Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
10, Oktober 2023
ANALISIS EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SYSTEM CONSOLE
PHARMACY TERHADAP PEMBELIAN OBAT RAWAT JALAN NON RACIKAN DI RS PREMIER
JATINEGARA
Pita Aprilia*, Helen Andriani
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Farmasi rumah sakit bertanggung jawab untuk
mengendalikan dan memantau proses penggunaan obat dan memastikan akses tepat
waktu untuk penggunaan obat dan obat yang aman, efektif dan ekonomis bagi
pasien dan staf rumah sakit. Indikator waktu tunggu yang ditetapkan Rumah Sakit
untuk obat non racikan kurang dari 20 menit dengan target keterlambatan kurang
dari 10%. Namun selama periode Juli 2021 sampai dengan Juni 2022 terdapat
56,77% obat yang disiapkan melebihi waktu 20 menit. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
efektivitas penggunaan sistem console pharmacy terhadap pembelian obat rawat
jalan non racikan. Metode:
Analisis data laporan jumlah keterlambatan resep non racikan dan jumlah line
items farmasi rawat jalan dalam periode Juli-Desember 2022 setelah menggunakan
sistem console pharmacy yang ditinjau dari penurunan persentase keterlambatan
waktu obat non racikan yang diterima pasien melebihi 20 menit dan peningkatan
jumlah line items farmasi rawat jalan. Hasil: Terjadi penurunan jumlah resep yang
mengalami keterlambatan lebih dari 20 menit dari rata-rata per bulan 56,77%
menjadi 36,54% atau turun sebanyak 20,23% per bulannya. Jumlah line items
farmasi rawat jalan juga mengalami peningkatan dari rata-rata per bulan periode
sebelumnya 45.415 menjadi 53.945 atau meningkat sebanyak 8,531 per bulan. Kesimpulan: Meskipun masih belum mencapai target, sistem
antrian resep farmasi (console pharmacy) terbukti efektif memberikan banyak
keuntungan bagi RS Premier Jatinegara dalam menurunkan waktu tunggu dan
meningkatkan pembelian obat non racikan pasien rawat jalan. Instalasi Farmasi
dan manajemen rumah sakit harus terus bekerjasama untuk melajutkan perbaikan
secara terus dan berkesinambungan.
Kata
Kunci: Queuing System; Waiting
Time; Line Items; Non-Compound Drugs, Outpatient Pharmacy.
Abstract
Hospital pharmacies are responsible for managing and monitoring the drug
use process and ensuring the safe, effective, economical and timely
availability of drugs to patients and hospital staff. The waiting times indikator set by the Hospital for non-compound drugs is
less than 20 minutes with a target delay less than 10%. However, during the
period July 2021 to June 2022, 56,77% of the drugs were prepared beyond 20
minutes. Analyze the effect of using the console pharmacy system for
outpatients purchase of non-compound drugs in terms of decreasing the
percentage of delays when non- compound drugs are received by patients
exceeding 20 minutes and increasing the number of line
itemss in outpatient pharmacy. Methods: Analysis data
of non-compound drugs delay report and the number of line
itemss report in outpatient pharmacy in the period
July-December 2022 after using the console pharmacy system. Result: The number
of prescriptions delayed more than 20 minutes decreased from a monthly average
of 56.77% to 36.54%, a decrease of 20.23% per month. The number of Pharmacy
line itemss also increased from the average per month
in the previous period of 45,415 to 53,945 or an increase of 8,531 per month.
Conclusion: Even though it still has not reached the target, the console
pharmacy system has proven to be effective in providing many advantages for
Premier Jatinegara Hospital in reducing waiting times
and increasing the purchase of non-compound drugs in outpatients
pharmacy. Pharmacy Departments and hospital manajemen
must continue to work together for continuous improvement.
Keyword: Queuing System; Waiting Time;
Line Items; Non-Compound Drugs, Outpatient Pharmacy
Pendahuluan
Perubahan besar dan tantangan
di bidang kesehatan membuat pengobatan rawat jalan memiliki
posisi penting dalam sistem pelayanan
kesehatan sehingga perlu dipastikan keakuratan perencanaan dan pengelolaannya. Dengan keterbatasan peralatan dan sumber daya manusia,
manajemen rumah sakit berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien
dan mengambil langkah-langkah
untuk meningkatkan kepuasan dan profit dengan mengoptimalkan situasi yang ada. Untuk itu
beberapa indikator ditetapkan oleh rumah sakit untuk memastikan
jaminan mutu pelayanannya. Di bagian rawat jalan rumah
sakit, indikator utamanya adalah waktu tunggu pasien
karna untuk meningkatkan kualitas layanan, waktu tunggu dan layanan adalah bagian penting
yang harus diperhatikan
(Bahadori et al., 2014).
Pemantauan mutu pelayanan
dilakukan sebagai mekanisme yang secara sistematis memonitor dan mengevaluasi layanan yang diberikan sehingga dapat mengidentifikasi peluang untuk peningkatan
kualitas dan penentuan tindakan perbaikan ke depan. Tujuannya
adalah untuk perencanaan proses peningkatan kualitas yang berkelanjutan (Permenkes RI Nomor 72, 2016).
Farmasi rumah sakit bertanggung jawab untuk mengendalikan dan memantau proses penggunaan obat dan memastikan akses tepat waktu
untuk penggunaan obat dan obat yang aman, efektif dan ekonomis bagi pasien
dan staf rumah sakit (Bahadori et al., 2014).
Salah satu indikator
mutu prioritas yang dipantau rumah sakit adalah waktu
tunggu pelayanan resep di Farmasi terutama terhadap obat-obat non racikan. Menurut Kepmenkes RI No.129/Menkes/SK/II/2008, indikator
waktu tunggu pelayanan farmasi untuk obat non racikan lebih kecil
atau sama dengan 30 menit (Kepmenkes RI No:129/Menkes/SK/II/2008, 2008). Berbagai teknik dan metode dapat dilakukan untuk mengurangi waktu tunggu obat
demi menjaga kepuasan pelanggan, menarik pelanggan baru, mengurangi beban kerja dan meningkatkan citra rumah sakit.
Diantaranya termasuk tele-farmasi, teknologi antrian otomatis, perangkat/mesin farmasi otomatis untuk pengisian dan pengeluaran obat yang akurat dan cepat, system
modelling and simulation, dan metode Six Sigma untuk mengidentifikasi masalah potensial yang berhubungan dengan peningkatan waktu tunggu (Alam et al., 2018). Studi di Stead Family
Children�s Hospital menyatakan bahwa
sejak menerapkan sistem antrian resep, mereka tidak
terlalu kewalahan karena kemampuan mereka yang meningkat untuk mengontrol kecepatan kerja (Lam et al.,
2021).
RS Premier Jatinegara merupakan rumah sakit swasta tipe
B di Provinsi DKI Jakarta wilayah Jakarta Timur.
Dalam memberikan layanannya,
RS Premier Jatinegara selalu
berorientasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Oleh karena itu RS Premier Jatinegara selalu berusaha untuk melakukan penilaian dan pemantauan setiap aspek dalam
pelayanannya. Salah satunya
adalah dengan melakukan pemantauan data layanan, termasuk indikator mutu. Tinjauan dan pemantauan setiap aspek pelayanan
terus dipastikan untuk mempercepat dan memfasilitasi pengembangan kebijakan untuk meningkatkan sistem kesehatan, termasuk standar pelayanan. Tinjauan ini dilakukan
melalui pemantauan terhadap data indikator mutu rumah sakit
secara berkala (Rumah Sakit
Premier Jatinegara, 2021).
Standar yang ditetapkan rumah sakit adalah
20 menit untuk obat non racikan dengan target keterlambatan kurang dari 10% (Rumah Sakit
Premier Jatinegara, 2021). Namun
pada laporan indikator mutu keterlambatan waktu penerimaan obat non racikan periode Juli 2021 sampai dengan Juni 2022, diketahui ada sebanyak 56,77% pasien menunggu lebih dari 20 menit
untuk mendapatkan obat (Instalasi Farmasi, 2022).
Jika kondisi ini tidak diperbaiki maka dikhawatirkan akan berakibat buruk terhadap pelayanan rumah sakit.
Pasien bisa kecewa
karena lama menunggu obat dan pendapatan rumah sakit bisa
turun. Waktu tunggu memiliki hubungan positif yang sangat kuat dengan kepuasan pasien pada pelayanan resep obat jadi
(Ekadipta et al., 2022). Oleh karena
perlu dilakukan langkah perbaikan dalam waktu penyelesaian
obat pasien rawat jalan non racikan di Instalasi Farmasi RS
Premier Jatinegara. Setelah
diskusi intensif antara Instalasi Farmasi dan manajemen rumah sakit memutuskan untuk memperbaiki tata kelola antrian pembelian obat rawat jalan dengan
penggunaan suatu sistem antrian resep otomatis yang diselanjutnya disebut sebagai system konsol farmasi (console pharmacy).
Sistem console pharmacy adalah sistem yang mengatur antrian pengerjaan resep di Farmasi secara berurutan sesuai waktu pembayaran obat di kasir. Informasi nomor urut pengerjaan resep ini akan
tertera pada resep yang masuk ke Farmasi. Selain itu nomor urut
juga diinformasikan kepada pasien melalui layar display informasi obat �obat sedang
proses dan obat selesai�
yang ada di ruang tunggu Farmasi. Dengan demikian pasien juga mendapatkan informasi yang cukup atas proses pengerjaan resepnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penggunaan sistem console
pharmacy tersebut terhadap pembelian obat rawat jalan non racikan di RS Premier Jatinegara.
Perubahan pengelolaan antrian
ini diharapkan akan didapat keuntungan
antara lain waktu penyerahan obat ke pasien dapat
lebih cepat. Pendapatan Farmasi juga diharapkan
dapat meningkat karena kemampuan Farmasi dalam menyelesaikan resep juga meningkat. Selain itu diharapkan dapat mengurangi kemungkinan komplain, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mengurangi kerumunan di ruang tunggu Farmasi karena tidak ada lagi
yang bertanya mengenai waktu selesainya obat.
Penelitian ini dilakukan
dengan menganalisis data laporan Farmasi RS Premier Jatinegara
melalui data jumlah keterlambatan resep non racikan dan jumlah line items farmasi rawat jalan.
Data yang dikumpulkan adalah
data periode Juli-Desember
2022 yaitu setelah menggunakan sistem console
pharmacy lalu dibandingkan dengan periode Juli 2021-Juni
2022. Populasi yang diambil
adalah semua resep non racikan pasien dengan pembayaran
pribadi karena merupakan populasi terbesar di RS Premier Jatinegara.
Analisis efektivitas system
antrian ini dinilai dari penurunan
persentase resep yang mengalami keterlambatan melebihi 20 menit dan peningkatan jumlah line items farmasi rawat jalan
yang dilayani oleh Farmasi. Line items adalah jumlah total R/ obat yang dilayani oleh Farmasi dalam satu periode
tertentu.
Metode Penelitian
Penelitian ini
disusun dengan cara mencari literatur dan sumber informasi terkait pemanfaatan
Big Data untuk meningkatkan performa bisnis dari suatu Bank. Tujuan dari
pencarian literatur adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan serta
mengetahui dampak positif dari penggunaan Big Data. Langkah - langkah yang
digunakan sebagai berikut: 1) Mengumpulkan sumber
informasi serta literatur dari sumber lain yang memiliki kredibilitas yang
terpercaya. 2) Membaca, mengolah dan melakukan
analisis data dari literatur dan sumber yang telah didapatkan. 3) Mengidentifikasi informasi yang telah didapatkan dari literatur dan
sumber apakah relevan dengan topik yang dibahas.
4) Menyusun
poin-poin penting terdapat dalam literatur dan sumber yang relevan dengan topik
yang dibahas. 5) Menulis ulang serta menyusun konsep
dari poin-poin penting yang telah diperoleh.
Hasil dan Pembahasan
Analisis hasil penelitian ini dibuat dalam 2 (dua) bagian yaitu analisis
penurunan persentase keterlambatan waktu penerimaan obat non racikan dan analisis kenaikan line items rawat jalan (jumlah R/).
A.
Persentase keterlambatan waktu
penerimaan obat non racikan resep pasien
pribadi
Dari
laporan indikator mutu farmasi RS Premier Jatinegara dalam kurun waktu Juli-Desember 2022 dibanding periode Juli 2021-Juni 2022, terjadi
penurunan persentase keterlambatan waktu pemberian obat yang melebihi 20 menit dari rata-rata per bulan 56,77% menjadi 36,54% (penurunan sebesar per bulan 20,23%), seperti tergambar dalam Tabel 1.
Tabel 1. Pencapain indikator mutu farmasi keterlambatan waktu penerimaan obat non racikan racikan periode Juli 2021 hingga Juni 2022 dan periode Juli hingga Desember 2022
Periode
: Juli 2021 s/d Juni 2022 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
Indikator |
Bulan |
� |
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Jul |
Ags |
Sept |
Okt |
Nov |
Des |
Jan |
Feb |
Mar |
Apr |
Mei |
Jun |
Rata-rata |
|
||||||||||||||||||||
Keterlambatan waktu
penerimaan obat non racikan � Target : 10% |
N |
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat non racikan > 20 menit |
1011 |
1211 |
1123 |
706 |
1204 |
806 |
914 |
811 |
905 |
702 |
686 |
550 |
885,75 |
|
|||||||||||||||||
D |
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat non racikan dalam bulan tersebut |
1469 |
1983 |
2269 |
1460 |
2280 |
1498 |
1646 |
1168 |
1625 |
1309 |
1238 |
962 |
1575,58 |
|
||||||||||||||||||
Capaian |
68,82% |
61,07% |
49,49% |
48,36% |
52,81% |
53,81% |
55,53% |
69,43% |
55,69% |
53,63% |
55,41% |
57,17% |
56,77% |
|
|||||||||||||||||||
Periode
: Juli-Desember 2022 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
Indikator |
Bulan |
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
Juli |
Ags |
Sept |
Okt |
Nov |
Des |
Rata-rata |
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
Keterlambatan waktu
penerimaan obat non racikan � Target : 10% |
N |
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat non racikan > 20 menit |
685 |
751 |
475 |
785 |
703 |
385 |
630,67 |
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||
D |
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat non racikan dalam bulan tersebut |
1627 |
1674 |
1367 |
1533 |
2471 |
1350 |
1670,33 |
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
Capaian |
42,10% |
44,86% |
34,75% |
40,57% |
28,45% |
28,52% |
36,54% |
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
Sumber: Laporan indikator mutu (Instalasi Farmasi, 2022)
B. Jumlah line items farmasi rawat jalan
Tabel 2 menunjukkan
bahwa dari sisi jumlah line items farmasi rawat jalan,
terjadi kenaikan dari rata-rata per bulan 45,415
di periode Juli 2021-Juni 2022 menjadi
53,945 (kenaikan sebesar
8,531 per bulan) pada periode
Juli-Desember 2022. Tabel 2. Jumlah
line items farmasi rawat jalan periode Juli 2021 hingga Juni 2022 dan periode Juli
hingga Desember 2022.
Periode
: Juli 2021 s/d Juni 2022 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
Data |
Juli |
Ags |
Sept |
Okt |
Nov |
Des |
Jan |
Feb |
Mar |
Apr |
Mei |
Jun |
Rata-rata |
Jumlah Item Line Rajal |
45.574 |
42.849 |
47.380 |
45.411 |
44.714 |
45.801 |
47.441 |
44.169 |
46.389 |
41.291 |
43.414 |
50.541 |
45.415 |
Periode
: Juli 2022 s/d Desember 2022 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
Data |
Juli |
Ags |
Sept |
Okt |
Nov |
Des |
Rata-rata |
|
|
|
|
|
|
Jumlah Item Line Rajal |
49.406 |
54.183 |
52.677 |
55.369 |
59.303 |
52.733 |
53.945 |
|
|
|
|
|
|
Penilaian kualitas
pelayanan merupakan proses
yang secara berkala mengukur dan mengevaluasi kinerja pelayanan kefarmasian rumah sakit termasuk waktu tunggu untuk
mendapatkan obat (Permenkes RI Nomor 72, 2016). Menurut Amalia & Ramadhan (2008) terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi
waktu tunggu antara lain penerimaan resep, pemberian etiket, pengolahan resep, penyerahan, pergantian shift dan peralatan serta sarana prasarana.
Penelitian lain juga menyebutkan
faktor yang mempengaruhi waktu tunggu adalah
faktor Man: pasien, dokter penulis resep, petugas Farmasi; Mesin: belum tersedianya
program sistem antrian dan
E-resep; Metode: tidak informasi estimasi waktu tunggu, prosedur
dan sistem antrian resep; dan Material: tidak adanya pengalihan dan kondisi menunggu ruang tunggu (Setiawati et al.,
2018). Salah satu studi
yang dilakukan oleh Miftahudin
(2019) menemukan bahwa variabel yang paling dominan terkait dengan waktu tunggu pelayanan
adalah banyaknya resep dalam antrian
yang menyebabkan lamanya waktu pelayanan.
Data keterlambatan resep non racikan di Instalasi Farmasi RS
Premier Jatinegara cukup tinggi. Selama periode Juli 2021 hingga Juni
2022 terdapat 56,77% resep pasien dengan pembayaran
pribadi yang disiapkan melebihi waktu 20 menit. Adapun alur pelayanan resep di RS Premier Jatinegara dimulai dari dokter membuatkan
resep pasien melalui Elektronic Medical Record
(EMR) kemudian akan diterima oleh bagian kasir untuk dilakukan
proses pembayaran.
Setelah obat dibayar oleh pasien maka resep akan
disiapkan oleh Farmasi. Bila proses Farmasi selesai maka pasien
dapat mengambil obat dengan menunjukan
kwitansi sebagai bukti pembayaran obat. Salah satu kendala yang telah diidentifikasi di lapangan adalah belum ada
sistem antrian dalam penyiapan obat di Farmasi sehingga petugas sulit mengurutkan
mana resep yang harus disiapkan terlebih dahulu.
C. Persentase keterlambatan waktu penerimaan obat non racikan yang melebihi 20 menit
Sistem console pharmacy mulai diterapkan pada bulan Juli 2022. Resep yang masuk diurutkan berdasarkan urutan jam pembayaran di kasir. Nomor antrian akan
tertera pada masing-masing resep
pasien yang masuk ke Farmasi sehingga memudahkan petugas dalam menyiapkannya. Untuk mengukur efektivitas dalam penerapan sistem console pharmacy
ini maka data keterlambatan resep dikumpulkan selama periode Juli hingga Desember 2022. Kemudian dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu Juli 2021-Juni 2022 untuk melihat apakah ada penurunan persentase
jumlah resep yang mengalami keterlambatan penyiapan lebih dari 20 menit setelah
menggunakan sistem console phamcy.
Hasil pengumpulan data keterlambatan resep lebih dari
20 menit selama periode Juli hingga Desember 2022 diperoleh nilai rata-rata per bulan 36,54%.
Dengan demikian hasil penelitian menunjukan terjadi penurunan jumlah resep yang mengalami keterlambatan, yaitu dari rata-rata per bulan 56,77% menjadi 36,54% atau turun sebanyak 20,23% per bulannya. Oleh karena itu sistem antrain
resep ini terbukti efektif dalam mengurangi keterlambatan penyelesaian resep di Farmasi. Meskipun masih belum mencapai
target yang ditetapkan namun
hal ini tetap
menunjukan perubahan yang positif terhadap perbaikan pelayanan resep rawat jalan
di Instalasi Farmasi RS Premier Jatinegara.
Hasil pencapaian
ini sejalan dengan studi pada salah satu rumah sakit
di Malang bahwa program sistem
antrian resep adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi waktu tunggu obat
(Setiawati et al., 2018). Studi di Nigeria menemukan bahwa setelah dilakukan
intervensi: reorientasi staf, proses yang disederhanakan,
penggunaan nomor antrian dengan disiplin, serta membuat ratio ruang tunggu Farmasi 1:9, terbukti dapat mengurangi waktu tunggu dari
167,0 menjadi 55,1 menit
(Ndukwe et al., 2011).
Sebuah studi
di Thailand juga menyatakan bahwa
penerapan perubahan sistem antrian dengan teknik ECRS (Eliminate,
Combine, Rearrange, and Simplify) menghasilkan waktu tunggu berkurang
dari 39,64 menit menjadi 13,88 menit dan memberikan kontribusi lebih dari 75% terhadap peningkatan kepuasan pasien (Sarakosol & Ruangchoengchum,
2021).
D. Jumlah line items farmasi rawat jalan
Efektivitas sistem
console pharmacy ini juga dinilai
dengan melihat apakah ada peningkatan
jumlah line items farmasi rawat jalan yang dilayani oleh Farmasi setelah menggunakan sistem console. Line
items adalah jumlah total
R/ obat yang dilayani oleh
Farmasi dalam satu periode tertentu. Menurut Suryanegara et al.,
(2013) untuk meningkatkan keterjaringan resep pasien diperlukan kerjasama beberapa pihak termasuk dengan mempercepat proses pelayanan kepada pasien.
Selain terjadi
penurunan jumlah resep yang mengalami keterlambatan, selama periode Juli hingga Desember 2022 juga mununjukan perbaikan dalam jumlah resep yang dikerjalan oleh Farmasi. Tercatat
terjadi peningkatan line
items farmasi rawat jalan setelah menggunakan
sistem console pharmacy, yaitu
dari rata-rata per bulan periode sebelumnya 45.415 menjadi 53.945 atau meningkat sebanyak 8,531 per bulan. Hasil ini menunjukan bahwa penerapan sistem console pharmacy
juga berdampak meningkatkan
cakupan pelayanan resep di Instalasi Farmasi. Semakin cepat waktu
pelayanan resep maka semakin banyak
resep yang terlayani oleh Instalasi Farmasi. Tentu pencapaian ini membawa pengaruh yang baik untuk bisnis
internal rumah sakit yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan rumah sakit.
Meskipun dengan
adanya sistem antrian ini terbukti
efektif memperbaiki waktu tunggu obat
dan meningkatkan jumlah resep yang dilayani Farmasi, namun pencapaian ini masih belum
memenuhi target. Dengan demikian perlu dilakukan perbaikan dari berbagai hal
yang dapat memperbaiki lamanya waktu tunggu
obat di Farmasi. Febrianta
et al., (2017) menyampaikan dalam
penelitiannya bahwa ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan dan mempengaruhi waktu pelayanan antara lain ketersediaan sarana prasarana, keterlambatan, jam puncak pelayanan, dan tingkat kesibukan petugas.
Beban kerja
petugas (utilitas) yang
sangat tinggi tentu juga mempengaruhi waktu layanan. Faktor terbesar pasien dalam memilih
menebus resep adalah pengalaman dan persepsi pasien terhadap kualitas layanan dan tidak ada hubungan sama
sekali dengan tipe rasionalitas dan preferensi pasien (Damayanti,
2015). Oleh karena itu, pengurangan waktu tunggu pemberian obat harus ditekankan
pada seluruh staf karena merupakan prediktor kepuasan penerima layanan guna meningkatkan efisiensi dan standar pelayanan rumah sakit (Sarakosol & Ruangchoengchum, 2021).
�Namun penelitian ini memiliki keterbatasan dimana resep yang diteliti hanya terhadap resep non racikan saja sedangkan
resep racikan tidak diteliti. Selain itu pengumpulan data juga dilakukan hanya pada pasien dengan pembayaran
pribadi yang artinya tidak mewakili pasien jaminan asuransi. Oleh karena itu, penulis memandang
perlu untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengevaluasi efektivitas sistem antrian secara menyeluruh terhadap semua resep pasien rawat
jalan di Instalasi Farmasi
RS Premier Jatinegara.
Pengurangan waktu tunggu sangat terkait dengan peningkatan kepuasan pasien (Sarakosol & Ruangchoengchum,
2021). Kerjasama dari semua
segmen diperlukan termasuk Direktur dan stakehoulders dalam rangka optimalisasi proses
internal Instalasi Farmasi (Suryanegara
et al., 2013). Oleh karena itu,
rumah sakit dan Apoteker harus memperkuat upayanya dalam mengurangi antrian pasien dan meningkatkan efisiensi pelayanan (Ndukwe et al., 2011). Instalasi
Farmasi dan manajemen rumah
sakit harus terus bekerjasama untuk melajutkan perbaikan secara terus menerus sebagai
proses peningkatan mutu pelayanan kefarmasian yang berkesinambungan.
Kesimpulan
Pemilihan
keputusan untuk menggunakan sistem console pharmacy terbukti efektif memberikan
banyak keuntungan bagi RS Premier Jatinegara dalam menurunkan waktu tunggu dan
meningkatkan pembelian obat non racikan pasien rawat jalan. Persentase
keterlambatan penerimaan obat non racikan yang melebihi 20 menit turun sebanyak
20,23% per bulan dan jumlah line items farmasi rawat jalan meningkat sebanyak
8,531 per bulan.
Berbagai
teknik dan metode dapat dilakukan untuk mengurangi waktu tunggu obat demi
mempertahankan kepuasan pelanggan, mempersingkat waktu tunggu, menarik
pelanggan baru, mengurangi beban kerja dan meningkatkan citra perusahaan.
Instalasi Farmasi dan manajemen rumah sakit harus terus bekerjasama untuk
melajutkan perbaikan secara terus dan berkesinambungan.
Alam, S., Osama, M.,
Iqbal, F., & Sawar, I. (2018). Reducing pharmacy patient waiting time. In
International Journal of Health Care Quality Assurance (Vol. 31, Issue 7). https://doi.org/10.1108/IJHCQA-08-2017-0144
Amalia, T., &
Ramadhan, D. K. (2008). Evaluasi Waktu Tunggu Pelayanan Resep Rawat Jalan Berdasarkan PMK
Nomor 129 Tahun 2008 Di
Rumah Sakit X. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS, 4. https://prosiding.unimus.ac.id/index.php/semnas/article/view/848
Bahadori, M., Mohammadnejhad, S. M., Ravangard,
R., & Teymourzadeh, E. (2014). Using queuing
theory and simulation model to optimize hospital pharmacy performance. Iranian
Red Crescent Medical Journal, 16(3). https://doi.org/10.5812/ircmj.16807
Damayanti, V. (2015).
Upaya menurunkan jumlah resep lolos di Instalasi Farmasi RS Delta Surya Sidoarjo
berdasarkan analisis faktor pribadi dan sosial, mutu pelayanan,
tipe rasionalitas dan jenis preferensi pasien. Repository.Unair.Ac.Id. https://repository.unair.ac.id/33833/
Ekadipta, E., Zuhriyanto,
M., & Nurahayu, S. (2022). Evaluasi
waktu tunggu resep obat terhadap
kepuasan pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Assyifa
kota Tangerang. Jurnal Ilmu Farmasi Dan Farmasi Klinik,
19(1). https://doi.org/10.31942/jiffk.v19i1.6682
Febrianta, N. S., Sundari, S., & Pudjaningsih, D. (2017). Waiting time analysis of
pharmaceutical services with queue method in PKU Muhammadiyah Hospital Bantul.
International Journal of Scientific and Research Publications, 7(9). https://www.ijsrp.org/research-paper-0917.php?rp=P696768
Instalasi Farmasi. (2022a). Laporan indikator mutu farrmasi.
Instalasi Farmasi. (2022b). Laporan line items farmasi.
Lam, F., Froerer, C.,
& Balk, C. (2021, July). Implementing a medication dispense queue. Pharmacy
Purchasing & Products Magazine. https://www.pppmag.com/article/2762
Kepmenkes RI No:129/Menkes/SK/II/2008,
Pub. L. No. 129/MENKES/SK/II/2008 (2008).
Permenkes RI Nomor
72, Pub. L. No. 72 (2016).
Miftahudin, M. (2019). Analisis
waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Universitas Kristen
Indonesia Jakarta tahun 2016. Informatika
Kedokteran: Jurnal Ilmiah, 2(1), 16�26. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.35760/medif.2019.v2i1.229
Ndukwe, H. C., Omale,
S., & Opanuga, O. O. (2011). Reducing queues in a
Nigerian hospital pharmacy. African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 5(8),
1020�1026. https://doi.org/10.5897/AJPP11.015
Rumah Sakit Premier Jatinegara. (2021). Profil Rumah
Sakit Premier Jatinegara. Jatinegara,
Rumah Sakit Premier: Profil Rumah Sakit.
https://ramsaysimedarby.co.id/RS Premier Jatinegara/selamat-datang-di-rs-premier-jatinegara
Sarakosol, N., & Ruangchoengchum,
P. (2021). Reduction of waste of waiting in prescription dispensing process
using queuing system and simulation model: a case study of private hospital in
Khon Kaen Province. Songklanakarin Journal of Manajemen Sciences, 198�225. https://so03.tci-thaijo.org/index.php/jms_psu/article/view/242875
Setiawati, L.,
Haryanto, T., Widyaningrum, K., & Jaya, A. P.
(2018). The perceived waiting time versus the actual drug waiting time in the
outpatient pharmacy at Persada Hospital.
Pharmaceutical Journal of Indonesia. https://doi.org/DOI:10.21776/ub.pji.2017.003.02.3
Suryanegara, F. D. A., Satibi,
S., & Fudholi, A. (2013). Analisis
kinerja Instalasi Farmasi
Rumah Sakit X Purwokerto ditinjau
dari perspektif customer
balanced scorecard �keterjaringan pasien.�
Jurnal Ilmiah Farmasi,
10(1). https://doi.org/10.20885/jif.vol10.iss1.art4
Copyright holder: Pita Aprilia*, Helen Andriani (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |