Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 9, September
2023
ANALISIS
STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS BOJONG RAWALUMBU KOTA BEKASI
Syaiful Mizan, Puput Oktamianti, Alvia Soliah
1,2Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia
3Puskesmas Bojong Rawalumbu, Kota Bekasi
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui status gizi balita di Puskesmas Bojong Rawalumbu Kota Bekasi. Jenis penelitian
deskriftif dengan desain cross sectional. Sampel yang digunakan
sebanyak 3.757 anak usia 0-59 bulan yang memiliki catatan berat badan dan tinggi badan di
wilayah kerja Puskesmas Bojong Rawalumbu Kota Bekasi.
Teknik pengumpulan data menggunakan
total sampling dari data sekunder
yang diambil pada Bulan Agustus 2022. Analisis data menggunakan univariat yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi. Didapatkan bahwa sebagian besar responden berumur >12-36 bulan sebanyak 1.663 responden (44,3%) dengan status gizi baik 1.385 responden (36,9%), berumur
>36-59 bulan dengan gizi buruk 6 responden
(0.2%); rata-rata memiliki jenis
kelamin laki-laki dengan gizi baik
sebanyak 1.607 responden
(42,8%) dan gizi buruk 10 responden (0,3%); BB balita
rata-rata >10-20 Kg dengan status gizi baik sebanyak
1.735 responden (46,2%) dan gizi
buruk dengan BB 1-10 Kg ada 14 responden (0,4%); sedangkan rata-rata balita dengan TB 40-100 cm dengan gizi baik ada
2.664 responden (70,9%) dan gizi
buruk 15 responden (0,4%).
Status gizi balita di
wilayah kerja Puskesmas Bojong Rawalumbu Kota Bekasi didapat bahwa status gizi baik sebanyak
3.085 responden (82,1%), gizi
buruk 16 responden (0,5%), gizi kurang 109 responden (2,9%), risiko gizi lebih 342 responden (9,1%), gizi lebih 134 responden (3,6%) dan obesitas 69 responden (1,8%).
Bagi responden dan keluarganya
untuk meningkatkan pengetahuan tentang status gizi balita dari
berbagai media.
Kata kunci:
Balita; Berat Badan, Status Gizi, Tinggi Badan.
Abstract
The purpose of this study was to determine the nutritional
status of toddlers at the Bojong Rawalumbu
Health Center, Bekasi City. This type of descriptive research with cross
sectional design. The sample used was 3,757 children aged 0-59 months who had
weight and height records in the working area of the Bojong
Rawalumbu Health Center, Bekasi City. The data
collection technique uses total sampling from secondary data taken in August
2022. Data analysis uses univariate which is presented in the form of a frequency
distribution table. It was found that the majority of respondents aged
>12-36 months were 1,663 respondents (44.3%) with good nutritional status
1,385 respondents (36.9%), aged >36-59 months with poor nutrition 6
respondents (0.2%); the average male gender with good nutrition is 1,607
respondents (42.8%) and 10 respondents (0.3%) with severe malnutrition; The
average weight of toddlers > 10-20 kg with good nutritional status was 1,735
respondents (46.2%) and severe nutrition with a weight of 1-10 kg there were 14
respondents (0.4%); while the average toddler with TB 40-100 cm with good
nutrition there are 2,664 respondents (70.9%) and severe nutrition 15
respondents (0.4%). The nutritional status of toddlers in the working area of
the Bojong Rawalumbu Health
Center, Bekasi City, found that 3,085 respondents (82.1%) had good nutritional
status, 16 respondents (0.5%) were severely malnourished, 109 respondents
(2.9%) were undernourished, 109 respondents (2.9%) were at risk of
malnutrition. more 342 respondents (9.1%), over nutrition 134 respondents
(3.6%) and obese 69 respondents (1.8%). For respondents and their families to
increase knowledge about the nutritional status of toddlers from various media.
Keywords: Toddler;
Weight; Nutritional Status; Height.
Pendahuluan
Status gizi
balita merupakan indikator untuk melihat masalah gizi yang terjadi pada anak, dimana status gizi diklasifikasikan berdasarkan antropometri berupa kurus (wasted), pendek
(stunted) dan berat badan kurang
(underweight) (Dayaningsih
et al., 2019). Sampai saat ini masalah gizi
sendiri masih menjadi masalah yang belum terselesaikan di beberapa negara (Watson et al., 2019). Hal ini
diperparah dengan adanya pandemi virus corona
(Covid-19) yang memperparah masalah
gizi, dimana dampak dari pandemi
ini menyebabkan beberapa rumah tangga mengalami penurunan pendapatan dari hari-hari sebelum pandemi yang berdampak pada pendapatan yang harus mereka terima,
sehingga memperburuk status
gizi anak-anaknya (Sutawi,
2020).
Status gizi
balita sangat dipengaruhi
oleh beberapa variabel yaitu: variabel usia dan jenis kelamin, hal ini
terlihat dari Framework of
the Determinant of Nutritional Status Riska (2022) dari
United Nations Children�s Fund (UNICEF) tahun 1990, dimana hal ini
dibuktikan dari beberapa hasil penelitian antara lain: Balita perempuan memiliki faktor risiko 1,31 kali lebih besar untuk
mengalami gizi kurang dibandingkan dengan balita laki-laki (Mukabutera et al., 2016).
Studi yang sama
pun ditemukan di lima wilayah Asia Selatan (Banglades, India, Maldevis, Nepal
dan Pakistan) yang dilakukan oleh Wali et. al. (2018)
yang ditemukan jika wasting
banyak ditemukan pada anak usia 0-23 bulan dengan jenis
kelamin perempuan (Wali et al., 2021). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan
oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa proporsi balita yang terkena stunting di Provinsi Jawa Barat sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebesar 15,27 persen (Riskesdas, 2019).
Stunting adalah
kondisi panjang atau tinggi badan (PB atau TB) bayi dan balita jika dibandingkan
dengan usianya menunjukkan nilai lebih dari dua standar deviasi (SD) di bawah median menggunakan standar dari WHO-MGRS (World
Health Organization-Multicentre Growth Studi Referensi) yang berkaitan dengan proses tumbuh kembang bayi dan balita yang dapat mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi, stimulasi psikososial yang tidak adekuat dan infeksi berulang (Ainun,
2019). Stunting adalah
status bayi dan balita yang
bertubuh pendek (z skor <-2 SD) atau sangat pendek (z skor < -3 SD) berdasarkan hasil pengukuran PB/U atau TB/U.
Pertumbuhan bayi
dan balita yang terhambat disebabkan oleh ketersediaan atau pemanfaatan zat gizi yang tidak
memadai dan pemenuhan zat gizi makro
dan zat gizi mikro yang tidak memadai (Black et al., 2013). Stunting menunjukkan
bahwa telah terjadi masalah gizi kronis pada bayi dan balita. Pemenuhan zat gizi
makro, berupa energi, karbohidrat dan lemak;
dan mikronutrien yang meliputi
vitamin dan mineral seperti zat
besi (Fe), seng (Zn), yodium, dan vitamin B12, terkait dengan kualitas (kerentanan, keamanan dan keragaman) dan kuantitas (jumlah dan frekuensi) makanan yang dimakan oleh bayi dan balita (John et al., 2017).
Faktor lain yang mempengaruhi kejadian stunting adalah kondisi ibu saat hamil
dan menyusui, kondisi janin, serta kondisi
dan kesehatan bayi dan balita. Pemantauan tumbuh kembang serta berbagai kegiatan yang terdiri dari penilaian tumbuh kembang anak secara berkala
melalui penimbangan setiap bulan untuk
mengisi Kartu Menuju Sehat
(KMS), menentukan status pertumbuhan
berdasarkan pertambahan berat badan, dan menindaklanjuti setiap kasus gangguan
tumbuh kembang. Hasil tindak lanjut pemantauan
tumbuh kembang berupa penyuluhan, pemberian makanan tambahan, pemberian suplemen gizi dan rujukan.
Kekurangan gizi
pada bayi dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang, jika tidak ditangani
sejak dini akan berdampak hingga dewasa. Pada usia 0-24 bulan bayi merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat, atau disebut juga sebagai masa emas sekaligus masa kritis. Masa emas dapat tercapai jika pada masa ini bayi dan anak mendapat
asupan gizi yang sesuai untuk pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal (Al
Rahmad, 2017).
Berdasarkan hasil
Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting pada balita
di Indonesia menurut hasil tinggi badan menurut umur mencapai 24.4 persen,� sedangkan untuk Provinsi Jawa Barat dengan prevalensi yaitu 24.5 persen dan Kota Bekasi�
sebesar 13,8 persen (Kemenkes, 2021). Dan mengalami
penurunan sebesar 21,6 persen untuk Indonesia, sedangkan untuk Provinsi Jawa Barat sebesar 20,2 persen, dan Kota Bekasi sebesar 6
persen, sesuai hasil SSGI tahun 2022.
Berdasarkan paparan
data dan kasus sebelumnya dapat diketahui bahwa jika masalah
gizi tidak segera ditangani maka akan dapat
memberikan dampak jangka panjang berupa kematian pada balita, hal ini
terlihat dari beberapa hasil laporan data antara lain: hasil penelitian Utami & Mubasyiroh (2019) menggunakan
data Riskesdas tahun 2013 menemukan jika ada keterkaitan antara kasus underweight dengan kematian balita di Indonesia. Data lain pada juga menunjukkan bahwa kekurangan gizi dapat menyebabkan kematian balita sebanyak 145.073 kasus.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat juga melaporkan
jika salah satu penyebab angka kematian balita adalah berat bayi
lahir rendah (BBLR) sebesar 38,08 persen. Data Dinas
Kesehatan Kota Bekasi dalam 5 tahun
terakhir (2015-2020) menyebutkan
bahwa penyebab kematian bayi didominasi
oleh BBLR dan asfiksia. Puskesmas
Bojong Rawalumbu mencapai target penimbangan BB
dan pengukuran TB balita tahun 2020 sebesar 95,30 persen dari target 4.786 balita dan pada tahun 2021 sebesar 87,15 persen dari target 4.202 balita. Prevalensi angka tahun 2020 untuk wasted (3,68%),
stunted (6,27%) dan underweight (3,86%); sedangkan tahun 2021 yaitu wasted (3,36%),
stunted (2,48%) dan underweight (6,85%). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui status gizi balita di Puskesmas Bojong Rawalumbu Kota Bekasi.
Metode Penelitian
Jenis penelitian deskriftif dengan desain cross sectional. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 3.757 anak usia 0-59 bulan yang memiliki catatan berat badan dan tinggi badan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Rawalumbu Kota Bekasi. Teknik pengumpulan
data menggunakan total sampling yang berasal dari data sekunder yang diambil pada Bulan
Agustus 2022.
Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu catatan berat badan dan tinggi badan bayi dan balita dan tabel standar antropometri penilaian status gizi anak oleh Kementerian Kesehatan RI. Analisis
data menggunakan univariat
yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Pengolahan data menggunakan program komputer untuk analisis statistik yaitu Statistical
Package for the Social Sciences (SPSS) yang disajikan
dalam bentuk tabel disertai dengan� penjelasan (analisis univariat).
Hasil dan Pembahasan
A. Karakteristik
Balita Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Berat Badan dan Tinggi Badan
Hasil pengolahan
data dengan aplikasi perangkat lunak SPSS menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik balita berdasarkan umur, jenis kelamin,
berat badan, dan tinggi
badan seperti terlihat pada
tabel 1.
Tabel
1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Berat Badan
dan Tinggi Badan di Puskesmas Bojong
Rawalumbu
Karakteristik |
N |
% |
Umur |
|
|
0-12 bulan |
� 789 |
21.0 |
>12-36 bulan |
1.663 |
44.3 |
>36-59 bulan |
1.305 |
34.7 |
Jumlah |
3.757 |
100.0 |
Jenis Kelamin |
|
|
Laki-laki |
1.979 |
52.7 |
Perempuan |
1.778 |
47.3 |
Jumlah |
3.757 |
100.0 |
Berat Badan |
|
|
1-10 Kg |
1.583 |
42.1 |
>10-20 Kg |
2.104 |
56.0 |
>20 Kg |
70 |
1.9 |
Jumlah |
3.757 |
100.0 |
Tinggi Badan |
|
|
40-100 cm |
3.219 |
85.7 |
>100 cm |
538 |
14.3 |
Jumlah |
3.757 |
100.0 |
Tabel 1 menunjukkan
bahwa rata-rata balita berumur >12-36 bulan sebanyak 1.663 responden (44,3%),
berumur >36-59 bulan sebanyak 1.305 responden (34,7%),
dan berumur 0-12 bulan tahun sebanyak 789 responden (21.0%). Jenis kelamin
rata-rata balita laki-laki sebanyak 1.979 responden (52,7%)
dan perempuan sebanyak
1,778 responden (47,3%). BB rata-rata >10-20 Kg sebanyak 2.104 responden (56,0%),
BB 1-10 Kg sebanyak 1.583 responden
(42,1%) dan BB >20 Kg sebanyak 70 responden (1,9%). Rata-rata TB balita
40-100 cm sebanyak 3.219 responden
(85,7%) dan TB >100 cm sebanyak 538 responden (14,3%).
B. Karakteristik Balita
Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
����������� Hasil
pengolahan data dengan aplikasi perangkat lunak SPSS menunjukkan distribusi frekuensi pertumbuhan balita berdasarkan umur dan jenis kelamin seperti
terlihat pada tabel 2.
Tabel
2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
di
Puskesmas Bojong Rawalumbu
Jenis Kelamin |
||||||
Umur |
Lk |
% |
Pr |
% |
N |
% |
0-12 bulan |
404 |
10.8 |
385 |
10.2 |
789 |
21.0 |
>12-36 bulan |
867 |
23.1 |
796 |
21.2 |
1.663 |
44.3 |
>36-59 bulan |
708 |
18.8 |
597 |
15.9 |
1.305 |
34.7 |
Jumlah |
1.979 |
52.7 |
1.778 |
47.3 |
3.757 |
100.0 |
Tabel
2 menunjukkan bahwa sebagian besar balita berumur >12-36 bulan dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 867 responden (23,1%)
dan perempuan 796 responden
(21,1%). Balita berumur >36-59 bulan
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 708 responden (18,8%) dan 597 responden
(15,9%) berjenis kelamin perempuan. Sedangkan balita berumur 0-12 bulan dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 404 responden (10,8%)
dan 385 responden (10,2%) berjenis
kelamin perempuan.
C.
Karakteristik
Balita Berdasarkan Umur dan Berat Badan
����������� Hasil
pengolahan data dengan aplikasi perangkat lunak SPSS menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pertumbuhan balita berdasarkan umur dan berat badan seperti terlihat pada tabel 3.
Tabel
3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita Berdasarkan Umur, dan Berat Badan
di
Puskesmas Bojong Rawalumbu
|
Berat Badan |
|||||||
Umur |
1-10 Kg |
% |
>10-20 Kg |
% |
>20 Kg |
% |
N |
% |
0-12 bulan |
782 |
20.8 |
7 |
0.2 |
0 |
0.0 |
789 |
21.0 |
>12-36 bulan |
785 |
20.9 |
876 |
23.3 |
2 |
0.1 |
1.663 |
44.3 |
>36-59 bulan |
16 |
0.4 |
1.221 |
32.5 |
68 |
1.8 |
1.305 |
34.7 |
Jumlah |
1.583 |
42.1 |
2.104 |
56.0 |
70 |
1.9 |
3.757 |
100.0 |
Tabel
3 menunjukkan bahwa sebagian besar balita berumur >36-59 bulan dengan BB >10-20 Kg yaitu 1.221 responden (32,5%), untuk BB >20 Kg sebanyak 68 responden (1,8%) dan BB 1-10 Kg sebanyak
16 responden (0.4%). Balita berumur
>12-36 bulan dengan BB
>10-20 Kg sebanyak 876 responden
(23,3%), untuk BB 1-10 kg yaitu
785 responden (20,9%), dan BB >20 Kg sebanyak 2 responden (0,1%). Sedangkan balita berumur 0-12 bulan dengan BB 1-10 Kg sebanyak 782 responden (20,8%), dan BB >10-20 Kg sebanyak
7 responden (0,2%).
D.
Status
Gizi Balita Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Berat Badan dan Tinggi Badan
Hasil
pengolahan data dengan aplikasi perangkat lunak SPSS menunjukkan distribusi frekuensi status gizi balita berdasarkan
umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan seperti terlihat pada tabel 4.
Tabel
4 Distribusi Frekuensi
Status Gizi Balita Berdasarkan Umur,
Jenis Kelamin, Berat Badan, dan Tinggi Badan di Puskesmas Bojong Rawalumbu
|
Status
Gizi Balita (BB/TB) |
|||||||||||||
Karakteristik |
Gizi buruk |
% |
Gizi kurang |
% |
Gizi baik |
% |
Risiko
gizi
lebih |
% |
Gizi lebih |
% |
Obesitas |
% |
N |
% |
Umur |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0-12 bulan |
5 |
0.1 |
15 |
0.4 |
636 |
16.9 |
92 |
2.4 |
37 |
1.0 |
3 |
0.1 |
789 |
21.0 |
>12-36 bulan |
5 |
0.1 |
60 |
1.6 |
1.385 |
36.9 |
148 |
3.9 |
46 |
1.2 |
19 |
0.5 |
1.663 |
44.3 |
>36-59 bulan |
6 |
0.2 |
34 |
0.9 |
1.064 |
28.3 |
102 |
2.7 |
51 |
1.4 |
47 |
1.3 |
1.305 |
34.7 |
Jumlah |
16 |
0.4 |
109 |
2.9 |
3.085 |
82.1 |
342 |
9.1 |
134 |
3.6 |
69 |
1.8 |
3.757 |
100.0 |
Jenis Kelamin |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Laki-laki |
10 |
0.3 |
66 |
1.8 |
1.607 |
42.8 |
172 |
4.6 |
72 |
1.9 |
50 |
1.3 |
1.979 |
52.7 |
Perempuan |
6 |
0.2 |
43 |
1.1 |
1.478 |
39.3 |
170 |
4.5 |
62 |
1.7 |
19 |
0.5 |
1.778 |
47.3 |
Jumlah |
16 |
0.5 |
109 |
2.9 |
3.085 |
82.1 |
342 |
9.1 |
134 |
3.6 |
69 |
1.8 |
3.757 |
100.0 |
Berat Badan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1-10 Kg |
14 |
0.4 |
73 |
1.9 |
1.347 |
35.9 |
110 |
2.9 |
36 |
1.0 |
2 |
0.1 |
1.583 |
42.1 |
>10-20 Kg |
2 |
0.1 |
36 |
1.0 |
1.735 |
46.2 |
226 |
6.0 |
79 |
2.1 |
26 |
0.7 |
2.104 |
56.0 |
>20 Kg |
0 |
0.0 |
0 |
0.0 |
3 |
0.1 |
6 |
0.2 |
19 |
0.5 |
41 |
1.1 |
70 |
1.9 |
Jumlah |
16 |
0.5 |
109 |
2.9 |
3.085 |
82.1 |
342 |
9.1 |
134 |
3.6 |
69 |
1.9 |
3.757 |
100.0 |
Tinggi Badan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
40-100 cm |
15 |
0.4 |
103 |
2.7 |
2.664 |
70.9 |
295 |
7.9 |
106 |
2.8 |
35 |
0.9 |
3.219 |
85.7 |
>100 cm |
1 |
0.0 |
6 |
0.2 |
421 |
11.2 |
47 |
1.3 |
28 |
0.7 |
34 |
0.9 |
538 |
14.3 |
Jumlah |
16 |
0.4 |
109 |
2.9 |
3.085 |
82.1 |
342 |
9.2 |
134 |
3.5 |
69 |
1.8 |
3.757 |
100.0 |
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata balita berumur >12-36 bulan sebanyak 1.663��� responden (44,3%)
yaitu memiliki status gizi baik 1.385 responden (36,9%), gizi buruk 5 responden (0.1%), gizi kurang 60 responden (1,6%), risiko gizi lebih 148 responden (3,9%), gizi lebih 46 responden (1,2%) dan obesitas 19 responden (0,5%).
Balita berumur >36-59 bulan
memiliki status gizi baik yaitu 1.064 responden (28,3%), gizi buruk 6 responden (0.2%), gizi kurang 34 responden (0,9%), risiko gizi lebih 102 responden (2,7%), gizi lebih 51 responden (1,4%) dan obesitas 47 responden (1,3%). Dan
balita berumur 0-12 bulan memiliki status gizi baik 636 responden
(16,9%), gizi buruk 5 responden (0.1%), gizi kurang 15 responden (0,4%), risiko gizi lebih
92 responden (2,4%), gizi lebih 37 responden (1,0%) dan obesitas 3 responden (0,1%).
Jenis kelamin rata-rata laki-laki memiliki status gizi baik 1.607 responden (42,8%), gizi buruk 10 responden
(0.3%), gizi kurang 66 responden (1,8%), risiko gizi lebih 172 responden (4,6%), gizi lebih 72 responden (1,9%) dan obesitas 50 responden (1,3%); sedangkan jenis kelamin perempuan memiliki status gizi baik 1.478 responden (39,3%), gizi buruk 6 responden
(0.2%), gizi kurang 43 responden (1,1%), risiko gizi lebih 170 responden (4,5%), gizi lebih 62 responden (1,7%) dan obesitas 19 responden (0,5%).
BB rata-rata 1-10 Kg memiliki status gizi baik 1.347 responden (35,9%), gizi buruk 14 responden
(0.4%), gizi kurang 73 responden (1,9%), risiko gizi lebih 110 responden (2,9%), gizi lebih 36 responden (1,0%) dan obesitas 2 responden (0,1%).
Balita dengan BB >10-20 Kg memiliki
status gizi baik 1.735 responden (46,2%), gizi buruk 2 responden (0.1%), gizi kurang 36 responden (1,0%), risiko gizi lebih 226 responden (6,0%), gizi lebih 79 responden (2,1%) dan obesitas 26 responden (0,7%). Dan
balita dengan BB >20 Kg memiliki status gizi baik 3 responden (0,1%), risiko gizi lebih
6 responden (0,2%), gizi lebih 19 responden(0,5%) dan obesitas 41 responden (1,1%).
Rata-rata balita mempunyai TB 40-100 cm memiliki status gizi baik 2.664 responden (70,9%), gizi buruk 15 responden
(0.4%), gizi kurang 103 responden (2,7%), risiko gizi lebih 295 responden (7,9%), gizi lebih 106 responden (2,8%) dan obesitas 35 responden (0,9%); sedangan balita dengan TB >100 cm memiliki
status gizi baik 421 responden (11,2%), gizi buruk 1 responden (0.0%), gizi kurang 6 responden
(0,2%), risiko gizi lebih 47 responden (1,3%), gizi lebih 28 responden
(0,7%) dan obesitas 34 responden
(0,9%).
E. Karakteristik balita
berdasarkan karakteristik seperti umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi
badan
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata balita berumur >12-36 bulan sebanyak 1.663 responden (44,3%), berumur
>36-59 bulan sebanyak
1.305 responden (34,7%), dan berumur
0-12 bulan tahun sebanyak 789 responden (21.0%).
Jenis kelamin rata-rata balita
laki-laki sebanyak 1.979 responden (52,7%) dan perempuan sebanyak 1,778 responden (47,3%).
BB rata-rata >10-20 Kg sebanyak 2.104 responden (56,0%), BB 1-10 Kg sebanyak
1.583 responden (42,1%) dan BB >20 Kg sebanyak 70 responden (1,9%).
Rata-rata TB balita 40-100 cm sebanyak
3.219 responden (85,7%) dan TB >100 cm sebanyak 538 responden (14,3%).
Hal ini sesuai dengan
teori pemantauan tumbuh kembang, yaitu rangkaian kegiatan yang terdiri dari penilaian pertumbuhan anak secara berkala melalui penimbangan bulanan, pengisian KMS, penentuan status pertumbuhan berdasarkan pertambahan berat badan, dan tindak lanjut jika ada
kasus gangguan pertumbuhan. Terjadinya perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat penting untuk memantau
pertumbuhan anak. Jika kenaikan berat badan anak lebih rendah
dari seharusnya, maka pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko mengalami
gizi kurang, begitu pula sebaliknya jika berat badan anak lebih besar
dari seharusnya, merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.
F. Karakteristik
balita berdasarakan umur dan jenis kelamin
Tabel 2 menunjukkan
bahwa sebagian besar balita berumur
>12-36 bulan dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 867 responden
(23,1%) dan perempuan 796 responden
(21,1%). Balita berumur >36-59 bulan
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 708 responden (18,8%) dan 597 responden
(15,9%) berjenis kelamin perempuan. Sedangkan balita berumur 0-12 bulan dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 404 responden (10,8%)
dan 385 responden (10,2%) berjenis
kelamin perempuan.
Hal ini sesuai dengan teori
bahwa lima tahun pertama kehidupan anak (balita), merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini singkat dan tidak dapat terulang
kembali, masa balita disebut masa emas (golden
period), masa jendela kesempatan
(window of oppoortunity) dan masa kritis
(critical period).
G. Karakteristik
balita berdasarkan umur dan berat badan
Tabel 3 menunjukkan
bahwa sebagian besar balita berumur
>12-36 bulan dengan BB
1-10 kg yaitu 785 responden
(20,9%), BB >10-20 Kg sebanyak 876 responden (23,3%). Balita berumur
>36-59 bulan dengan BB
>10-20 Kg yaitu 1.221 responden
(32,5%) dan BB >20 Kg sebanyak 68 responden (1,8%). Sedangkan balita berumur 0-12 bulan dengan BB 1-10 Kg sebanyak 782 responden (20,8%). Hal
ini sesuai dengan teori bahwa
pemantauan pertumbuhan dilakukan pada anak usia 0-59 bulan melalui penimbangan bulanan, dan pengukuran TB setiap 3 bulan serta pengukuran lingkar kepala21. Penilaian
status gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit dan lain-lain) didasarkan
pada berat badan anak menurut umur. Pemeriksaan
BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak dan mendeteksi dini kekurangan gizi (undernutrition dan malnutrisi).
Kenaikan berat badan anak (BB) anak lebih rendah
dari yang seharusnya, tumbuh kembang anak terganggu dan anak berisiko mengalami
gizi buruk begitu pula sebaliknya jika berat badan lebih besar dari
seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. Keseimbangan nutrisi dalam tubuh adalah
tercapainya berat badan
normal yaitu perkembangan berat badan sesuai umur dan pemantauan dilakukan dengan menggunakan KMS.
Khusus untuk bayi usia
0-6 bulan, ASI dapat memenuhi kebutuhannya untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, sesuai
dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh (Febrianti, 2020). Bayi baru
lahir harus memiliki berat badan minimal
2500gram agar bayi tumbuh
dan berkembang sehat dan cerdas. Pemantauan berat badan bayi dan anak dilakukan setiap bulan dengan
menggunakan KMS.
Seorang anak dinyatakan sehat apabila kenaikan
berat badannya setiap bulan dilihat
dari grafik BB mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan berat
badannya sama dengan kenaikan berat badan minimal atau lebih dan masih dalam batas hijau KMS. Hal ini juga didukung oleh penelitian serupa yang menyebutkan bahwa berdasarkan pengukuran antropometri dengan indikator berat badan menurut umur (BB/U), balita gizi buruk
sebanyak 11 orang (13,5%), gizi
baik sebanyak 69 orang
(86,5%), sementara malnutrisi
tidak ada
(Sugeha et al., 2013).�
H. Status gizi
balita berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan
Tabel 4 menunjukkan
bahwa rata-rata balita berumur >12-36 bulan sebanyak 1.663 responden (44,3%) yaitu memiliki status gizi baik 1.385 responden (36,9%), gizi buruk 5 responden (0.1%), gizi kurang 60 responden (1,6%), risiko gizi lebih 148 responden (3,9%), gizi lebih 46 responden (1,2%) dan obesitas 19 responden (0,5%).
Balita berumur >36-59 bulan
memiliki status gizi baik 1.064 responden (28,3%), gizi buruk 6 responden
(0.2%), gizi kurang 34 responden (0,9%), risiko gizi lebih 102 responden (2,7%), gizi lebih 51 responden (1,4%) dan obesitas 47 responden (1,3%). Balita
berumur 0-12 bulan memiliki status gizi baik 636 responden (16,9%), gizi buruk 5 responden
(0.1%), gizi kurang 15 responden (0,4%), risiko gizi lebih 92 responden
(2,4%), gizi lebih 37 responden (1,0%) dan obesitas 3 responden (0,1%).
Jenis kelamin
rata-rata laki-laki memiliki
status gizi baik 1.607 responden (42,8%), gizi buruk 10 responden (0.3%), gizi kurang 66 responden (1,8%), risiko gizi lebih 172 responden (4,6%), gizi lebih 72 responden (1,9%) dan obesitas 50 responden (1,3%); sedangkan jenis kelamin perempuan memiliki status gizi baik 1.478 responden (39,3%), gizi buruk 6 responden
(0.2%), gizi kurang 43 responden (1,1%), risiko gizi lebih 170 responden (4,5%), gizi lebih 62 responden (1,7%) dan obesitas 19 responden (0,5%).
BB rata-rata 1-10 Kg memiliki
status gizi baik 1.347 responden (35,9%), gizi buruk 14 responden (0.4%), gizi kurang 73 responden (1,9%), risiko gizi lebih 110 responden (2,9%), gizi lebih 36 responden (1,0%) dan obesitas 2 responden (0,1%).
Balita dengan BB >10-20 Kg memiliki
status gizi baik 1.735 responden (46,2%), gizi buruk 2 responden (0.1%), gizi kurang 36 responden (1,0%), risiko gizi lebih 226 responden (6,0%), gizi lebih 79 responden (2,1%) dan obesitas 26 responden (0,7%). Dan
balita dengan BB >20 Kg memiliki status gizi baik 3 responden (0,1%), risiko gizi lebih
6 responden (0,2%), gizi lebih 19 responden (0,5%) dan obesitas 41 responden (1,1%).
Rata-rata balita
dengan TB 40-100 cm memiliki
status gizi baik 2.664 responden (70,9%), gizi buruk 15 responden (0.4%), gizi kurang 103 responden (2,7%), risiko gizi lebih 295 responden (7,9%), gizi lebih 106 responden (2,8%) dan obesitas 35 responden (0,9%); sedangan balita dengan TB >100 cm memiliki
status gizi baik 421 responden (11,2%), gizi buruk 1 responden (0.0%), gizi kurang 6 responden
(0,2%), risiko gizi lebih 47 responden (1,3%), gizi lebih 28 responden
(0,7%) dan obesitas 34 responden
(0,9%).
Berdasarkan hal tersebut, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa pertumbuhan balita di wilayah kerja Puskesmas Bojong Rawalumbu diketahui bahwa balita yang memiliki status gizi baik 3.085 responden (82,1%), gizi buruk 16 responden (0.4%), gizi kurang 109 responden (2,9%), risiko gizi lebih 342 responden (9,2%), gizi lebih 134 responden (3,5%) dan obesitas 69 responden (1,8%). Hal
ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dukungan anggota keluarga dan lingkungan sekitar, pemberian makanan yang mengandung gizi seimbang, adanya edukasi yang baik dari keluarga
dan masyarakat, seringnya melakukan pemeriksaan di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, serta letak geografis
wilayah Rawalumbu yang berada
di perkotaan dan banyak terdapat pelayanan kesehatan.
Hal ini juga sesuai dengan teori
bahwa perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat penting untuk memantau pertumbuhan anak. Jika kenaikan berat badan (BB) anak lebih rendah
dari seharusnya, maka pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko mengalami
gizi kurang dan sebaliknya jika berat badan anak lebih besar dari
seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. Pola makan dapat mempengaruhi
keadaan gizi seseorang karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman dapat mempengaruhi asupan gizi sehingga
dapat mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat.
Nutrisi yang baik dapat menjadikan
berat badan normal atau sehat, tubuh tidak
terkena penyakit infeksi, meningkatkan produktivitas kerja serta terhindar dari penyakit kronis
dan kematian dini. Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah
Sakit, dll) didasarkan pada
berat badan anak menurut umur. Pemeriksaan
BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak dan mendeteksi dini gizi kurang
(gizi buruk dan kurang gizi).
Beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal seperti: hubungan antara anggota keluarga dan lingkungan yang memberikan kasih sayang dan rasa aman, kondisi fisik,
mental dan sosial yang sehat,
terjangkau oleh pelayanan kesehatan, gizi yang cukup dan seimbang, anak memiliki kesempatan
untuk memperoleh rangsangan tumbuh kembang dan pendidikan dini dalam keluarga
dan masyarakat, anak mempunyai kesempatan untuk melakukan kegiatan yang sesuai dan menarik minat anak,
memberikan kesempatan kepada anak untuk
bermain permainan yang merangsang perkembangan anak.
Faktor lain yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang kesehatan dan kecerdasan siswa seperti: faktor gizi, pelayanan kesehatan, lingkungan baik fisik maupun
mental dan perilaku.
Kesimpulan
Karakteristik balita berdasarkan
umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan yaitu rata-rata balita berumur >12-36 bulan sebanyak 1.663 responden (44,3%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.979 responden (52,7%),
balita dengan BB >10-20
Kg sebanyak 2.104 responden
(56,0%), dan balita dengan
TB 40-100 cm sebanyak 3.219 responden
(85,7%).
Karakteristik balita berdasarakan
umur dan jenis kelamin yaitu sebagian
besar responden berumur >12-36 bulan dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 867 responden (23,1%) dan perempuan sebanyak 796 responden (21,2%).
Karakteristik balita berdasarkan
umur dan berat badan yaitu sebagian besar responden berumur >12-36 dengan BB
>10-20 Kg sebanyak 1.221 responden
(32,5%). Status gizi balita
berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan, yaitu sebagian besar responden berumur >12-36 dengan status gizi baik 1.385 responden (36,9%), berumur
>36-59 bulan dengan gizi buruk 6 responden
(0.2%) dan obesitas 47 responden
(1,3%). Rata-rata memiliki jenis
kelamin laki-laki dengan gizi baik
sebanyak 1.607 responden
(42,8%), gizi buruk 10 responden (0,3%) dan obesitas 50 responden (1,3%).
Rata-rata balita dengan BB >10-20 Kg dengan
status gizi baik sebanyak 1.735 responden (46,2%),
gizi buruk dengan BB 1-10 Kg sebanyak 14 responden (0,4%) dan obesitas dengan BB >20 Kg sebanyak 41 responden (1,1%).�
Rata-rata balita dengan
TB 40-100 termasuk gizi baik sebanyak 2.664 responden (70,9%), gizi buruk 15 responden (0,4%, dan obesitas sebanyak 35 (0,9%).
BIBLIOGRAPHY
Ainun, S. (2019). Gambaran Tinggi Badan Ibu Dan Bbl
(Berat Badan Lahir) Anak Dengan Kejadian Stunting di Sd Negeri 054901 Sidomulyo
Stabat Kabupaten Langkat.
Al
Rahmad, A. H. (2017). Pemberian ASI dan MP-ASI terhadap pertumbuhan bayi usia
6�24 bulan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 17(1), 4�14.
Black,
R. E., Victora, C. G., Walker, S. P., Bhutta, Z. A., Christian, P., De Onis,
M., Ezzati, M., Grantham-McGregor, S., Katz, J., & Martorell, R. (2013).
Maternal and child undernutrition and overweight in low-income and
middle-income countries. The Lancet, 382(9890), 427�451.
Dayaningsih,
D., Suprapti, E., Lestari, L. P., Ariani, N., & Suryani, T. (2019).
PARENTING CLASS: OPTIMALISASI PERAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI PADA ANAK.
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTHANA, 1(2), 49�59.
Febrianti,
F. I. K. A. (2020). HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DINI
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN (Studi Analitik Korelasi Di Desa
Ngoro Wilayah Kerja Puskesmas Ngoro Kabupaten Mojokerto). STIKES BINA SEHAT
PPNI MOJOKERTO.
John,
C. C., Black, M. M., & Nelson III, C. A. (2017). Neurodevelopment: the
impact of nutrition and inflammation during early to middle childhood in
low-resource settings. Pediatrics, 139(Supplement_1), S59�S71.
Kemenkes,
R. I. (2021). Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat
Nasional. Provinsi, Dan Kabupaten/Kota Tahun.
Mukabutera,
A., Thomson, D. R., Hedt-Gauthier, B. L., Basinga, P., Nyirazinyoye, L., &
Murray, M. (2016). Risk factors associated with underweight status in children
under five: an analysis of the 2010 Rwanda Demographic Health Survey (RDHS). BMC
Nutrition, 2(1), 1�12.
Riska,
E., Albertina, M., & Widiastuti, H. P. (2022). Hubungan Status Gizi dan
Kunjungan Anc terhadap Anemia pada Kehamilan Usia Dini Remaja Di Uptd Puskesmas
Mendik. Jurnal Sosial Dan Teknologi, 2(12), 1430�1439.
Riskesdas,
T. (2019). Laporan nasional RISKESDAS 2018. Jakarta: Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan.
Sugeha,
Y., Ottay, R. I., & Palandeng, H. M. F. (2013). Gambaran Status Gizi Anak
Balita Di PPA (Pusat Pengembangan Anak) ID-127 dan CSP (Child Survival
Programme) CS 07 Kelurahan Ranomut Manado. EBiomedik, 1(1).
Sutawi,
S. (2020). Food Estate: Mewujudkan Ketahanan Pangan Masa Pandemi dan Pasca
Pandemi Covid-19.
Utami,
N. H., & Mubasyiroh, R. (2019). Masalah gizi balita dan hubungannya dengan
indeks pembangunan kesehatan masyarakat. Penelitian Gizi Dan Makanan (The
Journal of Nutrition and Food Research), 42(1), 1�10.
Wali,
N., Agho, K. E., & Renzaho, A. M. N. (2021). Wasting and associated factors
among children under 5 years in five south asian countries (2014�2018):
Analysis of demographic health surveys. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 18(9), 4578.
Watson,
F., Sukotjo, S., Rah, J. H., & Maruti, A. K. (2019). Pembangunan Gizi di
Indonesia. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.
Copyright holder: Syaiful Mizan, Puput Oktamianti, Alvia Soliah (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |