Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 10, Oktober 2023

 

KOMPETENSI KOMUNIKASI PENYULUH KEPADA PETANI DALAM MENINGKATKAN HASIL PANEN BAWANG MERAH DI DESA BATU NONI KABUPATEN ENREKANG

 

Lusiana Seli, Muh. Akbar, Arianto

Universitas Hasanuddin

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pentingnya kompetensi komunikasi penyuluh dalam meningkatkan hasil panen bawang merah di Desa Batu Noni, Kabupaten Enrekang. Penyuluh pertanian memiliki peran vital dalam membantu petani mencapai hasil panen yang optimal melalui penyampaian informasi, bimbingan, dan motivasi yang efektif. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif sehingga akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata. Data yang dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi dalam rangkaian kata bukan angka, gambaran atau lukisan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Kompetensi komunikasi yang baik memungkinkan penyuluh untuk efektif berinteraksi dengan petani, memahami kebutuhan dan tantangan mereka, serta memberikan informasi yang relevan dan bimbingan yang dibutuhkan. Selain itu, komunikasi yang baik juga mencakup kemampuan dalam memotivasi petani, mengatasi hambatan, dan memfasilitasi kolaborasi antara petani.

 

Kata Kunci: Penyuluh; Petani; Bawang Merah

 

Abstract

This study aims to analyze the importance of extension workers' communication competence in increasing shallot yields in Batu Noni Village, Enrekang Regency. Agricultural extension workers have a vital role in helping farmers achieve optimal yields through the delivery of effective information, guidance, and motivation. This research is included in qualitative research so that it will produce descriptive data in the form of words. The data analyzed in it is descriptive. The purpose of descriptive research is to make descriptions in a series of words instead of numbers, images or paintings systematically and accurately about the facts, properties and relationships between the phenomena investigated. Good communication competencies enable extension workers to effectively interact with farmers, understand their needs and challenges, and provide relevant information and needed guidance. In addition, good communication also includes the ability to motivate farmers, overcome obstacles, and facilitate collaboration between farmers.

 

Keywords: Extension Officer; Farmer; Shallot

 

Pendahuluan

Kegiatan penyuluhan pertanian sebagai proses belajar bagi petani melalui pendekatan kelompok dan diarahkan untuk terwujudnya kemampuan Kerjasama yang lebih efektif (Koampa, Benu, Sendow, & Moniaga, 2015). Sehingga mampu menerapkan inovasi, mengatasi berbagai resiko kegagalan usaha, menerapkan skala usaha yang ekonomis untuk memperoleh pendapatan yang layak. Serta sadar akan peran serta tanggung jawabnya sebagai pelaku pembangunan, khususnya pembangunan pertanian. Di kabupaten Enrekang yang terdiri dari 129 orang penyuluh yang idealnya hanya 1 penyuluh disetiap desa/kelurahan.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, hasil panen bawang merah di Desa Batu Noni salah satu desa di Kabupaten Enrekang dimana hasil panen kadang tidak sesuai yang diharapkan petani. Sering kali petani mengalami kerugian yang cukup besar dikarenakan gagal panen. Peningkatan pembangunan pertanian tidak terlepas dari peran kegiatan penyuluhan. Penyuluh pertanian memiliki peran penting dalam meningkatkan hasil panen bawang merah (Jawa, Sadiyah, & Zubaidi, 2022). Dengan memberikan pengetahuan teknis, bimbingan dalam pemilihan varietas, pengelolaan lahan, pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, serta pengaturan irigasi yang baik, penyuluh pertanian membantu petani dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas panen.

Melalui pelatihan, pendampingan, dan pengenalan teknologi pertanian, penyuluh pertanian juga memberikan peningkatan pengetahuan dan kesadaran kepada petani. Dengan demikian, peran penyuluh pertanian penting dalam mendorong peningkatan hasil panen bawang merah secara berkelanjutan.

Bukan hanya keterlibatan penyuluh, namun dengan kemampuannya berkomunikasi dalam setiap aktivitas penyuluhan juga penting agar petani lebih mudah memahami pesan atau informasi yang diberikan (Umbara, Sulistoyowati, Noor, & Setiawan, 2021);(Prayoga & Nurfadillah, 2018). Kompetensi komunikasi interpersonal penyuluh pertanian memainkan peran kunci dalam upaya meningkatkan hasil panen bawang merah Sari (2019) di Kabupaten Enrekang. Dengan kompetensi ini, penyuluh pertanian dapat menjalin hubungan yang baik dengan petani, memahami kebutuhan mereka, dan efektif berkomunikasi untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan yang relevan.

Melalui komunikasi interpersonal yang efektif, penyuluh pertanian dapat membantu petani dalam menerapkan praktik budidaya yang tepat, mengatasi kendala, memberikan motivasi, dan membangun kolaborasi antara petani dan pihak terkait (Wahyuni, Riyanto, & Hardana, 2022). Dengan demikian, kompetensi komunikasi interpersonal penyuluh pertanian berperan penting dalam meningkatkan hasil panen bawang merah di Kabupaten Enrekang.

Seperti halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2023) bahwa proses komunikasi penyuluhan terdiri dari komunikator, pesan penyuluhan, saluran komunikasi, dan efek positif bagi anggota KWT Lestari Kegiatan penyuluhan pertanian berdampak positif terhadap peningkatan kompetensi anggota KWT Lestari dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan adanya kemampuan dari penyuluh pertanian yang selalu mengarahkan para petani sehingga berdampak meningkatnya hasil produksi pertanian.

Adapun persamaan dari penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah berfokus pada peningkatan hasil pertanian, dengan penekanan pada bawang merah di wilayah tertentu serta mengangkat isu komunikasi dalam konteks penyuluhan pertanian. Selain itu perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian Hapsari et.al. dan Sakir (2022) lebih mengeksplorasi proses komunikasi dalam penyuluhan pertanian sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan lebih menitikberatkan pada penggunaan komunikasi interpersonal sebagai alat untuk meningkatkan hasil panen.

Terkait dengan kompetensi komunikasi, sebuah penelitian yang juga dilakukan oleh Sabella (2016) bahwa dengan kemampuan komunikasi yang baik dengan nasabah memiliki pengaruh yang cukup baik untuk meningkatkan citra dan kinerja costumer service. Penilaian dari nasabah sudah sangat baik atas komunikasi yang digunakan ketika bertransaksi dengan nasabah, komunikasi yang dilakukan customer service berbicara yang lembut, ramah, dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dengan menggunakan bahasa indonesia dengan jelas.

Selain itu upaya yang dilakukan oleh customer service dalam meningkatkan pelayanan ditinjau dari sisi kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan dan tanggung jawab telah dijalankan dengan sebaiknya dalam bahasa Indonesia. Penelitian sabella et.al juga seperti yang akan dilakukan peneliti yaitu menganalisis kompetensi komunikasi dalam konteks pekerjaan yang terkait hanya saja penelitian sabella et.al. (2022) dilakukan di industri perbankan dengan tujuan meningkatkan pelayanan prima sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti dilakukan di bidang pertanian dan terkait dengan peningkatan hasil panen bawang merah.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif sehingga akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata. Data yang dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi dalam rangkaian kata bukan angka, gambaran atau lukisan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Sugiyono, 2013). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena peneliti menganggap permasalahan yang diteliti cukup kompleks dan dinamis sehingga data yang diperoleh dari para narasumber dapat disaring dengan menggunakan metode yang lebih alamiah yakni dengan observasi langsung dan wawancara sehingga didapatkan jawaban yang alamiah.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Kemampuan Memotivasi

Kemampuan memotivasi adalah salah satu aspek penting dalam kompetensi komunikasi penyuluh pertanian. Penelitian ini melihat bagaimana kompetensi ini diterapkan oleh penyuluh pertanian dalam berinteraksi dengan petani bawang merah di Desa Batunoni. Dalam hasil wawancara yang melibatkan penyuluh pertanian dan petani bawang merah, tergambar dengan jelas bagaimana kompetensi memotivasi berpengaruh pada interaksi mereka. Para penyuluh menggunakan berbagai strategi untuk mendorong semangat dan keterlibatan petani dalam praktik pertanian. Mereka memberikan pemahaman tentang penggunaan alat-alat modern, mempromosikan produk baru untuk meningkatkan hasil panen, dan memberikan contoh kesuksesan dari petani lain.

Penyuluh pertanian di Desa Batunoni memiliki kemampuan memotivasi petani untuk mengadopsi perubahan dalam praktik pertanian. Keterlibatan penyuluh sebagai penduduk lokal memberikan keunggulan dalam memahami tantangan dan kebutuhan petani secara mendalam (Bahua, 2016). Kemampuan ini tercermin dalam kemampuan penyuluh untuk menginspirasi, mendorong, dan memotivasi petani untuk beradaptasi dengan praktik baru yang lebih baik. Ini dibuktikan oleh respons positif dari petani terhadap saran dan rekomendasi penyuluh untuk mengoptimalkan hasil panen dan meningkatkan efisiensi.

Kemampuan memotivasi ini memiliki implikasi penting dalam praktik pertanian. Dengan adanya dorongan yang diberikan oleh penyuluh, petani cenderung lebih termotivasi untuk menghadapi tantangan musim tanam yang berbeda-beda. Penyuluh membantu petani dalam mengatasi permasalahan yang mungkin muncul, seperti penyakit tanaman atau perubahan cuaca yang tak terduga. Dengan motivasi yang diberikan, petani menjadi lebih bersemangat untuk memanfaatkan teknik baru yang diajarkan, serta mengimplementasikan metode budidaya yang lebih efektif.

Hasil penelitian ini mengilustrasikan bahwa kemampuan memotivasi dalam komunikasi penyuluh pertanian bukan hanya tentang memberikan informasi, tetapi juga tentang merangsang semangat dan keterlibatan petani. Seperti halnya pada penelitian Latif (2022) menunjukkan bahwa peran penyuluh pertanian sangat penting dalam memberikan motivasi kepada petani. Dari hasil penelitian di lapangan, mayoritas petani merasakan bahwa penyuluh mampu menginformasikan inovasi yang diberikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh memiliki kemampuan untuk memberikan informasi yang lebih mendalam tentang inovasi kepada petani.

Selain itu, Ariana (2021) dalam penelitianannya juga mengungkapkan bahwa peran penyuluh pertanian memiliki dampak positif yang signifikan dalam memotivasi petani dan memberikan solusi untuk meningkatkan hasil produksi padi. Penelitian ini dilakukan di Desa Cibuniasih, di mana hasil produksi padi sawah mengalami peningkatan sebesar 66,6% berkat kontribusi penyuluh. Dalam penelitian ini, peran penyuluh pertanian sebagai pembimbing terbukti memiliki pengaruh yang kuat terhadap hasil produksi padi sawah di desa tersebut. Penjadwalan sesi penyuluhan sebanyak 2-4 kali dalam satu bulan dianggap sudah memadai oleh petani.

Dengan demikian, jika hasil penelitian ini dikaitkan dengan penelitian sebulmnya maka, kedua penelitian ini bersama-sama menegaskan bahwa penyuluh pertanian memiliki peran yang tak terbantahkan dalam membantu petani mencapai hasil produksi yang lebih baik. Hasil penelitian mengenai kompetensi komunikasi penyuluh di Desa Batunoni melengkapi penelitian sebelumnya dengan menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi yang baik juga menjadi faktor penentu dalam efektivitas peran penyuluh dalam memotivasi, memberikan solusi, dan meningkatkan hasil produksi pertanian.

 

B.     Kemampuan Komunikasi Yang Dimiliki

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyuluh pertanian di Desa Batunoni, terlihat bahwa mereka memiliki pengetahuan yang cukup mendalam tentang budidaya bawang merah dan faktor-faktor yang memengaruhi hasil panennya. Penyuluh pertanian memperoleh pengetahuan ini melalui berbagai sumber, termasuk pendidikan formal, pengalaman pribadi, interaksi dengan petani senior, dan penelusuran informasi melalui internet (Karim, 2023). Keberagaman sumber pengetahuan ini mencerminkan keterampilan pencarian informasi dan pemahaman mendalam mengenai topik budidaya bawang merah.

Dalam hal kemampuan komunikasi, penyuluh pertanian di Desa Batunoni menunjukkan kualitas yang signifikan. Mereka mampu menyampaikan informasi dengan cara yang jelas, mudah dimengerti, dan sesuai dengan latar belakang pendidikan petani. Kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan pengetahuan yang kompleks dengan bahasa sederhana membantu mengatasi tantangan komunikasi di antara petani dengan latar belakang pendidikan yang beragam. Selain itu, penyuluh juga memanfaatkan metode kreatif seperti penggunaan foto, video, dan contoh nyata di lapangan untuk memperjelas konsep-konsep budidaya bawang merah kepada petani.

Penyuluh pertanian di Desa Batunoni memiliki pengetahuan komunikasi yang kuat. Mereka memahami prinsip-prinsip komunikasi interpersonal, bahasa yang sesuai, dan keterampilan komunikasi yang efektif. Pengetahuan ini menjadi landasan dalam menyampaikan informasi kepada petani dengan cara yang mudah dimengerti. Penggunaan bahasa yang akrab bagi petani dan penggunaan metode komunikasi yang variatif seperti workshop, video, dan diskusi kelompok, adalah bukti keahlian penyuluh dalam menyesuaikan pendekatan komunikasi mereka dengan audiens yang beragam.

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyuluh pertanian tidak hanya memiliki pengetahuan teoretis tentang budidaya bawang merah, tetapi juga memiliki kemampuan komunikasi yang kuat untuk mentransfer pengetahuan ini kepada petani dengan cara yang efektif. Kemampuan komunikasi mereka membantu membangun hubungan yang baik dengan petani, mengatasi kendala bahasa daerah setempat, serta memberikan motivasi dan dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan praktik pertanian. Keseluruhan, penyuluh pertanian di Desa Batunoni menggabungkan pengetahuan yang kuat dengan keterampilan komunikasi yang efektif, sehingga memberikan dampak positif pada pengembangan pertanian dan kesejahteraan petani bawang merah di daerah tersebut.

Seperti halnya pada penelitian Nurhayati (2020) bahwa para petani menganggap bahwa penyuluh pertanian memiliki efektivitas dalam komunikasi dengan cara menjalin kerja sama yang solid. Hal ini diwujudkan dengan menggandeng ketua atau pengurus kelompok tani sebagai perpanjangan tangan dari penyuluh pertanian. Tujuan utamanya adalah untuk mentransfer pengetahuan, informasi, dan teknologi kepada anggota kelompok secara efisien. Transfer ini bisa berlangsung secara langsung melalui kunjungan tatap muka atau dalam bentuk kegiatan lainnya. Selain itu, para petani juga memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti pesan singkat (SMS), telepon, pesan WhatsApp, dan panggilan video guna memastikan bahwa informasi dapat diperoleh dengan cepat.

 

C.    Keterampilan Komunikasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyuluh pertanian di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang telah memiliki keterampilan komunikasi yang sangat penting dalam interaksi dengan petani bawang merah. Penyuluh mampu mengaplikasikan pendekatan komunikasi yang efektif dengan berbagai cara (Aini & Anrial, 2023). Salah satu keterampilan yang sangat menonjol adalah kemampuan mendengarkan secara aktif terhadap keluhan, masukan, dan pertanyaan dari petani. Dengan mendengarkan dengan seksama, penyuluh dapat memahami kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi petani, sehingga solusi yang diberikan menjadi lebih relevan dan sesuai.

Keterampilan penyuluh dalam menjelaskan informasi secara sistematis dan terstruktur juga sangat terlihat. Mereka mampu menyajikan materi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh petani, tanpa mengurangi substansi pengetahuan yang disampaikan. Selain itu, penyuluh juga menggunakan metode visual seperti foto dan video untuk memberikan ilustrasi yang lebih jelas tentang teknik budidaya bawang merah dan langkah-langkah yang diperlukan.

Dalam situasi yang mungkin menimbulkan perbedaan pandangan, penyuluh memiliki keterampilan mengelola konflik dengan baik. Mereka berusaha memahami perspektif petani, menjelaskan alasan di balik saran atau rekomendasi yang diberikan, dan mencari solusi bersama. Keterampilan ini membantu membangun kepercayaan dan kerjasama yang baik dengan petani, sehingga informasi yang disampaikan diterima dengan baik.

Secara keseluruhan, Keterampilan komunikasi yang dimiliki oleh penyuluh pertanian di Desa Batunoni terbukti efektif dalam memfasilitasi interaksi dengan petani. Mereka memiliki kemampuan dalam mengelola penyampaian informasi dengan jelas, menggunakan bahasa yang sesuai dengan audiens, dan mengadaptasi pendekatan komunikasi sesuai kebutuhan. Keterampilan ini juga mencakup kemampuan mendengarkan aktif, menghargai pendapat petani, dan memberikan respons yang tepat. Fleksibilitas dalam memilih metode komunikasi yang sesuai membantu meningkatkan pemahaman dan partisipasi petani dalam proses penyuluhan.

 

 

 

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menguatkan peran tak terbantahkan penyuluh dalam membantu petani mencapai hasil produksi yang lebih baik melalui komunikasi yang efektif. memperkuat komunikasi interpersonal antara penyuluh pertanian dan petani bawang merah di Desa Batunoni meliputi latar belakang pendidikan memberikan keahlian teknis dalam menyampaikan informasi yang akurat, penggunaan bahasa yang sesuai memfasilitasi pemahaman yang lebih baik, dan peran sebagai sesama petani menciptakan kedekatan dan kepercayaan, semuanya berkontribusi pada komunikasi efektif antara penyuluh dan petani.

Kemudian Faktor penghambat dalam komunikasi interpersonal antara penyuluh pertanian dan petani bawang merah di Desa Batunoni adalah sikap beberapa petani yang enggan menerima saran atau masukan dari penyuluh karena merasa memiliki pengalaman yang sudah mencukupi dalam membudidayakan bawang merah. Hal ini tercermin dalam rasa percaya diri yang tinggi serta pandangan bahwa pengetahuan mereka sendiri sudah menjadi acuan yang kuat dalam praktik pertanian. Persepsi ini menjadi hambatan dalam menerima informasi teknis dari penyuluh, mengindikasikan adanya ketegangan antara pengetahuan lokal petani dan pengetahuan formal yang disampaikan oleh penyuluh.

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

Aini, Elyzatul, & Anrial, Anrial. (2023). Pendekatan Komunikasi Persuasif Penyuluh Dalam Pembinaan Calon Pengantin di KUA Kecamatan Curup Selatan. Institut Agama Islam Negeri Curup.

 

Ariana, Soni, Sundari, Ristina Siti, & Umbara, Dona Setia. (2021). Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Hasil Produksi Padi Sawah di Desa Cibuniasih Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 7(2), 1474�1487.

 

Bahua, Mohamad Ikbal. (2016). Kinerja penyuluh pertanian. Deepublish.

 

Hapsari, Hepi, Rahmah, Azimah Nur, Munziah, Elsha, & Suminartika, Eti. (2023). ANALISIS PROSES KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PETANI (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Lestari, Desa Cibodas, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 10(1), 648�656.

 

Jawa, D., Sadiyah, A. A., & Zubaidi, A. (2022). Peran Penyuluh Pertanian Dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani Bawang Merah di Desa. Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi.

 

Karim, Muhammad Sardin Abdul. (2023). Penggunaan media komunikasi berbasis internet dan pemanfaatan informasinya oleh penyuluh pertanian lapangan di Kabupaten Lombok Barat. UIN Mataram.

 

Koampa, Mario Victorya, Benu, Olfie L. S., Sendow, Martha M., & Moniaga, Vicky R. B. (2015). Partisipasi kelompok tani dalam kegiatan penyuluhan pertanian di desa Kanonang lima, kecamatan Kawangkoan barat, Minahasa. Agri-Sosioekonomi, 11(3A), 19�32.

 

Latif, Artati, Ilsan, Mais, & Rosada, Ida. (2022). Hubungan Peran Penyuluh Pertanian terhadap Produktivitas Petani Padi. Wiratani: Jurnal Ilmiah Agribisnis, 5(1), 11�21.

 

Nofinawati, Nofinawati. (2016). Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia. JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah), 14(2), 168�183. https://doi.org/10.31958/juris.v14i2.305

 

Nurhayati, Linda, Nurmayulis, Nurmayulis, & Salampessy, Yudi L. A. (2020). PERSEPSI PETANI BINAAN TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN SEBAGAI KOMUNIKATOR PERTANIAN (KASUS KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN). Jurnal Ilmu Pertanian Tirtayasa, 197�205.

 

Prayoga, Kadhung, & Nurfadillah, Suryani. (2018). Membangun Kesalingpercayaan Dalam Proses Transfer Informasi Antara Petani Dan Penyuluh Pertanian. Building a Mutual Trust in the Process of Transferring Information Between Farmers and Agricultural Extension Officers. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 36(02).

 

Sabella, Rizka Andini Nur, Fiandi, Mufti, & Lemiyana, Lemiyana. (2022). ANALISIS KOMPETENSI KOMUNIKASI CUSTOMER SERVICE DALAM UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PRIMA PADA BANK SYARIAH INDONESIA KCP TULANG BAWANG BARAT. Jurnal Manajemen, Akuntansi, Ekonomi, 1(3), 9�26.

 

Sakir, Icuk Muhammad, & Lestari, Puji. (2022). Komunikasi Lingkungan pada Pengelolaan Sistem Pertanian Rawa Lebak. Jurnal Pekommas, 7(2).

 

Sari, Tri Maulana, Winarno, Joko, & Suminah, Suminah. (2019). Pengaruh Daya Tarik Interpersonal terhadap Kohesivitas Kelompok Tani Bawang Merah di Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak. AGRITEXTS: Journal of Agricultural Extension, 45(2), 97�107.

 

Sugiyono, Dr. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.

 

Umbara, Dona Setia, Sulistoyowati, Lies, Noor, Trisna Insan, & Setiawan, Iwan. (2021). Persepsi Penyuluh Terhadap Strategi Komunikasi Dalam Pemanfatan Media Informasi Di Era Digital Di Kabupaten Tasikmalaya. Mimbar Agribisnis, 7(2), 1502�1515

 

Wahyuni, Lilik, Riyanto, Sugeng, & Hardana, Andrean Eka. (2022). Gerakan Literasi Agraris: Penyuluhan Pertanian Berbasis Pemberdayaan. Universitas Brawijaya Press.

 

Copyright holder:

Lusiana Seli, Muh. Akbar, Arianto (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: