Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 09, September 2022

 

PENGALAMAN KOMUNIKASI GURU DALAM MENGAJAR ANAK PENDERITA DOWN SINDROM

 

Whulan Febrianty Hanif1*, Emeraldy Chatra2, Ernita Arif3

1*,2,3Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Andalas, Padang, Indonesia

E-mail: 1*[email protected], 2[email protected], 3s[email protected]

 

Abstrak

Guru secara langsung memegang peran untuk mempengaruhi apa yang mereka pelajari, bagaimana cara mereka dalam menerima pembelajaran, serta seperti apa cara mereka dalam berinteraksi di kehidupan sosial mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi guru dalam mengajar anak down sindrom di SLB YPPLB Padang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis dengan pendekatan fenomenologis Edmund Husserl. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki komitmen dalam mengasuh dan mendidik anak down sindrom dengan menunjukkan pengalaman komunikasi merangkul dengan rasa kasih dan sayang, keterbukaan dengan memberikan keluasaan, Mendukung dengan memberikan kebebasan dan komunikasi melalui empati dengan memberikan rasa nyaman dan menyenangkan. Konsep-konsep yang timbul dari pengalaman komunikasi guru yaitu kompetensi guru dalam membangun kepercayaan ADS dan konsistensi guru menjalankan kewajiban dalam mendidik. Komunikasi dilakukan secara tatap muka sehingga guru dan anak down sindrom dapat menangkap reaksi secara langsung serta dapat memberikan umpan balik segera. Makna esensial-transenden dari pengalaman guru yang peneliti dapatkan yakni makna kepedulian sebagai bentuk kasih saying guru kepada ADS dan makna kepuasan batin guru dalam keberhasilan mendidik dan mengasuh ADS.

 

Kata kunci: Pengalaman komunikasi, Guru, Anak Down Sindrom, Makna

 

Abstract

Teachers directly play a role in influencing what they learn, how they receive learning, and how they interact in their social lives. This study aims to determine teacher communication in teaching Down syndrome children at SLB YPPLB Padang. The research method used is qualitative research method. The paradigm used in this study is the constructivist paradigm with the phenomenological approach of Edmund Husserl. Based on the results of the study shows that teachers have a commitment in nurturing and educating Down syndrome children by showing communication experiences embracing with love and affection, openness by providing freedom, Support by providing freedom and communication through empathy by providing a sense of comfort and fun. The concepts arising from teacher communication experience are teacher competence in building ADS trust and teacher consistency in carrying out obligations in educating. Communication is done face-to-face so that teachers and children with Down syndrome can catch reactions directly and can provide immediate feedback. The essential-transcendent meaning of the teacher's experience that researchers get is the meaning of caring as a form of teacher love for ADS and the meaning of teacher inner satisfaction in successfully educating and nurturing ADS.

 

Keywords: Communication experience, Teacher, Children with Down syndrome, Meanings

 

Pendahuluan

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan pernah terlepas dari komunikasi, komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan saling bergantung satu sama lain. Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting dari dunia pendidikan ditinjau dari prosesnya, dalam proses pendidikan melibatkan guru sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan.

Anak dengan kepemilikan karakteristik khusus berbeda dengan anak lain pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik (Wiyani, 2014:17). Selain itu mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial juga memiliki keterhambatan dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara maksimal. Berdasarkan hal tersebut, penting adanya komunikasi baik komunikasi verbal, non verbal, maupun gabungan dari kedua komunikasi yang dapat membuat pembicara dan lawan bicaranya memiliki hubungan dekat. Adapun komunikasi verbal yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, yaitu strategi langsung, tidak langsung, literal, serta tidak literal. Komunikasi tersebut dapat dipilih sesuai dengan maksud dari komunikasi yang dilakukan. Selain itu, dalam menyampaikan pesan atau subjek , juga dapat digunakan bentuk-bentuk komunikasi non verbal yang bertujuan untuk menguatkan maksud dan makna dari tuturan verbal yang disampaikan (Wulandari et al, 2015 : 407).

Hubungan komunikasi interpersonal atau antar pribadi ini, Masing-masing dari setiap individu mencoba untuk memahami bagaimana individu lain bertindak. Salah satu contohnya adalah komunikasi yang dilakukan dalam dunia pendidikan hal ini yaitu komunikasi guru dalam mengajar anak down sindrom. Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa dalam dalam mengajar anak down sindrom, komunikasi interpersonal antara guru dengan anak down sindrom kurang terjalin harmonis sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan guru dalam mendidik. Hal ini menunjukkan Pentingnya pengalaman komunikasi guru dalam mengajar anak down sindrom dalam memberikan kualitas pendidikan anak down sindrom di SLB Kota Padang dirasa sangatlah perlu.

Dalam penelitian ini peneliti tertarik ingin meneliti pengalaman komunikasi guru dalam mengajar pada anak Down Sindrom yang termasuk dalam kelompok tunagrahita. Down Sindrom adalah kelainan yang menyebabkan penderitanya memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, dan kelainan fisik yang khas. Sebagian penderita dapat mengalami kelainan yang ringan, tetapi sebagian lainnya dapat mengalami gangguan yang berat hingga menimbulkan penyakit jantung (Namira et al., 2012). Anak Down Sindrom sangat berbeda dengan anak berkebutuhan khusus lainnya Karena, anak Down Sindrom ini adalah anak yang mengalami keterbelakangan mental dan fisik saat bayi masih berada dalam kandungan. Mereka mengalami masalah lambat dalam semua aspek perkembangan yaitu, lambat untuk berjalan, perkembangan motorik halus dan berbahasa atau berbicara (Potads. 2019) Penderita Down Sindrom mempunyai sikap atau perilaku spontan, sikap ramah, ceria, cermat sabar dan bertoleransi. Namun kadang kala mereka akan menunjukkan perilaku yang nakal dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Ciri-ciri utama dari anak Down Sindrom mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Guru memegang peran utama dalam proses komunikasi yang berlangsung di kelas, komunikasi yang efektif dapat memberikan hasil yang maksimal. Pengalamanmengajar tentunya merupakan faktor penting yang menentukankualitaskeprofesionalanseorangguru. Seorangguruyangmemilikipengalamanyang banyakdanluasdiharapkandapatmengatasimasalah yang timbul dalam pelajaran didalammaupun diluarkelas.Pengalaman komunikasi guru dan anak Down Sindrom menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran dikelas. Seperti yang diketahui bahwa salah satu tujuan dari komunikasi interpersonal adalah mengenai sikap dan perilaku anak penderita Down Sindrom. Kemampuan komunikasi interpersonal yang baik sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.

Dalam mencapai tujuan tersebut banyak ditemukan hambatan-hambatan karena kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu tumbuh kembang paling utama bagi anak, selain itu anak dengan Down Sindrom akan memiliki keterbelakangan fisik dan mental. Secara umum perkembangan dan pertumbuhan anak Down Sindrom relatif lambat, seperti pertumbuhan berat dan tinggi badan, serta keterbelakangan mental yang menyebabkan keterlembatan dalam perkembangan aspek kognitif, motorik, dan psikomotorik.

Peneliti memilih siswa Down Sindrom ini karena ketertarikan bagaimana guru di Sekolah Luar Biasa ini berkomunikasi dengan siswa Down Sindrom hingga membuat mereka berprestasi dan bisa mengembangkan diri. Siswa dengan gejala Down Sindrom memiliki kesulitan tersendiri dalam proses menyampaikan dan menerima pesan. Hal ini dapat dilihat pada saat mereka sedang melakukan interaksi dengan guru, teman, maupun orang tua mereka. Kendala ini menjadi hal yang harus dihadapi oleh setiap guru yang bertugas menjadi pengajar dan pendidik bagi mereka. Tugas itu dapat diselesaikan dengan baik, yaitu menggunakan pengetahuan keilmuwan guru tentang anak-anak berkebutuhan khusus dan pengetahuan mereka mengenai karakter masing-masing anak. Hal ini menjadi peneliti tertari dalam meneliti pengalaman komunikasi Guru dalam mengajar anak down Sindrom di SLB YPPLB Padang.

Maka dari itu, penelitian ini diberi judul �Pengalaman Komunikasi Guru dalam Mengajar Anak Penderita down Sindrom (Studi Fenomenologi Anak Down Sindrom di SLB YPPLB Padang)�.

 

Kajian Literatur Terdahulu

Teacher Communication Experience with Student Deaf Using Sibi and Bisindo in Slb Negeri 2 Pemalang (Ana Himatul Aryani., 2019)

Pada penelitian ini mempunyai persamaan tentang objek penelitian yaitu anak Down Sindrom sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini menggunakan Teori Persepsi Konstruktif dan Teori Kognitif Sosial. Temuan menunjukkan bahwa proses komunikasi dan proses penyampaian materi pembelajaran kepada anak tunawicara yang terjalin antara guru dengan siswa lebih efektif dan mudah di pahami dengan menggunakan BISINDO dan Metode belajar yang digunakan dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan media visual seperti gambar, film, video dan lainnya

 

Communication Experience of Mother with Down Syndrome Child Achieving During the Covid-19 Pandemic (Shofura Nur Adilah, et al., 2022)

Pada penelitian ini mempunyai persamaan tentang objek penelitian yaitu anak Down Sindrom sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini menggunakan teori interaksi simbolik oleh Mead untuk membahas bagaimana pengalaman sadar para ibu bersama anak down syndrome mereka selama pandemi berlangsung, serta pengalaman komunikasi para ibu yang di dalamnya mencakup aspek-aspek komunikasi sendiri yaitu proses, simbol, makna yang dihasilkan, serta tindakan

����������� Hasilmenunjukkan bahwa: 1) Makna anak down syndrome bagi ibu dibentuk dari pengalaman para ibu yang memiliki anak down syndrome, yaitu sebagai sebuah pengalaman perjalanan spiritual, sumber pembelajaran, dan sebagai penyempurna kehidupan, 2) Terdapat berbagai upaya ibu dengan anak down syndrome mengelola kegiatan dan aktivitas selama Covid-19, di antaranya mengelola kegiatan sekolah anak, mengelola kegiatan & aktivitas anak, dan mengelola perilaku, kemandirian, & tanggung jawab anak selama di rumah.

 

Parents' Experiences in Caring for Down Syndrome Children: Literature Review (Rizkah Khodijah, 2022)

Pada penelitian ini mempunyai persamaan tentang jenis penelitian yaitu kualitatif sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini menganalisa menggunakan Systematic Literature Review (SRL)����������� Hasil penelitian menunjukkan Pengalaman komunikasi orang tua dengan anak down syndrome yang berprestasi dapat digambarkan dengan interaksi yang berkualitas serta aktivitas atau kegiatan anak. Orang tua yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang toilet training dapat menerapkan toilet training sesuai kemampuan dan kesiapan anak.

 

Pengalaman Orang Tua Terhadap Toilet Training Pada Anak Down Syndrome Di Slb Negeri Pringsewu Lampung Tahun 2019 (Novikha Nur Khumala Dewi, et al., 2019)

Pada penelitian ini mempunyai persamaan tentang objek yang diteliti yaitu anak Down Sindrom sedangkan perbedaannya yaitu dengan pemberian Toilet Training.�� Pada penelitian menunjukkan hasil bahwapelaksanaan toilet training oleh orang tua pada anak down syndrome menggunakan teknik lisan dan teknik modelling. Sikap konsisten dalam mengajarkan toilet training dan pola asuh demokratis juga berperan dalam keberhasilan toilet training anak down syndrome.

 

Pengalaman Ayah dalam Mengasuh Tunanetra: Interpretative Phenomenological Analysis (Anisa Febriyani, 2022)

Pada penelitian ini mempunyai persamaan pengalaman komunikasidan perbedaannya tentang subjek dan objek yang diteliti yaitu Ayah dan Tunanetra serta teknik analisis data Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Menunjukkan bahwa dukungan keluarga menjadi penguat ayah dalam menerima ketunanetraan anak. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan juga terlihat dari cara ayah mengajarkan anak kedisiplinan dan kemandirian serta dukungan terhadap pengembangan bakat anak.

Penelitian terdahulu menjadi bahan pertimbangan dalam sebuah penelitian. Penelitian terdahulu dapat dijadikan pembanding dan sebagai inovasi baru dari penelitian yang akan dilakukan sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat bermanfaat. Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dan perbandingan.

Adapun alasan peneliti mengangkat permasalahan ini adalah karena belum ada penelitian yang berjudul sama sehingga diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan yang berguna bagi instansi terkait. Untuk melihat relevansi dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini, serta untuk melihat kebaruannya.

 

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistic untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena mengenai apa yang dialami oleh subjek penelitian, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu latar yang berkonteks khusus dan alamiah (Moleong, 2007: 120). Penelitian ini menggunakan pendekatan fenemenologi, yaitu suatu strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu.

Alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif adalah karena penelitian ini akan menjelaskan lebih spesifik mengenai pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan penelitian reflektif tentang esensi dari kesadaran yang dialami dari perspektif orang pertama. Perspektif orang pertama berarti perspektif individu yang mengalami. Penelitian fenomenologis juga harus memperhatikan bagaimana pengalaman terjadi dalam hidup individu dan dibahas dalam istilah-istilah yang tidak dilepaskan dari pengalaman tersebut (Kahija, 2017).

Pendekatan fenomenologi merupakan penelitian mengenai pengalaman subjektif individu dari perspektif individu yang mengalami. Hal tersebut memiliki arti bahwa penelitian fenomenologi mendalami pengalaman setiap individu berdasarkan keunikan individu yang mengalami. Jadi dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat pengalaman subjek tentang �Pengalaman Komunikasi Guru dalam Mengajar Anak Down Sindrom (Studi Fenomenologi pada Pengajaran Anak Down Sindrom di Sekolah Luar Biasa YPPLB Padang)�.

 

Hasil dan Pembahasan 

Pengalaman komunikasi Guru dalam Mengajar Anak Down Sindrom di SLB YPPLB Padang

Pengalaman komunikasi dapat terjadi karena adanya aktivitas komunikasi. Komunikasi merupakan pusat sentral terjalinnya hubungan antar individu demi mempertahankan keberlangsungan hidup. Pengalaman komunikasi bersifat kumulatif dan dipengaruhi oleh masa lalu.

Pengalaman Komunikasi guru dalam mengajar anak down sindrom di SLB YPPLB Padang merupakan penelitian yang telah peneliti kaji. Peneliti mengamati dan melakukan wawancara mendalam kepada guru agar memberikan pengalamannya dalam menjalani tugas. Pengalaman komunikasi guru dalam mengajar anak down sindrom di SLB YPPLB Padang dalam penelitian ini adalah adanya penggunaan komunikasi interpersonal yang dilaksanakan oleh guru SLB YPPLB Padang. Dengan adanya komunikasi interpersonal yang dilaksanakan, maka hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana evaluasi mengajar dan pengasuhan yang diberikan oleh guru di SLB YPPLB Padang. Berikut ini adalah pengalaman komunikasi guru dalam mengajar anak down sindrom di SLB YPPLB Padang.

 

Merangkul sebagai bentuk Rasa Kasih Sayang

Peneliti memahami pengalaman komunikasi yang dialami oleh guru pada ADS di SLB YPPLB Padang yaitu komunikasi interpersonal dengan adanya sikap merangkul guru terhadap ADS dalam komunikasi. Proses belajar mengajar ADS berbeda dengan proses belajar anak normal. Butuh kesabaran dalam mendidik dan mengasuh anak berkebutuhan kusus dalam hal ini ADS. Begitupun dalam berkomunikasi, sikap dan tindakan guru menjadi kunci utama keberhasilan komunikasi yag dilakukan guru terhadap ADS. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi interpersonal tidak hanya berupa kata-kata atau pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal Seperti pengalaman dari informan SD yakni:

Komunikasi seperti biasa. Tapi mengarah dengan melihatkan muka, seperti ada isyarat dan kalimat sederhana. kita bertemu si anak kita coba masuk seolah kita orang tua kita rangkul si anak. Kita coba anak itu duduk berada di samping kita. Kita biarkan anak-anak berkeluh kesah. Kita berikan suatu keadaan yang nyaman bagi si anak. Jadi setelah si anak merasa terbuka dan nyaman. Mereka akan dengan sendiri bercerita apa yang mereka lakukan, apa yang mereka inginkan. Disana kita harus melakukan pendekatan juga. Menerima dengan ikhlas keadaan si anak, sehingga si anak tidak merasa memiliki keterbatasan dan malahan mereka merasa diakui di lingkungan.�

 

Keterbukaan untuk Memberikan Keleluasaan

Peneliti melihat proses komunikasi yang dilakukan dengan Sikap keterbukaan. Sikap keterbukaan yaitu ADS dapat menerima masukan dari guru serta berkenan dengan informasi penting kepada orang lain. Pada penelitian ini saat guru akan memulai materi pelajaran, guru meminta untuk mendengrkan terlebih dahulu dari pada menulis, guru berharap agar anak paham dan ebih focus mendengarkan. ADS memberikan respon dengan menganggukan kepala bahwa paham dengan yang dimaksud guru tersebut. Hal ini menunjukkan sikap keterbukaan. Selain dari pada itu, mengetahui latarbelakang ADS, dan memperkenalkan diri merupakan keterbukaan yang termasuk memberikan informasi penting kepada orang lain. Agar terciota suasana yang nyaman dan dan tidak canggung antara guru dan ADS agar saling terbuka.

Proses komunikasi antara guru dan ADS terjadi manakala interaksi komunikasi berlangsung di mana guru menyampaikan pesan kepada ADS. Adapun tahap pertama yang guru lakukan sebelum memulai wawancara pada ADS adalah harus mengetahui bagaimana latar belakang ADS, bagaimana keluarganya, bagaimana proses ADS dengan keterbatasan yang dimiliki.

�Jadi begitu kita ada pemberitahuan dari yang bersangkutan, yakni pegasuhan, untuk dilakukan penelitian atau pengawasan terhadap ADS. Kita harus mengetahui latar belakang ADS sebelumnya. Baik melalui orang tua dengan pihak sekolah.� (Wawancara MH, April, 2023)

 

Mendukung sebagai Bentuk Memberikan Kebebasan

Pada pelaksanaan komunikasi, guru telah mengupayakan cara terbaik berkomunikasi dengan ADS. Dalam komunikasi yang efektif sikap mendukung menjadi salah satu faktor komunikasi berhasil. Dalam penelitian ini sikap mendukung seorang guru dalam mendidik dan mengasuh ADS yaitu ketika guru memberikan intruksi akan belajar ADS memberikan respon siap mengkuti peajaran yang akan diberikan guru. Hal ini terlihat adanya sikap mendukung artinya maisng-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka.

Sikap keterbukaan meskipun sudah dilakuka terdapat kelemahan dalam aktivitas komunikasi interpersonal yang membuat komunikasi tidak efektif dan menghambat guru dalam berkomunikasi dengan ADS.Pertama adalah tidak ada respon balik dari ADS. Hal ini sering dialami oleh guru saat berhadapan dengan ADS. Tidak adanya respon balik ADS yang sulit diutarakan kembali oleh ADS.

�Misalnya awalnya kan kita perkenalan. Kan da itu anak itu cuek aja padahal sudah dibilang kita kita ajak untuk berbicara, namun tidak ada respon. Mungkin karena ADS ini masih bimbang dan belum nyaman dengan kita saat kita berkomunikasi. Dari sikapnya sudah Nampak. Dari cara duduknya yang kadang-kadang terlalu santai padahal dihadapan kita. Oo berarti emang sulit berarti memang mengahdapi anak yang berkebutuhan khusus juga mungkin. Meskipun mereka mempelihatkan dengan bahasa isyarat � (Wawancara EY, April 2023)

 

Empati untuk memberikan kenyamanan

Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan komunikasi guru pada ADS, yakni menunjukkan empati. Keberhasilan dalam komunikasi antara Guru dan ADS, menjadi kunci seorang guru sebagai komunikator. Informasi yang biasanya diberikan oleh guru kepada ADS adalah informasi terkait dengan tugas sebagai peserta didik. Pemberian informasi ini merupakan keberhasilan komunikasi yang dibangun agar tidak terjadi kesalahpahaman pemaknaan oleh ADS kepada guru. Poin keberhasilan komunikasi, juga mengenai komunikasi yang dibangun oleh Guru, tentu saja ini trik-trik yang disajikan di lapangan bervariasi. Intinya bagaimana ADS berinteraksi dengan aktifitas pengasuhan guru. Usaha sikap empati yang dilakukan oleh guru agar berhasil dalam berkomunikasi dengan ADS. Seolah-olah guru merasakan apa yang tengah dirasakan oleh ADS, sehingga ADS merasa nyaman dalam berkomunikasi apa yang mereka rasakan kepada guru dengan bebas. Guru memperlihatkan rasa empati kepada ADS, dengan mengajak ADS menceritakan hobi atau kesenangannya dan kegiatan yang mereka lakukan.

�Iya pasti. Bicara soal hobi misalnya atau bicara soal kesenangannya atau bicara kawan-kawannya yang dekat dengan diri si anak yang normative saja sebenarnya untuk memamahami si anak. Empati terhadap dirinya. Iya kan.� (Wawancara EN, April 2023)

 

Konsep-Konsep yang Timbul dari Pengalaman Komunikasi Guru dalam Mengajar Anak Down Sindrom di SLB YPPLB Padang

Komunikasi dalam organisasi merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pencapaian tujuan organisasi. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organsasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Komunikasi dalam suatu organisasi adalah unsur terpenting, karena komunikasi ada interaksi sosial yang ditandai adanya pertukaran makna untuk menyatukan perilaku atau tindakan setiap individu. Dalam berkomunikasi terdapat arus informasi yang perlu diperhatikan, konsep-konsep apa yag perlu diperhatikan agar arus komunikasi dapat berjalan dengan baik.

Kepuasaan khalayak bisa ditimbulkan oleh karena adanya kepercayaan dari khalayak berkat adanya komunikasi yang baik. Kepercayaan timbul karena adanya suatu rasa percaya kepada pihak lain yang memang memiliki kualitas yang dapat mengikat dirinya, seperti tindakannya yang konsisten, kompeten, jujur, adil bertanggung jawab, suka membantu dan rendah hati. Sementara dimensi kepercayaan dalam mengevaluasi kepercayaan publik terhadap perusahaan ada 5 yaitu integritas, kompetensi, konsistensi, loyalitas dan keterbukaan.

Pengalaman Komunikasi guru pada ADS di SLB YPPLB Padang yang ditemukan dalam penelitian adalah adanya evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan beradsarkan komunikasi yang dilaksanakan oleh guru. Dengan adanya komunikasi interpersonal yang dilaksanakan, maka hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana evaluasi pelayanan yang diberikan guru dalam melakukan pengasuhan dan didikan yang berkualitas. Berikut ini adalah konsep-konsep yang timbul dari pengalaman komunikasi guru pada ADS di SLB YPPLB Padang.

 

Kompetensi guru dalam membangun kepercayaan ADS

Keterbuakaan bagian penting bagi guru. Kembali lagi ini banyak kaitannya dengan tindakan dan sikap ADS yang diluar Kendali kita dengan keterbatasan anak. Jika ADS bisa berkomunikasi dengan baik, ADS akan merasa dekat dan diterima dimana mereka berada. Informan MH juga menyampaikan bahwa intonasi perkataan itu walaupun agak tegas tetapi diperlunak. Intonasi tegas, rayuan sehingga ADS tidak ada rasa takut dengan Guru. Pengasuhan yang maksimal oleh guru kepada ADS dalam mengasuh dan mendidik sangat dibutuhkan kemampuan dalam menempatkan diri terhadap partner yang akan diajak berkomunikasi. Kita harus bisa memberikan solusi yang baik atas apa yang menjadi keluhan dari mereka.

Berdasarkan pengalaman Informan EN, menyatakan bahwa keberhasilan komunikasi terjadi di waktu yang tepat dengan ADS pengasuhan dan pendampingan guru pada ADS dengan waktu lama akan memberikan keberhasilan guru terhadap ADS. Seperti ruang privasi yang hanya ada guru dan ADS, dengan harapan ADS merasa nyaman menyampaikan pesan. Keberhasilan komunikasi juga ditentukan oleh faktor tempat, di mana ADS merasa aman, nyaman dan tidak takut dalam menyampaikan pesan.

Waktu yang dibutuhkan untuk berbaur dan dekat dengan kita cukup lama. Kita butuh waktu 3 sampai 4 bulan untuk berbaur dan dekat dengan mereka. Karena sifat mereka yang baru itu cuek, suka lari-lari. Perubahan yang mereka alami meraka tau dengan apa yang kita berikan melalui mereka suka dan dekat denagan kita�(Wawancara EN,April 2023).

Kompetensi merupakan teknik dan kemampuan dalam berinteraksi membangun kepercayaan. Misalnya bagaimana mendengarkan seseorang, bagaimana berbicara dan mengucapkan sesuatu agar terjadi proses kepercayaan. Kompetensi merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh guru pada saat mendidik da mengasuh ADS.

 

Konsistensi guru menjalankan kewajiban dalam mendidik

Guru dalam menjalankan kewajiban sebagai pendidik memiliki sikap konsisten dalam menjalankan tugas. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan SD yakni :

Komunikasi seperti biasa. Tapi mengarah dengan melihatkan muka, seperti ada isyarat dan kalimat sederhana. kita bertemu si anak kita coba masuk seolah kita orang tua kita rangkul si anak. Kita coba anak itu duduk berada di samping kita. Kita biarkan anak-anak berkeluh kesah. Kita berikan suatu keadaan yang nyaman bagi si anak. Jadi setelah si anak merasa terbuka dan nyaman. Mereka akan dengan sendiri bercerita apa yang mereka lakukan, apa yang mereka inginkan. Disana kita harus melakukan pendekatan juga. Menerima dengan ikhlas keadaan si anak, sehingga si anak tidak merasa memiliki keterbatasan dan malahan mereka merasa diakui di lingkungan.�

Sumber Daya Manusia (SDM) pada saat melakukan tugas sebagai seorang pengajardi Sekolah Luar Biasa adalah komponen yang sangat menentukan, karena pada saat melakukan kewajiban akan dilakukan pembagian tugas kepada masing-masing guru.

 

Makna Esensial-Transenden dari PengalamanKomunikasi Guru dalam Mengajar Anak Down Sindrom di SLB YPPLB Padang

Makna kepedulian sebagai bentuk kasih sayang guru kepada ADS

Pengalaman yang diperoleh oleh guru saat berkomunikasi pada ADS, termasuk pengalaman komunikasi dalam setiap kegiatan pengasuhan, akan menjadi suatu pengetahuan yang menghasilkan kesadaran dan pemaknaan akan sesuatu. Pemaknaan ini merupakan landasan yang menggerakkan guru untuk mengambil suatu tindakan, misalnya merangkul ADS agar tidak percaya diri dalam menghadapi hidup dengan keterbatasannya. Makna merangkul bagi guru adalah sebagai makna kepedulian guru terhadap ADS.

Komunikasi dan sosialisasi saya dengan anak DS sangat dekat. Hal ini ditunjukkn dengan ketika saya baru datang, anak-anak juga datang langsung merangkul saya dan berlari memanggil dengan senang. Karena anak-anak DS ini dalam komunikasi yg tidak jelas dia memanggilnya dengan �wiwi..wiwi..wiwi�. sehingga mereka terlihat senang, karena kedekatan tadi dengan anak-anak. Disela-sela itu kita juga sering bercanda. Sehingga semakin senang mereka. Kedekatan tersebut Karen ada kontak kita, terima keadaan mereka dengan apa adanya maka mereka akan dekat dengan kita. Kontak batin yang kuat membuat mereka tau apa kita menerima mereka. Dengan cara strategi saya.� (Wawancara MH,April 2023)

Pengalaman murni guru dalam menemukan pemaknaan merangkul ADS, terjadi karena kepedulian terhadap anak. Hal ini dimaksud agar ADS tidak stres dengan keadaan. Sebab jika ADS stres, ini akan berdampak kepada gangguan mental anak hingga dewasa. Kekhawatiran demikian, yang membuat guru hadir merangkul dengan memberikan motivasi kepada ADS. Bagi Husserl menemukan adanya esensi kesadaran yang disebut intensionalitasdalam reduksi trasedental, bukan terletak pada persoalan menempatkan penampakan fenomena dalam tanda kurung, melainkan pada bagaimana subjek memberikan interpretasi terhadap objek selanjutnya sebagaimana makna yang ditemukan dari pengalaman guru.

 

Makna Kepuasan Batin guru dalam keberhasilan mendidik dan mengasuh ADS

Salah satu bagian dari komunikasi yang perlu diperhatikan adalah makna, hasil dari pemaknaan oleh guru dalam berkomunikasi dengan ADS. Efeknya juga kepada kepuasan batin yang dialami oleh guru dalam mendidik dan mengasuh ADS. Apalagi guru mempunyai posisi strategi dalam komunikasi. Maka dari itu guru dituntut untuk mengetahui data, fakta dan informasi mengenai ADS. Perasaan puas setelah mengasuh ADS dalam keterbatasan yangmereka miliki adalah perasaan yang dirasakan oleh guru. Guru merasa puas jika dapat mendidik dan mengasuh dengan memiliki kebutuhan khusus. Selanjunya ketika ADS merasa diri mereka sama dengan anak normal, mereka merasa diterima di lingkungan sosial, guru akan merasakan kepuasaan dari usaha yang telah diberikan. Jadi secara tidak langsung selain melaksanakan tugas sesuai dengan tugas dan fungsinya, guru akan merasa puas jika dapat membantu ADS terhindar dari trauma mental. Kepuasan batin ini jika digali lebih dalam lagi terdapat sebuah kesadaran dari seorang guru yang berorientasi pada kepentingan terbaik ADS.

�Pasti ada. Mereka perubahan sesuai keadaan lingkungan yang ada dan cara kita dalam menyikapi. Degan memberikan pemahaman. Mereka harus dibujukan. Pasti ada. Mereka perubahan sesuai keadaan lingkungan yang ada dan cara kita dalam menyikapi. Degan memberikan pemahaman. Mereka harus dibujukan.� (Wawancara SD, April 2023)

 

Pembahasan

Pengalaman komunikasi dapat terjadi karena adanya aktivitas komunikasi. Komunikasi merupakan pusat sentral terjalinnya hubungan antar individu demi mempertahankan keberlangsungan hidup. Pengalaman komunikasi bersifat kumulatif dan dipengaruhi oleh masa lalu. Pengalaman dimasa sekarang secara tidak sengaja akan memengaruhi masa depan seseorang, sehingga komunikasi dapat dianggap proses yang berubah seiring dengan waktu dan berubah diantara orang-orang yang berinteraksi. Penelitian pengalaman komunikasi guru dalam mengajar anak down sindrom di SLB YPPLB Padang, peneliti sajikan melalui beberapa poin penting dalam subtema.

Berkaitan dengan hasil penelitian yang telah peneliti sampaikan pada sub hasil bahwa dinamika yang terjadi dalam pengalaman komunikasi gurui adalah komunikasi interpersonal. Ada kegagalan guru dalam membangun komunikasi dengan ADS atau komunikan ada juga yang berhasil menyampaikan informasi . Ini tergantung kepribadian dan proses komunikasi yang dibangun pada awal saat saling membuka komunikasi.

 

Pengalaman komunikasi Guru dalam Mengajar Anak Down Sindrom di SLB YPPLB Padang

Pengalaman merupakan sesuatu yang dialami oleh setiap individu. Pengalaman ini terkait dengan suatu objek atau peristiwa berhubungan dengan fenomena yang dialami individu berhubungan dengan objek atau peristiwa tersebut. Setiap orang memiliki pengalaman dalam berkomunikasi dengan orang lain. Setiap fenomena yang dialami seseorang tersimpan dalam ruang kesadaran dirinya dan berwujud sebagai pengalaman orang itu sendiri. Schlessinger dan Goves dalam Rakhmat (2008:62) menyebutkan bahwa memori memegang peranan penting dalam memengaruhi persepsi maupun berpikir yang kemudian menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.

Pegangan dasar yang perlu dipahami bahwa setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Melalui pengalaman, setiap orang memiliki pengetahuan. Moustakas (1994:44) menyebutkan bahwa �all objects of knowledge must conform to experience�. Setiap pengalaman mengandung peristiwa atau nilai informasi. Semakin berharga suatu pengalaman, maka pengalaman itu akan semakin diingat. Adapun pengalaman dalam penelitian ini adalah pengalaman komunikasi. Komunikasi menurut Everett M. Rogers (2004) adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain, yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian.

 

Merangkul sebagai bentuk Rasa Kasih Sayang

Guru sangat memahami perasaan ADS, membuat diri seolah-olah berada dalam keadaan yang dirasakan ADS. Pemaknaan guru ini juga dilakukan dengan komunikasi persuasif, sebagai suatu tindakan membawa ADS lebih terarah dengan saran dari guru. Bagi anak-anak dengan memiliki kebutuhan khusus, dengan pemikiran yang masih labil, bertindak sesuka hati, maka dari itu perlu pengasuhan khusus, merangkul, kasih sayang, sebagai bagian strategi agar ADS selalu nyaman dengan guru. Membuat ADS merasa nyaman, menjadi pola komunikasi yang dibahas dari awal. Membuat ADS tidak menjadi ketakutan, apalagi menganggap guru sebagai orang asing.

Pengalaman murni guru dalam menemukan pemaknaan merangkul ADS, terjadi karena kepedulian terhadap anak. Hal ini dimaksud agar ADS tidak stres dengan keadaan. Sebab jika ADS stres, ini akan berdampak kepada gangguan mental anak hingga dewasa. Kekhawatiran demikian, yang membuat guru hadir merangkul dengan memberikan motivasi kepada ADS. Bagi Husserl menemukan adanya esensi kesadaran yang disebut intensionalitas dalam reduksi trasedental, bukan terletak pada persoalan menempatkan penampakan fenomena dalam tanda kurung, melainkan pada bagaimana subjek memberikan interpretasi terhadap objek selanjutnya sebagaimana makna yang ditemukan dari pengalaman guru.

 

Keterbukaan untuk Memberikan Keleluasaan

Hasil penelitian menunjukkan salah satu dimensi komunikasi interpersonal adalah adanya keterbukaan. Keterbukaan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah menyampaikan seluruh kebenaran informasi yang ditemukan pada saat pendampingan, mendidik serta dalam pengasuhan ADS. Dimensi keterbukaan merupakan salah satu aspek yang penting saat guru melakukan komunikasi menjalankan tugas. Karena pada saat menjalankan tugas sebagai tenaga pendidik anak berkebutuhan yaitu ADS dilakukan maka akan ditemukan banyak hambatan dan juga kendala yang dihadapi. Dengan adanya sikap mendukung antar sesama anggota guru maupunantar orang tua dan pihak sekolah yang berkomunikasi dan berkoordinasi secara terbuka maka hambatan tersebut dapat di atasi dengan baik.

Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiyaningsih dkk (2017), dimana hasil penelitian diperoleh pada lingkup Kementerian Pertanian bahwa untuk kelompok fungsional pustakawan ahli sudah memiliki rasa openness (keterbukaan) terhadap lawan bicara selama proses komunikasi berlangsung. Openness (keterbukaan) ditunjukkan oleh pustakawan dengan membuka diri terhadap lawan bicara, pustakawan berkeinginan untuk berinteraksi yang akan disampaikan terhadap lawan bicara dan dalam proses komunikasi berlangsung pustakawan menghargai pemikiran-pemikiran yang disampaikan oleh lawan bicaranya. Penelitian menurut Santoso dan Stevani (2014) Kemampuan komunikasi dan kemampuan beradaptasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun secara bersamaan.

 

Mendukung sebagai Bentuk Memberikan Kebebasan

Hasil penelitian menunjukkan salah satu dimensi komunikasi interpersonal adalah adanya sikap mendukung. Sikap mendukung yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Masing-masing pihak dalam komunikasi bersifat komunikasi aktif yang dilakukan baik antara sesama guru maupun antara guru dan juga orang tua. Dimensi sikap mendukung merupakan salah satu aspek yang penting saat guru melakukan komunikasi ketika menjalankan tugas mendidik dan mendampingi ADS. Karena pada saat mendampingi ADS akan ditemukan banyak hambatan dan juga kendala yang dihadapi. Dengan adanya sikap mendukung antar sesama anggota guru maupunantar guru dan orang tua yang berkomunikasi dan berkoordinasi secara terbuka maka hambatan tersebut dapat di atasi dengan baik.

Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Rejeki (2021) dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu aspek komunikasi interpersonal yang berkorelasi dalam kualitas layanan adalah adanya sikap mendukung. Dimensi sikap mendukung yang dilakukan ditunjukkan dengan komunikasi aktif yang dilakukan oleh karyawan dengan cara berinisiatif mendatangi pelanggan dan membantu menjawab kebutuhan atau keinginan dari pelanggan.

 

Empati untuk memberikan kenyamanan

Hasil penelitian menunjukkan salah satu dimensi komunikasi interpersonal adalah adanya empati. Empati yang ditemukan dalam penelitian ini adalah guru mampu merasakan apa yang dirasakan oleh keluarga dari ADS serta memahami bagaimana keadaan orang tua dalam mendampingi ADS tersebut. Dimensi empatimerupakan salah satu aspek yang penting saat guru melakukan komunikasi ketika melakukan pendampinngan dan pengasuhan. Karena beberapa aspek dalam empati di antaranya adalah pengambilan perspektif (perspective taking) merupakan kecenderungan seseorang untuk mengambil sudut pandang psikologis orang lain secara spontan, terdapat dua penekanan aspek kognitif yaitu, penekanan terhadap kemampuan yang tidak berorientasi pada kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain. Penekanan kedua berhubungan dengan pengambilan perspektif yang menghubungkan dengan reaksi emosional dan perilaku. Sehingga dengan adanya empati merupakan sebuah respon afektif guru untuk merasakan keadaan emosional orang tua ADS, serta mampu memposisikan diri sendiri dalam posisi orang tua. Dengan adanya empati oleh guru, maka akan terjalin relasi yang baik antara orang tua dengan guru.

 

Konsep-Konsep yang Timbul dari Pengalaman Komunikasi Guru

Kompetensi guru dalam membangun kepercayaan ADS

Spitzberg dan Cupach dalam Rickheit & Strohner (2008) menyatakan bahwa kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seorang individu untuk beradaptasi dan berkomunikasi secara efektif dalam segala situasi sosial sepanjang waktu, dimana kemampuan ini mengarah pada kemampuan untuk bertindak yang dipengaruhi motivasi dan pengetahuan yang dimiliki individu. Spitzberg dan Cupach melengkapi konsep kompetensi komunikasi dengan menonjolkan dua faktor penting, yaitu : efektivitas dan kesesuaian. Spitzberg dan Cupach lebih berfokus pada penelitian mengenai kompetensi komunikasi interpersonal dan kompetensi interpersonal (Rickheit & Strohner, 2008 :18).

Kompetensi merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam memberikan kualitas guru. Kompetensi yang dilakukan oleh guru adalah untuk membangun kepercayaan dari ADS. Salah satu contohnya adalah dengan cara mendengarkan dan merespon keluhan dari ADS maka akan terbangun kepercayaan yang baik sehingga citra guru juga dapat terjaga dengan baik.

 

Konsistensi guru menjalankan kewajiban dalam mendidik

Konsistensi berhubungan dengan sesuatu yang dapat dipercaya, tingkat prediksi terhadap seseorang, dan penanganan menangani situasi (Robbins, 2007). Manusia sering mengedepankan ambisinya pada saat melakukan komunikasi. Ambisi individu dalam pengembangannya menyeret individu lain hingga terbentuk ambisi kelompok yang memiliki kesamaan berhadapan dengan ambisi kelompok yang tidak memiliki kesamaan perspektif. Komunikasi inkonsisten bisa terjadi pada unsur komunikator, bisa juga dari pesan yang disampaikan atau bisa juga terjadi pada komunikan (Amin, 2017)

Konsistensi merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam memberikan kualitas pendidik dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai pendamping. Konsistensi yang dilakukan oleh guru yaitu konsisten dalam melakukan penanganan situasi. Karena dengan adanya konsistensi yang baik yang dilakukan oleh guru, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menangani situasi dengan baik sehingga citra gurujuga dapat terjaga dengan baik.

 

Makna Esensial-Transenden dari PengalamanKomunikasi Guru dalam Mengajar Anak Down Sindrom di SLB YPPLB Padang

TERTUTUP

Pengalaman seorang guru bisa saja sama, tetapi makna dari pengalaman itu dapat berbeda-beda bagi setiap orang. Setiap guru mempelajari makna dalam aktivitas komunikasi mereka. Pengalaman komunikasi pada masa lalu tentunya dapat memengaruhi bagaimana pendapat guru di masa depan dalam menentukan tujuan maupun mengambil keputusan. Melalui proses komunikasi pada ADS, maka terbentuk makna esensi dari pengalaman guru. Sebagaimana pemikiran Husserl yang mengajak kembali pada sumber atau realitas yang sesungguhnya. Diperlukan �reduksi� atau menempatkan fenomena dalam keranjang (bracketing) atau tanda kurung. Melalui penempatan dalam tanda kurung, dapat dibedakan apakah kesadaran tersebut itu bagian dari kesengajaan atau karena terhubung langsung dengan sesuatu. Seperti halnya makna esensial dari pengalaman guru yang peneliti dapatkan bahwa kesadaran peneliti terhadap guru, dengan menempatkan guru dalam tanda kurung, maka perhatian tidak harus kepada fisik guru secara utuh, tetapi bisa dari makna pengalaman guru.

 

Makna kepedulian sebagai bentuk kasih sayang guru kepada ADS

Pengalaman yang diperoleh oleh guru saat berkomunikasi pada ADS, termasuk pengalaman komunikasi dalam setiap kegiatan pengasuhan, akan menjadi suatu pengetahuan yang menghasilkan kesadaran dan pemaknaan akan sesuatu. Pemaknaan ini merupakan landasan yang menggerakkan guru untuk mengambil suatu tindakan, misalnya merangkul ADS agar tidak percaya diri dalam menghadapi hidup dengan keterbatasannya. makna kepedulian guru terhadap ADS merupakan bentuk kasih sayang guru terhadap ADS.

Guru sangat memahami perasaan ADS, membuat diri seolah-olah berada dalam keadaan yang dirasakan ADS. Pemaknaan guru ini juga dilakukan dengan komunikasi persuasif, sebagai suatu tindakan membawa ADS lebih terarah dengan saran dari guru. Bagi anak-anak dengan memiliki kebutuhan khusus, dengan pemikiran yang masih labil, bertindak sesuka hati, maka dari itu perlu pengasuhan khusus, merangkul, kasih sayang, sebagai bagian strategi agar ADS selalu nyaman dengan guru. Membuat ADS merasa nyaman, menjadi pola komunikasi yang dibahas dari awal. Membuat ABH tidak menjadi ketakutan, apalagi menganggap guru sebagai orang asing.

 

Makna Kepuasan Batin guru dalam keberhasilan mendidik dan mengasuh ADS

Salah satu bagian dari komunikasi yang perlu diperhatikan adalah makna, hasil dari pemaknaan oleh guru dalam berkomunikasi dengan ADS. Efeknya juga kepada kepuasan batin yang dialami oleh guru dalam mendidik dan mengasuh ADS. Apalagi guru mempunyai posisi strategi dalam komunikasi. Maka dari itu guru dituntut untuk mengetahui data, fakta dan informasi mengenai ADS. Perasaan puas setelah mengasuh ADS dalam keterbatasan yangmereka miliki adalah perasaan yang dirasakan oleh guru. Guru merasa puas jika dapat mendidik dan mengasuh dengan memiliki kebutuhan khusus. Selanjunya ketika ADS merasa diri mereka sama dengan anak normal, mereka merasa diterima di lingkungan sosial, guru akan merasakan kepuasaan dari usaha yang telah diberikan. Jadi secara tidak langsung selain melaksanakan tugas sesuai dengan tugas dan fungsinya, guru akan merasa puas jika dapat membantu ADS terhindar dari trauma mental. Kepuasan batin ini jika digali lebih dalam lagi terdapat sebuah kesadaran dari seorang guru yang berorientasi pada kepentingan terbaik ADS.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian fenomenologi, dapat disimpulkan bahwa dalam konteks pengajaran anak down sindrom di SLB YPPLB Padang, terdapat penggunaan komunikasi interpersonal yang mencakup sikap merangkul, keterbukaan, mendukung, dan empati yang diimplementasikan oleh para guru. Konsep-konsep yang muncul dalam komunikasi guru melibatkan integritas terhadap situasi sebenarnya, kompetensi dalam memberikan pemahaman, loyalitas untuk memberikan pemahaman, dan konsistensi dalam menjalankan kewajiban. Makna-esensial dari komunikasi guru dalam pengajaran anak down sindrom di SLB YPPLB Padang mencakup elemen-elemen tersebut yang saling berhubungan dan berkontribusi pada pengalaman komunikasi yang positif dan efektif dalam membantu perkembangan anak-anak dengan kebutuhan khusus.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Adilah, S. N., Hadisiwi, P., & Prasanti, D. (2022). Pengalaman Komunikasi Ibu dengan Anak Down Syndrome Berprestasi di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Riset Komunikasi, 5(1), 141�158. https://doi.org/10.38194/jurkom.v5i1.507

 

Amjad. (2019). Teaching Students with Down Syndrome: Perspectives of Special School Teachers and Psychologists Teaching Students with Down Syndrome: Perspectives of Special School Teachers and Psychologists. Journal of Inclusive Education, 3(1), 127�143.

 

Anggreni, N. M. D. A., & Valentina, T. D. (2015). Penyesuaian Psikologis Orangtua Dengan Anak Down Syndrome. Jurnal Psikologi Udayana, 2(2), 185�197. https://doi.org/10.24843/JPU.2015.v02.i02.p07

 

Ayu Pramesti, A., & Suci Qamaria, R. (2022). Penerapan Komunikasi Terapeutik dengan Media Flash Card pada Anak yang Mengalami Down Syndrome. PTK: Jurnal Tindakan Kelas, 2(2), 159�169. https://doi.org/10.53624/ptk.v2i2.92

 

Erika, M. (2019). Komunikasi Interpersonal Pada Anak Penyandang Down Syndrome (Studi Deskriptif mengenai Komunikasi Interpersonal Terapis Wicara pada Anak Penyandang Down Syndrome dalam Menumbuhkan Kemampuan Berbicara di Rumah Hasanah Bandung). 41815189.

 

Martha, A. A., Purwanti, S., & Dwivayani, K. D. (2022). Pola Komunikasi Guru Terhadap Siswa Down Syndrome di Sekolah Luar Biasa Negeri Kota Samarinda. Journal of Communication Studies, 2(1), 27�36. https://doi.org/10.37680/jcs.v2i1.1540

 

Namira, O. R., Zubair, F., & Subekti, P. (2012). Komunikasi Instruksional Guru dengan Anak Down Syndrome di Sekolah Inklusi. E Journal Mahasiswa Universitas Padjadjaran, 1(1), 1�15.

 

Parrott, R., Peters, K. F., & Traeder, T. (2012). Uncertainty Management and Communication Preferences Related to Genetic Relativism Among Families Affected by Down Syndrome, Marfan Syndrome, and Neurofibromatosis. Health Communication, 27(7), 663�671. https://doi.org/10.1080/10410236.2011.629408

 

Rani Elwy, A., Michie, S., & Marteau, T. M. (2007). Attributions and reported communication of a diagnosis of down syndrome. Health Communication, 22(2), 115�121. https://doi.org/10.1080/10410230701453975

 

RENAWATI, R., DARWIS, R. S., & WIBOWO, H. (2017). Interaksi Sosial Anak Down Syndrome Dengan Lingkungan Sosial (Studi Kasus Anak Down Syndome Yang Bersekolah Di Slb Pusppa Suryakanti Bandung). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 252�256. https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14341

 

Sondakh, R., & Harilama, S. H. (2017). Teachers Communication Patterns Kids In Learning Process Down Syndrome in Disabled Children Education Foundation Malalayang. E-Journal Acta Diurna, VI(1).

 

Copyright holder:

Whulan Febrianty Hanif, Emeraldy Chatra, Ernita Arif (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: