Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 10, Oktober 2023

 

PENGARUH PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR FARMASI

 

Cindy Olivia Tanisia, Jenny Morasa, Heince R.N. Wokas

Program Studi Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi, Manado

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, kepemilikan institusional dan financial leverage terhadap praktik manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2021. Data dalam penelitian ini yakni sebanyak 56 data yakni 7 tahun data timeseries dan 8 perusahaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni regresi berganda. Hasil Penelitian menunjukan bahwa (1) Profitabilitas (Return on Asset) berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2021. (2) Kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap praktik manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2021. (3) Financial Leverage (Debt to Asset ratio) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap praktik manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2021.

 

Kata kunci: Manajemen Laba; Profitabilitas; Kepemilikan Institusional; Financial Leverage.

 

Abstract

This study aims to determine and analize the effect of profitability, institutional ownership, and financial leverage on earnings management practices in pharmaceutical sub sector manufacturing companies listed on the Indonesian Stock Exchange (IDX) for the 2015-2021 period. The data in this study are 56 data, namely 7 years of time series data and 8 companies. The data analysis used in this study is multiple regression. The results of the study show that (1) Profitability (Return on Assets) has a positive and significant effect on earnings management practices in Manufacturing Companies in the Pharmaceutical Sub Sector Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the 2015-2021 period. (2) Institutional ownership has a significant negative effect on earnings management practices in Manufacturing Companies in the Pharmaceutical Sub Sector Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the 2015-2021 period. (3) Financial Leverage (Debt to Asset ratio) has no significant positive effect on earnings management practices in Manufacturing Companies in the Pharmaceutical Sub Sector Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the 2015-2021 period.

 

Keywords: Earnings Management; Profitability; Institutional Ownership; Financial Leverage.

 

Pendahuluan �

Laba perusahaan menjadi ukuran setiap perusahaan untuk mampu mempertahankan kinerja keuangannya, termasuk dalam keadaan apapun rasio ini sangatlah menjadi perhatian investor, termasuk pada saat pandemi covid-19. Kemunculan virus corona mulai terdeteksi pertama kali di tiongkok negara china pada tahun 2019 dan menyebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia, sehingga banyak perusahaan yang harus menyesuaikan kebijakan perusahaannya sesuai dengan kondisi yang ada (Saputro & Hapsari, 2022). Perusahaan farmasi salah satu sektor yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan di tengah pandemi. Oleh karena itu, industri farmasi memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Selama masa pandemi perusahaan farmasi harus beradaptasi untuk menciptakan produk-produk kesehatan yang sangat dibutuhkan terkait dengan covid-19, karena akan menurunnya penjualan produk yang tidak terkait covid-19. Dengan berbagai kendala yang dihadapi dunia usaha selama pandemi covid-19 menjadi salah satu pemicu bagi manajemen perusahaan untuk dapat menunjukkan kinerja terbaik dari perusahaan yang dikelolanya, karena baik atau buruknya kinerja suatu perusahaan akan mempengaruhi nilai perusahaan di pasar, sehingga dapat mempengaruhi minat para investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.

Menteri perindustrian Agus Gumiwang menyebutkan bahwa sektor industri farmasi kuartal IV 2020 mengalami pertumbuhan 8.45% yang didukung oleh banyaknya permintaan domestik seperti obat-obatan, multivitamin, suplemen makanan, sabun, hand sanitizer, serta cairan disinfektan. Dari banyaknya sektor industri yang terimbas covid-19, sektor farmasi tetap memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian dengan demand yang cukup tinggi (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2021).

Saat ini manajemen laba menjadi suatu fenomena umum yang terjadi di sejumlah perusahaan, khususnya pada sektor farmasi diantaranya PT. Kimia Farma Tbk, PT. Indofarma, Tbk, PT. Pyridam Pharma, Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa praktik manajemen laba sering dilakukan. Salah satu alasan manajemen termotivasi melakukan praktik manajemen laba karena manajemen percaya bahwa akan diberi imbalan atas tindakan tersebut. PT. Kimia Farma Tbk, yang merupakan perusahaan farmasi milik pemerintah Indonesia, diperkirakan melakukan mark up laba bersih dalam laporan keuangan tahun 2001.

Dalam laporan tersebut, PT. Kimia Farma, Tbk menyebutkan berhasil memperoleh laba sebesar Rp 132 miliar. Namun, laba yang dilaporkan tersebut pada kenyataannya berbeda. Perusahaan farmasi ini pada tahun 2001 sebenarnya hanya memperoleh keuntungan sebesar Rp 99 miliar (Tempo.co-Syahrul, 2003). Kementerian BUMN dan Bapepam menganggap laba tersebut terlalu besar dan adanya unsur rekayasa.

Pada 3 Oktober 2002, PT Kimia Farma, Tbk menyajikan kembali laporan keuangan yang telah diaudit dengan laba sebesar Rp 99,56 miliar, kurang dari Rp 32,6 miliar atau 24,7% dari laba yang dilaporkan semula (Kompasiana-Wastu, 2015). Kesalahan terjadi di unit industri bahan baku yaitu overstated sales sebesar Rp 2,7 miliar, di unit pusat logistik overstated inventory sebesar Rp 23,9 miliar, dan di unit pedagang besar farmasi overstated inventory Rp 8,1 miliar dan overstated sales Rp 10,7 miliar (CNBC-Sandria, 2021).

Kasus praktik manajemen laba juga pernah terjadi pada PT. Indofarma Tbk dalam bentuk praktik perataan laba. Pada tahun 2004, Bapepam menemukan bahwa terdapat nilai barang dalam proses PT. Indofarma Tbk lebih tinggi dari nilai yang seharusnya (overstated). Akibat overstated tersebut, maka harga pokok penjualan akan understated sebesar 28,87 miliar dan laba bersih juga akan mengalami overstated dengan nilai yang sama pula (Sandria, 2021).

Kasus lainnya juga terjadi pada PT Pyridam Farma, Tbk yang ditengah pandemi covid-19, perusahaan ini menunjukkan kinerja yang positif. Penjualan bersih PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) meningkat signifikan 127% menjadi Rp 630,5 miliar di tahun 2021 dibandingkan tahun 2020 Rp 277,4 miliar. Peningkatan penjualan bersih ini jelas melebihi target perseroan di tahun 2021, yaitu meningkatkan penjualan bersih minimal 50% dari tahun sebelumnya.

Produk farmasi dan maklon menjadi kontribusi terbesar penjualan bersih PT Pyridam Farma, Tbk sebanyak 76%. Sisanya 24% berasal dari produk kesehatan. Walaupun kontribusinya belum seberapa, tetapi penjualan bersih produk kesehatan PYFA meningkat signifikan hingga 308% atau empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya (Kontan.co.id-Handoyo, 2022).

Manajemen Laba atau earning management merupakan intervensi manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan dan menurunkan pelaporan laba, dimana manajemen dapat menggunakan kelonggaran penggunaan metode akuntansi, membuat kebijakan-kebijakan (discretionary) yang dapat mempercepat atau menunda biaya-biaya dan pendapatan agar laba perusahaan lebih kecil atau lebih besar sesuai dengan yang diharapkan (Scott, 2015).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi manajemen laba dalam suatu perusahaan yakni profitabilitas, kepemilikan institusional dan financial leverage. Pemilihan ketiga variabel ini karena profitabilitas berkaitan dengan keadaan laba yang cenderung ingin diturunkan oleh perusahaan dengan memanfaatkan celah fiskal, kemudian kepemilikan institusional yang cenderung memberikan intervensi pada manajer perusahaan dan hutang yang cenderung ingin ditutupi oleh perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan investor.

Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan laba. Profitabilitas diukur menggunakan Return On Asset �karena rasio ini mampu merepresentasikan seluruh keadaan asset perusahaan dalam menghasilkan laba. Return On Asset (ROA) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi praktik manajemen laba.

Hasilnya memberikan bukti apabila kinerja perusahaan berada dalam kinerja buruk maupun kinerja yang baik, akan memicu manajer bertindak oportunis dengan menaikkan laba atau menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kondisi kinerja perusahaan tersebut (Amertha, 2013). Dalam penelitian Purnama (2017), Amertha (2013) dan Habibie & Prasetya (2022) menemukan profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Selain itu, ada juga hasil penelitian dari Wirianata (2020) dan Jumiyanti, et al., (2021) menyimpulkan praktik manajemen laba tidak dipengaruhi oleh profitabilitas.

Kepemilikan institusional merupakan institusi yang memiliki saham dalam suatu perusahaan. Institusi tersebut dapat berupa institusi pemerintah, swasta, domestik maupun asing. Seperti, perusahaan-perusahaan asuransi, dana pensiun publik dan private, investment trusts, mutual funds, dan kelompok-kelompok manajemen investasi (Kusumaningtyas, 2012). Dengan adanya saham investor institusional, pengawasan terhadap praktik manajemen laba akan lebih efektif sehingga dapat meminimalisir kerugian akibat praktik manajemen laba tersebut (Mahadewi & Krisnadewi, 2017).

Berdasarkan pernyataan diatas didukung oleh penelitian terdahulu dari Cahyani & Hendra (2020) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba. Adapun hasil penelitian dari Muqsith & Murtianingsih (2022) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.

Financial leverage adalah rasio kewajiban perusahaan terhadap asetnya. Rasio ini menunjukkan besar kecilnya aset perusahaan yang dibiayai hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor dan semakin besar pula keuntungan yang diminta investor (Horne, 2013). Hasil penelitian Agustia & Suryani (2018) menyimpulkan financial leverage berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Terdapat hasil penelitian yang berbeda dari Hanisa & Rahmi (2021) financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.

Dari berbagai penelitian sebelumnya, peneliti menemukan hasil yang berbeda dalam hal faktor-faktor yang mempengaruhi adanya praktik manajemen laba. Penelitian ini dilakukan pada periode sebelum dan selama masa pandemi covid-19 dengan sektor farmasi sebagai sampel karena menunjukkan beberapa perusahaan farmasi yang mengalami peningkatan penjualan dan ada juga yang merugi selama periode penelitian. Oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh dari ketiga variabel yang dipilih yakni profitabilitas, kepemilikan institusional dan financial leverage terhadap praktik manajemen laba di perusahaan sektor farmasi.

 

Teori Agensi

Penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori agensi yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal). Konflik ini timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Teori agensi mengasumsikan bahwa setiap individu, baik pemegang saham maupun manajer perusahaan, bertindak untuk kepentingannya sendiri. Manajer terkadang memiliki tujuan lain yang berbeda dari tujuan perusahaan untuk membangun kekayaan pemilik dan investor, yaitu tujuan mensejahterahkan diri mereka sendiri. Perilaku manajemen inilah yang menyebabkan adanya agency conflict dan menimbulkan agency cost.

Agency cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan untuk mengatur dan mengontrol tindakan manajer agar tidak bertindak sesuka hati. Agency cost adalah pemberian insentif yang sesuai kepada manajer dan biaya pemantauan untuk mencegah moral hazard, yang kemudian diidentifikasikan menjadi dua jenis biaya keagenan, yaitu yang timbul dari konflik antara investor dan manajer dan antara investor dan pemegang hutang (Jensen & Meckling, 1976). Dalam teori agensi juga dibahas mengenai asimetri informasi, manajemen memliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti kreditur dan investor. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer mempunyai akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan (Mahawyahrti & Budiasih, 2016).

Dengan demikian, teori agensi menjadi solusi karena dengan pemahaman masalah keagenan yang terjadi dalam hal perusahaan melakukan manipulasi laba maka dengan mengetahui sejauh mana profitabilitas, kepemilikan institusional dan posisi hutang yang menjadi dasar untuk manajemen akan menjadi solusi dalam menggambarkan sejauh mana perusahaan melakukan manajemen laba untuk menaikan atau menurunkan laba tersebut.

 

Teori Sinyal

Teori sinyal digunakan sebagai tindakan dari pihak manajemen untuk menyampaikan informasi kepada investor mengenai kondisi keuangan dan prospek perusahaan (Suganda, 2018). Informasi merupakan elemen penting bagi investor dan calon investor karena mengandung informasi catatan atau gambaran kondisi masa lalu, sekarang dan masa depan terkait dengan prospek bisnis perusahaan dan keadaan pasar. Sebagai alat analisis untuk keputusan investasi di pasar modal, investor membutuhkan informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu.

����������� Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori sinyal berkaitan dengan bagaimana pihak manajemen harus mengkomunikasikan sinyal (informasi) keberhasilan dan kegagalan kepada pemilik usaha. Sinyal (informasi) tersebut dapat diberikan melalui laporan keuangan perusahaan.

 

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Praktik Manajemen Laba

Profitabilitas yang diukur dengan return on asset berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba melalui pengoperasian aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba (Nilasari, 2012). Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Semakin tinggi rasio yang diperoleh maka semakin efisien manajemen aset perusahaan. Sebaliknya jika semakin rendah rasio yang diperoleh, maka mengindikasikan semakin tidak efisien manajemen aset perusahaan. Sehingga ketika rasio ini rendah para investor tidak ingin berinvestasi pada perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian ini, ditemukan hipotesis pertama:

H1: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.

 

Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Praktik Manajemen Laba

����������� Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin besar tingkat pengawasan kepada manajerial sehingga mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen. Kepemilikan institusional merupakan suatu kepemilikan berupa saham yang dimiliki oleh berbagai lembaga atau institusi, seperti perusahaan asuransi, perusahaan investasi, bank, dan institusi lainnya (Sandy & Lukviarman, 2015).

Menurut teori agensi, adanya kepemilikan institusional akan mendorong pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang digunakan untuk mendukung kinerja manajemen. Kepemilikan institusional merupakan salah satu cara untuk memonitor kinerja manajer dalam mengelola perusahaan, sehingga dengan adanya kepemilikan oleh institusi lain diharapkan bisa mengurangi perilaku manajemen laba yang dilakukan manajer. Berdasarkan uraian ini, ditemukan hipotesis kedua :

H2: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba.

 

Pengaruh Financial Leverage Terhadap Praktik Manajemen Laba

����������� Penggunaan sumber dana dengan leverage akan memiliki beban tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar, tetapi apabila leverage yang dimiliki suatu perusahaan tersebut terlalu besar dan pendapatannya tidak dapat mencukupi untuk melunasi hutang tersebut dapat mengakibatkan perusahaan kesulitan untuk membayar hutangnya dan secara tidak langsung perusahaan pun akan kehilangan profit, karena profit yang didapat digunakan untuk membayar hutang yang dimiliki perusahaan (Meidiyustiani, 2016).

Oleh karena kurangnya pengawasan yang menyebabkan leverage yang tinggi, juga akan meningkatkan tindakan oppurtunistic seperti praktik manajemen laba untuk mempertahankan kinerjanya di mata pemegang saham dan publik. Berdasarkan uraian ini, ditemukan hipotesis ketiga:

H3: Financial leverage berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2021 sesuai dengan (tabel 1). Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sesuai kriteria (tabel 2) dan diperoleh sebanyak 56 sampel penelitian.

Tabel 1 Populasi Penelitian

No

Kode

Nama Perusahaan

1

DVLA

PT. Darya Varia Laboratoria, Tbk

2

INAF

PT. Indofarma (Persero), Tbk

3

KAEF

PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

4

KLBF

PT. Kalbe Farma, Tbk

5

MERK

PT. Merck Indonesia, Tbk

6

PEHA

PT. Phapros Tbk

7

PYFA

PT. Pyridam Pharma Tbk

8

SCPI

PT. Merck Sharp Dohme Pharma, Tbk

9

SIDO

PT. Industri Jamu & Farmasi, Tbk

10

TSPC

PT. Tempo Scan Pasifik, Tbk

Sumber: www.idx.co.id, 2022

 

Tabel 2 Kriteria Pemilihan Sampel.

 

No

 

Kriteria

Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria

1.

Perusahaan Manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI periode 2015-2021.

10

2.

Perusahaan Manufaktur sub sektor farmasi yang tidak konsisten menerbitkan Laporan Keuangan Audited di BEI selama 2015-2021.

(2)

3.

Perusahaan yang mengalami defisiensi modal

(0)

 

Jumlah sampel penelitian per tahun

8

 

Jumlah sampel (8 x 7 tahun)

56

 

����������� Pengumpulan data diambil dari dokumentasi laporan keuangan perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang dapat diakses dari www.idx.co.id. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan pengujian pemilihan model regresi data panel, pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis, dan uji koefisien determinasi R2. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi linear berganda dengan bentuk persamaan sebagai berikut (Ghozali, 2018):

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε

Dimana:

Y = Praktik Manajemen Laba

α = Konstanta

β1- β3 = Koefisien Regresi

X1����� = Profitabilitas

X2����� = Kepemilikan Institusional

X3����� = Financial Leverage

������� = Error

 

Variabel Penelitian

Tabel 3: Variabel Penelitian

�Variabel���� �� �����Sub Variabel�������� ����� ���������Indikator���������������� �� �������������Skala

����������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ��Pengukuran

Independen�� Profitabilitas (X1) ������� ������������� ���Rasio

�� �������� ����������Kepemilikan�������� ����� ����Rasio

����������� ��������� Institusional (X2)

�������������������� �Financial Leverage (X3)���� �������� �Rasio

Dependen����� Manajemen Laba (Y)�� ����������DAit �= TAit � NDAit������������������������������ Nominal

����������������������������������������������������������� � 1). Nilai 0 = perataan laba

����������������������������������������������������������� � 2). Nilai + = penaikan laba

����������������������������������������������������������� � 3). Nilai - = penurunan laba

�

Keterangan Indikator Manajemen Laba :

a. DAit��� �������� :�� Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

b. NDAit ����������� :�� Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

c. TAit����� ����������� :�� Total Accruals perusahaan i pada periode ke t

d. Nit�������� ����������� :�� Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

e. CFOit� �������� :�� Arus kas operasi perusahaan i pada periode ke t

f. Ait-1���� �������� :�� Total aktiva perusahaan i pada periode ke t�-1

g. �������� :�� Perubahan penjualan bersih perusahaan i pada periode ke t

h. PPEt �� �������� :�� Aktiva tetap perusahaan i pada periode ke t

i. � �������� :�� Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t

j. α1, α2, α3 ��� :�� Parameter yang diperoleh dari persamaan regresi

j. ������� ����������� :�� error terms

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil Statistik Deskriptif

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 56 sampel yang memenuhi kriteria.

Tabel 4 : Hasil Statistik Deskriptif

 

ML

ROA

KI

DAR

 Minimum

-0.150656

-3.221371

 0.000000

 7.074004

 Maximum

 0.601014

 31.16914

 94.56829

 79.27362

 Mean

 0.005170

 9.409176

 76.64707

 35.95971

 Std. Dev.

 0.107615

 7.815622

 20.15064

 18.96352

Sumber: Pengolahan Data Eviews 9, 2023

Hasil Pengujian Pemilihan Model Regresi Data Panel

1.      Uji Chow

Tabel 5 : Uji Chow

Probability Uji Chow

Keterangan

Status

Rekomendasi

0,0479

Signifikansi Cross Section F lebih kecil dari 0,05

Gunakan Fixed Efect Model (FEM)

Pengujian dilanjutkan ke uji Hausman

Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023

Berdasarkan tabel uji chow di atas ditemukan bahwa signifikansi dari cross section F sebesar 0,0479. Nilai ini lebih besar dari nilai alpha 0,05 (5%), sehingga fixed effect model (FEM) lebih baik digunakan dibandingkan common effect model (CEM). Dengan digunakannya fixed effect model (FEM), maka perlu dilakukan pengujian selanjutnya yaitu uji hausman.

 

2.      Uji Hausman

Tabel 6 : Uji Hausman

Probability Uji Chow

Keterangan

Status

Rekomendasi

0,0437

Signifikansi Chi Square lebih kecil dari 0,05

Gunakan Fixed Efect Model (FEM)

Pengujian Regresi dilakukan dengan FEM

Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023

Berdasarkan tabel uji hausman di atas ditemukan bahwa signifikansi dari chi square sebesar 0,0437. Nilai ini lebih besar dari nilai alpha 0,05 (5%), sehingga fixed effect model (FEM) lebih baik digunakan dibandingkan random effect model (REM). Sehingga fixed effect model (FEM) digunakan untuk pengujian regresi linear berganda.

 

Hasil Pengujian Asumsi Klasik

1.      Uji Normalitas

Tabel 7 : Hasil Uji Normalitas

Nilai Jarque Bera (JB)

Nilai Probability Jarque Bera (JB)

Keterangan

Status

2,969

0,226

Nilai Probability JB > 0,05

Data Berdistribusi Normal

Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023

 

2.      Uji Autokorelasi

������ Tabel 8 : Hasil Uji Autokorelasi

Nilai Durbin Watson (DW)

Keterangan

Status

2,236

du < dw < (4-du)

Data memenuhi uji autokorelasi

Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023

 

3.      Uji Multikollinearitas

���� Tabel 9 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel

VIF

Kesimpulan

Profitabilitas (Return On Asset)

3,016

Non Multikolinearitas

Kepemilikan institusional

2,283

Non Multikolinearitas

Financial Leverage (Debt to Asset ratio)

6,127

Non Multikolinearitas

Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023

 

4.      Uji Heterokedastisitas

����� Tabel 10 Hasil Uji Heterokedastisitas

Variabel

Nilai Prob. Uji Glejser

Keterangan

Status

Profitabilitas (Return On Asset)

0,0627

Prob. > 0,05

Memenuhi Uji Heterokedastisitas

Kepemilikan institusional

0,3132

Prob. > 0,05

Financial Leverage (Debt to Asset ratio)

0,1150

Prob. > 0,05

Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023

 

Hasil Analisis Regresi Berganda

Uji regresi berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan profitabilitas, kepemilikan institusional dan financial leverage terhadap praktik manajemen laba.

Tabel 11 Model Analisis Regresi

Dependent Variable: ML?

 

 

Method: Pooled Least Squares

 

 

Date: 01/01/23�� Time: 18:22

 

 

Sample: 1 7

 

 

 

Included observations: 7

 

 

Cross-sections included: 8

 

 

Total pool (balanced) observations: 56

 

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Variable

 

Coefficient

 

Std. Error

 

t-Statistic

 

Prob.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C

-0.036611

0.069081

-0.529971

0.5987

ROA?

0.012966

0.004299

3.016194

0.0042

KI?

-0.001246

0.000509

-2.447995

0.0183

DAR?

0.000425

0.001786

0.237921

0.8130

Fixed Effects (Cross)

 

 

 

 

_DVLA--C

-0.007403

 

 

 

_INAF--C

0.117157

 

 

 

_KAEF--C

0.148849

 

 

 

_KLBF--C

-0.079019

 

 

 

_MERK--C

-0.056413

 

 

 

_PYFA--C

0.032314

 

 

 

_SIDO--C

-0.174106

 

 

 

_TSPC--C

0.018622

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Effects Specification

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Cross-section fixed (dummy variables)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

R-squared

0.412660

    Mean dependent var

0.005170

Adjusted R-squared

0.282139

    S.D. dependent var

0.107615

S.E. of regression

0.091179

    Akaike info criterion

-1.777818

Sum squared resid

0.374112

    Schwarz criterion

-1.379981

Log likelihood

60.77892

    Hannan-Quinn criter.

-1.623578

F-statistic

3.161655

    Durbin-Watson stat

2.236979

Prob(F-statistic)

0.003825

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Pengolahan Data E-Views 9, 2023

 

Berdasarkan hasil analisis menggunakan bantuan program e-views 9 di atas maka diperoleh model regresi sebagai berikut:

Y = -0,0366 + 0,0129X1 - 0,0012X2 + 0,0004X3 + e

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda di atas maka interpretasinya sebagai berikut ini:

1.                  Konstanta sebesar -0,0366 (α=-0,0366)

Nilai tersebut merupakan nilai tetap praktik manajemen laba yang diamati selama periode penelitian tahun 2015-2021 apabila tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas (return on asset), kepemilikan institusional, dan financial leverage (debt to asset ratio).

 

2.                  Unstandardized Coefficients 0,0129 (β1 = 0,0129)

Koefisien regresi variabel profitabilitas (return on asset) menunjukan bahwa setiap perubahan profitabilitas (return on asset) sebesar 1% maka praktik manajemen laba akan mengalami peningkatan sebesar 0,0129%. Dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan (tetap).

3.                  Unstandardized Coefficients -0,0012 (β2 = -0,0012)

Koefisien regresi variabel kepemilikan institusional menunjukan bahwa setiap perubahan kepemilikan institusional sebesar 1% maka praktik manajemen laba akan mengalami penurunan sebesar 0,0012%. Dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan (tetap).

4.                  Unstandardized Coefficients 0,0004 (β3 = 0,0004)

Koefisien regresi variabel financial leverage (debt to asset ratio) menunjukan bahwa setiap perubahan pada variabel financial leverage (debt to asset ratio) sebesar 1%, maka praktik manajemen laba akan mengalami peningkatan sebesar 0,0004%. Dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan (tetap).

 

 

 

 

Hasil Uji Hipotesis (Uji T)

Tabel 12 Hasil Uji T

Model

Nilai Koefisien

(t-Hitung)

Signifikansi

tTabel

(Constant)

-0.529971

0.5987

 

Profitabilitas (Return On Asset)

3.016194

0.0042

2,007

Kepemilikan institusional

-2.447995

0.0183

2,007

Financial Leverage (Debt to Asset ratio)

0.237921

0.8130

2,007

Sumber: Pengolahan Data Eviews 9, 2023

 

Pembahasan

Pengaruh Profitabilitas (Return 0n Asset) Terhadap Praktik Manajemen Laba

Berdasarkan analisis pada tabel 12 diperoleh nilai thitung untuk variabel profitabilitas (return on asset) sebesar 3,016 yang lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2,007 (3,016 > 2,007). Nilai probability value (p-value) profitabilitas (return on asset) lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,0042 < 0,05) dengan nilai koefisien regresi yakni positif dapat dinyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba, maka H01 dan Ha1 ditolak dimana profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.

Untuk kepentingan manajemen, besar kecilnya rasio profitabilitas mencerminkan kinerja perusahaan sehingga para investor atau calon investor dapat menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Sehingga, semakin tinggi profitabilitas maka praktik manajemen laba juga akan meningkat. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan perolehan laba yang besar akan mencoba untuk tetap mempertahankan laba periode saat ini dibanding periode sebelumnya dengan begitu akan memberikan sinyal yang positif untuk para investor atau calon investor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yakni Purnama (2017), Amertha (2013) dan Habibie & Prasetya (2022) namun bertolak belakang dengan penelitan dari Wirianata (2020) dan Jumiyanti, et al., (2022).

 

Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Praktik Manajemen Laba

Berdasarkan analisis pada tabel 12 diperoleh nilai thitung untuk variabel kepemilikan institusional sebesar -2,447 yang lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2,026 (2,447 > 2,026). Nilai probability value (p-value) kepemilikan institusional lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,0183 < 0,05) dengan nilai koefisien regresi yakni negatif, maka H01 ditolak dan Ha1 diterima, artinya kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.

Nilai koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa kepemilikan institusional mempunyai hubungan yang tidak searah dengan praktik manajemen laba. Dengan kata lain bahwa semakin besar kepemilikan institusional maka praktik manajemen laba akan mengalami penurunan karena pihak pemilik institusional cenderung melakukan pengawasan sesuai dengan prinsip good corporate governance dalam rangka menjaga citra perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yakni Cahyani & Hendra (2020) namun bertolak belakang dengan penelitian dari Muqsith & Murtianingsih (2022).

 

Pengaruh Financial Leverage (Debt to Asset Ratio) Terhadap Praktik Manajemen Laba

Berdasarkan analisis pada tabel 12 diperoleh nilai thitung untuk variabel financial leverage (debt to asset ratio) sebesar 0,237 yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2,007 (0,237 < 2,007). Nilai probability value (p-value) financial leverage (debt to asset ratio) lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,8130 > 0,05) dengan nilai koefisien regresi yakni positif, maka H01 ditolak dan Ha1 diterima, artinya financial leverage (debt to asset ratio) berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Nilai koefisien regresi positif menunjukkan bahwa financial leverage (debt to asset ratio) mempunyai hubungan yang searah dengan praktik manajemen laba.

Dengan kata lain bahwa semakin besar nilai financial leverage (debt to asset ratio) maka nilai praktik manajemen laba akan mengalami peningkatan, karena hutang sebagai aspek yang mampu mengurangi keuntungan dan cenderung membuat stigma negatif pada investor sehingga dengan adanya laba yang besar akan cenderung membuat investor tertarik pada perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yakni Agustia & Suryani (2018) namun bertolak belakang dengan penelitian dari Rahmi & Hanisa (2021).

 

KESIMPULAN

������ Profitabilitas (return on asset) berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba, terjadi karena manajemen perusahaan cenderung ingin memperoleh bonus yang lebih besar dari pemilik perusahaan dengan meningkatkan capaian laba dari tahun ke tahun.

Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba, karena pihak pemilik institusional cenderung melakukan pengawasan sesuai dengan prinsip good corporate governance dalam rangka menjaga citra perusahaan. Financial Leverage (debt to asset ratio) berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba, karena hutang sebagai aspek yang mampu mengurangi keuntungan dan cenderung membuat stigma negatif pada investor sehingga dengan adanya laba yang besar akan cenderung membuat investor tertarik pada perusahaan.

����������� Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba seperti ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, dan lainnya serta dapat menambah sampel dengan mengambil sektor-sektor lain. Dari hasil penelitian ini, diharapkan perusahaan dapat terus mengupayakan adanya peningkatan laba dengan memproduksi produk yang benar-benar diterima di masyarakat serta menekan berbagai biaya yang tidak begitu penting atau dampaknya kurang optimal dalam penjualan produk.

����������� Hal ini tentunya akan berdampak pada peningkatan laba yang benar-benar sesuai dengan harapan, sehingga manajemen laba tidak dilakukan oleh manajemen untuk tujuan tertentu dalam perusahaan. Dapat mengoptimalkan peran dari good governance perusahaan sebagai bentuk pengawasan terhadap pemilik saham institusional yang akan membuat suatu intervensi kepada manajemen perusahaan terutama dalam langkah untuk penghindaran pajak melalui laporan keuangan fiskal maupun laporan keuangan untuk kepentingan komersial, mengatur dan memanajemen penggunaan hutang yakni dengan mengoptimalkan operasional lain yang menimbulkan biaya karena penggunaan hutang akan menimbulkan biaya bunga yang besar.

����������� Selain itu perusahaan harus mampu mengambil suatu kebijakan untuk menahan sebagian dividen untuk ekspansi dan pengembangan perusahaan kedepannya. Serta, manajemen harus lebih direktif dalam pengambilan keputusan sehingga berbagai fenomena mengenai perusahaan akan dapat diatasi dengan baik tanpa harus melakukan upaya manajemen laba karena manajemen laba yang menjadi solusi dalam memperindah (window dressing) pada laporan keuangan akan memperburuk citra perusahaan jika hal ini diketahui atau dapat dideteksi oleh calon-calon investor.

 

BIBLIOGRAFI

 

Agustia, Y .P., & Suryani, E. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016). Jurnal Akuntansi Riset, 10(1), 63-74.

 

Cahyani, D., & Hendra, K. (2020). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Tax Planning Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 11(2), 30-44.

 

Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

 

Habibie, S .Y., & Prasetya, M.T. (2022). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2016-2020). Diponegoro Journal Of Accounting, 11(1), 1-14.

 

Handoyo. (2022, Mei 10). Penjualan Pyridam Farma dan Entitas Naik 127% di Tahun 2021. www.kontan.co.id: https://investasi.kontan.co.id/news/penjualan-pyridam-farma-dan-entitas-naik-127-di-tahun-2021

 

Hanisa, F., & Rahmi, E. (2021). Pengaruh Financial Leverage, Kualitas Audit dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ecogen, 4(2), 317-326.

 

Horne, V. J. C., & Wachowicz, J. M. (2013). Fundamentals of Financial Management. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.

 

Jensen, M.C., & Meckling, W.H. (1976). Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal Of Finance Economics, 3(4), 305-360.

 

Jumiyanti, T., Pratiwi, D. N., & Sumadi. (2021). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2016-2019). Jurnal Akuntansi dan Pajak, 22(1), 336-345.

 

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (2021, Februari 8). Sektor Manufaktur Bertahan dan Tumbuh Saat Dihantam Pandemi. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia: https://www.kemenperin.go.id/artikel/22283/Sektor-Manufaktur-Bertahan-dan-Tumbuh-Saat-Dihantam-Pandemi.

 

Kusumaningtyas, M. (2012). Pengaruh Independensi Komite Audit dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba, Jurnal Garba Rujukan Digital 9(1), ISSN 1411-1497.

 

Mahadewi, A. A. I. S., & Krisnadewi, K. A. (2017). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Institusional dan Proporsi Dewan Komisaris Independen Pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(1), 443-470.

 

Mahawyahrti, P. T., & Budiasih, I. G. A. N. (2016). Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Pada Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi & Bisnis, 2(2), 100-110.

 

Meidiyustiani, R. (2016). Pengaruh Modal Kerja, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan dan Likiuditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2010-2014. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 5(2), 161-179.

 

Muqsith, N. A., & Murtianingsih. (2022). The The Effect Of Institusional Ownership, Leverage, and Firm Size On Earnings Management. International Journal of Educational Research & Social Science, 3(2), 778-790.

 

Nilasari, M. P. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia 2006-2010. Skripsi. STIE Perbanas Surabaya.

 

Purnama, D. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba. JRKA, 3(1), 1-14.

 

Sandria, F. (2021, July 27). Deretan Skandal Lapkeu di Pasar Saham RI, Indofarma-Hanson! CNBC Indonesia.com: https://www.cnbcindonesia.com/market/20210726191301-17-263827/deretan-skandal-lapkeu-di-pasar-saham-ri-indofarma-hanson

 

Sandy, S., & Lukviarman, N. (2015). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 19(2), 85-98.

 

Scott, W. R., (2015). Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Canada Prentice Hall.

 

Suganda, T. R. (2018). Event Study: Teori dan Pembahasan Reaksi Pasar Modal Indonesia. Malang: CV Seribu Bintang.

 

Syahrul, Y. (2003, Desember 8). Bapepam : Kasus Kimia Farma Merupakan Tindak Pidana. tempo.co: https://bisnis.tempo.co/read/33339/bapepam-kasus-kimia-farma-merupakan-tindak-pidana

 

Wastu, R. (2015, April 17). Kasus Kimia Farma (Etika Bisnis). https://www.kompasiana.com/www.bobotoh_pas20.com/5535b4d46ea8349b26da42eb/kasus-kimia-farma-etika-bisnis

 

Wirianata, H. (2020). Analysis Of Factors Affecting Earnings Management Moderated by Institusional Ownership. Jurnal Akuntansi, 24(1), 1-20.

 

Copyright holder:

Cindy Olivia Tanisia, Jenny Morasa, Heince R. N Wokas (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: