Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
10, Oktober 2023
PENGARUH PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR FARMASI
Cindy Olivia Tanisia, Jenny Morasa, Heince R.N. Wokas
Program Studi Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi, Manado
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, kepemilikan institusional dan financial leverage terhadap praktik manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2021. Data dalam penelitian ini yakni sebanyak 56 data yakni 7 tahun data timeseries dan 8 perusahaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni regresi berganda. Hasil Penelitian menunjukan bahwa (1) Profitabilitas (Return on Asset) berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2021. (2) Kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap praktik manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2021. (3) Financial Leverage (Debt to Asset ratio) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap praktik manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2021.
Kata kunci: Manajemen Laba; Profitabilitas; Kepemilikan Institusional; Financial Leverage.
Abstract
This study aims to determine and analize the effect of profitability, institutional
ownership, and financial leverage on earnings management practices in
pharmaceutical sub sector manufacturing companies listed on the Indonesian
Stock Exchange (IDX) for the 2015-2021 period. The data in this study
are 56 data, namely 7 years of time series data and 8 companies. The data
analysis used in this study is multiple regression. The results of the study
show that (1) Profitability (Return on Assets) has a positive and significant
effect on earnings management practices in Manufacturing Companies in the
Pharmaceutical Sub Sector Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the
2015-2021 period. (2) Institutional ownership has a significant negative effect
on earnings management practices in Manufacturing Companies in the
Pharmaceutical Sub Sector Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the
2015-2021 period. (3) Financial Leverage (Debt to Asset ratio) has no
significant positive effect on earnings management practices in Manufacturing
Companies in the Pharmaceutical Sub Sector Listed on the Indonesia Stock
Exchange (IDX) for the 2015-2021 period.
Keywords: Earnings Management; Profitability; Institutional
Ownership; Financial Leverage.
Pendahuluan �
Laba perusahaan menjadi ukuran setiap perusahaan untuk mampu mempertahankan kinerja keuangannya, termasuk dalam keadaan apapun rasio ini sangatlah menjadi perhatian investor, termasuk pada saat pandemi covid-19. Kemunculan virus corona mulai terdeteksi pertama kali di tiongkok negara china pada tahun 2019 dan menyebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia, sehingga banyak perusahaan yang harus menyesuaikan kebijakan perusahaannya sesuai dengan kondisi yang ada (Saputro & Hapsari, 2022). Perusahaan farmasi salah satu sektor yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan di tengah pandemi. Oleh karena itu, industri farmasi memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Selama masa
pandemi perusahaan farmasi harus beradaptasi untuk menciptakan produk-produk
kesehatan yang sangat dibutuhkan terkait dengan covid-19, karena akan
menurunnya penjualan produk yang tidak terkait covid-19. Dengan berbagai
kendala yang dihadapi dunia usaha selama pandemi covid-19 menjadi salah satu
pemicu bagi manajemen perusahaan untuk dapat menunjukkan kinerja terbaik dari
perusahaan yang dikelolanya, karena baik atau buruknya kinerja suatu perusahaan
akan mempengaruhi nilai perusahaan di pasar, sehingga dapat mempengaruhi minat para
investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Menteri perindustrian
Agus Gumiwang menyebutkan bahwa sektor industri farmasi kuartal IV 2020 mengalami
pertumbuhan 8.45% yang didukung oleh banyaknya permintaan domestik seperti
obat-obatan, multivitamin, suplemen makanan, sabun, hand sanitizer, serta
cairan disinfektan. Dari banyaknya sektor industri yang terimbas covid-19,
sektor farmasi tetap memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian dengan
demand yang cukup tinggi (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2021).
Saat
ini manajemen laba menjadi suatu fenomena umum yang terjadi di sejumlah
perusahaan, khususnya pada sektor farmasi diantaranya PT. Kimia Farma Tbk, PT.
Indofarma, Tbk, PT. Pyridam Pharma, Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa praktik
manajemen laba sering dilakukan. Salah satu alasan manajemen termotivasi
melakukan praktik manajemen laba karena manajemen percaya bahwa akan diberi
imbalan atas tindakan tersebut. PT. Kimia Farma Tbk, yang merupakan perusahaan
farmasi milik pemerintah Indonesia,
diperkirakan
melakukan mark up laba bersih dalam laporan keuangan tahun 2001.
Dalam
laporan tersebut, PT. Kimia Farma, Tbk menyebutkan berhasil memperoleh laba
sebesar Rp 132 miliar. Namun, laba yang dilaporkan tersebut pada kenyataannya
berbeda. Perusahaan farmasi ini pada tahun 2001 sebenarnya hanya memperoleh
keuntungan sebesar Rp 99 miliar (Tempo.co-Syahrul, 2003). Kementerian BUMN dan Bapepam
menganggap laba tersebut terlalu besar dan adanya unsur rekayasa.
Pada
3 Oktober 2002, PT Kimia Farma, Tbk menyajikan kembali laporan keuangan yang
telah diaudit dengan laba sebesar Rp
99,56 miliar, kurang dari Rp 32,6 miliar atau 24,7% dari laba yang dilaporkan
semula
(Kompasiana-Wastu, 2015). Kesalahan terjadi di unit industri bahan baku yaitu overstated sales
sebesar Rp 2,7 miliar, di unit pusat logistik overstated inventory
sebesar Rp 23,9 miliar, dan di unit pedagang besar farmasi overstated
inventory Rp 8,1 miliar dan overstated sales Rp 10,7 miliar (CNBC-Sandria, 2021).
Kasus
praktik manajemen laba juga pernah terjadi pada PT. Indofarma Tbk dalam bentuk
praktik perataan laba. Pada tahun 2004, Bapepam menemukan bahwa terdapat nilai
barang dalam proses PT. Indofarma Tbk lebih tinggi dari nilai yang seharusnya (overstated). Akibat overstated tersebut, maka harga pokok penjualan akan understated sebesar 28,87 miliar dan
laba bersih juga akan mengalami overstated
dengan nilai yang sama pula
Kasus lainnya juga terjadi pada PT Pyridam Farma,
Tbk yang ditengah pandemi covid-19, perusahaan ini menunjukkan kinerja yang
positif. Penjualan bersih PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) meningkat signifikan 127%
menjadi Rp 630,5 miliar di tahun 2021 dibandingkan tahun 2020 Rp 277,4 miliar.
Peningkatan penjualan bersih ini jelas melebihi target perseroan di tahun 2021,
yaitu meningkatkan penjualan bersih minimal 50% dari tahun sebelumnya.
Produk farmasi dan maklon menjadi kontribusi
terbesar penjualan bersih PT Pyridam Farma, Tbk sebanyak 76%. Sisanya 24%
berasal dari produk kesehatan. Walaupun kontribusinya belum seberapa, tetapi penjualan
bersih produk kesehatan PYFA meningkat signifikan hingga 308% atau empat kali
lipat dibandingkan tahun sebelumnya (Kontan.co.id-Handoyo,
2022).
Manajemen Laba atau earning management merupakan intervensi manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan dan menurunkan pelaporan laba, dimana manajemen dapat menggunakan kelonggaran penggunaan metode akuntansi, membuat kebijakan-kebijakan (discretionary) yang dapat mempercepat atau menunda biaya-biaya dan pendapatan agar laba perusahaan lebih kecil atau lebih besar sesuai dengan yang diharapkan (Scott, 2015).
Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi manajemen laba dalam suatu perusahaan
yakni profitabilitas, kepemilikan institusional dan financial leverage. Pemilihan ketiga variabel ini karena
profitabilitas berkaitan dengan keadaan laba yang cenderung ingin diturunkan
oleh perusahaan dengan memanfaatkan celah fiskal, kemudian kepemilikan
institusional yang cenderung memberikan intervensi pada manajer perusahaan dan
hutang yang cenderung ingin ditutupi oleh perusahaan untuk mendapatkan
kepercayaan investor.
Profitabilitas
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan laba.
Profitabilitas diukur menggunakan Return
On Asset �karena rasio ini mampu
merepresentasikan seluruh keadaan asset perusahaan dalam menghasilkan laba. Return On Asset (ROA) merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi praktik manajemen laba.
Hasilnya
memberikan bukti apabila kinerja perusahaan berada dalam kinerja buruk maupun
kinerja yang baik, akan memicu manajer bertindak oportunis dengan menaikkan
laba atau menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kondisi kinerja perusahaan
tersebut (Amertha, 2013). Dalam penelitian Purnama
(2017), Amertha (2013) dan Habibie & Prasetya (2022) menemukan profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Selain itu, ada juga hasil penelitian dari Wirianata (2020) dan Jumiyanti,
et al., (2021) menyimpulkan praktik
manajemen laba tidak dipengaruhi oleh profitabilitas.
Kepemilikan
institusional merupakan institusi
yang memiliki saham dalam
suatu perusahaan. Institusi tersebut dapat berupa institusi pemerintah, swasta,
domestik maupun asing. Seperti, perusahaan-perusahaan asuransi, dana pensiun publik dan private, investment trusts, mutual
funds, dan kelompok-kelompok manajemen
investasi (Kusumaningtyas,
2012). Dengan adanya saham investor institusional, pengawasan terhadap
praktik manajemen laba akan lebih efektif sehingga dapat meminimalisir kerugian akibat praktik manajemen laba tersebut (Mahadewi & Krisnadewi,
2017).
Berdasarkan pernyataan
diatas didukung oleh penelitian terdahulu dari Cahyani & Hendra (2020) yang menyimpulkan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba. Adapun hasil penelitian dari Muqsith & Murtianingsih
(2022) yang menemukan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.
Financial leverage adalah rasio kewajiban perusahaan terhadap
asetnya. Rasio ini menunjukkan besar kecilnya aset perusahaan yang dibiayai
hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka semakin besar pula risiko
yang dihadapi investor dan semakin besar pula keuntungan yang diminta investor (Horne,
2013). Hasil penelitian Agustia & Suryani (2018) menyimpulkan
financial leverage berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Terdapat hasil penelitian yang berbeda dari Hanisa & Rahmi
(2021) financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.
Dari berbagai penelitian
sebelumnya, peneliti menemukan hasil yang berbeda dalam hal faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya praktik manajemen laba.
Penelitian ini dilakukan pada periode sebelum dan selama masa pandemi covid-19
dengan sektor farmasi sebagai sampel karena menunjukkan beberapa perusahaan
farmasi yang mengalami peningkatan penjualan dan ada juga yang merugi selama
periode penelitian. Oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti lebih lanjut mengenai
seberapa besar pengaruh dari ketiga variabel yang dipilih yakni profitabilitas,
kepemilikan institusional dan financial leverage terhadap praktik
manajemen laba di perusahaan sektor farmasi.
Teori Agensi
Penjelasan
konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori agensi yang
menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan
antara manajemen (agent) dan pemilik
(principal). Konflik ini timbul ketika
setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendakinya. Teori agensi mengasumsikan bahwa setiap
individu, baik pemegang saham maupun manajer perusahaan, bertindak untuk
kepentingannya sendiri. Manajer terkadang memiliki tujuan lain yang berbeda
dari tujuan perusahaan untuk membangun kekayaan pemilik dan investor, yaitu
tujuan mensejahterahkan diri mereka sendiri. Perilaku manajemen inilah yang
menyebabkan adanya agency conflict dan menimbulkan agency cost.
Agency cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik
perusahaan untuk mengatur dan mengontrol tindakan manajer agar tidak bertindak
sesuka hati. Agency cost adalah pemberian insentif yang sesuai kepada
manajer dan biaya pemantauan untuk mencegah moral hazard, yang kemudian
diidentifikasikan menjadi dua jenis biaya keagenan, yaitu yang timbul dari
konflik antara investor dan manajer dan antara investor dan pemegang hutang (Jensen & Meckling,
1976). Dalam teori agensi juga dibahas mengenai
asimetri informasi, manajemen memliki asimetri informasi terhadap pihak
eksternal perusahaan seperti kreditur dan investor. Asimetri informasi
merupakan suatu keadaan dimana manajer mempunyai akses informasi atas prospek
perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan (Mahawyahrti
& Budiasih, 2016).
Dengan demikian, teori agensi menjadi
solusi karena dengan pemahaman masalah keagenan yang terjadi dalam hal
perusahaan melakukan manipulasi laba maka dengan mengetahui sejauh mana
profitabilitas, kepemilikan institusional dan posisi hutang yang menjadi dasar
untuk manajemen akan menjadi solusi dalam menggambarkan sejauh mana perusahaan
melakukan manajemen laba untuk menaikan atau menurunkan laba tersebut.
Teori Sinyal
Teori sinyal digunakan sebagai tindakan dari pihak manajemen untuk menyampaikan informasi kepada investor mengenai kondisi keuangan dan prospek perusahaan (Suganda, 2018). Informasi merupakan elemen penting bagi investor dan calon investor karena mengandung informasi catatan atau gambaran kondisi masa lalu, sekarang dan masa depan terkait dengan prospek bisnis perusahaan dan keadaan pasar. Sebagai alat analisis untuk keputusan investasi di pasar modal, investor membutuhkan informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu.
����������� Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa teori sinyal berkaitan dengan bagaimana pihak manajemen harus mengkomunikasikan sinyal (informasi) keberhasilan dan kegagalan kepada pemilik usaha. Sinyal (informasi) tersebut dapat diberikan melalui laporan keuangan perusahaan.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Praktik Manajemen Laba
Profitabilitas yang diukur dengan return on asset berfungsi
untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba melalui pengoperasian
aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar
laba (Nilasari, 2012). Laba yang besar akan menarik
investor karena perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka
semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan
menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar.
Semakin tinggi rasio yang diperoleh maka semakin efisien
manajemen aset perusahaan. Sebaliknya jika semakin rendah
rasio yang diperoleh, maka mengindikasikan semakin tidak efisien
manajemen aset perusahaan. Sehingga ketika rasio ini
rendah para investor tidak ingin berinvestasi pada perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian ini, ditemukan hipotesis pertama:
H1: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Praktik Manajemen Laba
����������� Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin besar tingkat pengawasan kepada manajerial sehingga mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen. Kepemilikan institusional merupakan suatu kepemilikan berupa saham yang dimiliki oleh berbagai lembaga atau institusi, seperti perusahaan asuransi, perusahaan investasi, bank, dan institusi lainnya (Sandy & Lukviarman, 2015).
Menurut teori agensi, adanya kepemilikan institusional akan mendorong pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang digunakan untuk mendukung kinerja manajemen. Kepemilikan institusional merupakan salah satu cara untuk memonitor kinerja manajer dalam mengelola perusahaan, sehingga dengan adanya kepemilikan oleh institusi lain diharapkan bisa mengurangi perilaku manajemen laba yang dilakukan manajer. Berdasarkan uraian ini, ditemukan hipotesis kedua :
H2: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba.
Pengaruh Financial Leverage Terhadap Praktik Manajemen Laba
����������� Penggunaan sumber dana dengan leverage akan memiliki beban tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar, tetapi apabila leverage yang dimiliki suatu perusahaan tersebut terlalu besar dan pendapatannya tidak dapat mencukupi untuk melunasi hutang tersebut dapat mengakibatkan perusahaan kesulitan untuk membayar hutangnya dan secara tidak langsung perusahaan pun akan kehilangan profit, karena profit yang didapat digunakan untuk membayar hutang yang dimiliki perusahaan (Meidiyustiani, 2016).
Oleh karena kurangnya pengawasan yang menyebabkan leverage yang tinggi, juga akan meningkatkan tindakan oppurtunistic seperti praktik manajemen laba untuk mempertahankan kinerjanya di mata pemegang saham dan publik. Berdasarkan uraian ini, ditemukan hipotesis ketiga:
H3: Financial
leverage berpengaruh positif
terhadap praktik manajemen laba.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2021 sesuai dengan (tabel 1). Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sesuai
kriteria (tabel 2) dan diperoleh sebanyak 56 sampel penelitian.
Tabel 1 Populasi Penelitian
No |
Kode |
Nama Perusahaan |
1 |
DVLA |
PT. Darya Varia Laboratoria, Tbk |
2 |
INAF |
PT. Indofarma (Persero), Tbk |
3 |
KAEF |
PT. Kimia Farma
(Persero), Tbk |
4 |
KLBF |
PT. Kalbe Farma, Tbk |
5 |
MERK |
PT. Merck Indonesia,
Tbk |
6 |
PEHA |
PT. Phapros Tbk |
7 |
PYFA |
PT. Pyridam Pharma Tbk |
8 |
SCPI |
PT. Merck Sharp
Dohme Pharma, Tbk |
9 |
SIDO |
PT. Industri Jamu & Farmasi, Tbk |
10 |
TSPC |
PT. Tempo Scan Pasifik, Tbk |
Sumber: www.idx.co.id, 2022
Tabel 2 Kriteria Pemilihan
Sampel.
No |
Kriteria |
Perusahaan
yang tidak memenuhi kriteria |
1. |
Perusahaan Manufaktur
sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI periode
2015-2021. |
10 |
2. |
Perusahaan Manufaktur
sub sektor farmasi yang tidak konsisten menerbitkan Laporan Keuangan Audited
di BEI selama 2015-2021. |
(2) |
3. |
Perusahaan yang mengalami defisiensi modal |
(0) |
|
Jumlah sampel penelitian
per tahun |
8 |
|
Jumlah sampel
(8 x 7 tahun) |
56 |
����������� Pengumpulan data diambil dari dokumentasi
laporan keuangan perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang dapat diakses dari
www.idx.co.id. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan pengujian pemilihan model regresi data
panel, pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis, dan uji koefisien determinasi R2. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi linear berganda dengan bentuk persamaan sebagai berikut (Ghozali, 2018):
Y
= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Dimana:
Y = Praktik
Manajemen Laba
α = Konstanta
β1- β3 = Koefisien Regresi
X1����� = Profitabilitas
X2����� = Kepemilikan Institusional
X3����� = Financial
Leverage
������� = Error
Variabel Penelitian
Tabel 3: Variabel
Penelitian
�Variabel���� �� �����Sub Variabel�������� �����
���������Indikator���������������� �� �������������Skala
����������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ��Pengukuran
Independen�� Profitabilitas (X1) ������� ������������� ���Rasio
��
�������� ����������Kepemilikan�������� ����� ����Rasio
����������� ��������� Institusional
(X2)
�������������������� �Financial Leverage
(X3)���� �������� �Rasio
Dependen����� Manajemen Laba
(Y)�� ����������DAit �= TAit
� NDAit������������������������������ Nominal
����������������������������������������������������������� � 1). Nilai 0 = perataan
laba
����������������������������������������������������������� � 2). Nilai + = penaikan
laba
����������������������������������������������������������� � 3). Nilai - = penurunan
laba
�
Keterangan Indikator Manajemen Laba :
a.
DAit��� �������� :�� Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke
t
b.
NDAit ����������� :�� Non Discretionary Accruals perusahaan
i pada periode ke t
c.
TAit����� ����������� :�� Total
Accruals perusahaan i pada periode ke
t
d.
Nit�������� ����������� :�� Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
e.
CFOit� �������� :��
Arus kas operasi perusahaan i pada periode ke t
f.
Ait-1���� �������� :��
Total aktiva perusahaan
i pada periode ke t�-1
g.
�������� :��
Perubahan penjualan bersih perusahaan i pada periode ke t
h.
PPEt �� �������� :�� Aktiva tetap perusahaan i pada periode ke t
i. � �������� :��
Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
j.
α1, α2, α3 ��� :�� Parameter yang diperoleh
dari persamaan regresi
j. ₑ������� ����������� :�� error terms
Hasil dan Pembahasan
Hasil Statistik
Deskriptif
Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 56 sampel yang memenuhi kriteria.
Tabel 4 : Hasil Statistik Deskriptif
|
ML |
ROA |
KI |
DAR |
Minimum |
-0.150656 |
-3.221371 |
0.000000 |
7.074004 |
Maximum |
0.601014 |
31.16914 |
94.56829 |
79.27362 |
Mean |
0.005170 |
9.409176 |
76.64707 |
35.95971 |
Std.
Dev. |
0.107615 |
7.815622 |
20.15064 |
18.96352 |
Sumber: Pengolahan Data Eviews 9, 2023
Hasil Pengujian
Pemilihan Model Regresi Data
Panel
1.
Uji Chow
Tabel 5 : Uji Chow
Probability
Uji Chow |
Keterangan |
Status |
Rekomendasi |
0,0479 |
Signifikansi Cross Section F lebih kecil dari 0,05 |
Gunakan Fixed Efect Model (FEM) |
Pengujian dilanjutkan ke uji Hausman |
Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023
Berdasarkan tabel uji chow di atas ditemukan bahwa signifikansi dari cross section F sebesar 0,0479. Nilai ini lebih besar dari nilai alpha 0,05 (5%), sehingga fixed effect model (FEM) lebih baik digunakan dibandingkan common effect model (CEM). Dengan digunakannya fixed effect model (FEM), maka perlu dilakukan pengujian selanjutnya yaitu uji hausman.
2.
Uji Hausman
Tabel 6 : Uji Hausman
Probability
Uji Chow |
Keterangan |
Status |
Rekomendasi |
0,0437 |
Signifikansi Chi Square lebih kecil dari 0,05 |
Gunakan Fixed Efect Model (FEM) |
Pengujian Regresi dilakukan dengan FEM |
Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023
Berdasarkan tabel uji hausman di atas ditemukan bahwa signifikansi dari chi square sebesar 0,0437. Nilai ini lebih besar dari nilai alpha 0,05 (5%), sehingga fixed effect model (FEM) lebih baik digunakan dibandingkan random effect model (REM). Sehingga fixed effect model (FEM) digunakan untuk pengujian regresi linear berganda.
Hasil Pengujian
Asumsi Klasik
1.
Uji Normalitas
Tabel 7 : Hasil Uji Normalitas
Nilai
Jarque Bera (JB) |
Nilai
Probability Jarque Bera (JB) |
Keterangan |
Status |
2,969 |
0,226 |
Nilai Probability JB > 0,05 |
Data Berdistribusi Normal |
Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023
2.
Uji Autokorelasi
������ Tabel 8 :
Hasil Uji Autokorelasi
Nilai Durbin Watson (DW) |
Keterangan |
Status |
2,236 |
du < dw < (4-du) |
Data memenuhi uji autokorelasi |
Sumber: Pengolahan Data E-Views 9,
2023
3.
Uji Multikollinearitas
���� Tabel 9 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel |
VIF |
Kesimpulan |
Profitabilitas (Return On Asset) |
3,016 |
Non Multikolinearitas |
Kepemilikan institusional |
2,283 |
Non Multikolinearitas |
Financial Leverage (Debt to Asset ratio) |
6,127 |
Non Multikolinearitas |
Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023
4. Uji Heterokedastisitas
����� Tabel 10 Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel |
Nilai Prob. Uji Glejser |
Keterangan |
Status |
Profitabilitas (Return On Asset) |
0,0627 |
Prob. > 0,05 |
Memenuhi Uji Heterokedastisitas |
Kepemilikan institusional |
0,3132 |
Prob. > 0,05 |
|
Financial Leverage (Debt to Asset ratio) |
0,1150 |
Prob. > 0,05 |
Sumber: Pengolahan Data E-Views 9,
2023
Hasil Analisis Regresi Berganda
Uji regresi berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan profitabilitas, kepemilikan institusional dan financial leverage terhadap praktik manajemen laba.
Tabel 11 Model Analisis Regresi
Dependent Variable: ML? |
|
|
||
Method: Pooled Least Squares |
|
|
||
Date: 01/01/23��
Time: 18:22 |
|
|
||
Sample: 1 7 |
|
|
|
|
Included observations: 7 |
|
|
||
Cross-sections included: 8 |
|
|
||
Total pool (balanced) observations: 56 |
|
|||
White cross-section standard errors &
covariance (d.f. corrected) |
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C |
-0.036611 |
0.069081 |
-0.529971 |
0.5987 |
ROA? |
0.012966 |
0.004299 |
3.016194 |
0.0042 |
KI? |
-0.001246 |
0.000509 |
-2.447995 |
0.0183 |
DAR? |
0.000425 |
0.001786 |
0.237921 |
0.8130 |
Fixed
Effects (Cross) |
|
|
|
|
_DVLA--C |
-0.007403 |
|
|
|
_INAF--C |
0.117157 |
|
|
|
_KAEF--C |
0.148849 |
|
|
|
_KLBF--C |
-0.079019 |
|
|
|
_MERK--C |
-0.056413 |
|
|
|
_PYFA--C |
0.032314 |
|
|
|
_SIDO--C |
-0.174106 |
|
|
|
_TSPC--C |
0.018622 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Effects
Specification |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Cross-section fixed (dummy variables) |
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R-squared |
0.412660 |
Mean dependent var |
0.005170 |
|
Adjusted R-squared |
0.282139 |
S.D. dependent var |
0.107615 |
|
S.E. of regression |
0.091179 |
Akaike info criterion |
-1.777818 |
|
Sum squared resid |
0.374112 |
Schwarz criterion |
-1.379981 |
|
Log likelihood |
60.77892 |
Hannan-Quinn criter. |
-1.623578 |
|
F-statistic |
3.161655 |
Durbin-Watson stat |
2.236979 |
|
Prob(F-statistic) |
0.003825 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023
Berdasarkan
hasil analisis menggunakan bantuan program e-views 9
di atas maka diperoleh model regresi sebagai berikut:
Y =
-0,0366 + 0,0129X1 - 0,0012X2 + 0,0004X3 + e
Berdasarkan hasil
analisis regresi berganda
di atas maka interpretasinya sebagai berikut ini:
1.
Konstanta sebesar -0,0366
(α=-0,0366)
Nilai tersebut merupakan nilai tetap praktik manajemen laba
yang diamati selama periode penelitian tahun 2015-2021 apabila tidak terdapat
pengaruh dari profitabilitas
(return on asset),
kepemilikan institusional,
dan financial leverage
(debt to asset ratio).
2.
Unstandardized
Coefficients 0,0129 (β1 = 0,0129)
Koefisien regresi variabel profitabilitas (return on asset)
menunjukan bahwa setiap perubahan profitabilitas
(return on asset)
sebesar 1% maka praktik
manajemen laba akan mengalami peningkatan sebesar 0,0129%. Dengan asumsi bahwa
variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan (tetap).
3.
Unstandardized
Coefficients -0,0012 (β2 = -0,0012)
Koefisien regresi variabel kepemilikan institusional
menunjukan bahwa setiap perubahan kepemilikan
institusional sebesar 1% maka praktik
manajemen laba akan mengalami penurunan sebesar 0,0012%. Dengan asumsi bahwa
variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan (tetap).
4.
Unstandardized
Coefficients 0,0004 (β3 = 0,0004)
Koefisien regresi variabel financial leverage (debt to asset ratio) menunjukan bahwa setiap perubahan pada variabel financial leverage (debt to asset ratio) sebesar 1%, maka praktik manajemen laba akan mengalami peningkatan sebesar 0,0004%. Dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan (tetap).
Hasil Uji Hipotesis (Uji T)
Tabel 12 Hasil Uji T
Model |
Nilai Koefisien (t-Hitung) |
Signifikansi |
tTabel |
(Constant) |
-0.529971 |
0.5987 |
|
Profitabilitas (Return On Asset) |
3.016194 |
0.0042 |
2,007 |
Kepemilikan institusional |
-2.447995 |
0.0183 |
2,007 |
Financial Leverage (Debt to Asset ratio) |
0.237921 |
0.8130 |
2,007 |
Sumber: Pengolahan Data Eviews 9, 2023
Pembahasan
Pengaruh Profitabilitas (Return 0n Asset)
Terhadap Praktik Manajemen Laba
Berdasarkan analisis pada tabel 12 diperoleh nilai thitung untuk variabel profitabilitas (return on asset) sebesar 3,016 yang lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2,007 (3,016 > 2,007). Nilai probability value (p-value) profitabilitas (return on asset) lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,0042 < 0,05) dengan nilai koefisien regresi yakni positif dapat dinyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba, maka H01 dan Ha1 ditolak dimana profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.
Untuk kepentingan manajemen, besar kecilnya rasio profitabilitas mencerminkan kinerja perusahaan sehingga para investor atau calon investor dapat menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Sehingga, semakin tinggi profitabilitas maka praktik manajemen laba juga akan meningkat. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan perolehan laba yang besar akan mencoba untuk tetap mempertahankan laba periode saat ini dibanding periode sebelumnya dengan begitu akan memberikan sinyal yang positif untuk para investor atau calon investor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yakni Purnama (2017), Amertha (2013) dan Habibie & Prasetya (2022) namun bertolak belakang dengan penelitan dari Wirianata (2020) dan Jumiyanti, et al., (2022).
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Praktik Manajemen Laba
Berdasarkan analisis pada tabel 12
diperoleh nilai thitung untuk variabel kepemilikan institusional sebesar -2,447 yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2,026 (2,447 > 2,026). Nilai
probability value (p-value)
kepemilikan institusional lebih kecil
dari nilai probabilitas 0,05 (0,0183 < 0,05) dengan nilai koefisien regresi
yakni negatif, maka H01 ditolak dan Ha1 diterima, artinya
kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
Nilai
koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa kepemilikan institusional mempunyai
hubungan yang tidak searah dengan praktik manajemen laba. Dengan kata lain
bahwa semakin besar kepemilikan institusional maka praktik manajemen laba akan
mengalami penurunan karena pihak pemilik institusional cenderung melakukan
pengawasan sesuai dengan prinsip good
corporate governance
dalam rangka menjaga citra perusahaan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yakni Cahyani
& Hendra (2020) namun bertolak
belakang dengan penelitian dari Muqsith & Murtianingsih
(2022).
Pengaruh Financial Leverage (Debt to Asset Ratio) Terhadap Praktik Manajemen Laba
Berdasarkan analisis pada tabel 12 diperoleh nilai
thitung untuk variabel financial
leverage (debt to asset ratio) sebesar 0,237 yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar
2,007 (0,237 < 2,007). Nilai probability value (p-value)
financial leverage
(debt to asset ratio)
lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,8130 > 0,05) dengan nilai
koefisien regresi yakni positif, maka H01 ditolak dan Ha1
diterima, artinya financial
leverage (debt to asset ratio) berpengaruh
positif terhadap praktik manajemen laba. Nilai koefisien regresi positif
menunjukkan bahwa financial
leverage
(debt to asset ratio)
mempunyai hubungan yang searah dengan praktik manajemen laba.
Dengan
kata lain bahwa semakin besar nilai financial
leverage
(debt to asset ratio)
maka nilai praktik manajemen laba akan mengalami peningkatan, karena hutang
sebagai aspek yang mampu mengurangi keuntungan dan cenderung membuat stigma
negatif pada investor sehingga dengan adanya laba yang besar akan cenderung
membuat investor tertarik pada perusahaan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yakni Agustia
& Suryani (2018) namun bertolak
belakang dengan penelitian dari Rahmi &
Hanisa (2021).
KESIMPULAN
������ Profitabilitas (return on asset)
berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba, terjadi karena manajemen
perusahaan cenderung ingin memperoleh bonus yang lebih besar dari pemilik
perusahaan dengan meningkatkan capaian laba dari tahun ke tahun.
Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba, karena pihak pemilik institusional cenderung melakukan pengawasan sesuai dengan prinsip good corporate governance dalam rangka menjaga citra perusahaan. Financial Leverage (debt to asset ratio) berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba, karena hutang sebagai aspek yang mampu mengurangi keuntungan dan cenderung membuat stigma negatif pada investor sehingga dengan adanya laba yang besar akan cenderung membuat investor tertarik pada perusahaan.
����������� Bagi
peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba seperti ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, dan lainnya serta dapat menambah
sampel dengan mengambil sektor-sektor lain.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan perusahaan dapat terus mengupayakan adanya peningkatan laba dengan
memproduksi produk yang benar-benar diterima di masyarakat serta menekan
berbagai biaya yang tidak begitu penting atau dampaknya kurang optimal dalam
penjualan produk.
����������� Hal ini tentunya akan berdampak pada
peningkatan laba yang benar-benar sesuai dengan harapan, sehingga manajemen
laba tidak dilakukan oleh manajemen untuk tujuan tertentu dalam perusahaan. Dapat mengoptimalkan peran dari good governance perusahaan sebagai bentuk pengawasan
terhadap pemilik saham institusional yang akan membuat suatu intervensi
kepada manajemen perusahaan terutama dalam langkah untuk penghindaran pajak
melalui laporan keuangan fiskal maupun laporan keuangan untuk kepentingan
komersial, mengatur dan memanajemen
penggunaan hutang yakni dengan mengoptimalkan operasional lain yang menimbulkan
biaya karena penggunaan hutang akan menimbulkan biaya bunga yang besar.
����������� Selain itu perusahaan harus mampu
mengambil suatu kebijakan untuk menahan sebagian dividen untuk ekspansi dan pengembangan perusahaan
kedepannya. Serta, manajemen harus
lebih direktif dalam pengambilan keputusan sehingga berbagai fenomena mengenai
perusahaan akan dapat diatasi dengan baik tanpa harus melakukan upaya manajemen
laba karena manajemen laba yang menjadi solusi dalam memperindah (window dressing) pada laporan keuangan
akan memperburuk citra perusahaan jika hal ini diketahui atau dapat dideteksi oleh calon-calon investor.
BIBLIOGRAFI
Agustia, Y .P., & Suryani, E.
(2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Leverage, dan
Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang
Terdaaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016). Jurnal Akuntansi
Riset, 10(1), 63-74.
Cahyani, D., & Hendra, K. (2020). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Tax Planning Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 11(2), 30-44.
Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Habibie, S .Y., & Prasetya, M.T. (2022). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2016-2020). Diponegoro Journal Of Accounting, 11(1), 1-14.
Handoyo. (2022, Mei 10). Penjualan Pyridam Farma dan
Entitas Naik 127% di Tahun 2021. www.kontan.co.id: https://investasi.kontan.co.id/news/penjualan-pyridam-farma-dan-entitas-naik-127-di-tahun-2021
Hanisa, F., & Rahmi, E. (2021). Pengaruh Financial Leverage, Kualitas Audit dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ecogen, 4(2), 317-326.
Horne, V. J. C., & Wachowicz, J. M. (2013). Fundamentals of Financial Management. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Jensen, M.C., & Meckling, W.H. (1976). Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal Of Finance Economics, 3(4), 305-360.
Jumiyanti, T., Pratiwi, D. N., & Sumadi. (2021). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2016-2019). Jurnal Akuntansi dan Pajak, 22(1), 336-345.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (2021, Februari
8). Sektor Manufaktur Bertahan dan Tumbuh Saat Dihantam Pandemi.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia: https://www.kemenperin.go.id/artikel/22283/Sektor-Manufaktur-Bertahan-dan-Tumbuh-Saat-Dihantam-Pandemi.
Kusumaningtyas, M. (2012). Pengaruh Independensi Komite Audit dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba, Jurnal Garba Rujukan Digital 9(1), ISSN 1411-1497.
Mahadewi, A. A. I. S., & Krisnadewi, K. A. (2017). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Institusional dan Proporsi Dewan Komisaris Independen Pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(1), 443-470.
Mahawyahrti, P. T., & Budiasih, I. G. A. N. (2016). Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Pada Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi & Bisnis, 2(2), 100-110.
Meidiyustiani, R.
(2016). Pengaruh Modal Kerja, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan dan
Likiuditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun
2010-2014. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 5(2), 161-179.
Muqsith, N. A., & Murtianingsih. (2022). The The Effect Of Institusional Ownership, Leverage, and Firm Size
On Earnings Management. International Journal of Educational Research &
Social Science, 3(2), 778-790.
Nilasari, M. P. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktik Manajemen Laba
Pada Perusahan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia 2006-2010. Skripsi. STIE Perbanas
Surabaya.
Purnama, D.
(2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Institusional, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba. JRKA,
3(1), 1-14.
Sandria, F. (2021, July 27). Deretan Skandal Lapkeu di
Pasar Saham RI, Indofarma-Hanson! CNBC Indonesia.com: https://www.cnbcindonesia.com/market/20210726191301-17-263827/deretan-skandal-lapkeu-di-pasar-saham-ri-indofarma-hanson
Sandy, S.,
& Lukviarman, N. (2015). Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur.
Jurnal Akuntansi
dan Auditing Indonesia, 19(2), 85-98.
Scott,
W. R.,
(2015). Financial Accounting Theory.
Fifth Edition. Canada Prentice Hall.
Suganda, T. R. (2018). Event Study:
Teori dan Pembahasan Reaksi Pasar Modal Indonesia. Malang: CV Seribu Bintang.
Syahrul, Y. (2003, Desember 8). Bapepam : Kasus Kimia
Farma Merupakan Tindak Pidana. tempo.co: https://bisnis.tempo.co/read/33339/bapepam-kasus-kimia-farma-merupakan-tindak-pidana
Wastu, R. (2015, April 17). Kasus Kimia Farma (Etika
Bisnis). https://www.kompasiana.com/www.bobotoh_pas20.com/5535b4d46ea8349b26da42eb/kasus-kimia-farma-etika-bisnis
Wirianata, H.
(2020). Analysis Of Factors Affecting Earnings Management Moderated by
Institusional Ownership. Jurnal Akuntansi, 24(1), 1-20.
Copyright holder: Cindy Olivia Tanisia, Jenny Morasa, Heince R. N Wokas (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |