Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9, September
2022
Perbandingan Validitas Dan Reliabilitas
Radiografi Pelvis Proyeksi Anteroposterior Dengan Computed Tomography (Ct) Scan
Untuk Menilai Antropometri Femur Proksimal Pada Orang Dewasa Normal Di Rsup Dr.
Hasan Sadikin Bandung
�����������������������������������
Merryana Margi
Saesaputri, Undang Ruhimat, Atta Kuntara, Yoyos Dias Ismiarto
Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran and Hasan Sadikin General Hospital, Bandung, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Saat
ini belum ada data antropometri
femur Indonesia,
data ini dapat dinilai dari
pemeriksaan radiologi. CT scan
dapat menghasilkan gambar anatomi tulang dan memungkinkan pengukuran sudut dan
linier dalam berbagai bidang secara akurat, namun memiliki kekurangan dari
tingginya biaya dan radiasi. Radiografi pelvis AP dapat
menunjukkan modalitas yang valid dan reliabel dalam
pengukuran antropometri femur proksimal. Untuk mengetahui
perbandingan validitas dan reliabilitas radiografi pelvis AP dengan CT scan dalam menilai antropometri femur proksimal pada
orang dewasa normal di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian
ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang. Dilakukan uji T berpasangan/Wilcoxon, Uji
korelasi Pearson/Spearman dan Uji reliabilitas. Penelitian ini
melibatkan 42
subjek penelitian, terdiri dari 17 orang laki-laki (40,5 %) dan 25 orang perempuan (59,5 %), rerata usia 34.69�5.637 tahun, dengan median 34.00 tahun, rentang usia dari 25 tahun
sampai 45 tahun. Pada uji T berpasangan/wilcoxon diperoleh pengukuran diameter kepala femur
radiografi AP dan CT (4.15 dan 4.01) P=0,755, sudut shaft neck radiografi AP dan CT (130.00 dan 129.54) P=0,818 dan offset femur radiografi AP dan CT (3.26 dan 3.16 ) P=0,667 (nilai P>0.05). Analisis uji korelasi radiografi AP dengan CT pada pemeriksaan diameter kepala femur (r=0.999, P=0.001), sudut shaft neck (r=0.975, P=0.001) dan offset femur (r=0.987, P=0.001) (P<0.05). Pada uji reliabilitas didapatkan ICC diameter kepala femur 0.996, ICC shaft neck femur 0.993 dan ICC offset femur
0.995. Radiografi pelvis
AP valid dan reliabel dalam
mengukur diameter kepala femur, sudut shaft-neck dan offset
femur.
Kata kunci: ukuran proksimal femur, radiografi pelvis anteroposterior, CT scan
Abstract
Currently there is
no anthropometric data of Indonesian femurs, this data can be assessed from
radiological examination. CT scans can produce anatomical images of bones and
allow accurate angular and linear measurements in a variety of planes, but have
the drawbacks of high cost and radiation. AP pelvic radiography can show valid
and reliable modalities in anthropometric measurements of proximal femurs. To
determine the comparison of the validity and reliability of AP pelvic
radiography with CT scan in assessing proximal femoral anthropometry in normal
adults at Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital. This study is an analytical
observational study with a cross-sectional design. Paired/Wilcoxon T-test,
Pearson/Spearman correlation test and reliability test were performed. This
study involved 42 research subjects, consisting of 17 men (40.5%) and 25 women
(59.5%), average age 34.69�5,637 years, with a median of 34.00 years, age range
from 25 years to 45 years. In the paired T/Wilcoxon test, measurements of AP and
CT radiographic femur head diameters (4.15 and 4.01) P = 0.755, AP and CT
radiographic shaft neck angles (130.00 and 129.54) P = 0.818 and AP and CT
radiographic femur offsets (3.26 and 3.16) P = 0.667 (P >0.05 values).
Analysis of AP radiographic correlation test with CT on examination of femoral
head diameter (r=0.999, P=0.001), shaft neck angle (r=0.975, P=0.001) and
femoral offset (r=0.987, P=0.001) (P<0.05). In the reliability test, the ICC
femur head diameter was 0.996, the ICC shaft neck femur was 0.993 and the ICC
offset femur was 0.995. AP pelvic radiography is valid and reliable in
measuring femoral head diameter, shaft-neck angle and femoral offset.
�����������������������������������������������������������
Keywords: proximal size of femur, anteroposterior
pelvic radiograph and CT scan.
Pendahuluan
Kerusakan permanen pada sendi panggul akibat proses
pengapuran atau kecelakaan memerlukan tindakan penggantian dengan Total Hip
Arthtroplasty (THA)(Siahaan, 2020) . THA merupakan tindakan operasi penggantian sendi panggul
setelah terjadinya kerusakan kronis pada asetabulum dan kepala femur(Supriyadi & Zaharuddin,
2023).
Pada
tahun 2003 Nationwide Inpatient Sample (NIS) di Amerika Serikat menyebutkan
bahwa 81% pasien dilakukan tindakan THA dengan diagnosis primer osteoartritis,
kemudian penyakit muskuloskeletal sebesar 9% dan fraktur leher femur 4%.2 Hal
ini senada dengan penelitian Lenza dkk., di Brazil tahun 2009-2010 berdasarkan
data tindakan THA bahwa diagnosis primer tertinggi adalah osteoartritis sebesar
53,2 %, kemudian fraktur sebesar 35,5 % dan osteonekrosis 4,5%. Pada tahun
2015-2020 berdasarkan data rekam medik Departemen Orthopedi dan Traumatologi
RS. Hasan Sadikin Bandung didapatkan diagnosis primer tertinggi adalah fraktur
sebanyak 192 dan nekrosis sebanyak 60 kejadian dari total 368 tindakan prosedur
THA.
Indikasi
medis yang paling umum untuk THA adalah osteoartritis stadium lanjut dan
penyakit sendi degeneratif yang menyebabkan nyeri, kehilangan mobilitas maupun
kecacatan. Indikasi kedua adalah rheumatoid arthritis(Savitri, Kartidjo, Rahmadi,
& Vikasari, 2019). Indikasi lainnya adalah rekonstruksi sendi panggul
displastik atau cacat tulang akibat kecelakaan maupun penyakit, nekrosis
avaskular (nekrosis jaringan tulang akibat gangguan suplai darah) dan penyakit
lainnya yang membahayakan fungsi panggul.
Pada
tahun 2003 � 2006 Commonwealth Orthopaedics� surgeons melakukan THA sebanyak
2,600 pasien di Virginia bagian Utara.2 Pada tahun 2003 Nationwide Inpatient
Sample (NIS) telah melakukan THA sebanyak 202.500 pasien di Amerika Serikat.
Pada tahun yang sama telah dilakukan operasi revisi THA sebanyak 36.000
prosedur. Pada tahun 2030, permintaan THA diperkirakan meningkat sebesar 174%
menjadi 572.000 prosedur(Budhiparama, Nuniek
Nugraheni Sulistiawati, & Hernugrahanto, 2021). Permintaan untuk prosedur revisi panggul diproyeksikan
menjadi dua kali lipat pada tahun 2026. Total revisi panggul diproyeksikan
meningkat sebesar 137% dari tahun 2005 hingga 2030 di Amerika Serikat, seiring
bertambahnya populasi usia lanjut. Operasi tersebut dinilai efektif dalam
talaksana pasien artritis derajat sedang sampai berat serta bermanfaat dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien(Dasril, Istijono, &
Nurhamidah, 2021).
Pengetahuan
tentang morfologi tulang femur penting untuk memahami biomekanik panggul serta
perencanaan pembedahan, karena morfologi dan ukuran pada tulang femur di Barat
mungkin sangat berbeda dari benua lain. Data geometri femur proksimal untuk
populasi Barat tetap digunakan dalam perancangan prostesis sendi panggul
walaupun ukuran dan bentuk tidak sesuai dengan pasien dari Asia karena
kurangnya data antropometri femur proksimal untuk populasi Asia.
Ketidaksesuaian implan dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti loosening,
distribusi beban yang tidak tepat, infeksi, dislokasi dan keterbatasan gerak.
Pada
tahun 2018, Siwach membandingkan antropometri 150 tulang femur jenazah India
dengan populasi Barat dan Hong Kong Tionghoa didapatkan kesimpulan bahwa ukuran
implan yang terlalu besar serta sudut dan orientasi yang tidak sesuai dapat
menyebabkan prostesis pecah dan patah.
Penelitian
Reddy dkk., menyatakan bahwa ketidaksesuaian antara tulang femoral dan batang
akan menyebabkan gerakan mikro dari batang yang ditanam pada awal pasca
operasi, sehingga menghalangi pertumbuhan tulang trabekula. Menurut Rawal dkk,
implan yang dipakai harus cukup kuat menahan beban yang kemudian ditransfer ke
tulang sehingga mencegah stress shielding. Jika tidak adekuat, maka pada dapat
menimbulkan nyeri paha, osteolisis dan pelonggaran aseptik. Prostesis yang
dipasarkan secara komersial mungkin tidak cocok untuk pasien THA Indonesia
karena variasi anatomi yang besar(Press, 2022). Ahli bedah ortopedi menekankan perlunya kesesuaian implan
pada pasien THA(Yulianah, 2022). Komplikasi ketidakcocokan yang dapat ditimbulkan adalah
pelonggaran aseptik, distribusi beban yang tidak tepat dan ketidaknyamanan.
Leung dkk. melakukan penelitian dalam memodifikasi gamma nail (digunakan untuk
memperbaiki leher femur) agar sesuai dengan populasi Asia.
Penelitian
yang dilakukan oleh Lee dkk., pada 945 kepala femur ( 663 wanita dan 282 pria)
pada usia 50-101 tahun yang menjalani operasi THA di Malaysia pada pasien dengan
ras Malaysia, Tionghoa dan India didapatkan ukuran diameter kepala femur
rata-rata orang Malaysia 44,9 + 3,2 mm. Pasien ras Tionghoa memiliki ukuran
kepala femur 45,2 + 3,1 mm, lebih besar dibandingkan dengan ras Malaysia dan
India. Pada ukuran kepala femur pria lebih besar dari wanita(Agusri, Martini, &
Aprilyansah, 2022).
Pada
tahun 2019, Trung mempublikasikan analisis antropometri sendi pangul yang
dilakukan dengan metode CT scan pada populasi orang Vietnam. Parameter yang
diukur pada femur adalah diameter kepala, sudut shaft-neck (SN) dan offset
femur (OF).
Penelitian
tentang penyambungan tulang panggul buatan yang menggunakan data antropometri
femur orang Indonesia sampai saat ini belum ada(Kambey, 2020). Beberapa data yang diperlukan pada penelitian tersebut
adalah dimensi dari femur proksimal diantaranya ialah ukuran diameter kepala,
sudut shaft-neck (SN) dan offset femur (OF).
Data
antropometri femur tersebut dapat dinilai dari pemeriksaan radiologi, yaitu radiografi
pelvis dan CT scan(Faizi, Rochmah, &
Lestari, 2019). Penelitian sebelumnya telah mampu melakukan pengukuran antropometri
femur menggunakan CT scan. Menurut Khalid dkk., radiografi pelvis kurang akurat
dalam memberikan informasi mengenai tulang sendi panggul dengan struktur yang
lebih kompleks, dibandingkan CT pelvis dalam menilai sendi panggul. Penggunaan
teknik CT tiga dimensi (3D-CT) dapat menghasilkan gambar anatomi tulang dan
memungkinkan pengukuran sudut dan linier dalam berbagai bidang secara akurat.
Namun, CT scan memiliki keterbatasan dari segi biaya dan radiasi yang tinggi.
�Pendekatan instrumen lain dalam pengukuran
antropometri femur diperlukan mengingat tingginya biaya dan radiasi yang
dihasilkan oleh CT scan(Setyawati & Hartini,
2018). Radiografi pelvis merupakan pemeriksaan dasar untuk mendiagnosis
kelainan panggul dan telah lama menjadi modalitas penilaian kualitatif tulang
sendi panggul dengan paparan radiasi yang rendah.� Pada penilaian radiografi pelvis dapat
berfungsi sebagai dasar untuk diagnosis yang akurat, klasifikasi penyakit, dan
pengambilan keputusan bedah(Millenia, Liscyaningsih,
Rad, & AnnisaFauzia, 2021).
�Pada penelitian Jamali dkk., radiografi pelvis
posisi anteroposterior merupakan modalitas diagnostik yang andal (reliabel)
untuk menilai asetabular rim dan mudah tersedia.20 Pada beberapa studi,
radiografi pelvis poyeksi antroposterior dapat digunakan untuk pengukuran
antropometri femur diameter kepala, sudut shaft-neck (SN) dan offset femur
(OF).
�Suatu studi pada pasien post operasi THA yang
dilakukan oleh Ha dkk., menyatakan bahwa radiografi posisi trans-lateral
decubitus reliabel dan valid untuk pengukuran femoral stem version dengan
menggunakan CT scan sebagai standar referensi untuk menilai validitas dan
reliablitas radiografi konvensional.16 Selain itu pada penelitian Boileau dkk.,
menyebutkan bahwa CT scan merupakan baku emas untuk mengukur antropemetri
ekstrimitas bawah.
Metode Penelitian ����������������������
Subjek
penelitian ini adalah pasien warga negara Indonesia, berumur 26-45 tahun, yang
melakukan pemeriksaan radiografi pelvis proyeksi anteroposterior dan CT scan
abdomen-pelvis di Departemen Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dari
bulan Desember 2020 sampai Februari 2021. Kriteria inklusi untuk subyek
penelitian ini adalah laki-laki atau perempuan orang dewasa normal yang
bersedia diikutkan penelitian.
Alat
dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan
radiografi pelvis menggunakan Carestream DRX-1 System dan CT scan
abdomen-pelvis menggunakan Multidetector CT /MDCT 128-Slice (Siemens 128 slice)
berupa data Digital Imaging and Communication in Medicine (DICOM) yang
diperoleh dari Instalasi Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Penelitian
ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan prospective
crossection study atau metode potong lintang prospektif yaitu untuk
menganalisis ukuran proksimal femur orang dewasa normal yang dinilai secara
radiologis dengan 1 view pemeriksaan radiologi yaitu radiografi pelvis posisi
anteroposterior.
Untuk
membandingkan hasil pengukuran radiografi pelvis, dilakukan juga pemeriksaan CT
scan abdomen-pelvis dengan sisi yang sama. Data hasil pemeriksaan dievaluasi
validitas dan reliabilitas dengan menggunakan uji kesesuaian Bland and Altaman(Ani, Ahmad, Delina,
Feriadi, & Okpri, 2020).
Variabel
yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel
tergantung. Sampel penelitian diambil dari data radiografi pelvis posisi
anteroposterior dan CT scan abdomen(Satria, 2017)-pelvis di Departemen Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Rumus besar sample
berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui kesesuaian ukuran radiografi
pelvis anteroposterior sesuai ukuran femur orang Indonesia.
�����
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Departemen/SMF Radiologi RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung(Pinandita, Ismono,
Ismiarto, & Chaidir, 2018). Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Desember 2020
sampai Februari 2021. Analisis data dilakukan bulan Februari 2021. Subjek
penelitian adalah pasien yang dilakukan pemeriksaan CTscan abdomen-pelvis dan
radiografi pelvis anteroposterior di Departemen/SMF Radiologi RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung dari bulan Desember 2020 sampai bulan Februari 2021, yang telah
memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.
Tabel 1 Perbandingan CT scan
dan radiografi anteroposterior pada diameter kepala femur, sudut shaft neck dan
offset femur.
Tabel 1
Perbandingan
Variabel |
CT Scan |
Radiografi AP |
Nilai P |
N=42 |
N=42 |
||
Diameter
kepala femur |
|
|
0.755 |
Mean�Std |
4.01�0.361 |
4.15�0.358 |
|
Median |
4.01 |
4.41 |
|
Range
(min-max) |
3.12-4.90 |
3.15-4.90 |
|
Sudut shaft
neck |
|
|
0.818 |
Mean�Std |
129.54�2.047 |
130.00�2.094 |
|
Median |
130.00 |
129.89 |
|
Range
(min-max) |
125.00-132.30 |
125.00-133.00 |
|
Offset femur |
|
|
0.667 |
Mean�Std |
3.16�0.373 |
3.26�0.382 |
|
Median |
3.11 |
3.10 |
|
Range
(min-max) |
2.44-3.90 |
2.39-3.95 |
|
Tabel 1 menjelaskan perbandingan antara pengukuran diameter
kepala femur, sudut shaft neck dan offset femur dari CT scan dan radiografi
anteroposterior. Didapatkan nilai rata-rata CT scan diameter kepala femur
sebesar 4.01�0.361 , median 4.01, nilai terendah 3.12, nilai tertinggi 4.09.
Nilai rata-rata radiografi anteroposterior diameter kepala femur sebesar
4.15�0.358 median 4.41, nilai terendah 3.15, nilai tertinggi 4.09. Nilai
rata-rata CT scan sudut shaft neck sebesar 129.54�2.047, median 130.00, nilai
terendah 125.00, nilai tertinggi 132.30. Nilai rata-rata radiografi anteroposterior
sudut shaft neck sebesar 130.00�2.094 median 129.89, nilai terendah 125.00,
nilai tertinggi 133.00. Nilai rata-rata CT scan offset femur sebesar
3.16�0.373, median 3.11, nilai terendah 2.44, nilai tertinggi 3.90. Nilai
rata-rata radiografi anteroposterior offset femur sebesar 3.26�0.382, median
3.10, nilai terendah 2.39, nilai tertinggi 3.95.
Hasil analisis statistik menggunakan uji reliabilitas,
didapatkan infomasi nilai ICC diameter kepala femur radiografi adalah 0,996
dengan 95% IC 0,990 sampai dengan 0,998. Nilai ICC sudut shaft neck radiografi
adalah 0,993 dengan 95% IC 0,986 sampai dengan 0,996. Nilai ICC offset femur
radiografi adalah 0,995 dengan 95% IC 0,990 sampai dengan 0,997. Nilai ICC
diameter kepala femur CT scan adalah 0,980 dengan 95% IC 0,963 sampai dengan
0,989. Nilai ICC sudut shaft neck CT scan adalah 0,998 dengan 95% IC 0,996
sampai dengan 0,999. Nilai ICC offset femur CT scan adalah 0,996 dengan 95% IC
0,993 sampai dengan 0,998. menunjukkan bahwa reliabilitas interobserver adequate
atau memiliki reliabilitas sangat baik pada pengukuran diameter kepala femur,
sudut shaft neck dan offset femur berdasarkan radiografi pelvis posisi
anteroposterior dengan Computed Tomography (CT) scan.
Simpulan : Hipotesis teruji
dan diterima.
Kesimpulan
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara ukuran
diameter kepala femur, sudut shaft neck dan offset femur proksimal pada
radiografi pelvis anteroposterior dengan CT scan pada orang dewasa normal di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan nilai P pada variabel diameter kepala
femur P=0,755, sudut shaft neck P=0,818 dan offset femur P=0,667 (nilai
P>0.05).
Beberapa poin penting dalam pembahasan sebelumnya yaitu:
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran diameter kepala femur,
sudut shaft neck dan offset femur proksimal pada radiografi pelvis
anteroposterior dengan CT scan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
ukuran diameter kepala femur, sudut shaft neck dan offset femur proksimal
menggunakan radiografi pelvis anteroposterior dengan CT scan pada laki-laki dan
perempuan. Ukuran diameter kepala femur, sudut shaft neck dan offset femur
proksimal menggunakan radiografi pelvis anteroposterior sesuai dibandingkan
dengan CT scan standar.
Agusri, Erny, Martini, Sri, & Aprilyansah, Aji.
(2022). ANALISA KETERSEDIAAN AIR IRIGASI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN AIR
PERSAWAHAN DESA SUMBERJO KABUPATEN PALI. Jurnal Deformasi, 7(2),
161�173.
Ani, Rahayu, Ahmad, Fuad
Afdhal, Delina, Hasan, Feriadi, Suwarna, & Okpri, Meila. (2020). Analisis
Efektivitas Biaya Terapi Antihipertensi Kombinasi Tetap di Satu Rumah Sakit
Jakarta Selatan. JMPF, 10(1), 1�13.
Budhiparama, Nicolaas C.,
Nuniek Nugraheni Sulistiawati, SpKFR, & Hernugrahanto, Kukuh Dwiputra.
(2021). Pendidikan Interprofesional Gangguan Muskuloskeletal. Airlangga
University Press.
Dasril, Dasril, Istijono,
Bambang, & Nurhamidah, Nurhamidah. (2021). Evaluasi kebutuhan air irigasi
dengan aplikasi cropwat 8.0 daerah irigasi Amping Parak. Rang Teknik Journal,
4(2), 374�382.
Faizi, Muhammad, Rochmah,
Nur, & Lestari, Sally R. (2019). Pendekatan Praktis Perawakan Pendek
pada Anak. CV. Prima Media.
Kambey, Stefan Agp. (2020).
PREDIKSI DIAMETER GRAFT TENDON PERONEUS LONGUS PADA REKONSTRUKSI LIGAMENT
LUTUT MENGGUNAKAN ULTRASOUND. Universitas Hasanuddin.
Millenia, Rachma Riadicha,
Liscyaningsih, Ike Ade Nur, Rad, S. Tr, & AnnisaFauzia, S. (2021). PERANAN
PEMERIKSAAN RETROGATE URETROGRAFI PADA KASUS STRIKTUR URETRA DALAM MEMBERIKAN
INFORMASI ANATOMI. Universitas �Aisyiyah Yogyakarta.
Pinandita, Tody, Ismono,
Darmadji, Ismiarto, Yoyos Dias, & Chaidir, M. Rizal. (2018). Efek Pemberian
Meloxicam yang Diberikan Selama Fase Inflamasi terhadap Proses Penyembuhan Tulang
Tikus Paska Open Reduction Internal Fixation K-Wire Dinilai Secara Radiologis. Jurnal
Sistem Kesehatan, 3(3).
Press, U. G. M. (2022). Dari
Hulu Ke Hilir Perjalanan Sebuah Alat Kesehatan. UGM PRESS.
Satria, Arief Adi. (2017).
Pengaruh harga, promosi, dan kualitas produk terhadap minat beli konsumen pada
perusahaan A-36. Jurnal Performa: Jurnal Manajemen Dan Start-Up Bisnis, 2(1),
45�53.
Savitri, Shifa A.,
Kartidjo, Pudjiastuti, Rahmadi, Andri R., & Vikasari, Suci N. (2019).
Hubungan Pemilihan Obat dan Keberhasilan Terapi Pasien Rheumatoid Arthritis. Farmasi,
8(4).
Setyawati, Vilda Ana Veria,
& Hartini, Eko. (2018). Buku ajar dasar ilmu gizi kesehatan masyarakat.
Deepublish.
Siahaan, Matdio. (2020).
Dampak pandemi Covid-19 terhadap dunia pendidikan. Jurnal Kajian Ilmiah,
1(1).
Supriyadi, S. T. P., &
Zaharuddin, S. E. (2023). EVALUASI KINERJA ORGANISASI. Manajemen &
Evaluasi Kinerja Organisasi: Implementasi Pada Pendidikan Anak Usia Dini, 1.
Yulianah, S. E. (2022). Metodelogi
Penelitian Sosial. CV Rey Media Grafika.
������������������������������������������������
Copyright holder: Merryana Margi Saesaputri,
Undang Ruhimat, Atta Kuntara, Yoyos Dias Ismiarto 2022 |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |