Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 10, Oktober
2023
EVALUASI
KONDISI FISIK DAN TINGKAT KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI DI KAWASAN PULOMAS
HASIL PROYEK PENDUKUNG INFRASTRUKTUR ASIAN GAMES 2018
Denny Prasetyo,
Agus Dharma Tohjiwa
Universitas Gunadarma
Jakarta
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Tujuan
penelitian ini adalah menjelaskan proses pembangunan jalur pejalan kaki di Kawasan Pulomas. Jenis
dari Pendekatan Penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif karena paling sesuai dengan cara
pengambilan data dan penyajian
datanya, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti serta memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi dan tindakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada lokasi penelitian terdapat banyak pohon yang terdapat di trotoar, terkait jumlahnya terdapat di table jumlah pohon. Pohon yang ditempatkan di trotoar, mayoritas merupakan pohon yang sudah ada di existing sebelum pembangunan trotoar dilakukan.
Kata kunci: Jalur
Pejalan Kaki; Infrastruktur;
Asian Games 2018.
Abstract
The purpose of this study is to explain the process of
building pedestrian paths in Pulomas Area. The type
of Research Approach to be used is Quantitative and Qualitative Research
because it is most in accordance with the way of data collection and data
presentation, namely research used to examine and understand phenomena about
what is experienced by research subjects such as behavior, perception and
action. From the results of research conducted at the research location there
are many trees on the sidewalk, related to the number contained in the number
of trees table. Trees placed on the sidewalk, the
majority are trees that already existed before the construction of the sidewalk
was carried out
Keywords: Pedestrian Paths; Infrastructure; 2018 Asian Games.
Pendahuluan
Perlombaan kesejahteraan
negara makin hari semakin menjadi. Hampir setiap negara berlomba untuk menujukan karakternya yang tampak dengan identitas
yang mampu dibedakan dari setiap negara. Bukan tanpa alasan,
tentu dengan predikat yang cukup menjanjikan dan dipandang oleh
dunia membuat setiap negara
mencoba mengakui negara nya sebagai negara maju.
Data yang ditampilkan dunia sendiri mengungkapkan jika keseluruhan negara maju yang berada di dunia sendiri terakhir berjumlah 42. negara 9 diantara 42 negara itu sendiri adalah negara negara yang berada di benua asia. Sedangkan
sisanya tersebar di benua amerika, eropa dan oseania yang sebagai salah contoh negara majunya adalah italia.
Menjadi salah satu
contoh negara maju, bukan lah perkara
muda bagi Italia untuk mempertahankan terus menjadi sebagai
salah satu contoh negara maju. Tidak dipungkiri, Italia memiliki liga yang suda cukup banyak
terdengar di seluruh dunia,
tentu saja itu akan membawa
Italia menjadi memiliki Pendapatan Nasional Bruto yang cukup
besar. Skala sepakbola yang
dimiliki Italia menjadi bukti nyata yang bisa di buktikan di segala sektor hingga
mampu dikatakan Italia menjadi sebagai suatu negara maju.
Faktanya dengan
diperdekatkan Italia menjadi
salah satu negara maju, tidak membuat Italia berpuas diri dengan
pendapatan yang diterima dengan mempraktikkan negara yang infrastruktur kota nya mendukung seluruh
aspek pengguna umum maupun pengguna
khususnya.
Perhatian khusus
ditunjukkan oleh Pemerintah
Italia dengan pembangunan infrastruktur kota yang luar biasa. Menjadi
bukti nyata dengan ditemukan fakta jika ada
para pengguna kebutuhan khusus akan sangat bahagia ketika berwisata ke Italia karena bagaimanapun salah satu kota memiliki
standar yang dibuat dan diterapkan bisa membawa mereka menikmati kota yang luar biasa ramah
bagi distabilitas dengan tanpa memandang
kekurangan yang dimiliki difabel.
Roma yang dijuluki sebagai Kota Pasta dilengkapi dengan jalur khusus bagi
penyandang distabilitas.
Hal tersebut menjadi bukti nyata yang dapat dilihat jika
Pemerintah Italia serius memperhatikan mereka difabel yang kadang kala sulit sekali bisa
mendapatkan hak nya di setiap negara. Selain itu colosseum dan Vatikan melengkapi keseriusan memperhatikan difabel dengan membuka bis yang mampu membawa mereka
menikmati kota Roma dan membuka sarana penyewaan skuter bagi para difabel untuk berkeliling kota.
Perubahan nyata
yang dilakukan negara maju lambat laun menjadi
batu acuan tersendiri bagi negara berkembang untuk bisa mengikuti
jejak negara maju yang memperhatikan difabel yang sebenarnya memerlukan perhatian khusus tapi terkadang tidak terlalu dijadikan
masalah utama di tiap negara. Niat perubahan negara berkembang dengan memperhatikan khusus terhadap difabel dapat dijadikan
hal yang cukup positif. Pasalnya dalam beberapa waktu, Difabel sulit sekali mendapatkan
hak nya untuk
bisa menikmati kota serta berwisata
menikmati negaranya sendiri.
Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena memang fokus
mereka negara berkembang
pada utamanya adalah menyejahterakan masyarakatnya terlebih dahulu, faktor ekonomi lah yang menjadi utama bagi setiap
negara berkembang untuk bekerja, sedangkan untuk hal seperti
kebutuhan khusus difabel menjadi tidak terlalu difokuskan
utama.
Secara logikanya,
setiap negara berkembang akan berusaha membereskan
masalah negara nya sendiri yang masih cukup kompleks dalam segala sektor.
Sebelumnya Indonesia berada
di posisi tersebut, dimana beberapa sektor masih dianggap
perlu perhatian khusus dan sedikit menyampingkan kebutuhan mereka kaum difabel.
Indonesia yang memiliki luas kurang
lebih 1,904.570 km pada saat
masih menjadi negara berkembang dirasa tidak terlalu memperhatikan
mereka difabel yang memiliki kebutuhan khusus untuk mereka
menjalankan aktivitasnya. Selayaknya mereka yang non difabel, setiap manusia membutuhkan materi untuk bisa
menyambung hidupnya.
Seperti itu lah yang menjadi tantangan sendiri bagi mereka yang berkebutuhan khusus bisa mencari materi
dengan kondisi yang dirasa tidak adil.
Dimulai dari hal kecil seperti
akses bagi mereka bisa ke
kantor saja sudah cukup membantu
mereka sebenarnya.
Akses yang memadahi, nyaman serta aman dirasa
sudah cukup bagi mereka difabel.
Aspek standar seperti yang dikatakan sebelumnya bisa menjadi acuan bagi
sebuah Negara untuk membantu mereka memenuhi hal dasar
yang mereka butuhkan untuk bisa beraktivitas.
Indonesia, negara yang sebelumnya masuk
ke dalam negara berkembang, kini telah masuk ke
dalam Negara Maju sehingga
negara dituntut untuk terus bekerja serta
memperhatikan masyarakatnya
yang berkebutuhan khusus atau difabel.
Masuknya Indonesia sebagai
suatu negara maju sendiri di umumkan oleh kantor perwakilan dagang Amerika Serikat pada tanggal 10 Februari 2020 menanggap Indonesia suda menjadi negara maju karena perdagangan yang dilakukan Indonesia sudah mencakup global. (Sebayang, 2020)
Masuknya Indonesia ke dalam Negara maju, selain itu juga dipengaruhi ole salah satu perhelatan akbar yang terselenggara di Indonesia yaitu
Asian Games yang sukses terselenggara
2018 lalu.
Seperti yang diketahui,
2018 lalu menjadi ajang bagi Negara Indonesia untuk membuktikan negara menjadi negara besar yang mampu menyelenggarakan Asian
Games. Kemajuan yang mampu ditunjukkan Indonesia menjadi bukti tersendiri bagi Indonesia untuk membuktikan bagi negara tetangganya seperti Malaysia dan
Singapura yang dianggap lebih
maju dibandingkan
Indonesia.
Pasalnya dalam beberapa kali pemberitaan media masih menganggap Indonesia sebagai negara yang masih kalah jauh dengan
Singapura yang dianggap lebih
maju karena mampu memanfaatkan sumber daya alam
yang terbatas dengan sumber daya manusia
yang maksimal dan dianggap lebih dibandingkan sumber daya alam
manusia di Indonesia.
Dengan terselenggaranya
Asian Games di Indonesia bisa menjadi
bukti nyata jika Indonesia selayaknya sudah lebih dibandingkan
negara negara tetangganya.
Hal tersebut ternyata sesuai dengan fakta
yang diungkapkan oleh pejabat
negara yang mengatakan jika
Indonesia layak serta mampu di sejajar kan dengan negara negara maju, buktinya
adalah dengan Infrastruktur olahraga modern
yang dibuat dan dipersiapkan
merupakan infrastruktur
yang berstandar Nasional. (Kementerian PUPR, 2018) Secara garis besar dengan dibuatnya infrastruktur berskala International yang begitu hebat untuk menunjang
Asian Games.
Asian Games 2018 yang
diikuti oleh 45 Negara berfokus
kepada perbaikan cukup besar trotoar
di Kec. Pulomas, Jakarta timur menjadi tantangan
tersendiri yang harus bisa diselenggarakan oleh Presiden dan masyarakat Indonesia
untuk menajamkan bukti jika Indonesia merupakan Negara maju yang sudah siap menyelenggarakan
perhelatan akbar tersebut. Pembangunan besar besaran dibuat untuk menunjang Asian Games ini, Seperti Publik Transport MRT
yang masuk dalam klasifikasi pembuatan infrastruktur berskala besar hingga pembangunan
skala kecil yang dibuat dengan standar
International yaitu Pedestrian dan Trotoar, yang dianggap akan mampu memadahi,
nyaman serta aman bagi seluruh
masyarakat tanpa terkecuali.
Pembangunan dan perbaikan terus dilakukan dengan luas dan jumlah yang dikeluarkan cukup fantastis untuk menunjang perhelatan akbar ini. Mulai dari membangun trotoar baru yang disesuaikan dengan skala International hingga perbaikan trotoar yang dulunya terbengkalai hingga menjadi layak untuk digunakan
bagi seluruh masyarakat baik selama perhelatan International itu berjalan hingga
nantinya setelah perhelatan itu selesai mampu digunakan
bagi seluru masyakat Indonesia.
Pada saat yang bersamaan memang terdapat banyak sekali pembangunan
trotoar atau jalur pejalan kaki yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, seperti Pelebaran Jalur Pejalan Kaki di
Kawasan Cikini. Namun Penataan Trotoar atau Jalur Pejalan Kaki di Pulomas merupakan proyek infrastruktur yang mendukung kegiatan nasional di pinggiran kota Jakarta yang bersinggungan langsung dengan venue Asian Games
2018.
Proyek pembangunan
dan Penataan Trotoar di
Kawasan Pulomas merupakan proyek pembangunan infrastruktur kota berstandar nasional yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta guna menyambut Asian Games dengan pengerjaan yang dilakukan dalam waktu singkat.
Jika sebelumnya belum terdapat jalur pejalan kaki pada lokasi
existing, akan kah jalur pejalan kaki bisa digunakan secara berkelanjutan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan
rumusan masalahnya tentang trotoar yang sudah terbangun dan dibuat dan dengan standard Internasional sudah sesuai dengan standard
International ataukah belum
bahkan bisa tidak sesuai dengan
kebutuhan yang dibutuhkan untuk penggunaan trotoar standard.
Bahkan ketika
sudah terbangun apakah rencana jalur pejalan kaki sudah sesuai dengan
rencana yang bisa mencakup berbagai macam kebutuhan masyarakat di DKI Jakarta. Rencana
yang sudah disiapkan kenyataannya tidak sesuai ekspektasi karena penulis menemukan Jika masih ada kejanggalan rencana lebar trotoar
yang penggunanya terpusat ramai penggunanya pada saat waktu tertentu.
Terkait dengan
perencanaan tersebut. Perlu penelitian lebih lanjut terkait
dengan kondisi fisik yang tidak memadahi jika penulis
pernah menggunakan trotoar yang ter aplikasikan, selain itu saat malam
hari dari beberapa berita media masa, seperti yang diutarakan Sandy dari Suara.com Jika terjadi suatu kejadian di Pulomas yang menyebabkan seorang pesepeda tergeletak jatuh yang merupakan korban jambret di
Kawasan pulomas. Bahkan beru beberapa waktu
ini terjadi, Menurut Heri salah satu wartawan sorotnews pada 16 April
2022, insiden seorang pengendara motor yang jatuh ke dalam parit
sedalam 3m di Kawasan Pulomas.
Kondisi yang seharusnya tidak terjadi jika
pengaman atau pagar pengaman benar terpasang (Redaksi Sorotnews, 2022).
Jika di telusuri lebih lanjut, saat malam
hari penulis yang melalui daerah Kawasan Pulomas yang sudah baik trotoar nya,
ternyata tidak sesempurna itu. Kondisi Lampu yang berada di tengah antara 2 sisi trotoar
mengakibatkan kurang nyaman nya pengguna
yang menggunakan trotoar malam hari. Selanjutnya
pada malam hari terlalu banyak pengguna trotoar yang terganggu dengan para premotor
yang melakukan balap liar
di Kawasan tersebut, bukan tidak beralasan. Polisi sudah hampir setiap
hari menegur para pembalap liar.
Beberapa faktor
tersebut menjadi masalah kenyamanan bagi trotoar yang terbangun. Pada akhirnya pada
Akhir tahun 2021, menurut
Sandro dari redaksi Kompas memberitakan jika terjadi mobil yang tersebut ke saluran air dan melompati trotoar dari Jalan utama, yang tentu saja menjadi
faktor kurang aman dan nyaman bagi trotoar yang terpasang (Gatra, 2021).
Tujuan penelitian ini adalah 1) Menjelaskan Proses Pembangunan Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas. 2)���� Mengevaluasi Kondisi Fisik Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas. 3) Mengevaluasi Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas
Metode Penelitian
Penelitian ini perlu adanya data data terkait yang akan dikelompokkan ke dalam data primer dan sekunder. Untuk Jenis Penelitian Data yang digunakan penulis adalah Deskriptif. Selanjutnya pengambilan datanya akan terbagi menyesuaikan
kebutuhan data yang akan disajikan. Segala aspek akan dipenuhi mulai
dari aspek kualitas dari data yang disajikan sampai kuantitas yang dilengkapi dalam penyusunan tesis.
Setelah penentuan
metode yang sebelumnya telah disepakati dalam pengambilan datanya diharapkan dapat memberikan hasil yang efektif dan efisien serta dapat
menjadi bahan pertimbangan terkait penelitiannya dan dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah.
Jenis dari
Pendekatan Penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif karena paling sesuai dengan cara pengambilan
data dan penyajian datanya,
yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti serta memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi dan tindakan (Sugiyono,
2019).
Tempat lokasi
penelitian berada di Kelurahan Kayu Putih, Kec. Pulo Gadung, Jakarta Timur. Waktu
Penelitian pada sepanjang
Jl. Pulomas Raya, Jl. Pulomas
Jaya dan Jl. Tanahmas Raya, Kelurahan
Kayu Putih, Kec. Pulo Gadung, Jakarta Timur dimulai bulan Desember 2021 sampai dengan bulan
Maret 2022. Untuk melengkapi
data yang dibutuhkan dibutuhkan
Pembagian waktu dengan mencari Intesntias Pengguna terbanyak atau rush hour di Jalur
Pejalan Kaki.
Terdapat dua jenis
data penelitian yaitu data
primer dan data sekunder. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Data Primer. 2) Data Sekunder.
Sumber data adalah dari data primer dan data sekunder
tersebut yang akan diperoleh dari obyek yang diteliti yaitu dokumen-dokumen dan seluruh penelitian yang berkaitan erat dengan kebutuhan Penelitian Data Trotoar di Pulomas. Pada tahap Teknik
Analisa data, berdasarkan 3 variabel
yang ditentukan maka dapat dijelaskan jika untuk 3 variabel
Analisa data nya masing masing,
adalah:
a. Pembangunan Jalur Pejalan Kaki
Pada variable ini, segala data yang terhimpun akan dianalisa dengan melihat kondisi jalur Pejalan
Kaki yang sebelumnya belum ada, hingga pada akhirnya telah dibangun dan efeknya seperti apa pada lingkungan dan warga sekitar.
b. Kondisi
Fisik Jalur Pejalan Kaki
Teruntuk pada variable ke 2, segala data yang telah dihimpun mulai dari material yang terbangun hingga segala ukuran
yang terbangun sudah sesuai dengan Pedoman
Jalur Pejalan Kaki yang dikeluarkan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 02/SE/M/2018 dan Panduan Desain Fasilitas Pejalan Kaki yang dikeluarkan
Lembaga ITDP.
c. Tingkat Kenyamanan
Jalur Pejalan Kaki
Pada variable faktor yang ke 3, Data data yang berkaitan dengan kenyamanan pengguna seperti hambatan hingga kerusakan yang mengganggu aktifitas akan di Analisa berdasarkan Pedoman Pedoman Jalur Pejalan Kaki yang dikeluarkan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 02/SE/M/2018 dan Panduan Desain Fasilitas Pejalan Kaki yang dikeluarkan
Lembaga ITDP.
Hasil dan Pembahasan
A.
Pembangunan Jalur Pejalan Kaki
1.
Pembangunan
Dasar dari
pembangunan trotoar menjadi lokasi penelitian jika di telisik lebih mendalam
akan berkaitan langsung dengan Instruksi Presiden No. 2 tahun 2016, tentang Dukungan Penyelenggaraan Asian
Games XVIII tahun 2018. Dalam Instruksi
yang diterbitkan jelas arahan untuk bagi
beberapa kementerian dan perangkat pemerintah untuk bisa mendukung
jalanya Asian Games 2018. (Instruksi
Presiden No. 2, 2016).
Selanjutnya dijelaskan
lebih detail pada pasal 22 huruf a, Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta: membangun dan menyiapkan
velodrome, equestrian venues, maupun infrastruktur dan kembali di tambahkan pada point b tentang merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan pembangunan seluruh fasilitas sebagaimana dimaksud dalam huruf a serta
harus berkoordinasi dengan Panitia Nasional Inasgoc dan Kementerian pemuda dan Olahraga.
Jalur Pejalan
Kaki atau Trotoar yang berada di Provinsi DKI Jakarta, secara pembangunan terus melesat jumlah
yang atau kuantitas nya yang terbangun, seperti table data panjang trotoar yang terbangun tiap tahun terus
meningkat. Jika pada awal tahun 201 hanya terdapat 20, 5 km untuk panjang trotoar yang terbangun, saat tahun 2017 sudah mencapai 78,8 km trotoar yang terbangun Trotoar yang terus menerus berkembang
menjadi isyarat tersendiri perlunya hal lain dari suatu
pembangunan trotoar yang terdapat di suatu wilayah. Hal seperti kontinuitas dari toroat yang terbangun itu sendiri,
diharapkan punya nilai lebih untuk kemajuan
suatu wilayah serta memiliki nilai infrastruktur yang bisa menunjang seluruh kebutuhan lingkungannya secara kontinuitas Jakarta yang berbasis digital.
Gambar
1 Gambar Pengembangan Jalur Existing Pulomas Jaya
Pada wilayah penelitian
yang dilakukan di Jl. Pulomas
Jaya, ditemukan juga jika pembangunan yang terjadi di
Kawasan Jl. Pulomas Jaya menjadi
Pembangunan trotoar dengan kualitas yang baik karena di beberapa bagian pada saat sebelum pembangunan, belum terdapat jalur pejalan kaki dengan lebar yang cukup besar. Pembangunan yang dilakukan berefek langsung kepada aktifitas yang berada pada lokasi tersebut seperti Sekolah Sevilla Pulomas dan Tugas Pulomas dimana trotoar menjadi pembatas antara anak anak dengan
kendaraan bermotor agar tidak membahayakan anak anak dilokasi
tersebut.
Gambar 1 Gambar Pengembangan
Jalur Existing Pulomas Raya
Pembangunan yang ketiga yang berada di Jl. Pulomas raya. Pembangunan yang dilaksanakan ditemukan juga berpengaruh besar kepada pemilik rumah di sekitar lokasi dengan dibuatnya
jalur pejalan kaki tersebut, banyak kegiatan yang timbul dilokasi tersebut seperti warga masyarakat
bisa menggunakan pada hari kerja untuk
akses para pemilik rumah untuk jalan
menuju public transport terdekat
dan pada hari libur bisa digunakan menjadi tempat untuk berolahraga karena cukup lebar.
Karena sebelum terbangunnya
jalur pejalan kaki, wilayah
jalur pejalan kaki nya merupakan taman
taman kota yang sudah relatif kusan
dan tidak terurus dan tidak dapat dimanfaatkan
oleh warga sekitar.
Gambar 3 Pengembangan Jalur
Existing Pulomas Jaya
Tahapan rencana
awal, Jika dimapping lebih lanjut, dapat
digambarkan jika rencana awal dari
penelitian mencakup dalam wilayah wilayah sesuai dengan gambar
di atas, berdasarkan informasi yang diperoleh. Semua pembangunan yang dilakukan secara bertahap dan dilakukan pada awal tahun 2018 hingga waktu Asian Games 2018 dimulai.
Gambar
4 Pembangunan Awal di Jl. Pulomas Raya
(Sumber: Google Street
View;2018)
Lalu untuk tahapan terakhir,
yang menjadi focus pembangunan
trotoar berada pada Jl. Pulomas Raya, untuk pembangunan Jl. Pulomas Raya ini beragam lebar
yang terbangun. Seperti contohnya untuk sisi yang berhadapan langsung dengan JIEP, trotoar yang terbangun hanya 1,3meter sedangkan untuk sisi tenggara
nya terbangun 3,8meter yang
relatif lebih besar jika dibandingkan
trotoar berbatasan Jakarta
International Equastion Park. Lalu trotoar menerus 3,8meter hingga sungai yang mengaliri Waduk Pulomas atau Riario
yang terbangun selanjutnya dengan lebar hanya
1,8 meter.
Selanjutnya jika
di telisik dari lokasi, Programnya Pembangunan Trotoar masuk ke
dalam kategori Fungsional Pedestrian, Pedestrian dibuat
dengan lingkungan sekitar yang memiliki tempat belajar, tempat kerja dan tempat untuk makan
guna mendukung aktifitas kegiatan rumah tinggal yang memiliki zona terbesar di wilayah
penelitian. Pada keterangan
data yang berhasil dihimpun
dari Open Data DKI Jakarta, menerangkan
material yang direncanakan tertuang
dalam data dari Bina Marga
DKI, terbilang Standard Jalur Pejalan
oleh DKI di Kawasan Pulomas, yaitu:
a) Trotoar yang tersusun dari: Tanah, Paving beton Motif
dan Beton Berpori. b) U Ditch 800 yang tersusun dari: Floor, Tanah �
Beton Motif, U-Ditch 1000.
Lalu saat melakukan tinjau lapangan di lokasi penelitian, ditemukan di lapangan material
yang terpasang atau ter aplikasikan pada jalur pejalan kaki adalah: a) Kanstin. b) Beton
Stamp. c) Ubin Pemandu. d) Beton Pembatas.
e) Tanaman.
Terkait dengan
waktu perencanaan, Pengerjaan trotoar pada awalnya dilakukan pada awal bulan Maret hingga ditargetkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa selesai hanya
dalam 5 bulan sampai di bulan Juli tahun 2018. Hal tersebut Kembali ditegaskan oleh mantan Kepala Dinas Bina Marga DKI Jika pekerjaan
penataan jalur pedestrian bisa selesai tepat
waktu dan ditambahkan lagi dengan argument dari mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang mengungkapkan
jika trotoar akan rampung pada tanggal 22 Juli 2018 sehingga tanggal 31 Juli sehingga trotoar yang terbangun akan bisa dipakai.
Secara garis besar
dapat digambarkan jika material yang terpasang pada
trotoar terbagi dalam 5 material umum yang mayoritas ada setiap
trotoar Jl. Pulomas Raya,
Jl. Pulomas Jaya dan Jl. Tanahmas
Raya atau Kawasan Pulomas dengan Pengawasan Trotoar saat di amati di lapangan dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja terkait
Ketertiban Umum dan Kepolisian
terkait Kriminalitas yang cukup tinggi di wilayah Kawasan Pulomas.
2. Pendanaan
Bukti keseriusan yang diambil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dikatakan Wakil Gubernur DKI
Jakarta Sandiaga Uno pada tahun
2017, Jika Pembangunan trotoar pada dasarnya menjadi dua focus yang ditargetkan Pemerintah Provinsi DKI. Terkait focus pertama memang di fokuskan kepada Pembangunan Venue
yang menjadi tempat ajang penyelenggaraan, lalu sarana transportasi,
manajemen lalu lintas dan memastikan konektivitas antar venue yang memudahkan peserta Asian Games maupun masyarakat dan turis, (EP, 2017)
Setelah didasari
Instruksi Presiden, Pemprov DKI mewujudkan dengan segera pembangunan
infrastruktur dengan mengalokasikan APBD melalui Dinas
Bina Marga Provinsi DKI Jakarta dengan
Pembangunan Trotoar dan Bangunan
Pelengkap Jalan Jaktim
Paket 1 (Kawasan Pulomas) Jl. Pulomas
dan sekitarnya dengan anggaran sebesar Rp.
8.253.294.669,00 dengan Re klarifikasi
ke 5 Bidang Aset Tetap Dari KDP (KDP sudah selesai dikerjakan) menjadi 8.540.124.040. (Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2019).
Berdasarkan data Perhitungan,
Jika untuk Kawasan Pulomas
yang memiliki anggaran
8.253.294.669 dengan total yang terbangun
berdasarkan perhitungan dan
pengukurannya dengan panjang 4.512 m, maka didapati untuk permeternya membutuhkan dana
1,829.187,64 juta atau 1,8 juta untuk per meter. Hal tersebut masih relatif wajar dan normal jika dibandingkan dengan biaya permeter
yang diungkapkan Kepala Seksi Perencanaan Prasarana Jalan dan Utilitas
Dinas Bina Marga DKI Jakarta, dengan anggaran yang dikatakan jika dibutuhkan 1,5 juta hingga 5 juta
per meter persegi.
3. Pengawasan
Dengan berjalannya
program pemerintah untuk membangun infrastruktur yang menunjang Asian Games, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta juga diawasi
langsung di Kawasan Pulomas
menurut warga sekitar jika dulunya
memang sering ada yang datang dan hadir mengecek progress atau bahkan kualitas
dai trotoar yang dikerjakan, yang menurut dari warga adalah
dari Pegawai Negeri Sipil sendiri dari
Dinas Bina Marga dan juga terdapat dari Tim Pengawal dan Kejaksaan Tinggi Jakarta yang di wakilkan
oleh Perangkat dari Kejaksaan Tinggi, yaitu Pengamanan Pembangunan Pemerintah
daerah atau disingkat ( TP4D ).
Hal tersebut
dibuktikan juga dengan beberapa dokumentasi yang memampangkan spanduk atau banner yang menuliskan jika kegiatan pembangunan
trotoar dan bangunan pelengkap jalan di kawal oleh Kejaksaan Tinggi DKI
Jakarta yang mendapat advokasi
dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
(LKPP).
Bukti lain untuk
data terkait pengawasan
yang dilakukan dari satuan unit kerja Bina Marga ditemukan dari channel media sosial Youtube salah satu pegawai dari
Dinas Bina Marga yang sedang melakukan
pengawasan pengerjaan jalur pejalan kaki saat Pengerjaan Penggalian hingga terpasang pada channel: Aqillah
Mirza.
B. Faktor Fisik
Jalur Pejalan Kaki
Berbicara tentang
faktor fisik jalur pejalan kaki, akan banyak yang dibahas untuk yang berkaitan dengan fisik jalur pejalan
kaki, seperti ukuran,
material dan kelengkapan. Faktor yang berkaitan fisik jalur pejalan kaki sebelumnya tertuang dalam kebutuhan data variabel nya. Penyajian
dan penelitian akan membahas dan menampilkan data data material yang digunakan lalu ukuran yang terdapat pada jalur pejalan kaki dan pada akhirnya akan dijelaskan kelengkapan yang terdapat pada jalur pejalan kaki.
Membahas tentang
material yang digunakan apakah
layak dan bagaimana kondisinya sekarang ini, lalu untuk
ukuran, ukuran yang dibangun apakah sudah cukup untuk
bisa menampung penggunanya baik dari yang cukup aktif hingga di hari libur. Kelengkapan
juga akan dilihat seperti tersedia kah di lokasi penelitian
atau ada ketidaksesuaian yang terjadi untuk kelengkapan kondisi fisik jalur
pejalan kaki.
Berikut beberapa
data yang terdapat pada faktor
fisik di dalam jalur pejalan kaki:
1. Panjang Jalur Pejalan kaki
Teruntuk data Panjang jalur
pejalan kaki, Peneliti mengambil data dari Pengukuran yang diambil dari Peta Jakarta satu pada setiap Jalur Pejalan Kaki seperti Jl. Pulomas Raya, Jl. Pulomas Jaya dan Jl. Tanahmas
Raya, Masing masing dari setiap Jalur Pejalan Kaki memilki Panjang yang berbeda beda.
I. Trotoar
Jl. Pulomas Raya � Warna Merah 1, 25 km (1.250 m)
II. Trotoar
Jl. Pulomas Raya � Warna Biru 1, 25 km (1.250 m)
III. Trotoar
Jl. Pulomas Jaya � Warna Kuning 527, 58 m
IV. Trotoar
Jl. Pulomas Jaya � Warna Hijau 560,13 m
V. Trotoar
Jl. Tanahmas Raya � Warna Orange 465,61 m
VI. Trotoar
Jl. Tanahmas Raya � Warna Hitam 460,96 m
Panjang dari
setiap trotoar berbatasan langsung dengan zona yang berbeda beda, merah dan biru bersinggungan dengan zona hunian, lalu kuning dan hijau bersinggungan dengan zona Pendidikan lalu
orange dan hitam bersinggungan
dengan zona sosial politik dengan intensitas pengguna yang tentu berbeda beda
tiap jalur pejalan kaki.
2. Lebar Jalur Pejalan Kaki
a. Jl. Pulomas Raya Bagian 1
Untuk bagian
pertama terdapat 2 ruas jalur pejalan
kaki. 1 ruas terdapat 1,3 m
dan 1 ruas lainnya terdapat 3,8 m untuk jalur pejalan kaki. Pada ruas jalur pejalan
kaki 1,3meter tidak terdapat
hambatan di lokasi penelitian sehingga sirkulasi tetap terjaga di atas jalur pejalan kaki, namun akan terasa
kurang leluasa untuk 2 arah yang menurut standard kebutuhan satu orang adalah 60cm dengan lebar ruang
gerak tambahan 15 cm tanpa membawa barang,
jika di akumulasi untuk 2 pengguna maka lebar yang dibutuhkan 120cm dengan tambahan 30cm untuk ruang gerak. Sehingga
kebutuhan untuk ruang gerak 2 arah
standard kebutuhannya adalah
150cm, sedangkan pada sisi pertama hanya terdapat
130 cm yang berarti belum memenuhi standard ruang gerak untuk dua arah.
b. Jl. Pulomas Raya Bagian 2
Kelanjutan untuk luasan lebar dari
jalur pejalan kaki terdapat 1,8 m atau 180 cm. Jika ditelisik dari kebutuhan ruang untuk 2 arah, 180 cm merupakan jumlah yang cukup untuk ruang
gerak 2 arah pada lokasi penelitian dan ditambah ruang gerak tersisa 30 cm sehingga pengguna bisa lebih leluasa
untuk menggunakan jalur pejalan kaki pada bagian ke 2 di Jl. Pulomas Raya.
c. Jl. Pulomas Raya Bagian 3
Pada lokasi
penelitian yang bagian ke 3, ditemukan jika lebar jalur
pejalan kaki yang disediakan
adalah 3,8 m atau 380 cm. Dengan lebar jalur
pejalan kaki yang disediakan
tersebut ruang gerak untuk dua arah jalur pejalan
kaki sudah bisa memenuhi standard yang dibutuhkan
150 cm. Penyediaan 2 kali lipat dari
normal ruang kegiatan maka menjadi lebar
ideal trotoar untuk bisa digunakan secara dua arah.
Namun tidak semua jalur pejalan
kaki dapat dimanfaatkan untuk pergerakan, karena terdapat vegetasi yang disediakan di jalur tersebut yang pada akhirnya menyediakan lebar untuk jalur
pejalan kaki itu adalah 270 cm atau 2,7 m, yang berarti kebutuhan 2 arah jalur pejalan
kaki pada bagian ke 3 penelitian sudah terpenuhi baik di jalur pejalan kaki.
d. Jl. Pulomas Jaya
Titik penelitian
kedua adalah Jl. Pulomas Jaya. Pada titik penelitian di Jl. Pulomas Jaya terdapat 2 sisi trotoar yang memiliki perbedaan lebar. Satu sisi dengan lebar
3,5 m berbatasan dengan Sekolah Tugas sedangkan
untuk yang lebar 2,2 m berbatasan langsung dengan Sekolah Sevilla. Seperti di Jl. Pulomas Raya,
Metode pengambilan ukuran lebar peneliti menggunakan Distometer. Kondisi existing yang terdapat jalur pejalan kaki dengan lebar 2,2 m dan 3,5 m dirasa cukup untuk
standard kebutuhan jalur pejalan kaki dua arah yang
minimal terdapat 150cm dan sudah
memenuhi standard untuk ruang gerak jalur
pejalan kaki.
c. Ketinggian Jalur Pejalan Kaki
Terkait dengan
ketinggian Jalur Pejalan
Kaki ketika survey lapangan
mayoritas di sudah lebih turun sekitar
2cm dari ketinggian awal yaitu 30 cm, menjadi 28 cm � 29 dan 30 cm. hal
tersebut terjadi pada titik titik keramaian
yang cukup padat, terlebih pada malam hari atau pusat
pusat kuliner yang menggunakan trotoar sebagai tempat makan.
Gambar 5 Ketinggian
Kanstin Jalur Pejalan Kaki Pulomas Jaya
Hampir keseluruhan
ketinggian untuk jalur pejalan kaki, baik di wilayah Jl. Pulomas Raya,
Jl. Pulomas Jaya maupun
yang berada di Jl. Tanahmas
Raya memiliki ketinggian
30cm. Namun pada salahs atu titik yang berada di seberang dari SMAN 21 terdapat suatu penurunan titik jalur pejalan
kaki terkait ketinggiannya.
Saat ditelaah dan di analisa
lebih lanjut, hal tersebut terjadi
akibat dari perlunya penyesuaian ketinggian untuk titik sebrang jalur
pejalan kaki ke SMAN 21.
Penerapan ketinggian
tersebut diharapkan bisa meminimalisir disfungsional dari jalur pejalan. Seperti parkir kendaraan di atas jalur pejalan kaki yang terjadi di banyak tempat jalur pejalan
kaki. Hal tersebut dibuktikan
dengan tidak adanya motor yang parkir di atas jalur pejalan
kaki. Ketinggian yang dibuat
akan menghambat premotor untuk menempatkan atau sekedar motor melalui jalur pejalan
kaki demi kenyamanan pengguna
dari jalur pejalan kaki. Namun hal tersebut tidak
berlaku dengan ditemukannya pedagang yang membawa gerobak dan menempatkan dagangannya di atas jalur pejalan
kaki.
C.
Penghijauan
Dari hasil
penelitian yang dilakukan
pada lokasi penelitian terdapat banyak pohon yang terdapat di trotoar, terkait jumlahnya terdapat di table jumlah pohon. Pohon
yang ditempatkan di trotoar,
mayoritas merupakan pohon yang sudah ada di existing sebelum pembangunan trotoar dilakukan. Untuk jenis pohon nya
terdapat beberapa jenis, Ketika di bagi berdasarkan kepada jalannya, data nya seperti:
1.Jl.
Pulomas Raya: Pohon Pinus
dan Pohon Tanjung
2. Jl.
Pulomas Jaya: Pohon Tanjung
3. Jl.
Tanahmas Raya: Pohon
Tanjung dan Pohon Ketapang
D. Penerangan
Gambar 6 Pencahayaan Jl. Pulomas
Raya
Untuk melengkapi
Jalur Pejalan Kaki. Pada lokasi
penelitian terdapat lampu penerangan. Untuk setiap jalanya
terdapat perbedaan jumlah lampu penerangan
yang disediakan, seperti
pada Jl. Pulomas Raya terdapat
26 lampu penerangan, Jl. Pulomas Jaya disediakan 11 lampu penerangan, sedangkan untuk Jl. Tanahmas raya disediakan
14 lampu penerangan. Hal tersebut juga berpengaruh kepada Panjang dari setiap jalur pejalan
kaki yang disediakan dari
masing masing jalur pejalan kaki.
Namun masih bisa dilalui karena
tidak tertutup secara keseluruhan pada Jalur Pejalan Kaki atau menimbulkan blind spot. Kenyataannya
memang mengurangi pandangan bagi Pengguna pejalan karena memang lampu
penerangan yang terpasang tertutup oleh pohon pohon di jalur pejalan kaki.
Tidak berbeda
jauh dengan lokasi penelitian di Jl. Pulomas jaya, untuk
di Jl. Pulomas jaya lainya juga terdapat beberapa bagian yang tertutup oleh pepohonan di Jalur Pejalan kaki. Dalam artinya memang Sebagian besar penerangan yang dibuat sudah cukup untuk
memberikan pencahayaan di jalur pejalan kaki.
Namun, pengguna
yang menggunakan jalur pejalan kaki di Jl. Pulomas jaya sedikit terganggu
dengan beberapa tempat yang tertutup pencahayaan, Namun masih lebih baik
jika dibandingkan dengan lokasi penelitian
Jl. Pulomas raya, karena pepohonan yang relatif lebih rendah
dan tidak terlalu banyak kuantitas nya.
Pada lokasi
penelitian di Jl. Pulomas raya, terdapat 2 sudut pencahayaan yang berbanding, hal tersebut diakibatkan 2 Jalur Pejalan Kaki dari tingkat kuantitas pohonnya berbeda. Pada satu sisi utara
di Jl. Tanahmas Raya, Jalur Pejalan
Kakinya dipenuhi dengan vegetasi sedangkan untuk di sisi selatan hanya
terdapat beberapa Pohon.
Pada malam
hari, pencahayaan yang terdapat di Jl. Tanahmas raya masih nyaman
untuk digunakan karena tercukupi dan terpenuhi pencahayaan nya. Hal tersebut jika di teliti lebih lanjut akibat
kurangnya Pepohonan di lokasi tersebut.
Tidak berbeda
jauh dengan lokasi penelitian pertama, Jika disandingkan untuk jarak antar
tempat duduk di lokasi penelitian Jl. Pulomas Jaya, untuk jarak antar
tempat duduk nya adalah > 10 m, terdapat 2 titik. Sisanya semua melebihi standard jarak antar penempatan.
Tempat duduk yang disediakan
masih belum memenuhi standard jaraknya, yang dituangkan seharusnya jarak antar tempat
duduk adalah 10 m.
Penempatan saat dilakukan penelitian, tempat duduk ditemukan berpusat kepada pusat kegiatan. Seperti pada vnesia mall. Disediakan tempat duduk pada akses keluar dan masuk ke dalam
Vnesia mall. Walaupun belum sebenarnya beraktivitas, tetapi niat baik untuk
bisa mengakomodir kebutuhan di pusat kegiatan untuk penempatanya perlu diapresiasi.
Unit Tempat Sampah
Gambar 9 Tempat Sampah
Sumber:
Google Street View
Saat melakukan
penelitian di 3 lokasi penelitian, mulai dari Jl. Pulomas raya, Jl. Pulomas jaya hingga Jl. Tanahmas raya. Tidak ditemukan satupun tempat sampa yang disediakan di 3 lokasi tersebut. Pengguna trotoar akan merasa
kebingungan saat ingin membuang sampah nya. Penasaran
dengan hal tersebut, Peneliti menelusuri lebih lanjut terkait tentang tempat sampah yang disediakan pada tahun pembangunan jalur pejalan kaki. Tempat sampah pada selesai pembangunan trotoar telah disediakan
sebagai pelengkap jalur pejalan kaki sesuai penelitian yang dilakukan melalui google street
view. Namun Ketika dilakukan
penelitian ke lokasi tersebut, tempat sampah yang disediakan tidak tersisa satupun di 3 lokasi tersebut.
E. Faktor
Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki
Berdasarkan pengamatan
dan Analisa lapangan dengan
melihat segala faktor dan kondisi yang terdapat pada existing, Tidak ada
yang mengalami tingkat kerusakan yang besar, tetapi yang mendekati ukuran tingkat kerusakan besar terdapat pada Jl. Pulomas Raya.
Hal itu berdasarkan data
yang memang beban aktivitas yang dipikul oleh Jl. Pulomas Raya lebih banyak dan lebih sering, hamper non � stop 24 jam karena
aktivitas dari pola kegiatannya cukup banyak. Lalu dengan tingkat kerusakan yang sedang termasuk pada Jl. Tanahmas Raya.
Hal tersebut dibuktikan dengan aktivitas yang ramai pengguna, tetapi masih ada sisi
pengawasan yang kuat dengan adanya kantor
polisi yang berada di Jl. Tanahmas Raya sehingga pelanggaran pelanggaran dan aktivitas yang berlebih tidak akan di lakukan
di jalur pejalan kaki Jl. Tanahmas Raya. Selanjutnya dengan resiko tingkat
kerusakan yang rendah adalah Jl. Pulomas Jaya. Pandemi menjadi salah satu faktor penentu
masih baiknya kondisi jalur pejalan
kaki karena sekolah mengurangi aktivitas di sekolah sehingga kegiatan keramaian berkurang dan menjaga kualitas kenyamanan dari jalur pejalan
kaki di Jl. Pulomas Jaya.
Sirkulasi
Tabel 1 Tabel Pola kegiatan
Pola Kegiatan Hari Kerja |
JL. Pulomas
Raya : Aktifitas
pagi mayoritas dari Jl. Pulomas Raya ke Jl. Jend. Ahmad Yani
dan ketika malam hari sebaliknya. |
Jl. Pulomas Jaya : Aktifitas pagi lebih banyak
dari Jl. Pulomas Raya
lewat Jl. Pulomas Jaya menuju Jl. Tanahmas Raya, begitu juga saat malam hari |
Jl. Tanahmas Raya : Aktifitas pagi mayoritas dari Jl. Tanahmas Raya
ke Jl. Tener
diimbangi sebagian kecil dari Jl. Tanahmas Raya ke Jl. Kayu Putih Raya dan ketika malam hari sebaliknya. |
Pola Kegiatan Hari Libur |
JL. Pulomas
Raya : Kegiatan Pergerakan, bergerak sentral atau
berpusat ke dengan focus kegiatan sirkulasi lebih ramai di jalur pejalan kaki |
Jl. Pulomas Jaya : Didominasi Pengguna Olahraga lebih
renggang karena kurangnya pedagang kaki lima yang lebih banyak di Jl.
Pulomas Raya. Dengan
kuantitas lebih rendah dari 2 jalan
lainnya, |
Jl. Tanahmas Raya :�������� Didominasi Pengguna Olahraga dan Bersantai dengan Keluarga
yang menampung para pengguna dari timur Jakarta. |
Berdasarkan penjelasan
dari tiap table dan gambar yang tersaji dapat dijelaskan jika pengguna mayoritas
akan bergerak pada hari kerja dari
daerah pemukiman atau zona hunian kea rah publik transport terdekat dan sisanya dari beberapa
zona hunian terbagi ke beberapa lokasi
pusat aktifitas seperti zona perkantoran / perdagangan di sekitar lokasi penelitian hingga lokasi Pendidikan yang memang juga banyak penggunanya sehingga menjadi daerah yang kuantitas nya banyak
penggunanya di hari kerja. Terkait data pengguna akan terdapat
table tersendiri yang menyajikan
data pengguna tiap waktu.
Berbeda dengan
hari kerja yang umumnya pergerakan lebih banyak terbagi
menuju lokasi lokasi tempat akses
publik transport. Pada hari
libur pergerakan kegiatan yang terjadi menjadi banyaknya pola pendek dalam
artinya dimana kegiatan banyak dilakukan di bagian trotoar karena memang lokasi trotoar
merupakan tempat yang dikelilingi zona hunian sehingga pengguna nya memanfaatkan lokasi dengan trotoar
yang tersedia sebagai tempat berolahraga atau sekedar berjalan
santai.
Hal tersebut
dirasa menjadi poin plus karena penyediaan trotoar yang sebelumnya disediakan untuk menunjang lokasi Venue penyelenggaraan
International menjadi lokasi
berakhir pekan dengan keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut
menambahkan banyaknya pengguna untuk trotoar tersebut. Jika pada umumnya pengguna menggunakan trotoar dalam angka waktu
yang lebih rendah, teruntuk hari libur,
justru pengguna lebih banyak pengguna
dengan intensitas waktu penggunaan trotoar menjadi lebih ramai daripada
hari kerja.
Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis
dan penelitian yang mendalam
pada Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan data yang diteliti jika proses pembangunan Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas dilakukan untuk menunjang proyek strategis nasional Asian Games
pada tahun 2018 dengan dimulai pengerjaan nya pada awal tahun
2018 hingga September 2018 sesuai
dengan target pengerjaan nya agar bisa difungsikan
sebagai Infrastruktur penunjang Asian Games 2018.
Kondisi Fisik, 1) Panjang jalur pejalan kaki belum sesuai karena
penempatan penunjang jalur pejalan kaki seperti penempatan tempat duduk yang disediakan setiap jarak 10m belum terakomodir. 2) Lebar jalur pejalan kaki pada 5 titik sudah memenuhi
standard ideal kebutuhan jalur
pejalan kaki namun terdapat 2 titik belum memenuhi ideal kebutuhan jalur pejalan kaki. 3) Ketinggian yang disediakan untuk jalur pejalan kaki sudah memenuhi standard lebih dari 15cm. 4) Material beton yang digunakan menggunakan beton mutu K.-250 lalu ditunjang dengan Ubin Pemandu dan Tanaman. 5) Kelengkapan Penghijauan yang ter aplikasikan menambah estetika, multifungsi, efisien dan efektif. 6) Pencahayaan di siang hari relative nyaman karena didukung
dengan penempatan penghijauan namun pada malam hari ditemukan
1 titik yang menjadi blind
spot akibat tiang lampu yang disediakan tertutup oleh Pohon di Jl. Tanahmas raya.
7) Jumlah tempat duduk pada 3 lokasi penelitian tidak menerapkan penempatan tempat duduk untuk setiap 10m. 8) Tidak ditemukan 1 tempat sampah pun terlebih dengan syarat penempatan tempat sampah di setiap jarak 20 m maupun di lokasi penelitian sehingga banyak sampah yang berserakan dan berimbas kotornya di jalur pejalan kaki 9) Papan Informasi
yang ditempatkan sesuai dengan titik titik
persimpangan interaksi sosial seperti Area Parkir, Petunjuk arah Kota, Bus Stop dan
Area Penyeberangan sedikit lebih kecil dan sesekali terhalang pepohonan namun dapat dilihat dengan
baik pengguna nya. 10) Bollard yang terpasang sudah sesuai dengan
standard, namun pada 1 titik
bollard ditemukan patah dan
belum diganti, lalu penyediaan lebar 90cm untuk akses Penyandang disablitas pada 4 titik disalah gunakan Pedagang kaki lima.
Kenyamanan, 1) Berdasarkan data ditemukan 70 titik kerusakan di Kawasan Pulomas. 2) Waktu
kebisingan yang tinggi terjadi pada malam hari sedangkan yang paling rendah pada waktu sore hari. 3) Pada hari kerja, sirkulasi yang menuju kea arah sekolah cukup padat
sehingga menimbulkan sedikit kemacetan. Sedangkan untuk hari libur, sirkulasi
kegiatannya terbagi diantara jalur pejalan kaki di Jl. Pulomas Raya
dan Jl. Pulomas Jaya. 4) Jl. Tanahmas
Raya di pagi hari memilki tingkat keramaian yang paling tinggi disebabkan banyaknya siswa siswi SMA 21 dan gelandangan yang duduk di jalur pejalan kaki yang menghalangi sirkulasi secara tidak langsung. 5) Pada pagi hari, pengguna
nya adalah Warga sekitar yang berolahraga, Terjadi alih fungsi
kegiatan pada siang hari didominasi oleh Pedagang kaki lima, lalu pada
sore hari juga didominasi pedagang kaki lima hingga malam hari penggunanya
adalah Pembalap pembalap liar.
6) Berdasarkan data hasil survey ditemukan jika 51,5 % pengguna trotoar di Kawasan Pulomas merasa nyaman dan 59 % di Kawasan
pulomas merasa aman Ketika menggunakan jalur pejalan kaki. 7) Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas memiliki nilai estetika sangat menarik dengan sebagian besar penggunanya menggunakan 2x dalam sebulan dengan presentase nilai 46%.
BIBLIOGRAPHY
Carina, J. (2017). Pembangunan Trotoarl Ideal di Jakarta Perlu Biaya Rp. 5 Juta Per Meter
Chiara J.D. dan Lee E Koppelman. (1994). Standar Perencanaan Tapak. Jakarta : Penerbit Erlangga. CNNIndonesia.com.
24 Juni 2020. Demam Skuter Listrik demi Manjauh dari Corona. Diakses pada 1 Agustus 2022, dari
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200623174558-269-516586/demam-skuter-listrik-di-roma-demi-
menjauh-dari-corona.
Fitrianto, Aditya W. (2004). �Mewujudkan
Aksesibilitas Ruang Publik�, Kompas,13 juni 2004.
Gunawan, H. (2022). Motor jatuh
ke parit sedalam meter di Jakarta Timur. 16 April 2022
Hami,S.
(1985). The Urban Design And Process. Van Nostrand
Reinhold Company, New York1985.https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/02/11404221/Pembangunantrotoar-ideal-di-jakarta-perlu-biaya-rp-5-juta-pe
meter#:~:text=Untuk%20membangun%20trotoar%20ideal%2C%20Rini,5%20juta%20per%20meter%20persegi.
Hutauruk, Rouliana. (1999). Studi Penataan Kawasan Pejalan Kaki di
Pusat Kota Bandung Dengan Alternatif
Pedestrian Mall. Tugas Akhir, Jurusan
Teknik Planologi.
Sebayang, R. (2020). AS Jadikan RI Negara
Maju, Pertimbangannya Apa ?. 24 February 2020.
Iswanto, D. (2006). Pengaruh Elemen Elemen Pelengkap
Jalur Pedestrian terhadap Kenyamanan
Pejalan Kaki. Diakses 20
November 2021.
Kurniasih, W. (2022). Potret Kemajuannya
Negara Maju di Eropa. Januari 2022.
Muchtar, C. (2010). Identifikasi
Tingkat Kenyamanan Pejalan
Kaki Studi kasus Jalan Kedoya
Raya � Arjuna Selatan. Diakses 21 November 2021.
Purnawan, Yossyafra., Dessi, Sasmita.
(2020). Evaluasi Pelayanan Trotoar Dan Studi Persepsi Terhadap Tingkat Kenyamanan Trotoar Kawasan Perdagangan. Diakses tanggal 22 November 2021.
Syoufa, A. (2017). Tinjauan Tingkat Kenyamanan dan Keamanan Pejalan Kaki pada Desain Trotoar
Jalan Margonda Ray Depok dengan
Jalan Padjajaran Bogor. Diakses
tanggal 22 November 2021.
Tanan, N. (2011). Fasilitas
Pejalan Kaki. Diakses dari
https://binamarga.pu.go.id/bintekjatan/repositori/system/files/03-Pejalan%20Kaki%20%281%29.pdf.
Wikipedia.com. (2022). Trotoar. Diakses pada 04 Februari 2022, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Trotoar.
Wuisan, P. (2022). 9 Daftar Negara Maju di Benua
Asia, Berpengaruh di Dunia. 3 Februari
2022.
Copyright holder: Denny Prasetyo,
Agus Dharma Tohjiwa (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |