Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 07, Juli 2022

 

HUBUNGAN POLIMORFISME GEN RUNX3 RS2236852 DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA

 

Wahyuni Arpalina, Legiran, Irsan Saleh

Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatra selatan, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Preeklamsia adalah gangguan kehamilan yang berpotensi mempengaruhi jutaan wanita diseluruh dunia. Sebanyak 5-8% preeklamsia merupakan sindrom yang mengancam jiwa pada saat kehamilan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungn polimorfisme gen RUNX3 rs2236852 dengan kejadian preeklamsia. Penelitian ini dengan melibatkan 64 responden, yang terdiri dari 32 responden kelompok kasus dan 32 responden kelompok kontrol yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain case control. Pemeriksaan genotip gen RUNX3 rs2236852 dilakukan dengan menggunakan polymerase Chain Reaction-Rectriction Fragment Lenth Polymorfism (PCR-RFLP). Hasil penelitian ini yaitu tidak ada hubungan yang bermakna pada karaktersitik usia ibu hamil dengan kejadian preeklamsia (p = 0,185, OR 3,222, CL 95%). Ada hubungan yang bermakna pada paritas (p = 0,024, OR 0,273 CL 95%) dan riwayat penyakit PE sebelumya (p=0,006 OR 6,176 CL 95%) dengan kejadian PE. Polimorfisme RUNX3 genotip pada kelompok kasus adalah AA=0(0,0%), AG=2(100%), GG=2(100%) dan kelompok kontrol AA=1(100%),AG= 0(0,0%), GG=0(0,0%). Frekuensi genotip alel pada kelompok kasus A=2(50,0%) G=6(100,0%) pada kelompok kontrol A=2(50,0%) G=0(0,0%). Polimorfisme genotip gen RUNX3 rs2236852 tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian preeklamsia. Tidak ada hubungan bermakna antara alel A/G pada gen RUNX3 rs2236852 dengan kejadian preekalmsia. Dari hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara polimorfisme genotip dan alel gen RUNX3 rs2236852 dengan kejadian preeklamsia.

�

Kata kunci:Preeklamsia, Polimorfisme, RUNX3

 

Abstrak

Preeclampsia is a pregnancy disorder that has the potential to affect millions of women worldwide. As many as 5-8% preeclampsia is a life-threatening syndrome during pregnancy. The purpose of this study was to determine the Association between �RUNX3 rs2236852 gene polymorphism with the incidence of preeclampsia. This study involved 64 respondents, consisting of 32 respondents from the case group and 32 respondents from the control group who met the inclusion and exclusion criteria. This research is an analytical study with a case control design. The genotyping of the RUNX3 rs2236852 gene was carried out using polymerase Chain Reaction-Recstriction Fragment Lenth Polymorphism (PCR-RFLP). There was no significant relationship between the age characteristics of pregnant women and the incidence of preeclampsia (p = 0.185, OR 3,222, CL 95%). There was a significant relationship between parity (p = 0.024, OR 0.273 CL 95%) and previous history of PE (p=0.006 OR 6.176 CL 95%) with the incidence of PE. The RUNX3 genotype polymorphisms in the case group were AA=0(0.0%), AG=2(100%), GG=2(100%) and the control group AA=1(100%), AG= 0(0,0 %), GG=0(0.0%). The allele genotype frequency in the case group A=2(50.0%) G=6(100.0%) in the control group A=2(50.0%) G=0(0.0%). The RUNX3 rs2236852 genotypic polymorphism did not have a significant relationship with the incidence of preeclampsia. There was no significant relationship between the A/G allele in the RUNX3 rs2236852 gene and the incidence of preeclampsia. From the results of this study, there was no significant Association of genotypic polymorphisms and alleles of the RUNX3 rs2236852 gene with the incidence of preeclampsia.

 

�Keywords: Preeclampsia, Polymorphism, RUNX3

 

Pendahuluan

Preeklamsia adalah gangguan kehamilan yang berpotensi mempengaruhi jutaan wanita diseluruh dunia (Martin, et al. 2015). Preeklamsia dikaitkan dengan kematian 76.000-500.000 wanita dan janin setiap tahun�(Berg, et al. 2010). Sebanyak 5% sampai 8% Preeklamsia merupakan sindrom yang mengancam jiwa dalam kehamilan�(Ganthrima dan Moodley 2016). Ini merupakan penyebab utama morbiditas perinatal dan kematian di seluruh dunia�(Souza, et al. 2013).

Di Indonesia preeklamsia merupakan masalah yang berdampak pada kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi. PE merupakan salah satu penyebab kematian meternal selain dari infeksi dan perdarahan, dengan angka kematian terbesal mencapai 30-50% (Rahmadhayanti, Hayati dan Saleh 2014). Sedangkan di Sumatra Selatan pada tahun 2017 tercatan beberapa kasus kematian maternal disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu faktro hipertensi dalam kehamilan atau preeklamsia�(Dinkes Provinsi Sumatra Selatan 2017). Menjadikan preeklamsia menjadi hal yang serius, dengan komplikasi yang tidak begitu dipahami sehingga akan berkembang menjadi eklamsia atau kematuran maternal, hal ini yang menjadikannya penyebab mortalitas maternal, khususnya dinegara berkembang (Samsi S, Saleem S dan Nishter N 2013).

Beberapa penelitian mengatakan adanya polimorfisme gen dari faktor genetik yang mempengaruhi terjadinya Preeklamsia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yangping Zhang menyatakan bahwa polimorfisme gen Runt-Related Transcription faktor 3 (RUNX3) pada single nucleotide Polymorphisms (SNPs) rs2236852� genotip AG/GG telah ditemukan pada pasien dengan preeklamsia berat pada populasi China Barat Daya sebanyak 417 (206 kontrol dan 211 kasus)�(Zhang, et al. 2019).

Gen RUNX dinamai setelah penelitian yang dilakukan oleh Gergen & Butler pada tahun 1988 yang menemukan adanya regulasi perkembangan gen tersebut dan sangat penting pada segmentasi embrionik awal, setelah diidentifikasi dalam mutagenesis untuk pengembangan Drosophila melanogaster. Gen RUNX telah dideskripsikan disebagian besar genom metazoan berurutan, dengan salinan tunggal gen RUNX hadir di sebagian besar bilaterians, dan setidaknya ada tiga gen diserangga dan vertebrata.�(Rennert, et al. 2003). Faktor transkripsi dari RUNX mamalia� terdiri dari RUNX1, RUNX2 dan RUNX3. Dalam gen ini mereka memiliki banyak kesamaan struktural tetapi memiliki perbedaan fungsi/kegiatan secara biologis tersendiri.

Gen RUNX3 pada mamalia, mereka sangat penting dalam embriogenesis hingga homeostasis dewasa di berbagai jaringan. RUNX3 pada manusa ( nomor akses GenBank.: NT_004610� .18), yang dipetakan di kromosom 1p36.1 berisi 6 ekson dan 5 intron dengan ukuran seluruhnya �67kb.�(Bangsow, et al. 2001)�(Tsunematsu, et al. 2009).

Pada orang dewasa, RUNX3 terutama diekspresikan dalam sistem hematopoietik dengan kadar mRNA dan protein yang tinggi dalam limpa, timus, dan darah.

Gen RUNX3 juga berperan penting dalam jalut TGF-β dan memperkaya jalur TGF- β bersamaan dengan lima gen lainnya yaitu Runt-Related Transcription factor 3 (RUNX3), Mother against decaptaplegic homolog 3 (SMAD3), proto-oncogen Ski (SKI), dan TGFB-incduced factor homeobox 1 (TGF1). Gen yang terlibat ini dihipometilasi secara bersamaan seiring dengan peningkatan ekpresi gen. Semua gen yang terkaitan dengan jalur TGF-β memiliki perbedaan metilasi pada preeclamptic dan normotensin lebih dari 5%. Jalur TGF-β ini menunjukan hipometilasi dengan peningkatan ekspresi di plasenta preeklamsia dan terlibat dalam pengendalian invasi trofoblas dan migrasi (Martin, et al. 2015)

Berbagai polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) terjadi pada gen RUNX3.�(Suarez-Vallanueva, et al. 2015) Baru-baru ini SNP rs2236852 pada gen RUNX3 telah dikaitkan dengan kerentanan kanker tertentu termasuk kanker lambung, dan kandung kemih. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sakuma A, Fukamachi H, Ito K, et al 2008, mengatakan bahwa RUNX3 diekpresikan dalam rahim dan tinggkat tinggi RUNX3 pada antar ibu-janin bermanfaat untuk invasi trofoblas dan implantasi embrio.

Polimorfisme pada gen RUNX3 rs2236852 dalam penelitian yang dilakukan oleh Yanping Zhang,MS dkk mengatakan rs2236852 locus: Genotype AA / AG meningkatkan resiko preeklamsia berat pada ibu hamil di Rumah Sakit Universitas Kedua Cina Barat (Zhang, et al. 2019).

 

 

 

Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain case control, penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Populasi penelitian ini merupakan ibu hamil yang datang untuk memeriksakan diri ke Unit Instalasi kebidanan RSUD kota Prabumulih dan poli klinik puskesmas pembina Palembang yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi bersedia unutk menjadi subjek penelitian. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah kelompok kasus yang di diangnosa preeklamsia oleh dokter Sp,OG� dan kelompok kontrol yaitu pasien tanpa preeklamsia atau ibu hamil normal.

Pemeriksaan polimorfisme terdiri dari beberapa tahapan:

1.      Isolasi DNA, Dilakukan dengan menggunakan metode ektraksi DNA, menggunakan darah lengkap 300�l dengan EDTA. gen RUNX3 rs2236852 menggunakan� primer forward, 5ʹ- TGGAGTGGCTCCCCTCTTT CTG-3ʹ dan reverse, 5ʹ -TATGGCAGGGCTGCCACCTC-3ʹ.

2.      Polymerase chain reaction (PCR), kit PCR yang digunakan adalah go teq green master mix promega.Volume total dari PCR mix DNA adalah 25 �l yang terdiri dari ddH2O 9�l, go tag green 10�l, primer F dan R 0,5�l� masukan semua bahan kedalam tube eppendrof 1,5 �l� kemudian tambah dengan DNA 5 �l. Proses sintesis DNA berlangsung dalam tiga tahap reaksi yang berulang sebanyak 34 siklus, denaturasi awal pada suhu 94�C� selama 4 menit, annealing 63.6�C selama 30 detik,denaturasi 94�C� selama 30 detik, 72�C selama 10 menit.

3.      RFLP (Restriction Fragment Lenght polimorphism) Produk PCR yang dihasilka berukuran: Genotif AA terjadinya pemotongan oleh enzim NdeI pada satu alel satu pita pada 100 bp, Genotif AG terjadinya pemotongan menunjukan gambar 2 pita pada 100 bp dan 120 bp, Genotif GG ditunjukkan dengan satu pita pada 120 bp, dideteksi dengan elektroforesisi dalam gen agarose 3%..

Variabel terikat adalah preeklamsia, sedangkan variabel bebas adalah polimorfisme gen RUNX3 rs2236852. Karaktestik dalam penelitian ini adalah Usia, paritas dan riwayat sebelumnya.

Setelah dilakukan visualisasi dan analisis komputer dengan menggunakan program SPSS 20.00 dengan semua data dianalisis� untuk melihat distribusi frekuensi genotip dan alel ge RUNX3rs2236852 pada kelompok kasus dan kontrol.

 

Hasil dan Pembahasan

����������� Pengambilan sampel dan penelitian dilakukan pada bulan maret s/d desember 2020. Dengan sampel sebanyak 64 subjek� yang terdiri dari 32 sampel preeklamsia dan 32 sampel normal, yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biologi teknologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang, dilakukan sesuai dengan prosedur laboratorim biotek mengacu pada jurnal Zeng Y 2019.

����������� Penelitian ini mengindetifikasi polimorfisme gen RUNX3 rs2238652 pada ibu hamil dengan preeklamisa dan hamil normal. Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini yaitu usia, paritas, dan Riwayat preeklamsia. Hasil dari distribusi Frekuensi dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

 

 

 

Tabel 1

Karakter Responden

Variabel

PE

Normal

OR

CI (95%)

Nilai p

Usia

Resiko Tinggi

8 (12,5%)

3(17,2%)

3,222

0,769-13,504

0,185

Resiko Rendah

24 (37,5%)

29(82,8%)

Paritas

Resiko Tinggi

10 (15,6%)

20(31,2%)

0,273

0,097-0,768

0,024

Resiko Rendah

22(34,4%)

12(18,8%)

Riwayat Preeklamsia

Ada

15(23,4%)

4(6,2%)

6,176

1,758-21,706

0,006

Tidak ada

17(26,6%)

28(43,8%)

 

Berdasarkan� hasil uji statistik tabel di atas pada kelompok usia, diketahui bahwa usia ibu hamil preeklamsia dan normal dalam kelompok resiko tinggi sebanyak 8 (12,5%) subjek� pada hamil dengan preeklamsia dan 3 (17,2%) subjek pada ibu hamil normal, sedangkan usia ibu pada kelompok resiko rendah ibu hamil dengan preeklamsia sebanyak 24(37,5%) subjek dan 29(82,8%) subjek pada ibu hamil normal. Nilai yang didapatkan dari analisis usia responden antara dua kelompok ibu hamil dengan preeklamsia dan ibu hamil normal adalah sebanding dengan nilai p value= 0,185, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara usia ibu hamil dangan kejadian preeklamsia.

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa pada kelompok paritas responden paling banyak terdapat pada ibu hamil dengan resiko rendah, yaitu sebanyak 34 subjek� yang terdiri dari 22 (34,4%) subjek ibu hamil dengan preeklamsia dan 12 (18,8%) subjek pada ibu hamil normal. Paritas pada ibu hamil resiko rendah terdapat sebanyak 30 subjek yang terdiri dari 10 (15,6%) subjek pada ibu hamil dengan preeklamsia dan 20 (31,2%) subjek ada ibu hamil normal. Hasil yang didapatkan dari analisis paritas pada ibu hamil dengan preeklamsia dan ibu hamil normal yaitu p value = 0,024, Yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dangan kejadian preeklamsia

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa ibu hamil dengan riwayat preeklamsia sebanyak 19 responden yang terdiri dari 15 (78,9%) subjek� preeklamsia berulang pada kelompok preeklamsia dan 4 (21,1%) subjek pada ibu normal. Sedangkan ibu yang tidak memiliki riwayat preeklamsia sebanyak 45(70,3%) responden yang terdiri dari 17 (26,6%) subjek mengalami dan 28 (43,8%)� pada ibu hamil normal. Hasil yang didapatkan dari analisis riwayat preeklamsia yang didapat pada kelompok ibu hamil preeklamsia dan ibu hamil normal� adalah dengan nilai p value=0,006.

 

Polimorfisme Gen RUNX3 rs2236852 Dengan Kejadian PE

����������� Analisis Polymerase chain reaction Restriction Fragment Lenght polimorphism (PCR-RFLP) sebagai metode yang digunakan untuk mengetahui polimorfisme pada gen RUNX3 rs2236852 detentukan dengan memotong DNA produk PCR menggunakan enzim NdeI.

1.      Genotif AA dimana terjadinya pemotongan oleh enzim NdeI pada satu alel ditunjukkan dengan satu pita pada 100 bp (Homozigot

2.      Genotif AG dimana terjadinya pemotongan oleh enzim NdeI, sehingga menunjukan gambar 2 pita pada 100 bp dan 120 bp (Heterozigot)

3.      Genotif GG ditunjukkan dengan satu pita pada 120 bp

 

���������������������������

�GG�� ���GG

 

 

� M�� �CU ��K1� �K2� �K3 ��K4 ��K5�� K6�� K7�� K8��

 

kontrol

 

kasus

 

50 bp

 

120bp

 

Gambar 1. Hasil visualisasi PCR-RFLP gen RUNX3 rs2236852dengan Enzim NdeI. Terlihat genotip GG(120 bp) pada sampel kasus 4 dan 6.

 

Distribusi Genotip Polimorfisme Genotipe Gen RUNX3 rs2236852 dengan Kejadian PE

Setelah melakukan penelitian dengan semua sampel hanya beberapa sampel yang terlihat yaitu pada kelompok kasus gentip AA tiak terlihat, genotip AG 2 responden, genotip GG 2 responden dan pada kelompok kontrol genotip AA 1 responden, genotip AG dan GG tidak terlihat, untuk menentukan hubungan polimorfisme gen RUNX3 rs2236852 dengan kejadian preeklamsia maka dilakukan analisis.

 

Tabel 2

Distribusi Genotip Polimorfisme Genotipe Gen RUNX3 rs2236852 dengan Kejadian PE

Polimorfisme

Genotipe RUNX3 rs2236852

Kelempok subjek penelitian

 

P value

 

PE

Normal

AA

0(0,0%)

1 (100,0%)

 

AG

2(100,0%)

0 (0,0%)

0,082

GG

2 (100,0%)

0(0,0%)�

 

AA=AG

2 (66,7%)

1 (33,3%)

1

GG

2 (100,0%)

0(0,0%)�

 

Aleh A

2 (50,0%)

2 (50,0%)

0,259

Alel G

6 (100,0%)

0 (0,0%)

 

 

Berdasarkan tabel 2, tidak dijumpai hubungan yang bermakna secara statistik antara polimorfisme gen RUNX3 rs2236852 dengan kejadian Preklamsia.

Berdasarkan tabel 4.2 diatas didapat� bahwa pada alel A pada kelompok kasus sebanyak 2 responden (50,0%), pada kelompok kontrol sebanyak 2 resonden (50,0%). Sedangkan Pada alel G pada kelompok kasus terdapat sebanyak 6 responden (100,0%), pada kelompok kontrol terdapat 0 responden.

Dari hasil tabel 4.2 diatas yang berarti tiak terdapat hubungan yang bermakna antara alel gen RUNX3 rs2236852 dengan kejadian PE.

 

Pembahasan

Berdasarkan hasil yang dipadat pada karakter responden Usia yang terindikasi dalam penelitian ini dari 64 subjek pada ibu hamil dengan preeklamsia kategori resiko tinggi (<20 dan >35th) terdapat 12,5% , kategori resiko rendah(20-35th) 37,5%, pada ibu hamil normal, kategori seriko tinggi 17,2% dan resiko rendah sebanyak� 82,8 %. (OR=3,222, p value =0,185) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian preeklamsia. Meskipun Umur merupakan salah satu bagian terpenting dari status reroduksi, tetapi faktor pencetus terjadinya preeklamsia bukan dari faktor umur saja, akan tetapi juga terdapat faktor yang lain yang saling berkaitan (Manuaba.I.A 2010).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Novita Lusiana tahun 2015 yang menyatakan bahwa usia ibu dengan resiko (<20 tahun dan >35 tahun) dan ibu tidak beresiko (20 tahun -35 tahun ) tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian preeklamsia dengan� nilai p value =0,114.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada karakteristik paritas pada ibu hamil dengan preeklamsia dalam kelompok resiko tinggi terdapat sebanyak 10 (15,6%) subjek, dan pada ibu hamil normal sebanyak 20 (31,2%) subjek, sedangkan resiko rendah pada hamil dengan preeklamsia terdapat 22(34,4%) subjek dan pada ibu hamil normal terdapat sebanyak 12(18,8%)dan didapat dari hasil uji chi-square (OR=0,273, p=0,024, CI 95%)� Yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian preeklamsia.

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada primipara sering terjadi stress dalam menghadapi persalinan. Stress yang terjadi pada multi/primi/grandemultipara menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormon (CRH) oleh hipotalamus, yang kemungkinan menyebabkan peningkatan kortisol. Kortisol memiliki efek mempersiapkan tubuh untuk merespon meningkatkan curah jantung dan mepertahankan tekanan darah. Pada multipara sangat memungkinkan terjadinya blocking antibodies oleh antigen plasenta pada tubuh ibu, menyebabkan terjadinya hipertensi sampai dengan preeklamsia / eklamsia. Pada multipara disebabkan oleh implantasi yang kurang sempurna di sekitar endometrium sehingga menyebabkaan kurang sempurnanya penyerapan nutrisi dan oksigenesasi kepada hasil konsipsi dan mengakibatkan pertumbuhan hasil konsepsi akan terganggu sehingga dapat menyebabkan resiko terjadinya� preeklamsia.�(Wiknjosastro 2008)

Pada penelitian kategori riwayat preeklamsia pada kasus yang mempunyai riwayat sebelumnya terdapat 15 responden (23,4%) dan tidak mepunyai riwayat sebelumnya terdapat 4 responden (6,2%), sedangkan pada kelumpok kontrol yang mempunyai riwayat sebanyak terdapat 17 respnden (26,6%) dan tidak ada riwayat sebelumya terdapat 28 responden (43,8%), dari data tersebut didapatkan (OR 6,176, CL95%,� p-value=0,006) yang berarti adanya hubungan� yang bermakna antara riwayat sebelumnya dengan kejadian preeklamsia.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh eka juniarty yang menyatakan bahwa ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian preekalamsia dengan uji statistik chi-square (p=0,02 OR 4,89 CL 95%) (Juniarty 2020).(Cunningham , Gant dan et 2016)

 

Polimorfisme Gen RUNX3 rs2236852 dengan Kejadian Preeklamsia

Preeklamsia adalah penyakit hipertensi pada kehamilan, sebanyak 5 sampai 8% preeklamsia merupakan sindrom yang mengancam jiwa dalam kehmilan. Ini merupakan penyebab utama morbiditas dan perinatal diseluruh dunia.�(Souza, et al. 2013).

Berdasakan hasil dari pemeriksaan PCR-RFLP menunjukan bahwa pada kelompok kasus genotip AA tidak terlihat sama sekali, genotip AG terdapat 2 responden dan pada genotip GG terdapat 2 responden. Sedangkan pada kelompok kontrol pada genotip AA terdapat 1 responden, genotip AG dan GG tidak terlihat, yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara genotip gen RUNX3 rs2236852 terhadap kejadian Preeklamsia. Dari hasil tersebut dapat diinterprestasikan habwa kasus genotip� gen RUNX3 rs2236852 tidak mempunyai peluang mengalami kejadian preeklamsia.

Gen RUNX3 rs2236852 berlokasi di kromosom 1p36.1 yang berisikan 6 ekson dan 5 intron dengan ukuran 67kb�(Tsunematsu, et al. 2009). Hasil penelitian yang peneliti lakukan ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang Y dkk yang dalam penelitiannya mengatakan bahwa adanya hubungan� signifikan antara polimorfisme genitip AG/GG gen RUNX3 rs2236852 dengan kejadian preeklamsia berat dengan hasil� OR 2,26 (95% CI), p value 0,023 lebih kecil dari nilai ɑ (0,05).

 

Kesimpulan

Dalam kesimpulan penelitian ini, analisis usia tidak menemukan hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dan kejadian preeklamsia, menunjukkan bahwa usia tidak menjadi faktor dominan dalam pemicuan preeklamsia. Namun, analisis paritas mengindikasikan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah kehamilan sebelumnya (paritas) dan risiko preeklamsia, menguatkan gagasan bahwa pengalaman sebelumnya dapat mempengaruhi predisposisi terhadap preeklamsia. Selanjutnya, penelitian mengenai polimorfisme gen RUNX3 rs2236852 menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara variasi genetik ini dan kejadian preeklamsia. Selain itu, hasil penelitian menegaskan bahwa riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap risiko preeklamsia pada kehamilan saat ini. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang terlibat dalam preeklamsia, baik dari segi faktor reproduksi, genetik, maupun riwayat medis.

BIBLIOGRAFI

 

Bangsow, C, Nir Rubins, G Glusman, dan all et. �The RUNX3 Gene--Sequence, Structure and Regulated Expression.� Gene 279 (2) (2001): 221-232.

 

Berg, CJ, MW Callaghan, C Syverson, dan Z Henderson. �Pregnancy-related mortality in the United States, 1998-2005.� Obstet Gynecol, 2010: 116:1302-1309.

 

Cunningham , FG, N Gant, dan al et. �Williams Obstetrics.� Dalam Ilmu kebidanan Sarwono Prowirohardjo, oleh Abdul Bari Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi dan Gulardi H Wiknjosastro, 542-543. Jakrta: PT Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo, 2016.

 

Dinkes Provinsi Sumatra Selatan. �Jumlah Kematian Ibu Sampai dengan Bulan Desember 2017.� 2017.

 

Ganthrima, P, dan J Moodley. �Pre-eclampsia: its pathogenesis and pathophysiolgy.� Cardiovascular J Afr 27(2) (2016): 71-78.

 

Juniarty, Eka. Hubungan Polimorfisme Gen GAS6= 1332 C/T dengan Preeklamsia. 2020.

 

Manuaba.I.A. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC, 2010.

 

Martin, Elizabeth, Paul D Ray, Lisa Smeester, Mattew R Grace, Kim Boggess, dan Rebecca C Fry. �Epigenetics and Preeclampsia: Defining Function Epimutation in the Preeclamptic Placenta Related to the TGF-B Patway.� PLOS ONE, october 2015.

 

Rahmadhayanti, Eka, Lusia Hayati, dan Mgs Irsan Saleh. �Hubungan Polimorfisme Gen Reseptor Angiotensin II Tipe 1 1166 A/C Dengan kejadian Preeklampsia.� MKS, 2014: 46.

 

Rennert, J, J Coffman, A.R Mushegian, dan al et. �The evolustion of Runx genes I. A comparative study of sequences from phylogenetically divese model organisms.� BMC Evol. Biol, 2003: 11.

 

Samsi S, Saleem S, dan Nishter N. �Epididemiologi and Risk factors of preeklampsia ,An Overview of Oservation Studies.� Al Ameen J Med sci, 2013: 292-300.

 

Souza, JP, AM Gulmezoglu, J Vogel, dan et al. �Moving Beyond Essential Interventions for Reduction of Maternal Mortality (The WHO Multicountry Survey on Maternal and Newborn Health): A Cross-Sectional Study.� Lancet, 2013: 381:1747�55.

 

Suarez-Vallanueva, S, ML Ayala-Madrigal, J Pereggrina-Sandoval, dan et al. �RUNX3 gene polymorphisms and haplotypes in Mexican patients with colorectal cancer.� Genetics and Molecular Research 14, no. (4) (2015): 15505-15510.

 

Tsunematsu, T, Y Kudo, S Iizuka, dan al et. �RUNX3 has an oncogenic role in head and neck cancer.� PLoS One, 2009: e5892.

 

Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka, 2008.

 

Zhang, Yanping, et al. �Association between RUNX3 gene polymorphisms in severe preeclampsia and its clinical features.� Medicine�, 2019: 12.

 

Copyright holder:

Wahyuni Arpalina, Legiran, Irsan Saleh (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: