia di atas 18 tahun mengalami peningkatan, dimana di tahun 2013 jumlah pravelensi hipertensi dari 31,7% meningkat menjadi 34,11% di tahun 2018, sedangkan di Kabupaten Karawang prevalensi hipertensi mencapai angka 37,51% (Sefrina, 2021). Hipertensi berkaitan dengan faktor risiko, antara lain jenis kelamin, usia, tempat tinggal, pekerjaan, tingkat pendidikan, konsumsi alkohol, perilaku merokok, konsumsi sayur dan buah, konsumsi makanan berkafein, serta aktivitas fisik (Kemenkes RI, 2019);(Nuriani, Rochadi, & Siregar, 2021). Hipertensi adalah penyakit tidak menular (PTM) terparah di Kabupaten Karawang. Dari tahun 2018 ke tahun 2020 jumlah kasus hipertensi mengalami peningkatan, di mana di tahun 2018 terdapat 37.773 kasus, di tahun 2019 terdapat 80.988 kasus, dan di tahun 2020 terdapat 143.077 kasus(DinkesKabupaten Karawang, 2020).
Pengetahuan adalah aspek yang krusial untuk membentuk perilaku atau tindakan individu (Notoatmodjo, 2018). Perilaku dalam mengobati hipertensi bisa dilihat berdasarkan teori Lawrence W. Green dimana perilaku individu dapat dipengaruhi dari tiga faktor utama antara lain faktor predisposisi, faktor risiko, dan faktor penguat.
Atas dasar permasalah di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul �Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita Penyakit Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang.�
Metode Penelitian
Metode penelitian ini memakai metode
observasional deskriptif, dengan desain cross sectional, yaitu objek penelitian
diukur dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui gambaran pengetahuan serta perilaku pencegahan hipertensi pada masyarakat di Puskesmas Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang tahun 2021. Penelitian ini diamati berdasarkan data primer melaui penyebaran kuesioner secara langsung kepada responden.
Pada penelitian ini variabel independen
yang diteliti adalah pengetahuan dan perilaku. Populasi dari penelitian
ini ialah semua masyarakat yang memiliki hipertensi dan tercatat pada rekam medis di Puskesmas Kecamatan Rawamerta tahun 2021. Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini memakai probability sampling dengan jenis teknik
simple random sampling yang memberikan peluang yang sama untuk masing-masing unsur dari seluruh masyarakat
yang memilki riwayat hipertensi dan tercatat pada rekam medis di Puskesmas Kecamatan Rawamerta tahun 2021. Tujuan penelitian ini adalah deskriptif kategorik menggunakan rumus estimasi proporsi dengan didapatkan hasil membutuhkan subjek penelitian sebanyak 87 responden.
Tempat penelitian
yang digunakan disini adalah wilayah kerja Puskesmas Rawamerta Kabupaten Karawang. Sedang waktu penelitiannya sendiri adalah Desember 2022 hingga Januari 2023.
Hasil dan Pembahasan
A. Distribusi Pengetahuan
berdasarkan Karakteristik Subjek
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan berdasarkan Karakteristik Subjek
|
Pengetahuan |
|
|
Karakteristik |
|
|
Total |
|
Tinggi |
Rendah |
|
Umur |
|
|
|
17-25 Tahun |
2 (100.0%) |
0(0.0%) |
2 (100.0%) |
26-35 Tahun |
17 (81.0%) |
4 (19.0%) |
21 (100.0%) |
36-45 Tahun |
16 (84.2%) |
3 (15.8%) |
19 (100.0%) |
46-55 Tahun |
13 (76.5%) |
4 (23.5%) |
17 (100.0%) |
>55 Tahun |
19 (67.9%) |
9 (32.1%) |
28 (100.0%) |
Jenis Kelamin |
|
|
|
Laki-laki |
24 (72.7%) |
9 (27.3%) |
33 (100.0%) |
Perempuan |
43 (79.6%) |
11 (20.4%) |
54(100.0%) |
Pendidikan |
|
|
|
Tidak Tamat SD |
8 (72.7%) |
3 (27.2%) |
11 (100.0%) |
SD |
7 (53.8%) |
6 (46.2%) |
13 (100.0%) |
SMP |
15 (71.4%) |
6 (28,6%) |
21 (100.0%) |
SMA |
24 (92.3%) |
2 (7,7%) |
26 (100.0%) |
Perguruan Tinggi |
13 (81.3%) |
3 (18.8%) |
16 (100.0%) |
Pekerjaan |
|
|
|
Ibu Rumah Tangga |
16 (76.2%) |
5 (23.8%) |
21 (100.0%) |
Pedagang |
14 (82.4%) |
3 (17.6%) |
17 (100.0%) |
Petani |
1 (33.3%) |
2 (66.7%) |
3 (100.0%) |
PNS |
6 (100.0%) |
0 (0.0%) |
6 (100.0%) |
Tidak Bekerja |
13 (81.3%) |
3 (18,8%) |
16 (100.0%) |
Wiraswasta |
17 (70.8%) |
7 (29.2%) |
24 (100.0%) |
Riwayat Hipertensi |
|
|
|
Ya |
20 (74.1%) |
7 (25.9%) |
27 (100.0% |
Tidak |
47 (78.3%) |
13 (21.7%) |
60 (100.0%) |
Sumber: Data Penelitian, 2023 |
Berdasarkan data dari tabel di atas
bisa diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik subjek penelitian. Pada karakteristik umur pasien, untuk pasien
yang berumur antara 17 � 25
tahun terdapat 2 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 2 pasien (100%) dan tidak ada yang tergolong ke dalam kategori
tingkat pengetahuan rendah (0%). Kemudian pada pasien dengan umur
antara 26 � 35 tahun terdapat 21 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 17 pasien (81.0%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 4 pasien (19.0%).
Kemudian pada pasien dengan umur
antara 36 � 45 tahun terdapat 19 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 16 pasien (84.2%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 3 pasien (15.8%). Kemudian pada pasien dengan umur
antara 46 � 55 tahun terdapat 17 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 13 pasien (76.5%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 4 pasien (23.5%). Kemudian pada pasien dengan umur
> 55 tahun terdapat 28 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 19 pasien (67.9%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 9 pasien (23.5%).
Pada karakteristik
jenis kelamin pasien, untuk pasien
yang berjenis kelamin laki- laki terdapat
33 pasien (100%) sedangkan
yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 24 pasien (72.7%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 9 pasien (27.3%). Kemudian pada pasien dengan jenis kelamin
perempuan terdapat 54 pasien (100.0%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 43 pasien (79.6%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 11 pasien (20.4%).
Pada karakteristik
pendidikan pasien, untuk pasien yang pendidikannya tidak tamat SD terdapat 11 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 8 pasien (72.7%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 3 pasien (27.2%). Kemudian pada pasien dengan pendidikan SD terdapat 13 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 7 pasien (53.8%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 6 pasien (46.2%). Kemudian pada pasien dengan pendidikan
terakhir SMP terdapat 21 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 15 pasien (71.4%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 6 pasien (28.6%).
Kemudian pada pasien dengan pendidikan
SMA terdapat 26 pasien
(100%), sedangkan yang masuk
kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 24 pasien (92.3%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 2 pasien (7.7%). Kemudian pada pasien dengan pendidikan
perguruan tinggi terdapat 16 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 13 pasien (81.3%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 3 pasien (18.8%).
Pada karakteristik
pekerjaan pasien, untuk pasien yang pekerjaannya ibu rumah tangga terdapat
21 pasien (100%) sedangkan
yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 16 pasien (76.2%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 5 pasien (23.8%). Kemudian pada pasien dengan pekerjaan pedagang terdapat 17 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 14 pasien (82.4%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 3 pasien (17.6%). Kemudian pada pasien dengan pekerjaan petani terdapat 3 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 1 pasien (33.3%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 2 pasien (66.7%). Kemudian pada pasien dengan pekerjaan PNS terdapat 6 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 6 pasien (100%) dan tidak ada yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah. Kemudian pada pasien dengan status pekerjaan tidak bekerja terdapat 16 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 13 pasien (81.3%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 3 pasien (18.8%). Kemudian pada pasien dengan status pekerjaan wiraswasta terdapat 24 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 17 pasien (70.8%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 7 pasien (29.2%).
Pada karakteristik
riwayat hipertensi pasien, untuk pasien
yang memiliki riwayat hipertensi terdapat 27 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 20 pasien (74.1%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 7 pasien (25.9%). Kemudian pada pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi terdapat 60 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 47 pasien (78.3%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 13 pasien (21.7%).
B. Distribusi Pengetahuan
berdasarkan Karakteristik Subjek
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Tingkat Perilaku berdasarkan Karakteristik Subjek
|
Perilaku |
|
|
Karakteristik |
|
|
Total |
|
Baik |
Buruk |
|
Umur |
|
|
|
17-25 Tahun |
1 (50.0%) |
1 (50.0%) |
2 (100.0%) |
26-35 Tahun |
13 (61.9%) |
8 (38.1%) |
21 (100.0%) |
36-45 Tahun |
13 (68.4%) |
6 (31.6%) |
19 (100.0%) |
46-55 Tahun |
11 (64.7%) |
6 (35.3%) |
17 (100.0%) |
>55 Tahun |
17 (60.7%) |
11 (39.3%) |
28 (100.0%) |
Jenis Kelamin |
|
|
|
Laki-laki |
21 (63.6%) |
12 (36.4%) |
33 (100.0%) |
Perempuan |
34 (63.0%) |
20 (37.0%) |
54(100.0%) |
Pendidikan |
|
|
|
Tidak Tamat SD |
6 (54.5%) |
5 (45.5%) |
11 (100.0%) |
SD |
6 (46.2%) |
7 (53.8%) |
13 (100.0%) |
SMP |
16 (76.2%) |
5 (23.8%) |
21 (100.0%) |
SMA |
19 (73.1%) |
7 (26.9%) |
26 (100.0%) |
Perguruan Tinggi |
8 (50.0%) |
8 (50.0%) |
16 (100.0%) |
Pekerjaan |
|
|
|
Ibu Rumah Tangga |
14 (66.7%) |
7 (33.3%) |
21 (100.0%) |
Pedagang |
12 (70.6%) |
5 (29.4%) |
17 (100.0%) |
Petani |
2 (66.7%) |
1 (33.3%) |
3 (100.0%) |
PNS |
4 (66.7%) |
2 (33.3%) |
6 (100.0%) |
Tidak Bekerja |
10 (62.5%) |
6 (37.5%) |
16 (100.0%) |
Wiraswasta |
13 (54.2%) |
11 (45.8%) |
24 (100.0%) |
Riwayat Hipertensi |
|
|
|
|
Perilaku |
|
|
Karakteristik |
|
|
Total |
|
Baik |
Buruk |
|
Ya |
13 (48.1%) |
14 (51.9%) |
27 (100.0% |
Tidak |
42 (70.0%) |
18 (30.0%) |
60� 100.0%) |
Sumber: Data Penelitian, 2023
Berdasar data dari tabel di atas
bisa diketahui distribusi frekuensi tingkat perilaku berdasarkan karakteristik subjek penelitian. Pada karakteristik umur pasien, untuk pasien
yang berumur antara 17 � 25
tahun terdapat 2 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 1 pasien
(50.0%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 1 pasien
(50.0%). Kemudian pada pasien
dengan umur antara 26 � 35 tahun terdapat 21 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu
13 pasien (61.9%) dan yang masuk
kategori tingkat perilaku buruk yaitu 8 pasien (38.1%).
Kemudian pada pasien dengan umur
antara 36 � 45 tahun terdapat 19 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu
13 pasien (68.4%) dan yang masuk
kategori tingkat perilaku buruk yaitu 6 pasien (31.6%). Kemudian pada pasien dengan umur antara
46 � 55 tahun terdapat 17 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 11 pasien
(64.7%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 6 pasien
(35.3%). Kemudian pada pasien
dengan umur > 55 tahun terdapat 28 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 17 pasien
(60.7%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 11 pasien (39.3%)
Pada karakteristik
jenis kelamin pasien, untuk pasien
yang berjenis kelamin laki- laki terdapat
33 pasien (100%) sedangkan
yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 21 pasien
(63.6%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 12 pasien (36.4%). Kemudian pada pasien dengan jenis
kelamin perempuan terdapat 54 pasien (100.0%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu
34 pasien (63.0%) dan yang masuk
kategori tingkat perilaku buruk yaitu 20 pasien (37.0%).
Pada karakteristik
pendidikan pasien, untuk pasien yang pendidikannya tidak tamat SD terdapat 11 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 6 pasien
(54.5%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 5 pasien
(45.5%). Kemudian pada pasien
dengan pendidikan SD terdapat 13 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu
6 pasien (46.2%) dan yang masuk
kategori tingkat perilaku buruk yaitu 7 pasien (53.8%). Kemudian pada pasien dengan pendidikan terakhir SMP terdapat 21 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 16 pasien
(76.2%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 5 pasien
(23.8%).
Kemudian pada pasien dengan pendidikan
SMA terdapat 26 pasien
(100%), sedangkan yang masuk
kategori tingkat perilaku baik yaitu
19 pasien (73.1%) dan yang masuk
kategori tingkat perilaku buruk yaitu 7 pasien (26.9%). Kemudian pada pasien dengan pendidikan perguruan terdapat 16 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 8 pasien
(50.0%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 5 pasien
(50.0%).
Pada karakteristik
pekerjaan pasien, untuk pasien yang pekerjaannya ibu rumah tangga terdapat
21 pasien (100%) sedangkan
yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 14 pasien
(66.7%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 7 pasien
(33.3%). Kemudian pada pasien
dengan pekerjaan pedagang terdapat 17 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 12 pasien
(70.6%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 5 pasien
(29.4%). Kemudian pada pasien
dengan pekerjaan petani terdapat 3 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 2 pasien
(66.7%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 1 pasien
(33.3%).
Kemudian pada pasien dengan pekerjaan
PNS terdapat 6 pasien
(100%), sedangkan yang masuk
kategori tingkat perilaku baik yaitu
4 pasien (66.7%) dan yang masuk
kategori tingkat perilaku buruk yaitu 2 pasien (33.3%). Kemudian pada pasien dengan status pekerjaan tidak bekerja terdapat
16 pasien (100%), sedangkan
yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 10 pasien
(62.5%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 6 pasien
(37.5%). Kemudian pada pasien
dengan status pekerjaan wiraswasta terdapat 24 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 13 pasien
(54.2%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 11 pasien (45.8%).
Pada karakteristik
riwayat hipertensi pasien, untuk pasien
yang memiliki riwayat hipertensi terdapat 27 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 13 pasien
(48.1%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 14 pasien (51.9%). Kemudian pada pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi terdapat 60 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 42 pasien
(70.0%) dan yang masuk kategori
tingkat perilaku buruk yaitu 18 pasien (30.0%).
C. Distribusi Frekuensi
Kategorisasi Tingkat Pengetahuan
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kategorisasi Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan |
Jumlah |
Persentase (%) |
Tinggi |
67 |
77.0% |
Rendah |
20 |
23.0% |
Total |
87 |
100.0% |
Sumber: Data Penelitian, 2023
Berdasarkan tabel di atas bisa
diketahui tingkat pengetahuan subjek penelitian ini sebanyak 87 pasien, yang di bagi menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Tingkat pengetahuan subjek penelitian ini mayoritas masuk pada kategori tinggi yaitu sebanyak 67 pasien (77.0%) sedangkan yang masuk kategori rendah ada 20 pasien
(23.0%).
D. Distribusi Frekuensi
Kategorisasi Tingkat Perilaku
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kategorisasi Tingkat Perilaku
Tingkat Perilaku |
Jumlah |
Persentase
(%) |
Baik |
55 |
63.2% |
Buruk |
32 |
36.8% |
Total |
87 |
100.0% |
Sumber: Data Penelitian, 2023
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui tingkat perilaku subjek penelitian ini sebanyak 87 pasien, yang dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu baik serta
buruk. Tingkat perilaku subjek penelitian ini mayoritas masuk
pada kategori baik yaitu sebanyak 55 pasien (63.2%) sedangkan yang masuk kategori buruk terdapat 32 pasien (36.8%).
E. Gambaran Tingkat Pengetahuan
Berdasar hasil kuesioner menunjukan dari 87 responden, diperoleh 67 (77.0%) responden yang mempunyai pengetahuan yang tinggi, sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan rendah berjumlah 20 (23.0%) responden. Penelitian ini sejalan dengan
penilitian Nurfadillah R
(2018) yang berjudul Gambaran Pengetahuan
dan Sikap Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Klien
Riwayat Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Batu- batu Kabupaten
Soppeng. Hasil Penelitian menunjukan bila dari 48 responden didapatkan 41 (85,4%) orang berpengetahuan
tinggi, 7 orang (14,6%) berpengetahuan rendah.
1.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil
dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu, pengetahuan merupakan domain yang
penting dalam terbentuknya perilaku (Donsu, 2017). Adanya informasi baru yang diberikan kepada responden mengenai pencegahan komplikasi hipertensi memberikan dasar kognitif baru untuk
pembentukan pengetahuan.
Hal tersebut didorong dengan teori yang disampaikan oleh Sukmadinata
(2013), bila masyarakat dapat memperoleh informasi yang luas lewat berbagai media, sehingga seseorang yang lebih banyak menggunakan
berbagai media informasi akan menerima lebih
banyak pengetahuan daripada orang yang tidak pernah mencari media informasi.
2.
Usia
Pengetahuan responden mengenai pencegahan hipertensi tergolong ke dalam
kategori cukup baik salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia. Sebagian besar
responden berusia > 55 tahun (Lansia) dengan tingkat pengetahuan tinggi
yaitu 19 (67.9%). Hasil penelitian ini menggambarkan bila usia responden masih
dapat digolongkan Lansia. Pada usia ini telah mengalami penurunan kemampuan
kognitif, memori, dan kecepatan berpikir, hal ini sejalan dengan teori Harada
(2014) yaitu beberapa kemampuan kognitif, konseptual, memori, dan kecepatan
berpikir meningkat seiring bertambah usia kemudian menurun saat memasuki usia
lanjut.36 Pada usia Pertengahan, responden mampu memahami pencegahan kekambuhan
hipertensi berdasarkan pengalaman atau informasi yang diterima. Situasi ini membantu
responden untuk mencegah hipertensi muncul kembali.
3.
Jenis
Kelamin
Data yang didapatkan dari hasil penelitian menunjukkan pasien yang
berjenis kelamin perempuan terdapat 54 dengan masuk kategori tingkat
pengetahuan tinggi yaitu 43 pasien (79.6%). Pasien yang berjenis kelamin
laki-laki terdapat 33 responden dengan yang masuk kategori tingkat pengetahuan
tinggi yaitu 24 pasien (72.7%). Dari hasil penelitian di atas terlihat bila
tidak ada perbedaan pengetahuan yang signifikan antara jenis kelamin laki-laki
dan perempuan, hal ini sependapat dengan Soemanto (2003) bahwa tidak terdapat
perbedaan kecerdasan antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut sesuai dengan
teori Notoatmodjo (2018) bila wanita pada umumnya lebih bebas mencari informasi
mengenai pengobatan daripada pria.
4.
Tingkat
Pendidikan
Hasil penelitian menggambarkan dari 87 responden, dominan responden
dengan tingkat pengetahuan tinggi adalah berpendidikan SMA sebanyak 26 pasien
dengan 24 (92.3%) responden bertingkat pengetahuan tinggi. Dengan cukup
tingginya latar belakang pendidikan yang dimiliki responden, membuat responden
dapat dengan mudah menerima serta memahami informasi yang diterimanya terutama
mengenai pencegahan kekambuhan hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori Mubarak
(2007) bahwa pendidikan adalah pengajaran yang diberikan untuk orang lain
tentang sesuatu agar mereka memahaminya. Tidak bisa dipungkiri bila pendidikan
seseorang yang semakin tinggi akan berdampak pada semakin mudah ia memperoleh
informasi dan semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. 39
5.
Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden adalah berkerja
sebagai wiraswasta sebanyak 24 responden dengan tingkat pengetahuan tinggi
yaitu 17 (70.8%) responden. Pekerjaan merupakan sumber keuangan untuk
memperoleh pengetahuan, termasuk kebutuhan pendidikan, dan pengalaman juga dapat diperoleh dari bekerja. Hal ini sejalan dengan penilitian Nurlaila Hanum (2018) pekerjaan yang bervariasi mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga.
F. Gambaran Perilaku Pencegahan
Hipertensi
Berdasarkan hasil kuesioner menunjukan bahwa dari 87 responden didapatkan sebanyak 55 pasien (63.2%) memiliki perilaku baik dalam
pencegahan hipertensi, sedangkan yang masuk kategori buruk terdapat 32 pasien (36.8%). Hal tersebut selaras dengan penilitian yang dilaksanakan oleh Muh Shiyabur Romli (2021) yang berjudul
Gambaran Pengetahuan Sikap
dan Perilaku Pasien Hipertensi di Kecamatan Wagir Kabupaten Malang, dari keseluruhan 50 responden pasien hipertensi di Desa Sengon Kecamatan
Wagir Kabupaten Malang, hasil penelitian ini menunjukan bila dari kesulurahan
50 responden didapatkan perilaku yang cukup baik dengan persentase
sebesar 42% dan 16% responden
masih mempunyai tingkat perilaku yang kurang.
1.
Perilaku
Menurut pandangan Notoatmodjo (2020) bahwa sikap adalah
sebuah tanggapan atau respon yang masih tertutup terhadap stimulus ataupun objek. Menyatakan bila perilaku kesehatan
individu akan cenderung berpengaruh dengan kepercayaan orang yang bersangkutan mengenai kondisi kesehatan yang diharapkan serta saat mengambil tindakan pencegahan ataupun penyembuhan.
2.
Usia
Berdasarkan hasil survei, 17 orang (60.7%) memiliki sikap yang baik adalah responden
usia > 55 (lansia). Menurut (Notoatmodjo, 2014), sikap juga dapat dihasilkan dari keyakinan, gagasan, persepsi terhadap sebuah objek, kehidupan
emosional, serta kecenderungan tindakan.42
3.
Jenis Kelamin
Dari hasil
penelitian 34 (63.0%) perempuan
pada umumnya memiliki sikap baik, sedangkan
21 (63.6%) mempunyai sikap baik terdapat pada jenis kelamin laki-laki.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori menurut (Notoatmodjo, 2018) bahwa wanita akan cenderung
lebih bebas untuk mencari tahu
mengenai pencegahan daripada laki-laki.38
4.
Tingkat Pendidikan
Pada umumnya
berdasar pada hasil penelitian, sebanyak 73.1% sikap baik terdapat
pada tingkat pendidikan SMA
sedangkan pada pendidikan
SD responden yang memiliki sikap buruk sebanyak
53.8%, hal tersebut perlu ditingkatkan agar penderita hipertensi bisa memiliki sikap
yang positif. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Failasufa (2015), dimana terdapat perbedaan sikap pada tingkat pendidikannya, hal itu disebabkan kemampuannya dalam mencerna beragam informasi yang diserapnya dari beragam sumber,
termasuk media massa.
5.
Pekerjaan
Hasil penelitian
menunjukkan bila sikap baik terdapat
pada pasien yang memiliki pekerjaan Pedagang 12 (70.6%) responden.
Kesimpulan
Dari hasil
penelitian di atas, peneliti mendapati beberapa kesimpulan sebagaiman uraian berikut; 1) Gambaran tingkat pengetahuan pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang mayoritas memilki tingkat pengetahuan yang tinggi. 2)������� Gambaran perilaku
pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang mayoritas memilki perilaku yang baik dalam melakukan pencegahan hipertensi
BIBLIOGRAFI
Dinkes Kabupaten Karawang. (2020). Data DINKES
Kabupaten Karawang. Dinkes Karawang, (1), 53. Retrieved from https://www.karawangkab.go.id/dokumen/rencana- strategis-renstra-tahun-2018-dinkes%0Ahttps://dinkes.karawangkab.go.id/download
Donsu, Jenita DT.
(2017). Psikologi Keperawatan.Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Ismaya, Wisma, & Emelia, Rida. (2022). Profil
Penggunaan Obat Hipertensi Pada Pasien Bpjs Rawat Jalan Di Instalasi Farmasi Di
Rumah Sakit X Sukabumi. Jurnal Health Sains, 3(1), 138�145.
Nuriani, Nuriani, Rochadi, Kintoko, & Siregar,
Fazidah Aguslina. (2021). Hubungan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi Di
Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal Health Sains, 2(6), 820�828.
Yulanda, G., & Lisiswanti, R. (2017). Penatalaksanaan Hipertensi Primer. Jurnal Majority, 6(1), 25�33.
RISKESDAS :
2018. (n.d.). RISKESDAS 2018.
Sefrina, L. R., Assabila, S. Y., Hafidz, A.-K. U.,
Parhusip, E. S., & Khairunnisa, D. Y. (2021). Hubungan
Status Gizi Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di Wilayah Pesisir Karawang (Studi Di Desa
Telukbuyung Kecamatan Pakisjaya). Jurnal Gizi Dan Kuliner, 37�42. Retrieved
from https://journal.unsika.ac.id/index.php/gizi/article/download/5588/2952
Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Si Pembunuh
Senyap. Kementrian Kesehatan RI, 1�5. Retrieved from https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin- hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf
Notoatmodjo. (2018).
Metodologi Penelitian Kesehatan Notoatmodjo.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Notoatmodjo, S. (2007).
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Harada Caroline. 2014. Normal Cognitive Aging. NIH
Public Access Journal. P:737-752
Soemanto, Wasty. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, 2018. Promosi
Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. PT.Rineka Cipta.
Jakarta
Mubarak, W.I. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, S., 2014, Promosi Kesehatan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Copyright holder: Mohamad Malik Aziz, Arifin S,
Pritha P (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |