Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 10, Oktober 2023

 

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENDERITA PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS KECAMATAN RAWAMERTA KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2021

 

Mohamad Malik Aziz, Arifin S, Pritha P

Universitas Pasundan

Email: [email protected]

 

Abstrak

Hipertensi merupakan penyakit yang sering muncul bahkan menjadi tantangan besar di Indonesia dan sering ditemukan pada pelayanan kesahatan. Keberhasilan dari pencegahan kekambuhan hipertensi dapat dilihat dari sikap dan pengetahuan dari klien yang memiliki riwayat hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku pencegahan hipertensi di puskesmas Rawamerta Kabupaten Karawang. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif cross sectional Pengukuran pengetahuan dan perilaku pada penelitian ini mengunakan lembar kuesioner, dengan menggunakan skala likert. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dan diperoleh jumlah sampel pada penelitian ini adalah 87 responden di puskesmas Rawamerta Kabupaten Karawang. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan yang tinggi (77.0%) sedangkan yang paling sedikit berpengetahuan rendah (23.0%). Sementara itu untuk perilaku yang baik (63.2%) dan memiliki perilaku yang buruk (36.8%).

 

Kata Kunci: Hipertensi, Pengetahuan, Perilaku.

 

Abstract

Hypertension is a disease that often arises and even becomes a big challenge in Indonesia and is often found in health services. The success of preventing hypertension recurrence can be seen from the attitudes and knowledge of clients who have a history of hypertension. This study aims to determine the picture of knowledge and behavior of hypertension prevention at the Rawamerta health center, Karawang Regency. Method: This study used a cross-sectional descriptive research design Measurement of knowledge and behavior in this study using questionnaire sheets, using Likert scale. The sampling technique used simple random sampling and obtained the number of samples in this study was 87 respondents at the Rawamerta health center, Karawang Regency. Results: Based on the results of this study showed that the level of knowledge was high (77.0%) while the least knowledge was low (23.0%). Meanwhile, for good behavior (63.2%) and having bad behavior (36.8%).

 

Keywords: Hypertension, Knowledge, Behavior.

 

Pendahuluan

Hipertensi adalah masalah kesehatan utama karena dapat menimbulkan komplikasi serius yang dapat berujung pada penyakit kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung, penyakit ginjal dan kebutaan (Yulanda & Lisiswanti, 2017);(Ismaya & Emelia, 2022). Kasus hipertensi terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya, dengan perkiraan di tahun 2025 akan mempengaruhi Hipertensi. 1,5 miliar orang dan 9,4 juta orang meninggal setiap tahun karena hipertensi beserta komplikasinya. Angka kejadian hipertensi di Asia Tenggara mencapai 36% (RISKESDAS, 2018).

Prevalensi hipertensi di Indonesia di atas 18 tahun mengalami peningkatan, dimana di tahun 2013 jumlah pravelensi hipertensi dari 31,7% meningkat menjadi 34,11% di tahun 2018, sedangkan di Kabupaten Karawang prevalensi hipertensi mencapai angka 37,51% (Sefrina, 2021). Hipertensi berkaitan dengan faktor risiko, antara lain jenis kelamin, usia, tempat tinggal, pekerjaan, tingkat pendidikan, konsumsi alkohol, perilaku merokok, konsumsi sayur dan buah, konsumsi makanan berkafein, serta aktivitas fisik (Kemenkes RI, 2019);(Nuriani, Rochadi, & Siregar, 2021). Hipertensi adalah penyakit tidak menular (PTM) terparah di Kabupaten Karawang. Dari tahun 2018 ke tahun 2020 jumlah kasus hipertensi mengalami peningkatan, di mana di tahun 2018 terdapat 37.773 kasus, di tahun 2019 terdapat 80.988 kasus, dan di tahun 2020 terdapat 143.077 kasus(DinkesKabupaten Karawang, 2020).

Pengetahuan adalah aspek yang krusial untuk membentuk perilaku atau tindakan individu (Notoatmodjo, 2018). Perilaku dalam mengobati hipertensi bisa dilihat berdasarkan teori Lawrence W. Green dimana perilaku individu dapat dipengaruhi dari tiga faktor utama antara lain faktor predisposisi, faktor risiko, dan faktor penguat.

Atas dasar permasalah di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul �Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita Penyakit Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang.�

 

Metode Penelitian

Metode penelitian ini memakai metode observasional deskriptif, dengan desain cross sectional, yaitu objek penelitian diukur dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui gambaran pengetahuan serta perilaku pencegahan hipertensi pada masyarakat di Puskesmas Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang tahun 2021. Penelitian ini diamati berdasarkan data primer melaui penyebaran kuesioner secara langsung kepada responden.

Pada penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah pengetahuan dan perilaku. Populasi dari penelitian ini ialah semua masyarakat yang memiliki hipertensi dan tercatat pada rekam medis di Puskesmas Kecamatan Rawamerta tahun 2021. Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini memakai probability sampling dengan jenis teknik simple random sampling yang memberikan peluang yang sama untuk masing-masing unsur dari seluruh masyarakat yang memilki riwayat hipertensi dan tercatat pada rekam medis di Puskesmas Kecamatan Rawamerta tahun 2021. Tujuan penelitian ini adalah deskriptif kategorik menggunakan rumus estimasi proporsi dengan didapatkan hasil membutuhkan subjek penelitian sebanyak 87 responden.

Tempat penelitian yang digunakan disini adalah wilayah kerja Puskesmas Rawamerta Kabupaten Karawang. Sedang waktu penelitiannya sendiri adalah Desember 2022 hingga Januari 2023.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Distribusi Pengetahuan berdasarkan Karakteristik Subjek

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan berdasarkan Karakteristik Subjek

 

Pengetahuan

 

Karakteristik

 

 

Total

 

Tinggi

Rendah

 

Umur

 

 

 

17-25 Tahun

2 (100.0%)

0(0.0%)

2 (100.0%)

26-35 Tahun

17 (81.0%)

4 (19.0%)

21 (100.0%)

36-45 Tahun

16 (84.2%)

3 (15.8%)

19 (100.0%)

46-55 Tahun

13 (76.5%)

4 (23.5%)

17 (100.0%)

>55 Tahun

19 (67.9%)

9 (32.1%)

28 (100.0%)

Jenis Kelamin

 

 

 

Laki-laki

24 (72.7%)

9 (27.3%)

33 (100.0%)

Perempuan

43 (79.6%)

11 (20.4%)

54(100.0%)

Pendidikan

 

 

 

Tidak Tamat SD

8 (72.7%)

3 (27.2%)

11 (100.0%)

SD

7 (53.8%)

6 (46.2%)

13 (100.0%)

SMP

15 (71.4%)

6 (28,6%)

21 (100.0%)

SMA

24 (92.3%)

2 (7,7%)

26 (100.0%)

Perguruan Tinggi

13 (81.3%)

3 (18.8%)

16 (100.0%)

Pekerjaan

 

 

 

Ibu Rumah Tangga

16 (76.2%)

5 (23.8%)

21 (100.0%)

Pedagang

14 (82.4%)

3 (17.6%)

17 (100.0%)

Petani

1 (33.3%)

2 (66.7%)

3 (100.0%)

PNS

6 (100.0%)

0 (0.0%)

6 (100.0%)

Tidak Bekerja

13 (81.3%)

3 (18,8%)

16 (100.0%)

Wiraswasta

17 (70.8%)

7 (29.2%)

24 (100.0%)

Riwayat Hipertensi

 

 

 

Ya

20 (74.1%)

7 (25.9%)

27 (100.0%

Tidak

47 (78.3%)

13 (21.7%)

60 (100.0%)

Sumber: Data Penelitian, 2023

 

Berdasarkan data dari tabel di atas bisa diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik subjek penelitian. Pada karakteristik umur pasien, untuk pasien yang berumur antara 17 � 25 tahun terdapat 2 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 2 pasien (100%) dan tidak ada yang tergolong ke dalam kategori tingkat pengetahuan rendah (0%). Kemudian pada pasien dengan umur antara 26 � 35 tahun terdapat 21 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 17 pasien (81.0%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 4 pasien (19.0%).

Kemudian pada pasien dengan umur antara 36 � 45 tahun terdapat 19 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 16 pasien (84.2%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 3 pasien (15.8%). Kemudian pada pasien dengan umur antara 46 � 55 tahun terdapat 17 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 13 pasien (76.5%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 4 pasien (23.5%). Kemudian pada pasien dengan umur > 55 tahun terdapat 28 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 19 pasien (67.9%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 9 pasien (23.5%).

Pada karakteristik jenis kelamin pasien, untuk pasien yang berjenis kelamin laki- laki terdapat 33 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 24 pasien (72.7%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 9 pasien (27.3%). Kemudian pada pasien dengan jenis kelamin perempuan terdapat 54 pasien (100.0%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 43 pasien (79.6%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 11 pasien (20.4%).

Pada karakteristik pendidikan pasien, untuk pasien yang pendidikannya tidak tamat SD terdapat 11 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 8 pasien (72.7%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 3 pasien (27.2%). Kemudian pada pasien dengan pendidikan SD terdapat 13 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 7 pasien (53.8%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 6 pasien (46.2%). Kemudian pada pasien dengan pendidikan terakhir SMP terdapat 21 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 15 pasien (71.4%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 6 pasien (28.6%).

Kemudian pada pasien dengan pendidikan SMA terdapat 26 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 24 pasien (92.3%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 2 pasien (7.7%). Kemudian pada pasien dengan pendidikan perguruan tinggi terdapat 16 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 13 pasien (81.3%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 3 pasien (18.8%).

Pada karakteristik pekerjaan pasien, untuk pasien yang pekerjaannya ibu rumah tangga terdapat 21 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 16 pasien (76.2%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 5 pasien (23.8%). Kemudian pada pasien dengan pekerjaan pedagang terdapat 17 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 14 pasien (82.4%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 3 pasien (17.6%). Kemudian pada pasien dengan pekerjaan petani terdapat 3 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 1 pasien (33.3%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 2 pasien (66.7%). Kemudian pada pasien dengan pekerjaan PNS terdapat 6 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 6 pasien (100%) dan tidak ada yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah. Kemudian pada pasien dengan status pekerjaan tidak bekerja terdapat 16 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 13 pasien (81.3%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 3 pasien (18.8%). Kemudian pada pasien dengan status pekerjaan wiraswasta terdapat 24 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 17 pasien (70.8%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 7 pasien (29.2%).

Pada karakteristik riwayat hipertensi pasien, untuk pasien yang memiliki riwayat hipertensi terdapat 27 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 20 pasien (74.1%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 7 pasien (25.9%). Kemudian pada pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi terdapat 60 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 47 pasien (78.3%) dan yang masuk kategori tingkat pengetahuan rendah yaitu 13 pasien (21.7%).

 

B.     Distribusi Pengetahuan berdasarkan Karakteristik Subjek

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Tingkat Perilaku berdasarkan Karakteristik Subjek

 

Perilaku

 

Karakteristik

 

 

Total

 

Baik

Buruk

 

Umur

 

 

 

17-25 Tahun

1 (50.0%)

1 (50.0%)

2 (100.0%)

26-35 Tahun

13 (61.9%)

8 (38.1%)

21 (100.0%)

36-45 Tahun

13 (68.4%)

6 (31.6%)

19 (100.0%)

46-55 Tahun

11 (64.7%)

6 (35.3%)

17 (100.0%)

>55 Tahun

17 (60.7%)

11 (39.3%)

28 (100.0%)

Jenis Kelamin

 

 

 

Laki-laki

21 (63.6%)

12 (36.4%)

33 (100.0%)

Perempuan

34 (63.0%)

20 (37.0%)

54(100.0%)

Pendidikan

 

 

 

Tidak Tamat SD

6 (54.5%)

5 (45.5%)

11 (100.0%)

SD

6 (46.2%)

7 (53.8%)

13 (100.0%)

SMP

16 (76.2%)

5 (23.8%)

21 (100.0%)

SMA

19 (73.1%)

7 (26.9%)

26 (100.0%)

Perguruan Tinggi

8 (50.0%)

8 (50.0%)

16 (100.0%)

Pekerjaan

 

 

 

Ibu Rumah Tangga

14 (66.7%)

7 (33.3%)

21 (100.0%)

Pedagang

12 (70.6%)

5 (29.4%)

17 (100.0%)

Petani

2 (66.7%)

1 (33.3%)

3 (100.0%)

PNS

4 (66.7%)

2 (33.3%)

6 (100.0%)

Tidak Bekerja

10 (62.5%)

6 (37.5%)

16 (100.0%)

Wiraswasta

13 (54.2%)

11 (45.8%)

24 (100.0%)

Riwayat Hipertensi

 

 

 

 

Perilaku

 

Karakteristik

 

 

Total

 

Baik

Buruk

 

Ya

13 (48.1%)

14 (51.9%)

27 (100.0%

Tidak

42 (70.0%)

18 (30.0%)

60100.0%)

Sumber: Data Penelitian, 2023

 

Berdasar data dari tabel di atas bisa diketahui distribusi frekuensi tingkat perilaku berdasarkan karakteristik subjek penelitian. Pada karakteristik umur pasien, untuk pasien yang berumur antara 17 � 25 tahun terdapat 2 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 1 pasien (50.0%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 1 pasien (50.0%). Kemudian pada pasien dengan umur antara 26 � 35 tahun terdapat 21 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 13 pasien (61.9%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 8 pasien (38.1%).

Kemudian pada pasien dengan umur antara 36 � 45 tahun terdapat 19 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 13 pasien (68.4%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 6 pasien (31.6%). Kemudian pada pasien dengan umur antara 46 � 55 tahun terdapat 17 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 11 pasien (64.7%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 6 pasien (35.3%). Kemudian pada pasien dengan umur > 55 tahun terdapat 28 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 17 pasien (60.7%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 11 pasien (39.3%)

Pada karakteristik jenis kelamin pasien, untuk pasien yang berjenis kelamin laki- laki terdapat 33 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 21 pasien (63.6%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 12 pasien (36.4%). Kemudian pada pasien dengan jenis kelamin perempuan terdapat 54 pasien (100.0%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 34 pasien (63.0%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 20 pasien (37.0%).

Pada karakteristik pendidikan pasien, untuk pasien yang pendidikannya tidak tamat SD terdapat 11 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 6 pasien (54.5%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 5 pasien (45.5%). Kemudian pada pasien dengan pendidikan SD terdapat 13 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 6 pasien (46.2%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 7 pasien (53.8%). Kemudian pada pasien dengan pendidikan terakhir SMP terdapat 21 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 16 pasien (76.2%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 5 pasien (23.8%).

Kemudian pada pasien dengan pendidikan SMA terdapat 26 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 19 pasien (73.1%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 7 pasien (26.9%). Kemudian pada pasien dengan pendidikan perguruan terdapat 16 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 8 pasien (50.0%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 5 pasien (50.0%).

Pada karakteristik pekerjaan pasien, untuk pasien yang pekerjaannya ibu rumah tangga terdapat 21 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 14 pasien (66.7%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 7 pasien (33.3%). Kemudian pada pasien dengan pekerjaan pedagang terdapat 17 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 12 pasien (70.6%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 5 pasien (29.4%). Kemudian pada pasien dengan pekerjaan petani terdapat 3 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 2 pasien (66.7%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 1 pasien (33.3%).

Kemudian pada pasien dengan pekerjaan PNS terdapat 6 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 4 pasien (66.7%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 2 pasien (33.3%). Kemudian pada pasien dengan status pekerjaan tidak bekerja terdapat 16 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 10 pasien (62.5%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 6 pasien (37.5%). Kemudian pada pasien dengan status pekerjaan wiraswasta terdapat 24 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 13 pasien (54.2%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 11 pasien (45.8%).

Pada karakteristik riwayat hipertensi pasien, untuk pasien yang memiliki riwayat hipertensi terdapat 27 pasien (100%) sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 13 pasien (48.1%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 14 pasien (51.9%). Kemudian pada pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi terdapat 60 pasien (100%), sedangkan yang masuk kategori tingkat perilaku baik yaitu 42 pasien (70.0%) dan yang masuk kategori tingkat perilaku buruk yaitu 18 pasien (30.0%).

 

C.    Distribusi Frekuensi Kategorisasi Tingkat Pengetahuan

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Kategorisasi Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan

Jumlah

Persentase (%)

Tinggi

67

77.0%

Rendah

20

23.0%

Total

87

100.0%

Sumber: Data Penelitian, 2023

 

Berdasarkan tabel di atas bisa diketahui tingkat pengetahuan subjek penelitian ini sebanyak 87 pasien, yang di bagi menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Tingkat pengetahuan subjek penelitian ini mayoritas masuk pada kategori tinggi yaitu sebanyak 67 pasien (77.0%) sedangkan yang masuk kategori rendah ada 20 pasien (23.0%).

 

D.    Distribusi Frekuensi Kategorisasi Tingkat Perilaku

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Kategorisasi Tingkat Perilaku

Tingkat Perilaku

Jumlah

Persentase (%)

Baik

55

63.2%

Buruk

32

36.8%

Total

87

100.0%

Sumber: Data Penelitian, 2023

 

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tingkat perilaku subjek penelitian ini sebanyak 87 pasien, yang dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu baik serta buruk. Tingkat perilaku subjek penelitian ini mayoritas masuk pada kategori baik yaitu sebanyak 55 pasien (63.2%) sedangkan yang masuk kategori buruk terdapat 32 pasien (36.8%).

 

E.     Gambaran Tingkat Pengetahuan

Berdasar hasil kuesioner menunjukan dari 87 responden, diperoleh 67 (77.0%) responden yang mempunyai pengetahuan yang tinggi, sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan rendah berjumlah 20 (23.0%) responden. Penelitian ini sejalan dengan penilitian Nurfadillah R (2018) yang berjudul Gambaran Pengetahuan dan Sikap Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Klien Riwayat Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Batu- batu Kabupaten Soppeng. Hasil Penelitian menunjukan bila dari 48 responden didapatkan 41 (85,4%) orang berpengetahuan tinggi, 7 orang (14,6%) berpengetahuan rendah.

1.      Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu, pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku (Donsu, 2017). Adanya informasi baru yang diberikan kepada responden mengenai pencegahan komplikasi hipertensi memberikan dasar kognitif baru untuk pembentukan pengetahuan. Hal tersebut didorong dengan teori yang disampaikan oleh Sukmadinata (2013), bila masyarakat dapat memperoleh informasi yang luas lewat berbagai media, sehingga seseorang yang lebih banyak menggunakan berbagai media informasi akan menerima lebih banyak pengetahuan daripada orang yang tidak pernah mencari media informasi.

 

2.      Usia

Pengetahuan responden mengenai pencegahan hipertensi tergolong ke dalam kategori cukup baik salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia. Sebagian besar responden berusia > 55 tahun (Lansia) dengan tingkat pengetahuan tinggi yaitu 19 (67.9%). Hasil penelitian ini menggambarkan bila usia responden masih dapat digolongkan Lansia. Pada usia ini telah mengalami penurunan kemampuan kognitif, memori, dan kecepatan berpikir, hal ini sejalan dengan teori Harada (2014) yaitu beberapa kemampuan kognitif, konseptual, memori, dan kecepatan berpikir meningkat seiring bertambah usia kemudian menurun saat memasuki usia lanjut.36 Pada usia Pertengahan, responden mampu memahami pencegahan kekambuhan hipertensi berdasarkan pengalaman atau informasi yang diterima. Situasi ini membantu responden untuk mencegah hipertensi muncul kembali.

 

3.      Jenis Kelamin

Data yang didapatkan dari hasil penelitian menunjukkan pasien yang berjenis kelamin perempuan terdapat 54 dengan masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 43 pasien (79.6%). Pasien yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 33 responden dengan yang masuk kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu 24 pasien (72.7%). Dari hasil penelitian di atas terlihat bila tidak ada perbedaan pengetahuan yang signifikan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, hal ini sependapat dengan Soemanto (2003) bahwa tidak terdapat perbedaan kecerdasan antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut sesuai dengan teori Notoatmodjo (2018) bila wanita pada umumnya lebih bebas mencari informasi mengenai pengobatan daripada pria.

 

4.      Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian menggambarkan dari 87 responden, dominan responden dengan tingkat pengetahuan tinggi adalah berpendidikan SMA sebanyak 26 pasien dengan 24 (92.3%) responden bertingkat pengetahuan tinggi. Dengan cukup tingginya latar belakang pendidikan yang dimiliki responden, membuat responden dapat dengan mudah menerima serta memahami informasi yang diterimanya terutama mengenai pencegahan kekambuhan hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori Mubarak (2007) bahwa pendidikan adalah pengajaran yang diberikan untuk orang lain tentang sesuatu agar mereka memahaminya. Tidak bisa dipungkiri bila pendidikan seseorang yang semakin tinggi akan berdampak pada semakin mudah ia memperoleh informasi dan semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. 39

 

5.      Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden adalah berkerja sebagai wiraswasta sebanyak 24 responden dengan tingkat pengetahuan tinggi yaitu 17 (70.8%) responden. Pekerjaan merupakan sumber keuangan untuk memperoleh pengetahuan, termasuk kebutuhan pendidikan, dan pengalaman juga dapat diperoleh dari bekerja. Hal ini sejalan dengan penilitian Nurlaila Hanum (2018) pekerjaan yang bervariasi mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga.

 

F.     Gambaran Perilaku Pencegahan Hipertensi

Berdasarkan hasil kuesioner menunjukan bahwa dari 87 responden didapatkan sebanyak 55 pasien (63.2%) memiliki perilaku baik dalam pencegahan hipertensi, sedangkan yang masuk kategori buruk terdapat 32 pasien (36.8%). Hal tersebut selaras dengan penilitian yang dilaksanakan oleh Muh Shiyabur Romli (2021) yang berjudul Gambaran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Pasien Hipertensi di Kecamatan Wagir Kabupaten Malang, dari keseluruhan 50 responden pasien hipertensi di Desa Sengon Kecamatan Wagir Kabupaten Malang, hasil penelitian ini menunjukan bila dari kesulurahan 50 responden didapatkan perilaku yang cukup baik dengan persentase sebesar 42% dan 16% responden masih mempunyai tingkat perilaku yang kurang.

1.      Perilaku

Menurut pandangan Notoatmodjo (2020) bahwa sikap adalah sebuah tanggapan atau respon yang masih tertutup terhadap stimulus ataupun objek. Menyatakan bila perilaku kesehatan individu akan cenderung berpengaruh dengan kepercayaan orang yang bersangkutan mengenai kondisi kesehatan yang diharapkan serta saat mengambil tindakan pencegahan ataupun penyembuhan.

 

2.      Usia

Berdasarkan hasil survei, 17 orang (60.7%) memiliki sikap yang baik adalah responden usia > 55 (lansia). Menurut (Notoatmodjo, 2014), sikap juga dapat dihasilkan dari keyakinan, gagasan, persepsi terhadap sebuah objek, kehidupan emosional, serta kecenderungan tindakan.42

 

3.      Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian 34 (63.0%) perempuan pada umumnya memiliki sikap baik, sedangkan 21 (63.6%) mempunyai sikap baik terdapat pada jenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori menurut (Notoatmodjo, 2018) bahwa wanita akan cenderung lebih bebas untuk mencari tahu mengenai pencegahan daripada laki-laki.38

 

4.      Tingkat Pendidikan

Pada umumnya berdasar pada hasil penelitian, sebanyak 73.1% sikap baik terdapat pada tingkat pendidikan SMA sedangkan pada pendidikan SD responden yang memiliki sikap buruk sebanyak 53.8%, hal tersebut perlu ditingkatkan agar penderita hipertensi bisa memiliki sikap yang positif. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Failasufa (2015), dimana terdapat perbedaan sikap pada tingkat pendidikannya, hal itu disebabkan kemampuannya dalam mencerna beragam informasi yang diserapnya dari beragam sumber, termasuk media massa.

 

5.      Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bila sikap baik terdapat pada pasien yang memiliki pekerjaan Pedagang 12 (70.6%) responden.

 

Kesimpulan

Dari hasil penelitian di atas, peneliti mendapati beberapa kesimpulan sebagaiman uraian berikut; 1) Gambaran tingkat pengetahuan pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang mayoritas memilki tingkat pengetahuan yang tinggi. 2)������� Gambaran perilaku pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang mayoritas memilki perilaku yang baik dalam melakukan pencegahan hipertensi

 

BIBLIOGRAFI

Dinkes Kabupaten Karawang. (2020). Data DINKES Kabupaten Karawang. Dinkes Karawang, (1), 53. Retrieved from https://www.karawangkab.go.id/dokumen/rencana- strategis-renstra-tahun-2018-dinkes%0Ahttps://dinkes.karawangkab.go.id/download

 

Donsu, Jenita DT. (2017). Psikologi Keperawatan.Yogyakarta : Pustaka Baru Press

 

Ismaya, Wisma, & Emelia, Rida. (2022). Profil Penggunaan Obat Hipertensi Pada Pasien Bpjs Rawat Jalan Di Instalasi Farmasi Di Rumah Sakit X Sukabumi. Jurnal Health Sains, 3(1), 138�145.

 

Nuriani, Nuriani, Rochadi, Kintoko, & Siregar, Fazidah Aguslina. (2021). Hubungan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi Di Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal Health Sains, 2(6), 820�828.

 

Yulanda, G., & Lisiswanti, R. (2017). Penatalaksanaan Hipertensi Primer. Jurnal Majority, 6(1), 25�33.

 

RISKESDAS : 2018. (n.d.). RISKESDAS 2018.

 

Sefrina, L. R., Assabila, S. Y., Hafidz, A.-K. U., Parhusip, E. S., & Khairunnisa, D. Y. (2021). Hubungan Status Gizi Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di Wilayah Pesisir Karawang (Studi Di Desa Telukbuyung Kecamatan Pakisjaya). Jurnal Gizi Dan Kuliner, 37�42. Retrieved from https://journal.unsika.ac.id/index.php/gizi/article/download/5588/2952

 

Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Kementrian Kesehatan RI, 1�5. Retrieved from https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin- hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf

 

Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan Notoatmodjo.

 

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

 

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta.

 

Harada Caroline. 2014. Normal Cognitive Aging. NIH Public Access Journal. P:737-752

 

Soemanto, Wasty. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

 

Notoatmodjo, 2018. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta

 

Mubarak, W.I. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

 

Notoatmodjo, S., 2014, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Copyright holder:

Mohamad Malik Aziz, Arifin S, Pritha P (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: