Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 8, Agustus 2023

 

PENDIDIKAN KESEHATAN DAN DUKUNGAN SUAMI MENURUNKAN POSTPARTUM BLUES IBU PASCA BEDAH SESAR

 

Aida Kusnaningsih

Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Email: [email protected]

 

Abstrak

Postpartum blues merupakan perubahan perasaan yang sering terjadi pada ibu pascabedah sesar, seperti perasaan sedih, senang yang berlebihan, dan perasaan tertekan, tiba-tiba menangis, dan mudah tersinggung. Terjadi dari beberapa jam sampai beberapa hari setelah melahirkan. Postpartum blues dapat diatasi dengan pendidikan kesehatan dan dukungan suami, sehingga penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Pendidikan Kesehatan dan Dukungan Suami terhadap kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Pasca Bedah Sesar. Metode. Desain penelitian quasi ekspereimen, dengan pendekatan pre posttest. Pengambilan sampel secara konsekutif sampling pada 60 orang responden yang terbagi menjadi kelompok kontrol dan intervensi. Intrumen menggunakan EPDS, data dianalisis menggunakan uji Mc Nemar dan Uji Chi Square. Hasil. Ada perbedaan proporsi kejadian postpartum blues antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan dan dukungan suami (P Value 0,041). Ibu pasca bedah sesar yang mendapatkan intervensi memiliki peluang 4,33 kali lebih tinggi untuk tidak mengalami postpartum blues dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan intervensi (OR: 4,33; 1,20-15,60). Kesimpulan. Pendidikan kesehatan dan dukungan suami berpengaruh terhadap kejadian postpartum blues pada ibu pasca bedah sesar.

 

Kata Kunci: Postpartum Blues; Pendidikan Kesehatan; Dukungan Suami.

 

Abstract

Postpartum blues are changes in feelings that often occur in post-cesarean mothers, such as feelings of sadness, excessive joy, and feelings of depression, sudden crying, and irritability. Occurs from a few hours to a few days after delivery. Postpartum blues can be overcome with health education and husband's support, so the study aims to determine the effect of providing Health Education and Husband Support on the incidence of Postpartum Blues in Post-Cesarean Section Mothers. Method. Quasi-experimental research design, with a pre-posttest approach. Sampling by consecutive sampling on 60 respondents who were divided into control and intervention groups. Instruments used EPDS, data were analyzed using the Mc Nemar test and Chi Square test. Results. There was a difference in the proportion of postpartum blues events between the intervention group and the control group after the intervention group was given health education and husband support (P Value 0.041). Post-cesarean section mothers who received intervention had a 4.33 times higher chance of not experiencing postpartum blues compared to mothers who did not receive intervention (OR: 4.33; 1.20-15.60). Conclusion. Health education and husband's support influence the incidence of postpartum blues in post-cesarean section mothers.

 

Keywords: Postpartum Blues; Health Education; Husband's Support

 

 

Pendahuluan

Postpartum blues adalah kejadian pada hari-hari pertama postpartum dengan puncak hari ketiga sampai kelima, dengan waktu dari beberapa jam sampai beberapa hari (Gonidakis et al., 2007). Postpartum blues ditandai dengan perasaan sedih, senang yang berlebihan, dan perasaan tertekan atau depresi, tiba-tiba menangis, mudah tersinggung, cemas, sakit kepala, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, merasa tidak mampu, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan (Reeder et al., 1997).

Postpartum blues dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya karena efek fisiologis dari kondisi pasca bedah sesar. Persalinan bedah sesar adalah persalinan dengan tindakan untuk melahirkan janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen dan uterus.� Bedah sesar dilakukan atas berbagai indikasi dengan tujuan untuk menyelamatkan ibu dan janin. Pasca Persalinan bedah sesar terjadi perubahan fisik dan memberikan efek seperti adanya nyeri luka operasi, afterpain, perubahan dan ketidaknyaman pada payudara, gangguan tidur, kelelahan. Kondisi ini memberikan efek pada psikologis ibu postpartum sehingga dapat menjadi faktor memicu terjadinya postpartum blues (Cheng et al., 2006); (Kempler et al., 2012). Pengalaman tidak menyenangkan pada masa kehamilan dan persalinan, kurangnya dukungan sosial dan faktor spiritual juga merupakan faktor yang dapat memicu terjadinya postpartum blues (Uke Riska Setyowati, 2006).

Angka kejadian postpartum blues berdasarkan beberapa penelitian cukup tinggi. Penelitian pada 37 ibu pasca persalinan normal dan pasca bedah sesar didapatkan hasil 22 orang (59,5%) mengalami postpartum blues (Irawati & Yuliani, 2013). Penelitian yang dilakukan pada 60 orang ibu pasca bedah sesar didapatkan hasil 32 orang (53%) mengalami postpartum blues (Kusnaningsih et al., 2017). Kejadian postpartum blues pada ibu pasca bedah sesar sebesar 35,7% (Miyansaski, 2014).

Postpartum blues apabila tidak dilakukan pencegahan dan penatalaksanaan dapat membahayakan bagi ibu dan bayi serta dapat berkembang menjadi depresi postpartum dan psikosis postpartum. Sekitar 20% postpartum blues yang tidak teratasi berkembang menjadi depresi postpartum (Stewart et al., 2003). Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya kejadian postpartum blues. Penelitian yang dilakukan oleh berupa paket pendidikan kesehatan tentang postpartum blues dan teknik relaksasi yang terdiri atas pijat oksitosin dan mendengarkan pada 60 ibu pasca bedah sesar didapatkan hasil ada perbedaan signifikan kejadian postpartum blues sebelum dan setelah intervensi (p=0,000), dan 16 kali lebih efektif menurunkan kejadian postpartum blues (Kusnaningsih et al., 2017). Penelitian terapi musik efektif untuk mencegah kejadian postpartum blues (Manurung et al., 2011).

Pencegahan dan penatalaksanaan postpartum blues juga dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor penyebab atau faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues. Salah satu faktor yang berhubungan yaitu dukungan keluarga/suami. Penelitian yang dilakukan oleh pada 116 ibu postpartum didapatkan hasil ada hubungan antara dukungan suami dengan kondisi psikologis ibu postpartum (Winarni, 2018).

Penelitian ini akan mengembangkan suatu intervensi berupa pemberian paket pendidikan tentang postpartum blues dengan menggunakan media booklet dengan melibatkan dukungan suami pada penatalaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian paket pendidikan kesehatan dan dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues pada ibu pasca bedah sesar.

 

Metode Penelitian

Desain penelitian merupakan penelitian kuantitatif kuasi eksperimen. Sampel penelitian adalah Ibu pasca bedah sesar berjumlah 60 orang yang terbagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kuesioner yang digunakan yaitu EPDS (Edinburg Postpartum Depresion scale) dan data dianalisis menggunakan uji chi square dan Mc Nemar

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada table-tabel di bawah ini:

 

Tabel 1

Postpartum Blues Ibu Pasca Bedah Besar

Pada Kelompok Intervensi Sebelum dan Setelah Pemberian Pendidikan Kesehatan �������������dan Dukungan Suami di Palangka Raya Periode April s.d. Oktober 2022

No.

Kejadian Postpartum Blues

Jumlah

Persentase

1.

Pretest

 

 

 

a.                   Postpartum Blues

14

46,66

 

b.                   Tidak Postpartum Blues

16

53,34

2.

Posttest

 

 

 

a.                   Postpartum Blues

4

13,33

 

b.                   b.� Tidak Postpartum Blues

26

86,67

 

Tabel 1 menunjukkan bahwa kejadian postpartum blues pada kelompok intervensi hasil pengukuran pretest dari 30 orang sebanyak 14orang (46,66%) mengalami postpartum blues dan hasil pengukuran posttest sebanyak 4 orang (13,33%) mengalami postpartum blues.

 

 

 

 

 

Tabel 2

Kejadian Postpartum Blues Ibu Pasca Bedah Besar pada Kelompok Kontrol

di Palangka Raya Periode April s.d. Oktober 2022

No.

Kejadian Postpartum Blues

Jumlah

Persentase

1.

Pretest

 

 

 

a.                   Postpartum Blues

14

46,66

 

b.                   Tidak Postpartum Blues

16

53,34

2.

Posttest

 

 

 

a.                   Postpartum Blues

12

40,00

 

b.                   Tidak Postpartum Blues

18

60,00

 

Tabel 2 menunjukkan bahwa kejadian postpartum blues pada kelompok kontrol hasil pengukuran pretest dari 30 orang sebanyak 14 orang (46,66%) mengalami postpartum blues dan hasil pengukuran posttest sebanyak 12 orang (40,00%) mengalami postpartum blues.

 

Tabel 3

Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan dan Dukungan Suami pada Kelompok Intervensi Sebelum dan Setelah Pemberian Pendidikan Kesehatan dan Dukungan Suami (n=30)

No.

Kejadian

Postpartum Blues

Sebelum Intervensi

Setelah

Intervensi

P Value

n

%

n

%

1.

Postpartum Blues

14

46,66

4

13,33

0,002

2.

Tidak Postpartum Blues

16

53,34

26

86,67

 

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebelum diberikan intervensi paket pendidikan kesehatan dan dukungan suami jumlah ibu yang mengalami postpartum blues sebanyak 14 ibu (46,66%) sedangkan setelah masa intervensi jumlah ibu yang mengalami postpartum blues berkurang menjadi 4 ibu (13,33%).� Ada perbedaan kejadian postpartum blues pada ibu pasca bedah sesar setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami angka kejadian postpartum blues (P Value 0,002).

 

Tabel 4

Perbedaan Kejadian Postpartum Blues Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Setelah diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan dan Dukungan Suami di Palangka Raya Periode April s.d. Oktober 2022 (n=60)

��No

Kelompok

(Variabel)

Postpartum Blues

Tidak Postpartum Blues

Total

P

OR

n

%

n

%

n

%

 

 

1

Intervensi

4

13,34

26

86,66

30

100

0,04

4,33

(1,20-15,60)

2

Kontrol

12

40,00

18

60,00

30

100

 

Tabel 4 menunjukkan bahwa setelah kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan kejadian postpartum blues pada pada kelompok intervensi sebanyak 4 orang (13,34%), sedangkan kelompok kontrol sebanyak 12 orang (40,00%). Ada perbedaan proporsi kejadian postpartum blues antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan dan dukungan suami (P 0,041). Ibu pasca bedah sesar yang mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami memiliki peluang 4,33 kali lebih tinggi untuk tidak mengalami postpartum blues dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami (OR: 4,33; 1,20-15,60).

 

Pembahasan

Postpartum Blues merupakan masalah psikologis yang sering dialami oleh ibu pasca melahirkan secara bedah sesar. Postpartum blues terjadi pada beberapa hari sampai beberapa minggu setelah melahirkan. Postpartum blues ditandai dengan perasaan sedih, senang yang berlebihan, dan perasaan tertekan atau depresi, tiba-tiba menangis, mudah tersinggung, cemas, sakit kepala, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, merasa tidak mampu, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Postpartum blues dapat diatasi dengan beberapa cara diantaranya adalah pemberian pendidikan kesehatan dan dukungan suami.

Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa pendidikan kesehatan dan dukungan suami berpengaruh menurunkan kejadian postpartum blues pada ibu pasca bedah sesar. Pengaruh intervensi yang diberikan diketahui melalui perbedaan proporsi kejadian postpartum blues antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan dan dukungan suami (P Value 0,041). Ibu pasca bedah sesar yang mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami memiliki peluang 4,33 kali lebih tinggi untuk tidak mengalami postpartum blues dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami (OR: 4,33; 1,20-15,60).

Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dan dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues. Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2010) pada ibu postpartum primipara di Praktik Mandiri Bidan Agung Oka, Desa Gendoh, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi didapatkan hasil ada hubungan dukungan suami dengan kejadian postpartum blues (0,000).

Penelitian yang dilakukan oleh Renata, (2021) pada 96 ibu postpartum didapatkan hasil sebanyak 44,8 % ibu mengalami postpartum blues, dan terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan kejadian postpartum blues (p=0,042; O= 2,331). Samria dan Haerunisa (2021) didapatkan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan kejadian postpartum blues (p=0,000). Penelitian oleh Harianis & Sari (2022) pada 73 orang didapatkan hasil ada hubungan antara pendidikan kesehatan setelah persalinan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, dan ketelibatan keluarga dalam mengurus bayi dengan kejadian postpartum blues.

Penelitian lain juga yang menunjukkan ada hubungan dan pengaruh pendidikan kesehatan dan dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues adalah penelitian yang dilakukan oleh Cindritsya (2019) pada 50 orang responden didapatkan hasil ada perbedaan yang signifikan antara ibu yang mendapat dukungan suami dengan ibu yang tidak ada dukungan suami yang baik. Penelitian Fidora, Hapsari, & Rahmat (2018) pada ibu postpartum berupa intervensi pemberian pendidikan kesehatan disertai buku panduan selama 3 kali dalam jangka waktu 3 minggu menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan skor maternal depressive symptoms sebelum dan setelah intervensi yaitu 12,83 menjadi 7,69. Delta perubahan skor adalah 4,89 (p=0,002).

Penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Ivana (2018) pada 40 orang ibu postpartum didapatkan hasil ada hubungan dukungan suami dengan terjadinya postpartum blues pada ibu nifas (Pvalue=0.002, OR = 1,143). Penelitian Fairuz (2023) pada 59 orang ibu nifas di Puskesmas Rumbia di dapatkan hasil terdapat hubungan antara dukungan suami dengan kejadian depresi postpartum blues, dimana ibu nifas yang tidak mendapat dukungan suami mempunyai peluang 6,013 kali untuk terjadi depresi postpartum bila dibandingkan dengan ibu nifas yang mendapat dukungan suami. Penelitian Khasanah (2017) terdapat hubungan antara dukungan suami dengan kejadian postpartum blues.

Intervensi untuk mengatasi atau mengurangi postpartum blues dilakukan melalui pendidikan kesehatan dan dukungan suami. Pendidikan kesehatan memberikan kesempatan untuk meningkatkan pemahaman terhadap kejadian postpartum blues. Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha dan upaya atau proses belajar untuk menyediakan kondisi psikologis bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat agar mempunyai pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan serta merubah perilaku yang tidak sehat ke pola hidup sehat (Setiawati & Dermawan, 2008);(Notoatmodjo, 2007).

Dukungan suami juga berpengaruh terhadap kejadian postpartum blues. Sistem pendukung seperti dari suami bagi klien akan sangat bermakna dalam membantu klien mencegah postpartum blues/depresi postpartum. Dukungan sosial (suami) yang baik memberikan dampak positif bagi ibu selama masa nifas untuk mencegah postpartum blues/depresi postpartum (Pillitteri, 2010). Dukungan suami selama masa postpartum dapat berupa membantu dalam perawatan/pengasuhan bayi, bermain dengan bayi, mencium bayi saat kesal, membantu dalam perawatan ibu nifas� sehari-hari, membantu pekerjaan rumah tangga, memberikan dukungan dalam pemberian ASI, memperhatikan nutrisi/makanan yang dikonsumsi ibu nifas, memperhatikan waktu istrahat ibu nifas, memberikan perhatian, kasih sayang, rasa aman, memberikan penghargaan terhadap ibu nifas, Mendengarkan keluh kesah ibu nifas, dan memahami dan membantu ibu beradaptasi perubahan fisik dan psikologis ibu nifas.

Intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami pada ibu pasca bedah sesar berpengaruh untuk menurunkan kejadian postpartum blues. Pendidikan kesehatan kepada ibu pasca bedah memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk belajar, memahami cara mencegah dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan tentang postpartum blues dan pencegahannya. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan akan memberikan kesadaran kepada ibu untuk bersikap positif untuk mencegah terjadinya postpartum blues serta melakukan upaya untuk mengatasi apabila terjadinya kejadian postpartum blues.

Dukungan suami dapat mencegah dan menurunkan kejadian postpartum blues. Suami merupakan sistem pendukung bagi ibu pasca bedah sesar. Suami merupakan orang terdekat dan terdepan yang bertanggung jawab memfasilitasi timbulnya rasa nyaman, aman, rasa dihormati, rasa berharga, dibutuhkan, kuat, semangat untuk menyelesaikan kehamilan dan persalinan dengan baik dan penuh kebahagiaan, sehingga ibu dapat beradaptasi terhadap perubahan emosi dan terhindar dari perasaan depresi. Dukungan dari suami membuat istri akan merasa nyaman, aman, berharga dan percaya. sebaliknya ibu yang tidak memperoleh dukungan dari suami akan merasa diabaikan, tidak berharga, merasa dalam bahaya, merasa diperlakukan dengan tanpa hormat, merasa diabaikan, dikucil atau dianggap remeh yang pada akhirnya dapat memicu reaksi psikologis atau postpartum blues/depresi postpartum (Putra et al., 2023).

 

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil dalam penelitian ini adalah kejadian postpartum blues pada kelompok intervensi yaitu dari 30 orang ibu pasca bedah sesar, sebanyak 14 orang (46,67%) sebelum diberikan intervensi mengalami postpartum blues dan menurun menjadi 4 orang (13,33%) setelah diberikan intervensi.�

Kejadian postpartum blues pada kelompok kontrol yaitu dari 30 orang ibu pasca bedah sesar, di awal (pretest)� sebanyak 14 orang (46,66%) mengalami postpartum blues dan hasil pengukuran posttest sebanyak 12 orang (40,00%) mengalami postpartum blues. Ada perbedaan kejadian postpartum blues pada ibu pasca bedah sesar setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami angka kejadian postpartum blues (P Value 0,002).

Ada perbedaan proporsi kejadian postpartum blues antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan dan dukungan suami (P Value 0,041). Ibu pasca bedah sesar yang mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami memiliki peluang 4,33 kali lebih tinggi untuk tidak mengalami postpartum blues dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami (OR: 4,33; 1,20-15,60).

 

BIBLIOGRAFI

Cheng, C.-Y., Fowles, E. R., & Walker, L. O. (2006). Postpartum maternal health care in the United States: A critical review. The Journal of Perinatal Education, 15(3), 34. https://doi.org/10.1624/105812406X119002

 

Fatimah, S. (2010). Hubungan dukungan suami dengan kejadian postpartum blues pada ibu primipara di ruang Bugenvile RSUD Tugurejo Semarang. Universitas Diponegoro.

 

Fidora, I., Hapsari, E. D., & Rahmat, I. (2018). Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Individu Terhadap Perubahan Maternal Depressive Symptoms Pada Ibu Postpartum. Menara Medika, 1(1).

 

Gonidakis, F., Rabavilas, A. D., Varsou, E., Kreatsas, G., & Christodoulou, G. N. (2007). Maternity blues in Athens, Greece:: A study during the first 3 days after delivery. Journal of Affective Disorders, 99(1�3), 107�115. https://doi.org/10.1016/j.jad.2006.08.028.

 

Harianis, S., & Sari, N. I. (2022). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Post Partum Blues. JOMIS (Journal of Midwifery Science), 6(1), 85�94.

 

Irawati, D., & Yuliani, F. (2013). Pengaruh faktor psikososial terhadap terjadinya postpartum blues pada ibu nifas. Prosiding Seminar Nasional.

 

Kempler, L., Sharpe, L., & Bartlett, D. (2012). Sleep education during pregnancy for new mothers. BMC Pregnancy and Childbirth, 12, 1�10. https://doi.org/10.1186/1471-2393-12-155.

 

Kusnaningsih, A., Setyowati, S., & Budiati, T. (2017). Paket Pendidikan Kesehatan dan Teknik Relaksasi Menurunkan Postpartum Blues Ibu Pasca Bedah Sesar. Jurnal Forum Kesehatan: Media Publikasi Kesehatan Ilmiah, 7(1), 1�6.

 

Manurung, S., Lestari, T. R., Suryati, B., Wiradwiyana, B., Karma, A., & Paulina, K. (2011). Efektivitas terapi musik terhadap pencegahan postpartum blues pada ibu primipara di Ruang Kebidanan RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 14(1), 21251.

 

Miyansaski, A. U. (2014). Perbandingan kejadian post partum blues pada ibu post partum dengan persalinan normal dan sectio caesarea. Riau University.

 

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.

 

Pillitteri, A. (2010). Maternal & child health nursing: Care of the childbearing & childrearing family. Lippincott Williams & Wilkins.

 

Putra, G. N. W., Ridayanti, P. W., Marleni, K. D., & Dewi, I. A. M. S. K. (2023). Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Depresi Postpartum Blues Pada Ibu Nifas Primigravida Kunjungan 2 Di Pmb Ntc. MIDWINERSLION: Jurnal Kesehatan STIKes Buleleng, 8(1), 138�147.

 

Reeder, S. J., Martin, L. L., & Koniak-Griffin, D. (1997). Maternity nursing: Family, newborn, and women�s health care. (No Title).

 

Renata, B., & Agus, D. (2021). Association of husband support and postpartum blues in postpartum women.

 

Setiawati, S., & Dermawan, A. C. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan. Jakarta: Trans Info Media, 2008, 31�60.

 

Stewart, D. E., Robertson, E., Dennis, C.-L., Grace, S. L., & Wallington, T. (2003). Postpartum depression: Literature review of risk factors and interventions. Toronto: University Health Network Women�s Health Program for Toronto Public Health, 1�289.

 

Tolongan, C., Korompis, G. E. C., & Hutauruk, M. (2019). Dukungan suami dengan kejadian depresi pasca melahirkan. Jurnal Keperawatan, 7(2).

 

Uke Riska Setyowati, N. B. (2006). Studi Faktor Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Pasca Salin: Penelitian Deskriptif Di Ruang Bersalin I Rsu Dr. Soetomo Surabaya. UNIVERSITAS AIRLANGGA.

 

Utami, V. W. (2018). Hubungan Dukungan Suami Terhadap Post Partum Blues Pada Ibu Nifas Di BPS AMRINA, Amd. Keb Kelurahan Ganjar Asri Kecamatan Metro Barat Kota Metro Tahun 2016. Jurnal Kebidanan Malahayati, 2(4).

 

Winarni, L. M. (2018). Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi Psikologi Ibu Postpartum. Jurnal Ilmiah Bidan, 3(2), 1�11.

 

Copyright holder:

Aida Kusnaningsih (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: