Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 10, Oktober 2023

 

EVALUASI KONDISI FISIK DAN TINGKAT KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI DI KAWASAN PULOMAS HASIL PROYEK PENDUKUNG INFRASTRUKTUR ASIAN GAMES 2018

 

Denny Prasetyo, Agus Dharma Tohjiwa

Universitas Gunadarma Jakarta

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan proses pembangunan jalur pejalan kaki di Kawasan Pulomas. Jenis dari Pendekatan Penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif karena paling sesuai dengan cara pengambilan data dan penyajian datanya, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti serta memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi dan tindakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada lokasi penelitian terdapat banyak pohon yang terdapat di trotoar, terkait jumlahnya terdapat di table jumlah pohon. Pohon yang ditempatkan di trotoar, mayoritas merupakan pohon yang sudah ada di existing sebelum pembangunan trotoar dilakukan.

 

Kata kunci: Jalur Pejalan Kaki; Infrastruktur; Asian Games 2018.

 

Abstract

The purpose of this study is to explain the process of building pedestrian paths in Pulomas Area. The type of Research Approach to be used is Quantitative and Qualitative Research because it is most in accordance with the way of data collection and data presentation, namely research used to examine and understand phenomena about what is experienced by research subjects such as behavior, perception and action. From the results of research conducted at the research location there are many trees on the sidewalk, related to the number contained in the number of trees table. Trees placed on the sidewalk, the majority are trees that already existed before the construction of the sidewalk was carried out

 

Keywords: Pedestrian Paths; Infrastructure; 2018 Asian Games.

 

Pendahuluan

Perlombaan kesejahteraan negara makin hari semakin menjadi. Hampir setiap negara berlomba untuk menujukan karakternya yang tampak dengan identitas yang mampu dibedakan dari setiap negara. Bukan tanpa alasan, tentu dengan predikat yang cukup menjanjikan dan dipandang oleh dunia membuat setiap negara mencoba mengakui negara nya sebagai negara maju.

Data yang ditampilkan dunia sendiri mengungkapkan jika keseluruhan negara maju yang berada di dunia sendiri terakhir berjumlah 42. negara 9 diantara 42 negara itu sendiri adalah negara negara yang berada di benua asia. Sedangkan sisanya tersebar di benua amerika, eropa dan oseania yang sebagai salah contoh negara majunya adalah italia.

Menjadi salah satu contoh negara maju, bukan lah perkara muda bagi Italia untuk mempertahankan terus menjadi sebagai salah satu contoh negara maju. Tidak dipungkiri, Italia memiliki liga yang suda cukup banyak terdengar di seluruh dunia, tentu saja itu akan membawa Italia menjadi memiliki Pendapatan Nasional Bruto yang cukup besar. Skala sepakbola yang dimiliki Italia menjadi bukti nyata yang bisa di buktikan di segala sektor hingga mampu dikatakan Italia menjadi sebagai suatu negara maju.

Faktanya dengan diperdekatkan Italia menjadi salah satu negara maju, tidak membuat Italia berpuas diri dengan pendapatan yang diterima dengan mempraktikkan negara yang infrastruktur kota nya mendukung seluruh aspek pengguna umum maupun pengguna khususnya.

Perhatian khusus ditunjukkan oleh Pemerintah Italia dengan pembangunan infrastruktur kota yang luar biasa. Menjadi bukti nyata dengan ditemukan fakta jika ada para pengguna kebutuhan khusus akan sangat bahagia ketika berwisata ke Italia karena bagaimanapun salah satu kota memiliki standar yang dibuat dan diterapkan bisa membawa mereka menikmati kota yang luar biasa ramah bagi distabilitas dengan tanpa memandang kekurangan yang dimiliki difabel.

Roma yang dijuluki sebagai Kota Pasta dilengkapi dengan jalur khusus bagi penyandang distabilitas. Hal tersebut menjadi bukti nyata yang dapat dilihat jika Pemerintah Italia serius memperhatikan mereka difabel yang kadang kala sulit sekali bisa mendapatkan hak nya di setiap negara. Selain itu colosseum dan Vatikan melengkapi keseriusan memperhatikan difabel dengan membuka bis yang mampu membawa mereka menikmati kota Roma dan membuka sarana penyewaan skuter bagi para difabel untuk berkeliling kota.

Perubahan nyata yang dilakukan negara maju lambat laun menjadi batu acuan tersendiri bagi negara berkembang untuk bisa mengikuti jejak negara maju yang memperhatikan difabel yang sebenarnya memerlukan perhatian khusus tapi terkadang tidak terlalu dijadikan masalah utama di tiap negara. Niat perubahan negara berkembang dengan memperhatikan khusus terhadap difabel dapat dijadikan hal yang cukup positif. Pasalnya dalam beberapa waktu, Difabel sulit sekali mendapatkan hak nya untuk bisa menikmati kota serta berwisata menikmati negaranya sendiri.

Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena memang fokus mereka negara berkembang pada utamanya adalah menyejahterakan masyarakatnya terlebih dahulu, faktor ekonomi lah yang menjadi utama bagi setiap negara berkembang untuk bekerja, sedangkan untuk hal seperti kebutuhan khusus difabel menjadi tidak terlalu difokuskan utama.

Secara logikanya, setiap negara berkembang akan berusaha membereskan masalah negara nya sendiri yang masih cukup kompleks dalam segala sektor. Sebelumnya Indonesia berada di posisi tersebut, dimana beberapa sektor masih dianggap perlu perhatian khusus dan sedikit menyampingkan kebutuhan mereka kaum difabel.

Indonesia yang memiliki luas kurang lebih 1,904.570 km pada saat masih menjadi negara berkembang dirasa tidak terlalu memperhatikan mereka difabel yang memiliki kebutuhan khusus untuk mereka menjalankan aktivitasnya. Selayaknya mereka yang non difabel, setiap manusia membutuhkan materi untuk bisa menyambung hidupnya.

Seperti itu lah yang menjadi tantangan sendiri bagi mereka yang berkebutuhan khusus bisa mencari materi dengan kondisi yang dirasa tidak adil. Dimulai dari hal kecil seperti akses bagi mereka bisa ke kantor saja sudah cukup membantu mereka sebenarnya.

Akses yang memadahi, nyaman serta aman dirasa sudah cukup bagi mereka difabel. Aspek standar seperti yang dikatakan sebelumnya bisa menjadi acuan bagi sebuah Negara untuk membantu mereka memenuhi hal dasar yang mereka butuhkan untuk bisa beraktivitas. Indonesia, negara yang sebelumnya masuk ke dalam negara berkembang, kini telah masuk ke dalam Negara Maju sehingga negara dituntut untuk terus bekerja serta memperhatikan masyarakatnya yang berkebutuhan khusus atau difabel.

Masuknya Indonesia sebagai suatu negara maju sendiri di umumkan oleh kantor perwakilan dagang Amerika Serikat pada tanggal 10 Februari 2020 menanggap Indonesia suda menjadi negara maju karena perdagangan yang dilakukan Indonesia sudah mencakup global. (Sebayang, 2020) Masuknya Indonesia ke dalam Negara maju, selain itu juga dipengaruhi ole salah satu perhelatan akbar yang terselenggara di Indonesia yaitu Asian Games yang sukses terselenggara 2018 lalu.

Seperti yang diketahui, 2018 lalu menjadi ajang bagi Negara Indonesia untuk membuktikan negara menjadi negara besar yang mampu menyelenggarakan Asian Games. Kemajuan yang mampu ditunjukkan Indonesia menjadi bukti tersendiri bagi Indonesia untuk membuktikan bagi negara tetangganya seperti Malaysia dan Singapura yang dianggap lebih maju dibandingkan Indonesia.

Pasalnya dalam beberapa kali pemberitaan media masih menganggap Indonesia sebagai negara yang masih kalah jauh dengan Singapura yang dianggap lebih maju karena mampu memanfaatkan sumber daya alam yang terbatas dengan sumber daya manusia yang maksimal dan dianggap lebih dibandingkan sumber daya alam manusia di Indonesia.

Dengan terselenggaranya Asian Games di Indonesia bisa menjadi bukti nyata jika Indonesia selayaknya sudah lebih dibandingkan negara negara tetangganya. Hal tersebut ternyata sesuai dengan fakta yang diungkapkan oleh pejabat negara yang mengatakan jika Indonesia layak serta mampu di sejajar kan dengan negara negara maju, buktinya adalah dengan Infrastruktur olahraga modern yang dibuat dan dipersiapkan merupakan infrastruktur yang berstandar Nasional. (Kementerian PUPR, 2018) Secara garis besar dengan dibuatnya infrastruktur berskala International yang begitu hebat untuk menunjang Asian Games.

Asian Games 2018 yang diikuti oleh 45 Negara berfokus kepada perbaikan cukup besar trotoar di Kec. Pulomas, Jakarta timur menjadi tantangan tersendiri yang harus bisa diselenggarakan oleh Presiden dan masyarakat Indonesia untuk menajamkan bukti jika Indonesia merupakan Negara maju yang sudah siap menyelenggarakan perhelatan akbar tersebut. Pembangunan besar besaran dibuat untuk menunjang Asian Games ini, Seperti Publik Transport MRT yang masuk dalam klasifikasi pembuatan infrastruktur berskala besar hingga pembangunan skala kecil yang dibuat dengan standar International yaitu Pedestrian dan Trotoar, yang dianggap akan mampu memadahi, nyaman serta aman bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

Pembangunan dan perbaikan terus dilakukan dengan luas dan jumlah yang dikeluarkan cukup fantastis untuk menunjang perhelatan akbar ini. Mulai dari membangun trotoar baru yang disesuaikan dengan skala International hingga perbaikan trotoar yang dulunya terbengkalai hingga menjadi layak untuk digunakan bagi seluruh masyarakat baik selama perhelatan International itu berjalan hingga nantinya setelah perhelatan itu selesai mampu digunakan bagi seluru masyakat Indonesia.

Pada saat yang bersamaan memang terdapat banyak sekali pembangunan trotoar atau jalur pejalan kaki yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, seperti Pelebaran Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Cikini. Namun Penataan Trotoar atau Jalur Pejalan Kaki di Pulomas merupakan proyek infrastruktur yang mendukung kegiatan nasional di pinggiran kota Jakarta yang bersinggungan langsung dengan venue Asian Games 2018.

Proyek pembangunan dan Penataan Trotoar di Kawasan Pulomas merupakan proyek pembangunan infrastruktur kota berstandar nasional yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta guna menyambut Asian Games dengan pengerjaan yang dilakukan dalam waktu singkat. Jika sebelumnya belum terdapat jalur pejalan kaki pada lokasi existing, akan kah jalur pejalan kaki bisa digunakan secara berkelanjutan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalahnya tentang trotoar yang sudah terbangun dan dibuat dan dengan standard Internasional sudah sesuai dengan standard International ataukah belum bahkan bisa tidak sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan untuk penggunaan trotoar standard.

Bahkan ketika sudah terbangun apakah rencana jalur pejalan kaki sudah sesuai dengan rencana yang bisa mencakup berbagai macam kebutuhan masyarakat di DKI Jakarta. Rencana yang sudah disiapkan kenyataannya tidak sesuai ekspektasi karena penulis menemukan Jika masih ada kejanggalan rencana lebar trotoar yang penggunanya terpusat ramai penggunanya pada saat waktu tertentu.

Terkait dengan perencanaan tersebut. Perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan kondisi fisik yang tidak memadahi jika penulis pernah menggunakan trotoar yang ter aplikasikan, selain itu saat malam hari dari beberapa berita media masa, seperti yang diutarakan Sandy dari Suara.com Jika terjadi suatu kejadian di Pulomas yang menyebabkan seorang pesepeda tergeletak jatuh yang merupakan korban jambret di Kawasan pulomas. Bahkan beru beberapa waktu ini terjadi, Menurut Heri salah satu wartawan sorotnews pada 16 April 2022, insiden seorang pengendara motor yang jatuh ke dalam parit sedalam 3m di Kawasan Pulomas. Kondisi yang seharusnya tidak terjadi jika pengaman atau pagar pengaman benar terpasang (Redaksi Sorotnews, 2022).

Jika di telusuri lebih lanjut, saat malam hari penulis yang melalui daerah Kawasan Pulomas yang sudah baik trotoar nya, ternyata tidak sesempurna itu. Kondisi Lampu yang berada di tengah antara 2 sisi trotoar mengakibatkan kurang nyaman nya pengguna yang menggunakan trotoar malam hari. Selanjutnya pada malam hari terlalu banyak pengguna trotoar yang terganggu dengan para premotor yang melakukan balap liar di Kawasan tersebut, bukan tidak beralasan. Polisi sudah hampir setiap hari menegur para pembalap liar.

Beberapa faktor tersebut menjadi masalah kenyamanan bagi trotoar yang terbangun. Pada akhirnya pada Akhir tahun 2021, menurut Sandro dari redaksi Kompas memberitakan jika terjadi mobil yang tersebut ke saluran air dan melompati trotoar dari Jalan utama, yang tentu saja menjadi faktor kurang aman dan nyaman bagi trotoar yang terpasang (Gatra, 2021).

Tujuan penelitian ini adalah 1) Menjelaskan Proses Pembangunan Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas. 2)���� Mengevaluasi Kondisi Fisik Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas. 3) Mengevaluasi Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas

 

Metode Penelitian

Penelitian ini perlu adanya data data terkait yang akan dikelompokkan ke dalam data primer dan sekunder. Untuk Jenis Penelitian Data yang digunakan penulis adalah Deskriptif. Selanjutnya pengambilan datanya akan terbagi menyesuaikan kebutuhan data yang akan disajikan. Segala aspek akan dipenuhi mulai dari aspek kualitas dari data yang disajikan sampai kuantitas yang dilengkapi dalam penyusunan tesis.

Setelah penentuan metode yang sebelumnya telah disepakati dalam pengambilan datanya diharapkan dapat memberikan hasil yang efektif dan efisien serta dapat menjadi bahan pertimbangan terkait penelitiannya dan dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah.

Jenis dari Pendekatan Penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif karena paling sesuai dengan cara pengambilan data dan penyajian datanya, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti serta memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi dan tindakan (Sugiyono, 2019).

Tempat lokasi penelitian berada di Kelurahan Kayu Putih, Kec. Pulo Gadung, Jakarta Timur. Waktu Penelitian pada sepanjang Jl. Pulomas Raya, Jl. Pulomas Jaya dan Jl. Tanahmas Raya, Kelurahan Kayu Putih, Kec. Pulo Gadung, Jakarta Timur dimulai bulan Desember 2021 sampai dengan bulan Maret 2022. Untuk melengkapi data yang dibutuhkan dibutuhkan Pembagian waktu dengan mencari Intesntias Pengguna terbanyak atau rush hour di Jalur Pejalan Kaki.

Terdapat dua jenis data penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Data Primer. 2) Data Sekunder. Sumber data adalah dari data primer dan data sekunder tersebut yang akan diperoleh dari obyek yang diteliti yaitu dokumen-dokumen dan seluruh penelitian yang berkaitan erat dengan kebutuhan Penelitian Data Trotoar di Pulomas. Pada tahap Teknik Analisa data, berdasarkan 3 variabel yang ditentukan maka dapat dijelaskan jika untuk 3 variabel Analisa data nya masing masing, adalah:

a. Pembangunan Jalur Pejalan Kaki

Pada variable ini, segala data yang terhimpun akan dianalisa dengan melihat kondisi jalur Pejalan Kaki yang sebelumnya belum ada, hingga pada akhirnya telah dibangun dan efeknya seperti apa pada lingkungan dan warga sekitar.

 

b. Kondisi Fisik Jalur Pejalan Kaki

Teruntuk pada variable ke 2, segala data yang telah dihimpun mulai dari material yang terbangun hingga segala ukuran yang terbangun sudah sesuai dengan Pedoman Jalur Pejalan Kaki yang dikeluarkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 02/SE/M/2018 dan Panduan Desain Fasilitas Pejalan Kaki yang dikeluarkan Lembaga ITDP.

c. Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki

Pada variable faktor yang ke 3, Data data yang berkaitan dengan kenyamanan pengguna seperti hambatan hingga kerusakan yang mengganggu aktifitas akan di Analisa berdasarkan Pedoman Pedoman Jalur Pejalan Kaki yang dikeluarkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 02/SE/M/2018 dan Panduan Desain Fasilitas Pejalan Kaki yang dikeluarkan Lembaga ITDP.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Pembangunan Jalur Pejalan Kaki

1.      Pembangunan

Dasar dari pembangunan trotoar menjadi lokasi penelitian jika di telisik lebih mendalam akan berkaitan langsung dengan Instruksi Presiden No. 2 tahun 2016, tentang Dukungan Penyelenggaraan Asian Games XVIII tahun 2018. Dalam Instruksi yang diterbitkan jelas arahan untuk bagi beberapa kementerian dan perangkat pemerintah untuk bisa mendukung jalanya Asian Games 2018. (Instruksi Presiden No. 2, 2016).

Selanjutnya dijelaskan lebih detail pada pasal 22 huruf a, Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta: membangun dan menyiapkan velodrome, equestrian venues, maupun infrastruktur dan kembali di tambahkan pada point b tentang merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan pembangunan seluruh fasilitas sebagaimana dimaksud dalam huruf a serta harus berkoordinasi dengan Panitia Nasional Inasgoc dan Kementerian pemuda dan Olahraga.


Jalur Pejalan Kaki atau Trotoar yang berada di Provinsi DKI Jakarta, secara pembangunan terus melesat jumlah yang atau kuantitas nya yang terbangun, seperti table data panjang trotoar yang terbangun tiap tahun terus meningkat. Jika pada awal tahun 201 hanya terdapat 20, 5 km untuk panjang trotoar yang terbangun, saat tahun 2017 sudah mencapai 78,8 km trotoar yang terbangun Trotoar yang terus menerus berkembang menjadi isyarat tersendiri perlunya hal lain dari suatu pembangunan trotoar yang terdapat di suatu wilayah. Hal seperti kontinuitas dari toroat yang terbangun itu sendiri, diharapkan punya nilai lebih untuk kemajuan suatu wilayah serta memiliki nilai infrastruktur yang bisa menunjang seluruh kebutuhan lingkungannya secara kontinuitas Jakarta yang berbasis digital.

Gambar 1 Gambar Pengembangan Jalur Existing Pulomas Jaya

Pada wilayah penelitian yang dilakukan di Jl. Pulomas Jaya, ditemukan juga jika pembangunan yang terjadi di Kawasan Jl. Pulomas Jaya menjadi Pembangunan trotoar dengan kualitas yang baik karena di beberapa bagian pada saat sebelum pembangunan, belum terdapat jalur pejalan kaki dengan lebar yang cukup besar. Pembangunan yang dilakukan berefek langsung kepada aktifitas yang berada pada lokasi tersebut seperti Sekolah Sevilla Pulomas dan Tugas Pulomas dimana trotoar menjadi pembatas antara anak anak dengan kendaraan bermotor agar tidak membahayakan anak anak dilokasi tersebut.

Gambar 1 Gambar Pengembangan Jalur Existing Pulomas Raya

 


Pembangunan yang ketiga yang berada di Jl. Pulomas raya. Pembangunan yang dilaksanakan ditemukan juga berpengaruh besar kepada pemilik rumah di sekitar lokasi dengan dibuatnya jalur pejalan kaki tersebut, banyak kegiatan yang timbul dilokasi tersebut seperti warga masyarakat bisa menggunakan pada hari kerja untuk akses para pemilik rumah untuk jalan menuju public transport terdekat dan pada hari libur bisa digunakan menjadi tempat untuk berolahraga karena cukup lebar. Karena sebelum terbangunnya jalur pejalan kaki, wilayah jalur pejalan kaki nya merupakan taman taman kota yang sudah relatif kusan dan tidak terurus dan tidak dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar.

Gambar 3 Pengembangan Jalur Existing Pulomas Jaya

 

 

 

Tahapan rencana awal, Jika dimapping lebih lanjut, dapat digambarkan jika rencana awal dari penelitian mencakup dalam wilayah wilayah sesuai dengan gambar di atas, berdasarkan informasi yang diperoleh. Semua pembangunan yang dilakukan secara bertahap dan dilakukan pada awal tahun 2018 hingga waktu Asian Games 2018 dimulai.

 

Gambar 4 Pembangunan Awal di Jl. Pulomas Raya

(Sumber: Google Street View;2018)

 

Lalu untuk tahapan terakhir, yang menjadi focus pembangunan trotoar berada pada Jl. Pulomas Raya, untuk pembangunan Jl. Pulomas Raya ini beragam lebar yang terbangun. Seperti contohnya untuk sisi yang berhadapan langsung dengan JIEP, trotoar yang terbangun hanya 1,3meter sedangkan untuk sisi tenggara nya terbangun 3,8meter yang relatif lebih besar jika dibandingkan trotoar berbatasan Jakarta International Equastion Park. Lalu trotoar menerus 3,8meter hingga sungai yang mengaliri Waduk Pulomas atau Riario yang terbangun selanjutnya dengan lebar hanya 1,8 meter.

Selanjutnya jika di telisik dari lokasi, Programnya Pembangunan Trotoar masuk ke dalam kategori Fungsional Pedestrian, Pedestrian dibuat dengan lingkungan sekitar yang memiliki tempat belajar, tempat kerja dan tempat untuk makan guna mendukung aktifitas kegiatan rumah tinggal yang memiliki zona terbesar di wilayah penelitian. Pada keterangan data yang berhasil dihimpun dari Open Data DKI Jakarta, menerangkan material yang direncanakan tertuang dalam data dari Bina Marga DKI, terbilang Standard Jalur Pejalan oleh DKI di Kawasan Pulomas, yaitu: a) Trotoar yang tersusun dari: Tanah, Paving beton Motif dan Beton Berpori. b) U Ditch 800 yang tersusun dari: Floor, Tanah � Beton Motif, U-Ditch 1000.

Lalu saat melakukan tinjau lapangan di lokasi penelitian, ditemukan di lapangan material yang terpasang atau ter aplikasikan pada jalur pejalan kaki adalah: a) Kanstin. b) Beton Stamp. c) Ubin Pemandu. d) Beton Pembatas. e) Tanaman.

Terkait dengan waktu perencanaan, Pengerjaan trotoar pada awalnya dilakukan pada awal bulan Maret hingga ditargetkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa selesai hanya dalam 5 bulan sampai di bulan Juli tahun 2018. Hal tersebut Kembali ditegaskan oleh mantan Kepala Dinas Bina Marga DKI Jika pekerjaan penataan jalur pedestrian bisa selesai tepat waktu dan ditambahkan lagi dengan argument dari mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang mengungkapkan jika trotoar akan rampung pada tanggal 22 Juli 2018 sehingga tanggal 31 Juli sehingga trotoar yang terbangun akan bisa dipakai.

Secara garis besar dapat digambarkan jika material yang terpasang pada trotoar terbagi dalam 5 material umum yang mayoritas ada setiap trotoar Jl. Pulomas Raya, Jl. Pulomas Jaya dan Jl. Tanahmas Raya atau Kawasan Pulomas dengan Pengawasan Trotoar saat di amati di lapangan dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja terkait Ketertiban Umum dan Kepolisian terkait Kriminalitas yang cukup tinggi di wilayah Kawasan Pulomas.

 

2.      Pendanaan

Bukti keseriusan yang diambil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dikatakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno pada tahun 2017, Jika Pembangunan trotoar pada dasarnya menjadi dua focus yang ditargetkan Pemerintah Provinsi DKI. Terkait focus pertama memang di fokuskan kepada Pembangunan Venue yang menjadi tempat ajang penyelenggaraan, lalu sarana transportasi, manajemen lalu lintas dan memastikan konektivitas antar venue yang memudahkan peserta Asian Games maupun masyarakat dan turis, (EP, 2017)

Setelah didasari Instruksi Presiden, Pemprov DKI mewujudkan dengan segera pembangunan infrastruktur dengan mengalokasikan APBD melalui Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta dengan Pembangunan Trotoar dan Bangunan Pelengkap Jalan Jaktim Paket 1 (Kawasan Pulomas) Jl. Pulomas dan sekitarnya dengan anggaran sebesar Rp. 8.253.294.669,00 dengan Re klarifikasi ke 5 Bidang Aset Tetap Dari KDP (KDP sudah selesai dikerjakan) menjadi 8.540.124.040. (Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2019).

Berdasarkan data Perhitungan, Jika untuk Kawasan Pulomas yang memiliki anggaran 8.253.294.669 dengan total yang terbangun berdasarkan perhitungan dan pengukurannya dengan panjang 4.512 m, maka didapati untuk permeternya membutuhkan dana 1,829.187,64 juta atau 1,8 juta untuk per meter. Hal tersebut masih relatif wajar dan normal jika dibandingkan dengan biaya permeter yang diungkapkan Kepala Seksi Perencanaan Prasarana Jalan dan Utilitas Dinas Bina Marga DKI Jakarta, dengan anggaran yang dikatakan jika dibutuhkan 1,5 juta hingga 5 juta per meter persegi.

 

3.      Pengawasan

Dengan berjalannya program pemerintah untuk membangun infrastruktur yang menunjang Asian Games, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga diawasi langsung di Kawasan Pulomas menurut warga sekitar jika dulunya memang sering ada yang datang dan hadir mengecek progress atau bahkan kualitas dai trotoar yang dikerjakan, yang menurut dari warga adalah dari Pegawai Negeri Sipil sendiri dari Dinas Bina Marga dan juga terdapat dari Tim Pengawal dan Kejaksaan Tinggi Jakarta yang di wakilkan oleh Perangkat dari Kejaksaan Tinggi, yaitu Pengamanan Pembangunan Pemerintah daerah atau disingkat ( TP4D ).

Hal tersebut dibuktikan juga dengan beberapa dokumentasi yang memampangkan spanduk atau banner yang menuliskan jika kegiatan pembangunan trotoar dan bangunan pelengkap jalan di kawal oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta yang mendapat advokasi dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah (LKPP).

Bukti lain untuk data terkait pengawasan yang dilakukan dari satuan unit kerja Bina Marga ditemukan dari channel media sosial Youtube salah satu pegawai dari Dinas Bina Marga yang sedang melakukan pengawasan pengerjaan jalur pejalan kaki saat Pengerjaan Penggalian hingga terpasang pada channel: Aqillah Mirza.

 

B.     Faktor Fisik Jalur Pejalan Kaki

Berbicara tentang faktor fisik jalur pejalan kaki, akan banyak yang dibahas untuk yang berkaitan dengan fisik jalur pejalan kaki, seperti ukuran, material dan kelengkapan. Faktor yang berkaitan fisik jalur pejalan kaki sebelumnya tertuang dalam kebutuhan data variabel nya. Penyajian dan penelitian akan membahas dan menampilkan data data material yang digunakan lalu ukuran yang terdapat pada jalur pejalan kaki dan pada akhirnya akan dijelaskan kelengkapan yang terdapat pada jalur pejalan kaki.

Membahas tentang material yang digunakan apakah layak dan bagaimana kondisinya sekarang ini, lalu untuk ukuran, ukuran yang dibangun apakah sudah cukup untuk bisa menampung penggunanya baik dari yang cukup aktif hingga di hari libur. Kelengkapan juga akan dilihat seperti tersedia kah di lokasi penelitian atau ada ketidaksesuaian yang terjadi untuk kelengkapan kondisi fisik jalur pejalan kaki.

Berikut beberapa data yang terdapat pada faktor fisik di dalam jalur pejalan kaki:

1. Panjang Jalur Pejalan kaki

Teruntuk data Panjang jalur pejalan kaki, Peneliti mengambil data dari Pengukuran yang diambil dari Peta Jakarta satu pada setiap Jalur Pejalan Kaki seperti Jl. Pulomas Raya, Jl. Pulomas Jaya dan Jl. Tanahmas Raya, Masing masing dari setiap Jalur Pejalan Kaki memilki Panjang yang berbeda beda.

I. Trotoar Jl. Pulomas Raya � Warna Merah 1, 25 km (1.250 m)

II. Trotoar Jl. Pulomas Raya � Warna Biru 1, 25 km (1.250 m)

III. Trotoar Jl. Pulomas Jaya � Warna Kuning 527, 58 m

IV. Trotoar Jl. Pulomas Jaya � Warna Hijau 560,13 m

V. Trotoar Jl. Tanahmas Raya � Warna Orange 465,61 m

VI. Trotoar Jl. Tanahmas Raya � Warna Hitam 460,96 m

Panjang dari setiap trotoar berbatasan langsung dengan zona yang berbeda beda, merah dan biru bersinggungan dengan zona hunian, lalu kuning dan hijau bersinggungan dengan zona Pendidikan lalu orange dan hitam bersinggungan dengan zona sosial politik dengan intensitas pengguna yang tentu berbeda beda tiap jalur pejalan kaki.

 

 

 

2. Lebar Jalur Pejalan Kaki

a. Jl. Pulomas Raya Bagian 1

Untuk bagian pertama terdapat 2 ruas jalur pejalan kaki. 1 ruas terdapat 1,3 m dan 1 ruas lainnya terdapat 3,8 m untuk jalur pejalan kaki. Pada ruas jalur pejalan kaki 1,3meter tidak terdapat hambatan di lokasi penelitian sehingga sirkulasi tetap terjaga di atas jalur pejalan kaki, namun akan terasa kurang leluasa untuk 2 arah yang menurut standard kebutuhan satu orang adalah 60cm dengan lebar ruang gerak tambahan 15 cm tanpa membawa barang, jika di akumulasi untuk 2 pengguna maka lebar yang dibutuhkan 120cm dengan tambahan 30cm untuk ruang gerak. Sehingga kebutuhan untuk ruang gerak 2 arah standard kebutuhannya adalah 150cm, sedangkan pada sisi pertama hanya terdapat 130 cm yang berarti belum memenuhi standard ruang gerak untuk dua arah.

 

b. Jl. Pulomas Raya Bagian 2

Kelanjutan untuk luasan lebar dari jalur pejalan kaki terdapat 1,8 m atau 180 cm. Jika ditelisik dari kebutuhan ruang untuk 2 arah, 180 cm merupakan jumlah yang cukup untuk ruang gerak 2 arah pada lokasi penelitian dan ditambah ruang gerak tersisa 30 cm sehingga pengguna bisa lebih leluasa untuk menggunakan jalur pejalan kaki pada bagian ke 2 di Jl. Pulomas Raya.

 

c. Jl. Pulomas Raya Bagian 3

Pada lokasi penelitian yang bagian ke 3, ditemukan jika lebar jalur pejalan kaki yang disediakan adalah 3,8 m atau 380 cm. Dengan lebar jalur pejalan kaki yang disediakan tersebut ruang gerak untuk dua arah jalur pejalan kaki sudah bisa memenuhi standard yang dibutuhkan 150 cm. Penyediaan 2 kali lipat dari normal ruang kegiatan maka menjadi lebar ideal trotoar untuk bisa digunakan secara dua arah.

Namun tidak semua jalur pejalan kaki dapat dimanfaatkan untuk pergerakan, karena terdapat vegetasi yang disediakan di jalur tersebut yang pada akhirnya menyediakan lebar untuk jalur pejalan kaki itu adalah 270 cm atau 2,7 m, yang berarti kebutuhan 2 arah jalur pejalan kaki pada bagian ke 3 penelitian sudah terpenuhi baik di jalur pejalan kaki.

 

d. Jl. Pulomas Jaya

Titik penelitian kedua adalah Jl. Pulomas Jaya. Pada titik penelitian di Jl. Pulomas Jaya terdapat 2 sisi trotoar yang memiliki perbedaan lebar. Satu sisi dengan lebar 3,5 m berbatasan dengan Sekolah Tugas sedangkan untuk yang lebar 2,2 m berbatasan langsung dengan Sekolah Sevilla. Seperti di Jl. Pulomas Raya, Metode pengambilan ukuran lebar peneliti menggunakan Distometer. Kondisi existing yang terdapat jalur pejalan kaki dengan lebar 2,2 m dan 3,5 m dirasa cukup untuk standard kebutuhan jalur pejalan kaki dua arah yang minimal terdapat 150cm dan sudah memenuhi standard untuk ruang gerak jalur pejalan kaki.

 

 

c. Ketinggian Jalur Pejalan Kaki

Terkait dengan ketinggian Jalur Pejalan Kaki ketika survey lapangan mayoritas di sudah lebih turun sekitar 2cm dari ketinggian awal yaitu 30 cm, menjadi 28 cm � 29 dan 30 cm. hal tersebut terjadi pada titik titik keramaian yang cukup padat, terlebih pada malam hari atau pusat pusat kuliner yang menggunakan trotoar sebagai tempat makan.

 

Gambar 5 Ketinggian Kanstin Jalur Pejalan Kaki Pulomas Jaya

 

Hampir keseluruhan ketinggian untuk jalur pejalan kaki, baik di wilayah Jl. Pulomas Raya, Jl. Pulomas Jaya maupun yang berada di Jl. Tanahmas Raya memiliki ketinggian 30cm. Namun pada salahs atu titik yang berada di seberang dari SMAN 21 terdapat suatu penurunan titik jalur pejalan kaki terkait ketinggiannya. Saat ditelaah dan di analisa lebih lanjut, hal tersebut terjadi akibat dari perlunya penyesuaian ketinggian untuk titik sebrang jalur pejalan kaki ke SMAN 21.

Penerapan ketinggian tersebut diharapkan bisa meminimalisir disfungsional dari jalur pejalan. Seperti parkir kendaraan di atas jalur pejalan kaki yang terjadi di banyak tempat jalur pejalan kaki. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya motor yang parkir di atas jalur pejalan kaki. Ketinggian yang dibuat akan menghambat premotor untuk menempatkan atau sekedar motor melalui jalur pejalan kaki demi kenyamanan pengguna dari jalur pejalan kaki. Namun hal tersebut tidak berlaku dengan ditemukannya pedagang yang membawa gerobak dan menempatkan dagangannya di atas jalur pejalan kaki.

 

C.    Penghijauan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada lokasi penelitian terdapat banyak pohon yang terdapat di trotoar, terkait jumlahnya terdapat di table jumlah pohon. Pohon yang ditempatkan di trotoar, mayoritas merupakan pohon yang sudah ada di existing sebelum pembangunan trotoar dilakukan. Untuk jenis pohon nya terdapat beberapa jenis, Ketika di bagi berdasarkan kepada jalannya, data nya seperti:

1.Jl. Pulomas Raya: Pohon Pinus dan Pohon Tanjung

2. Jl. Pulomas Jaya: Pohon Tanjung

3. Jl. Tanahmas Raya: Pohon Tanjung dan Pohon Ketapang

D.    Penerangan

Gambar 6 Pencahayaan Jl. Pulomas Raya

 

Untuk melengkapi Jalur Pejalan Kaki. Pada lokasi penelitian terdapat lampu penerangan. Untuk setiap jalanya terdapat perbedaan jumlah lampu penerangan yang disediakan, seperti pada Jl. Pulomas Raya terdapat 26 lampu penerangan, Jl. Pulomas Jaya disediakan 11 lampu penerangan, sedangkan untuk Jl. Tanahmas raya disediakan 14 lampu penerangan. Hal tersebut juga berpengaruh kepada Panjang dari setiap jalur pejalan kaki yang disediakan dari masing masing jalur pejalan kaki.

Namun masih bisa dilalui karena tidak tertutup secara keseluruhan pada Jalur Pejalan Kaki atau menimbulkan blind spot. Kenyataannya memang mengurangi pandangan bagi Pengguna pejalan karena memang lampu penerangan yang terpasang tertutup oleh pohon pohon di jalur pejalan kaki.

Tidak berbeda jauh dengan lokasi penelitian di Jl. Pulomas jaya, untuk di Jl. Pulomas jaya lainya juga terdapat beberapa bagian yang tertutup oleh pepohonan di Jalur Pejalan kaki. Dalam artinya memang Sebagian besar penerangan yang dibuat sudah cukup untuk memberikan pencahayaan di jalur pejalan kaki.

Namun, pengguna yang menggunakan jalur pejalan kaki di Jl. Pulomas jaya sedikit terganggu dengan beberapa tempat yang tertutup pencahayaan, Namun masih lebih baik jika dibandingkan dengan lokasi penelitian Jl. Pulomas raya, karena pepohonan yang relatif lebih rendah dan tidak terlalu banyak kuantitas nya.

Pada lokasi penelitian di Jl. Pulomas raya, terdapat 2 sudut pencahayaan yang berbanding, hal tersebut diakibatkan 2 Jalur Pejalan Kaki dari tingkat kuantitas pohonnya berbeda. Pada satu sisi utara di Jl. Tanahmas Raya, Jalur Pejalan Kakinya dipenuhi dengan vegetasi sedangkan untuk di sisi selatan hanya terdapat beberapa Pohon.

Pada malam hari, pencahayaan yang terdapat di Jl. Tanahmas raya masih nyaman untuk digunakan karena tercukupi dan terpenuhi pencahayaan nya. Hal tersebut jika di teliti lebih lanjut akibat kurangnya Pepohonan di lokasi tersebut.

 

 

Tidak berbeda jauh dengan lokasi penelitian pertama, Jika disandingkan untuk jarak antar tempat duduk di lokasi penelitian Jl. Pulomas Jaya, untuk jarak antar tempat duduk nya adalah > 10 m, terdapat 2 titik. Sisanya semua melebihi standard jarak antar penempatan. Tempat duduk yang disediakan masih belum memenuhi standard jaraknya, yang dituangkan seharusnya jarak antar tempat duduk adalah 10 m.

Penempatan saat dilakukan penelitian, tempat duduk ditemukan berpusat kepada pusat kegiatan. Seperti pada vnesia mall. Disediakan tempat duduk pada akses keluar dan masuk ke dalam Vnesia mall. Walaupun belum sebenarnya beraktivitas, tetapi niat baik untuk bisa mengakomodir kebutuhan di pusat kegiatan untuk penempatanya perlu diapresiasi.

 

Unit Tempat Sampah

Gambar 9 Tempat Sampah

Sumber: Google Street View

 

Saat melakukan penelitian di 3 lokasi penelitian, mulai dari Jl. Pulomas raya, Jl. Pulomas jaya hingga Jl. Tanahmas raya. Tidak ditemukan satupun tempat sampa yang disediakan di 3 lokasi tersebut. Pengguna trotoar akan merasa kebingungan saat ingin membuang sampah nya. Penasaran dengan hal tersebut, Peneliti menelusuri lebih lanjut terkait tentang tempat sampah yang disediakan pada tahun pembangunan jalur pejalan kaki. Tempat sampah pada selesai pembangunan trotoar telah disediakan sebagai pelengkap jalur pejalan kaki sesuai penelitian yang dilakukan melalui google street view. Namun Ketika dilakukan penelitian ke lokasi tersebut, tempat sampah yang disediakan tidak tersisa satupun di 3 lokasi tersebut.

 

E.     Faktor Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki

Berdasarkan pengamatan dan Analisa lapangan dengan melihat segala faktor dan kondisi yang terdapat pada existing, Tidak ada yang mengalami tingkat kerusakan yang besar, tetapi yang mendekati ukuran tingkat kerusakan besar terdapat pada Jl. Pulomas Raya. Hal itu berdasarkan data yang memang beban aktivitas yang dipikul oleh Jl. Pulomas Raya lebih banyak dan lebih sering, hamper non � stop 24 jam karena aktivitas dari pola kegiatannya cukup banyak. Lalu dengan tingkat kerusakan yang sedang termasuk pada Jl. Tanahmas Raya.

Hal tersebut dibuktikan dengan aktivitas yang ramai pengguna, tetapi masih ada sisi pengawasan yang kuat dengan adanya kantor polisi yang berada di Jl. Tanahmas Raya sehingga pelanggaran pelanggaran dan aktivitas yang berlebih tidak akan di lakukan di jalur pejalan kaki Jl. Tanahmas Raya. Selanjutnya dengan resiko tingkat kerusakan yang rendah adalah Jl. Pulomas Jaya. Pandemi menjadi salah satu faktor penentu masih baiknya kondisi jalur pejalan kaki karena sekolah mengurangi aktivitas di sekolah sehingga kegiatan keramaian berkurang dan menjaga kualitas kenyamanan dari jalur pejalan kaki di Jl. Pulomas Jaya.

 

 

Sirkulasi

Tabel 1 Tabel Pola kegiatan

 

Pola Kegiatan Hari Kerja

JL. Pulomas Raya

: Aktifitas pagi mayoritas dari Jl. Pulomas Raya ke Jl. Jend. Ahmad Yani dan ketika malam hari sebaliknya.

Jl. Pulomas Jaya

: Aktifitas pagi lebih banyak dari Jl.

Pulomas Raya lewat Jl. Pulomas Jaya menuju Jl. Tanahmas Raya, begitu juga saat malam hari

Jl. Tanahmas Raya

: Aktifitas pagi mayoritas dari Jl.

Tanahmas Raya ke Jl.

Tener diimbangi sebagian kecil dari Jl. Tanahmas Raya ke Jl. Kayu Putih Raya dan ketika malam hari sebaliknya.

 

 

 

Pola Kegiatan Hari Libur

JL. Pulomas Raya

 

: Kegiatan Pergerakan, bergerak sentral atau berpusat ke dengan focus kegiatan sirkulasi lebih ramai di jalur pejalan kaki

Jl. Pulomas Jaya

 

: Didominasi Pengguna Olahraga lebih renggang karena kurangnya pedagang kaki lima yang lebih banyak di Jl. Pulomas Raya.

Dengan kuantitas lebih rendah dari 2 jalan lainnya,

Jl. Tanahmas Raya

 

:�������� Didominasi Pengguna Olahraga dan Bersantai dengan Keluarga yang menampung para pengguna dari timur Jakarta.

 

Berdasarkan penjelasan dari tiap table dan gambar yang tersaji dapat dijelaskan jika pengguna mayoritas akan bergerak pada hari kerja dari daerah pemukiman atau zona hunian kea rah publik transport terdekat dan sisanya dari beberapa zona hunian terbagi ke beberapa lokasi pusat aktifitas seperti zona perkantoran / perdagangan di sekitar lokasi penelitian hingga lokasi Pendidikan yang memang juga banyak penggunanya sehingga menjadi daerah yang kuantitas nya banyak penggunanya di hari kerja. Terkait data pengguna akan terdapat table tersendiri yang menyajikan data pengguna tiap waktu.

Berbeda dengan hari kerja yang umumnya pergerakan lebih banyak terbagi menuju lokasi lokasi tempat akses publik transport. Pada hari libur pergerakan kegiatan yang terjadi menjadi banyaknya pola pendek dalam artinya dimana kegiatan banyak dilakukan di bagian trotoar karena memang lokasi trotoar merupakan tempat yang dikelilingi zona hunian sehingga pengguna nya memanfaatkan lokasi dengan trotoar yang tersedia sebagai tempat berolahraga atau sekedar berjalan santai.

Hal tersebut dirasa menjadi poin plus karena penyediaan trotoar yang sebelumnya disediakan untuk menunjang lokasi Venue penyelenggaraan International menjadi lokasi berakhir pekan dengan keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut menambahkan banyaknya pengguna untuk trotoar tersebut. Jika pada umumnya pengguna menggunakan trotoar dalam angka waktu yang lebih rendah, teruntuk hari libur, justru pengguna lebih banyak pengguna dengan intensitas waktu penggunaan trotoar menjadi lebih ramai daripada hari kerja.

 

Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis dan penelitian yang mendalam pada Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan data yang diteliti jika proses pembangunan Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas dilakukan untuk menunjang proyek strategis nasional Asian Games pada tahun 2018 dengan dimulai pengerjaan nya pada awal tahun 2018 hingga September 2018 sesuai dengan target pengerjaan nya agar bisa difungsikan sebagai Infrastruktur penunjang Asian Games 2018.

Kondisi Fisik, 1) Panjang jalur pejalan kaki belum sesuai karena penempatan penunjang jalur pejalan kaki seperti penempatan tempat duduk yang disediakan setiap jarak 10m belum terakomodir. 2) Lebar jalur pejalan kaki pada 5 titik sudah memenuhi standard ideal kebutuhan jalur pejalan kaki namun terdapat 2 titik belum memenuhi ideal kebutuhan jalur pejalan kaki. 3) Ketinggian yang disediakan untuk jalur pejalan kaki sudah memenuhi standard lebih dari 15cm. 4) Material beton yang digunakan menggunakan beton mutu K.-250 lalu ditunjang dengan Ubin Pemandu dan Tanaman. 5) Kelengkapan Penghijauan yang ter aplikasikan menambah estetika, multifungsi, efisien dan efektif. 6) Pencahayaan di siang hari relative nyaman karena didukung dengan penempatan penghijauan namun pada malam hari ditemukan 1 titik yang menjadi blind spot akibat tiang lampu yang disediakan tertutup oleh Pohon di Jl. Tanahmas raya.

7) Jumlah tempat duduk pada 3 lokasi penelitian tidak menerapkan penempatan tempat duduk untuk setiap 10m. 8) Tidak ditemukan 1 tempat sampah pun terlebih dengan syarat penempatan tempat sampah di setiap jarak 20 m maupun di lokasi penelitian sehingga banyak sampah yang berserakan dan berimbas kotornya di jalur pejalan kaki 9) Papan Informasi yang ditempatkan sesuai dengan titik titik persimpangan interaksi sosial seperti Area Parkir, Petunjuk arah Kota, Bus Stop dan Area Penyeberangan sedikit lebih kecil dan sesekali terhalang pepohonan namun dapat dilihat dengan baik pengguna nya. 10) Bollard yang terpasang sudah sesuai dengan standard, namun pada 1 titik bollard ditemukan patah dan belum diganti, lalu penyediaan lebar 90cm untuk akses Penyandang disablitas pada 4 titik disalah gunakan Pedagang kaki lima.

Kenyamanan, 1) Berdasarkan data ditemukan 70 titik kerusakan di Kawasan Pulomas. 2) Waktu kebisingan yang tinggi terjadi pada malam hari sedangkan yang paling rendah pada waktu sore hari. 3) Pada hari kerja, sirkulasi yang menuju kea arah sekolah cukup padat sehingga menimbulkan sedikit kemacetan. Sedangkan untuk hari libur, sirkulasi kegiatannya terbagi diantara jalur pejalan kaki di Jl. Pulomas Raya dan Jl. Pulomas Jaya. 4) Jl. Tanahmas Raya di pagi hari memilki tingkat keramaian yang paling tinggi disebabkan banyaknya siswa siswi SMA 21 dan gelandangan yang duduk di jalur pejalan kaki yang menghalangi sirkulasi secara tidak langsung. 5) Pada pagi hari, pengguna nya adalah Warga sekitar yang berolahraga, Terjadi alih fungsi kegiatan pada siang hari didominasi oleh Pedagang kaki lima, lalu pada sore hari juga didominasi pedagang kaki lima hingga malam hari penggunanya adalah Pembalap pembalap liar.

6) Berdasarkan data hasil survey ditemukan jika 51,5 % pengguna trotoar di Kawasan Pulomas merasa nyaman dan 59 % di Kawasan pulomas merasa aman Ketika menggunakan jalur pejalan kaki. 7) Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Pulomas memiliki nilai estetika sangat menarik dengan sebagian besar penggunanya menggunakan 2x dalam sebulan dengan presentase nilai 46%.

 

 

 

BIBLIOGRAPHY

Carina, J. (2017). Pembangunan Trotoarl Ideal di Jakarta Perlu Biaya Rp. 5 Juta Per Meter

 

Chiara J.D. dan Lee E Koppelman. (1994). Standar Perencanaan Tapak. Jakarta : Penerbit Erlangga. CNNIndonesia.com. 24 Juni 2020. Demam Skuter Listrik demi Manjauh dari Corona. Diakses pada 1 Agustus 2022, dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200623174558-269-516586/demam-skuter-listrik-di-roma-demi- menjauh-dari-corona.

 

Fitrianto, Aditya W. (2004). Mewujudkan Aksesibilitas Ruang Publik�, Kompas,13 juni 2004.

 

Gunawan, H. (2022). Motor jatuh ke parit sedalam meter di Jakarta Timur. 16 April 2022

 

Hami,S. (1985). The Urban Design And Process. Van Nostrand Reinhold Company, New York1985.https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/02/11404221/Pembangunantrotoar-ideal-di-jakarta-perlu-biaya-rp-5-juta-pe meter#:~:text=Untuk%20membangun%20trotoar%20ideal%2C%20Rini,5%20juta%20per%20meter%20persegi.

 

Hutauruk, Rouliana. (1999). Studi Penataan Kawasan Pejalan Kaki di Pusat Kota Bandung Dengan Alternatif Pedestrian Mall. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Planologi.

 

Sebayang, R. (2020). AS Jadikan RI Negara Maju, Pertimbangannya Apa ?. 24 February 2020.

 

Iswanto, D. (2006). Pengaruh Elemen Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki. Diakses 20 November 2021.

 

Kurniasih, W. (2022). Potret Kemajuannya Negara Maju di Eropa. Januari 2022.

 

Muchtar, C. (2010). Identifikasi Tingkat Kenyamanan Pejalan Kaki Studi kasus Jalan Kedoya Raya � Arjuna Selatan. Diakses 21 November 2021.

 

Purnawan, Yossyafra., Dessi, Sasmita. (2020). Evaluasi Pelayanan Trotoar Dan Studi Persepsi Terhadap Tingkat Kenyamanan Trotoar Kawasan Perdagangan. Diakses tanggal 22 November 2021.

 

Syoufa, A. (2017). Tinjauan Tingkat Kenyamanan dan Keamanan Pejalan Kaki pada Desain Trotoar Jalan Margonda Ray Depok dengan Jalan Padjajaran Bogor. Diakses tanggal 22 November 2021.

 

Tanan, N. (2011). Fasilitas Pejalan Kaki. Diakses dari https://binamarga.pu.go.id/bintekjatan/repositori/system/files/03-Pejalan%20Kaki%20%281%29.pdf.

 

Wikipedia.com. (2022). Trotoar. Diakses pada 04 Februari 2022, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Trotoar.

Wuisan, P. (2022). 9 Daftar Negara Maju di Benua Asia, Berpengaruh di Dunia. 3 Februari 2022.

Copyright holder:

Denny Prasetyo, Agus Dharma Tohjiwa (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: