Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 8, Agustus
2023
ANTESEDEN BRAND LOYALTY PADA PRODUK MILO
Nafisya Eghie Rachmawaty, Salsabila Budiansah, Sri Vandayuli Riorini
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Trisakti
Email:[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis Anteseden Brand Loyalty pada Produk Mi-lo. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen dari produk Milo. Jumlah data pada penelitian ini adalah 201 responden dan dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Pengujian dilakukan dengan metode Structural Equation Model (SEM). Variabel independen dalam penelitian ini adalah CSR, Ethics, dan Green Marketing. Variabel dependennya adalah Brand Im-age. Selain itu, variabel mediasi adalah Brand Image Hasil dari penelitian ini adalah (1) CSR tidak berpengaruh positif terhadap Brand Image, (2) Ethics berpengaruh positif terhadap Brand Image, (3) Green Marketing berpengaruh positif terhadap Brand Image, (4) Brand Image berpengaruh posi-tif terhadap Brand Loyalty.
Kata kunci: CSR; Etika; Pemasaran Hijau; Citra Merek; Loyalitas Merek.
Abstract
This
study aims to test and analyze Brand Loyalty Antecedents on Mi-lo Products. The
sample used in this study was consumers of Milo products. The amount of data in
this study was 201 respondents and was collected by purposive sampling method.
Testing is carried out using the Structural Equation Model (SEM) method. The
independent variables in this study are CSR, Ethics, and Green Marketing. The
dependent variable is Brand Im-age. In addition, the mediating variable is
Brand Image The results of this study are (1) CSR does not have a positive
effect on Brand Image, (2) Ethics has a positive effect on Brand Image, (3)
Green Marketing has a positive effect on Brand Image, (4) Brand Image has a
positive effect on Brand Loyalty.
Keywords: .CSR; Ethics; Green Marketing; Brand Image; Brand Loyalty.
Pendahuluan
Pada era saat ini,
masyarakat semakin peduli terhadap kasus lingkungan dengan alasan pencemaran
lingkungan yang timbul dari aktivitas industri manufaktur di dunia (Chen, 2011). Bentuk permasalahan
lingkungan di dunia, seperti
pemanasan lingkungan, degradasi lingkungan, polusi udara, banjir,
dan pencemaran air menjadi faktor masyarakat untuk semakin peduli
terhadap lingkungan. Dengan semakin pedulinya masyarakat terhadap lingkungan, maka berbagai perusahaan
berupaya untuk turut andil dalam
menjaga keberlangsungan lingkungan.
Upaya yang harus dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan melakukan
pendekatan ramah lingkungan terhadap pemasaran produk yang diharapkan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif (Ginsberg & Bloom, 2004). Keberlanjutan proses bisnis dan masa depannya juga telah menjadi isu
yang sangat relevan di banyak
masyarakat dunia, dan mendapat
banyak perhatian di banyak tujuan pembangunan
keberlangsungan PBB yaitu
program SDGs (Amoako et al., 2021).
Saat ini, bidang tanggung
jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan metode
yang bersifat kontroversial,
kompleks, dan rumit tidak hanya metode
yang bersifat teoritis.
Dalam beberapa tahun tanggung jawab sosial dianggap sebagai alat pemasaran
strategis yang baik dengan dua faktor yaitu kebutuhan konsumen akan sebuah
perusahaan lebih penting dibanding produk berkualitas tinggi dengan harga
rendah, dan konsumen lebih tertarik dengan merek yang mempunyai reputasi sosial saat mengevaluasi
produk serta disisi lain perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif dengan fokus pada faktor non-ekonomi. Oleh karenanya tanggung jawab sosial perusahaan
dapat digunakan untuk membangun citra merek yang lebih baik dan membangun sikap konsumen yang positif sehingga menjadi sumber keunggulan kompetitif yang penting (Porter
dan Kramer, 2006).
Literatur
menunjukan bahwa perilaku etis dari
perusahaan akan mempengaruhi kinerja merek (Sofyan, 2017). Konsumen sebagai
pemangku kepentingan merek yang utama mengetahui dengan baik, maka dari
itu mereka terus mencerminkan perilaku dan posisi etis perusahaan (Amoako et al., 2021). Diharapkan sikap
para eksekutif dan manajemen
perusahaan mencerminkan etos bisnis inti perusahaan (Deheshti et al., 2016). Namun, tidak
banyak penelitian mengenai apakah ada pengaruh anta-ra etos perusahaan
dan loyalitas merek (brand
loyalty) di Indonesia.
Saat ini, brand image sebuah perusahaan merupakan salah satu aset terpenting
yang tidak hanya membangun keunggulan kompetitif, tetapi juga membantu perusahaan tetap berada di benak konsumen dan menghasilkan loyalitas konsumen terhadap perusahaan (Deheshti et al., 2016). Itu bagian penting
dari program pemasaran perusahaan adalah untuk mempertahankan BI Roth, (1995) dan strategi merek (Keller, 1993). Citra positif dan terkenal adalah aset bagi semua
perus-ahaan karena citra adalah pengaruh
pembelian yang kuat yang mempengaruhi persepsi perusahaan dan komunikasinya (Ghafoor et al., 2012). Di bidang pelayanan,
pengalaman muncul ketika konsumen berinteraksi dengan variabel atmosfer dan personel organisasi jasa(Barnett et al., 2019). Selain itu, banyak
hasil eksperimen telah membuktikan bahwa brand image yang positif akan mengarah pada brand loyalty (Koo, 2003);(Ghafoor et al., 2012).
Industri Susu Bubuk di Indonesia dalam beberapa tahun ini mengalami
kenaikan yang cukup pesat. Hal tersebut bisa dilihat dari
Nestle yang hingga saat ini, telah melakukan
investasi di Indonesia lebih
dari Rp 4,6 triliun dan penambahan kapasitas pabrik susu Milo semakin meningkat-kan pengolahan produk dalam negeri hingga 100 persen oleh Nestle
(kompas.com).
Tabel 1
Top Brand Index Susu Bubuk
2022
Susu Bubuk |
||
No |
Merek |
Top Brand Index (TBI) 2022 |
1 |
Dancow |
29.9% |
2 |
Hilo Teen |
27.7% |
3 |
Milo |
23.8% |
4 |
Ovaltine |
7.1% |
5 |
Zee |
6.3% |
Sumber:
Topbrand-Award.com, 2022
Seperti terlihat pada Tabel 1, Dancow merupakan perusahaan Susu Bubuk dengan posisi pertama di Indonesia dengan top brand index 29.9%, disusul oleh Hilo Teen (27.7%), Milo (23.8%), Ovaltine (7.1%), dan Zee (6.3%). Dasar untuk mengukur indeks merek teratas adalah last usage, top of mind, dan future intention dari masyarakat. Berdasarkan pengukuran tersebut Milo memiliki brand image yang baik, karena diingat oleh masyarakat dan brand loyalty dari Milo juga tinggi karena memiliki konsumen yang memiliki niat untuk pembelian berkelanjutan dari produk Milo.�
Sampai saat ini Milo telah melakukan banyak aksi CSR dalam pelestarian lingkungan. Per-tama, Milo berkolaborasi bersama Restep.id dan Yayasan Lindungi Hutan meluncurkan Gerakan Energy for Good menghadirkan Milo Green Activ berupa kegiatan virtual ride and run yang men-gusung tema �Setiap Kilometermu Hijaukan Indonesia�. Kegiatan ini diikuti lebih dari 3.200 peser-ta, dan ditutup dengan aksi penanaman 3.000 pohon di daerah Desa Bedono, Semarang, Jawa Tengah. Kedua, Milo memerangi perubahan iklim dengan mengurangi jejak karbon serta meminimal-isir pelepasan karbon ke udara menuju karbon netral (zero nett carbon) pada tahun 2050.
Ketiga, tahun ini Milo juga akan menghadirkan berbagai kegiatan lain di bawah naungan gerakan Milo Activ Indonesia seperti Liga Milo, Milo Indonesia Virtual Race, Milo Badminton Clinic, Milo Football Clinic, Milo Activity Academy hingga Kuliah WhatsApp (Kulwap). Harapannya agar setiap kegiatan yang dihadirkan dapat menginspirasi keluarga Indonesia untuk terus bergerak aktif, sebab Milo percaya bahwa olahraga merupakan guru terbaik bagi anak untuk belajar nilai-nilai kehidupan seperti percaya diri, pantang menyerah, sportivitas, dan kerja sama tim.
Terakhir, Milo Green Activ dalam aksinya setiap 150kilometer yang telah diraih oleh peserta akan mendapatkan 1.500 poin yang dapat ditukarkan dengan 1 kupon penanaman bibit, dimana seluruh kupon penanaman bibit pohon yang sudah diperoleh akan ditanam sesuai dengan lokasi yang sudah ditentukan. Aksi-aksi yang dilakukan Milo merupakan bukti bahwa Milo turut andil dalam menjaga ligkungan dan sebagai salah satu aksi green marketing perusahaan.
Dalam penelitian Evans, (2017) terlihat penelitian dilakukan dengan berusaha membuat sudut pandang teoretis tunggal untuk memahani inovasi model bisnis yang menginisiasi ekonomi, lingkungan, dan kinerja sosial perusahaan yang lebih baik. Studi mereka, khususnya, meneliti bagaimana masalah lingkungan, tetapi dalam penelitian lain disebut sebagai praktik hijau yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Namun demikian, tidak ada penelitian yang menghubungkan perilaku etis perusahaan terhadap brand image, CSR terhadap brand image, green market-ing terhadap brand image, atau brand image terhadap brand loyalty di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan bagaimana etika perusahaan, CSR, dan green marketing yang dirasakan dari suatu bisnis mempengaruhi brand loyalty. Studi lebih lanjut berusaha untuk menilai peran mediasi brand image. Terlebih dengan brand image Milo yang menjadi urutan ketiga dalam Top Brand Index Susu Bubuk 2022, sehingga sangat menarik untuk diteliti (Topbrand-Award.com, 2022).
Corporate social responsibility merupakan salah satu aktivitas suatu perusahaan yang bermanfaat untuk masyarakat melalui kontribusi perusahaan berbentuk kegiatan-kegiatan yang positif (Ali et al., 2017). Corporate social responsibility merupakan aktivitas perusahaan yang dilakukan secara su-karela untuk meraih manfaat sosial dan lingkungan yang kemudian akan dihubungkan kepada pe-rusahaan tersebut (Kong et al., 2021).
Terdapat 6 kategori program corporate social responsibility, yaitu:(1) Melakukan promosi-promosi pada kegiatan sosial di perusahaan tersebut. (2) Sebagai bentuk pemasaran terkait kegiatan social. (3) Gerakan sosial perusahaan sebagai bentuk kepedulian. (4) Membentuk volunteer atau relawan yang bekerja secara sukarela untuk membantu masyarakat. (5) melakukan sebuah kampanye yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyara-kat dalam isu tertentu. (6) aktivitas bisnis yang mengandung corporate social responsibility dalam perusahaan yang bersangkutan.
Jika sebuah perusahaan merasa bahwa suatu merek memiliki tanggung jawab sosial terhadap konsumen dan masyarakat, individu tersebut akan lebih memilih produk atau layanan yang ditawar-kan perusahaan tersebut. Perusahaan yang menerapkan sudah corporate social responsibility akan memberikan sinyal dan menarik pada konsumen saat membeli merek yang dikenal dengan kegiatan sosial bahwa konsumen yang telah berpartisipasi dalam kegiatan bersifat yang dapat mempengaruhi status sosial perusahaan tersebut (Xia et al., 2018). Maka dari itu, aktivi-tas sosial memungkinkan untuk mengalami manfaat emosional dari terlibat dalam membantu orang lain sehingga berperngaruh positif terhadap perusahaan (Shahzad et al., 2020).
Menurut Coelho (2018), corporate social responsibility merupakan kegiatan yang berkomitmen berkelanjutan dari perusahaan yang berjalan secara etis dan memiliki kontribusi terhadap pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja, masyarakat dan komunitas lokal. Corporate social responsibility bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik serta memiliki dampak yang positif bagi perusahaan itu sendiri maupun lingkungan disekitarnya (Barnett et al., 2019).
Brand image didefinisikan sebagai kesatuan dari berbagai faktor yang mencerminkan dan mendefinisikan identitas dari brand perusahaan secara keseluruhan (Ansary & Nik Hashim, 2018). Pelanggan ingin berhubungan dengan perusahaan yang memiliki brand terpercaya dan memiliki citra baik di masyarakat. Perusahaan harus memperhatikan brand image dalam rangka mewujudkan manfaat loyalitas pelanggan. Selain brand image dapat memfasilitasi tujuan jangka panjang, hal itu juga dianggap menjadi sangat penting se-bagai sumber daya strategis bagi perusahaan dalam mendapatkan kepercayaan dari konsumen (Mohd Khair & Md Dahlan, 2019).
Menurut Shabbir (2017) brand image merupakan perasaan, ide-ide, keyakinan, penge-tahuan, kesan, dan nilai-nilai terhadap nama perusahaan yang memproduksi brand tersebut. Brand image dapat menambahkan kekuatan bagi produk atau jasa yang diberikan perusahaan dilihat dari berbagai interaksi dan pengalaman yang dibuat untuk mempengaruhi persepsi para pemangku kepentingan di perusahaan.
Green marketing merupakan sebuah konsep dari marketing yang memasarkan green product dan menuntut adanya suatu re-orientasi dari tanggungjawab lingkungan di keseluruhan area, aktivitas, dan departemen dari suatu organisasi (Zou et al., 2021). Green marketing dijadikan se-bagai sebuah strategi baru dalam perusahaan mengimplementasikan untuk melakukan pemasaran, mengadopsi dan mengimplementasikan strategi green marketing (Nguyen et al., 2019). Selain itu, ada green marketing atau go green guna meminimalisir residu atau hasil akhir seperti Reduce (mengurangi) mengurangi, seperti dalam lingkungan atau alam, istilah tersebut bisa diartikan sesuatu yang sederhana seperti mematikan mengurangi penggunaan air berlebihan, daur ulang sampah, dll.
Menurut Dangelico, (2017) green marketing merupakan pemasaran hijau, pemasaran ekologi, atau pemasaran bertujuan untuk: a) Memuaskan kebutuhan konsumen dengan produk dan jasa yang ramah lingkungan untuk mengadaptasi perilaku perusahaan pada nilai sosial dan lingkungan sekitarnya. b) Mencapai tujuan perusahaan, menyadari bahwa pencapaian tujuan dengan peduli dengan lingkungan hidup. c) Meminimalisir kerusakan lingkungan.
Ethics merupakan tentang perlunya organisasi untuk memahami bagaimana hasil yang di-inginkan dapat dicapai sambil mempertahankan standar perilaku tertentu, atau, dengan kata lain, di mana sarana, tujuan, dan motivasi sama pentingnya. Ethics adalah sikap seorang individu karyawan di sebuah perusahaan yang akan mempromosikan norma dan etika dalam tiap tin-dakan serta hubungan mereka di perusahaan. menunjukkan dan mempromosikan perilaku normatif melalui tindakan pribadi dan hubungan interpersonalnya di tempat kerja (Koo, 2003). Menciptakan suatu lingkungan dan budaya di mana perilaku etis adalah norma yang diharapkan oleh perusahaan. Ethics adalah prinsip-prinsip, keyakinan dan nilai-nilai yang menggambarkan perilaku organisasi yang benar.
Terdapat 3 cara pendekatan ethics, yaitu: 1) Meta-etika, yaitu berkaitan dengan sisfat penilaian moral dengan melihat asal-usul dan makna prinsip-prinsip etika seseorang/individu. 2) Etika normative, yang berkaitan dengan isi penilaian moral dan kriteria untuk apa yang benar atau salah seseorang. 3) Etika terapan, dengan memandang topik kontroversial seperti perang, hak- hak binatang, huku-man mati, dll
Brand loyalty menjadi satu faktor utama yang memfasilitasi pencapaian kompetitif perus-ahaan dalam mencapai keuntungan dan tujuannya. Brand loyalty adalah aset penting yang membantu perusahaan untuk mengamankan penjualan di masa depan dengan mempertahankan konsumen, serta meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan kesetiaan kon-sumen dengan merek perusahaan tersebut. Brand loyalty dijadikan salah satu uku-ran yang paling umum digunakan untuk menguji keefektifan strategi perusahaan.
Foroudi (2018) mendefinisikan Brand loyalty sebagai orang � orang yang melakukan pembelian produk merek tersebut secara teratur, membeli berbagai produk dan jasa, merekomendasi-kannya kepada orang lain, dan menolak tawaran dari pesaing lainnya. Brand loyalty akan muncul apabila konsumen mendapatkan apa yang mereka inginkan sehingga setelah konsumen menggunakan merek produk tersebut maka konsumen akan mendapatkan pengalaman yang mendorong untuk melakukan pembelian secara berulang dan pada akhirnya akan menimbulakan rasa loyal konsumen terhadap merek diperusahaan tersebut (Mabkhot et al., 2017).
Brand loyalty diartikan sebagai komitmen konsumen untuk membeli kembali atau mengkonsumsi merek produk tersebut secara konsisten di masa depan, terlepas dari pengaruh situasional dan upaya pesaing lain yang berpotensi mengalihkan konsumen. Brand loyalty sebagai komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk merek tersebut dimasa depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran yang menyebabkan pelanggan beralih.
Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan diatas maka rerangka konseptual dapat disusun sebagai berikut;
Corporate social responsibility pada brand awareness dalam industri perbankan, hasilnya menun-jukan bahwa corporate social responsibility memiliki pengaruh positif terhadap brand image. Kong (2021) melakukan penelitian tentang meneliti peran corporate social responsibility pada brand image. Ia menemukan bahwa ada hubungan positif antara corporate social responsibility dan brand image. Hasil-nya menunjukkan bahwa kegiatan corporate social responsibility dapat berdampak positif pada brand image (Amoako et al., 2021).
H1: Terdapat pengaruh positif CSR terhadap brand image
Ethics menciptakan lingkungan dan budaya di mana perilaku etis adalah norma yang diharap-kan. Ethics memiliki prinsip-prinsip, keyakinan dan nilai-nilai yang menggambarkan perilaku organ-isasi yang benar, sehingga memengaruhi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi (Koo, 2003). Jika organisasi mempunyai ethics yang baik maka akan meningkatkan brand image organisasi tersebut (Amoako et al., 2021).
H2: Terdapat Pengaruh positif ethics dengan brand
image.
Green marketing dijadikan sebagai sebuah strategi baru dalam perusahaan mengimplementa-sikan untuk melakukan pemasaran, mengadopsi dan mengimplementasikan strategi green marketing (Nguyen et al., 2019). Dengan dilakukannya Green Marketing maka akan berperngaruh terhadap pandangan konsumen terhadap perusahaan. Green marketing menunjukan perusahaan peduli terhadap lingkungan alam sekitarnya sehingga berbekas baik dihati konsumen sehingga mem-buat brand image perusahaan tersebut terpengaruhi (Amoako et al., 2021).
H3: Terdapat Pengaruh positif green marketing dengan
brand image.
Brand image dapat menambahkan kekuatan bagi produk atau jasa yang diberikan perus-ahaan dilihat dari berbagai interaksi dan pengalaman, brand image dibuat untuk mempengaruhi per-sepsi para pemangku kepentingan di perusahaan dan membuat brand loyalty konsumen bertambah. Pelanggan juga dapat menggunakan brand image sebagai pengambilan kepu-tusannya dalam membeli dan setia terhadap brand tersebut. Dengan brand Image yang baik maka akan berpengaruh terhadap brand loyalty konsumen (Amoako et al., 2021).
H4: Terdapat Pengaruh positif brand image dengan brand
loyalty.
Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu; 1) Apakah CSR berpengaruh terhadap Brand Image? 2) Apakah Ethics berpengaruh terhadap Brand Image? 3) Apakah Green Marketing berpengaruh terhadap Brand Image? 4) Apakah Brand Image berpengaruh terhadap Brand Loyalty?
Tujuan Penelitian ini yaitu; 1) Untuk menganilisis pengaruh CSR terhadap Brand Image. 2) Untuk menganilisis pengaruh Ethics terhadap Brand Image 3) Untuk menganilisis pengaruh Green Marketing terhadap Brand Image. 4) Untuk menganilisis pengaruh Brand Image terhadap Brand Loyalty.
Metode Penelitian
Penelitian ini mengacu
pada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh (Amoako et al., 2021). Penelitian ini
menguji hipotesis atau hypothesis testing, yang bertujuan
untuk menguji sifat pengaruh tertentu. Uji hipotesa pada penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh CSR, ethics,
green mar-keting, brand image, terhadap
brand loyalty pada konsumen. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kuantitatif structural equation model (SEM) yang fokus pada pengujian hipotesis dengan data yang terukur agar mendapatkan suatu kesimpulan. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini individu konsumen
milo yang mengkon-sumsi milo dalam
6 bulan terakhir.
No |
Variabel |
Item/Indikator |
Skala |
Sumber |
1 |
Corporate Social Responsibility |
1.
Milo
menjalankan kegiatan CSR 2.
Kegiatan CSR yang dilakukan Milo mempengaruhi saya 3.
Kebijakan CSR Milo bersifat berkelanjutan |
1.
Sangat
Tidak Setuju (STS) 2.
Tidak
Setuju (ST) 3.
Cukup Setuju (CS) 4.
Setuju (S) 5.
Sangat
Setuju (SS) |
Kang and Hustvedt (2014) and Qu (2014) |
2 |
Ethics |
1.
Keputusan
pembelian saya dipengaruhi iklan Milo yang jujur 2.
Milo
mempromosikan kegiatan
CSR 3.
Saya
suka dengan iklan Milo 4.
Iklan Milo mempengaruhi pembelian saya terhadap produk Milo |
1.
Sangat
Tidak Setuju (STS) 2.
Tidak
Setuju (ST) 3.
Cukup Setuju (CS) 4.
Setuju (S) 5.
Sangat
Setuju (SS) |
Markovic et al., 2018; P�rez, 2009 |
3 |
Green Marketing |
1.
Gerakan
ramah lingkungan yang dilakukan Milo mempengaruhi saya dalam pembelian
produknya 2.
Gerakan
ramah lingkungan yang dijalankan Milo mempengaruhi persepsi saya terhadap Milo 3.
Milo
menginformasikan kebijakan
ramah lingkungan kepada konsumen 4.
Saya
membeli produk yang ramah lingkungan |
1.
Sangat
Tidak Setuju (STS) 2.
Tidak
Setuju (ST) 3.
Cukup Setuju (CS) 4.
Setuju (S) 5.
Sangat
Setuju (SS) |
Cronin et al. (2011) and Leonidou et al.�s (2013) |
4 |
Brand Image |
1.
Saya
percaya Milo merupakan merek yang ramah 2.
Saya
percaya Milo merupakan merek yang modern 3.
Saya
percaya Milo merupakan merek yang bermanfaat bagi masyarakat 4.
Saya
percaya Milo merupakan merek yang populer |
1.
Sangat
Tidak Setuju (STS) 2.
Tidak
Setuju (ST) 3.
Cukup Setuju (CS) 4.
Setuju (S) 5.
Sangat
Setuju (SS) |
Low and Lamb Jr 2000 |
5 |
Brand Loyalty |
1.
Kegiatan CSR, Ethics, dan Green
Marketing mempengaruhi keputusan pembelian saya 2.
Saya akan terus membeli dari Milo 3.
Saya selamanya setia pada CSR,
Ethics, dan Green Marketing 4.
Saya terhubung secara emosional
dengan produk dan layanan yang terkait dengan SDGs |
1.
Sangat
Tidak Setuju (STS) 2.
Tidak
Setuju (ST) 3.
Cukup Setuju (CS) 4.
Setuju (S) 5.
Sangat
Setuju (SS) |
Jacoby and Chestnut (1978) |
Data dalam
penelitian ini merupakan data primer, yaitu data
yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah dan tujuan peneliti. Data primer diperoleh melalui kuisioner. Dengan mengacu pada teori Hair jumlah sampel atau responden
pada penelitian ini adalah 190 resonden didapatkan dari mengalikan 10 dengan 19 item pernyataan namun setelah menyebar kuesioner terdapat 201 responden. Dengan demikian, melalui perhitungan berdasarkan rumus tersebut, didapatkan jumlah sampel dari penelitian
ini sebesar 201 orang yang berasal dari konsumen
Milo di Indonesia.
Unit analisis
dalam penelitian ini adalah konsumen
yang mengkonsumsi produk
Milo di Indonesia. Prosedur penarikan
sampel adalah non
probability dengan menggunakan
teknik purpose sampling, yaitu
penarikan sampel yang didasarkan pada kriteria yang sudah ditentukan (Sugiyono, 2016). Kriteria untuk responden yang diperlukan untuk dapat menjawab kuesioner dalam penelitian ini adalah responden yang merupakan konsumen yang mengonsumsi, membeli, dan mengunakan produk Milo di
Indonesia. Penyebaran kuesioner
akan dilakukan dalam bentuk Google Forms yang akan diserbaluaskan melalui media sosial seperti Line, Instagram, Linkedin,
dan Whatsapp.
Pada
penelitian ini untuk mengetahui valid atau tidak dan realible atau tidak
maka dilakukan uji va-liditas dan reliabilitas.
����������� Uji
validitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa tepat sebuah item pernyataan penelitian dapat digunakan untuk mengukur variabel penelitian (Sekaran
& Bougie, 2016). Uji validitas
ini dilakukan untuk melihat apakah
pernyataan sesuai dengan instrumen yang ingin diukur dan juga untuk mengetahui apakah responden memahami maksud dari pernyataan yang ada, sehingga jawaban
yang diberikan akan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Keputusan yang diambil dengan cara membandingkan nilai Factor Loading dari setiap pernyataan dengan Standard Factor Loading. Apabila
jumlah sampel sebesar 204 responden, Standard
Factor Loading yang dipakai sebesar
(0,40). Dasar pengambilan keputusan
uji validitas adalah sebagai berikut:
a) Jika
Factor Loading ≥ (0,40) maka item pernyataan valid.
b) Jika
Factor Loading ≤ (0,40) maka item pernyataan tidak valid.
Uji Reliabilitas
adalah uji yang digunakan untuk mengukur konsistensi dari sebuah alat ukur
dalam mengukur sebuah variabel (Sekaran
& Bougie, 2016). Metode yang akan
digunakan untuk melakukan uji reliabilitas dapat dilakukan dengan cara mengukur
Cronbach�s alpha dari setiap variabel yang diukur. Menurut Hair et al., (2010)
pengambilan dalam uji reliabilitas sebagai berikut:
a) Apabila coefficient
cronbach alpha ≥ 0.60 maka item pernyataan dinyatakan
layak digunaka (reliable).
b) Apabila coefficient cronbach alpha < 0.60 maka item pernyataan dinyatakan
tidak layak digunakan (unreliable).
Hasil dan Pembahasan
A. Statistika Deskriptif
����������� Deskripsi data merupakan
ringkasan dari jawaban yang diberikan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang ada di
dalam kuesioner. Deskripsi data tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang akan ditinjau dari nilai
minimum, maksimum, mean dan standar
deviasi.
����������� Dalam
analisis statistik deskriptif yang diuraikan berikut, nilai mean merupakan nilai
rata-rata dari keseluruhan responden terhadap variabel yang diteliti, sedangkan standar deviasi menunjukkan berbagai macam variasi dari jawaban
responden. Tidak ada batasan dalam nilai
standar deviasi, namun jika nilai
standar deviasi yang jauh dari angka
nol menunjukkan bahwa penyebaran data (jawaban responden) adalah beragam.
Tabel
2
Statistika Deskriptif (N: 201 responden)
Item Pernyataan |
Mean |
Standar Deviasi |
Corporate Social Responsibility |
4.41 |
0.657 |
Milo menjalankan kegiatan CSR |
4.43 |
0.637 |
Kegiatan CSR yang dilakukan
Milo mempengaruhi saya |
4.47 |
0.633 |
Kebijakan CSR Milo bersifat
berkelanjutan |
4.33 |
0.702 |
Ethics |
4.55 |
0.604 |
Keputusan pembelian saya dipengaruhi iklan Milo yang jujur |
4.51 |
0.617 |
Milo mempromosikan kegiatan CSR |
4.53 |
0.609 |
Saya suka dengan
iklan Milo |
4.58 |
0.595 |
Iklan Milo mempengaruhi
pembelian saya terhadap produk Milo |
4.59 |
0.595 |
Green Marketing |
4.44 |
0.615 |
Gerakan ramah lingkungan yang dilakukan Milo mempengaruhi saya dalam pembelian produknya |
4.37 |
0.612 |
Gerakan ramah lingkungan yang dijalankan Milo
mempengaruhi persepsi saya terhadap Milo |
4.47 |
0.608 |
Milo menginformasikan kebijakan ramah lingkungan kepada konsumen |
4.43 |
0.621 |
Saya membeli produk yang ramah lingkungan |
4.48 |
0.617 |
�Brand Image |
4.6 |
0.597 |
Saya percaya Milo merupakan merek yang ramah |
4.46 |
0.632 |
Saya percaya Milo merupakan merek yang modern |
4.64 |
0.594 |
Saya percaya Milo merupakan merek yang bermanfaat bagi masyarakat |
4.63 |
0.586 |
Saya percaya Milo merupakan merek yang populer |
4.67 |
0.576 |
Brand Loyalty |
4.41 |
0.614 |
Kegiatan CSR, Ethics, dan Green Marketing mempengaruhi keputusan pembelian saya |
4.31 |
0.613 |
Saya akan terus membeli dari Milo |
4.49 |
0.609 |
Saya selamanya setia pada CSR, Ethics, dan Green Marketing |
4.33 |
0.618 |
Saya terhubung secara emosional dengan produk dan layanan yang terkait dengan SDGs |
4.51 |
0.617 |
Sumber: SPSS 22.0
����������� Berdasarkan hasil dari statistik deskriptif pada tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan variabel CSR sebesar 4.41 hasil tersebut mengartikan bahwa rata-rata konsumen setuju dalam menanggapi
setiap item pernyataan berkaitan dengan CSR.
����������� Berdasarkan hasil dari statistik deskriptif di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan variabel ethics sebesar 4.55 hasil tersebut mengartikan bahwa rata-rata konsumen sangat setuju dalam menanggapi setiap item pernyataan berkaitan dengan ethics.
����������� Berdasarkan hasil dari statistik deskriptif di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan variabel green marketing sebesar
4.44 hasil tersebut mengartikan bahwa rata-rata konsumen setuju dalam menanggapi setiap item pernyataan berkaitan dengan green marketing.
Berdasarkan hasil dari statistik deskriptif di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan variable
brand image sebesar 4.6 hasil
tersebut mengartikan bahwa ra-ta-rata konsumen sangat setuju dalam menanggapi setiap item pernyataan berkaitan dengan brand image.
����������� Terakhir, berdasarkan hasil dari statistik
deskriptif di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan variabel brand loyalty sebesar
4.41 hasil tersebut mengartikan bahwa rata- rata konsumen setuju dalam menanggapi setiap item pernyataan berkaitan dengan brand loyalty.
B. Analisis Data
����������� Pengujian hipotesa yang diajukan dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equa-tion
Models (SEM) menggunakan bantuan
software AMOS Graphics 6. Dasar pengambilan kepu-tusan uji hipotesa dengan membandingkan besarnya p-value dengan level of
significant sebesar 5% (alpha 0.05). Pengujian hipotesa tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh hubungan antar var-iabel independen terhadap variabel dependennya. Dasar pengambilan keputusan adalah: (1) Jika p-value < 0.05 maka
Ho ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh
secara signifikan diantara variabel tersebut. (2) Jika p-value > 0.05 maka
Ho gagal ditolak (diterima), yang berarti terdapat pengaruh secara signifikan diantara variabel tersebut.
Tabel 3
Uji Hipotesa
Hipotesis |
Estimate |
P-value |
Kesimpulan |
H1: Terdapat pengaruh positif antara Corporate Social
Responsibility terhadap Brand Image |
0.057 |
0.456 |
H1 tidak didukung (Ho diterima) |
H2: Terdapat pengaruh positif antara Ethics terhadap Brand Image |
0.658 |
0.000 |
H2 didukung (Ho ditolak) |
H3: Terdapat pengaruh positif antara Green Marketing terhadap Brand Image |
0.283 |
0,017 |
H3 didukung (Ho ditolak) |
H4: Terdapat pengaruh positif antara Brand Image terhadap Brand Loyalty |
0.992 |
0.000 |
H4 didukung (Ho ditolak) |
Pengujian terhadap
hipotesis yang sesuai untuk penelitian ini, yaitu dengan
metode statistik yang menggunakan analisis structural
equation model (SEM). Menurut Sekaran dan Bougie (2016), metode
ini dapat memprediksi perubahan-perubahan dalam variabel terikat (dependen) yang dikait-kan dengan perubahan yang terjadi pada variabel tidak terikat (independen). Batas toleransi kesalahan yang digunakan adalah 5% (α =
0.05) dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Jika
p-value ≤ 0.05 maka Ho ditolak
artinya, terdapat hubungan yang signifikan.
Kesimpulan yang diambil, keputusan
hipotesis didukung.
2) Jika
p-value > 0.05 maka Ho diterima
artinya, tidak terdapat hubungan yang signifikan. Kesimpulan yang diambil,
keputusan hipotesis tidak didukung.
Berikut
ini merupakan tabel hasil uji hipotesis:
Hipotesis 1:
Hipotesis satu menguji apakah
CSR berpengaruh secara positif terhadap brand image.
Bunyi hipotesa nul (Ho) dan
hipotesis alternatif (Ha) adalah sebagai berikut:
Ho:
Tidak terdapat pengaruh positif CSR terhadap brand image
Ha: Terdapat pengaruh positif CSR terhadap brand image
����������� Pada
pengujian hipotesis satu, diketahui nilai p-value 0.456 > 0.05 (tingkat
kesalahan alpha = 5%), dengan
nilai koefisien sebesar 0.057. Maka dapat disimpulkan Ho didukung, Ha, ditolak artinya tidak terdapat pengaruh signifikan CSR terhadap brand image.
Hipotesis 2:
Hipotesis dua menguji apakah ethics berpengaruh terhadap brand image,
dimana bunyi hipotesis nol (Ho) dan hipotesa alternatif (Ha) sebagai berikut:
Ho:
Tidak terdapat pengaruh positif ethics terhadap brand
image
Ha: Terdapat pengaruh positif ethics terhadap brand
image
����������� Pada
pengujian hipotesis dua, diketahui besar nilai p-value 0.000 < 0.05 (tingkat
kesalahan alpha = 5%), dengan
nilai koefisien sebesar 0.658. maka dapat disimpulkan Ho ditolak Ha didukung, artinya terdapat pengaruh ethics terhadap brand
image.
Hipotesis 3:
Hipotesis tiga Menguji apakah
green marketing berpengaruh secara
positif terhadap brand
image. Bunyi hipotesa nul
(Ho) dan hipotesa alternatif
(Ha) adalah sebagai berikut:
Ho:
Tidak terdapat pengaruh positif green marketing terhadap
brand image.
Ha: Terdapat pengaruh positif green marketing terhadap
brand image
����������� Pada
pengujian hipotesis tiga, diketahui nilai p-value 0,017 < 0.05 (tingkat
kesalahan alpha 5%), dengan
nilai koefisien sebesar 0.283. Maka dapat disimpulkan Ho ditolak, Ha didukung, artinya terdapat pengaruh green marketing
terhadap brand image.
Hipotesis 4:
����������� Hipotesis empat Menguji apakah brand image berpengaruh secara positif terhadap brand loyalty.
Bunyi hipotesa null (Ho) dan hipotesa
alternatif (Ha) adalah sebagai berikut:
Ho:
Tidak terdapat pengaruh positif brand image terhadap
brand loyalty
Ha: Terdapat pengaruh positif brand image terhadap
brand loyalty
����������� Pada
pengujian hipotesis empat, diketahui nilai p-value 0.000 < 0.05 (tingkat
kesalahan al-pha = 5%), dengan nilai koefisien
sebesar 0.992. Maka dapat disimpulkan Ho ditolak, Ha didukung, artinya terdapat pengaruh brand image terhadap brand loyalty
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat di-tarik
kesimpulkan yang akan diuraikan sebagai berikut: 1) Tidak terdapat pengaruh signifikan CSR terhadap brand
image. 2) Terdapat pengaruh positif
ethics terhadap brand image. 3) Terdapat pengaruh positif green marketing terhadap brand image. �4) Terdapat pengaruh positif brand image terhadap brand loyalty.
BIBLIOGRAFI
Ali, W., Frynas, J. G., & Mahmood, Z. (2017).
Determinants of corporate social responsibility (CSR) disclosure in developed
and developing countries: A literature review. Corporate Social
Responsibility and Environmental Management, 24(4), 273�294.
https://doi.org/10.1002/csr.1410
Amoako,
G. K., Doe, J. K., & Dzogbenuku, R. K. (2021). Amoako, G. K., Doe, J. K.,
& Dzogbenuku, R. K. (2021). Perceived firm ethicality and brand loyalty:
the mediating role of corporate social responsibility and perceived green
marketing. Society and Business Review, 16(3), 398�419.
https://doi.org/10.1108/s. Society and Business Review, 16(3),
398�419. https://doi.org/10.1108/sbr-05-2020-0076
Ansary,
A., & Nik Hashim, N. M. H. (2018). Brand image and equity: The mediating
role of brand equity drivers and moderating effects of product type and word of
mouth. Review of Managerial Science, 12, 969�1002.
https://doi.org/10.1007/s11846-017-0235-2
Barnett,
M. L., Henriques, I., Husted, B. W., & Layrisse Villamizar, F. A. (2019).
Beyond good intentions: How much does CSR really help society? Academy of
Management Proceedings, 2019(1), 17580.
https://doi.org/10.5465/ambpp.2019.17580
Chen,
Y. (2011). Green organizational identity: sources and consequence. Management
Decision, 49(3), 384�404. https://doi.org/10.1108/00251741111120761
Coelho,
P. S., Rita, P., & Santos, Z. R. (2018). On the relationship between
consumer-brand identification, brand community, and brand loyalty. Journal
of Retailing and Consumer Services, 43, 101�110.
https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2018
Dangelico,
R. M., & Vocalelli, D. (2017). �Green Marketing�: An analysis of
definitions, strategy steps, and tools through a systematic review of the
literature. Journal of Cleaner Production, 165, 1263�1279.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.07.184
Deheshti,
M., Adabi Firouzjah, J., & Alimohammadi, H. (2016). The relationship
between brand image and brand trust in sporting goods consumers. Annals of
Applied Sport Science, 4(3), 27�34.
https://doi.org/10.18869/acadpub.aassjournal.4.3.27
Evans,
S., Vladimirova, D., Holgado, M., Van Fossen, K., Yang, M., Silva, E. A., &
Barlow, C. Y. (2017). Business model innovation for sustainability: Towards a
unified perspective for creation of sustainable business models. Business
Strategy and the Environment, 26(5), 597�608.
https://doi.org/10.1002/bse.1939
Foroudi,
P., Jin, Z., Gupta, S., Foroudi, M. M., & Kitchen, P. J. (2018).
Perceptional components of brand equity: Configuring the Symmetrical and
Asymmetrical Paths to brand loyalty and brand purchase intention. Journal of
Business Research, 89, 462�474.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2018.01.031
Ghafoor,
M. M., Iqbal, H. K., Tariq, U., & Murtaza, F. (2012). Impact of customer
satisfaction and brand image on brand loyalty. Progress in Business
Innovation & Technology Management, 2(2), 69�77.
Ginsberg,
J. M., & Bloom, P. N. (2004). Choosing the right green marketing strategy. MIT
Sloan Management Review, 46(1), 79�84.
Keller,
K. L. (1993). Conceptualizing, measuring, and managing customer-based brand
equity. Journal of Marketing, 57(1), 1�22.
Kong,
L., Sial, M. S., Ahmad, N., Sehleanu, M., Li, Z., Zia-Ud-Din, M., &
Badulescu, D. (2021). CSR as a potential motivator to shape employees� view
towards nature for a sustainable workplace environment. Sustainability, 13(3),
1499.
Koo,
D. (2003). Inter‐relationships among store images, store satisfaction,
and store loyalty among Koreadiscount retail patrons. Asia Pacific Journal
of Marketing and Logistics, 15(4), 42�71.
https://doi.org/10.1108/13555850310765033
Mohd
Khair, S. K., & Md Dahlan, N. H. (2019). Kuantum pampasan kecederaan diri
kes kemalangan jalan raya: analisa kajian kes menurut Undang-Undang Sivil Dan
Perundangan Islam. Jurnal Intelek, 14(2), 7�17.
https://doi.org/10.17576 - 2017-50-07
Nguyen,
H. V., Nguyen, N., Nguyen, B. K., Lobo, A., & Vu, P. A. (2019). Organic
food purchases in an emerging market: The influence of consumers� personal
factors and green marketing practices of food stores. International Journal
of Environmental Research and Public Health, 16(6), 1037.
https://doi.org/10.3390/ijerph16061037
Roth,
M. S. (1995). The effects of culture and socioeconomics on the performance of
global brand image strategies. Journal of Marketing Research, 32(2),
163�175. https://doi.org/10.2307/3152045
Sekaran,
U., & Bougie, R. (2016). Research methods for business: A skill building
approach. john wiley & sons.
Shabbir,
M. Q., Khan, A. A., & Khan, S. R. (2017). Brand loyalty brand image and
brand equity: the mediating role of brand awareness. International Journal
of Innovation and Applied Studies, 19(2), 416.
Shahzad,
M., Qu, Y., Javed, S. A., Zafar, A. U., & Rehman, S. U. (2020). Relation of
environment sustainability to CSR and green innovation: A case of Pakistani
manufacturing industry. Journal of Cleaner Production, 253,
119938.
Sofyan,
M. (2017). Pengaruh CSR perusahaan terhadap citra merek dan loyalitas merek. Jurnal
Siasat Bisnis, 21(1), 1.
https://doi.org/10.20885/jsb.vol21.iss1.art1
Xia,
B., Olanipekun, A., Chen, Q., Xie, L., & Liu, Y. (2018). Conceptualising
the state of the art of corporate social responsibility (CSR) in the
construction industry and its nexus to sustainable development. Journal of
Cleaner Production, 195, 340�353.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.05.157
Zou,
Z., Liu, Y., Ahmad, N., Sial, M. S., Badulescu, A., Zia-Ud-Din, M., &
Badulescu, D. (2021). What prompts small and medium enterprises to implement
CSR? A qualitative insight from an emerging economy. Sustainability, 13(2),
952. https://doi.org/10.3390/su13020952
Copyright holder: Nafisya Eghie Rachmawaty,
Salsabila Budiansah, Sri Vandayuli
Riorini (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |