Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 9, September
2023
STRATEGI
KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA
SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR
Aulia Nurul Fajariyah,
Sholehuddin
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta
E-mail: [email protected], [email protected]
Abstrak
SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang keduanya memiliki inti tujuan yang sama yaitu menciptakan generasi bangsa yang berkarakter religius. Nilai karakter religius merupakan nilai karakter yang dijadikan acuan sebagai sikap
dan perilaku patuh terhadap melaksanakan ajaran agama. Karakter religius sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam
menghadapi perubahan zaman
yang begitu pesat. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui strategi, faktor pendukung dan penghambat, serta proses pembentukan yang kepala sekolah terapkan untuk membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang. Teknik pengumpulan data penelitian dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan sumber data kedua kepala sekolah
tersebut. Hasil penelitian yaitu strategi yang digunakan kepala sekolah SD Muhammadiyah 12
Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui budaya
sekolah yaitu strategi pembiasaan, strategi keteladanan,
dan strategi kemitraan. Faktor pendukung
kepala sekolah SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan kepala
sekolah SDIT Al Azkar Pamulang yaitu tenaga pendidik dan kependidikan, orang tua wali murid, fasilitas sekolah, dan yayasan. Faktor penghambat yaitu orang tua, faktor lingkungan
dan konsisten. Proses pembentukan
karakter religius melalui pembiasaan dari budaya sekolah
yang diterapkan kepada peserta didik, dan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program budaya sekolah.
Kata Kunci: Budaya Sekolah; Strategi; Karakter Religius.
Abstract
SD Muhammadiyah 12 Pamulang and
SDIT Al Azkar Pamulang both
have the same core goal, which is to create a generation of people with
religious character. Religious character values are character values that are
used as references as obedient attitudes and behaviors towards carrying out
religious teachings. Religious character is needed by students in the face of
such rapid changes in the times. The purpose of the study is to determine the
strategies, supporting and inhibiting factors, as well as the formation process
that the principal applies to shape the religious character of students through
school culture. This study used descriptive qualitative research methods
conducted at SD Muhammadiyah 12 Pamulang and SDIT Al Azkar Pamulang. Research data
collection techniques with observation, interviews, and documentation with data
sources of the two principals. The results of the study are strategies used by
the principals of SD Muhammadiyah 12 Pamulang and
SDIT Al Azkar Pamulang in
shaping the religious character of students through school culture, namely
habituation strategies, exemplary strategies, and partnership strategies. The
supporting factors for the principal of SD Muhammadiyah 12 Pamulang
and the principal of SDIT Al Azkar Pamulang are educators and education staff, parents and
guardians, school facilities, and foundations. Inhibiting factors are parents,
environmental factors and consistent. The process of forming religious
character through habituation of school culture applied to students, and the
stages of planning, implementing, monitoring and evaluating school culture
programs.
Keywords: School
Culture; Strategy; Religious Character.
Pendahuluan
Pendidikan adalah saham utama
dan kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk pemberdayaan hidup masyarakat. Pendidikan dituju untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas serta mampu memberikan kontribusi untuk negara sebagai bangsa yang bermartabat. Pendidikan memiliki andil yang besar sebagai pusat keunggulan
untuk mempersiapkan karakter manusia dalam menghadapi tantangan global dunia.
Pendidikan merupakan landasan yang menjadi suatu harapan
untuk meningkatkan serta mengembangkan kualitas hidup warga negara dalam rangka untuk memajukan
peradaban suatu bangsa. Peradaban suatu bangsa akan
terwujud apabila generasi penerus bangsa memiliki karakter yaitu generasi yang memiliki ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, beradab, moral, etika,
akhlak mulia, dan berilmu pengetahuan. Generasi bangsa tersebut merupakan generasi yang didambakan oleh bangsa Indonesia yang telah diterangkan dalam Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.
Undang-Undang tentang
sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk menumbuhkan kualifikasi dan mendidik karakter serta peradaban yang berkedudukan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan menciptakan kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk menjadi
manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi masyarakat yang demokratis bertanggung jawab.
Harapan bangsa Indonesia untuk menciptakan generasi yang bermutu sebagaimana telah dicantumkan dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 belum tercapai. Realita di zaman globalisasi saat ini merupakan
ironi untuk bangsa Indonesia. Hilangnya nilai karakter pada generasi bangsa dan munculnya generasi hedonisme, dan apatis (Mustari
& Rahman, 2011). Hal tersebut
merupakan realitas di zaman
globalisasi ini bahwa bangsa Indonesia mengalami krisis karakter.
Karakter bangsa
merupakan mutu perilaku kebangsaan yang khas baik yang tercermin dalam pengetahuan, rasa, dan perilaku bangsa, dan bernegara sebagai buah pikir,
olah hati, rasa, karsa, dan perilaku bangsa dan bernegara Indonesia
yang berdasarkan nilai-nilai
Pancasila, norma Undang - Undang
Dasar 1945, keberagaman, Bhineka
Tunggal Ika, serta komitmen
terhadap negara.
Salah satu karakter yang perlu
ditanamkan pada generasi penerus bangsa sesuai dengan Kementerian Pendidikan
Nasional pada tahun 2010 merilis nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa
terdapat 18 nilai karakter yang harus ditanamkan dalam pendidikan di sekolah
dasar, terutama bagi umat Islam yakni karakter religius yang mengenalkan
keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT, beribadah sesuai ketentuan, keteladanan,
dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagai kunci utama dalam menata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Karakter religius merupakan perilaku
manusia yang menjadikan agama sebagai tiang dalam segala aspek kehidupan serta
sikap dan perilaku yang taat di dalam mengimplementasikan ajaran agamanya,
bertoleransi dalam hal ibadah dan menjalani hidup rukun pada pemeluk agama lain (Oktari & Kosasih,
2019).
Pembentukan karakter religius secara umum bertujuan untuk menjadikan karakter
penerus bangsa menjadi generasi yang kuat secara lahir dan batin (Hakim, 2022).
Dalam membentuk karakter religius perlu mempersiapkan generasi yang kuat tidak
terbatas pada sisi intelektualnya, tetapi pada sisi spiritual dan emosionalnya.
Hal tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam Q.S An-Nisa
ayat 9
وَلْيَخْشَ
ٱلَّذِينَ لَوْ
تَرَكُوا۟ مِنْ
خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً
ضِعَٰفًا خَافُوا۟
عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟
ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟
قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya: �Dan hendaklah
takut kepada (Allah)
orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang
lemah di belakang mereka yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) Nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar�
Berdasarkan terjemahan
Q.S An-Nisa ayat 9 menegaskan
bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan kepribadian dalam maupun luar sekolah
dan akan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan
dapat dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan kemampuan individu, maka pendidikan karakter religius adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah (Su�adah,
2021).
Tanggung jawab tersebut didasari oleh kesadaran tinggi rendahnya tingkat pendidikan karakter religius masyarakat yang akan berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah karena bagaimanapun
kebudayaan tidak hanya berlandaskan pada naluri semata, melainkan berlandaskan pada
proses belajar (Hakim,
2021).
Terutama mengenai
penanaman karakter religius. Terlihat, saat ini bangsa
Indonesia mengalami krisis religius yang dapat dilihat dari perilaku
anak sekolah dasar, saat ini
peserta didik mementingkan untuk menghafal lagu barat daripada untuk menghafal ayat-ayat suci Al-Qur�an, kemudian anak membantah ketika diberikan arahan oleh orang tua. Nilai karakter religius merupakan nilai karakter yang dijadikan acuan sebagai sikap
dan perilaku patuh terhadap melaksanakan ajaran agama.
Karakter religius
tersebut sangat dibutuhkan
oleh peserta didik dalam menghadapi perubahan zaman yang begitu pesat. Hal tersebut peserta didik mampu
memiliki akhlak dan perilaku yang didasari pada ketetapan dan ketentuan ajaran agama. Pada saat ini, sudah saatnya
penanaman karakter religius hadir dan melaksanakannya dengan memperhatikan tuntunan agama, masyarakat, dan zaman yang telah berubah dan mampu membenahi perilaku negatif anak. Sekolah
mempunyai peranan besar untuk turut
berpartisipasi dalam membentuk karakter religius peserta didik berdasarkan kurikulum 2013.
Lembaga pendidikan perlu mengimplementasikan model pengembangan
pendidikan yang dapat meningkatkan spiritualitas dan akhlak peserta didik. Dalam pandangan behaviorisme yang membahas mengenai perilaku manusia, bahwa sikap dapat dibentuk
melalui peraturan yang sudah ditetapkan oleh lembaga pendidikan (Prasetiya
& Cholily, 2021). Peran penanaman
karakter religius di sekolah mengarahkan untuk peserta didik
agar bersedia dalam mematuhi dan menaati segala peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan dan berlaku tanpa rasa paksaan (Wandio,
2018).
Peran kepala sekolah memiliki kedudukan tinggi dalam memanajemen
sekolah untuk menumbuhkan sifat karakter religius kepada para peserta didik saat di sekolah,
karena kepala sekolah berperan sebagai tokoh utama
yang menjadi penggerak kehidupan sekolah dan memahami tugas serta fungsi dalam
keberhasilan sekolah dan kepedulian terhadap tenaga pendidik dan kependidikan serta peserta didik di sekolah (Juliyanto,
2021).
Berdasarkan penelitian
terdahulu yang dilakukan
oleh Amelia (2022) yang berjudul
analisis karakter religius siswa kelas iv melalui budaya sekolah di sd al bayyinah muhammadiyah Hasil penelitian terdahulu mengenai bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter religius siswa kelas IV melalui budaya sekolah di SD Al Bayyinah
Muhammadiyah yakni program-program sekolah untuk meningkatkan
karakter religius melalui budaya sekolah di SD Al Bayyinah Muhammadiyah yaitu
kegiatan tahfidz, sholat dhuha, dzuhur,
pengisian form perilaku positif setiap harinya, amal Jum�at.
Dengan metode yang diterapkan yakni mengadakan sosialisasi kegiatan, keteladanan, dann kegiatan rutin.
Mengenai penelitian
terdahulu, dalam penelitian ini kebaharuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui strategi kepala sekolah, faktor pendukung dan penghambat, serta proses pembentukan karakter religius peserta didik melalui budaya
sekolah. Dengan melihat hasil observasi
peneliti di sekolah SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang peneliti tertarik untuk mencari tahu
strategi kepala sekolah dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah.
Visi dari Muhammadiyah 12 Pamulang yakni �Mewujudkan peserta didik yang religius, berkarakter, berprestasi dan unggul�, dan Visi
dari SDIT (Sekolah Dasar
Islam Terpadu) Al Azkar Pamulang yakni �Terwujudnya sekolah dasar yang bercirikan Islam,
modern, serta unggul dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi�.
Berdasarkan Visi dari
kedua sekolah dasar tersebut yakni SD Muhammadiyah 12 Pamulang
dan SDIT Al Azkar Pamulang tersebut peran kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap memecahkan segala kesulitan yang dihadapi pihak sekolah dalam rangka
menciptakan generasi unggul yang cerdas, mandiri, dan berakhlakul karimah (Agung
Rahmanto, 2022). Peran kepala
sekolah sebagai pemimpin memiliki peranan sangat penting dalam membentuk karakter religius peserta didik.
Kepala sekolah
mampu bertindak dalam membangun budaya sekolah yang unggul berdasarkan pengamatan peneliti terhadap kedua sekolah melihat dari salah satu misi utama tersebut
yakni mengutamakan dalam hal karakter
religius peserta didik, karena karakter
pertama yang perlu ditanamkan di sekolah yakni karakter religius, karena karakter religius merupakan landasan dari segala karakter
yang ditanamkan oleh peserta
didik. Maka dari itu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai pembentukan karakter religius melalui budaya sekolah di SD Muhammadiyah
12 Pamulang dan SDIT Al Azkar
Pamulang pada aspek pembentukan karakter religius melalui budaya sekolah yang terdapat di kedua sekolah tersebut.
Berdasarkan uraian
yang telah dijabarkan peneliti terhadap latar belakang masalah, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian
yakni: 1) Bagaimana
strategi kepala sekolah dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah di SD Muhammadiyah
12 Pamulang dan SDIT Al Azkar
Pamulang? 2) Bagaimana
proses pembentukan karakter
religius peserta didik melalui budaya
sekolah di SD Muhammadiyah 12 Pamulang
dan SDIT Al Azkar Pamulang?
3) Apa faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang?
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, diharapkan terdapat suatu kejelasan dan dijadikan tujuan peneliti dalam penelitian ini. Adapun tujuan peneliti yang ingin dicapai dalam
penelitian sebagai
berikut:1) Untuk mengetahui
strategi kepala sekolah dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang. 2) Untuk mengetahui proses pembentukan karakter religius peserta didik melalui budaya
sekolah di SD Muhammadiyah 12 Pamulang
dan SDIT Al Azkar Pamulang.
3) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang. Menurut Sukmadinata dalam Rukajat (2018) metode
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan mengenai peristiwa, fenomena, aktivitas sosial, kepercayaan, sikap, persepsi pemikiran orang secara individu dan kelompok.
Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah dengan tujuan untuk
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan berbagai metode yang ada.
Pada penelitian Strategi Kepala Sekolah dalam Membentuk
Karakter Religius Peserta Didik Melalui Budaya Sekolah Di SD Muhammadiyah
12 Pamulang dan SDIT Al Azkar
Pamulang peneliti dalam menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan
data menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, rekaman, dan video
yang akan menghasilkan data
berupa deskriptif naratif, ucapan, perilaku, yang didapatkan berdasarkan objek tersebut yaitu gambaran secara terperinci mengenai bagaimana Strategi kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang.
Desain penelitian kualitatif deskriptif dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus.
Studi kasus merupakan penelitian untuk merumuskan suatu kasus atau kejadian
dengan menggunakan prinsip logika sebab akibat (Widiasworo,
2018). Penelitian
jenis studi kasus dipilih karena
strategi penelitian yang di dalamnya
peneliti menyelidiki secara cermat suatu
peristiwa, aktivitas,
proses, serta sekelompok individu yang ditentukan waktu dan aktivitas serta pengumpulan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data.
Penelitian jenis studi kasus dipilih
karena berdasarkan tujuan penelitian yang akan dilakukan di SD Muhammadiyah
12 Pamulang dan SDIT Al Azkar
Pamulang dengan mendeskripsikan strategi kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah. Adapun desain penelitian multi kasus dipilih untuk
mendapatkan data penelitian
yang kompleks sehingga dapat memberikan banyak informasi kepada pembaca dan masukan untuk SD Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui budaya
sekolah.
Subjek penelitian
merupakan pihak-pihak yang dijadikan sebagai tempat diperolehnya data dalam penelitian dan dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan untuk pengumpulan data.� Pada sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peranan penting karena subjek penelitian
merupakan data tentang variabel yang peneliti amati. Adapun subjek peneliti dalam penelitian ini adalah kepala sekolah
SD Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang.
Teknik pengumpulan data merupakan cara tertentu atau
teknik tertentu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Peneliti perlu menjelaskan desain dan laporan hasil penelitiannya
mengenai cara atau teknik yang digunakan dalam memperoleh dan mengumpulkan data penelitiannya (P.
D. Sugiyono, 2019). Teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan observasi, dokumentasi, dan triangulasi atau gabungan dari
ketiganya. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Observasi, 2) Wawancara.
3) Dokumentasi.
Analisis data adalah
proses dalam mencari dan menyusun data secara sistematis berdasarkan data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan bahan lainnya, sehingga dapat dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif di mana teknik analisis merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang telah
dikumpulkan tanpa adanya maksud menggeneralisasikan
dari hasil penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis Miles dan
Huberman sebagaimana dijelaskan
dalam buku Sugiyono (D.
Sugiyono, 2013):
1. Reduksi
Data
Reduksi data merupakan
kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang utama, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan bentuk, serta menghilangkan
yang tidak diperlukan. Data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan.
Dalam mereduksi data peneliti akan memfokuskan kepada strategi kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah, faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah, dan proses pembentukan karakter religius peserta didik melalui budaya
sekolah dengan mewawancarai kepala sekolah.
2. Penyajian
Data
Setelah dilakukannya
reduksi data, langkah berikutnya yaitu penyajian data. Melalui penyajian data tersebut maka data akan tersistematis, dan tersusun. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
menyajikan data berupa teks yang bersifat naratif. Maka akan memudahkan, serta memahami mengenai apa yang terjadi, merencanakan kegiatan selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami. Penyajian data yang memungkinkan peneliti untuk penarikan kesimpulan.
3. Penarikan
Kesimpulan
Setelah melakukan
proses reduksi data dan penyajian
secara sistematis dilakukan, langkah berikutnya peneliti harus melakukan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dalam analisis data ini peneliti berusaha
menarik kesimpulan dari lokasi penelitian
terhadap data yang dirumuskan
pada fokus penelitian. Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat serta mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Majid,
2017). Pada penelitian
ini, peneliti melakukan tinjauan ulang terhadap catatan lapangan sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh.
4. Triangulasi
data
Triangulasi data digunakan
untuk membuktikan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data sumber untuk mengecek keabsahan data melalui informan dengan wawancara serta berdasarkan teori yang digunakan. Teknik analisis data
yang dilakukan oleh peneliti
adalah melakukan reduksi data yaitu memilah dan memilih data yang utama serta memfokuskan
terhadap hal yang berkaitan dengan kepala sekolah dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah, kemudian menyajikan data dalam bentuk naratif
agar data tersusun lebih mudah untuk dipahami,
kemudian tahap akhir yaitu menyimpulkan
berdasarkan data yang diperoleh.
Hasil dan Pembahasan
A. Strategi
Kepala Sekolah dalam Membentuk Karakter Religius melalui Budaya Sekolah
Menurut Anwar (2023) mengungkapkan
bahwa Strategi kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik terdapat
3 strategi yaitu strategi pembiasaan,
strategi keteladanan, dan strategi kemitraan. Hal tersebut sesuai dengan temuan
peneliti dalam mewawancarai kepala sekolah SD Muhammadiyah 12 Pamulang
dan SDIT Al Azkar Pamulang mengenai strategi kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah.
Hasil wawancara
peneliti dengan kedua narasumber yaitu kepala sekolah
SD Muhammadiyah 12 Pamulang Ibu Nur Aisyah S.Ag., M.Pd
dan kepala sekolah SDIT Al Azkar Pamulang Bapak Moh.
Ihwanuddin S.S., S.Pd. Kedua
sekolah tersebut dalam pembentukan karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah menggunakan strategi pembiasaan,
strategi keteladanan, dan strategi kemitraan.
Pada hasil
wawancara peneliti dengan Ibu Nur Aisyah S.Ag., M.Pd dan Bapak Moh. Ihwanuddin,
S.S., S.Pd mengenai strategi pembiasaan yang
kepala sekolah lakukan untuk membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah. Menurut Anwar (2023) strategi pembiasaan
merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang sehingga menjadi mudah untuk
dilakukan, strategi pembiasaan
efektif untuk diberikan kepada peserta didik.
Menurut kepala
sekolah SD Muhammadiyah 12 Pamulang
Ibu Nur Aisyah S.Ag., M.Pd,
strategi pembiasaan yang dilakukan
kepala sekolah dengan melakukan kegiatan ke-ISMUBA-an yang menjadi kegiatan pembiasaan, dan kegiatan-kegiatan
pembiasaan melalui budaya sekolah yang ada di SD Muhammadiyah 12 Pamulang
yaitu berupa kegiatan ke-ISMUBA-an tadarus pagi sebelum
belajar, dhuha ceria,� didikan subuh, semarak tahfidz, keputrian, Qur�an camp, bimbingan BTQ (Baca Tulis Al-Qur�an), klinik
Iqra, menerapkan sikap sopan, santun,
senyum, sapa dan salam ketika bertemu
dengan orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian dengan mewawancarai kedua narasumber tersebut mengenai strategi membentuk karakter religius selanjutnya yaitu strategi keteladanan. Menurut kepala sekolah SD Muhammadiyah 12
Pamulang ibu Nur Aisyah S.Ag., M.Pd
beliau menegaskan bahwa strategi keteladanan tersebut perlu dilakukan untuk membentuk karakter religius peserta didik melalui budaya
sekolah, terutama keteladanan bagi kepala sekolah yang menjadi pionir dan contoh di sekolah untuk bersikap sopan santun, disiplin,
jujur, dan bertutur kata
yang baik, serta bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat sekolah. Kepala sekolah SDIT Al Azkar Bapak Moh. Ihwanuddin S.S., S.Pd memiliki penjabaran yang sama,� bahwa strategi kedua yang harus dilakukan yaitu dengan menjadi teladan di sekolah.
Menurut Ibu Nur Aisyah S.Ag., M.Pd
strategi kemitraan SD Muhammadiyah 12 Pamulang melakukan kerja sama dengan
beberapa pihak yaitu plastic bank, yayasan visi maha karya,
dan lembaga UMMI. Dalam kerja
sama dengan pasltic bank, dilakukan guna untuk membentuk
kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolah. Bekerja sama dengan
yayasan visi maha karya dilakukan
kepada siswa untuk mengajarkan kepedulian terhadap sesama manusia terutama bagi manusia
yang membutuhkan, bentuk kegiatan tersebut yaitu kegiatan sama peduli social.
Adapun menurut
kepala sekolah SDIT Al Azkar Pamulang Bapak Moh.
Ihwanuddin S.S., S.Pd
strategi kemitraan yang dilakukan
SDIT Al Azkar Pamulang bekerja sama dengan
orang tua, dan masyarakat untuk mengupayakan pembentukan dan pengembangan karakter religius. Bentuk kerja sama
dengan orang tua dan masyarakat dilakukan dengan mengadakan pertemuan, lokakarya, dan seminar
untuk mendukung pengembangan dan pembentuk karakter siswa baik di sekolah maupun di rumah. Berdasarkan penelitian peneliti terhadap hasil wawancara dengan kedua kepala
sekolah SD Muhammadiyah 12 Pamulang
dan SDIT Al Azkar Pamulang.
Kedua sekolah tersebut menggunakan strategi pembiasaan, strategi keteladanan,
dan strategi kemitraan.
B. Proses
Pembentukan Karakter Religius Peserta Didik melalui budaya sekolah
Menurut Tafsir� dalam Musbikin (2021) pembentukan
karakter yang baik perlu dilakukan melalui prinsip dan komitmen yang kuat. Oleh sebab itu, pembentukan
karakter religius merupakan bagian terpenting dari orientasi pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak kepala
sekolah SD Muhammadiyah dan SDIT Al Azkar Pamulang sesuai dengan teori
proses pembentukan karakter
religius peserta didik. pembentukan karakter religius terdapat 2 yaitu lingkungan dan sekolah, sedangkan faktor penghambat yaitu lingkungan keluarga, kesadaran peserta didik, dan lingkungan pergaulan peserta didik.
Berdasarkan penelitian
oleh peneliti dengan mewawancarai kepala sekolah SD Muhammadiyah 12 Pamulang
Ibu Nur Aisyah, S.Ag., M.Pd.
�dan SDIT Al Azkar
Pamulang Bapak Moh. Ihwanuddin, S.S., S.Pd mengenai
faktor pendukung dan penghambat pembentukan karakter religius peserta didik. Menurut Ibu Nur Aisyah S.Ag., M.Pd., selaku kepala
sekolah SD Muhammadiyah 12 Pamulang
menegaskan bahwa faktor pendukung dalam pembentukan karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah terdapat dukungan dari tenaga pendidik
dan kependidikan sangat penting
karena berperan sebagai penghubung dalam pembentukan karakter religius peserta didik dan menjadi motivasi serta teladan yang baik dalam pembentukan
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah, faktor selanjutnya yakni dukungan dari orang tua wali murid.
Dalam pembentukan
karakter religius menurut Ibu Nur Aisyah S.Ag., M,Pd selaku kepala
sekolah tidak hanya faktor pendukung
saja melainkan terdapat faktor penghambat yaitu orang tua dan pengaruh negatif dari lingkungan
hal ini selaras
dengan teori faktor penghambat (Ahsanulkhaq,
2019). Menurut
Kepala sekolah SD
Muhammadiyah 12 Pamulang faktor
orang tua menjadi penghambat dalam pembentukan karakter religius dilihat dari beberapa pihak
dari orang tua peserta didik yang masih kurang mendukung
dalam hal pembiayaan kegiatan pembiasaan (ISMUBA) budaya sekolah, tetapi pihak sekolah segera
meluruskan informasi tersebut dan menjelaskan secara detail mengenai kegiatan pembiasaan budaya sekolah, lambat laun pihak
orang tua mulai menyetujui mengenai hal pendanaan tersebut.
Faktor kedua yaitu pengaruh negatif lingkungan.
Sedangkan menurut
hasil penelitian melalui wawancara dengan kepala sekolah
SDIT Al Azkar Pamulang
Bapak Moh. Ihwanuddin, S.S., S.Pd beliau
mengatakan faktor pendukung kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah yaitu dukungan dari tenaga pendidik
dan kependidikan, hal ini sangat diperlukan karena berkat kerja
sama dan dukungan dari tenaga pendidik
dan kependidikan yang ikut serta dalam mengawasi,
membimbing, dan mengarahkan
kegiatan peserta didik dalam proses pembentukan karakter religius peserta didik melalui kegiatan
pembiasaan budaya sekolah SDIT Al Azkar Pamulang.
C. Interpretasi
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil temuan dari penelitian
mengenai strategi kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang dengan berbagai tahapan sampai pada analisis data di atas, tahap selanjutnya yaitu interpretasi data yang disebut dengan penafsiran data. Berdasarkan hasil analisis data di atas dengan kepala
sekolah SD Muhammadiyah 12 Pamulang
dan SDIT Al Azkar Pamulang mengenai strategi kepala sekolah membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah sebagai berikut:
Kepala sekolah
SD Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang memiliki peranan penting dalam pembentukan
karakter religius peserta didik. Dalam pembentukan karakter religius peserta didik melalui budaya
sekolah kedua sekolah menerapkan beberapa strategi yaitu strategi pembiasaan, strategi keteladanan,
dan strategi kemitraan.
Dalam strategi pembiasaan kepala sekolah SD Muhammadiyah 12 Pamulang
dan SDIT Al Azkar Pamulang melakukan kegiatan pembiasaan dari masing - masing
program unggulan pembiasaan
budaya sekolah. Kegiatan pembiasaan tersebut terus dilakukan secara rutin dan berulang, karena dengan pembiasaan
tersebut secara perlahan dan konsisten serta berkomitmen akan terbentuknya karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah.
Strategi keteladanan
pun diterapkan oleh kedua kepala sekolah dari dua sekolah tersebut. Strategi keteladanan penting untuk diterapkan,
karena sebagai kepala sekolah (Ibu Nur Aisyah, S.Ag., M.Pd
kepala sekolah SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan Bapak Moh. Ihwanuddin,
S.S., S.Pd) menjadi tokoh utama
dan pionir keteladanan di sekolah, agar menjadi contoh teladan bagi peserta didik
dan warga sekolah. Karena sebaik apa pun kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah untuk mengembangkan sekolah, tidak dapat berjalan dengan efisien apabila kepala sekolah tidak memberikan
keteladanan di sekolah.
Strategi kemitraan
dilakukan oleh kepala sekolah SD Muhammadiyah 12 Pamulang
dan kepala sekolah SDIT Al Azkar Pamulang. Strategi kemitraan dalam membentuk karakter religius dilakukan untuk memberikan keikutsertaan dan motivasi dari pihak luar
dengan pihak sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah. Sekolah tidak lepas
dari masyarakat dan lingkungan, begitu pula sebaliknya masyarakat tidak lepas dari
sekolah.
Maka dari
itu, untuk menjaga kemitraan diperlukannya pemeliharaan, saling menerima, percaya, mencintai, dan menghormati satu sama lain agar tidak menimbulkan rasa kekecewaan dan kebencian antara kedua belah pihak
yaitu pihak sekolah dan pihak luar sekolah yang saling berkontribusi bersama.
Peneliti melihat
dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SD Muhammadiyah 12
Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang, dalam proses pembentukan karakter religius peserta didik dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut;
Tahapan pertama
pihak kepala sekolah membuat perencanaan budaya sekolah sesuai dengan visi, dan misi sekolah serta
tujuan sekolah, tahapan kedua yaitu
memperkenalkan dan menerapkan
kepada peserta didik mengenai budaya pembiasaan sekolah dan lingkungan sekolah. Tahapan ketiga yaitu melakukan
pemantauan program kegiatan
pembiasaan budaya sekolah, dan tahapan akhir melakukan evaluasi terhadap penerapan program pembiasaan budaya sekolah.
Dalam pembentukan
karakter religius peserta didik pastinya
terdapat hambatan dan dukungan. Faktor pendukung dari SD Muhammadiyah 12 Pamulang
dan SDIT Al Azkar Pamulang dalam membentuk karakter religius dari faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor internal yaitu dukungan dari sekolah
itu sendiri, para tenaga pendidik dan kependidikan serta fasilitas sarana prasarana yang sangat memadai.
Sedangkan faktor
eksternal yaitu orang tua dan masyarakat menjadi faktor pendukung kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah. Peneliti melihat terdapat hambatan yang dialami pihak kepala
sekolah SD Muhammadiyah 12 Pamulang
dan SDIT Al Azkar Pamulang yaitu Orang tua yang kurang setuju dalam
hal pendanaan dan faktor lingkungan yang menjadi hambatan, karena pergaulan dan berteman sangat mempengaruhi oleh
peserta didik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
di atas mengenai strategi kepala sekolah dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang, maka penelitian dapat disimpulkan:
Strategi kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang berjalan dengan baik karena strategi yang digunakan oleh kedua kepala sekolah tersebut dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui budaya
sekolah dengan menggunakan strategi pembiasaan,
strategi keteladanan, dan strategi kemitraan.
Proses pembentukan karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang dan SDIT Al Azkar Pamulang yaitu melalui 4 tahapan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi program budaya sekolah.
Faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang. Faktor pendukung
kepala sekolah dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah yaitu dukungan dari tenaga pendidik
dan kependidikan, dukungan
orang tua wali murid, dan fasilitas sarana prasaran sekolah yang sangat memadai. Faktor penghambat kepala sekolah dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah yaitu orang tua dan pengaruh negatif dari lingkungan. Faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah di SDIT Al Azkar Pamulang.
Faktor pendukung kepala sekolah dalam membentuk karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah yaitu dukungan dan kerja sama dari
guru tenaga pendidik dan kependidikan, dukungan orang tua wali murid, dan dukungan dari yayasan
Azkia Pamulang. Faktor penghambat kepala sekolah dalam membentuk
karakter religius peserta didik melalui
budaya sekolah yaitu tidak ada
hambatan melainkan tantangan agar terus konsisten dalam mengimplementasikan program budaya
sekolah untuk membentuk karakter religius peserta didik SDIT Al Azkar Pamulang.
BIBLIOGRAPHY
Abidin, A. A. (2023). Pendidikan Islam
Multikultural Pada Masyarakat Plural (Vol. 3). Academia Publication.
Agung Rahmanto, S. H.
(2022). MANAGEMEN, SUPERVISI, & KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH:(Dilengkapi
Contoh Makalah Pendidikan Terkait dengan Manajemen Sekolah). Cahya Ghani
Recovery.
Ahsanulkhaq, M. (2019).
Membentuk karakter religius peserta didik melalui metode pembiasaan. Jurnal
Prakarsa Paedagogia, 2(1).
Amelia, N., &
Misriandi, M. (2022). Analisis Karakter Religius Siswa Kelas IV Melalui Budaya
Sekolah di SD Al Bayyinah Muhammadiyah. DIDAKTIKA: Jurnal Pendidikan Sekolah
Dasar, 5(2), 93�98.
Hakim, A. R. (2021).
Pengaruh Kompetensi Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Mengelola
Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar Siswa. Matriks: Jurnal Sosial Dan
Sains, 2(2), 58�69.
https://doi.org/https://doi.org/10.59784/matriks.v2i2.61
Hakim, A. R. (2022).
Islamic Religious Education Strategy in Instilling Character Moral Values in
Adolescents. International Journal of Social Health, 1(2), 64�68.
Juliyanto, J. (2021). Konsep
Pendidikan Karakter Religius Dalam Kitab Wāṣyā
Al-Ābā�Lil Ābnā�Karya Muhammad Syakir Al-Iskandari Dan
Relevansinya Dengan Perpres Nomor 87 Tahun 2017. IAIN Ponorogo.
Majid, A. (2017). Analisis
Data Penelitian Kualitatif. Penerbit Aksara Timur.
Musbiki, I. (2021). Tentang
Pembentukan Karakter dan Religius Dasar Pembentukan Karakter. Nusa Media.
Mustari, M., & Rahman,
M. T. (2011). Nilai karakter: Refleksi untuk pendidikan karakter.
Laksbang Pressindo.
Oktari, D. P., &
Kosasih, A. (2019). Pendidikan Karakter Religius dan Mandiri di Pesantren. Jurnal
Pendidikan Ilmu Sosial, 28(1), 42.
Prasetiya, B., &
Cholily, Y. M. (2021). Metode Pendidikan karakter Religius paling efektif di
sekolah. Academia Publication.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan
penelitian kualitatif (Qualitative research approach). Deepublish.
Su�adah, S. (2021).
Pendidikan Karakter Religius. Surabaya: CV Global Aksara Pres.
Sugiyono, D. (2013). Metode
penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Sugiyono, P. D. (2019).
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Sutopo. Bandung: CV.
Alfabeta. https://doi.org/10.35310/jass.v2i02.670
Wandio, R. A. (2018).
Strategi Kepala Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Disiplin Siswa Di SD Negeri
Balas Klumprik 1 Surabaya. Jurnal Manajemen Pendidikan, 6(1),
33�44.
Widiasworo, E. (2018). Mahir
penelitian pendidikan modern metode praktis penelitian guru, dosen dan
mahasiswa keguruan. Araska Publisher.
Copyright holder: Aulia Nurul Fajariyah, Sholehuddin (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |