Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 09, September 2022
PENGARUH DENSITAS DAN VISKOSITAS BIODIESEL CAMPURAN JATROPHA� SAWIT TERHADAP SUDUT INJEKSI
Wahyudi1*, Muhammad Nadjib2, Adi Parmono3
1*,2,3Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Indonesia,
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Pertumbuhan ekonomi dan
bertambahnya jumlah penduduk berdampak pada peningkatan kebutuhan energi dari
berbagai sektor. Bahan bakar fosil adalah sumber yang paling banyak digunakan
namun tidak terbarukan. Perlunya sumber energi alternatif yang dapat
diperbaharui sebagai pengganti bahan bakar fosil. Biodiesel merupakan bahan
bakar alternatif pengganti minyak solar, dapat dihasilkan dari
transesterifikasi minyak nabati atau lemak hewani. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui sifat fisik dan
karakteristik injeksi bahan bakar.
Bahan bakar yang digunakan adalah campuran biodiesel minyak jarak-sawit dan
solar. Penelitian ini menggunakan variasi sampel bahan bakar B5, B10, B15 dan
B20 serta solar murni sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
viskositas dan densitas mempengaruhi karakteristik injeksi bahan bakar. Semakin
tinggi viskositasnya, semakin sempit sudut injeksi bahan bakarnya.
Kata Kunci: biodiesel,
jatropha, sawit, karakteristik injeksi.
Abstract
Economic growth and increasing population have an impact
on increasing energy needs from various sectors. Fossil fuels are the most
widely used but non-renewable sources. There is a need for alternative energy
sources that can be renewed as a substitute for fossil fuels. Biodiesel is an
alternative fuel that can replace diesel oil, it can be produced from
transesterification of vegetable oils or animal fats. This study aims to
determine the characteristics, and
injection characteristics of the fuel.
The fuel used was a mixture of jatropha-palm oil biodiesel and diesel fuel.
This study uses a variety of fuel samples B5, B10, B15 and B20 as well as pure
diesel as a comparison. The results showed that the viscosity and density influenced
the characteristics of the fuel injection. The higher the viscosity, the narrower
the fuel injection angle.
Keywords: biodiesel, jatropha, palm, spray
characteristic.
Pendahuluan
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan
populasi yang semakin meningkat, permintaan energi dari berbagai bidang juga
ikut bertambah. Bergantung sepenuhnya pada minyak bumi dapat menyebabkan krisis
energi. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk memanfaatkan sumber energi
terbarukan sebagai alternatif dari petroleum diesel. Salah satu bahan bakar yang mampu menggantikan petroleum diesel adalah
biodiesel, yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan atau lemak hewan yang kaya
akan senyawa ester (Eloka-Eboka et al., 2017; Sasongko, 2019). Kelebihan biodiesel antara lain adalah
ramah lingkungan, hasil pembakarannya menghasilkan jelaga yang lebih sedikit,
dan memiliki angka setana yang lebih baik dibandingkan dengan petroleum diesel (El Boulifi et al., 2010).
Ada berbagai jenis minyak nabati yang
dapat diolah menjadi biodiesel seperti minyak sawit, kedelai, jarak, dan banyak
lagi, dengan total lebih dari 30 jenis tanaman (Silitonga et al., 2013). Tanaman jatropha menjadi pilihan karena tidak berkompetisi dengan tanaman
pangan dan dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan. Namun, minyak
jatropha memiliki kekurangan seperti viskositas yang tinggi (Abed, 2018). Sementara itu, kelapa sawit dianggap
potensial untuk biodiesel karena kandungan minyak yang tinggi pada intinya dan
harganya yang relatif terjangkau.
Biodiesel berpotensi menjadi alternatif
pengganti solar. Namun, terdapat beberapa kendala seperti viskositas yang
tinggi dan nilai kalor yang lebih rendah. Solusi yang diusulkan adalah dengan
mencampur berbagai minyak nabati. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
karakteristik bahan bakar campuran biodiesel jatropha-sawit pada mesin diesel
dengan variasi biosolar seperti B5, B10, B15, dan B20.
Metode
Dalam penelitian ini, langkah pertama
adalah mencampur minyak jarak dan minyak sawit dalam perbandingan volume 7:3.
Campuran minyak ini selanjutnya diaduk dan dipanaskan pada suhu 60�C. Proses
esterifikasi dilakukan dengan menambahkan metanol sebesar 22,5% dari volume
minyak dan Asam Sulfat (H2SO4) sebanyak 0,5% dari volume minyak sebagai
katalis. Reaksi esterifikasi berlangsung pada suhu 60�C selama 60 menit.
Setelah itu, campuran dibiarkan selama 12 jam untuk pengendapan dan pemisahan
gliserol. Produk ester kemudian dicuci dengan air pada suhu 65�C dan dipanaskan
pada suhu 105�C untuk menghilangkan kadar air yang tersisa.
Untuk proses transesterifikasi, campuran
minyak direaksikan dengan metanol sebesar 15% dari volume minyak dan katalis
Kalium Hidroksida sebesar 1% dari volume minyak. Reaksi ini juga dilakukan pada
suhu 60�C selama 60 menit. Langkah pengendapan, pencucian, dan pengeringan
diulang untuk mendapatkan biodiesel. Akhirnya, beberapa campuran
biodiesel-solar disiapkan untuk uji coba, termasuk B5 (solar 95%, biodiesel
5%), B10 (solar 90%, biodiesel 10%), B15 (solar 85%, biodiesel 15%), dan B20
(solar 80%, biodiesel 20%). Proses pencampuran bahan bakar ini dilakukan pada
suhu 70�C selama 60 menit. Selanjutnya
dilakukan pengukuran densitas dan viskositas serta sudut injeksi setiap sampel.
Densitas dan viskositas biodiesel murni (B100) dan solar murni disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1
Sifat fisik biodiesel jatropha-sawit dan solar
�Bahan |
Viskositas Kinematik (cSt) |
Densitas (kg/m3) |
Solar |
3.9 |
827.50 |
Biodiesel Jatropha-Sawit |
15.5 |
883.1 |
Pengujian karakteristik injeksi digunakan
untuk mengetahui karakter semprotan pada nosel mesin diesel tekanan 1 atm.
Pengambilan data menggunakan kamera, data yang didapat berupa video yang diubah
menjadi gambar. Gambar 1. merupakan skema pengujian karakteristik injeksi.
Gambar 1. Skema pengujian karakteristik
injeksi
Hasil dan Pembahasan
Viskositas
Dalam penelitian ini, berbagai campuran
biodiesel dan solar diuji untuk mengetahui viskositasnya. Viskositas diukur
dalam unit centiStokes (cSt). Viskositas dari masing-masing sample bahan bakar ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik viskositas bahan bakar
terhadap kandungan biodiesel
Peningkatan viskositas dari solar ke B5, B10, B15, dan B20 menunjukkan sebuah pola yang cukup jelas: semakin tinggi kandungan biodiesel dalam campuran, semakin tinggi pula viskositasnya. Ini sesuai dengan ekspektasi, mengingat bahwa salah satu kelemahan utama dari biodiesel, termasuk dari minyak jarak dan minyak sawit, adalah viskositasnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan solar konvensional (Agarwal & Agarwal, 2007). Viskositas yang lebih tinggi dapat mempengaruhi sifat pelumasan dan aliran bahan bakar dalam sistem mesin, yang pada akhirnya bisa berdampak pada efisiensi dan performa mesin (Hoekman et al., 2012; Knothe & Steidley, 2005).
Namun, perlu diingat bahwa meskipun viskositas lebih tinggi biasanya tidak diinginkan dalam konteks bahan bakar mesin, kenaikan ini masih dalam batas yang dapat diterima untuk sebagian besar aplikasi mesin diesel. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa biodiesel masih bisa menjadi alternatif yang layak sebagai pengganti atau pelengkap solar, terutama dengan mempertimbangkan aspek-aspek lain seperti keberlanjutan dan dampak lingkungan.
Densitas
Densitas bahan bakar mempengaruhi
karakteristik penyimpanan, transportasi, dan injeksi bahan bakar ke dalam
mesin. Oleh karena itu, peningkatan densitas ini adalah faktor penting yang
perlu diperhatikan dalam aplikasi praktis. Densitas diukur dalam unit kilogram per meter kubik (kg/m�). Data
eksperimental menunjukkan bahwa densitas solar murni adalah 827.5 kg/m�. Grafik pengaruh kandungan biodiesel
terhadap densitas disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik densitas bahan bakar terhadap
kandungan biodiesel
Ada peningkatan densitas yang
konsisten dari solar ke B5, B10, B15, dan B20. Kenaikan ini sesuai dengan
hipotesis awal bahwa penambahan biodiesel ke dalam solar akan menaikkan
densitas bahan bakar (Wahyudi et al., 2020). Meskipun densitas yang lebih tinggi
dapat menunjukkan kualitas pembakaran yang lebih baik, tetapi itu juga bisa
menjadi kelemahan. Densitas yang lebih tinggi bisa berdampak pada sistem
penyediaan bahan bakar dan dapat mempengaruhi performa mesin. Namun, kenaikan
densitas dari solar murni ke B20 masih relatif kecil dan mungkin masih berada
dalam batas toleransi untuk banyak jenis mesin diesel. Keberlanjutan dan dampak
lingkungan dari penggunaan biodiesel juga perlu dipertimbangkan. Dengan
densitas yang sedikit lebih tinggi, biodiesel menawarkan sebuah alternatif yang
lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan solar tradisional.
Sudut injeksi
Dalam konteks mesin diesel, sudut injeksi memainkan peran kritis dalam kualitas
proses pembakaran. Studi ini mengeksplorasi pengaruh berbagai
campuran biodiesel dan solar terhadap sudut injeksi bahan bakar, yang diukur
dalam derajat. Menurut data, solar konvensional memiliki sudut injeksi sebesar
18.47 derajat. Sementara itu, semakin tinggi kandungan biodiesel, sudut injeksi
akan semakin sempit, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Sudut injeksi bahan
bakar
Ada kecenderungan penurunan besarnya sudut injeksi dari solar ke campuran B5,
B10, B15, dan B20. Penurunan ini menandakan bahwa adanya biodiesel dalam
campuran mempengaruhi karakteristik injeksi bahan bakar. Sudut injeksi yang
lebih kecil bisa berarti bahwa bahan bakar kurang terdispersi secara optimal
dalam ruang bakar, yang pada gilirannya bisa mempengaruhi efisiensi pembakaran
dan emisi.
Hubungan viskositas dengan sudut
injeksi
Hubungan antara viskositas kinematik dan sudut injeksi pada berbagai jenis
bahan bakar, dari solar hingga campuran biodiesel B20 ditampilkan pada Gambar 5. Data menunjukkan ada korelasi negatif antara
viskositas dan sudut injeksi. Ketika viskositas kinematik bahan bakar
meningkat, dari 3.9 cSt untuk solar menjadi 6 cSt untuk B20, sudut injeksi
menurun, dari 18.47 derajat menjadi 12.74 derajat.
Gambar 5. Grafik hubungan
viskositas terhadap sudut injeksi bahan bakar.
Tren penurunan ini menunjukkan bahwa
viskositas mempengaruhi karakteristik injeksi dalam mesin diesel (Agarwal & Agarwal, 2007; Lanjekar
& Deshmukh, 2016). Sudut injeksi yang lebih rendah pada bahan bakar
dengan viskositas yang lebih tinggi mungkin menunjukkan adanya pembatasan pada
efisiensi dispersi bahan bakar dalam ruang bakar. Hal ini memungkinkan memiliki
implikasi pada efisiensi pembakaran dan emisi. Kenaikan viskositas juga bisa mempengaruhi kebutuhan energi untuk memompa
bahan bakar ke dalam ruang bakar, yang berpotensi mempengaruhi efisiensi
operasional mesin.
Hubungan densitas dengan sudut
injeksi
Penelitian ini mengevaluasi hubungan
antara densitas dan sudut injeksi bahan bakar yang berbeda, mulai dari solar
hingga berbagai campuran biodiesel. Sebagaimana data pada Gambar 6, tampak bahwa ada korelasi negatif antara
densitas dan sudut injeksi. Secara spesifik, ketika densitas bahan bakar
meningkat dari 827.5 kg/m� (solar) hingga 838.45
kg/m� (B20), sudut injeksi menurun dari 18.47 derajat
hingga 12.74 derajat.
Gambar 6. Grafik hubungan densitas
terhadap sudut injeksi bahan bakar.
Tren ini menunjukkan bahwa peningkatan
densitas bahan bakar mempengaruhi mekanisme injeksi, sehingga menghasilkan
sudut injeksi yang lebih kecil (Agarwal & Agarwal, 2007). Dalam konteks aplikasi mesin diesel, ini
bisa menjadi isu yang signifikan karena sudut injeksi yang lebih kecil dapat
mempengaruhi efisiensi pembakaran dan emisi.
Kesimpulan
Studi ini mengeksplorasi hubungan antara
viskositas kinematik dan sudut injeksi pada berbagai tipe bahan bakar, dari
solar hingga campuran biodiesel seperti B20. Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi negatif antara viskositas
dan sudut injeksi. Secara khusus, peningkatan viskositas bahan bakar berdampak
pada berkurangnya sudut injeksi, yang bisa mempengaruhi
efisiensi dan performa mesin diesel.
Walaupun biodiesel menawarkan keuntungan
dari sisi keberlanjutan dan lingkungan, penggunaannya bisa berdampak pada
operasional mesin diesel, terutama dalam hal efisiensi pembakaran dan emisi.
Hal ini membuka peluang untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut dalam
teknologi mesin dan sistem injeksi, dengan tujuan untuk mengoptimalkan performa
mesin tanpa mengorbankan keuntungan lingkungan yang diberikan oleh biodiesel.
Untuk memaksimalkan keuntungan penggunaan biodiesel dan menjaga efisiensi
mesin, penelitian lebih lanjut diperlukan, khususnya dalam pengembangan
teknologi injeksi dan manajemen mesin yang dapat menyesuaikan diri sesuai
dengan karakteristik unik dari berbagai jenis bahan bakar. Perlu dilakukan optimasi lebih lanjut, seperti mencari perbandingan
campuran biodiesel dan solar yang bisa menawarkan viskositas yang lebih rendah
tanpa mengorbankan kualitas atau sifat bahan bakar lainnya.
Tetapi, sisi positifnya adalah biodiesel
lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan solar, sehingga meski ada kompromi
pada sudut injeksi, dampak lingkungan yang lebih rendah bisa menjadi
pertimbangan yang menarik.
BIBLIOGRAFI
Abed, K. A. (2018). Effect
of waste cooking-oil biodiesel on performance and exhaust emissions of a diesel
engine. Egyptian Journal of Petroleum, 5.
Agarwal, D., & Agarwal,
A. K. (2007). Performance and emissions characteristics of Jatropha oil
(preheated and blends) in a direct injection compression ignition engine. Applied
Thermal Engineering, 27(13), 2314�2323.
El Boulifi, N., Bouaid, A.,
Martinez, M., & Aracil, J. (2010). Process Optimization for Biodiesel
Production from Corn Oil and Its Oxidative Stability [Research Article].
International Journal of Chemical Engineering.
https://doi.org/10.1155/2010/518070
Eloka-Eboka, A. C., Igbum,
G. O., & Inambao, F. L. (2017). Biodiesel methyl ester production and
testing from selected African tropical seed oil feedstocks. Energy Procedia, 142, 755�767.
https://doi.org/10.1016/j.egypro.2017.12.123
Hoekman, S. K., Broch, A., Robbins, C., Ceniceros, E., & Natarajan,
M. (2012). Review
of biodiesel composition, properties, and specifications. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 16(1), 143�169.
Knothe, G., & Steidley,
K. R. (2005). Kinematic viscosity of biodiesel fuel components and related
compounds. Influence of compound structure and comparison to petrodiesel fuel
components. Fuel, 84(9),
1059�1065. https://doi.org/10.1016/j.fuel.2005.01.016
Lanjekar, R. D., & Deshmukh, D. (2016). A review of the effect of
the composition of biodiesel on NO x emission, oxidative stability and cold
flow properties. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 54,
1401�1411. https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.10.034
Sasongko, M. N. (2019).
Droplet Combustion Characteristic of Biodiesel Produced from Waste Cooking Oil.
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 494,
012008. https://doi.org/10.1088/1757-899X/494/1/012008
Silitonga, A. S., Masjuki,
H. H., Mahlia, T. M. I., Ong, H. C., Chong, W. T., & Boosroh, M. H. (2013).
Overview properties of biodiesel diesel blends from edible and non-edible
feedstock. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 22, 346�360.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2013.01.055
Wahyudi, W., Sarip, S.,
Sudarja, S., & Suhatno, H. (2020). Unjuk Kerja Mesin Diesel
Berbahan Bakar Campuran Biodiesel Jarak dan Biodiesel Jelantah. JMPM : Jurnal Material
dan Proses Manufaktur, 3(1), Article 1. https://doi.org/10.18196/jmpm.3135
Copyright
holder: Wahyudi, Muhammad Nadjib, Adi Parmono (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |