Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 09, September 2022
������������
Yuli Dias Pratama1*, Erna Hernawati2, Ni Putu
Eka Widiastuti3
1*,2,3UPN Veteran Jakarta, Indonesia
Email: 1*[email protected], 2[email protected],
3[email protected]
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh kepemilikan saham keluarga, kebijakan dividen, dan
ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada industri manufaktur di
Indonesia. Data yang digunakan merupakan data sekunder
sebanyak 56 perusahaan manufaktur kepemilikan
keluarga yang terdaftar di BEI selama periode 2017-2021. metode
penelitian yang digunakan adalah studi kasus kualitatif yang melibatkan
analisis laporan keuangan, wawancara dengan manajemen senior, dan tinjauan
literatur mendalam untuk mengungkap praktik manajemen laba yang terjadi di
perusahaan manufaktur kepemilikan keluarga di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan keluarga dan kebijakan
dividen berpengaruh secara langsung terhadap manajemen laba. Sementara itu, variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Dengan menggunakan moderasi variabel nilai
perusahaan, kebijakan dividen dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Di sisi lain, nilai perusahaan tidak mampu memoderasi
hubungan variabel kepemilikan keluarga terhadap manajemen laba. Penelitian ini
memberikan wawasan mendalam tentang praktik manajemen laba di perusahaan
manufaktur kepemilikan keluarga di Indonesia, dengan mengeksplorasi implikasi
praktis dan kebijakan yang dapat membantu meningkatkan transparansi dan etika
dalam pelaporan keuangan.
Kata Kunci: Kebijakan Dividen, Kepemilikan Keluarga,
Manajemen Laba, Nilai Perusahaan manufaktur, Ukuran Perusahaan
Abstract
This study aims to analyze the influence of family ownership,
dividend policy, and firm size on earnings management in the manufacturing
industry in Indonesia. The data used consists of secondary data from 56
family-owned manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange
during the period of 2017-2021. The research method employed is a qualitative
case study involving the analysis of financial statements, interviews with
senior management, and an extensive literature review to uncover earnings
management practices in family-owned manufacturing companies in Indonesia. The
results of this study indicate that family ownership and dividend policy have a
direct impact on earnings management. Meanwhile, firm size does not
significantly affect earnings management. By introducing the moderation
variable of firm value, dividend policy, and firm size, it is found that they
significantly influence earnings management. On the other hand, firm value
cannot moderate the relationship between family ownership and earnings
management. This research provides in-depth insights into earnings management
practices in family-owned manufacturing companies in Indonesia, exploring
practical implications and policies that can help enhance transparency and
ethics in financial reporting.
Keywords: Dividend
Policy, Family Ownership, Earnings Management, Firm Value, Manufacturing, Firm
Size
Transparansi
informasi keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang perlu dilakukan demi
memberikan akuntabilitas kepada pemilik usaha dan pihak eksternal yang terlibat
dalam segala aktivitas perusahaan. Informasi terkait laba suatu perusahaan
dapat dijadikan acuan untuk mengukur kinerja perusahaan sehingga dapat
diketahui fluktuasi ekuitas dari seluruh
transaksi, kecuali transaksi dengan pemegang saham (Muliasari & Dianati,
2019). Jika terdapat rekayasa laporan keuangan, khususnya laba, untuk memenuhi
kepentingan pihak manajemen dengan mengabaikan kepentingan pihak lain, laporan
keuangan tersebut menjadi tidak objektif sehingga bertentangan dengan konsep
netralitas yang dirumuskan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan (KDPPLK).
Praktik rekayasa laba ini disebut manajemen
laba yang mana merupakan sebuah faktisitas. Menurut Sulistiawan et al. (2011), praktik manajemen laba yang legal
biasanya dilakukan dengan mengubah metode akuntansi, membuat estimasi
akuntansi, mengubah periode pengakuan pendapatan dan biaya, reklasifikasi akun,
dan reklasifikasi akrual diskresioner serta akrual non diskresioner.
Laba atau tingkat profitabilitas dipengaruhi oleh kepemilikan perusahaan. Hasil survei yang dilakukan oleh Price Waterhouse Cooper (PWC) (2014) menyatakan bahwa sekitar 95% bisnis di Indonesia merupakan bisnis keluarga. Dalam hal ini, kepemilikan perusahaan di Indonesia cenderung terkonsentrasi sehingga pendiri pun menduduki jabatan sebagai dewan direksi atau komisaris. Hal ini mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan (Wiranata & Nugrahanti, 2013). Perusahaan dengan kepemilikan keluarga memiliki hubungan yang erat antara anggota keluarga dengan manajer sehingga menyebabkan pengelolaan laba dilakukan demi memenuhi visi jangka panjang anggota keluarga dan mengorbankan kekayaan pemegang saham minoritas (Adiguzel, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rego (2018), kepemilikan perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Sementara itu, penelitian lain oleh Margono et al (2020) menghasilkan kesimpulan bahwa kepemilikan perusahaan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan hasil penelitian sehingga perlu dilakukan validasi dengan penelitian ulang.
Praktik manajemen laba pun dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan. Semakin besar perusahaan, kemungkinan terjadinya manajemen laba
dalam perusahaan akan semakin kecil, Perusahan besar kurang memiliki dorongan
untuk melakukan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan kecil karena
adanya tuntutan untuk memberikan informasi lebih banyak dan dipandang lebih
kritis oleh pihak luar dibandingkan dengan perusahaan
kecil (Pramesti & Agusti, 2009). Hasil penelitian lain mengenai ukuran
perusahaan oleh Veronica & Bachtiar (2003) menemukan bahwa ukuran
perusahaan berkorelasi secara positif dengan manajemen laba.
Dalam suatu perusahaan, salah
satu kebijakan keuangan yang diterapkan adalah terkait dividen. Kebijakan
dividen merupakan keputusan perusahaan untuk menetapkan apakah laba akhir tahun
akan dibagikan dalam bentuk dividen atau ditahan sebagai tambahan modal
perusahaan untuk pengembangan bisnis. Berdasarkan penelitian oleh Putri (2012),
kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Namun, penelitian
di India oleh Srikanth & Prasad (2015) mendapatkan kesimpulan sebaliknya
bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen
laba. Hal ini dikarenakan penentuan pembagian dividen di India ditentukan oleh
faktor lain seperti kepemilikan perusahaan atau berdasarkan dividen tahun
sebelumnya untuk menunjukkan earnings per share yang lebih tinggi.
Penelitian lain dilakukan
untuk mengetahui pengaruh nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham yang
beredar di pasaran terhadap manajemen laba. Berdasarkan penelitian oleh Wulanda
& Aziza (2019), nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen
laba. Sementara itu, penelitian oleh Adi & Lesmana (2017) menunjukkan bahwa
nilai perusahaan berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
Berdasarkan kajian penelitian
sebelumnya, terdapat inkonsistensi keberpengaruhan variabel kepemilikan
keluarga, kebijakan dividen, ukuran perusahaan, dan nilai terhadap manajemen
laba. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian ulang untuk mengetahui pengaruh
kepemilikan keluarga, kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan terhadap
manajemen laba yang dimoderasi oleh nilai perusahaan.
Manajemen laba merupakan proses yang dilakukan untuk mengatur penetapan laba pada laporan keuangan dalam batasan General Accepted Accounting Principles (GAAP) yang mana merupakan peraturan yang digunakan di Amerika untuk mengarah pada suatu tingkat yang diinginkan atas laba yang dilaporkan (Asih & Gundono, 2008). Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah rencana bonus, kontrak hutang jangka panjang, motivasi perpajakan dan politik, pergantian Chief Executive Officer (CEO), dan penawaran saham perdana.
Praktik manajemen laba terbagi menjadi dua kategori, yaitu manajemen laba akrual dan riil. Manajemen laba akrual merupakan salah satu teknik pengelolaan laba yang ditandai dengan adanya discretionary accrual untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif dan dapat mencerminkan kondisi sebenarnya. Sementara itu, manajemen laba riil merupakan teknik pengelolaan laba dengan memanipulasi aktivitas riil perusahaan dengan manipulasi penjualan, mengurangi beban diskresionari, dan melakukan produksi berlebihan untuk meningkatkan laba (Roychowdhury, 2006).
Teori Socio-emotional Wealth (SeW) merupakan pandangan yang menitikberatkan pada aspek nonekonomi pemilik usaha yang cenderung mempertahankan kebiasaaan dan budayanya. Teori ini biasa diterapkan pada perusahaan keluarga. Berrone et al (2012) memaparkan bahwa keputusan strategis di perusahaan keluarga berdasarkan teori SeW tidak selalu dilandasi pemikiran ekonomi. Keputusan strategis ini dapat didasari oleh pemikiran nonekonomi, misalnya perusahaan keluarga dapat membuat keputusan berdasarkan kekhawatiran saat perusahaan sudah berganti generasi yang nantinya diharapkan perusahaan akan selalu sejahtera. Oleh karena itu, perusahaan keluarga diharapkan mampu untuk menjaga kestabilan kualitas laba yang dimiliki perusahaan di masa yang akan datang.
Menurut Prakosa (2014), kepemilikan keluarga diartikan sebagai setiap perusahaan yang memiliki pemegang saham yang dominan. Sementara itu, Morck & Yeung (2004) mendefinisikan perusahaan keluarga sebagai perusahaan yang dijalankan oleh keturunan atau warisan dari orang-orang yang sudah lebih dulu menjalankan perusahaan tersebut. Perusahaan dengan struktur kepemilikan keluarga ditandai dengan anggota keluarga yang memegang mayoritas aset perusahaan.
Kebijakan dividen adalah keputusan perusahaan untuk menetapkan apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi untuk mengembangkan perusahaan di masa datang. Dividend Payout Ratio (DPR) dapat diukur dengan perhitungan seperti pada persamaan (1) sebagai berikut (Septariani, 2017).
|
(1) |
Ukuran perusahaan merupakan acuan untuk menentukan apakah suatu perusahaan tergolong perusahaan besar atau kecil. Secara matematis, ukuran perusahaan diukur dengan rumus pada persamaan (2) sebagai berikut (Suryani, 2010).
|
(2) |
Nilai perusahaan merupakan kondisi yang
merupakan kemampuan perusahaan setelah melalui aktivitas sejak perusahaan
didirikan yang dapat menjadi gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan (Noerirawan, 2012). Menurut Yulius & Tarigan (2007), nilai
perusahaan tergolong menjadi lima jenis, diantaranya nilai nominal, nilai pasar
(kurs), nilai intrinsik, nilai buku, dan nilai likuidasi.
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum
secara formal dalam anggaran dasar perseroan. Nilai pasar sering disebut kurs
adalah harga yang terjadi dari proses tawar
menawar di pasar saham yang hanya bisa ditentukan apabila saham perusahaan
dijual di pasar modal. Nilai intrinsik merupakan konsep yang mengacu kepada
perkiraan nilai riil suatu perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan
keuntungan di kemudian hari. Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung
dengan dasar konsep akuntansi yaitu membagi selisih antara total aset dan total
utang dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi adalah nilai jual
seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi (Yulius
& Tarigan, 2007).
Penelitian ini terdiri dari
tiga variabel independen diantaranya kepemilikan keluarga, kebijakan dividen,
dan ukuran perusahaan. Sementara itu, variabel dependen pada penelitian ini
adalah manajemen laba. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kepemilikan
keluarga, kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba yang
dimoderasi oleh variabel nilai perusahaan. Konsep penelitian ini digambarkan
pada diagram seperti pada Gambar 1 sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka
Penelitian
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis
yang diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
�Kepemilikan keluarga berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba perusahaan
�Kebijakan dividen berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba perusahaan
�Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba perusahaan
�Nilai perusahaan memoderasi pengaruh
kepemilikan keluarga terhadap manajemen laba perusahaan
�Nilai perusahaan memoderasi pengaruh kebijakan
dividen terhadap manajemen laba perusahaan
�Nilai perusahaan memoderasi pengaruh ukuran
perusahaan terhadap manajemen laba perusahaan
Pada penelitian ini,
populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang diterbitkan Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama rentang tahun 2017 � 2021. Dari populasi ini,
diambil sampel dengan kriteria perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI dan telah mempublikasikan laporan keuangannya selama tahun 2017 � 2021
berturut � turut. Data tersebut didapatkan dari situs resmi BEI.
Pada penelitian ini,
digunakan variabel penelitian diantaranya manajemen laba sebagai variabel
dependen �serta variabel independen yaitu kepemilikan
keluarga , kebijakan dividen , ukuran perusahaan . Sementara itu, nilai perusahaan �bertindak sebagai variabel moderasi seperti
yang diilustrasikan pada Gambar 1.
Pengukuran manajemen laba riil dilakukan dengan menggunakan tiga proksi yaitu abnormal cash flow operations, abnormal discretionary expenses dan abnormal production costs (Roychowdhury, 2006). Secara berurutan, abnormal cash flow operations, abnormal discretionary expenses, dan abnormal production costs diukur dengan perhitungan berdasarkan rumus pada persamaan (3), (4), dan (5) sebagai berikut.
|
(3) |
dengan �
|
(4) |
�dengan
|
(5) |
dengan
Secara keseluruhan, perhitungan manajemen laba rill atau Real Earnings Management �dilakukan dengan dengan formula seperti pada persamaan (6).
|
(6) |
Sementara itu, pengukuran
variabel kepemilikan keluarga dilakukan dengan menggunakan jumlah persentase kepemilikan saham keluarga dibanding jumlah saham yang beredar sehingga
terlihat kekuatan keluarga dalam komposisi saham perusahaan. Pengukuran
variabel kebijakan dividen dilakukan dengan formula pada persamaan (1).
Pengukuran variabel ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan formula pada
persamaan (2). Pengukuran variabel nilai perusahaan dilakukan dengan formula
pada persamaan (7).
|
(7) |
Pada penelitian ini, data
yang didapatkan dianalisis dengan beberapa metode statistika, diantaranya
analisis statistika deskriptif dan regresi data panel. Analisis statistika
deskriptif digunakan untuk meringkas suatu data dan menyajikannya dalam informasi
yang mudah dipahami (Ghozali, 2016). Dalam hal ini, dilakukan perhitungan rata
� rata, simpangan baku, varians, nilai maksimum, dan minimum.
Analisis regresi data panel adalah metode
regresi yang perhitungannya melibatkan data cross section dan deret waktu.
Pada penelitian ini, terdapat dua model yang akan diuji. Model 1 merupakan model yang
menunjukkan hubungan dan keberpengaruhan variabel independen secara langsung terhadap variabel dependen. Sementara
itu, model 2 menunjukkan hubungan dan keberpengaruhan variabel independen
terhadap variabel dependen melalui variabel moderasi.
Masing � masing model
didapatkan menggunakan pemodelan terbaik dari tiga jenis model, diantaranya Common
Effect Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM),
Random Effect Model (REM). Model CEM menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS)
untuk menggabungkan data deret waktu dan cross-section
untuk memperkirakan data panel. Dalam model ini, intersep dan koefisien slope
masing � masing model sama. Model FEM menghasilkan koefisien regresi yang sama, tetapi
dengan perbedaan konstanta antar objek. Sementara itu, model REM muncul karena
adanya perubahan waktu dan unit observasi sehingga harus menggunakan korelasi
antara error terms. REM memiliki hubungan antar waktu dengan antar subjek
dengan cross section yang lebih besar dianalogikan dengan variabel
penelitian (Nuryanto & Pambuko, 2018).
Untuk menentukan model terbaik, dilakukan pengujian sebagai
berikut.
a.
Uji Chow (Common Effect Model atau Fixed Effect Model)
�= Common Effect Model
�= Fixed Effect Model
Tolak �jika p-value
< alpha (0,05)
b.
Uji Hausman (Fixed Effect Model atau Random Effect Model)
�= Random Effect Model
�= Fixed Effect Model
Tolak �jika p-value
< alpha (0,05)
c.
Uji Lagrange Multiplier
(Common Effect Model atau Random Effect Model)
�= Common Effect Model
�= Random Effect Model
Tolak �jika p-value
< alpha (0,05)
Selanjutnya, dilakukan uji T untuk menguji hipotesis
penelitian. Secara umum, hipotesis uji parsial adalah sebagai berikut:
�(Variabel independen
�tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba)
��(Variabel independen
�berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba)
Kriteria pengujian yang digunakan adalah�ditolak jika p-value
< alpha (0,05).
Pada penelitian ini,
dilakukan analisis statistika deskriptif untuk mengetahui sebaran data
penelitian. Hasil perhitungan statistika deskriptif disajikan pada Tabel 1.
Tabel
1
Statistika Deskriptif
|
Manajemen Laba Riil |
Kepemilikan Keluarga |
Kebijakan Dividen |
Ukuran Perusahaan |
Nilai Perusahaan |
�Mean |
-0,502 |
0,619 |
0,228 |
14,846 |
-58,8467 |
�Maximum |
0,430 |
0,971 |
7,386 |
19,005 |
21500 |
�Minimum |
-1,360 |
0,130 |
0,000 |
11,400 |
-12000 |
�Std. Dev. |
0,355 |
0,210 |
0,531 |
1,731 |
1759,058 |
Berdasarkan Tabel 1,
diketahui bahwa manajemen laba riil memiliki rata � rata sebesar -0,502. Nilai ini didapat dari aliran kas operasi abnormal
sebesar -0,056, biaya diskresioner abnormal sebesar -0,128, dan biaya produksi
normal sebesar -0,687 yang mana mengindikasikan bahwa
perusahaan manufaktur dengan kepemilikan saham keluarga yang menjadi sampel
melakukan praktik manajemen laba dan memiliki rata-rata motivasi untuk income minimization dengan cara
memperbesar nilai aliran kas operasi (CFO). Kepemilikan
keluarga menunjukkan nilai rata � rata sebesar
Selanjutnya, dilakukan analisis regresi data
panel dengan melakukan model panel terbaik menggunakan Uji Chow, Hausman, dan Lagrange Multiplier yang secara berturut �
turut disajikan pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4.
Tabel
2
Hasil Uji Chow
Model |
Effects Test |
Statistic |
df |
p-value |
1 |
Cross-section Chi-square |
342,551261 |
55 |
0,0000 |
2 |
Cross-section Chi-square |
370,428188 |
55 |
0,0000 |
Berdasarkan Tabel 2, didapatkan p-value sebesar
0,000 < 0,05 sehingga �ditolak. Maka, dapat
disimpulkan bahwa pemodelan terbaik untuk Model 1 dan Model 2 adalah FEM.
Tabel
3
Hasil Uji Hausman
Model |
Effects Test |
Statistic |
df |
p-value |
1 |
Cross-section random |
2,210682 |
3 |
0,5298 |
2 |
Cross-section random |
4,506367 |
7 |
0,7200 |
Berdasarkan Tabel 3, didapatkan p-value sebesar
0,5928 dan 0,7 > 0,05 sehingga �diterima. Maka,
dapat disimpulkan bahwa pemodelan terbaik untuk Model 1 dan Model 2 adalah REM.
Tabel
4
Hasil Uji Lagrange Multiplier
Model |
Cross-section One Sided |
Period One
Sided |
Both |
1 |
216,8568 (0,0000) |
10,96041 (0,0009) |
227,8172 (0,0000) |
2 |
238,3649 (0,0000) |
4,819701 (0,0281) |
243,1846 (0,0000) |
Berdasarkan Tabel 3, didapatkan p-value sebesar 0,000 < 0,05 sehingga �ditolak. Maka, dapat disimpulkan bahwa pemodelan terbaik untuk model 1 dan model 2 adalah REM. Setelah dilakukan pemilihan model terbaik, dilakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah model memenuhi asumsi regresi. Uji asumsi klasik tersebut diantaranya adalah normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
Uji asumsi normalitas dilakukan dengan Jarque-Bera untuk mengetahui apakah residual model berdistribusi normal. Residual dikatakan normal jika p-value > alpha (0,05). Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan p-value untuk residual model 1 adalah 0,06 dan model 2 sebesar 0,053. Kedua nilai ini melebihi alpha (0,05) sehingga residual kedua model berdistribusi normal.
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui korelasi antarvariabel
independen dengan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF >
11, variabel independen dikatakan memiliki gejala
multikolinearitas sehingga tidak memenuhi asumsi. Pada penelitian ini,
keseluruhan variabel independen FM, KD, dan UP tidak memiliki gejala
multikolinearitas dengan nilai VIF < 11. Namun, untuk variabel moderasi NP
dan interaksi antara FM dan NP memiliki nilai VIF > 11 yaitu 14,74 dan
14,63. Dalam hal ini, Gujarati (2012) memperbolehkan karena dalam Moderated Regression Analysis (MRA)
multikolinearitas antar variabel independen tinggi. Oleh karena itu, model 1
dan model 2 tidak mengalami masalah multikolinearitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji
Glejser untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan varians residual antar
pengamatan. Apabila p-value kurang dari 0,05, varians residual antar
pengamatan berbeda � beda, sehingga dapat disimpulkan terdapat gejala
heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil Uji Glejser, keseluruhan p-value lebih
dari 0,05 seperti yang disajikan pada Tabel 5, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Maka, asumsi terpenuhi.
Tabel
5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel |
Model 1 |
Model 2 |
FM |
0,2670 |
0,9631 |
KD |
0,3288 |
0,2234 |
UP |
0,1674 |
0,3334 |
NP |
- |
0,7417 |
FM_NP |
- |
0,8100 |
KD_NP |
- |
0,6077 |
UP_NP |
- |
0,9416 |
Setelah keseluruhan asumsi terpenuhi, dilakukan
interpretasi terhadap hasil analisis regresi data panel untuk model 1 dan model
2. Interpretasi model 1 didasarkan pada hasil uji pada Tabel 6.
Tabel
6
Regresi Data Panel Model 1
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
p-value |
C |
-0,441860 |
0,157672 |
-2,802409 |
0,0054 |
FM |
-0,233041 |
0,073116 |
-3,187270 |
0,0016 |
KD |
-0,165932 |
0,075972 |
-2,184108 |
0,0298 |
UP |
-0,000728 |
0,000691 |
-1,052979 |
0,2933 |
Adjusted R-squared |
0,042890 |
Berdasarkan Tabel 6, didapatkan persamaan
regresi untuk model 1 seperti pada persamaan (8) sebagai berikut.
|
(8) |
Berdasarkan persamaan (8), dapat
diinterpretasikan bahwa konstanta ()
sebesar -0,44 yang menunjukkan apabila nilai
kepemilikan keluarga, kebijakan dividen dan ukuran perusahaan bernilai 0 (nol)
maka manajemen laba perusahaan akan menurun sebesar 0,44. Nilai koefisien
regresi kepemilikan keluarga adalah sebesar -0,23. Artinya, apabila kepemilikan
keluarga meningkat sebesar satu satuan, nilai manajemen laba akan menurun
sebesar -0,23 dengan asumsi variabel lain konstan. Nilai koefisien regresi
kebijakan dividen adalah sebesar -0,17. Hal ini menunjukkan apabila kebijakan
dividen meningkat sebesar satu satuan, nilai manajemen laba akan menurun
sebesar 0,17 dengan asumsi variabel lain konstan. Nilai koefisien regresi
ukuran perusahaan adalah sebesar -0,001 yang menunjukkan besar penurunan nilai
manajemen laba apabila ukuran perusahaan meningkat satu satuan dengan asumsi
variabel lain konstan.
Berdasarkan hasil uji T pada Tabel 6,
didapatkan p-value variabel kepemilikan keluarga, kebijakan dividen, dan
ukuran perusahaan secara berturut � turut adalah 0,0016, 0,0298, dan 0,2933.
Variabel kepemilikan keluarga dan kebijakan dividen memiliki p-value kurang
dari alpha (0,05) sehingga keduanya berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Berdasarkan nilai koefisien regresi, secara parsial, dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan keluarga dan kebijakan dividen berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Sementara itu, ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dikarenakan p-value
lebih dari 0,05.
Model regresi ini memiliki adjusted r-square
sebesar 0,0429. Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan, variabel kepemilikan keluarga, kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan memberikan kontribusi atau pengaruh
terhadap manajemen laba sebesar 4,29% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
Model 2 merupakan model dengan variabel
moderasi atau disebut Moderated Regression Analysis (MRA). Setelah
dilakukan pemodelan, didapatkan hasil seperti pada Tabel 7 sebagai berikut.
Tabel
7
Regresi Data Panel Model 2
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
p-value |
C |
-0,301896 |
0,321041 |
-0,940366 |
0,3479 |
FM |
0,070895 |
0,029412 |
2,410418 |
0,0166 |
KD |
-0,102510 |
0,036660 |
-2,796196 |
0,0055 |
UP |
-0,022806 |
0,021687 |
-1,051601 |
0,2939 |
NP |
-1,52E-05 |
3,33E-05 |
-0,455627 |
0,6490 |
FM_NP |
1,95E-05 |
8,19E-05 |
0,238560 |
0,8116 |
KD_NP |
0,003102 |
0,001055 |
2,940650 |
0,0036 |
UP_NP |
-1,327518 |
0,258177 |
-5,141893 |
0,0000 |
Adjusted R-squared |
0,122915 |
Berdasarkan Tabel 7, didapatkan persamaan
regresi untuk model 2 seperti pada persamaan (9) sebagai berikut.
|
(9) |
Berdasarkan persamaan (9), dapat
diinterpretasikan bahwa konstanta ()
sebesar -0,3 yang menunjukkan apabila nilai
kepemilikan keluarga, kebijakan dividen dan ukuran perusahaan yang dimoderasi
oleh variabel nilai perusahaan bernilai 0 (nol) maka manajemen laba perusahaan
akan menurun sebesar 0,3. Nilai koefisien regresi kepemilikan keluarga adalah
sebesar 0,07. Artinya, apabila kepemilikan keluarga meningkat sebesar satu
satuan, nilai manajemen laba akan meningkat sebesar 0,07 dengan asumsi variabel
lain konstan. Nilai koefisien regresi kebijakan dividen adalah sebesar -0,1.
Hal ini menunjukkan apabila kebijakan dividen meningkat sebesar satu satuan,
nilai manajemen laba akan menurun sebesar 0,1 dengan asumsi variabel lain
konstan. Nilai koefisien regresi ukuran perusahaan adalah sebesar -0,02 yang menunjukkan besar penurunan nilai manajemen
laba apabila ukuran perusahaan meningkat satu satuan dengan asumsi variabel
lain konstan. Nilai koefisien regresi kepemilikan keluarga yang dimoderasi oleh
nilai perusahaan adalah sebesar -0,0000195. Artinya, apabila kepemilikan
keluarga yang dimoderasi oleh nilai perusahaan ditingkatkan sebesar satu satuan
maka nilai manajemen laba akan menurun sebesar 0,0000195 dengan asumsi variabel
lain konstan. Nilai koefisien regresi kebijakan dividen yang dimoderasi oleh
nilai perusahaan adalah sebesar 0,003. Apabila kebijakan dividen yang
dimoderasi oleh nilai perusahaan ditingkatkan sebesar satu kali maka akan
meningkatkan nilai manajemen laba sebesar 0,003 dengan asumsi variabel lain
konstan. Sementara itu, nilai koefisien regresi ukuran perusahaan yang
dimoderasi oleh nilai perusahaan adalah sebesar -1,33. Apabila ukuran
perusahaan yang dimoderasi oleh nilai perusahaan ditingkatkan sebesar satu kali
maka akan menurunkan nilai variabel manajemen laba sebesar 1,33 dengan asumsi
variabel lain konstan.
Berdasarkan hasil uji T pada Tabel 7,
didapatkan kesimpulan bahwa kepemilikan keluarga yang dimoderasi oleh nilai
perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba dikatenakan
p-value sebesar 0,8116 lebih besar dari 0,05. Kebijakan dividen yang
dimoderasi oleh nilai perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap manajemen laba dikarenakan p-value
sebesar 0,0036 lebih kecil dari 0,05. Ukuran perusahaan yang dimoderasi
oleh nilai perusahaan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
manajemen laba dengan p-value sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05.
Model regresi ini memiliki adjusted r-square
sebesar 0,1229. Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan, variabel kepemilikan keluarga, kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan yang dimoderasi oleh nilai perusahaan
memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap manajemen laba sebesar 12,29%
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian
ini.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen laba. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rego (2018) yang menemukan bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Perusahaan keluarga cenderung berfokus pada strategi jangka panjang karena anggota keluarga, sebagai pemilik perusahaan menganggap perusahaan mereka sebagai sebuah aset yang akan diteruskan kepada generasi berikutnya. Selain itu, kepedulian anggota keluarga akan citra dan reputasinya juga memotivasi mereka untuk lebih meningkatkan kinerja serta nilai perusahaan, sehingga laba yang disajikan akan lebih berkualitas karena lebih transparan dan akuntabel. Pada teori agensi, disebutkan bahwa principal dan agent memiliki tujuan yang berbeda sehingga hal tersebut dapat menimbulkan perbedaan kepentingan antar keduanya. Apabila saham perusahaan mayoritas dimiliki oleh keluarga, hal ini akan meminimalisasi adanya perbedaan kepentingan tersebut. Meski demikian, penelitian ini tidak sejalan dengan teori socio-emotional wealth yang dikemukakan oleh Berrone et al (2012) bahwa keluarga akan bersedia membuat keputusan yang tidak dapat dijelaskan secara finansial dan tidak profesional menjadi logis untuk memenuhi keinginan keluarga dalam mencapai socio-emotional wealth.
Manajemen laba juga dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Dalam hal ini, kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Semakin besar dividen yang dibagi, praktik manipulasi laba akan berkurang. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Silalahi dan Silalahi (2020) bahwa manajemen dan pemegang saham memiliki kepentingan yang berbeda yang menyebabkan konflik bagi kedua belah pihak. Pemegang saham ingin membagikan keuntungan dalam bentuk dividen, sedangkan manajemen tidak ingin membagikan dividen atau lebih memilih laba ditahan ketika berinvestasi.
Pada penelitian ini, ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan pada manajemen laba. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronica dan Bachtiar (2003) bahwa ukuran perusahaan berkorelasi secara positif terhadap manajemen laba. Akan tetapi, menurut Insani (2017), besar kecilnya sebuah perusahaan tidak dapat dijadikan indikator untuk menentukan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Motivasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba tidak didasari pada ukuran perusahaan. Semakin banyak aset yang dimiliki perusahaan, semakin banyak modal yang diinvestasikan sehingga semakin banyak penjualan yang dilakukan dan semakin besar perputaran uang. Perusahaan besar memiliki lebih banyak aset dan memungkinkan banyak aset yang tidak dikelola dengan baik, sehingga manajemen laba lebih mungkin terjadi karena kesalahan akuntansi (Astuti et al, 2017).
Berdasarkan hasil uji regresi yang dilakukan, nilai perusahaan tidak dapat memoderasi secara signifikan hubungan antara kepemilikan keluarga dan manajemen laba. Dengan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan keluarga tidak memperhatikan nilai perusahaan dalam melakukan manajemen laba karena terdapat faktor lain yang lebih penting oleh keluarga untuk diperhatikan dalam melakukan manajemen laba.
Pada penelitian ini, nilai perusahaan mampu meningkatkan hubungan kebijakan dividen terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan Suffah et al. (2016) yang juga menunjukkan kebijakan dividen berpengaruh positif pada nilai perusahaan yang mana kondisi tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kebijakan dividen, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut.
Nilai perusahaan juga mampu mempengaruhi hubungan antara ukuran perusahaan dan manajemen laba. Nilai perusahaan dapat menjadi faktor untuk memperlemah hubungan antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba. Perusahaan yang memiliki nilai yang tinggi cenderung lebih fokus dalam mempertahankan nilai jangka panjang daripada mencapai tujuan jangka pendek sehingga lebih hati � hati dalam melakukan praktik manajemen laba.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh negatif dan signifikan antara kepemilikan keluarga terhadap manajemen
laba pada perusahaan manufaktur. Dalam hal ini, kepemilikan keluarga tidak
dimoderasi oleh nilai perusahaan dalam mempengaruhi manajemen laba. Terdapat
pengaruh negatif dan signifikan kebijakan dividen terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur kepemilikan keluarga. Namun,
dengan adanya variabel moderasi yaitu nilai perusahaan, kebijakan dividen
justru memperkuat praktik manajemen laba. Tidak terdapat pengaruh signifikan
antara ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Sebagai
variabel moderasi, nilai perusahaan dapat memperlemah hubungan antara ukuran
perusahaan dan manajemen laba.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang mungkin dapat
menimbulkan gangguan terhadap hasil penelitian seperti keterbatasan sampel
penelitian yang mana sampel dalam penelitian ini sebatas perusahaan manufaktur sehingga belum bisa dijadikan pedoman untuk
perusahaan lain di luar manufaktur.
Berdasarkan hal tersebut, dapat diberikan
rekomendasi bagi perusahaan untuk tidak melakukan manajemen laba karena
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dipakai untuk kepentingan
publik. Bagi investor, disarankan lebih teliti untuk melakukan kegiatan
investasi pada perusahaan yang dipilihnya. Dengan adanya kecenderungan perusahaan
melakukan manajemen laba, hal ini akan menimbulkan kerugian pada investor. Bagi
penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penambahan jumlah sampel dan periode
penelitian serta menggunakan variabel lain yang dapat mempengaruhi manajemen
laba perusahaan.
Adi, I. P., & Lesmana, S. (2017). Pengaruh Manajemen Laba Pada Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015. E-Jurnal Akuntansi, 2017(1), 1060�1087.
Adiguzel, H. (2013). Corporate Governance, Family
Ownership and Earnings Management: Emerging Market Evidence. Accounting and Finance Research, 2(4), 17�33. https://doi.org/10.5430/afr.v2n4p17
Asih & Gundono. (2008). Hubungan Tindakan Perataan Laba (Income Smoothing) dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3(1), 35-53.
Astuti, A. Y., Nuraina, E., & Wijaya, A. L. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. FIPA, 5(1), 501 � 515.
Berrone, P., Cruz, C., & Gomez-Mejia, L. R.
(2012). Socioemotional Wealth in Family Firms: Theoretical Dimensions,
Assessment Approaches, and Agenda for Future Research. Family Business Review, 25(3),
258�279. https://doi.org/10.1177/0894486511435355
Ghozali, I. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, N. D. (2012). Dasar-Dasar Ekonometrika (Terjemahan). Penerbit Salemba: Jakarta.
Harahap, S. S. (2011). Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rajawali Press.
Insani, K. (2017). Pengaruh Earning Power dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Padang: UNP.
Margono, A. S., Tanujaya, Y. I., Hidayat, A. A.,
& Yuliati, R. (2020). Pengaruh Kontrol Keluarga Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi, 8(2), 239�250. https://doi.org/10.46806/ja.v8i2.622
Morck, R., & Yeung, B. (2004). Special Issues Relating to Corporate Governance and Family Control. World Bank Policy Research Working Paper, 3406. https://doi.org/10.1596/1813-9450-3406
Muliasari, I., & Dianati, D. (2019). Manajemen
Laba dalam Sudut Pandang Etika Bisnis Islam. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Islam, 2(2), 157 � 182. https://doi.org/10.35836/jakis.v2i2.47
Noerirawan, M. R.
(2012). Pengaruh Faktor Internal dan Timeliness Laporan Keuangan. Diss.
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, 1�40.
Nuryanto, Z. & Pambuko, B. (2018). Eviews
untuk Analisis Ekonometrika Dasar: Aplikasi dan Interpretasi. Magelang:
UNIMMA PRESS.
Prakosa, B. (2014). Pengaruh Profitabilitas,
Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Terhadap Penghindaran Pajak Di
Indonesia. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XVII. Lombok.
Pramesti, T., & Agusti, R. (2009). Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi Universitas Riau.
Price Waterhouse Cooper (PwC). (2014, November). Survey Bisnis Keluarga 2014. 1�35. https://www.pwc.com/id/en/publications/assets/indonesia-report-family-business-surve y-2014.pdf
Putri, I. G. A. M. A. D. (2012). Pengaruh Kebijakan
Dividen dan Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Buletin Studi Ekonomi, 17(2), 157�171. https://ojs.unud.ac.id/index.php/bse/article/view/2188
Rego, P. P. D. C. M. D. (2018). Kompensasi Bonus,
Kepemilikan Keluarga dan Manajemen Laba. http://journal.undiknas.ac.id/index.php/akuntansi/71
Roychowdhury, S. (2006). Earnings management through
real activities manipulation. Journal of
Accounting and Economics, 42(3),
335�370. https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2006.01.002
Septariani, D. (2017). Pengaruh Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan. Journal of Applied Business and Economics, 3(3), 183 -195.
Silalahi, S. A. & Silalahi, M. A. R. (2020).
Analisis Pengaruh Kecenderungan Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan
Logistik. Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi dan Logistik, 6(1), 1 �
16.
Srikanth, P., & Durga Prasad, M. N. (2015).
Impact of Earnings Management on Dividend Policy: Empirical Evidence from
India. Nitte Management Review, 9(1), 14. https://doi.org/10.17493/nmr/2015/81708
Suffah, R., Riduwan, A., & (Institution), S. T.
I. E. I. (STIESIA) S. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran
Perusahaan dan Kebijakan Deviden Pada Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5(2), 1�17.
Sulistiawan, D., Januarsi, Y., & Alvia, L. (2011). Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi, 120.
Suryani, I. D. (2010). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Skripsi. Universitas Diponegoro
Veronica, S. & Bachtiar, Y.S. (2003). Hubungan Manajemen Laba Dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.
Wiranata, Y. A., & Nugrahanti, Y. W. (2013).
Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di
Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan,
15(1). https://doi.org/10.9744/jak.15.1.15-26
Wulanda, M., & Aziza, N. (2019). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan dan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening. AKTSAR: Jurnal Akuntansi Syariah, 2(1), 83. https://doi.org/10.21043/aktsar.v2i1.5518
Yulius, C. & Tarigan, J. (2007). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 9(1).
Copyright holder: Yuli Dias Pratama, Erna
Hernawati, Ni Putu Eka Widiastuti (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |