Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 10, Oktober 2023
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND
EFFECT ANALYSIS PADA PT HASJRAT ABADI MANADO
Nancy Franglyn,
Hendrik Manossoh, Jessy D.L Warongan
Program Studi Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Sam Ratulangi, Manado
Email:
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode
and Effect Analysis. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis risiko operasional penjualan produk Toyota pada PT Hasjrat
Abadi Manado. Data menunjukan bahwa
beberapa hal yang menyebabkan kerugian operasional yaitu adanya peningkatan dalam pembatalan indent, adanya barang deadstock, produk slow moving, ketersediaan stok mobil yang diminati konsumen kurang, adanya laping dalam proses indent produk toyota. selisih dalam opname
stok parts toyota, sehingga peneliti menfokuskan penelitian ini pada aktivitas operasional untuk penjualan produk Toyota. Hasil penelitian ini menunjukan hasil Identifikasi risiko menggunakan metode Risk Breakdown
Structure risiko operasional
pada PT Hasjrat Abadi Manado khusus
produk Toyota (Mobil dan Spare Part) didapatkan total risiko yang teridentifikasi yaitu 45 risiko untuk keseluruhan
dari masing-masing indikator
risiko. Indikator risiko proses internal terdapat
22 sub risiko, Indikator risiko eksternal terdapat 12 sub risiko, indikator risiko SDM terdapat 9 sub risiko, dan indikator risiko sistem terdapat 2 sub risiko. Risiko Kritis yang didapatkan dari Perhitungan FMEA yang perlu tindakan rekomendasi adalah unit tidak suplai, Penjualan
ke instansi tidak di bayar, sales pakai uang indent customer, dan gangguan
jaringan.
Kata Kunci:
FMEA, Risiko
Operasional
Abstract
This
research uses qualitative methods with a case study approach. Data analysis was
carried out using the Failure Mode and Effect Analysis method. This study aims
to analyze the operational risk of Toyota product sales at PT Hasjrat Abadi Manado. Data shows that several things that
cause operational losses are an increase in indent cancellations, the presence
of deadstock goods, slow moving products, the availability of car stock that
consumers are interested in less, the existence of laping
in the process of indenting Toyota products. The difference in the
hospitalization of Toyota parts stock, so researchers focused this study on
operational activities for Toyota product sales. The results of this study show
the results of risk identification using the Risk Breakdown Structure method of
operational risk at PT Hasjrat Abadi Manado
specifically for Toyota products (Cars and Spare Parts) obtained a total of 45
risks identified for the entire of each risk indicator. Internal process risk
indicators have 22 sub-risks, external risk indicators have 12 sub-risks, HR
risk indicators have 9 sub-risks, and system risk indicators have 2 sub-risks.
Critical risks obtained from FMEA calculations that need recommendation actions
are units not supplied, sales to agencies are not paid, sales using customer
indent money, and network disruptions.
Keywords: FMEA,
Operational Risk.
Pendahuluan
Persaingan sektor perdagangan menjadi semakin pesat dewasa
ini, terutama perusahaan dibidang otomotif. Persaingan membuat perusahaan di bidang otomotif secara global berlomba-lomba untuk memperluas pangsa pasarnya ke berbagai negara, terutama di Indonesia. Dalam menghadapi
persaingan tersebut, manajemen perusahaan harus memiliki keahlian dalam meminimalisir risiko yang terjadi agar mampu mengantisipasi dan memenangkan persaingan usaha sehingga perusahaan dapat bertahan (Sulistiani, 2014). Salah satu penyebab perusahaan pailit adalah kegagalan
dalam mengelola Risiko operasional (Ardian,
2022). Risiko Operasional adalah risiko yang diakibatkan oleh kegagalan proses
internal, human error, kegagalan sistem
atau adanya problem eksternal yang memengaruhi kegiatan operasional (Lestari,
2019).
Akuntansi manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengukur, menganalisis, menyiapkan, mengiterpretasikan, dan mengomunikasikan
informasi yang digunakan manajemen untuk mencapai tujuan dasar organisasi (Sirait, 2019). Akuntansi Manajemen merupakan bidang akuntansi yang berhubungan dengan penyediaaan informasi bagi manajemen untuk mengelola suatu organisasi (perusahaan) dan membantu dalam memecahkan masalah�masalah khusus yang dihadapi suatu organisasi (Kholmi, 2019).
Risiko dihubungkan
dengan kesempatan timbulnya kejadian yang merugikan diluar dugaan. Risiko sendiri bisa menimbulkan
kerugian Karakteristik dari risiko sendiri
adalah ketidakpastian dan mengandung unsur kerugian. Risiko adalah kemungkinan yang tidak pasti dari
sesuatu kejadian merugikan yang tidak terduga dan tidak diinginkan yang dapat mengancam pencapaian tujuan (Sepang, Tjakra, Langi,
& Walangitan, 2013). Risiko
adalah dampak, imbas atau pengaruh
yang dapat terjadi karena adanya sebuah
proses aktivitas yang sedang
berlangsung atau kejadian di masa depan
(Nizamuddin & Maji, 2013).
Risiko Operasional
merupakan risiko yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana risiko ini terjadi
disebabkan oleh lemahnya sistem kontrol manajemen yang dilakukan oleh pihak internal Perusahaan (Furqoni,
Budi, & Supriyanto, 2020). Risiko Operasional adalah risiko yang diakibatkan oleh kegagalan proses internal, human error, kegagalan
sistem atau adanya problem eksternal yang memengaruhi kegiatan operasional, (Lestari, 2019).
Menurut Stamatis (2019),�FMEA
is a specific methodology to evaluate the system ,design , process,or
service for possible ways in which failures (problem,errors,
risks,concerns) can occur�. FMEA (Failure Mode and
Effect Analysis) merupakan teknik
yang digunakan untuk menemukan, mengidentifikasi dan eliminasi potensi kegagalan, masalah, error yang terjadi pada system, desain, proses
sebelum sampai pada konsumen (Segismundo & Augusto Cauchick
Miguel, 2008).
Tahapan dari penilaian menggunakan FMEA adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi sistem dan elemen sistem dan kegagalan dan efeknya. 2)Menentukan tingkat keparahan efek dari suatu
kegagalan (severity). 3) Menentukan
frekuensi kemungkinan risiko terjadi (occurence). 4) Menentukan tingkat Deteksi yang telah dilakukan dalam mencegah risiko (Detection). 5) Menghitung
Risk Priority Number (RPN) yang menyatakan tingkat risiko dari suatu kegagalan.
Angka RPN berkisar antara 1
� 1000, semakin tinggi angka RPN maka semakin tinggi risiko suatu potensi
kegagalan terhadap sistem, desain, proses maupun pelayanan. RPN = Severity
x Occurrence x Detection. 6) Memberikan rekomendasi tindakan yang dapat�� diterapkan�� untuk mengurangi tingkat risiko kegagalan.
Terdapat tiga
proses variabel utama dalam FMEA yaitu Severity, Occurance, dan Detection. Ketiga
proses ini berfungsi untuk menentukan nilai rating keseriusan pada
Potential Failure Mode. Rating dapat ditentukan dari skala 1 sampai dengan 10, dimana skala 1 menyatakan dampak yang paling rendah dan skala 10 dampak yang paling tinggi.
Data menunjukan bahwa beberapa hal yang menyebabkan kerugian operasional yaitu adanya peningkatan
dalam pembatalan indent, adanya barang deadstock, produk slow moving, ketersediaan stok mobil yang diminati konsumen kurang, adanya laping dalam proses indent produk toyota.
Selisih dalam opname stok parts toyota, sehingga peneliti menfokuskan penelitian ini pada aktivitas operasional untuk penjualan produk Toyota. Analisis dan teknik yang digunakan adalah FMEA. FMEA merupakan teknik yang digunakan untuk menemukan, mengidentifikasi dan eliminasi potensi kegagalan, masalah, error yang terjadi pada
system, desain, proses sebelum
sampai pada konsumen
(Stamatis,2019).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus.
Metode kualitatif menonjolkan
pada pengungkapan makna dan
pengalaman subjek penelitian terhadap fenomena yang tidak bisa diukur. Menurut
Sugiyono (2019) Data yang digunakan
digunakan dalam penelitian diklasifikasikan menjadi dua yaitu data primer dan
data sekunder.
Data primer adalah data yang
Data primer diperoleh melalui
wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan kunci yaitu kabag penjualan,kabag adku,kasie pembukuan, kasie keuangan, kasie adsales,dan pihak-pihak yang terkait di perusahaan. Data sekunder yang diperoleh adalah Laporan Keuangan, General Ledger, Rekap Penjualan, Dok Terkait penjualan Spk, Sales Order, Do, Rekap Gross Margin ,SOP
Perusahaan. Notulen rapat,
LHKB, BA Stok Opname, dan dokumen-dokumen
lain yang terkait dengan analisis risiko operasional perusahaan.
Hasil dan Pembahasan
Proses Bisnis Perusahaan
Proses operasional
perusahaan merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan oleh setiap divisi perusahaan diluar aktivitas pendanaan dan aktivitas investasi untuk mencapai tujuan perusahaan.� Apabila suatu aktivitas operasional terhambat atau tidak berjalan
dengan baik maka akan mempengaruhi
aktivitas operasional lainnya. Menurut Sihombing Sotarduga, (2022) Perusahaan dagang adalah perusahaan
yang kegiatan utamanya membeli, menyimpan, dan menjual kembali barang tanpa memberikan
nilai tambah atau mengubah bentuk.
Karakteristik utama perusahaan dagang adalah membeli,
menyimpan dan menjual kembali. Untuk PT Hasjrat Abadi, aktivitas utama adalah Menyimpan,
Menjual, dan Service Yamaha, untuk
Proses Pembelian dilakukan
oleh PT Hasjrat Abadi Jakarta.
Identifikasi Risiko
Langkah pertama
adalah melakukan identifikasi risiko. Proses identifikasi risiko di PT Hasjrat Abadi Manado lakukan dengan cara wawancara
yang mendalam dengan 7
orang expert perusahaan.
Tabel 1 Risk
breakdown structure pada PT Hasjrat Abadi Manado
Level 0 |
Level 1 |
|
Level 2 |
Level 3 |
Risiko Operasional |
Internal
Fraud |
1 |
Adanya selisih opname stok |
Risiko
Proses Internal |
|
|
2 |
Belum ada pembagian rak disistem hanya secara general |
Risiko
Proses Internal |
|
|
3 |
Penjualan
ke Instansi tidak di bayar |
Risiko Eksternal |
|
|
4 |
Adanya unit tidak suplai |
Risiko
Proses Internal |
|
|
5 |
Adanya produk Deadstock dan Slow Moving |
Risiko
Proses Internal |
|
|
6 |
Tidak tepat waktu dalam
pelunasan piutang |
Risiko
Proses Internal |
|
|
7 |
Sales Counter terima uang customer |
Risiko
Proses Internal |
|
|
8 |
Stok keluar tapi tidak
dibuatkan SO |
Risiko
Proses Internal |
|
|
9 |
Ada Stok tidak bisa jual
karena belum ada harga |
Risiko
Proses Internal |
|
|
10 |
Alokasi
Stok di gudang dan fisik berbeda |
Risiko
Proses Internal |
|
Eksternal Fraud |
1 |
Adanya pelaksanaan barter (Tempat Pameran) dengan vendor yang pelaksanaanya� tidak sesuai kontrak |
Risiko Eksternal |
|
|
2 |
Adanya double
transfer ke pihak vendor,
yang setelah di konfirmasi
dananya tidak dikembalikan |
Risiko
Proses Internal |
|
|
3 |
SSP Terlambat di serahkan oleh Pihak Instansi, |
Risiko Eksternal |
|
|
4 |
Pandemi
Covid-19, penurunan laba |
Risiko Eksternal |
|
|
5 |
Terlambat
pertanggungjawaban biaya perbaikan outlet dari pihak ke 3 Perkonsuma |
Risiko Eksternal |
Level 0 |
Level 1 |
|
Level 2 |
Level 3 |
Risiko Operasional |
|
6 |
harga kompetitor lebih murah |
Risiko Eksternal |
|
|
7 |
Beredar
Barang KW |
Risiko Eksternal |
|
|
8 |
Masih banyak klaim barang lecet yang belum di bayarkan ekspedisi |
Risiko Eksternal |
|
|
9 |
Terdapat
keluhan mengenai surat-surat |
Risiko Eksternal |
|
|
10 |
Terdapat
pemalsuan data customer |
Risiko Eksternal |
|
Employment Practise |
1 |
Tidak Melakukan Prosedur seusai dengan SOP Perusahaan |
Risiko
SDM |
|
|
2 |
Adanya karyawan yang tidak mau di vaksin |
Risiko
SDM |
|
|
3 |
Adanya ketidakadilan dalam penegakan sanksi selisih opname |
Risiko
SDM |
|
|
4 |
Adanya WFH (work
from home) |
Risiko Eksternal |
|
|
5 |
Efisiensi
karyawan |
Risiko
SDM |
|
|
6 |
Stok Sp terlambat datang setelah di pesan |
Risiko
Proses Internal |
|
Businness Practise |
1 |
Adanya komplain pengembalian dana
indent yang lama |
Risiko
Proses Internal |
|
|
2 |
Penggelapan dana cashback |
Risiko
SDM |
|
|
3 |
Penggelapan dana pengurusan surat2 |
Risiko
SDM |
|
|
4 |
Penggelapan dana penjualan oleh ka.outlet dan kasir |
Risiko
SDM |
|
|
5 |
Cacat,Lecet,dan Rusak Stok |
Risiko
Proses Internal |
|
|
6 |
Sales pakai uang muka customer |
Risiko
SDM |
|
|
7 |
SPK masih dikontrol manual, belum melalui sistem |
Risiko
Proses Internal |
Level 0 |
Level 1 |
|
Level 2 |
Level 3 |
|
Damage Asset |
1 |
Gempa menyebabkan kerusakan gedung retak, pagar roboh |
Risiko Eksternal |
Risiko Operasional |
|
2 |
Ac Rusak |
Risiko
Proses Internal |
|
|
3 |
Aset hilang dan rusak |
Risiko
Proses Internal |
|
Business
Disruption |
1 |
Gangguan
sistem jaringan internet |
Risiko Sistem |
|
|
2 |
AR tidak ada DO |
Risiko Sistem |
|
|
3 |
Terdapat
SO tidak lanjut DO untuk penjualan tunai oleh Kasir |
Risiko
SDM |
|
|
4 |
Banyak klaim adjustment setiap tahun |
Risiko
proses internal |
|
|
5 |
Overdue AR |
Risiko
proses internal |
|
Execution
Delivery |
1 |
KecelakAan
dalam proses delivery unit |
Risiko
Proses Internal |
|
|
2 |
Unit salah
delivery |
Risiko
Proses Internal |
|
|
3 |
Unit GR |
Risiko
Proses Internal |
|
|
4 |
Terlambat
Delivery ke toko atau ke customer |
Risiko
Proses Internal |
|
|
|
|
|
Berdasarkan Identifikasi risiko menggunakan metode Risk Breakdown
Structure risiko operasional
pada PT Hasjrat Abadi Manado khusus
produk Toyota (Mobil dan Spare Part) didapatkan total risiko yang teridentifikasi yaitu 45 risiko untuk keseluruhan
dari masing-masing indikator
risiko. Indikator risiko proses internal terdapat
22 sub risiko, Indikator risiko eksternal terdapat 12 sub risiko, indikator risiko SDM terdapat 9 sub risiko, dan indikator risiko sistem terdapat 2 sub risiko. Risiko � risiko operasional tersebut selanjutnya akan dianalisis lebih lanjut dengan
metode FMEA.
Severity
Severity merupakan
penilaian seberapa serius atau tingkat
keparahan dari pengaruh bentuk kegagalan yang ada dan kolom penilaian Severity memperhatikan failure effect yang ditimbulkan
oleh suatu potential failure. Berikut
tabel 2 merupakan tabel skala penilaian
Severity. Tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan pihak expert yaitu kepala bagian keuangan
untuk menyesuaikan skala penilaian Severity dengan kondisi dampak pada laporan keuangan (financial statement).
Berikut tabel 2 skala
penilaian Severity
Rank |
Severity |
Perkiraan kerugian biaya |
10 |
Berbahaya
tanpa peringatan |
Perkiraan
kerugian pada financial > 900.000.000 |
9 |
Berbahaya
tetapi ada peringatan |
Perkiraan
kerugian pada financial 500.000.000 |
8 |
Sangat tinggi |
Perkiraan
kerugian pada financial 300.000.000 |
7 |
Tinggi |
Perkiraan
kerugian pada financial 100.000.000 |
6 |
Sedang |
Perkiraan
kerugian pada financial 80.000.000 |
5 |
Rendah |
Perkiraan
kerugian pada financial 50.000.000 |
4 |
Sangat Rendah |
Perkiraan
kerugian pada financial 20.000.000 |
3 |
Kecil |
Perkiraan
kerugian pada financial 10.000.000 |
2 |
Sangat Kecil |
Perkiraan
kerugian pada financial 5.000.000 |
1 |
Tidak Ada |
Perkiraan
kerugian pada financial� < 1.000.000 |
Berdasarkan skala Severity pada tabel 4.3 selanjutnya dilakukan pengisian kuisioner penilaian.
Tabel 3 Nilai
Severity untuk setiap
failure
Potential failure |
Failure effect of Failure |
res 1 |
res 2 |
res 3 |
res 4 |
res 5 |
severity |
Adanya selisih opname stok |
Adanya
adjustment koreksi biaya |
6 |
6 |
5 |
6 |
6 |
5.8 |
|
piutang dalam sengketa bertambah |
|
|
|
|
|
|
|
persediaan
berkurang |
|
|
|
|
|
|
|
kurangnya
kontrol dalam keluar masuk stok |
|
|
|
|
|
|
Belum ada pembagian rak disistem hanya secara general |
proses pengeluaran stok jadi lebih lama |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
3.8 |
|
stok ada bisa di bilang
tidak ada sehingga tidak terjadi penjualan |
|
|
|
|
|
|
|
pic pengganti akan sulit dalam proses pencarian barang, bila pic sakit atau cuti |
|
|
|
|
|
|
Penjualan
ke Instansi tidak di bayar |
Unit sudah jadi barang
bekas, surat2 sdh terurus |
10 |
10 |
10 |
10 |
10 |
10 |
|
biaya pajak karena ppn sudah terlapor |
|
|
|
|
|
|
|
Proses retur barang, sehingga tidak terjadi penjualan |
|
|
|
|
|
|
|
Harga jual berkurang karena sdh jadi
barang bekas |
|
|
|
|
|
|
Adanya unit tidak suplai |
Proses pengembalian indent ke customer
dan tidak terjadi penjualan |
9 |
9 |
8 |
9 |
8 |
8.6 |
Adanya produk Deadstock dan Slow Moving |
Harga jual turun karena
diskon khusus |
9 |
9 |
8 |
8 |
8 |
8.4 |
|
Biaya pengiriman bertambah karena dikirimkan ke Cabang yang bisa jual |
|
|
|
|
|
|
|
Proses lelang stok Deadstock dan Slow
Moving |
|
|
|
|
|
|
Tidak tepat waktu dalam
pelunasan piutang |
Penghapusan Piutang |
8 |
8 |
8 |
8 |
8 |
8 |
|
Uang penjualan tidak bisa dikembangkan |
|
|
|
|
|
|
Sales Counter terima uang customer |
Ketidakjujuran karyawan dan pelanggaran
sop |
3 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3.4 |
|
Tidak terjadi penjualan |
|
|
|
|
|
|
Stok keluar tapi tidak
dibuatkan SO |
Kelalaian
karyawan |
2 |
2 |
1 |
2 |
2 |
1.8 |
|
Koreksi� selisih karena tidak lanjut DO |
|
|
|
|
|
|
Ada Stok tidak bisa jual
karena belum ada harga |
Penjualan
tertunda karena harus menunggu update harga dari HA Jakarta |
6 |
6 |
7 |
6 |
7 |
6.4 |
Alokasi
Stok di gudang dan fisik berbeda |
kurangnya
koordinasi dan informasi antara marketing , gudang , dan pic ic |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4.4 |
Adanya pelaksanaan barter (Tempat Pameran) dengan vendor yang pelaksanaanya� tidak sesuai kontrak |
lokasi tidak digunakan karena efek pandemi,
tapi biaya sudah berjalan (barter mulitmart) |
8 |
9 |
8 |
8 |
8 |
8.2 |
|
Penundaan
dan perubahan jadwal pameran |
|
|
|
|
|
|
Adanya double
transfer ke pihak vendor,
yang setelah di konfirmasi
dananya tidak dikembalikan |
Biaya bertambah |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
3.8 |
SSP Terlambat di serahkan oleh Pihak Instansi, |
Biaya bertambah |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4.2 |
Pandemi
Covid-19 |
Penurunan
laba |
10 |
9 |
9 |
9 |
9 |
9.2 |
Terlambat
pertanggungjawaban biaya perbaikan outlet dari pihak ke 3 Perkonsuma |
Biaya perbaikan bertambah |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Harga kompetitor lebih murah |
konsumen
menjadi tertarik untuk membeli yang lebih murah |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Beredar
Barang KW |
konsumen
menjadi tertarik untuk membeli yang lebih murah |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Masih banyak klaim barang lecet yang belum di bayarkan ekspedisi |
Unit terhambat untuk di jual karena harus
diperbaiki terlebih dulu. |
6 |
6 |
6 |
6 |
6 |
6 |
|
biaya penghapusan tagihan ekspedisi |
|
|
|
|
|
|
Terdapat
keluhan mengenai surat-surat |
customer komplain karena lama terima surat-surat |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Terdapat
pemalsuan data customer |
terhambat
dalam pengurusan surat-surat karena sudah sistem online |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Tidak Melakukan Prosedur sesuai dengan SOP Perusahaan |
Kurangnya
pelatihan untuk karyawan |
9 |
9 |
9 |
9 |
9 |
9 |
|
Ketidakjujuran karyawan dalam
bekerja |
|
|
|
|
|
|
|
Tidak terjadi penjualan |
|
|
|
|
|
|
Adanya karyawan yang tidak mau di vaksin |
Karyawan
bisa sakit Covid-19 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Adanya ketidakadilan dalam penegakan sanksi selisih opname |
Memberikan
Peluang kepada karyawan lain untuk coba melakukan hal yang serupa |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
|
Kurang memberikan efek jera |
|
|
|
|
|
|
Adanya WFH (work
from home) |
Aktivitas
operasional menjadi terhambat |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Efisiensi
karyawan |
Biaya Pesangon |
9 |
9 |
9 |
9 |
9 |
9 |
Stok Sp terlambat datang setelah di pesan |
Tertunda
penjualan ke toko |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Adanya komplain pengembalian dana
indent yang lama |
Customer marah dan komplain |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Penggelapan dana cashback |
Kelalaian
dalam mengontrol dana
cashback |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3.4 |
|
kerugian
uang yang diambil sales |
|
|
|
|
|
|
Penggelapan dana pengurusan surat2 |
Kerugian
uang yang diambil petugas
pskb |
9 |
9 |
8 |
9 |
9 |
8.8 |
|
Kerugian
uang untuk penanganan kasus oleh pihak hukum |
|
|
|
|
|
|
Penggelapan dana penjualan oleh ka.outlet dan kasir |
Kerugian
dana penjualan yang di ambil
ka.outlet |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
|
|
|
|
|
|
|
|
Cacat,Lecet,dan Rusak Stok |
Biaya perbaikan stok lecet dan biaya penghapusan stok untuk stok rusak
dan cacat. |
6 |
6 |
6 |
5 |
6 |
5.8 |
Sales pakai uang muka customer |
Kerugian
uang yang tidak disetor
sales |
6 |
6 |
6 |
7 |
6 |
6.2 |
|
tidak terjadi penjualan |
|
|
|
|
|
|
|
Customer komplain |
|
|
|
|
|
|
SPK masih dikontrol manual, belum melalui sistem |
adanya peluang untuk sales menyalahgunakan spk |
6 |
6 |
6 |
7 |
6 |
6.2 |
Gempa menyebabkan kerusakan gedung retak, pagar roboh |
Biaya perbaikan gedung klaim asuransi |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Ac Rusak |
Biaya perbaikan ac |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4.8 |
Aset hilang dan rusak |
Biaya penggantian aset lama dengan aset baru |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4.8 |
Gangguan
sistem jaringan internet |
aktivitas
operasional menjadi terhambat |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
AR tidak ada DO |
koreksi ke biaya untuk
kesalahan sistem |
1 |
2 |
1 |
1 |
1 |
1.2 |
Terdapat
SO tidak lanjut DO untuk penjualan tunai oleh Kasir |
koreksi ke biaya untuk
kesalahan sistem |
1 |
2 |
2 |
1 |
1 |
1.4 |
Banyak klaim adjustment setiap tahun |
Biaya bertambah |
8 |
8 |
8 |
8 |
7 |
7.8 |
Overdue AR |
keterlambatan customer dalam pembayaran |
7 |
7 |
7 |
8 |
7 |
7.2 |
|
kurangnya
kontrol ar |
|
|
|
|
|
|
Kecelakaan
dalam proses delivery unit |
keterlambatan dalam proses delivery unit |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Unit salah
delivery |
retur
dan buka do baru |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Unit GR |
keterlambatan dalam pelunasan
ar |
7 |
7 |
7 |
8 |
7 |
7.2 |
Terlambat
Delivery ke toko atau ke customer |
customer komplain dan marah |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Perhitungan nilai Occurance
Occurance merupakan frekuensi dari penyebab kegagalan
secara spesifik dari suatu fungsi
kegagalan dalam kolom penilaian Occurance memperhatikan nilai failure cause yang ditimbulkan
oleh suatu potential failure. Adapun tabel 4 merupakan tabel penilaian Occurance.
Pada tahap
ini peneliti melakukan diskusi dasar potential failure dengan
para expert, mengkaji dari studi literatur untuk menyesuaikan skala penilaian Occurance yang disesuaikan dengan waktu seringnya
penyebab risiko tersebut terjadi dan berapa persen kemungkinan
kegagalan terjadi. Hal ini dilakukan agar hasil kuisioner yang didapat sesuai dengan kondisi aktual di perusahaan.
Tabel 4
Skala penilaian Occurance
Rank |
Occurance |
Deskripsi |
Probabilitas kegagalan |
|
1 |
Sangat rendah |
Hampir tidak ada kegagalan |
kemungkinan terjadi 0 |
1 dalam > 3 tahun |
2 |
Rendah |
Sangat kecil terjadi kegagalan |
kemungkinan terjadi 3%-11% |
1 dalam 3 tahun |
3 |
|
|
kemungkinan terjadi 12%-20% |
1 dalam 2 tahun |
4 |
|
|
kemungkinan terjadi 21%-25% |
1 dalam 1 tahun |
5 |
Sedang |
Jarang terjadi kegagalan |
kemungkinan terjadi 26%-30% |
1 dalam 8 bulan |
6 |
|
|
kemungkinan terjadi 31%-35% |
1 dalam 4 bulan |
7 |
Tinggi |
Kegagalan
yang berulang |
kemungkinan terjadi 36%-42% |
1 dalam 1 bulan |
8 |
|
|
kemungkinan terjadi 43%-50% |
1 dalam 2 minggu |
9 |
Sangat |
|
kemungkinan terjadi 50%-59% |
1 dalam seminggu |
10 |
tinggi |
Sering gagal |
kemungkinan terjadi >60% |
1 dalam sehari |
Berdasarkan Tabel 4
Skala penilaian Occurance selanjutnya dilakukan pengisian kuisioner. Potencial failure dapat disebabkan oleh lebih dari satu penyebab.
Tabel 5 Nilai occurance untuk setiap failure
Potential failure |
res 1 |
res 2 |
res 3 |
res 4 |
res 5 |
occurance |
Adanya selisih opname stok |
9 |
9 |
8 |
9 |
8 |
8.6 |
Belum ada pembagian rak disistem hanya secara general |
9 |
8 |
8 |
8 |
9 |
8.4 |
Penjualan
ke Instansi tidak di bayar |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
3.8 |
Adanya unit tidak suplai |
9 |
9 |
8 |
9 |
8 |
8.6 |
Adanya produk Deadstock dan Slow Moving |
4 |
4 |
3 |
4 |
3 |
3.6 |
Tidak tepat waktu dalam
pelunasan piutang |
8 |
8 |
8 |
7 |
8 |
7.8 |
Sales Counter terima uang customer |
6 |
6 |
6 |
5 |
6 |
5.8 |
Stok keluar tapi tidak
dibuatkan SO |
9 |
9 |
9 |
9 |
8 |
8.8 |
|
|
|
|
|
|
|
Ada Stok tidak bisa jual
karena belum ada harga |
8 |
8 |
8 |
8 |
7 |
7.8 |
Alokasi
Stok di gudang dan fisik berbeda |
8 |
8 |
7 |
7 |
8 |
7.6 |
Adanya pelaksanaan barter (Tempat Pameran) dengan vendor yang pelaksanaanya� tidak sesuai kontrak |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
Adanya double
transfer ke pihak vendor,
yang setelah di konfirmasi
dananya tidak dikembalikan |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3.6 |
SSP Terlambat di serahkan oleh Pihak Instansi, |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
Pandemi
Covid-19 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
Terlambat
pertanggungjawaban biaya perbaikan outlet dari pihak ke 3 Perkonsuma |
2 |
2 |
2 |
3 |
2 |
2.2 |
Harga kompetitor lebih murah |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3.8 |
Beredar
Barang KW |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3.8 |
Masih banyak klaim barang lecet yang belum di bayarkan ekspedisi |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
|
|
|
|
|
|
Terdapat
keluhan mengenai surat-surat |
7 |
7 |
7 |
8 |
8 |
7.4 |
Potential failure |
res 1 |
res 2 |
res 3 |
res 4 |
res 5 |
occurance |
Terdapat
pemalsuan data customer |
7 |
7 |
7 |
7 |
8 |
7.2 |
Tidak Melakukan Prosedur sesuai dengan SOP Perusahaan |
8 |
9 |
9 |
9 |
9 |
8.8 |
Adanya karyawan yang tidak mau di vaksin |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Adanya ketidakadilan dalam penegakan sanksi selisih opname |
2 |
1 |
2 |
1 |
1 |
1.4 |
Adanya WFH (work
from home) |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Efisiensi
karyawan |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
Stok Sp terlambat datang setelah di pesan |
8 |
8 |
9 |
8 |
8 |
8.2 |
Adanya komplain pengembalian dana
indent yang lama |
8 |
8 |
9 |
9 |
9 |
8.6 |
Penggelapan dana cashback |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
Penggelapan dana pengurusan surat2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Penggelapan dana penjualan oleh ka.outlet dan kasir |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Cacat,Lecet,dan Rusak Stok |
7 |
7 |
7 |
7 |
6 |
6.8 |
Sales pakai uang muka customer |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
3.8 |
SPK masih dikontrol manual, belum melalui sistem |
10 |
10 |
9 |
9 |
10 |
9.6 |
Gempa menyebabkan kerusakan gedung retak, pagar roboh |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Ac Rusak |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4.4 |
Aset hilang dan rusak |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
Gangguan
sistem jaringan internet |
10 |
9 |
10 |
9 |
9 |
9.4 |
AR tidak ada DO |
7 |
7 |
7 |
7 |
6 |
6.8 |
Terdapat
SO tidak lanjut DO untuk penjualan tunai oleh Kasir |
7 |
7 |
7 |
7 |
6 |
6.8 |
Banyak klaim adjustment setiap tahun |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
Piutang
dalam sengketa |
8 |
8 |
8 |
7 |
8 |
7.8 |
Kecelakaan dalam proses delivery unit |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Unit salah
delivery |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Unit GR |
9 |
9 |
9 |
10 |
9 |
9.2 |
Terlambat
Delivery ke toko atau ke customer |
8 |
8 |
8 |
9 |
8 |
8.2 |
Perhitungan nilai
Detection
Detection merupakan pengukuran terhadap kemampuan mendeteksi atau mengontrol kegagalan yang dapat terjadi. Detection atau kontrol didapatkan
melalui wawancara dan diskusi dengan pihak Expert. Skala Detection pada tabel
5 juga telah didiskusikan
dan disesuaikan dengan kondisi aktivitas operasional di perusahaan.
Tabel 6 Skala
Penilaian Detection
Rank |
Detection |
kemungkinan deteksi oleh kontrol |
10 |
Hampir tidak mungkin |
Pengecekan hampir tidak
mampu mendeteksi penyebab potensial dan mode kegagalan |
9 |
Sangat kecil kemungkinan |
Pengecekan memiliki kemungkinan"very
remote" untuk bisa
mendeteksi penyebab potensial dan mode kegagalan |
8 |
Kecil kemungkinan |
Pengecekan memiliki kemungkinan
" remote" untuk bisa mendeteksi penyebab potensial dan mode kegagalan |
7 |
Sangat rendah |
Pengecekan mempunyai peluang
sangat rendah untuk� mendeteksi
penyebab potensial dan
mode kegagalan |
6 |
Rendah |
Pengecekan mempunyai peluang
rendah untuk� mendeteksi
penyebab potensial dan
mode kegagalan |
5 |
Sedang |
Pengecekan memiliki kemungkinan
" moderate " untuk bisa mendeteksi penyebab potensial dan mode kegagalan |
4 |
Menengah
ke atas |
Pengecekan memiliki kemungkinan
" moderately high " untuk bisa mendeteksi penyebab potensial dan mode kegagalan |
3 |
Tinggi |
Pengecekan mempunyai peluang
tinggi untuk� mendeteksi
penyebab potensial dan
mode kegagalan |
2 |
Sangat tinggi |
Pengecekan mempunyai peluang
Sangat tinggi untuk� mendeteksi
penyebab potensial dan
mode kegagalan |
1 |
Hampir
Pasti |
Pengecekan pasti dapat� mendeteksi
penyebab potensial dan
mode kegagalan |
Berdasarkan skala detection selanjutnya dilakukan pengisian kuisioner. Pada tabel 6 merupakan hasil penilaian risiko dari hasil penyebaran
kuisioner kepada 5 expert terpilih untuk memberikan nilai detection dengan memperhatikan current
control atau detection masing-masing failure.
Tabel 7
Nilai detection untuk setiap
failure
Potential failure |
res 1 |
res 2 |
res 3 |
res 4 |
res 5 |
detection |
Adanya selisih opname stok |
6 |
5 |
5 |
6 |
6 |
5.6 |
Belum ada pembagian rak disistem hanya secara general |
7 |
7 |
7 |
6 |
7 |
6.8 |
Penjualan
ke Instansi tidak di bayar |
8 |
8 |
9 |
8 |
8 |
8.2 |
Adanya unit tidak suplai |
9 |
9 |
9 |
9 |
8 |
8.8 |
Adanya produk Deadstock dan Slow Moving |
7 |
7 |
6 |
6 |
6 |
6.4 |
Tidak tepat waktu dalam
pelunasan piutang |
5 |
5 |
5 |
6 |
6 |
5.4 |
Sales Counter terima uang customer |
6 |
6 |
6 |
6 |
7 |
6.2 |
Stok keluar tapi tidak
dibuatkan SO |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4.2 |
Ada Stok tidak bisa jual
karena belum ada harga |
3 |
3 |
4 |
4 |
3 |
3.4 |
Alokasi
Stok di gudang dan fisik berbeda |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3.2 |
Adanya pelaksanaan barter (Tempat Pameran) dengan vendor yang pelaksanaanya� tidak sesuai kontrak |
7 |
7 |
7 |
7 |
6 |
6.8 |
Adanya double
transfer ke pihak vendor,
yang setelah di konfirmasi
dananya tidak dikembalikan |
2 |
2 |
2 |
1 |
2 |
1.8 |
SSP Terlambat di serahkan oleh Pihak Instansi, |
9 |
9 |
8 |
8 |
9 |
8.6 |
Pandemi
Covid-19 |
9 |
9 |
9 |
9 |
8 |
8.8 |
Terlambat
pertanggungjawaban biaya perbaikan outlet dari pihak ke 3 Perkonsuma |
3 |
3 |
3 |
2 |
3 |
2.8 |
Harga kompetitor lebih murah |
5 |
5 |
5 |
5 |
6 |
5.2 |
Beredar
Barang KW |
5 |
5 |
5 |
5 |
6 |
5.2 |
Masih banyak klaim barang lecet yang belum di bayarkan ekspedisi |
6 |
6 |
5 |
5 |
7 |
5.8 |
Terdapat
keluhan mengenai surat-surat |
7 |
7 |
7 |
8 |
8 |
7.4 |
Potential failure |
res 1 |
res 2 |
res 3 |
res 4 |
res 5 |
detection |
Terdapat
pemalsuan data customer |
8 |
8 |
8 |
8 |
7 |
7.8 |
Tidak Melakukan Prosedur sesuai dengan SOP Perusahaan |
6 |
6 |
6 |
5 |
6 |
5.8 |
Adanya karyawan yang tidak mau di vaksin |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3.6 |
Adanya ketidakadilan dalam penegakan sanksi selisih opname |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4.8 |
Adanya WFH (work
from home) |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Efisiensi
karyawan |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Stok Sp terlambat datang setelah di pesan |
6 |
6 |
6 |
7 |
6 |
6.2 |
Adanya komplain pengembalian dana
indent yang lama |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
Penggelapan dana cashback |
8 |
8 |
7 |
7 |
7 |
7.4 |
Penggelapan dana pengurusan surat2 |
8 |
9 |
8 |
8 |
8 |
8.2 |
Penggelapan dana penjualan oleh ka.outlet dan kasir |
8 |
9 |
8 |
9 |
9 |
8.6 |
Cacat,Lecet,dan Rusak Stok |
6 |
6 |
6 |
6 |
5 |
5.8 |
Sales pakai uang muka customer |
8 |
8 |
8 |
8 |
8 |
8 |
SPK masih dikontrol manual, belum melalui sistem |
8 |
8 |
8 |
8 |
8 |
8 |
Gempa menyebabkan kerusakan gedung retak, pagar roboh |
9 |
9 |
9 |
9 |
9 |
9 |
Ac Rusak |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4.6 |
Aset hilang dan rusak |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
Gangguan
sistem jaringan internet |
6 |
6 |
6 |
6 |
7 |
6.2 |
AR tidak ada DO |
7 |
7 |
6 |
6 |
5 |
6.2 |
Terdapat
SO tidak lanjut DO untuk penjualan tunai oleh Kasir |
6 |
6 |
6 |
6 |
7 |
6.2 |
Banyak klaim adjustment setiap tahun |
5 |
5 |
5 |
5 |
6 |
5.2 |
Piutang
dalam sengketa |
5 |
5 |
5 |
6 |
5 |
5.2 |
Kecelakaan dalam proses delivery unit |
8 |
8 |
8 |
7 |
8 |
7.8 |
Unit salah
delivery |
6 |
6 |
6 |
5 |
6 |
5.8 |
Unit GR |
6 |
5 |
5 |
5 |
6 |
5.4 |
Terlambat
Delivery ke toko atau ke customer |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
Perhitungan nilai RPN
Tahap ini merupakan proses perhitungan risk priority number (RPN) setelah
diperoleh nilai severity, occurance, dan detection dari setiap potential failure. RPN didapatkan
dari hasil perkalian antara severity, occurance, dan detection. Nilai RPN tertinggi
dari hasil potential
failure masing-masing indikator risiko
merupakan sasaran utama perbaikan yang akan dilakukan penanganan.
Tabel 8 Nilai
RPN untuk setiap failure
Potential failure |
severity |
occurance |
detection |
RPN |
Adanya selisih opname stok |
5.8 |
8.6 |
5.6 |
279.33 |
Belum ada pembagian rak disistem hanya secara general |
3.8 |
8.4 |
6.8 |
217.06 |
Penjualan
ke Instansi tidak di bayar |
10 |
3.8 |
8.2 |
311.60 |
Adanya unit tidak suplai |
8.6 |
8.6 |
8.8 |
650.85 |
Adanya produk Deadstock dan Slow Moving |
8.4 |
3.6 |
6.4 |
193.54 |
Tidak tepat waktu dalam
pelunasan piutang |
8 |
7.8 |
5.4 |
336.96 |
Sales
Counter terima uang customer |
3.4 |
5.8 |
6.2 |
122.26 |
Stok keluar tapi tidak
dibuatkan SO |
1.8 |
8.8 |
4.2 |
66.53 |
Ada Stok tidak bisa jual
karena belum ada harga |
6.4 |
7.8 |
3.4 |
169.73 |
Alokasi
Stok di gudang dan fisik berbeda |
4.4 |
7.6 |
3.2 |
107.01 |
Adanya pelaksanaan barter (Tempat Pameran) dengan vendor yang pelaksanaanya� tidak sesuai kontrak |
8.2 |
3 |
6.8 |
167.28 |
Adanya double
transfer ke pihak vendor,
yang setelah di konfirmasi
dananya tidak dikembalikan |
3.8 |
3.6 |
1.8 |
24.62 |
SSP Terlambat di serahkan oleh Pihak Instansi, |
4.2 |
4 |
8.6 |
144.48 |
Pandemi
Covid-19 |
9.2 |
3 |
8.8 |
242.88 |
Terlambat
pertanggungjawaban biaya perbaikan outlet dari pihak ke 3 Perkonsuma |
1 |
2.2 |
2.8 |
6.16 |
Harga kompetitor lebih murah |
1 |
3.8 |
5.2 |
19.76 |
Beredar
Barang KW |
1 |
3.8 |
5.2 |
19.76 |
Masih banyak klaim barang lecet yang belum di bayarkan ekspedisi |
6 |
4 |
5.8 |
139.20 |
Terdapat
keluhan mengenai surat-surat |
1 |
7.4 |
7.4 |
54.76 |
Potential failure |
severity |
occurance |
detection |
RPN |
Terdapat
pemalsuan data customer |
1 |
7.2 |
7.8 |
56.16 |
Tidak Melakukan Prosedur sesuai dengan SOP Perusahaan |
9 |
8.8 |
5.8 |
459.36 |
Adanya karyawan yang tidak mau di vaksin |
1 |
1 |
3.6 |
3.60 |
Adanya ketidakadilan dalam penegakan sanksi selisih opname |
1 |
1.4 |
4.8 |
6.72 |
Adanya WFH (work
from home) |
1 |
1 |
2 |
2.00 |
Efisiensi
karyawan |
9 |
3 |
2 |
54.00 |
Stok Sp terlambat datang setelah di pesan |
2 |
8.2 |
6.2 |
101.68 |
Adanya komplain pengembalian dana
indent yang lama |
1 |
8.6 |
7 |
60.20 |
Penggelapan dana cashback |
3.4 |
3 |
7.4 |
75.48 |
Penggelapan dana pengurusan surat2 |
8.8 |
2 |
8.2 |
144.32 |
Penggelapan dana penjualan oleh ka.outlet dan kasir |
7 |
2 |
8.6 |
120.40 |
Cacat,Lecet,dan Rusak Stok |
5.8 |
6.8 |
5.8 |
228.75 |
Sales pakai uang muka customer |
6.2 |
3.8 |
8 |
188.48 |
SPK masih dikontrol manual, belum melalui sistem |
6.2 |
9.6 |
8 |
476.16 |
Gempa menyebabkan kerusakan gedung retak, pagar roboh |
1 |
2 |
9 |
18.00 |
Ac Rusak |
4.8 |
4.4 |
4.6 |
97.15 |
Aset hilang dan rusak |
4.8 |
4 |
5 |
96.00 |
Gangguan
sistem jaringan internet |
1 |
9.4 |
6.2 |
58.28 |
AR tidak ada DO |
1.2 |
6.8 |
6.2 |
50.59 |
Terdapat
SO tidak lanjut DO untuk penjualan tunai oleh Kasir |
1.4 |
6.8 |
6.2 |
59.02 |
Banyak klaim adjustment setiap tahun |
7.8 |
4 |
5.2 |
162.24 |
Piutang
dalam sengketa |
7.2 |
7.8 |
5.2 |
292.03 |
Kecelakaan dalam proses delivery unit |
1 |
1 |
7.8 |
7.80 |
Unit salah
delivery |
1 |
2 |
5.8 |
11.60 |
Unit GR |
7.2 |
9.2 |
5.4 |
357.70 |
Terlambat
Delivery ke toko atau ke customer |
1 |
8.2 |
7 |
57.40 |
|
|
|
|
|
|
TOTAL RPN |
6518.89 |
||
|
NILAI KRITIS |
144.86 |
||
|
(Total RPN /
Total Failure) |
|
||
|
|
|
|
|
Berdasarkan hasil perhitungan nilai RPN didapatkan indikator risiko kritis nilai tertinggi
berdasarkan hasil nilai RPN yaitu sebagai berikut:
Tabel 9 Risiko Kritis berdasarkan
hasil RPN
Jenis risiko |
Potential failure |
nilai RPN |
Risiko
Proses Internal |
Adanya unit tidak suplai |
650.85 |
Risiko Eksternal |
Penjualan
ke Instansi tidak di bayar |
311.60 |
Risiko
SDM |
Sales pakai uang muka customer |
188.48 |
Risiko Sistem |
Gangguan
sistem jaringan internet |
58.28 |
Indikator risiko tersebut nantinya akan dilanjutkan
untuk diberikan rekomendasi perbaikan dalam penanganannya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Identifikasi risiko menggunakan metode Risk Breakdown
Structure risiko operasional pada PT Hasjrat Abadi Manado khusus produk Toyota
(Mobil dan Spare Part) didapatkan total risiko yang teridentifikasi yaitu 45 risiko
untuk keseluruhan dari masing-masing indikator risiko. Indikator risiko proses
internal terdapat 22 sub risiko, Indikator risiko eksternal terdapat 12 sub
risiko, indikator risiko SDM terdapat 9 sub risiko, dan indikator risiko sistem
terdapat 2 sub risiko.
Rekomendasi yang diberikan untuk risiko adanya unit tidak suplai adalah
dengan risk mitigation sebagai berikut : a) Evaluasi kontrak kerja yang
lama, terkait dengan suplai unit dari suplier ke dealer. b) Evaluasi
permintaan pembelian dan keterlambatan unit tiba di dealer. Perusahaan dapat
melakukan pertemuan terkait kendala pabrikan untuk memproduksi unit. c) Order dibuat
berdasarkan SPK sehingga untuk unit yang baru akan dipesan sesuai permintaan
tipe dan warna customer. Maka sales wajib menjelaskan mengenai ketersediaan
stok dan lamanya suplai stok. ke customer atau mengalihkan ke unit yang sudah
ready. d) Setiap bulan SPV wajib mengevaluasi SPK yang sudah diinput dengan
ketersediaan stok dan menginfokan ke sales agar dapat di infokan ke customer yang
bersedia menunggu.
Rekomendasi yang diberikan untuk risiko Penjualan ke instansi tidak
dibayar adalah dengan risk mitigation sebagai berikut: a) Setiap
penjualan ke instansi wajib ada kontrak. b) Untuk proses dec wajib ada SP2D
baru proses serah terima unit. c) Sales dan pic ar wajib follow up untuk SSP ke pihak
instansi dan harus ada dateline pencairan dana ke perusahaan di dalam kontrak.
Rekomendasi yang diberikan untuk risiko Penjualan ke instansi tidak
dibayar adalah dengan risk mitigation sebagai berikut: a) Setiap hari
dibuat pengecekan spk dari adsales / spv ke sales. b) Spk oustanding wajib diperiksa
uang indentnya disistem. c) Usulan ke IT agar ada tarikan history lead time spk
di sistem. d) Sosialisasi ke masyrakat mengenai status kwitansi
yang asli, sehingga customer tidak menyetorkan uang ke sales dan hanya menerima
kwitansi pasar.
Rekomendasi perbaikan dan penanganan risk response planning untuk masalah
ini adalah Risk Mitigation; a) Harus ada cadangan provider internet bila jaringan
bermasalah. b) Dilakukan meeting dengan bagian IT untuk membahas masalah kuota internet
diperusahaan. c) Ajukan helpdesk bila di outlet atau di kantor
bermasalah jaringan internet.
BIBLIOGRAFI
Ardian, M. Faris. (2022). Manajemen Risiko
Operasional Pada PT. Bank Syariah Indonesia Area Aceh. UIN Ar-Raniry.
Furqoni, Furqoni, Budi, Deni Setia, & Supriyanto,
Eko. (2020). Manajemen Risiko dalam Proses Relokasi Datacenter & Disaster
Recovery Center. Syntax Idea, 2(1), 43�47.
Kholmi, Masiyah. (2019). Akuntansi manajemen
(Vol. 2). UMMPress.
Lestari, D. G. (2019). Analisis Risiko Operasional Dengan Metode FMEA dan RCA (Studi Observasional di Area Container Yard PT Terminal Teluk Lamong). Universitas Brawijaya.
M.Hanafi,
M. (2014). Risiko, Proses Manajemen Risiko, dan Enterprise Risk Management.
Management Research Review, 1�40. http://repository.ut.ac.id/4789/1/EKMA4262-M1.pdf
Nizamuddin, Masimin, & Maji, I. A. (2013).
Faktor�Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kinerja Tahap Pelaksanaan Proyek Irigasi
(Studi Kasus di Provinci Aceh). Jurnal Teknik Sipil Unsyiah, 2(1),
253�2302.
Robertson, A., & Shaw, S. (2003). Failure Modes & Effects Analysis (FMEA). In Infomine, Vancouver.generalpurposehosting.com. http://generalpurposehosting.com/guides/http�� technology.infomine.com enviromine Issues cls_FMEA.pdf
Rosih, A. R., Choiri, M., & Yuniarti, R. (2015).
Analisis risiko operasional pada departemen logistik dengan menggunakan
metodeFMEA. Jurnal Rekayasa �.
http://jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jrmsi/article/view/229
Sirait, N. M., & Susanty, A. (2016). Analisis
Risiko Operasional Berdasarkan Pendekatan Enterprise Risk Management (ERM) pada
Perusahaan Pembuatan Kardus di CV Mitra Dunia Palletindo. Industrial
Engineering Online Journal.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/view/14043
Segismundo, Andre, & Augusto Cauchick Miguel,
Paulo. (2008). Failure mode and effects analysis (FMEA) in the context of risk
management in new product development: A case study in an automotive company. International
Journal of Quality & Reliability Management, 25(9), 899�912.
https://doi.org/10.1108/02656710810908061
Sepang, Bryan Alfons Willyam, Tjakra, Jermias, Langi,
Juno E. Ch, & Walangitan, D. R. O. (2013). Manajemen risiko keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) pada proyek pembangunan ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal
Sipil Statik, 1(4).
Sihombing, Sotarduga, Margareta, Elisabeth,
Simatupang, Leo Fernando, Simamora, Benjamin, & Siagian, Lasma. (2022). DASAR-DASAR
AKUNTASI PERUSAHAAN JASA DAN PERUSAHAAN DAGANG (Teori Dan Praktek).
Sugiyono, P. D. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D (Sutopo. Bandung: CV. Alfabeta.
https://doi.org/10.35310/jass.v2i02.670
Sulistiani, Dwi. (2014). Analisis swot sebagai
strategi perusahaan dalam memenangkan persaingan bisnis. El-Qudwah.
Stamatis, D. H. (2019). Risk Management Using Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA). books.google.com.
https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=h-mPDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PT2&dq=risk+operational+fmea&ots=0mFX_cPHJp&sig=j0quh_TfWjQGkym3W4R3Ds7B_fI
Wang,
W., Liu, X., Chen, X., & Qin, Y. (2019). Risk assessment based on hybrid
FMEA framework by considering decision maker�s psychological behavior
character. Computers & Industrial Engineering.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0360835219304486
Copyright holder: Nancy Franglyn,
Hendrik Manossoh, Jessy D.L Warongan
(2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |