Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 10, Oktober 2023
Analisis Pembelajaran Daring Mata Kuliah
Praktek Dengan Uji T Berpasangan
Dan Matriks Ipa
Ernawati
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Walisongo Semarang
Email: [email protected]
Abstrak
Pembelajaran secara daring menjadi alternatif pembelajaran, terlebih di masa pandemi yang terjadi awal tahun 2020. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penyebaran Covid-19 dengan pembatasan fisik yang menimbulkan potensi interaksi langsung. Demikian pula dengan UIN Walisongo Semarang, juga menerapkan
pembelajaran daring. Bagi beberapa
program studi yang didominasi
oleh mata kuliah yang bersifat teori ataupun materi, tentu tidak sulit
untuk melakukan adaptasi. Tetapi sebaliknya, bagi program studi dengan mata
kuliah praktikum tentu butuh penyesuaian,
misalnya prodi Ilmu Seni Arsitektur Islam
(ISAI). Berdasarkan latar belakang tersebut, dengan menggunakan uji t berpasangan untuk mengetahui perbedaan antara harapan dan kenyataan pembelajaran daring dan
persepsi mahasiswa ISAI terhadap pembelajaran daring dengan menggunakan matriks IPA (Importance Performannce
Analysis), maka diambil sampel secara Random sebanyak 31 mahasiswa. Persepsi kepuasan mahasiswa diukur dengan merujuk lima dimensi servqual (Empathy,
Assurance, Responsiveness, Reliability, Tangibles). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara harapan (importance) dan persepsi kenyataan (performance) mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilihat
dari hasil uji t berpasangan dengan nilai sig 0,000 < 0,05 dan juga t_hitung=11,396>t_(0,05;17)=2,109. Adapun beberapa indikator yang ada di Kuadran I matriks IPA harus mendapat perhatian karena pada indikator tersebut kepuasaan mahasiswa masih rendah, antara
lain: perhatian dosen kepada mahasiswa (item P1), respon dosen terhadap
kesulitan mahasiswa (item
P9), dan kehandalan dosen dalam pembelajaran online (item
P13). Oleh karena itu, persepsi kualitas pembelajaran online mahasiswa
pada mata kuliah praktek di Prodi ISAI dapat diperbaiki dengan memperbaiki perhatian, respon, dan kehandalan dosen.
Kata kunci: Kata Daring, Matriks
IPA, Pembelajaran, Dimensi Servqual, Uji T Berpasangan.
Abstract
Online
learning is an alternative to classroom learning, especially during the
pandemic that occurred in early 2020. With physical distancing that allow for
direct interaction, to stop the transmission of COVID-19. Online learning is
used in UIN Walisongo Semarang. It is undoubtedly not
difficult to adapt to some study programs that are dominated by theoretical or
material courses. On the other hand, changes are required for study programs
that include practical courses, the following in the Study Program of Ilmu Seni dan Arsitektur Islam
(ISAI). According to the background, a paired t-test will be used to compare
the performance and importance for implementing online learning, as well as
ISAI students' impressions of online learning using the IPA (Importance
Performance Analysis) matrix. 31 students were chosen at random for the sample.
Using five service dimensions, perceptions of student satisfaction are assessed
(Empathy, Assurance, Responsiveness, Reliability, Tangibles). The results
showed that there was a difference between the importance and performance of
students on the quality of online learning. The outcomes of the paired t test
with a sig value of 0,000<0,05 and also t_hitung=11,396>t_(0,05;17)=2,109. There are several indicators at Quadrant I
of IPA matrix that must receive attention because the student satisfaction is
still low, including: attention from lecturers to students (item P1);
lecturers' responses to student difficulties (item P9); and reliability of
lecturers in online learning (item P13). Therefore, the perception of the
quality of students' online learning can be improved by improving the
attention, responsiveness, and reliability of lecturers.
Keywords: Online,
IPA Matrix, Learning, Servqual Dimension, Paired
t-test.
Pendahuluan
Antara tahun
2020 sampai awal tahun 2022, penyebaran Covid-19 (Corona of Virus Desease)
masih terjadi begitu cepat di berbagai negara. Hal ini tentu mendapat perhatian
serius dari berbagai pihak. Peningkatan jumlah korban penderita Covid-19,
bahkan angka kematian semakin meningkat dari hari ke hari menjadikan Badan
Kesehatan Dunia, atau WHO merekomendasikan beberapa langkah cepat dan tepat (Adiyanta,
2020). Salah
satunya untuk menekan laju penyebaran Covid-19 yaitu dengan menghentikan
sementara kegiatan-kegiatan yang berpotensi mengumpulkan massa. Hal inilah yang
menjadi dasar beberapa negara menerapkan kebijakan lockdown ataupun PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar).
Indonesia
mengkonfirmasi adanya penyebaran Covid-19 pada awal Maret 2020, dan tingkat
penyebarannya semakin meluas ke seluruh Indonesia. Pemerintah Indonesia
mengambil beberapa kebijakan untuk meminimalkan persebaran Covid-19. Salah
satunya adalah penarapan physical distancing atau menjaga jarak dan pembatasan
fisik dengan orang lain. Berbagai sektor pun menyesuiakan dengan kebijakan
pemerintah tersebut, misalnya dengan kebijakan work from home (WFH) atau
bekerja dari rumah, pengurangan jumlah penumpang pada sektor transportasi,
kebijakan belajar dari rumah, dan sebagainya.
Dalam sektor
pendidikan pun melakukan langkah progressif dalam menanggulangi penyebaran
Covid-19. Hal ini dapat dilihat dari terbitnya surat edaran No 1 Tahun 2020
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan
Tinggi tentang pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di
perguruan tinggi. Edaran tersebut sebagai instruksi pemerintah kepada perguruan
tinggi untuk melakukan pembelajaran jarak jauh dan menghimbau kepada siswa
maupun mahasiswa untuk belajar dari rumah.
Instruksi tersebut dengan sigap
ditanggapi oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia, termasuk salah satunya
adalah UIN Walisongo Semarang yang menerbitkan Surat Edaran Rektor perihal
pengaturan kegiatan pelayanan dan kegiatan akademik dalam pencegahan penyebaran
Covid-19. Dalam surat tersebut, salah satu isinya adalah himbauan agar civitas
akademik UIN Walisongo melaksanakan melaksanakan kegiatan pembelajaran jarak
jauh atau secara daring.
Pembelajaran
secara daring menjadi alternatif pembelajaran secara langsung atau tatap muka.
Terlebih di masa pandemi, untuk mengurangi penyebaran Covid-19 memang harus ada
pembatasan sosial atau pembatasan fisik yang menimbulkan potensi interaksi
langsung, baik antar mahasiswa maupun antara mahasiswa dan dosen (Kadir
& Idrus, 2021);(Nuzuli, 2020).
Pembelajaran daring biasanya erat kaitannya dengan jenis interaksi pembelajaran
yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas,
fleksibilitas, dan komunikasi interaktif (Moore, Dickson-Deane, & Galyen,
2011).
Berdasarkan
kenyataan tersebut, pembelajaran daring tentu membutuhkan dukungan teknologi yang memadai misalnya ketersediaan sinyal maupun dukungan
perangkat-perangkat mobile seperti
telepon pintar
(smartphone), tablet, komputer dan laptop. Kontribusi dan peran penggunaan teknologi mobile
sangat besar untuk tercapainya tujuan pembelajaran daring (Korucu &
Alkan, 2011).
Perubahan metode pembelajaran yang semula dengan langsung bertatap muka di kelas menjadi pembelajaran
daring tentu membutuhkan beberapa langkah adaptif (Lubis,
2020). Dalam pelaksanaannya,
tidak sedikit pembelajaran daring menemui beberapa kendala, misalnya kondisi sinyal internet, jumlah kuota yang digunakan, penjelasan dari guru atau dosen yang belum dipahami, tugas yang lebih banyak dan waktu pertemuan yang lebih singkat membuat mahasiswa harus mempersiapkan semuanya dengan baik (Sanjaya,
2020).
Idealnya metode pembelajaran dalam jaringan (daring) harus diimbangi dengan kesiapan, baik infrastruktur yang mendukung maupun sumber daya
manusia (Wulandari,
2020). Dengan demikian, kesenjangan dalam pelaksanaan pembelajaran daring dapat diminimalkan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pada masa pandemi, pembelajaran secara daring dianggap sebagai solusi terbaik bagi beberapa penyedia
jasa pendidikan, baik dari tingkat
dasar maupun perguruan tinggi (Muhit
& Maulana, 2022).
Demikian pula dengan
UIN Walisongo Semarang juga menjalankan
pembelajaran online secara penuh sejak awal
pandemi sampai pertengahan semester genap
2021/2022. Bagi beberapa program studi
yang didominasi oleh mata kuliah yang bersifat teori ataupun materi,
tentu tidak sulit untuk melakukan
adaptasi. Tetapi sebaliknya, bagi program studi dengan mata
kuliah praktikum tentu butuh penyesuaian
dalam pelaksanaan pembelajaran. Tidak terkecuali prodi Ilmu Seni Arsitektur Islam (ISAI), yang melaksanakan
perkuliahan daring untuk mata kuliah praktikum
maupun mata kuliah teori.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa ISAI terhadap kuliah online atau pembelajaran daring khususnya untuk mata kuliah
praktikum dengan menggunakan matriks IPA
(Importance Performannce Analysis) dan mengetahui perbedaan antara harapan dan kenyataan pelaksanaan pembelajaran daring di ISAI dengan
uji t berpasangan. Dari hasil
penelitian tersebut, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam melaksanaan pembelajaran daring di ISAI.
Metode Penelitian
Data yang digunakan adalah data primer dari hasil survei
online melalui googleform.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Ilmu Seni dan Arsitektur Islam
(ISAI) UIN Walisongo Semarang angkatan
2021. Adapun metode pengambilan
survei menggunakan Simple
Radom Sampling (SRS) dengan jumlah
responden sebanyak 31 orang
(sekitar 20% dari populasi). Adapun responden diambil dari mahasiswa
semester 2 yang diambil secara
acak dari mahasiswa prodi ISAI angkatan 2021.
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi
mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran online khususya mata kuliah
praktek dengan merujuk lima dimensi servqual (Empathy, Assurance, Responsiveness, Reliability,
Tangibles). Dimensi tersebut
sebelumnya telah didefinisikan dan diteliti oleh (Stodnick & Rogers, 2008), kemudian
pada penelitian ini, atribut pada dimensi disesuiakan secara kontekstual untuk menyesuaikan konteks pertanyaan dalam penelitian.
Variabel ini diukur dari
persepsi mahasiswa melalui kuisioner yang berisi 18 atribut/pertanyaan dengan pengukuran berdasarkan persepsi mahasiwa terhadap kualitas pembelajaran online dengan skala likert dari
skala angka 1 sampai 5. Penggunaan skala likert mampu
mengukur persepsi seseorang terkait kejadian atau gejala
sosial. Adapun blueprint untuk
mengukur persepsi kualitas online dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1
Blueprint Variabel Kualitas
Dimensi |
No. Soal |
Indikator |
Empathy |
P1 |
Dosen benar-benar memberi
perhatian kepada mahasiswa selama pembelajaran online |
P2 |
Dosen memahami kesulitan
mahasiswa dalam proses pembelajaran online |
|
P3 |
Dosen menanamkan kepentingan
jangka panjang untuk mahasiswa agar mengikuti pembelajaran online |
|
P4 |
Dosen mendorong dan
memotivasi mahasiswa agar mengikuti�
dan memaksimalkan proses pembelajaran�
dalam� pembelajaran online |
|
Assurance |
P5 |
Dosen mengajar sesuai
bidangnya |
P6 |
Dosen bersikap adil dan
tidak memihak dalam penilaian |
|
P7 |
Dosen menjawab pertanyaan
mahasiswa dengan teliti |
|
P8 |
Dosen menguasai materi yang
diajarkan |
|
Responsiveness |
P9 |
Dosen merespon dengan cepat
dan efisien tentang kesulitan mahasiswa selama belajar online |
P10 |
Dosen mampu beradaptasi dari
pembelajaran konvensional ke pembelajaran online |
|
P11 |
Dosen menyambut pertanyaan
dan komentar mahasiswa |
|
Reliability |
P12 |
Dosen konsisten memberikan
kuliah dengan baik |
P13 |
Dosen handal dalam mengelola
kelas saat pembelajaran onlilne |
|
P14 |
Dosen handal dalam
beradaptasi menggunakan platform (media) pembelajaran online |
|
Tangibles |
P15 |
Penggunaan alat bantu
interaktif untuk pembelajaran online modern dan mutakhir |
P16 |
Kemudahan akses dan koneksi
platform (media) membantu dalam pembelajaran online |
|
P17 |
Pemilihan platform (media)
pembelajaran online dapat diikuti
mahasiswa |
|
P18 |
Pemilihan platform (media)
tidak atau jarang ada gangguan yang menganggu proses pembelajaran online. |
Tahapan yang harus dilakukan
sebelum menyebarkan kuisioner yaitu memastikan bahwa kuisioner yang dibuat
sudah layak (uji validitas) dan sudah konsisten (uji reliabilitas) digunakan
untuk mengukur persepsi mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran online. Uji
validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur (instrument)
mengukur apa yang seharusnya diukur (Ghiselli, 1981).
Sedangkan uji reliabilitas
untuk mengetahui sejauh mana alat ukur (instrument) dapat
dihandalkan atau dengan kata lain hasil pengukuran tetap konsisten walaupun
dilakukan beberapa kali pengukuran (Notoatmodjo, 2015). Adapun pengolahan data
dari uji validitas menggunakan Bivariate
Correlation, sedangkan uji reliabilitas menggunakan nilai Cronbach�s Alpha.
Pengambilan
kesimpulan pada uji validitas yaitu apabila nilai�
r_(tabel(α;df=n-2)) maka item pertanyaan
dikatakan tidak valid (Sugiyono, 2013).
Dengan banyak sampel 31 dan α (5%) maka
diperoleh nilai r_(tabel(0,05;29))=0,367 dan selanjutnya dibandingkan dengan
hasil Bivariate Correlation. Adapun hasil uji validitas menyatakan bahwa semua
item pertanyaan untuk tingkat harapan dan tingkat kenyataan persepsi kualitas
pembelajaran online sudah valid karena nilai r_hitung>0,367. Adapun hasil
pengolahan Bivariate Correlation dengan software SPSS disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Uji Validitas Tingkat Harapan dan Tingkat
Kenyataan
No.
Soal |
Total
Correlation Tingkat Harapan |
Total
Correlation Tingkat
Kenyataan |
P1 |
0,635 |
0,848 |
P2 |
0,565 |
0,504 |
P3 |
0,489 |
0,423 |
P4 |
0,412 |
0,432 |
P5 |
0,668 |
0,398 |
P6 |
0,792 |
0,496 |
P7 |
0,584 |
0,696 |
P8 |
0,646 |
0,396 |
P9 |
0,592 |
0,685 |
P10 |
0,802 |
0,642 |
P11 |
0,711 |
0,603 |
P12 |
0,665 |
0,834 |
P13 |
0,677 |
0,751 |
P14 |
0,754 |
0,654 |
P15 |
0,734 |
0,641 |
P16 |
0,689 |
0,489 |
P17 |
0,671 |
0,384 |
P18 |
0,761 |
0,465 |
Setelah dilakukan uji
validitas, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji reliabilitas. Jika
sebelumnya terdapat item yang tidak valid, maka tidak disertakan dalam uji
reliabilitas. Pada uji validitas di atas, 18 item tersebut sudah valid. Adapun
data dikatakan sudah reliabel jika nilai Cronbach�s Alpha > 0,70. (Priyatno,
2010). Berdasarkan output SPSS diperoleh hasil pada Tabel 3 dengan kesimpulan
bahwa item tersebut sudah reliabel.
Tabel 3 Uji Reliabilitas Tingkat Harapan dan Tingkat
Kenyataan
Nilai |
Cronbach's Alpha |
Tingkat Harapan |
0,922 |
Tingkat Kenyataan |
0,881 |
Setelah dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas, maka pada pengolahan hasil dilakukan analisis
uji t-berpasangan dan Matirks IPA. Uji t berpasangan (paired t-test) bertujuan
untuk menguji hipotesis dua pasang data yang berpasangan. Data berpasangan atau
tidak bebas berarti berasal dari individu/subjek yang sama. Meskipun dari
individu yang sama tetapi data yang diperoleh tetap 2 macam yaitu dari pelakuan
pertama (bisa berupa control atau tidak memberikan perlakuan sama sekali
terhadap objek penelitian), dan perlakuan kedua (Kurniawan, 2008).
Adapun secara matematis
penulisan hipotesis.
Atau
Dengan D menunjukkan selisih
atau beda (Difference).
Statistik uji
Daerah Kritis :
Tolak
Jika
Dalam penelitian ini ingin
dibandingkan persepsi kepuasan mahasiswa (kenyatan) dan harapan dalam
pembelajaran online mata kuliah praktek prodi ISAI. Adapun Matriks IPA
(Importance Performance Analysis) merupakan teknik yang pertama kali
dipublikasikan pada Journal of Marketing oleh Martilla dan James pada tahun
1977 (Tjiptono & Chandra, 2016).�
Pada penelitian ini, responden menilai tingkat kepentingan dan kinerja
perkuliahan online, yang mana sumbu X menunjukkan rata-rata nilai persepsi
kenyataan kinerja (Performance) dan sumbu Y menunjukkan rata-rata nilai harapan
atau kepentingan (Importance).
Kuadran I Prioritas Utama (Concentrate
Here) |
Kuadran II Pertahankan Prestasi (Keep Up The
Good Work) |
Kuadran III Prioritas Rendah (Low
Priority) |
Kuadran IV Berlebihan (Possible
Overkill) |
��Matriks IPA
Hasil dan Pembahasan
Uji Perbedaan
Persepsi kualitas pembelajaran online yang diukur melalui dimensi
servqual (Empathy, Assurance, Responsiveness, Reliability, Tangibles) dengan 18
item pertanyaan menghasilkan nilai skor pada masing-masing dimensi. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara
kenyataan kinerja
(performance) dan harapan (importance) digunakan analisis uji t berpasangan atau paired samples
test. Sebelum melakukan analisis uji t berpasangan, maka terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi distribusi normal karena metode uji t berpasangan termasuk analisis parametrik sehingga asumsi ini harus
terpenuhi.
Tabel 4 di bawah merupakan output uji normalitas dengan Shapiro Wilk dikarenakan banyak nya sampel data 18, maka jika (n < 50) maka disarankan menggunakan uji ini. (Shapiro,
Wilk, & Chen, 1968). Berdasarkan output tersebut bahwa nilai sig untuk data tingkat harapan yaitu�� sig.0,780>
α (0,05), dan untuk data tingkat
kenyataan yaitu
sig.0,941> α (0,05) sehingga kedua data berdistribusi normal.
Hal ini juga sejalan jika dibandingkan dengan Wilk_(tabel(0,05;18))=0,897, maka W hitung 0,969 > 0,897 dan 0,979 > 0,897, maka data tingkat harapan (Importance) dan tingkat kenyataan (Performance) berdistribusi
normal. Selanjutnya dilakukan
uji t berpasangan karena asumsi normalitas sudah terpenuhi.
Tabel 4 Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Nilai |
Statistic |
df |
Sig. |
Tingkat Harapan (Importance) |
0,969 |
18 |
0,780 |
Tingkat Kenyataan (Performance) |
0,979 |
18 |
0,941 |
Setelah dilakukan uji normalitas dan hasilnya bahwa data memenuhi asumsi
normalitas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji komparatif untuk
mengetahui apakah rata-rata tingkat harapan (importance) dan tingkat kenyataan
(performance) sama atau berbeda. Oleh karena itu, dilakukan prosedur pengujian
hipotesis uji �t sebgai berikut.
Hipotesis
H_0� :μ_1=μ_2 (Rata-rata skor tingkat
harapan (importance) dan tingkat kenyataan (performance) adalah sama)
H_1� :μ_1≠μ_2 (Rata-rata skor
tingkat harapan (importance) dan tingkat kenyataan (performance) berbeda)
Taraf
Siginifkansi (α)=5%=0,05.
Daerah Kritis
:
Tolak H_0� jika Sig.<α(0,05) atau
Tolak H_0� Jika t_hit<- t_(α/2,n_1+n_2-2) atau
t_hit>t_(α/2,n_1+n_2-2)
Keputusan :
Keputusan
dapat diketahui dari output SPSS pada Tabel 5 berikut melalui niali t hitung
dan niali signifikansi.
Tabel 5 Output SPSS
uji t berpasangan
Pair 1 |
t |
df |
Sig
(2-tailed) |
Importance-Performance
|
11,396 |
17 |
0,000 |
Berdasarkan hasil output uji t
berpasangan (t-test paired) pada Tabel 5 diperoleh nilai sig 0,000 sehingga
sig.< α (0,05), maka Hal ini juga sejalan dengan hasil pengujian t
dengann nilai t_hitung=11,396>t_(0,05;17)=2,109. Berdasarkan pengujian
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan antara harapan mahasiswa
terhadap kualitas online
dan kenyataan pelaksanaan kualitas online.
Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan antara harapan (importance) dan persepsi
kenyataan (performance) mahasiswa
terhadap kualitas pembelajaran online khususya mata kuliah praktek.
Jika dilihat dari rata-rata
skor persepsi kepuasan maka terdapat
selisih antara rata-rata harapan (importance) dan kenyataan
(performance) yaitu sebesar
0,4611. Masing-masing nilai rata-rata tersebut ditampilkan pada Tabel 6
berikut.
Tabel 6
Nilai Rata-Rata Skor
|
Mean |
N |
|
Pair 1 |
Importance |
3.3644 |
18 |
Performance |
2.9033 |
18 |
Matriks IPA pada Pembelajaran Online
Dalam penelitian ini akan dibandingkan
antara harapan dan kenyataan terkait pembelajaran online untuk
memperoleh nilai kesenjangan (gap). Nilai kesenjangan
diperoleh dari selisih antara persepsi kenyataan dan harapan mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran online. Berdasarkan hasil di Tabel 7 diketahui bahwa nilai kesenjangan
yang diperoleh bertanda negatif (nilainya minus), hal ini berarti
terjadi kesenjangan atau selisih antaa
kenyataan dan harapan.
Tabel 7 Perhitungan Nilai Kesenjangan
No. Soal |
Rata-Rata Harapan |
Rata-Rata Kenyatan |
Kesenjangan (Kenyataan-Harapan) |
P1 |
3,48 |
2,74 |
-0,74 |
P2 |
3,32 |
2,68 |
-0,64 |
P3 |
3,29 |
2,84 |
-0,45 |
P4 |
3,39 |
3,03 |
-0,36 |
P5 |
3,55 |
3,19 |
-0,36 |
P6 |
3,42 |
3,10 |
-0,32 |
P7 |
3,39 |
3,00 |
-0,39 |
P8 |
3,58 |
3,26 |
-0,32 |
P9 |
3,42 |
2,84 |
-0,58 |
P10 |
3,19 |
2,87 |
-0,32 |
P11 |
3,35 |
3,16 |
-0,19 |
P12 |
3,45 |
2,94 |
-0,51 |
P13 |
3,42 |
2,65 |
-0,77 |
P14 |
3,35 |
2,90 |
-0,45 |
P15 |
3,32 |
2,90 |
-0,42 |
P16 |
3,29 |
2,81 |
-0,48 |
P17 |
3,16 |
2,90 |
-0,26 |
P18 |
3,19 |
2,45 |
-0,74 |
Selanjutnya, dengan
menggunakan nilai rata-rata
harapan dan kenyataan pada
Tabel 7 akan dibuat diagram
Matriks IPA. Pada diagram ini
data dipetakan ke diagram kartesius dengan sumbu X menunjukkan rata-rata nilai persepsi kenyataan (Performance) dan sumbu
Y menunjukkan rata-rata nilai
harapan (Importance). Hasil matriks
IPA disajikan pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1 Diagram Matriks IPA Persepsi Kualitas Kuliah Online
Gambar 1 di atas merupakan diagram
kartesius yang menunjukkan matriks IPA (Importance Performannce Analysis) dari
kualitas pembelajaran online pada masa pandemi mata kuliah praktek di Prodi
ISAI. Berdasarkan matriks tersebut dapat dilihat bahwa pada kuadran I terdapat
3 atribut yang harus mendapatkan prioritas utama, yaitu pada dimensi empathy
(item nomor 1), dimensi responsiveness (item nomor 9), dan dimensi reliability
(item nomor 13).
Item yang masuk kuadran I berarti mahasiswa mempunyai harapan yang tinggi
tetapi kenyataan (persepsi) masih rendah, sehingga pada kuadran ini dianggap
bahwa mahasiswa belum puas. Atribut tersebut antara lain: perhatian dosen
kepada mahasiswa (item P1), respon dosen terhadap kesulitan mahasiswa (item
P9), dan kehandalan dosen dalam pembelajaran online (item P13).
Dari indikator tersebut bisa diketahui bahwa pada masa peralihan antara
pembelajaran offline dan online masih dibutuhkan beberapa adaptasi, misalnya
dari segi platform atau media, koneksi internet,� pengemasan dan penyampaian materi, serta
metode dalam perkuliahan lebih agak rumit karena jenis perkuliahan praktikum
yang mengharuskan mahasiswa menyimak dan mempraktekkan materi secara bersamaan.
Berbeda dengan kuliah tatap muka, di mana dosen bisa dengan mudah
memberikan contoh atau menjawab kesulitan mahasiswa secara langsung, kuliah
online membuat mahasiswa sulit memahami dengan mudah contoh praktik yang
dijelaskan dosen. Begitupun dosen juga terbatas dalam memberikan contoh materi
praktikum dengan dua arah.
Pada kuadran II berarti mahasiswa mempunyai harapan yang tinggi dan
kenyataan (persepsi) tinggi, sehingga pada kuadran ini dianggap mahasiswa sudah
puas pada indikator yang ada dalam kuadran II. Pada kuadran II ini berarti
indikator yang harus dipertahankan antara lain: dosen bersikap adil dan tidak memihak dalam penilaian
(item P6), dosen mendorong
dan memotivasi mahasiswa
(item P4), dosen menjawab pertanyaan mahasiswa (item P7), dosen menguasai materi yang diajarkan (item P8), dosen mengajar sesuai bidangnya (item P5), dan dosen konsisten memberikan kuliah dengan baik (item P12).
Kuadran III menunjukkan mahasiswa mempunyai harapan dan kenyataan yang sama-sama rendah, sehingga pada kuadran ini sebenarnya
tidak perlu mendapatkan perhatian khusus atau dapat
dikatakan prioritas rendah untuk diperhatikan.
Adapun indikator yang masuk
dalam kuadran III antara lain: dosen memahami kesulitan mahasiswa (item P2), dosen menanamkan kepentingan jangka panjang (item P3), dosen mampu beradaptasi
(item P10), pemilihan platform (media) pembelajaran online dapat diikuti mahasiswa (item P17), kemudahan akses dan koneksi platform (item P16), dan pemilihan
platform (media) tidak atau
jarang ada gangguan (item P18).
Selain tiga
kuadran yang telah dibahas, pada Gambar 2 terdapat kuadran IV. Kuadran ini menunjukkan performa/kenyataan tinggi sedangkan harapan rendah, dengan kata lain indikator ini tidak perlu
diperhatikan dengan serius karena sebetulnya
persepsi kepuasan mahasiswa sudah sangat puas jika dengan
dibandingkan harapan.
Adapun indikator pada kuadran
ini yaitu: dosen menyambut pertanyaan dan komentar mahasiwa (item P11). Indikator ini termasuk dimensi
Responsiveness. Ini berarti bahwa
dosen interaktif dalam menyambut pertanyaan mahasiswa melebihi harapan mahasiswa.
Setelah melakukan analisis di atas, khususnya dari matriks IPA maka beberapa indikator
yang harus mendapat perhatian karena pada indikator tersebut kepuasaan mahasiswa masih rendah, antara
lain: perhatian dosen kepada mahasiswa (item P1), respon dosen terhadap
kesulitan mahasiswa (item
P9), dan kehandalan dosen dalam pembelajaran online (item
P13).
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan antara harapan (importance) dan persepsi kenyataan (performance)
mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran online khususya mata kuliah praktek di
prosi ISAI. Hal ini bisa dilihat dari hasil uji t berpasangan dengan nilai sig
0,000 < 0,05 dan juga t_hitung=11,396>t_(0,05;17)=2,109. Dari analisis
menggunakan matriks IPA, 18 indikator persepsi kepuasan dipetakan ke dalam
empat kuadran yaitu Kuadran I, II, III, dan IV.
Adapun beberapa
indikator yang ada di Kuadran I harus mendapat perhatian karena pada indikator
tersebut kepuasaan mahasiswa masih rendah, antara lain: perhatian dosen kepada
mahasiswa (item P1), respon dosen terhadap kesulitan mahasiswa (item P9), dan
kehandalan dosen dalam pembelajaran online (item P13). Oleh karena itu, untuk
memperbaiki persepsi kualitas pembelajaran online mahasiswa praktek di Prodi
ISAI hal yang jarus diperbaiki adalah perhatian, respon, dan kehandalan dosen.
BIBLIOGRAFI
Adiyanta, F. C. Susila. (2020). Urgensi kebijakan
jaminan kesehatan semesta (Universal Health Coverage) bagi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan masyarakat di masa pandemi Covid-19. Administrative Law
and Governance Journal, 3(2), 272�299.
Kadir, Karmila, & Idrus, Nurul Ilmi. (2021).
Adaptasi Kebijakan, Dampak Perkuliahan Daring, dan Strategi Mahasiswa Menjaga
Imunitas Tubuh di Masa Pandemi Covid-19. Emik, 4(2), 109�131.
Kurniawan, D. (2008). Uji T Berpasangan (Paired T-Test). Retrieved July 15, 2022, from
Forum Statistika: https://ineddeni.wordpress.com/
Lubis, Winaria. (2020). Analisis efektivitas belajar
pada pembelajaran jarak jauh (pjj) di masa pandemi covid-19. Bahastra:
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(1), 132�141.
Muhit, Abdul, & Maulana, Fikri. (2022).
Pemanfaatan Situs Edukatif Islami sebagai Sumber Belajar dalam Pembelajaran
Berbasis Online/Daring. IQ (Ilmu Al-Qur�an): Jurnal Pendidikan Islam, 5(01),
60�72.
Moore, J. L., Dickson-Deane, C., &
Galyen, K. (2011). e-Learning, online learning, and distance learning
environments: Are they the same? Internet and Higher Education, 129-135.
Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Priyatno, D. (2010). Paham
Analisa Statistik Data dengan
SPSS. Yogyakarta: MediaKom.
Shapiro, S., Wilk, M. B., & Chen, H. J.
(1968). A Comparative Study of Various Tests for Normality. Journal of the
American Statistical Association, 1343-1372.
Stodnick, M., & Rogers, P. (2008). Using
SERVQUAL to Measure the Quality of the Classroom Experience. Decision Science
Journal of Innovative Education, 115-133.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Tjiptono, F., & Chandra, G. (2016). Serve,
Quality dan Satisfaction (4 ed.). Yogyakarta: Andi.
Nuzuli, Ahmad Khairul. (2020). Komunikasi Orang Tua
dalam Mengurangi Stres Mahasiswa Perantauan Pasca Larangan Mudik Covid 19. Diskursus
Covid, 19.
Sanjaya, Ridwan. (2020). 21 Refleksi Pembelajaran
Daring di Masa Darurat. SCU Knowledge Media.
Wulandari, Fitri. (2020). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Gerbang Media Aksara.
and Behavioral Sciences 15, 1925-1930.
Copyright holder: Ernawati (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |