Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 9, September
2023
PENGEMBANGAN
SOAL NUMERASI BERBASIS ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM (AKM) MENGGUNAKAN ISPRING
SUITE 10
Putri Handayani,
Ratu Ilma Indra Putri, Santi Oktarina
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini merupakan Design Research tipe
Development studies dan menggunakan model formative
evaluation Tessmer yang terdiri dari
tahap Premilinary, Self Evaluation, Expert Review, One to One, dan Field Test.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan soal asesmen kompetensi minimum numerasi konten aljabar berbasis iSpring Suite 10 untuk peserta didik SMP kelas VIII yang valid, praktis
dan mempunyai efek potensial terhadap kemampuan numerasi peserta didik. Subjek penelitian ini adalah peserta
didik kelas VIII SMP
Muhammadiyah 1 Palembang. Hasil dari analisis data penelitian diperoleh bahwa: (1) soal asesmen kompetensi
minimum numerasi konten aljabar yang telah dikembangkan dinyatakan valid. Kevalidan berdasarkan pada tahap expert review serta berdasarkan komentar dan saran dari hasil uji coba one to one. Dari hasil lembar validasi expert review diperoleh rata-rata persentase sebesar 89% yang termasuk kriteria sangat valid. (2) soal asesmen kompetensi minimum numerasi konten aljabar yang telah dikembangkan dinyatakan praktis. Kepraktisan berdasarkan dari hasil angket respon
peserta didik pada tahap small group yang diperoleh persentase 93% yang termasuk kriteria sangat praktis. (3) soal asesmen kompetensi
minimum numerasi konten aljabar memiliki efek potensial terhadap kemampuan numerasi peserta didik terlihat indikator menggunakan simbol matematika sebesar 87,50%, indikator menganalisis informasi dari soal sebesar
80% dan indikator mengambil
keputusan sebesar 71,25%.
Kata kunci: Kemampuan Numerasi; Design
Research; Soal Numerasi; Asesmen
Kompetensi Minimum.
Abstract
This research is Design Research with the type of
Development studies and uses Tessmer's formative evaluation model which
consists of Premilinary, Self
Evaluation, Expert Review, One to One, and Field Test stages. This study
aims to produce algebraic minimum competency assessment questions based iSpring Suite 10 for grade VIII junior high school students
that are valid, practical and have a potential effect on students' numeracy
skills. The subjects of this study were students of class VIII SMP Muhammadiyah
1 Palembang. The results of the analysis of the research data show that: (1)
the questions on the minimum competence assessment of the algebraic content
numeration that have been developed are declared valid. Validity is based on
the expert review stage and based on comments and suggestions from the results
of one to one trials. From the results of the expert
review validation sheet, an average percentage of 89% is obtained which is a
very valid criterion. (2) the algebraic content numeration minimum competency
assessment questions that have been developed are stated to be practical.
Practicality is based on the results of the student response questionnaire at
the small group stage which obtained a percentage of 93% which includes very
practical criteria. (3) the algebraic content numeration minimum competency
assessment questions have a potential effect on students' numeracy abilities.
It can be seen that the indicators used mathematical symbols were 87.50%, the
indicators analyzing information from the questions were 80% and the indicators
making decisions were 71.25%.
Keywords: Numeracy Skills; Design Research; Numeracy Problems;
Minimum Competency.
Pendahuluan
Asesmen�Kompetensi Minimum yang merupakan
penilaian kompetensi mendasar yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi) yang diperlukan oleh semua peserta didik
untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat (Tju & Murniarti, 2021). Pada literasi
numerasi di Asesmen Kompetensi Minimum, konten atau materi tergolong
empat kelompok yaitu bilangan, geometri, data dan ketidakpastian,
dan aljabar (Pusat Asesmen
dan Pembelajaran, 2020);(Arofa & Ismail, 2022). Soal Asesmen
Kompetensi Minimum literasi
numerasi berdasarkan seperti konteks soal PISA yaitu ada 3 konteks yaitu
personal, sosial-budaya, dan saintifik
(Pusat Asesmen dan Pembelajaran,
2020).
Namun�berdasarkan data hasil Program
for Internasional Student Assessment (PISA) (OECD,
2019) pada tahun 2018 untuk
matematika Indonesia mengalami
penurunan 7 poin dari 386 ditahun 2015 menjadi 379 masih di bawah rata-rata negara OECD yaitu
489. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan literasi matematika peserta didik di Indonesia sangatlah rendah. Padahal literasi menjadi sangat penting dalam menghadapi era industri 5.0.
Pada zaman ini penggunaan teknologi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia apalagi internet digunakan bukan hanya sebagai sarana
berbagi informasi (Rahmawati, 2021)�Analisis Kemampuan Literasi Numerasi Pada Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar.� Ada peningkatan pesat akses internet setiap tahun oleh peserta didik yang berusia dari 5-24 tahun tercatat oleh Badan Pusat Statistik (2020) yaitu dari 33,98% pada tahun 2016 menjadi 59,8% pada tahun 2019.
Menurut�Vrabec (2014), dalam
upaya meningkatkan kemampuan literasi tidak dapat dipungkiri
keterlibatan teknologi diperlukan sebagai media baru. Sehingga dengan pemanfaatan teknologi sekarang berupa software Ispring Suite
yang dapat menciptakan
media pembelajaran maupun evaluasi pembelajaran yang menarik dan interaktif yang dapat diakses peserta
didik melalui smartphone mereka. Menurut Nuraini (2020)�media pembelajaran powerpoint yang dibuat melalui software ISpring Suite membuat peserta didiknya merasa tertarik dalam belajar sehingga hasil belajarnya menjadi meningkat.
Didukung�Wardhono (2019)�software ISpring
Suite sangatlah membantu dalam meningkatkan interaksi dalam proses pembelajaran. ISpring suite merupakan software komputer yang dapat membuat media pembelajaran ataupun evaluasi pembelajaran dengan mudah bagi
pemula. Ispring suite memiliki fitur-fitur yang bermanfaat bagi pendidik karena dapat membuat kuis
dengan berbagai macam bentuk soal
(Azmi et al., 2023).
Sehingga�guru dapat memanfaatkan penggunaan
smartphone dalam pembelajaran
atau dikenal dengan mobile learning (Ardiansyah & Nana, 2020). Dikarenakan
kecenderungan peserta didik melakukan banyak hal dengan
smartphone mereka, bahkan ketika mengerjakan tugas, daripada hanya berkonsentrasi pada satu hal dalam
suatu waktu (Davie & Hilber, 2017). Didukung
Jordaan (2017)�bahwa mobile
learning menawarkan efisiensi,
portabilitas, konektivitas instan dan sensitivitas konteks sehingga menjadi lebih populer
dalam pendidikan formal. Pembelajaran mobile learning sangatlah
efisien untuk diterapkan. Sehingga soal numerasi berbasis
asesmen kompetensi minimum dapat dikembangkan menggunakan software ispring
suite yang dapat diakses peserta didik dengan
smartphone mereka. Oleh karena
itu, tujuan penelitian ini adalah menghasilkan soal numerasi berbasis
asesmen kompetensi minimum
dan memberikan efek potensial terhadap kemampuan numerasi peserta didik.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Design Research tipe Development studies yang terdiri dua tahap yaitu tahap Preliminary dan
formative evaluation Tessmer (Tessmer, 2013). Pada Tahap Preliminary, peneliti menentukan dan menganalisis tempat dan subjek penelitian. Peneliti melakukan analisis kebutuhan berupa studi literatur
mengenai permasalahan yang ada di masyarakat dilanjutkan permasalahan terkait yang ada di SMP
Muhammadiyah 1 Palembang khususnya kelas VIII dengan pemberian angket kepada peserta didik kelas VIII mengenai Asesmen Kompetensi Minimum.
Peneliti melakukan analisis
materi berdasarkan hasil dari angket
peserta didik. Peneliti melakukan analisis teknologi mengenai perangkat yang paling banyak digunakan peserta didik selama
pembelajaran jarak jauh berdasarkan observasi peneliti selama mengajar. Peneliti menentukan media dan alat untuk mendesain
soal. Peneliti membuat kisi-kisi soal, kartu soal,
rubrik penskoran, menyusun butir soal, mendesain prototype awal, memproduksi prototype awal, menentukan validator soal, subjek penelitian,
dan menghubungi guru mata pelajaran yang dijadikan tempat penelitian serta menyusun prosedur penelitian.
Pada tahap selfevaluation, peneliti menelaah kembali prototype awal, memperbaiki kesalahan pengetikan, font huruf (jenis, warna,
ukuran), dan warna latar belakang yang menarik dan jelas. Peneliti juga menghubungi guru mata pelajaran untuk menanyakan jadwal pengambilan data. Selain menelaah kembali prototype awal, beberapa desain yang dibuat pada tahap self evaluation adalah kisi-kisi soal numerasi yang berisi indikator Asesmen Kompetensi Minimum, mendesain kartu soal, rubrik penskoran,
pedoman wawancara, lembar angket, dan lembar walkthrough. Adapun tiga karakteristik yaitu isi/konten, konstruk
dan bahasa yang menjadi fokus dalam mendesain
prototype awal atau produk yang dikembangkan.
Penelitian ini divalidasi
3 ahli yaitu dosen Universitas Sriwijaya, ahli materi, ahli
media dan ahli desain pembelajaran. Selain itu, peneliti melakukan validasi one to one pada 3 orang peserta
didik dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah yang merupakan bukan subjek penelitian. Sebelum lanjut ke small group, komentar serta saran dari para ahli dan one to one digunakan untuk perbaikan. Setelah prototype 1 direvisi berdasarkan saran dan komentar
pada tahap expert review dan one to one menghasilkan prototype 2.
Pada small group, ada
6 peserta didik dengan 2 orang kemampuan tinggi, 2 orang kemampuan sedang dan 2 orang kemampuan rendah dibentuk menjadi 2 kelompok untuk menguji kepraktisan
soal. Komentar dan saran dari peserta didik
small group digunakan untuk
perbaikan. Dari hasil revisi berdasarkan saran serta komentar dari peserta didik
diperoleh prototype 3.
Tahap selanjutnya adalah
tahap field test yang melibatkan
25 orang peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 palembang.
Tahap field test ini dilakukan 2 kali pertemuan dengan melakukan satu kali proses pembelajaran dan
satu kali tes akhir. Proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan proses pembelajaran PMRI sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang telah dibuat dan telah divalidasi oleh expert.
Pada pertemuan selanjutnya dilakukan tes akhir kepada
peserta didik yang dikerjakan secara individu. Peneliti memberikan QR code aplikasi
website online soal numerasi
berbasis Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) kepada peserta didik.� Data yang diperoleh
dari hasil pengerjaan soal oleh peserta didik bertujuan
untuk mengetahui efek potensial yang didapat oleh peserta didik setelah mengerjakan
tes.
Peneliti menggunakan
dokumentasi, walktrough, angket, wawancara dan tes untuk mendapatkan
data. Soal numerasi berbasis
asesmen kompetensi minimum
dan aktivitas proses pembelajaran
di validasi oleh expert dan one to one. Pada tahap small group, kepraktisan diperoleh dari wawancara dan angket. Selanjutnya pada tahap field tes, hasil jawaban
peserta didik (tes), angket dan wawancara menunjukkan bahwa ada efek
yang muncul dari peserta didik yaitu
kemampuan numerasi. Data
yang diperoleh di deskripsikan
secara kualitatif dan kuantitatif.
Hasil dan Pembahasan
Pada tahap
premilinary, peneliti melakukan beberapa persiapan yaitu mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat dilanjutkan permasalahan terkait yang ada di SMP
Muhammadiyah 1 Palembang khususnya kelas VIII dengan pemberian angket kepada peserta didik kelas VIII mengenai Asesmen Kompetensi Minimum. Peneliti melakukan analisis materi berdasarkan hasil dari angket
peserta didik. Peneliti melakukan analisis teknologi mengenai perangkat yang paling banyak digunakan peserta didik
Instrumen yang didesain
terdiri dari kisi-kisi, kartu soal, rubrik penskoran
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Soal numerasi
yang didesain berdasarkan karakteristik dari soal Asesmen Kompetensi
Minimum yang ditujukan untuk
peserta didik kelas VIII. Pada penelitian ini soal yang didesain
terdiri dari konten aljabar, dengan level kognitif knowing,
applying dan reasoning serta dengan
bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks,
isian, dan uraian berjumlah 10 butir soal.
Soal numerasi
berbasis Asesmen Kompetensi Minimum disajikan dalam bentuk aplikasi
yang dapat diakses menggunakan laman website online (Putri
et al., 2022). Aplikasi
berbasis website dipilih karena aplikasi web lebih ringan, tidak
perlu penginstalan dan hanya memerlukan browser (Dissanayake
& Dias, 2017). Aplikasi
ini terdiri dari login, petunjuk soal, soal dan biodata peneliti.� Prototype awal masih menggunakan
google drive sebagai web hosting. Google drive dapat mempermudah dalam pembuatan website dikarenakan google drive API bisa
di implementasikan dalam sebuah website (Sumiari,
2015).
Self
Evaluation
Pada tahap
self evaluation, peneliti mengevaluasi prototype awal berdasarkan kesesuaian konten, konstruk dan bahasa. Dalam segi konten, peneliti mengevaluasi soal yang telah di desain sesuai dengan karakteristik
dari soal Asesmen Kompetensi Minimum yaitu peneliti telah menggunakan konten aljabar. Dari segi konstruk, peneliti mengevaluasi konteks soal yang telah disajikan di dalam aplikasi laman website online yaitu kejelasan dari gambar, suara serta
tombol-tombol.
Di sini,
peneliti menemukan bahwa gambar tidak
muncul di aplikasi laman website online yang dikembangkan
oleh peneliti. Sehingga peneliti mengecilkan ukuran dari gambar
namun gambar tetap tidak muncul
ketika laman website online
diakses menggunakan
smartphone. Dikarenakan adanya
error tersebut, peneliti mengganti web hosting dari google
drive menjadi 000webhostapp. Dari segi
bahasa, peneliti mengevaluasi soal tidak mengandung penafsiran ganda, tidak berbelit-belit serta sesuai dengan
Ejaan Bahasa Indonesia. Hasil yang diperoleh dari tahap ini yaitu
prototype 1.
Expert review dan
one to one
Setelah peneliti
melakukan self evaluation selanjutnya prototype 1 divalidasi
oleh expert (ahli) dan peserta
didik (one to one). Pada tahap
ini, peneliti memberikan prototype I kepada ahli materi, ahli
media dan ahli desain pembelajaran. Kemudian, prototype
1 dievaluasi pada tahap
expert reviews dan tahap one to one untuk melihat kevalidan
produk yang dikembangkan.
Hasil perbaikan pada tahap tersebut disebut prototype 2.
Prototype 2 dapat
dikatakan valid berdasarkan
perbaikan dari hasil penilaian validator dari segi konten,
konstruk serta bahasa pada tahap expert reviews
dan tahap one to one. Dari segi
konten, soal yang dikembangkan telah sesuai dengan karakteristik
dari soal AKM, dalam hal ini
memiliki konten yaitu konten aljabar,
memiliki konteks stimulus,
dan level kognitif. Validator menyatakan
seluruh soal yang dikembangkan telah memenuhi kriteria penilaian dari segi konten. Hal ini dapat dilihat
dari hasil lembar validasi yang telah diberikan kepada para ahli. Sehingga, dapat dikatakan dalam segi konten soal
numerasi berbasis Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) telah dikatakan valid.
Dari segi
konstruk, soal yang dikembangkan telah sesuai dengan level kognitif peserta didik kelas VIII. Selain itu juga soal yang dikembangkan dapat melihat kemampuan numerasi peserta didik. Sehingga, menurut para ahli soal yang dikembangkan dapat dikatakan valid dalam segi konstruk.
Dari segi bahasa, soal yang dikembangkan telah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), tidak
berbelit-belit dan tidak ada penafsiran ganda. Sehingga soal yang dikembangkan dapat dikatakan valid dalam segi bahasa.
Dari segi
tampilan, aplikasi laman website online soal numerasi berbasis AKM sudah menarik dan mudah diakses hanya
saja ada iklan dibagian bawah dekat tombol
yang cukup mengganggu. Namun setelah diperbaiki
oleh peneliti dengan sedikit mengubah kodingnya, iklannya tidak ada lagi.
Untuk rencana pelaksanaan pembelajaran telah dikatakan valid setelah diperbaiki serta sesuai untuk
pembelajaran menggunakan produk yang dikembangkan sehingga dapat digunakan untuk tahap field test. Berikut komentar, saran dan alternatif revisi.
Tabel 1 Komentar dan
Saran dan alternative revisi
|
Commentary and
suggestions |
Alternative
revisions |
Validation
Expert |
1.
Posisi tombol sulit dilihat jika diakses
online karena tertutup iklan 2.
Untuk soal yang ada gambar, posisi
gambar perlu dipertimbangkan 3.
Soal no 8, warna kata �lebih hemat 40%�
kurang jelas 4.
Soal no 9 kata �setiap� double 5.
Di bagian cover ada kesalahan penulisan
di kata silahkan dan AKM sebaiknya tidak disingkat serta penyesuaian perintah
untuk mengklik tombol 6.
Di bagian petunjuk ada kesalahan
pengetikan 7.
Untuk soal nomor 1 sebaiknya semua
pernyataan ada pasangannya 8.
Di RPP, Langkah-langkah pembelajaran
PMRI di kegiatan initi lebih dijelaskan lagi |
1.
Koding diubah sehingga iklan tidak lagi
muncul 2.
Posisi gambar disesuaikan 3.
Warna kata �lebih hemat 40%� sudah
diubah dari warna hitam ke kuning 4.
Satu kata �setiap� telah dihapus 5.
Sudah diperbaiki dan AKM tidak disingkat 6.
Petunjuk pengerjaan sudah diperbaiki 7.
Untuk soal nomor 1 semua pernyataan ada
pasangannya 8.
Langkah-langkah pembelajaran di kegiatan
inti sudah diperbaiki |
Peserta didik |
1.
Soal nomor 1, ada pernyataan kosong
membuat peserta didik bingung |
1.
Untuk soal nomor 1, sudah diperbaiki sehingga
tidak ada pernyataan yang kosong dan semua pernyataan telah mempunyai
pasangan |
Selain saran-saran dari para ahli dan peserta didik, peneliti memvalidasi prototype 1 secara kuantitatif berdasarkan dari lembar validasi para ahli, dari ahli
materi dengan 93% dengan kriteria sangat valid, ahli media dengan 95% dengan kriteria sangat valid dan ahli desain pembelajaran
dengan 79% dengan kriteria valid.
Pada tahap
one to one, peneliti mengujicobakan
soal kepada tiga peserta didik
dengan kemampuan matematika yang berbeda-beda yaitu kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah. Hasil dari ujicoba tersebut
didapat bahwa peserta didik dapat
mengakses aplikasi laman website online soal numerasi berbasis Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dengan baik hanya
saja menurut mereka adanya iklan
cukup mengganggu dalam menekan tombol.
Peserta didik
juga dapat memahami maksud informasi, gambar serta tombol
yang ada di aplikasi laman website online serta dapat mengerjakan soal numerasi berbasis
AKM cukup baik walau mereka cukup
mengalami kesulitan dikarenakan kurang terbiasanya mengerjakan soal seperti yang diberikan. Ketiga peserta didik dapat
mengakses aplikasi di laman website online tanpa kendala dengan smartphone mereka masing-masing. Mereka merasa
menjadi pengalaman baru mengerjakan soal numerasi berbasis
Asesmen Kompetensi Minimum melalui smartphone mereka. Hasil dari tahap one to one dan expert
review adalah prototype 2 yang sudah
valid.
Small Group
Pada tahap
small group, Prototype 2 diujicobakan kepada 6 peserta didik dengan kemampuan
matematika yang berbeda-beda
yaitu 2 peserta didik kemampuan matematika tinggi, 2 peserta didik kemampuan
matematika sedang dan 2 peserta didik kemampuan
matematika rendah. Pelaksanaan tahap small group dilakukan selama 1 hari dan bertujuan untuk melihat kepraktisan
soal yang telah dikembangkan peneliti.
Pada pelaksanaan
tahap small group, Sebagian peserta
didik salah dalam menginput link dikarenakan di
link sebenarnya ada angka �0�, mereka menginput huruf �o� sehingga untuk pada tahap selanjutnya tahap field test selain peneliti memberikan link peneliti juga memberikan QR code
yang dapat discan peserta didik dengan
mudah. Berdasarkan tahap small group peserta didik dapat mengerti
petunjuk soal, memahami informasi maupun gambar/grafik
yang terdapat di soal dan mampu dengan mudah
mengakses serta menggunakan produk yang dikembangkan.
Kepraktisan dari produk yang dikembangkan dapat dilihat dari
hasil pengamatan peneliti dan komentar serta saran peserta didik pada tahap small group serta didukung dengan hasil dari
angket respon peserta didik. Aspek praktis didapat
apabila peserta didik menunjukkan produk yang dikembangkan dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, peserta
didik dapat memahami soal dengan
baik, mudah dibaca, mudah diakses,
mudah digunakan selain itu peserta
didik dapat memahami dengan jelas mengenai informasi, gambar, grafik serta tombol
yang ada di produk yang dikembangkan. Peserta didik juga dapat memecahkan masalah matematika dengan berbagai strategi contohnya pada soal nomor 2. Kelompok
pertama mengubah dahulu satuan dari
meter ke centimeter lalu di
sesuai dengan konsep perbandingan sedangkan kelompok kedua langsung membagi kedua rasio
namun walaupun menggunakan strategi yang berbeda
kedua kelompok mendapatkan jawaban yang sama.
|
|
Gambar 1 Jawaban Peserta Didik Small Group
Selain itu,
kepraktisan didapat dari angket respon
peserta didik. Berikut rekap hasil
angket respon peserta didik pada tahap small group.
Tabel 2 Rekap Hasil Angket
Respon Peserta Didik
No |
Komponen
Penilaian |
Jumlah Skor |
1 |
Aspek Tampilan |
47 |
2 |
Aspek
Pemprograman |
17 |
3 |
Aspek Penyajian
Materi |
16 |
4 |
Aspek Manfaat |
31 |
Total |
111 |
|
Persentase |
93% |
|
Kriteria |
Sangat Praktis |
Sehingga produk
yang dikembangkan dapat dikatakan sangat praktis didukung dengan data dari angket respon
peserta didik. Setelah didapatkan prototype 3
yang valid dan praktis, prototype 3 akan diuji coba
di tahap field test.
Field test
Tahap field test merupakan
tahap akhir dalam mengembangkan butir soal numerasi
berbasis Asesmen Kompetensi Minimum. Pada tahap
field test, prototype 3 diujicobakan pada 25 peserta didik kelas
VIII SMP Muhammadiyah 1 Palembang. Tahap field test ini dilakukan 2 kali pertemuan dengan melakukan satu kali proses pembelajaran dan satu kali tes akhir. Tahap
field test ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui efek potensial dari produk yang dikembangkan terhadap kemampuan numerasi peserta didik.
Efek potensial
merupakan kriteria yang harus dimiliki suatu perangkat selain kriteria valid dan praktis (Plomp
& Nieveen, 2007). Dari hasil
pengerjaan peserta didik pada tahap field test dapat dilihat bahwa
soal yang dikembangkan dapat memunculkan kemampuan numerasi dengan indikator yaitu menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb),
menggunakan intepretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi serta mengambil keputusan.
Berdasarkan hasil jawaban peserta didik pada tahap field test, berikut beberapa hasil jawaban peserta
didik:
Gambar
2 Hasil Jawaban Peserta
Didik Untuk Soal Nomor 4
Soal nomor 4 merupakan soal mencari persentase
untung penjualan apel yang dialami Gina. Untuk menyelesaikan soal ini, peserta
didik perlu mencari dulu untung
yang didapat oleh Gina setelah
itu mencari persentase untung. Hasil wawancara peneliti dengan peserta didik yang bertujuan untuk mengetahui lebih jelas mengenai
proses peserta didik dalam mendapatkan jawaban tersebut.
Peneliti: �menurut
kamu, soal nomor 4 materi apa?�
Peserta didik�� : �mencari keuntungan�
Peneliti: �bagaimana
menyelesaikan soal nomor 4?�
Peserta didik�� : �mencari untungnya dulu dari hasil pengurangan
antara penjualan dan pembelian. Dikarenakan gina menjual 1 apel 6000 dan jumlah apel 30 maka total penjualan gina 180.000 sedangkan gina beli 1 dus apel
144.000 maka untung yang didapat gina sebesar
36.000. setelah dapat untungnya dicari persentasenya untung/harga beli dikali
100% didapatlah persentasenya
sebesar 25%.�
Berdasarkan dari wawancara tersebut, terlihat bahwa peserta didik menggunakan
kemampuan numerasinya dimana dalam hal
ini peserta didik dapat menggunakan
angka serta simbol yaitu �%� dalam menyelesaikan masalah soal dengan
tepat, dapat menganalisis informasi dari cerita yang ada disoal dengan
tepat dan dapat memprediksi persentase keuntungan dari didapat dengan tepat. Namun ada
soal yang membuat kemapuan numerasi peserta didik belum
maksimal digunakan yaitu soal nomor
8. Berikut salah satu jawaban peserta didik untuk soal
nomor 8.
Gambar 3 Hasil Jawaban
Peserta Didik Untuk Soal Nomor 8
Soal nomor
8 merupakan soal mencari kebenaran pernyataan dari suatu masalah aritmatika
sosial tentang diskon. Peserta didik perlu mencermati
cerita dialog yang ada di soal serta gambarnya
dikarenakan yang dicari adalah potongan harga yang di dapat. Berdasarkan dari wawancara tersebut, terlihat bahwa peserta didik belum
menggunakan kemampuan numerasinya secara maksimal dimana dalam hal ini
peserta didik dapat menggunakan angka dan simbol yaitu simbol �%� namun tidak dapat
menganalisis informasi yang
ada yaitu teks dan gambar dengan tepat sehingga
tidak sesuai dengan yang harus dicari di soal dan oleh karena itu peserta
didik mengambil keputusan kurang tepat.
Peneliti: �soal
nomor 8 itu bagaimana menyelesaikannya?
Peserta didik:
�mencari diskon dari blender, maka bu yuli yang salah karena pernyataan ibu vina benar bahwa di bahwa harga blender itu menjadi 48.000 karena ada diskon sebesar
40%.�
Peneliti: �mengapa
kamu mengira 40% itu sebagai diskon
padahal kan di gambarnya kan lebih
hemat 40%?
Peserta didik:
�karena ada persennya itu saya
mengira itu sebagai diskonnya.�
Berdasarkan hasil analisis jawaban peserta didik pada tahap field test dapat diketahui bahwa soal asesmen kompetensi
minimum numerasi konten aljabar memiliki efek potensial terhadap kemampuan numerasi peserta didik terlihat indikator menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang muncul sebesar 87,50%, indikator menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb) yang muncul sebesar 80% dan indikator menggunakan intepretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi serta mengambil keputusan 71,25%.
Sehingga soal
yang telah dikembangkan cukup memberikan efek potensial bagi peserta didik
dan peserta didik merasa senang mengerjakan
soal matematika menggunakan smartphone mereka sehingga menjadi hal yang baru bagi
mereka yang biasa mengerjakan soal matematika menggunakan kertas dan komputer.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
mengenai pengembangan soal numerasi berbasis
Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) maka dapat disimpulkan:
Penelitian ini telah
menghasilkan soal asesmen kompetensi minimum numerasi konten aljabar yang disajikan dalam aplikasi laman website online menggunakan
free webhosting. Soal yang dihasilkan sebanyak 10 soal dengan konten aljabar
yang telah dinyatakan valid
oleh expert reviews. Kevalidan soal
ditunjukkan dari hasil penilaian validator pada ahli materi didapatkan
persentase sebesar 93% dengan kategori sangat valid atau dapat digunakan
dengan sedikit revisi, ahli media didapatkan persentase 95% atau dapat digunakan
dengan sedikit revisi, dan ahli desain pembelajaran dengan persentase 79% dengan kategori valid atau dapat digunakan
dengan sedikit revisi. Pengembangan soal asesmen kompetensi
minimum numerasi konten aljabar dinyatakan valid den
rata-rata persentase 89% dengan
kategori sangat valid.
Penelitian ini telah
menghasilkan soal asesmen kompetensi minimum numerasi konten aljabar yang disajikan dalam aplikasi laman website online menggunakan
free webhosting. Soal yang dihasilkan sebanyak 10 soal dengan konten aljabar
yang telah dinyatakan praktis. Untuk kepraktisan pada tahap small
group yaitu peserta didik dapat memahami
dengan baik soal asesmen kompetensi
minimum numerasi konten aljabar dan mudah dalam mengaksesnya. Pengembangan soal asesmen kompetensi minimum numerasi konten aljabar dinyatakan praktis berdasarkan dari hasil angket
sebesar 93% dengan kategori sangat praktis.
Efek potensial diperoleh
dari hasil pengerjaan soal pada tahap field test. Berdasarkan analisis hasil pengerjaan tes peserta didik dan wawancara terlihat bahwa peserta didik
secara keseluruhan dapat mengerjakan soal asesmen kompetensi
minimum konten aljabar yang
dikembangkan. Pengembangan soal asesmen kompetensi
minimum numerasi konten aljabar memiliki efek potensial terhadap kemampuan numerasi peserta didik terlihat indikator menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang muncul sebesar 87,50%, indikator menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb) yang muncul sebesar 80% dan indikator menggunakan intepretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi serta mengambil keputusan 71,25%.
BIBLIOGRAPHY
Ardiansyah, A. A., & Nana, N. (2020). Peran mobile
learning sebagai inovasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran di sekolah. Indonesian Journal Of Educational Research and
Review, 47�56.
Arofa,
A. N., & Ismail, I. (2022). Kemampuan Numerasi Siswa MA dalam Menyelesaikan
Soal Setara Asesmen Kompetensi Minimum pada Konten Aljabar. MATHEdunesa,
11(3), 779�793.
Azmi,
S., Amrullah, A., Baidowi, B., Kurniati, N., & Kurniawan, E. (2023).
Pelatihan Pembuatan Kuis Interaktif Menggunakan Ispring Suite dan Kahoot Bagi
Guru-Guru SMAN 2 Gerung Lombok Barat. Rengganis Jurnal Pengabdian Masyarakat,
3(1), 9�19.
Davie,
N., & Hilber, T. (2017). Nomophobia: Is Smartphone Addiction a Genuine Risk
for Mobile Learning?. International Association for Development of the
Information Society.
Dissanayake,
N. R., & Dias, K. A. (2017). Web-based applications: extending the general
perspective of the service of web. 10th International Research Conference of
KDU (KDU-IRC 2017) on Changing Dynamics in the Global Environment: Challenges
and Opportunities. Rathmalana.
Jordaan,
D. B., Laubscher, D. J., & Blignaut, A. S. (2017). Design of a Prototype
Mobile Application to Make Mathematics Education More Realistic. International
Association for Development of the Information Society.
Nuraini,
I., & Sutama, S. (2020). Pengembangan media pembelajaran berbasis power
point Ispring Suite 8 di sekolah dasar. Jurnal Varidika, 31(2),
62�71.
Plomp,
T., & Nieveen, N. (2007). Formative evaluation in educational design
research. An Introduction to Educational Design Research.
Putri,
R., Lestari, S., & Pratiwi, C. P. (2022). Implementasi Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM) pada siswa kelas V Sekolah Dasar. Prosiding Konferensi Ilmiah
Dasar, 3, 785�791.
Rahmawati,
A. N. (2021). Analisis Kemampuan Literasi Numerasi Pada Siswa Kelas 5 Sekolah
Dasar. Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika Dan
Nilai-Nilai Islami), 4(1), 59�65.
Sumiari,
N. K. (2015). Pemanfaatan Google API untuk Model Interoperability Web Berbasis
PHP dengan Google Drive. Jurnal Sistem Dan Informatika (JSI), 10(1),
112�119.
Tessmer,
M. (2013). Planning and conducting formative evaluations. Routledge.
Tju,
M., & Murniarti, E. (2021). Analisis pelatihan asesmen kompetensi minimum. Jurnal
Dinamika Pendidikan, 14(2), 110�116.
Vrabec,
N., & Ad�mkov�, P. (2014). New Media and Their Potential in the Context of
Development of Key Competences. SGEM 2014 International Multidisciplinary
Scientific Conferences on Social Sciences and Arts, 558.
Wardhono,
A., Kalista, A., Kurniawati, D., & Susilo, P. B. (2019). Quiz Training
Program through iSpring Suite 8.0 to Junior High School Teachers Tuban. Aksiologiya:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 70�83.
Copyright holder: Putri Handayani,
Ratu Ilma Indra Putri, Santi Oktarina (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |