Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
8, No. 9, September 2023
ANALISIS PENERAPAN RUMAH SAKIT RAMAH LINGKUNGAN (GREEN HOSPITAL)
PADA DUA RUMAH SAKIT DI INDONESIA
Safiera Amelia, Jaslis Ilyas
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Peningkatan jumlah limbah harian yang dihasilkan
rumah sakit turut memicu perubahan iklim dan pemanasan global di dunia. Hal ini
menjadi dasar perkembangan konsep rumah sakit ramah lingkungan (green
hospital) sebagai upaya dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan di
bidang kesehatan. Penilaian green hospital di Indonesia dapat mengacu
pada perangkat penilaian yang dikembangkan oleh Green Building Council
Indonesia (GBCI) disebut greenship versi 1.1. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis perbedaan penerapan green hospital menurut
pedoman GBCI pada dua rumah sakit sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia.
Metode penelitian ini adalah narrative review, yaitu dengan melakukan
penelusuran grey literature sesuai kriteria inklusi. Berdasarkan seleksi
literatur, maka diperoleh data dua buah tesis di RSUD Embung Fatimah Batam
tahun 2017 dan RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono tahun 2021 yang akan
dilakukan analisis terhadap tiga kategori yang memiliki proporsi nilai tolak
ukur terbanyak. Hasil menunjukkan bahwa penerapan kategori Energy Efficiency
and Conservation di RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono (62,5%) sudah lebih
baik dibandingkan RSUD Embung Fatimah Batam (31,3%), penerapan kategori Water
Conservation di RSUD Embung Fatimah Batam (50%) sudah lebih baik
dibandingkan RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono (35%) dan penerapan kategori Indoor
Health and Comfort di RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono (30,8%) dan RSUD
Embung Fatimah Batam (23,1%) masih membutuhkan perhatian lebih karena
persentase capaian yang masih di bawah 50%.
Kata kunci: Rumah
Sakit Ramah Lingkungan; Penerapan; GBCI
Abstract
The
increase in the amount of daily waste generated by hospitals has contributed to
climate change and global warming in the world. This is the basis for the
development of the green hospital concept as an effort to reduce the impact of
environmental damage in the health sector. Green hospital assessment in
Indonesia can refer to the assessment tool developed by the Green Building
Council Indonesia (GBCI) called greenship version 1.1. This study aims to
analyze the differences in the implementation of green hospitals according to
GBCI guidelines in two hospitals as a reference for hospitals in Indonesia.
This research method is a narrative review, by searching grey literature
according to the inclusion criteria. Based on the literature selection, data
from two theses were obtained at Embung Fatimah Hospital Batam in 2017 and PON
Prof. Dr. Mahar Mardjono Hospital in 2021 which will be analyzed for the three
categories that have the highest proportion of benchmark values. The results
show that the implementation of the Energy Efficiency and Conservation category
at RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono (62.5%) is better than at RSUD Embung
Fatimah Batam (31.3%), the implementation of the Water Conservation category at
RSUD Embung Fatimah Batam (50%) is better than at RS PON Prof. Dr. dr. Mahar
Mardjono in 2021. Dr. dr. Mahar Mardjono (35%) and the implementation of the
Indoor Health and Comfort category at RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono
(30.8%) and RSUD Embung Fatimah Batam (23.1%) still requires more attention
because the percentage of achievements is still below 50%.
Keywords: Green Hospital; Implementation; GBCI
Pendahuluan
Pertumbuhan rumah sakit di Indonesia
selama tahun 2015-2021 telah mengalami peningkatan sebesar 25,4%. Menurut data
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan bahwa pada tahun
2021 terdapat 3.120 rumah sakit di Indonesia dengan sebaran sebanyak 2.522
rumah sakit umum dan 598 rumah sakit khusus. Peningkatan jumlah rumah sakit
tersebut secara langsung juga turut menyumbang jumlah limbah yang dihasilkan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan menyebutkan pada tahun 2020 terdapat peningkatan sebesar 30% limbah
medis harian di Indonesia menjadi 382 ton dari yang sebelumnya 293 ton
berdasarkan data yang dikumpulkan dari 2.820 rumah sakit dan 9.884 puskesmas di
Indonesia. Selain dari masalah limbah, rumah sakit juga mengkonsumsi sejumlah
energi dalam mendukung operasionalisasinya seperti air, listrik, dan bahan
bangunan yang telah menjadi salah satu kontribusi pada perubahan iklim dan
pemanasan global. Di Indonesia, rata-rata konsumsi energi listrik dari sektor
rumah sakit masih cukup tinggi sebesar 225 kWh/m2 jika dibandingkan
Jepang sebesar 175 kWh/m2 (Octavianus et al., 2021).
Indonesia telah mengatur kewajiban bagi setiap
pembangunan yang dalam hal ini termasuk rumah sakit untuk memperhatikan
lingkungan dan mencegah terjadinya perusakan serta pencemaran lingkungan di
dalam Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Sebagai suatu organisasi yang memiliki kompleksitas kegiatan
selama 24 jam, maka menjadi suatu tanggung jawab bagi rumah sakit atas
keberlanjutan kualitas lingkungan dengan mulai menempatkan aspek keseimbangan
sosial, ekologi, dan estetika sebagai dasar pada setiap perumusan kebijakan (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Hal ini juga dipengaruhi adanya perubahan pola tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang aman, nyaman, dan menjamin tidak
adanya dampak negatif dari pelayanan yang diberikan melalui perbaikan kualitas
kesehatan lingkungan. Untuk itu rumah sakit selayaknya adaptif terhadap tren ke
depan salah satunya terkait perkembangan rumah sakit menuju konsep ramah
lingkungan.
Rumah sakit ramah lingkungan (Green Hospital)
adalah rumah sakit yang sengaja didesain, dibangun atau direnovasi,
dioperasikan, dan dipelihara berdasarkan prinsip kesehatan dan lingkungan
berkelanjutan (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Studi
terdahulu terkait penerapan green hospital di rumah sakit luar negeri
menunjukkan adanya dampak positif pada pasien, antara lain peningkatan kepuasan
dan kenyamanan pasien, peningkatan kualitas perawatan pasien, penurunan risiko Hospital
Associated-Infection (HAIs), peningkatan kesehatan fisik dan psikis pasien,
dan peningkatan angka kesembuhan pasien.
Sementara pada sisi pegawai rumah sakit, dampak positif
yang dirasakan meliputi peningkatan kenyamanan dan kepuasan pegawai,
peningkatan performa dan produktivitas pegawai, peningkatan motivasi dan
kesehatan fisik, dan menurunkan tingkat stres pegawai (Khairunnisa et al., 2022). Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia telah meminta seluruh rumah sakit di Indonesia
untuk sudah menerapkan sistem green hospital pada tahun 2020.
Untuk memperkuat kebijakan tersebut pada tahun 2018 telah
dikeluarkan Pedoman Rumah Sakit Ramah Lingkungan untuk memberikan panduan bagi
pengelola rumah sakit, namun pada pedoman tersebut belum terdapat skoring
atau kriteria penilaian kelayakan green hospital. Untuk mendapatkan
peringkat pencapaian konsep bangunan hijau (green building), maka dapat
menggunakan perangkat penilaian yang disebut greenship versi 1.1 untuk
Bangunan Terbangun yang disusun oleh suatu lembaga sertifikasi gedung bangunan
hijau di Indonesia bernama Green Building Council Indonesia (GBCI).
Kini konsep green hospital telah menjadi kebutuhan
baru dalam manajemen rumah sakit, hal ini dibuktikan dengan beberapa rumah
sakit yang mulai menerapkan konsep tersebut guna menjawab tuntutan pelayanan
paripurna dan sebagai langkah antisipatif dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan
di bidang kesehatan. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu terkait
penerapan green hospital di Indonesia, belum ada rumah sakit yang mampu
memenuhi lengkap seluruh kriteria yang dipersyaratkan.
Pada tahun 2017 telah dilakukan penelitian terkait
penerapan green hospital menurut pedoman green building GBCI di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah Batam dan pada tahun 2021 juga
telah dilakukan penelitian serupa di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON)
Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono. Oleh karena itu, berdasarkan data yang telah
disebutkan dan adanya penelitian terdahulu yang telah mengukur penerapan green
hospital menurut pedoman GBCI, maka penulis ingin menganalisis perbedaan
penerapan green hospital pada Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON)
Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah
Batam sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode narrative review. Kegiatan
dimulai dengan penentuan topik, kemudian dilakukan penelusuran literatur
melalui database grey literature di Google Scholar dan website Perpustakaan Universitas Indonesia (lib.ui.ac.id) �dengan menggunakan kata kunci �Rumah Sakit
Ramah Lingkungan�, �Green Hospital�, �Indonesia�, �GBCI�, �Greenship�.
Batasan waktu literatur ditetapkan pada periode
tahun 2016 � 2023. Judul dan abstrak seluruh literatur diperiksa dan dilakukan
seleksi sesuai kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti, yaitu rumah
sakit di Indonesia yang telah menerapkan konsep rumah sakit ramah lingkungan (green
hospital) dengan pedoman dari Green Building Council Indonesia
(GBCI) dan memuat seluruh kategori yang dipersyaratkan.
Berdasarkan hasil seleksi literatur, maka
didapatkan data yang bersumber dari dua buah tesis yang telah dikeluarkan pada
tahun 2017 dan tahun 2021 mengenai analisis penerapan green hospital di
RSUD Embung Fatimah Batam (Limbong, 2017) dan RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono (Kulsum, 2021). Untuk mengukur penerapan green
hospital digunakan perangkat penilaian greenship versi 1.1 untuk
Bangunan Terbangun dari GBCI yang terdiri dari 6 kategori, 54 kriteria, dan 117
nilai tolak ukur (Tabel 1). Kedua rumah sakit akan diukur total nilai
pencapaiannya dan kemudian dikategorikan berdasarkan tingkat predikat greenship
(Tabel 2).
Peneliti kemudian melakukan analisis lebih lanjut
dengan membandingkan persentase pencapaian kedua rumah sakit terhadap tiga
kategori yang memiliki proporsi nilai tolak ukur terbanyak yaitu Energy
Efficiency and Conservation (nilai tolak ukur 36 dan proporsi 30,77%),
Water Conservation (nilai tolak ukur 20 dan proporsi 17,09%), dan Indoor
Air Health and Comfort (nilai tolak ukur 20 dan proporsi 17,09%).
Tabel 1 Jumlah Kriteria Dalam Setiap
Kategori Greenship Versi 1.1
No |
Kategori |
Jumlah Kriteria |
Nilai Tolak Ukur |
||
1Prasyarat |
2Kredit |
3Bonus |
|||
1 |
Appropriate
Site Development |
2 |
7 |
- |
16 |
2 |
Energy
Efficiency and Conservation |
2 |
5 |
2 |
36 |
3 |
Water
Conservation |
1 |
7 |
1 |
20 |
4 |
Material
Resources and Cycle |
3 |
5 |
- |
12 |
5 |
Indoor
Air Health and Comfort |
1 |
8 |
- |
20 |
6 |
Building
and Environment Management |
1 |
5 |
- |
13 |
Jumlah
kriteria dan tolak ukur |
10 |
41 |
3 |
117 |
*Keterangan:
1Kriteria
prasyarat: kriteria yang ada pada tiap kategori dan wajib dipenuhi
2Kriteria
kredit: kriteria yang ada pada tiap kategori dan tidak wajib dipenuhi (memiliki
poin maksimal)
3Kriteria
bonus: kriteria yang dapat memberi nilai tambah jika terpenuhi (memiliki poin
maksimal)
Tabel 2 Tingkat
Predikat Greenship Versi 1.1
Predikat |
Nilai Minimum |
Persentase |
|||
Platinum |
83 |
73% |
|
||
Gold |
66 |
57% |
|
||
Silver |
53 |
46% |
|
||
Bronze |
41 |
35% |
|
||
|
Pada bagian pembahasan, peneliti tidak akan membahas keseluruhan sub kategori dari tiga kategori utama tersebut, melainkan akan dipilih sebagai berikut: 1) Sub kategori dengan kriteria prasyarat. 2) Sub kategori dengan kriteria kredit dan kriteria bonus yang memiliki pencapaian nilai yang berbeda antar kedua rumah sakit. 3) Sub kategori dengan kriteria kredit dan kriteria bonus yang memiliki pencapaian nilai yang sama, namun terdapat inovasi yang dapat menjadi acuan bagi rumah sakit lain. 4) Sub kategori dengan kriteria kredit dan kriteria bonus yang belum dapat dipenuhi oleh kedua rumah sakit.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ini secara garis besar menunjukkan
tingkat pencapaian green building berdasarkan penilaian greenship sebagaimana
ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3 Total Penilaian Kategori Greenship Versi 1.1
No |
Kategori |
Nilai Tolak Ukur |
RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono |
�RSUD Embung Fatimah Batam |
||
Nilai |
% |
Nilai |
% |
|||
1 |
Appropriate
Site Development |
16 |
10 |
62,5% |
5 |
31,3% |
2 |
Energy
Efficiency and Conservation |
36 |
23 |
63,9% |
10 |
44,4% |
3 |
Water
Conservation |
20 |
7 |
35% |
10 |
50% |
4 |
Material
Resources and Cycle |
12 |
8 |
66,7% |
7 |
58,3% |
5 |
Indoor
Air Health and Comfort |
20 |
6 |
30% |
7 |
35% |
6 |
Building
and Environment Management |
13 |
4 |
30,8% |
3 |
23,1% |
Total |
117 |
58 |
49,6% |
48 |
41% |
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil
bahwa kedua rumah sakit telah memenuhi beberapa persyaratan green building menurut
GBCI untuk dapat disebut sebagai green hospital. RS PON Prof. Dr. dr.
Mahar Mardjono memiliki total nilai 58 dari 117 sehingga berdasarkan tabel 2
termasuk ke dalam predikat silver dengan pencapaian 49,6%. Sementara
itu, RSUD Embung Fatimah Batam memiliki total nilai 48 dari 117 sehingga
termasuk predikat bronze dengan pencapaian 41%.
Dari enam kategori greenship versi 1.1, terdapat 3
kategori yang memiliki proporsi nilai tolak ukur terbanyak yaitu Energy
Efficiency and Conservation (proporsi 30,77%), Water Conservation (proporsi
17,09%), dan Indoor Air Health and Comfort (proporsi 17,09%). Apabila
dibandingkan dengan hasil pada tabel 3, maka dapat dilihat bahwa pada kategori Energy
Efficiency and Conservation dan kategori Water Conservation sudah
memiliki persentase pencapaian ≥50% pada salah satu rumah sakit, namun
pada kategori Indoor Air Health and Comfort persentase pencapaian masih
<50% pada kedua rumah sakit.
Berikut dijabarkan rincian penilaian greenship
versi 1.1 pada ketiga kategori tersebut untuk melihat daftar perangkat
penilaian yang sudah maupun belum dilaksanakan oleh kedua rumah sakit (Tabel 4,
Tabel 5, dan Tabel 6).
Tabel 4 Rincian Penilaian Greenship Versi 1.1
Kategori Energy Efficiency and Conservation
Perangkat Penilaian |
Nilai Maksimal |
RS PON Prof.
Dr. dr. Mahar Mardjono |
RSUD
Embung Fatimah Batam |
Policy and Energy Management Plan � EEC
P1 |
|||
� Surat pernyataan/komitmen manajemen
puncak tentang monitoring, target penghematan dan action plan
berjangka waktu tertentu oleh tim energi |
Prasyarat |
Terpenuhi |
Tidak Terpenuhi |
� Terdapat kampanye penghematan energi
dengan minimal pemasangan kampanye tertulis di tiap lantai (misal pemasangan
stiker, poster, email) |
Prasyarat |
Terpenuhi |
Tidak Terpenuhi |
Minimum Building Energy Performances � EEC
P2 |
|||
� Data Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
listrik selama 6 bulan terakhir (harus di bawah standar acuan GBCI) |
Prasyarat |
Terpenuhi |
Terpenuhi |
Optimized Efficiency Building Energy
Performance � EEC 1 |
|||
� Apabila IKE listrik gedung di atas IKE
listrik standar dan ≤120% IKE listrik gedung dalam 6 bulan terakhir,
maka tiap 5% penurunan mendapat 1 poin tambahan maksimal 8 poin � Apabila IKE listrik gedung di bawah IKE
listrik standar dalam 6 bulan terakhir, maka tiap 3% penurunan mendapat 1
poin tambahan maksimal 16 poin |
16 |
16 |
16 |
Testing, Recommisioning or Retrocommisioning
� EEC 2 |
|||
Pernah
melakukan komisioning ulang atau retrokomisioning pada peralatan utama MVAC
dalam kurun waktu 1 tahun ATAU ada komisioning berkelanjutan secara berkala
maksimal 3 tahun |
2 |
2 |
0 |
System Energy Performance � EEC
3 |
|||
� Melakukan penghematan energi pencahayaan
ruangan sebesar 20% dari pencahayaan standar SNI 03 6197−2000 � Menggunakan minimum 50% ballast
frekuensi tinggi dan/atau LED pada ruang kerja umum |
12 |
1 |
0 |
Energy Monitoring & Control � EEC
4 |
|||
� Penyediaan kWh meter untuk sistem tata
udara, sistem tata cahaya dan kotak kontak, sistem beban lainnya, ruang yang
tidak dikecualikan atau dikondisikan � Terdapat pencatatan rutin bulanan pada
kWh meter minimum 6 bulan terakhir � Apresiasi penggunaan energi dalam bentuk
display energi di area publik � Menerapkan dukungan teknologi untuk
monitoring peralatan gedung melalui teknologi EMS ATAU melakukan audit
eksternal minimal 1x dalam 1 tahun terakhir |
3 |
1 |
0 |
Operation and Maintenance � EEC
5 |
|||
� Panduan pengoperasian dan pemeliharaan
seluruh sistem AC � Butir 1 di atas + panduan pengoperasian
dan pemeliharaan berkala seluruh sistem peralatan lainnya (sistem
transportasi dalam gedung, sistem distribusi air bersih dan kotor dan
pembangkit listrik cadangan) � Laporan bulanan minimum 6 bulan terakhir
pengoperasian dan pemeliharaan gedung |
3 |
3 |
0 |
On Site Renewable Energy �
EEC 6 |
|||
0,25% - 2% dari maximum
power demand dihasilkan oleh energi terbarukan |
5 (Bonus) |
0 |
0 |
Less Energy Emission � EEC
7 |
|||
Terjadi penurunan CO2
dari original emission sebesar 0,25% ATAU 0,5% ATAU 1% |
3 (Bonus) |
0 |
0 |
Tabel 5 Rincian Penilaian Greenship Versi 1.1
Kategori Water Conservation
Perangkat Penilaian |
Nilai Maksimal |
RS PON
Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono |
RSUD
Embung Fatimah Batam |
Water Management Policy � WAC
P |
|||
� Surat pernyataan/komitmen manajemen
puncak terkait SOP monitoring, target penghematan dan action plan
berjangka waktu tertentu oleh tim konservasi air |
Prasyarat |
Terpenuhi |
Terpenuhi |
� Terdapat kampanye konservasi air dengan
minimal pemasangan kampanye tertulis di tiap lantai |
Prasyarat |
Terpenuhi |
Tidak Terpenuhi |
Water Sub-Metering � WAC
1 |
|||
Terdapat sub-meter konsumsi air
pada area publik, area komersil dan utilitas bangunan |
1 |
0 |
0 |
Water Monitoring Control � WAC
2 |
|||
Terdapat SPO dan pelaksanaannya
mengenai pemeliharaan dan pemeriksaan sistem plambing (bukti neraca air 6
bulan terakhir) |
2 |
2 |
2 |
Fresh Water Efficiency � WAC
3 |
|||
� Gedung dengan konsumsi air 20% diatas
SNI, setiap penurunan 10% mendapat 1 poin maksimum 2 poin � Jika butir 1 terpenuhi, setiap penurunan
konsumsi air sebesar 3% dari SNI maka mendapat 1 poin maksimum 6 poin |
8 |
0 |
0 |
Water Quality � WAC 4 |
|||
Menunjukkan bukti laboratorium
6 bulan terakhir dari air sumber primer yang sesuai kriteria air bersih
minimal 1x dalam 6 bulan |
1 |
1 |
1 |
Recycled Water � WAC 5 |
|||
� Menggunakan air daur ulang dengan
kapasitas yang cukup untuk kebutuhan make up water cooling tower ATAU
100% kebutuhan irigasi tidak bersumber dari sumber air primer (PDAM dan air
tanah) � Menggunakan air daur ulang untuk
kebutuhan flushing WC � Terdapat sistem air daur ulang yang
keluarannya setara dengan standar air bersih sesuai Permenkes No.416 tahun
1990 |
5 |
0 |
5 |
Potable Water � WAC 6 |
|||
Terdapat sistem filtrasi yang
menghasilkan air minum sesuai Permenkes No.492 tahun 2010 minimal di setiap
dapur atau pantry |
1 |
0 |
0 |
Deep Well Reduction � WAC
7 |
|||
Konsumsi air yang menggunakan deep
well maksimum 10% ATAU 20% dari konsumsi air secara keseluruhan |
2 |
2 |
2 |
Water Tap Efficiency � WAC
8 |
|||
50% ATAU 80% dari total unit
keran air pada area publik menggunakan fitur auto stop |
2 (Bonus) |
2 |
0 |
Tabel 6 Rincian Penilaian Greenship Versi 1.1
Kategori Indoor Health and Comfort
Perangkat Penilaian |
Nilai Maksimal |
RS PON
Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono |
RSUD
Embung Fatimah Batam |
No Smoking Campaign � IHC
P |
|||
� Surat pernyataan/komitmen manajemen
puncak yang mendorong minimalisasi aktivitas merokok dalam gedung |
Prasyarat |
Terpenuhi |
Terpenuhi |
� Terdapat kampanye dilarang merokok yang
mencakup dampak negatif dari merokok dengan minimal pemasangan kampanye
tertulis di tiap lantai |
Prasyarat |
Terpenuhi |
Terpenuhi |
Outdoor Air Introduction �
IHC 1 |
|||
Kualitas udara ruangan yang
menunjukan adanya introduksi udara luar minimal sesuai dengan SNI
03−6572−2001 |
2 |
0 |
0 |
Environmental Tobacco Smoke Control �
IHC 2 |
|||
Dilarang merokok di seluruh
area gedung dan tidak menyediakan bangunan/area khusus di dalam gedung untuk
merokok. Apabila terdapat area khusus merokok di luar gedung harus berjarak
minimal 5 m dari pintu masuk |
2 |
2 |
2 |
CO2 and CO Monitoring �
IHC 3 |
|||
� Ruangan dengan kepadatan tinggi (ruang
serba guna, ruang rapat, ruang kerja umum) dilengkapi sensor gas CO2
dengan mekanisme pengaturan jumlah ventilasi udara luar sehingga konsentrasi
CO2 <1.000 ppm (1 poin) ATAU <800 ppm (2 poin). Sensor
diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grille � Ruang parkir tertutup di dalam gedung
dilengkapi sensor gas CO dengan mekanisme pengaturan jumlah ventilasi udara
luar sehingga konsentrasi CO <23 ppm. Sensor diletakkan 50 cm di atas
lantai dekat exhaust grille |
2 |
0 |
0 |
Physical, Chemical and Biological Pollutants
� IHC 4 |
|||
� Hasil pengukuran kualitas udara dalam
ruang memenuhi standar gas pencemar: � Kadar debu total ruang sesuai Kepmenkes
No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 � Kadar Volatile Organic Compound
(VOC) sesuai dengan SNI 19−0232−2005 � Terpenuhi butir 1, 2, 3; dan kadar
formaldehida sesuai dengan SNI 19− 0232−2005 maka mendapat 1 poin � Terpenuhi butir 1, 2, 3; dan kadar asbes
sesuai Kepmenkes nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002, mendapat 1 poin � Pembersihan filter, coil pendingin dan
alat bantu VAC (Ventilation and Air Conditioning) sesuai jadwal
perawatan berkala � Pengukuran jumlah bakteri dengan jumlah
maksimal kuman 700 koloni /m3 udara dan bebas kuman patogen pada
ruangan yang ditentukan GBCI |
8 |
2 |
3 |
Thermal Comfort � IHC 5 |
|||
Kondisi
termal ruangan pada suhu 24�C � 27�C dan kelembaban relatif 60% + 5% |
1 |
1 |
0 |
Visual Comfort � IHC 6 |
|||
Hasil
pengukuran tingkat pencahayaan (iluminasi) di setiap ruang kerja sesuai
dengan SNI 03−6197−2000 |
1 |
0 |
0 |
Acoustic Level � IHC 7 |
|||
Hasil
pengukuran tingkat bunyi di ruang kerja sesuai dengan SNI 03−
6386−2000 |
1 |
1 |
0 |
Building User Survey � IHC
7 |
|||
� Terdapat survei kenyamanan pengguna
gedung (suhu udara, tingkat pencahayaan ruang, kenyamanan suara, kebersihan
gedung dan keberadaan hama pengganggu). Responden minimal 30% dari total
pengguna gedung tetap � Mendapat 1 poin bila terdapat survey dan
60% dari responden merasa nyaman � Mendapat 2 poin bila terdapat survey dan
80% dari responden merasa nyaman � Mendapat 1 poin bila hasil survey pertama
menyatakan <60% responden merasa nyaman, tetapi melakukan tindak lanjut
perbaikan dan survey kedua menyatakan minimal 80% responden merasa nyaman |
3 |
0 |
2 |
Energy
Efficiency and Conservation (EEC) � Efisiensi dan konservasi
energi
Menurut Undang-Undang nomor 30 Tahun 2007 tentang energi,
definisi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, serta terpadu
untuk melestarikan sumber daya energi serta meningkatkan efisiensi
pemanfaatannya. Listrik adalah salah satu energi yang penggunaannya paling
besar termasuk pada sektor kesehatan.
Rumah sakit di Brazil mengkonsumsi 10% energi listrik
dari total energi sektor komersial domestik, sementara di India konsumsi
listrik sebesar 7,6% dari total konsumsi energi (Octavianus et al., 2021). Efisiensi dan
konservasi energi menjadi hal yang mendasar karena konsumsi energi di rumah
sakit merupakan salah satu yang tertinggi dan berdampak pada peningkatan biaya
serta memicu pemanasan global karena besarnya emisi energi.
Kedua rumah sakit telah memenuhi kriteria prasyarat pada
sub kategori Minimum Building Energy Performances berupa data Intensitas
Konsumsi Energi (IKE) listrik yang lebih rendah dari IKE listrik standar (250
kWh/m2 per tahun). Data menunjukkan IKE listrik di RS PON Prof. Dr.
dr. Mahar Mardjono sebesar 113 kWh/m2 dan RSUD Embung Fatimah Batam
sebesar 20,35 kWh/m2.
Namun pada prasyarat pertama, RSUD Embung Fatimah Batam
belum memenuhi kriteria karena belum adanya surat pernyataan yang memuat
komitmen manajemen puncak yang mencakup monitoring, target penghematan, dan action
plan oleh tim energi serta belum adanya kampanye penghematan energi yang
dipasang di setiap lantai. Sementara itu, RS PON Prof.
Dr. dr. Mahar Mardjono telah memiliki surat berisi kebijakan direktur utama
terkait upaya hemat energi yang kemudian diturunkan ke dalam program konservasi
energi yang dijalankan Instalasi Kesehatan dan Lingkungan dan K3 rumah sakit
tersebut.
Selain itu,
rumah sakit juga telah melakukan kampanye pemasangan stiker hemat energi di
seluruh toilet dan area yang menggunakan listrik di tiap lantai. Komitmen
dari manajemen puncak menjadi bagian penting dalam penerapan aspek green
hospital. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susanto & Nopiyanti (2020) bahwa peran
kepemimpinan memiliki korelasi positif terhadap performa karyawan dalam
mengimplementasikan green hospital. Apabila gaya kepemimpinannya
berfokus pada peningkatan isu lingkungan keberlanjutan, maka akan membentuk
keterlibatan di lingkungan pegawainya juga.�
Pada sub kategori Testing, Recommisioning or
Retrocommisioning bagi peralatan MVAC (Mechanical Ventilation and Air
Conditioning), RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono sudah melakukan
komisioning ulang atau retrocommisioning sesuai tolak ukur, sementara
RSUD Embung Fatimah Batam belum melakukannya. Commisioning adalah
serangkaian kegiatan pengujian dan pemeriksaan untuk meyakini bahwa objek yang
diperiksa dan diuji dapat berfungsi dengan baik.
Pada sub kategori System Energy Performance
diharapkan kedua rumah skait dapat melakukan penghematan konsumsi energi yang
dapat dilakukan melalui penggunaan lampu LED pada seluruh ruang kerja. RS PON
Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono sudah mulai berproses mengganti lampu non LED
dengan LED mulai tahun 2018 secara bertahap dengan mengganti lampu non LED yang
mati/rusak serta adanya inovasi berupa penggunaan sensor gerak yang dipasang di
tangga darurat, sementara di RSUD Embung Fatimah Batam hampir keseluruhan masih
menggunakan lampu TLD.
Sebuah penelitian yang dilakukan Rachmat et al. (2019) terkait
manajemen energi di salah satu rumah sakit di Denpasar membuktikan apabila
dilakukan upaya penggantian jenis lampu ke lampu LED maka terdapat potensi
hemat energi sebesar 219.021,9 kWh/tahun dan peluang penghematan biaya sebesar
51%.
Pada sub kategori Energy Monitoring & Control, RS
PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono lebih unggul karena sudah terdapat pencatatan
rutin bulanan hasil pantau dan koleksi data pada kWh meter. Namun pada kedua
rumah sakit belum ditemukan adanya teknologi informasi yang dipasang untuk
memberi informasi penggunaan energi pada periode tertentu dan dibandingkan
dengan penggunaan energi sebelumnya.
Data konsumsi energi yang terinci dan teratur pada sebuah
fasilitas menjadi hal penting dalam strategi penghematan energi terutama
apabila dilakukan pencatatan dan pemantauan data konsumsi energi secara real
time. Strategi tersebut akan membantu pencapaian efisiensi energi sebesar
8% (Akhtar et al., 2020). Pada sub
kategori Operation and Maintenance, RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono
lebih unggul karena telah memiliki SPO terkait pemeliharaan Air Handling
Unit dan pemeliharaan Chiller secara berkala. Selain itu telah
tersedia laporan bulanan untuk kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak
ketiga.
Guna meningkatkan capaian pada kategori ini, kedua rumah
sakit juga perlu untuk mulai berfokus pada on site renewable energy
(energi terbarukan dalam tapak gedung) dan less energy emission (emisi
energi rendah). Teknologi solar cell (panel surya) dapat menjadi salah
satu sumber energi terbarukan bagi rumah sakit. Indonesia setiap harinya
menerima intensitas penyinaran matahari sebesar 3,6-6 kWh/m2/hari� atau setara dengan output listrik tahunan
sebesar 1.170-1.530 kWh/kWp sehingga Indonesia memiliki potensi untuk
mengembangkan tenaga surya untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini dan di masa
depan (Institute for Essential Services Reform, 2019).
Water
Conservation � Konservasi air
Air
sebagai faktor ekologis yang mencapai 70% bagian dari bumi telah menjadi isu
global karena kelangkaannya. Hal ini menyebabkan konsumsi air perlu mendapatkan
perhatian lebih terutama melalui program konservasi air. Konservasi air adalah
sebuah upaya perlindungan menggunakan alat atau teknologi yang di desain untuk
mengurangi penggunaan air bersih yang berlebihan, meningkatkan sistem daur
ulang air, dan meningkatkan kembali penggunaan air hujan atau air buangan (Kumari & Singh, 2016). GBCI telah menetapkan konservasi air
sebagai salah satu kategori penting dalam penerapan green building.
Pada
prasyarat pertama berupa surat pernyataan atau komitmen manajemen puncak
mengenai SOP monitoring, target penghematan dan action plan terkait
konservasi air telah dipenuhi kedua rumah sakit. Komitmen tersebut telah
tertera pada Pedoman Instalasi Kesehatan Lingkungan dan K3 di RS PON Prof. Dr.
dr. Mahar Mardjono dan pada SPO Manajemen Air Bersih di RSUD Embung Fatimah
Batam.
Namun,
prasyarat kedua berupa kampanye tertulis yang mendukung konservasi air belum
dapat dipenuhi oleh RSUD Embung Fatimah Batam karena belum terpasang di tiap
lantai sedangkan RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono telah memasangnya di
seluruh toilet, wastafel, dan tempat wudhu di tiap lantainya. Pada sub kategori
Water Sub-Metering, kedua rumah sakit belum melakukannya dan masih
tergabung dalam satu meter induk. Pemasangan water sub-metering menjadi
penting karena dapat mengontrol penggunaan air agar tidak berlebihan. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ornaghi & Tonin (2021) pada 150.000 pelanggan Southhern
Water�s Universal Metering Programme di Inggris yang menemukan bahwa telah
terjadi penurunan konsumsi air berlebih sebesar 22% setelah pemasangan meteran
air.
Pada sub
kategori Water Monitoring Control sudah dilakukan dengan baik di kedua
rumah sakit, namun terdapat inovasi yang diberikan oleh RS PON Prof. Dr. dr.
Mahar Mardjono untuk menjadi acuan bagi rumah sakit lain yaitu adanya
pemanfaatan aplikasi IoT untuk melihat ketersediaan air bersih, solar, dan
lampu. Aplikasi ini dapat diakses pada ponsel masing-masing teknisi untuk
monitoring secara real time. Pada sub kategori Fresh Water Efficiency
belum dilakukan di kedua rumah sakit, karena rata-rata jumlah konsumsi air
per bulan yang masih melebihi estimasi konsumsi air bersih jika dihitung
berdasarkan jumlah tempat tidur.
Pada sub
kategori Potable Water atau air minum pun demikian halnya belum
dilakukan karena belum ada sistem filtrasi yang dapat menghasilkan air minum
sesuai persyaratan Permenkes No.492 tahun 2010. Diharapkan kedua rumah sakit
dapat mulai merancang desain filter air oleh tenaga ahli di bagian Instalasi
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit atau melalui kerjasama dengan pihak ketiga.
Pada sub
kategori Recycled Water, RSUD Embung Fatimah Batam sudah lebih baik
karena pasokan air gedung tidak bersumber dari PDAM dan air tanah melainkan
berasal dari ATB Batam, yaitu instalasi pengolahan air bersih yang sumber air
pengolahannya berasal dari waduk penampungan air hujan. Pasokan air dari tanah
olahan tersebut digunakan pula untuk kebutuhan flushing WC. Pada
penelitian yang dilakukan Pynkyawati et al. (2020) terkait sistem pengolahan air daur
ulang di salah satu rumah sakit di Bandung menyebutkan bahwa terdapat efisiensi
penggunaan air bersih yang telah digantikan air daur ulang untuk kebutuhan flushing
WC sebesar 2,88 m3 per hari.
Pada sub
kategori Water Tap Efficiency, RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono
mendapatkan nilai bonus karena hampir lebih dari 80% keran yang terpasang
menggunakan keran auto stop dan untuk ruang ICU sudah menggunakan sensor
air. Penggunaan jenis keran akan memberikan pengaruh besar pada penggunaan air
dalam gedung, karena dipengaruhi oleh pola konsumsi per penggunaan.
Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Indriyati & Izzah (2022) bahwa keran dengan fitur auto stop (keran
tekan yang dapat menutup sendiri setelah dinyalakan dengan cara ditekan selama
waktu tertentu) akan dapat memberikan penghematan air hingga 50% dari keran
manual, sementara keran sensor (keran air yang terbuka saat tangan mendekati
keran dan berhenti mengalir setelah tangan meninggalkan keran) akan memberikan
penghematan air lebih dari 70% dibandingkan keran manual.
Indoor Health And Comfort � Kualitas udara
dan kenyamanan udara dalam ruang
Kualitas udara dalam ruangan di rumah
sakit memiliki kompleksitas tersendiri yang bebeda dengan kualitas udara di
lingkungan perumahan dan tempat kerja lainnya. Lingkungan rumah sakit yang
terdiri dari beberapa area fungsional (area operasi, area perawatan kritis,
area administrasi, area sterilisasi, dan lain-lain) memiliki persyaratan yang
berbeda untuk setiap ruangan, sehingga lingkungan dalam ruangan yang sehat dan
nyaman memainkan peran penting dalam menstabilkan emosi pasien serta
memungkinkan pegawai untuk bekerja secara efisien. Selain itu, lingkungan dalam
ruangan yang nyaman juga dapat mengurangi biaya yang terkait dengan penyakit
yang ditularkan melalui udara sebesar 9-20% (Yuan et al., 2022).
Pada sub kategori No Smoking Campaign
kedua rumah sakit telah memenuhi dua prasyarat untuk meminimalisasi aktivitas
merokok dalam gedung yaitu berupa adanya Surat Keputusan Direktur Utama Rumah
Sakit Pusat Otak Nasional mengenai Satuan Tugas Kawasan Tanpa Rokok di RS PON
Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono dan surat edaran dilarang merokok di lingkungan
RSUD Embung Fatimah Batam.
Kampanye tertulis mengenai dilarang
merokok pun juga telah terpasang permanen di tiap lantai kedua rumah sakit.
Pada sub kategori Outdoor Air Introduction kedua rumah sakit tidak
mendapatkan nilai karena hampir seluruh ruangan tertutup dan menggunakan AC.
Tujuan dari sub kategori ini adalah untuk menciptakan kualitas udara yang sehat
di dalam ruang bagi para penghuni gedung (Green Building Council Indonesia, 2016).
Kurangnya introduksi udara luar dapat
mengakibatkan terjadinya pengumpulan udara kotor dari luar ruangan yang akan
terbawa masuk ke dalam ruangan, karena kurangnya pergantian udara antar ruang (Savanti et al., 2019). Oleh karena
itu, perhitungan laju udara ventilasi di dalam ruangan menjadi penting untuk
dilakukan oleh kedua rumah sakit terutama bila menerapkan sistem tata udara
terpusat.
Pada sub kategori CO2 and
CO Monitoring kedua rumah sakit belum melaksanakannya karena belum terdapat
sensor gas CO2. Pemasangan sensor tersebut sebaiknya diutamakan bagi
area yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi, mengingat biaya yang harus
dikeluarkan untuk pemasangan dan pemeliharannya. Ruangan dengan tingkat
kepadatan rendah akan lebih efisien jika didesain dengan laju ventilasi yang
memadai (Kulsum, 2021).
Pemasangan sensor gas CO2 pada
area yang tepat akan memberikan manfaat, hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan (Shamang et al., 2022) bahwa
penggunaan sensor CO2 di ruangan yang sedang ditempati dapat
mengontrol penggunaan energi, pencahayaan, dan kenyamanan penghuni ruangan
secara efisien. Konsentrasi CO2 yang tinggi akan menurunkan tingkat
kualitas udara di dalam ruangan yang akan berdampak pada kesehatan manusia.
Pada sub kategori Physical, Chemical
and Biological Pollutants kedua rumah sakit telah melakukan pengukuran
kualitas udara dengan hasil yang memenuhi baku mutu (tidak tercemar) dan
terdapat jadwal perawatan berkala untuk pembersihan filter, coil
pendingin, dan alat bantu VAC (Ventilation and Air Conditioning) setiap
3 bulan sekali. Namun, nilai RSUD Embung Fatimah lebih unggul karena telah
memenuhi persyaratan pengukuran jumlah bakteri yang dibuktikan dengan adanya
SPO mengenai Pemeriksaan Mikrobiologi Udara dan telah mencantumkan proses
pengambilan sampel udara untuk pemeriksaan di laboratorium.
Penelitian yang dilakukan Ghanizadeh & Godini (2018) membuktikan
bahwa keberadaan berbagai polutan kimia dan biologis mempengaruhi kesehatan
pasien, staf, dan pengunjung rumah sakit. Dalam penelitian disebutkan dari
studi 20 ruang operasi di 10 rumah sakit di Athena dan Mesir ditemukan keberadaan
mikroorganisme yang disebabkan sistem Heating, Ventilation, and Air
Conditioning (HVAC) yang tidak berfungsi baik karena pemeliharaan tidak
memadai.
Selain itu, keberadaan sistem HVAC,
retensi debu, dan sumber polusi internal dapat menyebabkan bio-aerosol berupa
spora jamur dan bakteri yang dapat memperburuk asma, alergi, dan penyakit
saraf. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa kontak dengan Volatile Organic
Compound (VOC) akan meningkatkan risiko penyakit alergi atau kanker.
Oleh karena itu, pengukuran sumber polutan udara menjadi penting untuk
memastikan kadarnya masih sesuai baku mutu yang dipersyaratkan.
Pada sub kategori Thermal Comfort, RS
PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono sudah memenuhi persyaratan, sementara di RSUD
Embung Fatimah Batam belum sesuai dengan hasil menunjukkan suhu ruangan 30�C dan
kelembaban relatif 68%. Guna memenuhi kenyamanan termal ruangan, maka kondisi
yang memenuhi adalah pada suhu 24�C- 27�C dan kelembaban relatif 60% � 5%.
Suhu dan kelembaban yang tinggi akan
memengaruhi peningkatan transmisi dan pertumbuhan bakteri, virus, dan jamur (Yuan et al., 2022). Suhu yang
ekstrem, baik terlalu tinggi maupun terlalu rendah, dapat membuat tubuh cepat
merasa lelah dan peningkatan gejala iritasi mata, tenggorok, dan batuk yang
termasuk dalam gejala Sick Building Syndrome. Suhu yang rendah dapat
menyebabkan keluhan kurangnya koordinasi otot sementara suhu yang tinggi dapat
menurunkan performa kerja dan kenyamanan dalam ruangan (Adiningsih & Hairuddin, 2021).
Pada sub kategori Visual Comfort kedua
rumah sakit belum memenuhi persyaratan karena berdasarkan pengambilan sampel di
beberapa ruangan masih terdapat nilai berada di atas maupun di bawah standar
yang ditetapkan. Penghuni rumah sakit akan lebih banyak menghabiskan waktu di
dalam ruangan sehingga penyediaan pencahayaan yang optimal diperlukan agar
tidak mengganggu kenyamanan.
Intensitas pencahayaan yang terlalu
rendah atau tinggi dapat menyebabkan beberapa gejala ketidaknyamanan visual
seperti silau, kesulitan dalam melakukan tugas visual, gangguan dalam
berkegiatan, stress, dan gejala fisik (sakit kepala, nyeri, mata gatal dan
berair, mual, dan lain-lain). Penggunaan lampu LED dapat menjadi salah satu
solusi untuk memenuhi persyaratan pencahayaan, efisiensi energi, dan
meningkatkan faktor kenyamanan visual (Perumal et al., 2021).
Pada sub kategori Acoustic Level
kedua rumah sakit telah melakukan pengukuran tingkat bunyi, namun hanya di RS
PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono yang telah memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan. Pada titik sampel pengukuran yang dilakukan di RSUD Embung
Fatimah Batam menunjukkan mayoritas tingkat bunyi masih berada di atas baku
mutu. Kebisingan telah diidentifikasi sebagai pemicu stres utama di rumah sakit
yang akan memengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang (Farrehi et al., 2016). Peningkatan
tingkat kebisingan harian sebesar 1 dB mengakibatkan pengingkatan risiko
kematian sebesar 6,6% pada lansia (Tob�as
et al., 2015) dan
peningkatan tekanan darah yang signifikan sebesar 2-4 mmHg setelah 10 menit
terpapar dengan tingkat kebisingan yang tinggi (Paunović
et al., 2014).
Pada sub kategori Building User
Survey, RSUD Embung Fatimah Batam lebih unggul karena telah mengadakan
survey kenyamanan bagi pengguna gedung kepada 100 responden (31,8%) dari total
pengguna tetap gedung rumah sakit. Hasil survey menunjukkan bahwa 74,3%
pengguna gedung merasa nyaman. Penelitian yang dilakukan Hendellyn & Bernarto (2019) membuktikan
bahwa lingkungan fisik salah satunya dari faktor suhu dan kebersihan ruangan
telah berdampak positif terhadap emosi dan kepuasan pasien yang menjalani
perawatan di rumah sakit. Hal ini menandakan apabila lingkungan fisik rumah
sakit baik, maka emosi pasien akan lebih positif dan kepuasan pasien meningkat.
Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah
dianalisis, ditemukan bahwa RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono dan
RSUD Embung Fatimah Batam sudah menerapkan enam kategori greenship berdasarkan
pedoman GBCI walaupun belum menyeluruh pada semua kriteria di dalam sub
kategori tersebut. Penerapan kategori Energy Efficiency and Conservation
di RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono (62,5%) secara keseluruhan sudah lebih
baik dibandingkan RSUD Embung Fatimah Batam (31,3%).
Penerapan pada kategori Water
Conservation di RSUD Embung Fatimah Batam (50%) secara keseluruhan sudah
lebih baik dibandingkan RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono (35%). Penerapan
pada kategori Indoor Health and Comfort di RS PON Prof. Dr. dr. Mahar
Mardjono (30,8%) dan RSUD Embung Fatimah Batam (23,1%) masih membutuhkan
perhatian lebih karena persentase capaian yang masih di bawah 50%. Berbagai
penerapan yang telah dilakukan dengan baik oleh masing-masing rumah sakit
hendaknya dapat menjadi acuan bagi rumah sakit di Indonesia mengingat adanya
kewajiban penerapan sistem green hospital mulai tahun 2020.
Adiningsih, R., & Hairuddin, M. C.
(2021). The Incidence of Sick Building Syndrome and Its Causes on Employees at
the Governor�s Office of West Sulawesi Province. The Indonesian Journal Of
Occupational Safety and Health, 10(2), 153�160.
https://doi.org/10.20473/ijosh.v10i2.2021.153-160
Akhtar, T., Rehman, A. U., Jamil, M., &
Gilani, S. O. (2020). Impact of an Energy Monitoring System on the Energy
Efficiency of an Automobile Factory: A Case Study. Energies, 13(10),
1�20. https://doi.org/10.3390/en13102577
Farrehi, P. M., Nallamothu, B. K., & Navvab,
M. (2016). Reducing hospital noise with sound acoustic panels and diffusion: A
controlled study. BMJ Quality & Safety, 25(8), 644�646.
https://doi.org/10.1136/bmjqs-2015-004205
Ghanizadeh, F., & Godini, H. (2018). A review
of the chemical and biological pollutants in indoor air in hospitals and
assessing their effects on the health of patients, staff and visitors. Reviews
on Environmental Health, 33(3), 231�245.
https://doi.org/10.1515/reveh-2018-0011
Green Building Council Indonesia. (2016). Greenship
Rating Tools Untuk Gedung Terbangun Versi 1.1.
https://www.gbcindonesia.org/
Hendellyn, A., & Bernarto, I. (2019). The
influence of physical environment on emotion, satisfaction and behavioral
intention of patients treated. Management and Economics Journal, 3(3),
265�276. https://doi.org/10.18860/mec-j.v3i3.7741
Indriyati, C., & Izzah, S. (2022). Water Tower
Conservation and Sriwijaya University Law Efficiency Based on Indonesian Green
Building Certification. Journal of Applied Science, Engineering, Technology,
and Education, 4(2), 176�182. https://doi.org/10.35877/454RI.asci997
Institute for Essential Services Reform. (2019). Harnessing
Indonesia�s Solar Potential: Yellow is The New Black.
https://iesr.or.id/harnessing-indonesias-solar-potential-yellow-is-the-new-black
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pedoman Rumah
Sakit Ramah Lingkungan (Green Hospital) Di Indonesia.
Khairunnisa, R. A., Setyonugroho, W., & Ulfa,
M. (2022). Green Hospital Implementation in Health Aspects: A Systematic
Review. United International Journal for Research & Technology, 03(09),
46�58.
Kulsum, U. (2021). Analisis Kesiapan Rumah
Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. Dr. Mahar Mardjono Jakarta Menuju Green
Hospital Pada Tahun 2021. 1�206.
Kumari, M., & Singh, J. (2016). Water
Conservation: Strategies and Solutions. International Journal of Advanced
Research and Review, 1(4), 75�79.
Limbong, J. J. B. (2017). Analisis Penerapan
Konsep Green Hospital di RSUD Embung Fatimah Batam. 1�178.
Octavianus, M., Sunaryo, N., Kurniawan, S.,
Herwendanasari, D., Hariyanto, E., & Andarini, S. (2021). Green Hospital
Implementation In Indonesia: A Literature Review. Journal of Community
Health and Preventive Medicine, 1(2), 32�41.
https://doi.org/10.21776/ub.jochapm.2021.001.02.5
Ornaghi, C., & Tonin, M. (2021). The effects
of the universal metering programme on water consumption, welfare and equity. Oxford
Economic Papers, 73(1), 399�422. https://doi.org/10.1093/oep/gpz068
Paunović, K., Stojanov, V., Jakovljević,
B., & Belojević, G. (2014). Thoracic bioelectrical impedance
assessment of the hemodynamic reactions to recorded road-traffic noise in young
adults. Environmental Research, 129, 52�58.
https://doi.org/10.1016/j.envres.2014.01.001
Perumal, S. R., Baharum, F., & Mohd Nawi, M.
N. (2021). Addressing Visual Comfort Issues in Healthcare Facilities Using LED
Lighting Technology�A Review on Daylighting Importance, Impact of Correlated
Colour Temperature, Human Responses and Other Visual Comfort Parameters. Journal
of Advanced Research in Fluid Mechanics and Thermal Sciences, 82(2),
47�60. https://doi.org/10.37934/arfmts.82.2.4760
Pynkyawati, T., Suwito, Rd. J., Firmansyah, H.,
& S., M. R. (2020). Sustainable Concept Application to Wastewater Treatment
in Nuri Building at Dr. M. Salamun Bandung Hospital. Journal of
Architectural Research and Education, 2(1), 72�81.
https://doi.org/10.17509/jare.v2i1.24106
Rachmat, C. Y., Kumara, I. N. S., &
Giriantari, I. A. D. (2019). Studi Manajemen Energi di Rumah Sakit Prima Medika
Denpasar. Majalah Ilmiah Teknologi Elektro, 18(1), 23�34.
https://doi.org/10.24843/MITE.2019.v18i01.P04
Savanti, F., Hardiman, G., & Setyowati, E.
(2019). Pengaruh Ventilasi Alami Terhadap Sick Building Syndrome. ARSITEKTURA,
17(2), 211�220. https://doi.org/10.20961/arst.v17i2.30440
Shamang, K. J., Chukwuma-Uchegbu, M. I., Dawi, G.
J., & Usman, A. J. (2022). Carbon Dioxide Sensor Application In Building
Energy Efficiency. Journal of Multidisciplinary Engineering Science and
Technology, 9(1), 14935�14938.
Susanto, A. J., & Nopiyanti, E. (2020).
Leadership, Cultural Values and Motivation on Employees Performance about Green
Hospital. Journal of Physics: Conference Series, 1625(1), 1�9.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1625/1/012065
Tob�as, A., Recio, A., D�az, J., & Linares, C.
(2015). Noise levels and cardiovascular mortality: A case-crossover analysis. European
Journal of Preventive Cardiology, 22(4), 496�502.
https://doi.org/10.1177/2047487314528108
Yuan, F., Yao, R., Sadrizadeh, S., Li, B., Cao,
G., Zhang, S., Zhou, S., Liu, H., Bogdan, A., Croitoru, C., Melikov, A., Short,
C. A., & Li, B. (2022). Thermal comfort in hospital buildings � A
literature review. Journal of Building Engineering, 45, 1�17.
https://doi.org/10.1016/j.jobe.2021.103463
Copyright holder: Safiera
Amelia, Jaslis Ilyas (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |