Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 10, Oktober 2023

 

Analisis Pembelajaran Daring Mata Kuliah Praktek Dengan Uji T Berpasangan Dan Matriks Ipa

 

Ernawati

Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Walisongo Semarang

Email: [email protected]

 

Abstrak

Pembelajaran secara daring menjadi alternatif pembelajaran, terlebih di masa pandemi yang terjadi awal tahun 2020. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penyebaran Covid-19 dengan pembatasan fisik yang menimbulkan potensi interaksi langsung. Demikian pula dengan UIN Walisongo Semarang, juga menerapkan pembelajaran daring. Bagi beberapa program studi yang didominasi oleh mata kuliah yang bersifat teori ataupun materi, tentu tidak sulit untuk melakukan adaptasi. Tetapi sebaliknya, bagi program studi dengan mata kuliah praktikum tentu butuh penyesuaian, misalnya prodi Ilmu Seni Arsitektur Islam (ISAI). Berdasarkan latar belakang tersebut, dengan menggunakan uji t berpasangan untuk mengetahui perbedaan antara harapan dan kenyataan pembelajaran daring dan persepsi mahasiswa ISAI terhadap pembelajaran daring dengan menggunakan matriks IPA (Importance Performannce Analysis), maka diambil sampel secara Random sebanyak 31 mahasiswa. Persepsi kepuasan mahasiswa diukur dengan merujuk lima dimensi servqual (Empathy, Assurance, Responsiveness, Reliability, Tangibles). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara harapan (importance) dan persepsi kenyataan (performance) mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t berpasangan dengan nilai sig 0,000 < 0,05 dan juga t_hitung=11,396>t_(0,05;17)=2,109. Adapun beberapa indikator yang ada di Kuadran I matriks IPA harus mendapat perhatian karena pada indikator tersebut kepuasaan mahasiswa masih rendah, antara lain: perhatian dosen kepada mahasiswa (item P1), respon dosen terhadap kesulitan mahasiswa (item P9), dan kehandalan dosen dalam pembelajaran online (item P13). Oleh karena itu, persepsi kualitas pembelajaran online mahasiswa pada mata kuliah praktek di Prodi ISAI dapat diperbaiki dengan memperbaiki perhatian, respon, dan kehandalan dosen.

 

Kata kunci: Kata Daring, Matriks IPA, Pembelajaran, Dimensi Servqual, Uji T Berpasangan.

 

Abstract

Online learning is an alternative to classroom learning, especially during the pandemic that occurred in early 2020. With physical distancing that allow for direct interaction, to stop the transmission of COVID-19. Online learning is used in UIN Walisongo Semarang. It is undoubtedly not difficult to adapt to some study programs that are dominated by theoretical or material courses. On the other hand, changes are required for study programs that include practical courses, the following in the Study Program of Ilmu Seni dan Arsitektur Islam (ISAI). According to the background, a paired t-test will be used to compare the performance and importance for implementing online learning, as well as ISAI students' impressions of online learning using the IPA (Importance Performance Analysis) matrix. 31 students were chosen at random for the sample. Using five service dimensions, perceptions of student satisfaction are assessed (Empathy, Assurance, Responsiveness, Reliability, Tangibles). The results showed that there was a difference between the importance and performance of students on the quality of online learning. The outcomes of the paired t test with a sig value of 0,000<0,05 and also t_hitung=11,396>t_(0,05;17)=2,109. There are several indicators at Quadrant I of IPA matrix that must receive attention because the student satisfaction is still low, including: attention from lecturers to students (item P1); lecturers' responses to student difficulties (item P9); and reliability of lecturers in online learning (item P13). Therefore, the perception of the quality of students' online learning can be improved by improving the attention, responsiveness, and reliability of lecturers.

 

Keywords: Online, IPA Matrix, Learning, Servqual Dimension, Paired t-test.

 

Pendahuluan

Antara tahun 2020 sampai awal tahun 2022, penyebaran Covid-19 (Corona of Virus Desease) masih terjadi begitu cepat di berbagai negara. Hal ini tentu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Peningkatan jumlah korban penderita Covid-19, bahkan angka kematian semakin meningkat dari hari ke hari menjadikan Badan Kesehatan Dunia, atau WHO merekomendasikan beberapa langkah cepat dan tepat (Adiyanta, 2020). Salah satunya untuk menekan laju penyebaran Covid-19 yaitu dengan menghentikan sementara kegiatan-kegiatan yang berpotensi mengumpulkan massa. Hal inilah yang menjadi dasar beberapa negara menerapkan kebijakan lockdown ataupun PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Indonesia mengkonfirmasi adanya penyebaran Covid-19 pada awal Maret 2020, dan tingkat penyebarannya semakin meluas ke seluruh Indonesia. Pemerintah Indonesia mengambil beberapa kebijakan untuk meminimalkan persebaran Covid-19. Salah satunya adalah penarapan physical distancing atau menjaga jarak dan pembatasan fisik dengan orang lain. Berbagai sektor pun menyesuiakan dengan kebijakan pemerintah tersebut, misalnya dengan kebijakan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah, pengurangan jumlah penumpang pada sektor transportasi, kebijakan belajar dari rumah, dan sebagainya.

Dalam sektor pendidikan pun melakukan langkah progressif dalam menanggulangi penyebaran Covid-19. Hal ini dapat dilihat dari terbitnya surat edaran No 1 Tahun 2020 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan Tinggi tentang pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di perguruan tinggi. Edaran tersebut sebagai instruksi pemerintah kepada perguruan tinggi untuk melakukan pembelajaran jarak jauh dan menghimbau kepada siswa maupun mahasiswa untuk belajar dari rumah.

Instruksi tersebut dengan sigap ditanggapi oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia, termasuk salah satunya adalah UIN Walisongo Semarang yang menerbitkan Surat Edaran Rektor perihal pengaturan kegiatan pelayanan dan kegiatan akademik dalam pencegahan penyebaran Covid-19. Dalam surat tersebut, salah satu isinya adalah himbauan agar civitas akademik UIN Walisongo melaksanakan melaksanakan kegiatan pembelajaran jarak jauh atau secara daring.

Pembelajaran secara daring menjadi alternatif pembelajaran secara langsung atau tatap muka. Terlebih di masa pandemi, untuk mengurangi penyebaran Covid-19 memang harus ada pembatasan sosial atau pembatasan fisik yang menimbulkan potensi interaksi langsung, baik antar mahasiswa maupun antara mahasiswa dan dosen (Kadir & Idrus, 2021);(Nuzuli, 2020). Pembelajaran daring biasanya erat kaitannya dengan jenis interaksi pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan komunikasi interaktif (Moore, Dickson-Deane, & Galyen, 2011).

Berdasarkan kenyataan tersebut, pembelajaran daring tentu membutuhkan dukungan teknologi yang memadai misalnya ketersediaan sinyal maupun dukungan perangkat-perangkat mobile seperti telepon pintar (smartphone), tablet, komputer dan laptop. Kontribusi dan peran penggunaan teknologi mobile sangat besar untuk tercapainya tujuan pembelajaran daring (Korucu & Alkan, 2011).

Perubahan metode pembelajaran yang semula dengan langsung bertatap muka di kelas menjadi pembelajaran daring tentu membutuhkan beberapa langkah adaptif (Lubis, 2020). Dalam pelaksanaannya, tidak sedikit pembelajaran daring menemui beberapa kendala, misalnya kondisi sinyal internet, jumlah kuota yang digunakan, penjelasan dari guru atau dosen yang belum dipahami, tugas yang lebih banyak dan waktu pertemuan yang lebih singkat membuat mahasiswa harus mempersiapkan semuanya dengan baik (Sanjaya, 2020).

Idealnya metode pembelajaran dalam jaringan (daring) harus diimbangi dengan kesiapan, baik infrastruktur yang mendukung maupun sumber daya manusia (Wulandari, 2020). Dengan demikian, kesenjangan dalam pelaksanaan pembelajaran daring dapat diminimalkan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pada masa pandemi, pembelajaran secara daring dianggap sebagai solusi terbaik bagi beberapa penyedia jasa pendidikan, baik dari tingkat dasar maupun perguruan tinggi (Muhit & Maulana, 2022).

Demikian pula dengan UIN Walisongo Semarang juga menjalankan pembelajaran online secara penuh sejak awal pandemi sampai pertengahan semester genap 2021/2022. Bagi beberapa program studi yang didominasi oleh mata kuliah yang bersifat teori ataupun materi, tentu tidak sulit untuk melakukan adaptasi. Tetapi sebaliknya, bagi program studi dengan mata kuliah praktikum tentu butuh penyesuaian dalam pelaksanaan pembelajaran. Tidak terkecuali prodi Ilmu Seni Arsitektur Islam (ISAI), yang melaksanakan perkuliahan daring untuk mata kuliah praktikum maupun mata kuliah teori.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa ISAI terhadap kuliah online atau pembelajaran daring khususnya untuk mata kuliah praktikum dengan menggunakan matriks IPA (Importance Performannce Analysis) dan mengetahui perbedaan antara harapan dan kenyataan pelaksanaan pembelajaran daring di ISAI dengan uji t berpasangan. Dari hasil penelitian tersebut, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam melaksanaan pembelajaran daring di ISAI.

 

Metode Penelitian

Data yang digunakan adalah data primer dari hasil survei online melalui googleform. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Ilmu Seni dan Arsitektur Islam (ISAI) UIN Walisongo Semarang angkatan 2021. Adapun metode pengambilan survei menggunakan Simple Radom Sampling (SRS) dengan jumlah responden sebanyak 31 orang (sekitar 20% dari populasi). Adapun responden diambil dari mahasiswa semester 2 yang diambil secara acak dari mahasiswa prodi ISAI angkatan 2021.

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran online khususya mata kuliah praktek dengan merujuk lima dimensi servqual (Empathy, Assurance, Responsiveness, Reliability, Tangibles). Dimensi tersebut sebelumnya telah didefinisikan dan diteliti oleh (Stodnick & Rogers, 2008), kemudian pada penelitian ini, atribut pada dimensi disesuiakan secara kontekstual untuk menyesuaikan konteks pertanyaan dalam penelitian.

Variabel ini diukur dari persepsi mahasiswa melalui kuisioner yang berisi 18 atribut/pertanyaan dengan pengukuran berdasarkan persepsi mahasiwa terhadap kualitas pembelajaran online dengan skala likert dari skala angka 1 sampai 5. Penggunaan skala likert mampu mengukur persepsi seseorang terkait kejadian atau gejala sosial. Adapun blueprint untuk mengukur persepsi kualitas online dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

 

Tabel 1 Blueprint Variabel Kualitas

Dimensi

No. Soal

Indikator

Empathy

P1

Dosen benar-benar memberi perhatian kepada mahasiswa selama pembelajaran online

P2

Dosen memahami kesulitan mahasiswa dalam proses pembelajaran online

P3

Dosen menanamkan kepentingan jangka panjang untuk mahasiswa agar mengikuti pembelajaran online

P4

Dosen mendorong dan memotivasi mahasiswa agar mengikutidan memaksimalkan proses pembelajarandalampembelajaran online

Assurance

P5

Dosen mengajar sesuai bidangnya

P6

Dosen bersikap adil dan tidak memihak dalam penilaian

P7

Dosen menjawab pertanyaan mahasiswa dengan teliti

P8

Dosen menguasai materi yang diajarkan

Responsiveness

P9

Dosen merespon dengan cepat dan efisien tentang kesulitan mahasiswa selama belajar online

P10

Dosen mampu beradaptasi dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran online

P11

Dosen menyambut pertanyaan dan komentar mahasiswa

Reliability

P12

Dosen konsisten memberikan kuliah dengan baik

P13

Dosen handal dalam mengelola kelas saat pembelajaran onlilne

P14

Dosen handal dalam beradaptasi menggunakan platform (media) pembelajaran online

Tangibles

P15

Penggunaan alat bantu interaktif untuk pembelajaran online modern dan mutakhir

P16

Kemudahan akses dan koneksi platform (media) membantu dalam pembelajaran online

P17

Pemilihan platform (media) pembelajaran online dapat diikuti mahasiswa

P18

Pemilihan platform (media) tidak atau jarang ada gangguan yang menganggu proses pembelajaran online.

 

Tahapan yang harus dilakukan sebelum menyebarkan kuisioner yaitu memastikan bahwa kuisioner yang dibuat sudah layak (uji validitas) dan sudah konsisten (uji reliabilitas) digunakan untuk mengukur persepsi mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran online. Uji validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur (instrument) mengukur apa yang seharusnya diukur (Ghiselli, 1981).

Sedangkan uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana alat ukur (instrument) dapat dihandalkan atau dengan kata lain hasil pengukuran tetap konsisten walaupun dilakukan beberapa kali pengukuran (Notoatmodjo, 2015). Adapun pengolahan data dari uji validitas menggunakan Bivariate Correlation, sedangkan uji reliabilitas menggunakan nilai Cronbach�s Alpha.

Pengambilan kesimpulan pada uji validitas yaitu apabila nilai maka item pertanyaan dikatakan valid, dan sebaliknya. Jika

r_(tabel(α;df=n-2)) maka item pertanyaan dikatakan tidak valid (Sugiyono, 2013).

Dengan banyak sampel 31 dan α (5%) maka diperoleh nilai r_(tabel(0,05;29))=0,367 dan selanjutnya dibandingkan dengan hasil Bivariate Correlation. Adapun hasil uji validitas menyatakan bahwa semua item pertanyaan untuk tingkat harapan dan tingkat kenyataan persepsi kualitas pembelajaran online sudah valid karena nilai r_hitung>0,367. Adapun hasil pengolahan Bivariate Correlation dengan software SPSS disajikan pada Tabel 2 berikut.

 

Tabel 2 Uji Validitas Tingkat Harapan dan Tingkat Kenyataan

No. Soal

Total Correlation Tingkat Harapan

Total Correlation

Tingkat Kenyataan

P1

0,635

0,848

P2

0,565

0,504

P3

0,489

0,423

P4

0,412

0,432

P5

0,668

0,398

P6

0,792

0,496

P7

0,584

0,696

P8

0,646

0,396

P9

0,592

0,685

P10

0,802

0,642

P11

0,711

0,603

P12

0,665

0,834

P13

0,677

0,751

P14

0,754

0,654

P15

0,734

0,641

P16

0,689

0,489

P17

0,671

0,384

P18

0,761

0,465

 

Setelah dilakukan uji validitas, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji reliabilitas. Jika sebelumnya terdapat item yang tidak valid, maka tidak disertakan dalam uji reliabilitas. Pada uji validitas di atas, 18 item tersebut sudah valid. Adapun data dikatakan sudah reliabel jika nilai Cronbach�s Alpha > 0,70. (Priyatno, 2010). Berdasarkan output SPSS diperoleh hasil pada Tabel 3 dengan kesimpulan bahwa item tersebut sudah reliabel.

 

Tabel 3 Uji Reliabilitas Tingkat Harapan dan Tingkat Kenyataan

Nilai

Cronbach's Alpha

Tingkat Harapan

0,922

Tingkat Kenyataan

0,881

 

Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas, maka pada pengolahan hasil dilakukan analisis uji t-berpasangan dan Matirks IPA. Uji t berpasangan (paired t-test) bertujuan untuk menguji hipotesis dua pasang data yang berpasangan. Data berpasangan atau tidak bebas berarti berasal dari individu/subjek yang sama. Meskipun dari individu yang sama tetapi data yang diperoleh tetap 2 macam yaitu dari pelakuan pertama (bisa berupa control atau tidak memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian), dan perlakuan kedua (Kurniawan, 2008).

Adapun secara matematis penulisan hipotesis.

Atau

Dengan D menunjukkan selisih atau beda (Difference).

Statistik uji

Daerah Kritis :

Tolak

Jika atau

Dalam penelitian ini ingin dibandingkan persepsi kepuasan mahasiswa (kenyatan) dan harapan dalam pembelajaran online mata kuliah praktek prodi ISAI. Adapun Matriks IPA (Importance Performance Analysis) merupakan teknik yang pertama kali dipublikasikan pada Journal of Marketing oleh Martilla dan James pada tahun 1977 (Tjiptono & Chandra, 2016).Pada penelitian ini, responden menilai tingkat kepentingan dan kinerja perkuliahan online, yang mana sumbu X menunjukkan rata-rata nilai persepsi kenyataan kinerja (Performance) dan sumbu Y menunjukkan rata-rata nilai harapan atau kepentingan (Importance).

 

Kuadran I Prioritas Utama

(Concentrate Here)

Kuadran II Pertahankan Prestasi

(Keep Up The Good Work)

Kuadran III Prioritas Rendah

(Low Priority)

Kuadran IV Berlebihan

(Possible Overkill)

Matriks IPA

 

Hasil dan Pembahasan

Uji Perbedaan

Persepsi kualitas pembelajaran online yang diukur melalui dimensi servqual (Empathy, Assurance, Responsiveness, Reliability, Tangibles) dengan 18 item pertanyaan menghasilkan nilai skor pada masing-masing dimensi. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kenyataan kinerja (performance) dan harapan (importance) digunakan analisis uji t berpasangan atau paired samples test. Sebelum melakukan analisis uji t berpasangan, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi distribusi normal karena metode uji t berpasangan termasuk analisis parametrik sehingga asumsi ini harus terpenuhi.

Tabel 4 di bawah merupakan output uji normalitas dengan Shapiro Wilk dikarenakan banyak nya sampel data 18, maka jika (n < 50) maka disarankan menggunakan uji ini. (Shapiro, Wilk, & Chen, 1968). Berdasarkan output tersebut bahwa nilai sig untuk data tingkat harapan yaitu�� sig.0,780> α (0,05), dan untuk data tingkat kenyataan yaitu sig.0,941> α (0,05) sehingga kedua data berdistribusi normal. Hal ini juga sejalan jika dibandingkan dengan Wilk_(tabel(0,05;18))=0,897, maka W hitung 0,969 > 0,897 dan 0,979 > 0,897, maka data tingkat harapan (Importance) dan tingkat kenyataan (Performance) berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji t berpasangan karena asumsi normalitas sudah terpenuhi.

 

Tabel 4 Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Nilai

Statistic

df

Sig.

Tingkat Harapan (Importance)

0,969

18

0,780

Tingkat Kenyataan (Performance)

0,979

18

0,941

 

Setelah dilakukan uji normalitas dan hasilnya bahwa data memenuhi asumsi normalitas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji komparatif untuk mengetahui apakah rata-rata tingkat harapan (importance) dan tingkat kenyataan (performance) sama atau berbeda. Oleh karena itu, dilakukan prosedur pengujian hipotesis uji �t sebgai berikut.

Hipotesis

H_0:μ_1=μ_2 (Rata-rata skor tingkat harapan (importance) dan tingkat kenyataan (performance) adalah sama)

H_1:μ_1≠μ_2 (Rata-rata skor tingkat harapan (importance) dan tingkat kenyataan (performance) berbeda)

Taraf Siginifkansi (α)=5%=0,05.

Daerah Kritis :

Tolak H_0jika Sig.<α(0,05) atau

Tolak H_0Jika t_hit<- t_(α/2,n_1+n_2-2) atau t_hit>t_(α/2,n_1+n_2-2)

Keputusan :

Keputusan dapat diketahui dari output SPSS pada Tabel 5 berikut melalui niali t hitung dan niali signifikansi.

 

Tabel 5 Output SPSS uji t berpasangan

Pair 1

t

df

Sig (2-tailed)

Importance-Performance

11,396

17

0,000

 

Berdasarkan hasil output uji t berpasangan (t-test paired) pada Tabel 5 diperoleh nilai sig 0,000 sehingga sig.< α (0,05), maka Hal ini juga sejalan dengan hasil pengujian t dengann nilai t_hitung=11,396>t_(0,05;17)=2,109. Berdasarkan pengujian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan antara harapan mahasiswa terhadap kualitas online dan kenyataan pelaksanaan kualitas online.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara harapan (importance) dan persepsi kenyataan (performance) mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran online khususya mata kuliah praktek. Jika dilihat dari rata-rata skor persepsi kepuasan maka terdapat selisih antara rata-rata harapan (importance) dan kenyataan (performance) yaitu sebesar 0,4611. Masing-masing nilai rata-rata tersebut ditampilkan pada Tabel 6 berikut.

 

Tabel 6 Nilai Rata-Rata Skor

 

Mean

N

Pair 1

Importance

3.3644

18

Performance

2.9033

18

 

Matriks IPA pada Pembelajaran Online

Dalam penelitian ini akan dibandingkan antara harapan dan kenyataan terkait pembelajaran online untuk memperoleh nilai kesenjangan (gap). Nilai kesenjangan diperoleh dari selisih antara persepsi kenyataan dan harapan mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran online. Berdasarkan hasil di Tabel 7 diketahui bahwa nilai kesenjangan yang diperoleh bertanda negatif (nilainya minus), hal ini berarti terjadi kesenjangan atau selisih antaa kenyataan dan harapan.

 

Tabel 7 Perhitungan Nilai Kesenjangan

No. Soal

Rata-Rata Harapan

Rata-Rata Kenyatan

Kesenjangan (Kenyataan-Harapan)

P1

3,48

2,74

-0,74

P2

3,32

2,68

-0,64

P3

3,29

2,84

-0,45

P4

3,39

3,03

-0,36

P5

3,55

3,19

-0,36

P6

3,42

3,10

-0,32

P7

3,39

3,00

-0,39

P8

3,58

3,26

-0,32

P9

3,42

2,84

-0,58

P10

3,19

2,87

-0,32

P11

3,35

3,16

-0,19

P12

3,45

2,94

-0,51

P13

3,42

2,65

-0,77

P14

3,35

2,90

-0,45

P15

3,32

2,90

-0,42

P16

3,29

2,81

-0,48

P17

3,16

2,90

-0,26

P18

3,19

2,45

-0,74

 

Selanjutnya, dengan menggunakan nilai rata-rata harapan dan kenyataan pada Tabel 7 akan dibuat diagram Matriks IPA. Pada diagram ini data dipetakan ke diagram kartesius dengan sumbu X menunjukkan rata-rata nilai persepsi kenyataan (Performance) dan sumbu Y menunjukkan rata-rata nilai harapan (Importance). Hasil matriks IPA disajikan pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Diagram Matriks IPA Persepsi Kualitas Kuliah Online

 

Gambar 1 di atas merupakan diagram kartesius yang menunjukkan matriks IPA (Importance Performannce Analysis) dari kualitas pembelajaran online pada masa pandemi mata kuliah praktek di Prodi ISAI. Berdasarkan matriks tersebut dapat dilihat bahwa pada kuadran I terdapat 3 atribut yang harus mendapatkan prioritas utama, yaitu pada dimensi empathy (item nomor 1), dimensi responsiveness (item nomor 9), dan dimensi reliability (item nomor 13).

Item yang masuk kuadran I berarti mahasiswa mempunyai harapan yang tinggi tetapi kenyataan (persepsi) masih rendah, sehingga pada kuadran ini dianggap bahwa mahasiswa belum puas. Atribut tersebut antara lain: perhatian dosen kepada mahasiswa (item P1), respon dosen terhadap kesulitan mahasiswa (item P9), dan kehandalan dosen dalam pembelajaran online (item P13).

Dari indikator tersebut bisa diketahui bahwa pada masa peralihan antara pembelajaran offline dan online masih dibutuhkan beberapa adaptasi, misalnya dari segi platform atau media, koneksi internet,pengemasan dan penyampaian materi, serta metode dalam perkuliahan lebih agak rumit karena jenis perkuliahan praktikum yang mengharuskan mahasiswa menyimak dan mempraktekkan materi secara bersamaan.

Berbeda dengan kuliah tatap muka, di mana dosen bisa dengan mudah memberikan contoh atau menjawab kesulitan mahasiswa secara langsung, kuliah online membuat mahasiswa sulit memahami dengan mudah contoh praktik yang dijelaskan dosen. Begitupun dosen juga terbatas dalam memberikan contoh materi praktikum dengan dua arah.

Pada kuadran II berarti mahasiswa mempunyai harapan yang tinggi dan kenyataan (persepsi) tinggi, sehingga pada kuadran ini dianggap mahasiswa sudah puas pada indikator yang ada dalam kuadran II. Pada kuadran II ini berarti indikator yang harus dipertahankan antara lain: dosen bersikap adil dan tidak memihak dalam penilaian (item P6), dosen mendorong dan memotivasi mahasiswa (item P4), dosen menjawab pertanyaan mahasiswa (item P7), dosen menguasai materi yang diajarkan (item P8), dosen mengajar sesuai bidangnya (item P5), dan dosen konsisten memberikan kuliah dengan baik (item P12).

Kuadran III menunjukkan mahasiswa mempunyai harapan dan kenyataan yang sama-sama rendah, sehingga pada kuadran ini sebenarnya tidak perlu mendapatkan perhatian khusus atau dapat dikatakan prioritas rendah untuk diperhatikan. Adapun indikator yang masuk dalam kuadran III antara lain: dosen memahami kesulitan mahasiswa (item P2), dosen menanamkan kepentingan jangka panjang (item P3), dosen mampu beradaptasi (item P10), pemilihan platform (media) pembelajaran online dapat diikuti mahasiswa (item P17), kemudahan akses dan koneksi platform (item P16), dan pemilihan platform (media) tidak atau jarang ada gangguan (item P18).

Selain tiga kuadran yang telah dibahas, pada Gambar 2 terdapat kuadran IV. Kuadran ini menunjukkan performa/kenyataan tinggi sedangkan harapan rendah, dengan kata lain indikator ini tidak perlu diperhatikan dengan serius karena sebetulnya persepsi kepuasan mahasiswa sudah sangat puas jika dengan dibandingkan harapan. Adapun indikator pada kuadran ini yaitu: dosen menyambut pertanyaan dan komentar mahasiwa (item P11). Indikator ini termasuk dimensi Responsiveness. Ini berarti bahwa dosen interaktif dalam menyambut pertanyaan mahasiswa melebihi harapan mahasiswa.

Setelah melakukan analisis di atas, khususnya dari matriks IPA maka beberapa indikator yang harus mendapat perhatian karena pada indikator tersebut kepuasaan mahasiswa masih rendah, antara lain: perhatian dosen kepada mahasiswa (item P1), respon dosen terhadap kesulitan mahasiswa (item P9), dan kehandalan dosen dalam pembelajaran online (item P13).

 

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara harapan (importance) dan persepsi kenyataan (performance) mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran online khususya mata kuliah praktek di prosi ISAI. Hal ini bisa dilihat dari hasil uji t berpasangan dengan nilai sig 0,000 < 0,05 dan juga t_hitung=11,396>t_(0,05;17)=2,109. Dari analisis menggunakan matriks IPA, 18 indikator persepsi kepuasan dipetakan ke dalam empat kuadran yaitu Kuadran I, II, III, dan IV.

Adapun beberapa indikator yang ada di Kuadran I harus mendapat perhatian karena pada indikator tersebut kepuasaan mahasiswa masih rendah, antara lain: perhatian dosen kepada mahasiswa (item P1), respon dosen terhadap kesulitan mahasiswa (item P9), dan kehandalan dosen dalam pembelajaran online (item P13). Oleh karena itu, untuk memperbaiki persepsi kualitas pembelajaran online mahasiswa praktek di Prodi ISAI hal yang jarus diperbaiki adalah perhatian, respon, dan kehandalan dosen.

 

BIBLIOGRAFI

Adiyanta, F. C. Susila. (2020). Urgensi kebijakan jaminan kesehatan semesta (Universal Health Coverage) bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat di masa pandemi Covid-19. Administrative Law and Governance Journal, 3(2), 272�299.

 

Kadir, Karmila, & Idrus, Nurul Ilmi. (2021). Adaptasi Kebijakan, Dampak Perkuliahan Daring, dan Strategi Mahasiswa Menjaga Imunitas Tubuh di Masa Pandemi Covid-19. Emik, 4(2), 109�131.

 

Kurniawan, D. (2008). Uji T Berpasangan (Paired T-Test). Retrieved July 15, 2022, from Forum Statistika: https://ineddeni.wordpress.com/

 

Lubis, Winaria. (2020). Analisis efektivitas belajar pada pembelajaran jarak jauh (pjj) di masa pandemi covid-19. Bahastra: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(1), 132�141.

 

Muhit, Abdul, & Maulana, Fikri. (2022). Pemanfaatan Situs Edukatif Islami sebagai Sumber Belajar dalam Pembelajaran Berbasis Online/Daring. IQ (Ilmu Al-Qur�an): Jurnal Pendidikan Islam, 5(01), 60�72.

 

Moore, J. L., Dickson-Deane, C., & Galyen, K. (2011). e-Learning, online learning, and distance learning environments: Are they the same? Internet and Higher Education, 129-135.

 

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Priyatno, D. (2010). Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.

 

Shapiro, S., Wilk, M. B., & Chen, H. J. (1968). A Comparative Study of Various Tests for Normality. Journal of the American Statistical Association, 1343-1372.

 

Stodnick, M., & Rogers, P. (2008). Using SERVQUAL to Measure the Quality of the Classroom Experience. Decision Science Journal of Innovative Education, 115-133.

 

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

 

Tjiptono, F., & Chandra, G. (2016). Serve, Quality dan Satisfaction (4 ed.). Yogyakarta: Andi.

 

Nuzuli, Ahmad Khairul. (2020). Komunikasi Orang Tua dalam Mengurangi Stres Mahasiswa Perantauan Pasca Larangan Mudik Covid 19. Diskursus Covid, 19.

 

Sanjaya, Ridwan. (2020). 21 Refleksi Pembelajaran Daring di Masa Darurat. SCU Knowledge Media.

 

Wulandari, Fitri. (2020). Manajemen Sumber Daya Manusia. Gerbang Media Aksara.

and Behavioral Sciences 15, 1925-1930.

 

Copyright holder:

Ernawati (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: