Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 9, September 2023

 

KADAR SERUM INTERLEUKIN-6 TIKUS WISTAR JANTAN PADA UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK KUNYIT PUTIH

 

Adhayani Lubis, Arie Siah Putra Siahaan, Richardo Chandra, Erny Tandanu, Fiska Maya Wardhani

Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Ilmu Kesehatan Universitas Prima Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]@gmail.com

 

Abstrak

Interleukin 6 (IL�6) merupakan salah satu zat sitokin yang dikeluarkan bila terjadi respon inflamasi, hal ini sering disebabkan oleh adanya infeksi dari zat patogen seperti bakteri dan virus. Kunyit putih memiliki zat kurkumin yang mengandung diferuloylmethan dimana dapat berkhasiat sebagai antioksidan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kunyit putih dalam menurunkan IL-6 pada tikus putih. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental mengunakan design post-only control. Penelitian ini dibagi atas VI kelompok dimana masing-masing kelompok diberikan perlakuan berbeda. Kelompok I : diberikan aquades, kelompok II : NaCMC 1%, kelompok III-VI secara berurutan diberi ekstrak kunyit putih sebanyak 2000 mg; 750 mg; 500 mg; 250 mg yang diberikan per-oral. Setelah itu dilakukan pengukuran IL�6 mengunakan ELISA kit. Hasil: Berdasarkan analisis menggunakan uji Kruskal-Wallis didapatkan rerata kadar IL�6 pada masing-masing kelompok I-VI adalah 362,041 pg/ml; 405,609 pg/ml; 397,908 pg/ml; 355,071 pg/ml; 441,025 pg/ml; 443,593 pg/ml. Berdasarkan uji Mann-Whitney, terdapat perbedaan signifikan pada kelompok I dengan kelompok V dan kelompok VI. Didapatkan pemberian ekstrak kunyit putih dengan dosis 750 mg memiliki efektifitas terbaik dalam menurunkan kadar IL - 6 Kesimpulan: Pemberian ekstrak kunyit putih dengan dosis 750 mg memiliki efektifitas terbaik dalam menurunkan kadar IL � 6.

 

Kata kunci: Antioksidan, Ekstrak Kunyit Putih, Interleukin 6

 

Abstract

Interleukin 6 (IL-6) is one of the cytokine substances that are released when an inflammatory response occurs, this is often caused by infection from pathogenic substances such as bacteria and viruses. White turmeric has curcumin which contains diferuloylmethan which can be efficacious as an antioxidant. Purpose : This study aims to determine the effectiveness of white turmeric in reducing IL-6 in white rats. Methods: This research is an experimental study using a post-only control design. This study was divided into VI groups where each group was given different treatment. Group I: given distilled water, group II: 1% NaCMC, groups III-VI were given 2000 mg of white turmeric extract, respectively; 750 mg; 500 mg; 250 mg given orally. After that, the IL-6 measurement was carried out using the ELISA kit. Results: Based on the analysis using the Kruskal-Wallis test, the mean levels of IL-6 in each group I-VI were 362,041 pg/ml; 405.609 pg/ml; 397.908 pg/ml; 355,071 pg/ml; 441.025 pg/ml; 443.593 pg/ml. Based on the Mann-Whitney test, there were significant differences in group I with group V and group VI. It was found that administration of white turmeric extract at a dose of 750 mg had the best effectiveness in reducing IL-6 levels. Conclusion: Administration of white turmeric extract at a dose of 750 mg had the best effectiveness in reducing IL-6 levels.

 

Keywords: Antioxidant, Interleukin 6, White Turmeric Extract

 

Pendahuluan

Obat tradisional merupakan obat alami yang berasal dari tumbuhan dengan proses industri minimal atau tanpa proses industri yang telah digunakan untuk mengobati penyakit dalam praktik penyembuhan lokal atau regional. Anggapan masyarakat apabila obat yang asalnya dari nabati atau obat tradisional cenderung lebih aman dibandingkan obat sintesis. Obat tradisional merupakan obat yang diramu secara tradisional, turun- temurun, sesuai racikan nenek moyang, tata cara adat, keyakinan, atau norma setempat, yang sifatnya magis ataupun pengetahuan primitif. Sesuai penelitian, obat tradisional memang berguna untuk kesehatan dan penggunaannya sekarang terus menerus dilakukan karena lebih merakyat, baik segi harga juga ketersediaannya (Qazi & Molvi, 2016) (IMOA, 2017).

Curcuma zedoaria atau dikenal dengan kunyit putih ialah tumbuhan asli India, sudah dikembangbiakan di negara se- Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pemberian nama kunyit putih untuk Curcuma zedoaria diduga berafiliasi dengan adanya umbi berwarna putih, meskipun rimpangnya berwarna kuning. Curcuma zedoaria adalah tumbuhan menahun yang tingginya satu meter, bentuk rimpang utamanya bulat telur, dan umbi bagian dalamnya berwarna mirip buah lemon. Bagian kunyit yang sering dimanfaatkan adalah rimpangnya (umbi kunyit) (Saputra & Sitorus, 2016) (Hidayat, 2006) (Malahayati, Widowati, & Febrianti, 2021)(Malahayati et al., 2021).

Rimpang kunyit putih memiliki kandungan zat utama, yaitu kurkumin yang didalamnya mengandung diferuloylmethan sebagai antioksidan alami. Antioksidan saat ini menjadi perhatian utama kelompok penelitian baik dibidang biokimia, farmakologi dan ilmu pengetahuan pangan serta berperan penting untuk mengembangkan perawatan untuk berbagai masalah kesehatan. Selain itu, kurkumin juga memiliki manfaat sebagai antiinflamasi, antikanker dan antifungal. Selain itu, kunyit putih yang telah diekstrak juga memiliki zat antioksidan alami antara lain fenol total dan flavonoid total, serta memiliki aktifitas antioksidan yaitu kapasitasi penangkapan radikal bebas dan spesies oksigen reaktif (Hamdi, 2015).

Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya, didapatkan bahwa komponen utama tanaman kunyit putih berupa curcumin, elemene, dan curcumol memiliki fungsi terapeutik dalam kehidupan manusia tertutama pada organ hepar, tanaman kunyit putih dapat berfungsi sebagai pelindung hati melalui menekan respon inflamasi yang diinduksi oleh NF-kappa B, menekan aktifasi dari hepatic stellate cells yang dapat mencetuskan fibrosis hati dan juga mencegah kerusakan oksidatif oleh ROS.

Selain itu, didapatkan juga komponen elemene dapat membantu mencegah terjadinya kanker melalui apoptosis sel tumor, inhibisi pertumbuhan dari sel tumor dan juga dapat meningkatkan respon imun dalam tubuh. Zat curcumol dapat mencegah terjadinya fibrosis hati melalui menekan ekspresi sitokin dan dapat meningkatkan apoptosis dari sel tumor. Sifat terapeutik preventif atau diduga yang diinginkan dari kurkumin juga sudah disebut terkait dengan sifat antioksidannya (Cui et al., 2019) (Jung et al., 2018) (Lan et al., 2018) (Menon & Sudheer, 2007).

Inflamasi merupakan suatu respon yang kompleks dimana respon ini melibatkan sel imun seperti neutrofil, makrofage dan beberapa faktor inflamasi seperti sitokin dan kemokin. Respon inflamasi merupakan respon yang sangat penting dalam tubuh kita dimana manfaat respon tersebut berupa eliminasi dari zat patogen yang datang untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan tubuh yang lebih parah. Hal ini disebabkan bila adanya zat patogen seperti bakteri, virus ataupun jamur menginfeksi tubuh kita dari luar. (Hirano, 2021) (Velazquez-Salinas, Verdugo-Rodriguez, Rodriguez, & Borca, 2019).

IL�6 merupakan salah satu sitokin inflamasi yang berfungsi dalam menghasilkan zat peptida antimikrobial sebagai respon mekanisme pelindung tubuh terhadap zat patogen. IL-6 dihasilkan dan disekresi oleh beberapa sel imun dan sel non imun seperti sel mast, monosit, makrofage, keratinosit, dan lain � lain. Ketika respon inflmasi terjadi, IL�6 meransang organ hepar untuk mengeluarkan beberapa zat seperti C�reactive protein (CRP), komplemen C3, haptoglobin, antitrypsin, fibrinogen, dan lain � lain (Abbasifard & Khorramdelazad, 2020) (Narazaki & Kishimoto, 2018) (Uciechowski & Dempke, 2020).

Uji praklinik ialah salah satu tahap pengembangan obat tradisional yaitu uji toksisitas (Meles DK, 2010). Uji toksisitas bertujuan menemukan pengaruh toksik di suatu zat pada sistem biologis untuk mendapatkan data takaran respon yang spesifik dari olahan uji, data yang didapatkan dimanfaatkan untuk mengetahui informasi perihal tingkatan bahaya sediaan uji jika terjadi pemaparan pada manusia, sehingga bisa dimanfaatkan untuk keamanan manusia.

Untuk mengetahui pengaruh toksik pada obat ataupun bahan obat dan mengetahui takaran aman dan takaran lethal (LD) dari penggunaan suatu bahan obat perlu dilakukan pengujian toksisitas akut. Untuk memastikan keamanan obat ataupun bahan obat yang nantinya digunakan manusia, maka serangkaian pengujian toksisitas pada hewan perlu dilaksanakan (BPOM, 2014).

Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas ekstrak kunyit putih dalam menurunkan kadar IL � 6 pada hewan uji tikus putih.

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian kuantitatif dilakukan pada bulan mei sampai bulan agustus 2022 di Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan pendekatan the one group posttest only design. Penelitian ini sudah melewati Komisi Etik Universitas Prima Indonesia dengan nomor : 071/KEPK/UNPRI/IV/2022.

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) betina sebanyak 30 ekor, sampel diambil menggunakan Teknik simple random sampling dan memenuhi kriteria yaitu: tikus putih betina sehat, dengan umur 4-6 bulan dan berat badan 200-300 gram. Variabel independen dalam penelitian adalah pemberian aquades, NACMC 1%, dan ekstrak kunyit putih dengan dosis 250 mg, 500 mg, 750 mg, 2000 mg. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar IL - 6 pada tikus putih.

Sebelum pemberian ekstrak kunyit putih dilakukan, tikus putih dibiarkan untuk beradaptasi terhadap lingkungan sekitar selama 1 minggu. Setelah tikus putih menjalani adapatasi, tikus putih dikelompokan menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal ( pemberian aquades ), kelompok kontrol NACMC 1%, kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak kunyit putih 250 mg, kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak kunyit putih 500 mg, kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak kunyit putih 750 mg, dan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak kunyit putih 2000 mg.

Dilakukan pengamatan gejala klinis dan gejala toksiksitas yang timbul selama 14 hari berturut � turutan. Pada hari ke � 15, tikus putih dilakukan euthanasia dan pengambilan darah secara intrakardiak, darah lalu ditampung dalam tabung tanpa antikoagulan. Kemudian tabung dimasukan ke dalam mesin sentrifugas pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Serum lalu dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan kadar IL � 6 dengan menggunakan IL - 6 ELISA kit dan ELISA Reader. Data yang telah didapatkan kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dan uji Mann-Whitney.

 

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar IL-6 dengan menggunakan IL � 6 ELISA kit dan ELISA Reader, didapatkan rerata antar kelompok sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

Gambar 1 : Rata-rata Kadar IL-6 Setiap Kelompok

 

Berdasarkan grafik 1 diatas, didapatkan bahwa pemberian ekstrak kunyit putih sebanyak 750 mg memiliki nilai paling kecil dibanding kelompok lain sehingga pemberian ekstraks kunyit putih dengan dosis 750 mg memiliki potensi terbaik dalam menurunkan sitokin tersebut sehingga kunyit putih dapat berperan sebagai anti inflamasi.

Hasil rerata nilai IL�6 paling baik dengan metode ELISA adalah kelompok 4 dimana nilai IL�6 adalah 355.071 pg/ml. Dari hasil analisis menggunakan metode Mann-Whitney didapatkan adanya perbedaan yang tidak signifikan pada kelompok II, III, dan IV dimana nilai p pada kelompok II adalah 0,237; pada kelompok III adalah 0,237; pada kelompok IV adalah 1.000. Dari hasil analisis menggunakan metode Mann�Whitney didapatkan adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok V dan VI dimana nilai p masing-masing kelompok tersebut adalah 0,018 dan 0,047.

PEMBAHASAN

Pada penelitian yang dilakukan ini, tidak ditemukan adanya kematian pada tikus putih yang disebabkan oleh pemberian toksisitas akut ekstrak kunyit putih dengan dosis 250 mg/kgBB hingga dosis 2000 mg/kgBB, hal ini menunjukan bahwa pemberian ekstrak kunyit putih tidak memiliki efek toksik yang berbahaya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana pemberian ekstrak kunyit putih dapat menurunkan sitokin IL�6 (Rohde et al., 2005) (Zhang, Ma, Zhang, Zhang, & Hu, 2021).

Menurut Wenti dkk. (2022), kadar antioksidan dihasilkan kunyit putih adalah 14.98. Antioksidan yang terdapat di dalam kunyit putih dapat menurunkan peradangan. IL�6 sebagai marker untuk mengetahui efektifitas kunyit putih sebagai antioksidan dalam penurunan peradangan (Anggraeni, Ginting, Chiuman, Ginting, & Wardhani, 2022).

Gambar 2 : Persen Penghambatan Peradangan

Penelitian Wenti dkk. (2022), menunjukkan bahwa efek antioksidan EEKP efektif pada dosis 600 mg dan ini sejalan dengan penelitian ini dimana IL-6 pada kelompok V dengan nilai 500 mg lebih rendah dibanding kelompok perlakuan yang lain. (21)

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian �Kadar Serum Interleukin 6 Wistar Jantan Pada Uji Toksisitas Akut Ekstrak Kunyit Putih� yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan pada 18 Juli 2022 hingga 11 Agustus 2022 di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, hasil yang didapatkan berupa : Kunyit putih (Curcuma zedoaria) memiliki efek anti inflamasi dalam menurunkan sitokin IL�6 pada tikus putih dimana pemberian dengan dosis 750 mg memiliki potensi terbaik dalam menurunkan sitokin IL � 6 pada tikus putih. Kunyit putih juga memiliki antioksidan yang jauh lebih tinggi dibandingkan antioksidan yang didapatkan dalam vitamin C.

 

BIBLIOGRAFI

 

Abbasifard, Mitra, & Khorramdelazad, Hossein. (2020). The bio-mission of interleukin-6 in the pathogenesis of COVID-19: A brief look at potential therapeutic tactics. Life Sciences, 257, 118097.

 

Anggraeni, Wenty, Ginting, Chrismis Novalinda, Chiuman, Linda, Ginting, Sahna Ferdinand, & Wardhani, Fiska Maya. (2022). Antioxidant and Anti-inflammatory Activities of Extract Ethanol Curcuma zedoaria. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 10(A), 1126�1131.

 

BPOM. (2014). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional.

 

Cui, Herong, Zhang, Beibei, Li, Guoping, Li, Lei, Chen, Hongshan, Qi, Jinchai, Liu, Wenxue, Chen, Jing, Wang, Penglong, & Lei, Haimin. (2019). Identification of a quality marker of vinegar-Processed Curcuma zedoaria on oxidative liver injury. Molecules, 24(11), 2073.

 

DK, Meles. (n.d.). Peran Uji Praklinik Dalam Bidang. Retrieved from https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/767616f64cd58798f36164d0c9396ffb.pdf

 

Hamdi, Omer Abdalla Ahmed. (2015). Chemical Constituents from the Rhizomes of Curcuma Zedoaria and Curcuma Purpurascens and Assessment of their Biological Activities. University of Malaya (Malaysia).

 

Hidayat, Moch Amrun. (2006). Obat Herbal (Herbal Medicine): Apa Yangperlu Disampaikan pada Mahasiswa Farmasi dan Mahasiswa Kedokteran? Jurnal Pengembangan Pendidikan, 3(1), 210308.

 

Hirano, Toshio. (2021). IL-6 in inflammation, autoimmunity and cancer. International Immunology, 33(3), 127�148.

 

IMOA, Pawarta. (2017). Obat Tradisional. Jurnal Keperawatan Universitas Jambi.

 

Jung, Eun Bee, Trinh, Tuy An, Lee, Tae Kyoung, Yamabe, Noriko, Kang, Ki Sung, Song, Ji Hoon, Choi, Sungyoul, Lee, Sanghyun, Jang, Tae Su, & Kim, Ki Hyun. (2018). Curcuzedoalide contributes to the cytotoxicity of Curcuma zedoaria rhizomes against human gastric cancer AGS cells through induction of apoptosis. Journal of Ethnopharmacology, 213, 48�55.

 

Lan, Truong T. P., Huy, Nguyen D., Luong, Nguyen Ngoc, Nghi, Nguyen Van, Tan, Trinh Huu, Quan, Le Viet, & Loc, Nguyen Hoang. (2018). Identification and characterization of genes in the curcuminoid pathway of Curcuma zedoaria Roscoe. Current Pharmaceutical Biotechnology, 19(10), 839�846.

 

Malahayati, Nura, Widowati, Tri Wardhani, & Febrianti, Anita. (2021). Karakterisasi Ekstrak Kurkumin dari Kunyit Putih (Kaemferia rotunda L.) dan Kunyit Kuning (Curcuma domestica Val.). Agritech, 41(2), 134�144.

 

Menon, Venugopal P., & Sudheer, Adluri Ram. (2007). Antioxidant and anti-inflammatory properties of curcumin. The Molecular Targets and Therapeutic Uses of Curcumin in Health and Disease, 105�125.

 

Narazaki, Masashi, & Kishimoto, Tadamitsu. (2018). The two-faced cytokine IL-6 in host defense and diseases. International Journal of Molecular Sciences, 19(11), 3528.

 

Qazi, M. A., & Molvi, K. I. (2016). Herbal medicine: a comprehensive review. Int J Pharm Res, 8, 1�5.

 

Rohde, Luis E., Clausell, Nadine, Ribeiro, Jorge Pinto, Goldraich, L�via, Netto, Rafael, Dec, G. William, DiSalvo, Thomas G., & Polanczyk, Car�si A. (2005). Health outcomes in decompensated congestive heart failure: a comparison of tertiary hospitals in Brazil and United States. International Journal of Cardiology, 102(1), 71�77.

 

Saputra, Suroto Hadi, & Sitorus, Saibun. (2016). Kunyit Putih (Curcuma zedoaria [Berg.] Roscoe) sebagai Pengawet dan Antioksidan Pangan. Jurnal Riset Teknologi Industri, 8(16), 168�176.

 

Uciechowski, Peter, & Dempke, Wolfram. (2020). Interleukin-6: a masterplayer in the cytokine network. Oncology, 98(3), 131�137.

 

Velazquez-Salinas, Lauro, Verdugo-Rodriguez, Antonio, Rodriguez, Luis L., & Borca, Manuel V. (2019). The role of interleukin 6 during viral infections. Frontiers in Microbiology, 10, 1057.

 

Zhang, Tao, Ma, Chao, Zhang, Zhiqiang, Zhang, Huiyuan, & Hu, Hongbo. (2021). NF‐κB signaling in inflammation and cancer. MedComm, 2(4), 618�653.

 

 

 

 

Copyright holder:

Adhayani Lubis, Arie Siah Putra Siahaan, Richardo Chandra, Erny Tandanu, Fiska Maya Wardhani (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: