Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 8, Agustus
2023
PENDIDIKAN KESEHATAN DAN DUKUNGAN SUAMI MENURUNKAN
POSTPARTUM BLUES IBU PASCA BEDAH SESAR
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Email: [email protected]
Abstrak
Postpartum blues
merupakan perubahan perasaan yang sering terjadi pada ibu pascabedah sesar, seperti perasaan sedih, senang yang berlebihan, dan perasaan tertekan, tiba-tiba menangis, dan mudah tersinggung. Terjadi dari beberapa jam sampai beberapa hari setelah melahirkan.
Postpartum blues dapat diatasi
dengan pendidikan kesehatan dan dukungan suami, sehingga penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Pendidikan
Kesehatan dan Dukungan Suami terhadap
kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Pasca Bedah Sesar. Metode. Desain penelitian
quasi ekspereimen, dengan pendekatan pre posttest. Pengambilan
sampel secara konsekutif sampling pada 60 orang responden
yang terbagi menjadi kelompok kontrol dan intervensi. Intrumen menggunakan EPDS, data dianalisis
menggunakan uji Mc Nemar
dan Uji Chi Square. Hasil. Ada perbedaan proporsi kejadian postpartum
blues antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan dan dukungan suami (P Value 0,041). Ibu pasca bedah sesar yang mendapatkan intervensi memiliki peluang 4,33 kali lebih tinggi untuk
tidak mengalami postpartum
blues dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan intervensi (OR: 4,33;
1,20-15,60). Kesimpulan. Pendidikan kesehatan dan dukungan suami berpengaruh terhadap kejadian postpartum blues pada ibu
pasca bedah sesar.
Kata Kunci: Postpartum Blues; Pendidikan Kesehatan; Dukungan Suami.
Abstract
Postpartum
blues are changes in feelings that often occur in post-cesarean mothers, such
as feelings of sadness, excessive joy, and feelings of depression, sudden
crying, and irritability. Occurs from a few hours to a few days after delivery.
Postpartum blues can be overcome with health education and husband's support,
so the study aims to determine the effect of providing Health Education and
Husband Support on the incidence of Postpartum Blues in Post-Cesarean Section
Mothers. Method. Quasi-experimental research
design, with a pre-posttest approach. Sampling by consecutive sampling on 60
respondents who were divided into control and intervention groups. Instruments
used EPDS, data were analyzed using the Mc Nemar test and Chi Square test. Results. There was a difference in the proportion
of postpartum blues events between the intervention group and the control group
after the intervention group was given health education and husband support (P
Value 0.041). Post-cesarean section mothers who received intervention had a
4.33 times higher chance of not experiencing postpartum blues compared to
mothers who did not receive intervention (OR: 4.33; 1.20-15.60). Conclusion. Health education and husband's support
influence the incidence of postpartum blues in post-cesarean section mothers.
Keywords:
Postpartum Blues; Health Education;
Husband's Support
Pendahuluan
Postpartum blues adalah
kejadian pada hari-hari pertama postpartum dengan puncak hari ketiga
sampai kelima, dengan waktu dari
beberapa jam sampai beberapa hari (Gonidakis et al., 2007). Postpartum blues ditandai dengan perasaan sedih, senang yang berlebihan, dan perasaan tertekan atau depresi,
tiba-tiba menangis, mudah tersinggung, cemas, sakit kepala,
labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, merasa
tidak mampu, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan (Reeder et al., 1997).
Postpartum blues dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya karena efek fisiologis
dari kondisi pasca bedah sesar.
Persalinan bedah sesar adalah persalinan
dengan tindakan untuk melahirkan janin melalui insisi
yang dibuat pada dinding
abdomen dan uterus.� Bedah
sesar dilakukan atas berbagai indikasi
dengan tujuan untuk menyelamatkan ibu dan janin. Pasca Persalinan bedah sesar terjadi perubahan
fisik dan memberikan efek seperti adanya
nyeri luka operasi, afterpain, perubahan dan
ketidaknyaman pada payudara,
gangguan tidur, kelelahan. Kondisi ini memberikan efek pada psikologis ibu postpartum sehingga dapat menjadi faktor
memicu terjadinya
postpartum blues (Cheng et al., 2006); (Kempler et al., 2012). Pengalaman tidak
menyenangkan pada masa kehamilan
dan persalinan, kurangnya dukungan sosial dan faktor spiritual juga merupakan faktor yang dapat memicu terjadinya postpartum
blues (Uke Riska Setyowati, 2006).
Angka kejadian
postpartum blues berdasarkan beberapa
penelitian cukup tinggi. Penelitian pada 37 ibu pasca persalinan
normal dan pasca bedah sesar didapatkan hasil 22 orang (59,5%) mengalami
postpartum blues (Irawati & Yuliani,
2013). Penelitian yang dilakukan
pada 60 orang ibu pasca bedah sesar didapatkan
hasil 32 orang (53%) mengalami
postpartum blues (Kusnaningsih et al., 2017). Kejadian postpartum blues pada ibu pasca bedah
sesar sebesar 35,7% (Miyansaski, 2014).
Postpartum blues apabila
tidak dilakukan pencegahan dan penatalaksanaan dapat membahayakan bagi ibu dan bayi
serta dapat berkembang menjadi depresi postpartum dan psikosis
postpartum. Sekitar 20% postpartum blues yang tidak teratasi berkembang menjadi depresi postpartum (Stewart et al., 2003). Berbagai upaya
dapat dilakukan untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya kejadian postpartum blues. Penelitian
yang dilakukan oleh berupa paket pendidikan kesehatan tentang postpartum
blues dan teknik relaksasi
yang terdiri atas pijat oksitosin dan mendengarkan pada 60 ibu pasca bedah sesar
didapatkan hasil ada perbedaan signifikan
kejadian postpartum blues sebelum
dan setelah intervensi
(p=0,000), dan 16 kali lebih efektif
menurunkan kejadian
postpartum blues (Kusnaningsih et al., 2017). Penelitian terapi
musik efektif untuk mencegah kejadian postpartum blues (Manurung et al., 2011).
Pencegahan dan penatalaksanaan postpartum
blues juga dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor penyebab atau faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues. Salah satu
faktor yang berhubungan yaitu dukungan keluarga/suami. Penelitian yang dilakukan oleh
pada 116 ibu postpartum didapatkan
hasil ada hubungan antara dukungan suami dengan kondisi psikologis ibu postpartum (Winarni, 2018).
Penelitian ini akan
mengembangkan suatu intervensi berupa pemberian paket pendidikan tentang postpartum
blues dengan menggunakan
media booklet dengan melibatkan
dukungan suami pada penatalaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian paket pendidikan kesehatan dan dukungan suami terhadap kejadian postpartum
blues pada ibu pasca bedah sesar.
Metode Penelitian
Desain penelitian
merupakan penelitian kuantitatif kuasi eksperimen. Sampel penelitian adalah Ibu pasca bedah sesar berjumlah
60 orang yang terbagi menjadi
kelompok intervensi dan kontrol. Kuesioner yang digunakan yaitu EPDS (Edinburg
Postpartum Depresion scale) dan data dianalisis menggunakan uji chi
square dan Mc Nemar
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat dilihat pada table-tabel di bawah ini:
Tabel
1
Postpartum
Blues
Ibu Pasca Bedah Besar
Pada Kelompok Intervensi Sebelum
dan Setelah Pemberian Pendidikan Kesehatan �������������dan Dukungan Suami di Palangka
Raya Periode April s.d. Oktober 2022
No. |
Kejadian
Postpartum Blues |
Jumlah |
Persentase |
1. |
Pretest |
|
|
|
a.
Postpartum Blues |
14 |
46,66 |
|
b.
Tidak
Postpartum Blues |
16 |
53,34 |
2. |
Posttest |
|
|
|
a.
Postpartum Blues |
4 |
13,33 |
|
b.
b.� Tidak Postpartum
Blues |
26 |
86,67 |
Tabel 1 menunjukkan
bahwa kejadian postpartum
blues pada kelompok intervensi
hasil pengukuran pretest dari 30 orang sebanyak 14orang
(46,66%) mengalami postpartum blues dan hasil pengukuran posttest sebanyak 4
orang (13,33%) mengalami postpartum blues.
Tabel
2
Kejadian Postpartum Blues Ibu Pasca Bedah Besar pada Kelompok Kontrol
di Palangka Raya Periode April s.d.
Oktober 2022
No. |
Kejadian
Postpartum Blues |
Jumlah |
Persentase |
1. |
Pretest |
|
|
|
a.
Postpartum Blues |
14 |
46,66 |
|
b.
Tidak Postpartum Blues |
16 |
53,34 |
2. |
Posttest |
|
|
|
a.
Postpartum Blues |
12 |
40,00 |
|
b.
Tidak Postpartum Blues |
18 |
60,00 |
Tabel 2
menunjukkan bahwa kejadian postpartum blues pada kelompok kontrol hasil
pengukuran pretest dari 30 orang sebanyak 14 orang (46,66%) mengalami
postpartum blues dan hasil pengukuran posttest sebanyak 12 orang (40,00%)
mengalami postpartum blues.
Tabel
3
Pengaruh Pemberian Pendidikan
Kesehatan dan Dukungan Suami pada Kelompok Intervensi Sebelum dan Setelah
Pemberian Pendidikan Kesehatan dan Dukungan Suami (n=30)
No. |
Kejadian
Postpartum Blues |
Sebelum
Intervensi |
Setelah
Intervensi |
P
Value |
||
n |
% |
n |
% |
|||
1. |
Postpartum Blues |
14 |
46,66 |
4 |
13,33 |
0,002 |
2. |
Tidak Postpartum Blues |
16 |
53,34 |
26 |
86,67 |
Tabel 3 menunjukkan bahwa
sebelum diberikan intervensi paket pendidikan kesehatan dan dukungan suami jumlah ibu yang mengalami postpartum
blues sebanyak 14 ibu
(46,66%) sedangkan setelah
masa intervensi jumlah ibu yang mengalami postpartum blues berkurang
menjadi 4 ibu
(13,33%).� Ada perbedaan
kejadian postpartum blues pada ibu
pasca bedah sesar setelah diberikan
intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami angka kejadian
postpartum blues (P Value 0,002).
Tabel 4
Perbedaan Kejadian
Postpartum Blues Pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol Setelah diberikan Intervensi Pendidikan
Kesehatan dan Dukungan Suami di Palangka Raya Periode April s.d. Oktober 2022
(n=60)
��No |
Kelompok (Variabel) |
Postpartum Blues |
Tidak
Postpartum Blues |
Total |
P
|
OR |
|||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|
|
||
1 |
Intervensi |
4 |
13,34 |
26 |
86,66 |
30 |
100 |
0,04 |
4,33 (1,20-15,60) |
2 |
Kontrol |
12 |
40,00 |
18 |
60,00 |
30 |
100 |
Tabel 4 menunjukkan bahwa setelah kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan kejadian postpartum blues pada pada kelompok intervensi sebanyak 4 orang (13,34%), sedangkan kelompok kontrol sebanyak 12 orang (40,00%). Ada perbedaan proporsi kejadian postpartum blues antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan dan dukungan suami (P 0,041). Ibu pasca bedah sesar yang mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami memiliki peluang 4,33 kali lebih tinggi untuk tidak mengalami postpartum blues dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami (OR: 4,33; 1,20-15,60).
Pembahasan
Postpartum Blues merupakan masalah psikologis yang sering dialami oleh ibu pasca melahirkan
secara bedah sesar. Postpartum blues terjadi
pada beberapa hari sampai beberapa minggu setelah melahirkan. Postpartum blues ditandai
dengan perasaan sedih, senang yang berlebihan, dan perasaan tertekan atau depresi, tiba-tiba
menangis, mudah tersinggung, cemas, sakit kepala, labilitas
perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, merasa tidak mampu, gangguan
tidur dan gangguan nafsu makan. Postpartum blues dapat diatasi dengan
beberapa cara diantaranya adalah pemberian pendidikan kesehatan dan dukungan suami.
Penelitian ini mendapatkan
hasil bahwa pendidikan kesehatan dan dukungan suami berpengaruh menurunkan kejadian postpartum blues pada ibu
pasca bedah sesar. Pengaruh intervensi yang diberikan diketahui melalui perbedaan proporsi kejadian postpartum blues antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan dan dukungan suami (P Value 0,041).
Ibu pasca bedah sesar yang mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami memiliki peluang 4,33 kali lebih tinggi untuk tidak
mengalami postpartum blues dibandingkan
dengan ibu yang tidak mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami (OR: 4,33; 1,20-15,60).
Hasil penelitian ini
sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa ada pengaruh
pemberian pendidikan kesehatan dan dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues. Penelitian
yang dilakukan oleh Fatimah (2010) pada ibu
postpartum primipara di Praktik Mandiri Bidan Agung
Oka, Desa Gendoh, Kecamatan
Sempu, Kabupaten Banyuwangi didapatkan hasil ada hubungan
dukungan suami dengan kejadian postpartum blues
(0,000).
Penelitian yang dilakukan oleh Renata, (2021) pada 96 ibu
postpartum didapatkan hasil
sebanyak 44,8 % ibu mengalami postpartum blues, dan terdapat
hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan kejadian
postpartum blues (p=0,042; O= 2,331). Samria dan Haerunisa
(2021) didapatkan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan kejadian postpartum blues
(p=0,000). Penelitian oleh Harianis
& Sari (2022) pada 73 orang didapatkan
hasil ada hubungan antara pendidikan kesehatan setelah persalinan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, dan ketelibatan keluarga dalam mengurus bayi dengan
kejadian postpartum blues.
Penelitian lain juga yang menunjukkan ada hubungan dan pengaruh pendidikan kesehatan dan dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues adalah penelitian yang dilakukan oleh Cindritsya (2019) pada 50 orang responden didapatkan hasil ada perbedaan
yang signifikan antara ibu yang mendapat dukungan suami dengan ibu yang tidak ada dukungan
suami yang baik. Penelitian Fidora, Hapsari, & Rahmat (2018) pada ibu
postpartum berupa intervensi
pemberian pendidikan kesehatan disertai buku panduan selama
3 kali dalam jangka waktu 3 minggu menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan skor maternal
depressive symptoms sebelum dan setelah
intervensi yaitu 12,83 menjadi 7,69. Delta perubahan skor adalah 4,89 (p=0,002).
Penelitian yang dilakukan oleh Utami dan
Ivana (2018) pada 40 orang ibu
postpartum didapatkan hasil
ada hubungan dukungan suami dengan terjadinya postpartum
blues pada ibu nifas (Pvalue=0.002, OR = 1,143). Penelitian Fairuz (2023) pada 59 orang ibu nifas di Puskesmas
Rumbia di dapatkan hasil terdapat hubungan antara dukungan suami dengan kejadian depresi postpartum blues, dimana ibu nifas yang tidak mendapat dukungan suami mempunyai peluang 6,013 kali untuk terjadi depresi
postpartum bila dibandingkan
dengan ibu nifas yang mendapat dukungan suami. Penelitian Khasanah (2017) terdapat hubungan antara dukungan suami dengan kejadian
postpartum blues.
Intervensi untuk mengatasi
atau mengurangi postpartum
blues dilakukan melalui pendidikan kesehatan dan dukungan suami. Pendidikan kesehatan memberikan kesempatan untuk meningkatkan pemahaman terhadap kejadian postpartum
blues. Pendidikan kesehatan adalah
suatu usaha dan upaya atau proses belajar untuk menyediakan
kondisi psikologis bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat agar mempunyai pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan serta merubah perilaku
yang tidak sehat ke pola hidup
sehat (Setiawati
& Dermawan, 2008);(Notoatmodjo, 2007).
Dukungan suami juga berpengaruh
terhadap kejadian
postpartum blues. Sistem pendukung seperti dari suami
bagi klien akan sangat bermakna dalam membantu klien mencegah postpartum blues/depresi postpartum. Dukungan sosial (suami) yang baik memberikan dampak positif bagi ibu selama
masa nifas untuk mencegah postpartum blues/depresi
postpartum (Pillitteri, 2010). Dukungan suami selama masa postpartum dapat berupa membantu dalam perawatan/pengasuhan bayi, bermain dengan bayi, mencium bayi
saat kesal, membantu dalam perawatan ibu nifas� sehari-hari, membantu pekerjaan rumah tangga, memberikan
dukungan dalam pemberian ASI, memperhatikan nutrisi/makanan yang dikonsumsi ibu nifas, memperhatikan waktu istrahat ibu nifas, memberikan
perhatian, kasih sayang, rasa aman, memberikan penghargaan terhadap ibu nifas,
Mendengarkan keluh kesah ibu nifas,
dan memahami dan membantu ibu beradaptasi perubahan fisik dan psikologis ibu nifas.
Intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami pada ibu pasca bedah
sesar berpengaruh untuk menurunkan kejadian postpartum blues. Pendidikan kesehatan
kepada ibu pasca bedah memberikan
kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk belajar, memahami cara mencegah
dan meningkatkan pengetahuan
serta ketrampilan tentang postpartum blues dan pencegahannya.
Peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan akan memberikan kesadaran kepada ibu untuk
bersikap positif untuk mencegah terjadinya postpartum blues serta
melakukan upaya untuk mengatasi apabila terjadinya kejadian postpartum blues.
Dukungan suami dapat mencegah
dan menurunkan kejadian
postpartum blues. Suami merupakan sistem
pendukung bagi ibu pasca bedah
sesar. Suami merupakan
orang terdekat dan terdepan
yang bertanggung jawab memfasilitasi timbulnya rasa nyaman, aman, rasa dihormati, rasa berharga, dibutuhkan, kuat, semangat untuk menyelesaikan kehamilan dan persalinan dengan baik dan penuh kebahagiaan, sehingga ibu dapat beradaptasi
terhadap perubahan emosi dan terhindar dari perasaan depresi.
Dukungan dari suami membuat istri
akan merasa nyaman, aman, berharga
dan percaya. sebaliknya ibu yang tidak memperoleh dukungan dari suami akan
merasa diabaikan, tidak berharga, merasa dalam bahaya,
merasa diperlakukan dengan tanpa hormat,
merasa diabaikan, dikucil atau dianggap
remeh yang pada akhirnya dapat memicu reaksi
psikologis atau postpartum
blues/depresi postpartum (Putra et al., 2023).
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dalam penelitian
ini adalah kejadian postpartum blues pada
kelompok intervensi yaitu dari 30 orang ibu pasca bedah sesar, sebanyak 14
orang (46,67%) sebelum diberikan intervensi mengalami postpartum blues dan
menurun menjadi 4 orang (13,33%) setelah diberikan intervensi.�
Kejadian postpartum blues pada
kelompok kontrol yaitu dari 30 orang ibu pasca bedah sesar, di awal
(pretest)� sebanyak 14 orang (46,66%)
mengalami postpartum blues dan hasil pengukuran posttest sebanyak 12 orang (40,00%)
mengalami postpartum blues. Ada perbedaan kejadian
postpartum blues pada ibu pasca bedah sesar setelah diberikan intervensi
pendidikan kesehatan dan dukungan suami angka kejadian postpartum blues (P
Value 0,002).
Ada perbedaan proporsi
kejadian postpartum blues antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
setelah kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan dan dukungan suami
(P Value 0,041). Ibu pasca bedah sesar yang mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan
dan dukungan suami memiliki peluang 4,33 kali lebih tinggi untuk tidak
mengalami postpartum blues dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan
intervensi pendidikan kesehatan dan dukungan suami (OR: 4,33; 1,20-15,60).
BIBLIOGRAFI
Cheng, C.-Y., Fowles, E. R., & Walker, L. O.
(2006). Postpartum maternal health care in the United States: A critical
review. The Journal of Perinatal Education, 15(3), 34.
https://doi.org/10.1624/105812406X119002
Fatimah,
S. (2010). Hubungan dukungan suami dengan kejadian postpartum blues pada ibu
primipara di ruang Bugenvile RSUD Tugurejo Semarang. Universitas
Diponegoro.
Fidora,
I., Hapsari, E. D., & Rahmat, I. (2018). Pengaruh Pemberian Pendidikan
Kesehatan Individu Terhadap Perubahan Maternal Depressive Symptoms Pada Ibu
Postpartum. Menara Medika, 1(1).
Gonidakis,
F., Rabavilas, A. D., Varsou, E., Kreatsas, G., & Christodoulou, G. N.
(2007). Maternity blues in Athens, Greece:: A study during the first 3 days
after delivery. Journal of Affective Disorders, 99(1�3), 107�115.
https://doi.org/10.1016/j.jad.2006.08.028.
Harianis,
S., & Sari, N. I. (2022). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Post
Partum Blues. JOMIS (Journal of Midwifery Science), 6(1), 85�94.
Irawati,
D., & Yuliani, F. (2013). Pengaruh faktor psikososial terhadap terjadinya
postpartum blues pada ibu nifas. Prosiding Seminar Nasional.
Kempler,
L., Sharpe, L., & Bartlett, D. (2012). Sleep education during pregnancy for
new mothers. BMC Pregnancy and Childbirth, 12, 1�10.
https://doi.org/10.1186/1471-2393-12-155.
Kusnaningsih,
A., Setyowati, S., & Budiati, T. (2017). Paket Pendidikan Kesehatan dan
Teknik Relaksasi Menurunkan Postpartum Blues Ibu Pasca Bedah Sesar. Jurnal
Forum Kesehatan: Media Publikasi Kesehatan Ilmiah, 7(1), 1�6.
Manurung,
S., Lestari, T. R., Suryati, B., Wiradwiyana, B., Karma, A., & Paulina, K.
(2011). Efektivitas terapi musik terhadap pencegahan postpartum blues pada ibu
primipara di Ruang Kebidanan RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 14(1), 21251.
Miyansaski,
A. U. (2014). Perbandingan kejadian post partum blues pada ibu post partum
dengan persalinan normal dan sectio caesarea. Riau University.
Notoatmodjo,
S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Pillitteri,
A. (2010). Maternal & child health nursing: Care of the childbearing
& childrearing family. Lippincott Williams & Wilkins.
Putra,
G. N. W., Ridayanti, P. W., Marleni, K. D., & Dewi, I. A. M. S. K. (2023).
Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Depresi Postpartum Blues Pada Ibu Nifas
Primigravida Kunjungan 2 Di Pmb Ntc. MIDWINERSLION: Jurnal Kesehatan STIKes
Buleleng, 8(1), 138�147.
Reeder,
S. J., Martin, L. L., & Koniak-Griffin, D. (1997). Maternity nursing:
Family, newborn, and women�s health care. (No Title).
Renata,
B., & Agus, D. (2021). Association of husband support and postpartum
blues in postpartum women.
Setiawati,
S., & Dermawan, A. C. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan
kesehatan. Jakarta: Trans Info Media, 2008, 31�60.
Stewart,
D. E., Robertson, E., Dennis, C.-L., Grace, S. L., & Wallington, T. (2003).
Postpartum depression: Literature review of risk factors and interventions. Toronto:
University Health Network Women�s Health Program for Toronto Public Health,
1�289.
Tolongan,
C., Korompis, G. E. C., & Hutauruk, M. (2019). Dukungan suami dengan
kejadian depresi pasca melahirkan. Jurnal Keperawatan, 7(2).
Uke
Riska Setyowati, N. B. (2006). Studi Faktor Kejadian Postpartum Blues Pada
Ibu Pasca Salin: Penelitian Deskriptif Di Ruang Bersalin I Rsu Dr. Soetomo
Surabaya. UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Utami,
V. W. (2018). Hubungan Dukungan Suami Terhadap Post Partum Blues Pada Ibu Nifas
Di BPS AMRINA, Amd. Keb Kelurahan Ganjar Asri Kecamatan Metro Barat Kota Metro
Tahun 2016. Jurnal Kebidanan Malahayati, 2(4).
Winarni,
L. M. (2018). Pengaruh Dukungan Suami Dan Bounding Attachment Dengan Kondisi
Psikologi Ibu Postpartum. Jurnal Ilmiah Bidan, 3(2), 1�11.
Copyright holder: Aida Kusnaningsih
(2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |