Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
11, November 2023
ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN DETACHED
BREAKWATER TERHADAP PERLINDUNGAN GARIS PANTAI DI PULAU BENGKALIS MENGGUNAKAN PENGINDERAAN
JAUH
�����������
Edi Kurniawan*, Sigit Sutikno, Muhammad Yusa
Fakultas
Teknik, Universitas Riau
Email: [email protected]
Abstrak
Garis pantai adalah batas antara air darat dan air
laut yang posisinya selalu berubah secara dinamis. Perubahan garis pantai
disebabkan oleh gangguan transportasi sedimen di sepanjang pantai, berkurangnya
pasokan sedimen, gangguan bangunan, dan rendahnya kondisi tebing sehingga tidak
dapat menutupi gelombang (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
2015). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon garis pantai
pasca pembangunan struktur breakwater terpisah di pantai utara Pulau Bengkalis.
Data citra satelit Sentinel-2 digunakan dalam penelitian ini untuk kemudian
dianalisis menggunakan alat Digital Shorelines Analysis System (DSAS). Hasil
analisis menunjukkan bahwa terdapat variasi respon garis pantai terhadap
struktur yang telah dibangun. Pada periode 2016 � 2022 garis pantai mengalami
perubahan, baik akresi maupun abrasi. Perubahan maksimum di garis pantai depan
adalah panjang 189,09 meter dengan tingkat pertambahan 30,5 meter / tahun.
Sedangkan perubahan maksimum pada garis pantai belakang adalah sepanjang 144,56
meter dengan laju abrasi 23,32 meter/tahun. Secara keseluruhan, pembangunan
pemecah gelombang terpisah berdampak positif pada garis pantai, sehingga
meningkatkan luas daratan di pantai utara Pulau Bengkalis.
Kata
Kunci: Abrasi, Akresi, Perubahan Garis
Pantai, DSAS, Pemecah Gelombang Terpisah, MNDWI.
Abstract
The coastline is the boundary between land and sea water whose position
is always changing dynamically. Changes in coastlines are caused by
disturbances to sediment transport along onshore, reduced sediment supply,
disturbances of buildings, and low condition of the cliffs therefore they can�t
cover the waves (Ministry of Public Works and Housing, 2015). The purpose of
this study is to determine the response of the coastline after the construction
of detached breakwater structure on the north coast of Bengkalis
Island. Sentinel-2 imagery data used in this study and then analyzed using the
Digital Shorelines Analysis System (DSAS) tool. The results of the analysis
show that there are have variations of the shoreline response to the structures
that have been built. In the period 2016 � 2022 the coastline hase changes, both accretion and abrasion. The maximum
change in the forward coastline is 189.09 meters long with an accretion rate of
30.5 meters/year. While the maximum change in the backward coastline is 144.56
meters long with an abrasion rate of 23.32 meters/year. Overall, the
construction of detached breakwaters has a positive impact on the coastline,
thus increasing the land area on the north coast of Bengkalis
Island.
Keyword: Abrasion, Accretion, Coastline Change, DSAS, Detached Breakwater, MNDWI
Pendahuluan
Pengamanan
pantai merupakan upaya untuk melindungi dan mengamankan daerah pantai dan muara
sungai dari kerusakan akibat erosi, abrasi, dan akresi (Sulaiman, 2018). Pengamanan pantai
tidak hanya penting dalam rangka
mempertahankan luasan daratan akan tetapi
pengamanan pantai sangat erat kaitannya dengan aktivitas masyarakat lokal. Berbagai fasilitas umum seperti infrastruktur jalan, pemukiman serta pelabuhan juga tidak kalah penting
yang harus dilindungi dari kerusakan akibat erosi dan akresi.
Pulau Bengkalis merupakan
salah satu dari dua pulau besar yang ada di Kabupaten Bengkalis. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis (2021) terdapat dua kecamatan di Pulau Bengkalis yaitu Kecamatan Bengkalis dan Kecamatan Bantan dengan luas
sebesar 905,17 Km2. Pada kurun
waktu 26 tahun terakhir telah terjadi abrasi di Pulau Bengkalis dengan laju abrasi
rata-rata 59 ha/tahun, dan laju
sedimentasi 16.5 ha/ tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa pulau Bengkalis mengalami pengurangan luas daratan yang cukup besar yaitu
rata-rata 42.5 ha/tahun (Sutikno, 2014). Adanya laju abrasi
yang tidak seimbang dengan lajunya akresi maka akan
berdampak terhadap pengurangan luas daratan di Pulau Bengkalis. Abrasi terbesar terjadi pada tahun 2004-2020 dimana abrasi mencapai 1036 ha dan abrasi terkecil terjadi antara tahun 1988-2004 yaitu sebesar 653 ha (Nabilla, Mubarak, &
Elizal, 2021). Hal ini tentu saja mengancam potensi-potensi yang ada seperti potensi perikanan dan potensi pariwisata.
Tingkat abrasi yang
paling besar terjadi pada ujung pulau bagian
timur. Lokasi tersebut berada di bagian utara Pulau Bengkalis
yang secara geografis berhadapan langsung dengan Selat Malaka. Oleh karena itu, banyak bangunan
infrastruktur yang dibangun
dalam rangka menanggulangi abrasi, salah satunya adalah bangunan pemecah gelombang lepas pantai (detached breakwater) dan revetment.
Penelitian terhadap perubahan
garis pantai perlu dilakukan untuk melihat panjang perubahan garis pantai dan laju perubahan garis pantai baik yang mengalami abrasi maupun yang mengalami akresi dengan tujuan
untuk melihat respon garis pantai di lokasi yang sudah dibangun pemecah gelombang lepas pantai (detached breakwater). Penginderaan
jauh adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang suatu objek,
daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan perangkat yang tidak bersentuhan dengan objek, daerah,
atau fenomena yang diselidiki (Lillesand, Kiefer, &
Chipman, 2015);(Andini & Murhaban,
2021).
Penginderaan jauh adalah
seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi mengamati suatu objek, pemandangan, atau fenomena dengan
teknik berbasis instrument (Aggarwal, 2004). Penginderaan jauh erat kaitannya
dengan pengamatan objek yang ada di bumi melalui sensor yang ada pada satelit. Informasi objek yang didapat pada permukaan bumi kemudian diolah,
dianalisa dan diinterpretasikan
untuk disajikan menjadi bahan informasi
secara spasial meliputi posisi, jenis objek dan waktu.
Digital Shoreline Analysis System (DSAS) merupakan free software yang dikembangkan
oleh United States Geological Survey (USGS) (Thieler, Himmelstoss,
Zichichi, & Ergul, 2009). Perangkat lunak
ini terintegrasi terintegrasi pada perangkat lunak penginderaan jauh yang memungkinkan pengguna untuk menghitung perubahan garis pantai dari beberapa
seri waktu. Perhitungan jarak perubahan tiap garis pantai dapat dianalisis
menggunakan metode Net
Shoreline Movement (NSM) dan End Point Rate (EPR) (Setiabudi & Maryanto,
2018).
Net Shoreline Movement (NSM) merupakan
metode untuk mengitung jarak antara digitasi pantai tahun pertama
dan tahun akhir pada tiap transect dengan satuan meter sedangkan End Point
Rate (EPR) dihitung dengan membagi jarak pergerakan
garis pantai antara garis pantai pertama dan garis pantai akhir berdasarkan
waktu (Lazuardi, Karim, &
Sugianto, 2022).
Citra Sentinel-2 merupakan
satelit yang diluncurkan
oleh kerjasama antara The
European Commision dan European Space Agency di dalam program Global Monitoring for Environment and
Security (GMES) (Muhtar, 2022). Satelit ini
diluncurkan untuk memantau kondisi permukaan bumi, sehingga mampu memberikan informasi kondisi terkini bumi dari angkasa
untuk aplikasi lingkungan dan keamanan (Oktaviani & Kusuma,
2017).
Satelit Sentinel-2 direncanakan meluncur pada akhir 2013, namun peluncuran satelit sentinel-2A baru terlaksana pada 23 Juni 2015 sedangkan
untuk satelit sentinel-2B diluncurkan pada 7 Maret 2017. Satelit
ini memiliki misi menggabungkan kemampuan SPOT dan Landsat untuk memindai permukaan bumi.
Adapun satelit
sentinel memiliki kelebihan
sebagai berikut: (a) Cakupan daratan global yang sistematis dari 56�LS hingga 84�LU termasuk perairan pesisir, laut Mediterania, dan Antartika. (b)
Resolusi temporal tinggi yaitu setiap 5 hari di khatulistiwa dengan kondisi penampakan yang sama. (c) Multi resolusi spasial yaitu 10 m, 20 m, dan 60m. (d) Memiliki
13 kanal multispektral termasuk VNIR dan SWIR. (e) Bidang
pandang yang luas yaitu 290 km.
Kanal Satelit
Sentinel-2 dibuat dengan mengacu pada kanal-kanal yang terdapat pada SPOT dan Landsat. Perubahan
lebar kanal dan penambahan kanal dilakukan pada Sentinel-2 untuk menyempurnakan performa dalam observasi bumi. Pantai dapat diartikan sebagai suatu wilayah di mana wilayah daratan
bertemu dengan wilayah lautan. Selain itu, pantai juga merupakan daerah atau tempat
di mana gaya-gaya yang berasal
dari laut direaksikan ke daratan (Center, 1977).
Sedangkan menurut Bambang Triatmodjo (1999), dijelaskan bahwa wilayah pantai dibagi menjadi dua yaitu pesisir dan pantai. Pesisir adalah daerah darat
di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti
pasang surut, angin laut dan perembesan air laut. Sedangkan pantai adalah daerah
di tepi perairan yang dipengaruhi air pasang tertinggi
dan air surut terendah.
Daerah daratan merupakan daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi.
Sedangkan daerah lautan merupakan daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari sisi
laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya.
Gambar
1 Batasan Pantai Triatmodjo (1999)
Modified Normalized
Difference Water Index (MNDWI) adalah metode yang digunakan untuk mempertegas batasan antara badan air dan daratan (Hasan,
Citra, & Nugraha, 2019). Xu (2006) telah
mengembangkan metode MNDWI yaitu dengan mengganti
kanal Near Infrared (NIR) menjadi
kanal Shortwave Infrared (SWIR) pada NDWI. Perhitungan MNDWI akan menghasilkan tiga hal sebagai berikut:
(a) Air akan memiliki nilai positif yang lebih besar daripada
di NDWI karena menyerap lebih banyak cahaya
Medium Infrared (MIR) daripada cahaya
Near Infrared (NIR). (b) Daratan akan
memiliki nilai negatif. (c) Tanah dan vegetasi akan tetap bernilai
negatif karena tanah memantulkan cahaya Medium Infrared (MIR) lebih
banyak daripada cahaya Near Infrared (NIR) dan vegetasi
memantulkan cahaya Medium
Infrared (MIR) lebih banyak
daripada cahaya hijau.
Kontras antara
air dan lahan dengan metode MNDWI akan sangat signifikan karena meningkatnya nilai fitur air dan menurunnya nilai lahan dari
positif menjadi negatif. Peningkatan kualitas air yang lebih besar dalam citra
hasil pengolahan metode MNDWI akan menghasilkan ekstraksi fitur perairan terbuka yang lebih akurat karena lahan
terbangun, tanah, dan vegetasi semuanya bernilai negatif sehingga dapat ditekan dan bahkan dihilangkan. Rumus MNDWI dinyatakan sebagai berikut:
Dimana SWIR (Shortwave Infrared) adalah kanal 11 pada citra sentinel-2 sedangkan Green adalah kanal 3 pada citra sentinel-2.
Metode Penelitian
Garis pantai
didapat dari data citra sentinel-2 tahun 2016, 2018, 2020 dan 2022. Citra
sentinel-2 diunduh melalui website USGS kemudian diolah menggunakan perangkat
lunak penginderaan jauh sehingga didapat
garis pantai pada tahun tinjauan. Adapun tahapan dalam mengolah data citra yaitu: koreksi
radiometrik, pemotongan citra, analisis garis pantai menggunakan metode MNDWI, konversi raster ke polygon, konversi polygon ke line dan analisis perubahan garis pantai menggunakan DSAS.
Pantai utara Pulau
Bengkalis di Kecamatan Bantan menjadi lokasi penelitan yang dipilih karena merupakah daerah rawan abrasi dan banyak dibangun pemecah gelombang lepas pantai (detached
breakwater). Adapun segementasi lokasi
pembangaun pemecah gelombang lepas pantai dapat dilihat
pada Gambar 2 dan Tabel 1.
Gambar 2 Lokasi Penelitian
Tabel 1 Lokasi Pemecah
Gelombang Lepas Pantai
Lokasi |
Lokasi |
Tahun dibangun |
Lokasi 1 |
Desa Teluk Pambang, Desa Pambang Baru Lokasi 1 dan Desa Pambang
Pesisir |
2013,
2017, 2021 dan 2022 |
Lokasi 2 |
Desa Pambang Baru Lokasi 2 |
2021 |
Lokasi 3 |
Desa Muntai |
2016 dan
2017 |
Lokasi 4 |
Desa Muntai Barat |
2017 |
Lokasi 5 |
Desa Bantan Timur Lokasi 1 |
2017 |
Lokasi 6 |
Desa Bantan Timur Lokasi 2 |
2022 |
Lokasi 7 |
Desa Bantan Air |
2021 |
Lokasi 8 |
Desa Teluk Papal |
2016 dan
2017 |
Lokasi 9 |
Desa Mentayan |
2022 |
Lokasi
10 |
Desa
Selat Baru |
2016 dan
2017 |
Lokasi
11 |
Desa Deluk |
2017 dan
2022 |
Lokasi
12 |
Desa Jangkang |
2017 |
Pengolahan data citra diawali
dengan melakukan koreksi radiometrik. Koreksi radiometrik data citra merupakan pemrosesan gambar digital untuk meningkatkan ketepatan besaran nilai kecerahan. Tujuan utama penerapan koreksi radiometrik adalah untuk mengurangi
pengaruh kesalahan atau inkonsistensi nilai kecerahan citra yang dapat membatasi kemampuan seseorang untuk menginterpretasikan atau memproses dan menganalisis citra digital penginderaan jauh secara kuantitatif.
Pada bagian ini, kesalahan dan inkonsistensi radiometrik akan disebut sebagai
noise, yang dapat dianggap sebagai variasi spasial atau temporal yang tidak diinginkan dalam kecerahan gambar yang tidak terkait dengan variasi pada permukaan yang dicitrakan (Stow, 2017). Koreksi radiometrik
citra Sentinel-2 pada penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak open source QGIS
3.22.10.
Tahapan berikutnya adalah
pemotongan citra yang bertujuan agar lebih memfokuskan lokasi penelitian pada tahapan berikutnya yaitu di bagian pantai utara
Pulau Bengkalis Kecamatan Bantan, mulai dari lokasi
1 sampai dengan lokasi 12. Garis pantai didapat dengan cara membedakan antara bandan air dan daratan pada kondisi pasang menggunakan metode Modified
Normalized Difference Water Index (MNDWI). Citra sentinel-2 sebelum
dan sesudah pengolahan disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Raster Hasil Pengolahan MNDWI
Setelah mendapatkan
batasan antara badan air
dan daratan, citra hasil pengolahan MNDWI dikonversi kedalam polygon dan selanjutnya menjadi line yang nantinya akan dijadikan
sebagai garis pantai untuk analisis perubahan garis pantai
Hasil dan Pembahasan
Hasil Analisis Perubahan Garis Pantai Tahun 2016
dan 2018
Hasil analisis perubahan garis pantai tinjauan tahun 2016 dan 2018 disajikan pada Gambar 4, Gambar 5 dan Tabel 2. Perubahan maju garis pantai terbesar terjadi pada lokasi 1 dengan rata-rata 32,79 m dengan laju perubahan maju garis pantai rata-rata sebesar 15,66 m/tahun. Sedangkan perubahan mundur garis pantai terbesar terjadi di lokasi 5 dengan rata-rata 39,93 m dengan laju perubahan mundur garis pantai rata-rata sebesar 19,08 m/tahun. Jumlah perubahan luas daratan analisis 2016 dan 2018 pada lokasi pembangunan detached breakwater adalah berkurang seluas 4,61 Ha.
Gambar 4 Perubahan
Garis Pantai Tahun 2016 dan 2018 Kondisi
Akresi
Gambar 5 Perubahan Garis Pantai Tahun 2016 dan 2018 Kondisi Abrasi
Tabel 2 Perubahan
garis pantai tahun tinjauan 2016 dan 2018
Lokasi |
NSM Rata-rata (m) |
EPR Rata-rata (m/tahun) |
Δ Luas (Ha) |
||
Akresi |
Abrasi |
Akresi |
Abrasi |
||
Lokasi 1 |
32,79 |
-15,30 |
15,66 |
-7,31 |
0,94 |
Lokasi 2 |
9,73 |
-5,30 |
4,65 |
-2,53 |
-0,27 |
Lokasi 3 |
23,95 |
-28,95 |
11,44 |
-13,83 |
-1,35 |
Lokasi 4 |
28,24 |
-0,98 |
13,49 |
-0,47 |
1,06 |
Lokasi 5 |
- |
-39,93 |
- |
-19,08 |
-0,49 |
Lokasi 6 |
- |
-24,05 |
- |
-11,49 |
-1,51 |
Lokasi 7 |
13,56 |
-3,34 |
6,48 |
-1,60 |
-0,03 |
Lokasi 8 |
32,02 |
-20,96 |
15,30 |
-10,01 |
0,42 |
Lokasi 9 |
- |
-14,83 |
- |
-7,09 |
-1,70 |
Lokasi
10 |
12,39 |
-13,89 |
5,92 |
-6,64 |
-2,26 |
Lokasi
11 |
18,16 |
-2,84 |
8,67 |
-1,35 |
0,38 |
Lokasi
12 |
19,41 |
- |
9,27 |
- |
0,20 |
Jumlah |
-4.61 |
Hasil
Analisis Perubahan Garis
Pantai Tahun 2018 dan 2020
Hasil analisis
perubahan garis pantai tinjauan tahun 2018 dan 2020 yang
disajikan pada Gambar 6, Gambar 7 dan Tabel 3 menunjukkan peningkatan pengurangan luas daratan pada lokasi pembangunan detached breakwater yaitu
sebesar 10,7 Ha. Perubahan maju garis pantai terbesar terjadi pada lokasi 3 dengan rata-rata 25,98 m
dengan laju perubahan maju garis pantai rata-rata sebesar 14,05 m/tahun. Sedangkan perubahan mundur garis pantai terbesar terjadi di lokasi 12 dengan rata-rata 25,47 m dengan laju perubahan mundur garis pantai rata-rata sebesar 13,77 m/tahun.
Gambar 6 Perubahan Garis Pantai Tahun 2018 dan
2020 Kondisi Akresi
Gambar 7 Perubahan
Garis Pantai Tahun 2018 dan 2020 Kondisi
Abrasi
Tabel 3 Perubahan garis pantai
tahun tinjauan 2018 dan
2020
Lokasi |
NSM Rata-Rata (m) |
EPR Rata-rata (m/tahun) |
Δ Luas (Ha) |
||
Akresi |
Abrasi |
Akresi |
Abrasi |
||
Lokasi 1 |
14,13 |
-22,97 |
7,64 |
-12,42 |
-5,71 |
Lokasi 2 |
- |
-20,79 |
- |
-11,24 |
-0,96 |
Lokasi 3 |
25,98 |
-20,93 |
14,05 |
-11,31 |
-0,85 |
Lokasi 4 |
10,47 |
-10,37 |
5,67 |
-5,61 |
-0,01 |
Lokasi 5 |
14,07 |
- |
7,61 |
- |
0,15 |
Lokasi 6 |
21,88 |
-17,49 |
11,83 |
-9,46 |
-0,71 |
Lokasi 7 |
- |
-19,21 |
- |
-10,39 |
-0,59 |
Lokasi 8 |
23,82 |
-13,13 |
12,88 |
-7,10 |
0,52 |
Lokasi 9 |
- |
-11,07 |
- |
-5,99 |
-0,70 |
Lokasi
10 |
14,12 |
-15,00 |
7,64 |
-8,11 |
-0,08 |
Lokasi
11 |
20,01 |
-24,27 |
10,82 |
-13,12 |
-1,49 |
Lokasi
12 |
- |
-25,47 |
- |
-13,77 |
-0,30 |
Jumlah |
-10,7 |
Hasil Analisis Perubahan Garis
Pantai Tahun 2020 dan 2022
Hasil analisis perubahan garis pantai tinjauan tahun 2020 dan 2022 mengalami perubahan garis pantai yang signifikan pada lokasi pembangunan detached breakwater dari yang sebelumnya mengalami pengurangan menjadi penambahan luas daratan sebesar 12,76 Ha. Hasil analisis perubahan garis pantai disajikan pada Gambar 8, Gambar 9 dan Tabel 4. Perubahan maju garis pantai terbesar terjadi pada lokasi 2 dengan rata-rata 86,03 m dengan laju perubahan maju garis pantai rata-rata sebesar 31,60 m/tahun. Sedangkan perubahan mundur garis pantai terbesar terjadi di lokasi 5 dengan rata-rata 42,20 m dengan laju perubahan mundur garis pantai rata-rata sebesar 15,50 m/tahun.
Gambar 8 Perubahan Garis Pantai Tahun 2020 dan
2022 Kondisi Akresi
Gambar 9 Perubahan Garis Pantai Tahun 2020 dan
2022 Kondisi Abrasi
Tabel 4 Perubahan garis pantai
tahun tinjauan 2020 dan
2022
Lokasi |
NSM Rata-Rata (m) |
EPR Rata-rata (m/tahun) |
Δ Luas (Ha) |
||
Akresi |
Abrasi |
Akresi |
Abrasi |
||
Lokasi 1 |
15,32 |
-19,90 |
5,63 |
-7,31 |
-4,38 |
Lokasi 2 |
86,03 |
-10,76 |
31,60 |
-3,95 |
3,79 |
Lokasi 3 |
25,94 |
-33,34 |
9,53 |
-12,24 |
-0,36 |
Lokasi 4 |
11,05 |
-8,14 |
4,06 |
-2,99 |
0,16 |
Lokasi 5 |
- |
-42,20 |
- |
-15,50 |
-0,53 |
Lokasi 6 |
- |
-18,48 |
- |
-6,79 |
-1,14 |
Lokasi 7 |
85,32 |
-13,62 |
31,33 |
-5,00 |
0,77 |
Lokasi 8 |
42,25 |
-14,01 |
15,52 |
-5,14 |
1,01 |
Lokasi 9 |
13,03 |
-20,47 |
4,79 |
-7,52 |
-0,90 |
Lokasi
10 |
34,03 |
-10,97 |
12,50 |
-4,03 |
13,55 |
Lokasi
11 |
34,03 |
-10,97 |
12,50 |
-4,03 |
0,92 |
Lokasi
12 |
11,89 |
- |
4,37 |
- |
-0,13 |
Jumlah |
12,76 |
Berdasarkan hasil analisis, perubahan garis pantai menunjukkan adanya akresi dan abrasi. Perubahan maju garis pantai terbesar terjadi pada lokasi 2 dengan rata-rata 86,03 m
dengan laju perubahan maju garis pantai rata-rata sebesar 31,60 m/tahun yang terjadi pada tinjauan tahun 2020 dan 2022, sedangkan perubahan mundur garis pantai terbesar terjadi pada lokasi 5 dengan rata-rata 42,20 m
dengan laju perubahan mundur garis pantai rata-rata sebesar 15,50 m/tahun. Adanya pembangunan struktur pemecah gelombang lepas pantai (detached breakwater) menunjukkan
penambahan luas daratan di lokasi penelitian.
Kesimpulan
Dari penelitian
ini menunjukkan bahwa banyak Bank yang telah menggunakan Big Data. Manfaat yang
dihasilkan secara langsung yaitu peningkatan performa bisnis serta dapat
membantu Bank dalam melakukan mitigasi risiko seperti kesalahan pengambilan
keputusan, kesalahan cross selling produk kepada pelanggan hingga membantu
dalam identifikasi adanya praktik pencucian uang.
Dengan
banyaknya alat bantu untuk mengolah Big Data akan menimbulkan tantangan lain
yaitu kesiapan sumber daya manusia dan anggaran investasi teknologi informasi
yang besar. Bank juga harus berhati-hati dalam penggunaan data untuk
mengantisipasi kebocoran yang dapat mengakibatkan adanya permasalahan hukum. Perlu
dilakukan penelitan lebih lanjut terkait dengan langkah-langkah yang perlu
dilakukan oleh Bank dalam meminimalisir celah keamanan dalam pemanfaatan Big
Data.
Aggarwal, Shefali. (2004). Principles of remote
sensing. Satellite Remote Sensing and GIS Applications in Agricultural
Meteorology, 23(2), 23�28.
Andini,
Mirna Ria, & Murhaban, Murhaban. (2021). Pemanfaatan Teknik Penginderaan
Jauh untuk Menentukan Daerah Potensi Penangkapan Ikan di Perairan Laut. Jurnal
Akuntansi, Manajemen Dan Ekonomi Digital, 1(1), 98�105.
Center,
U. S. Army Coastal Engineering Research. (1977). Shore protection manual.
US Army coastal engineering research center.
Hasan,
Muhammad Zainul, Citra, I. Putu Ananda, & Nugraha, A. Sediyo Adi. (2019).
Monitoring Perubahan Garis Pantai Di Kabupaten Jembrana Tahun 1997�2018
Menggunakan Modified Difference Water Index (Mndwi) Dan Digital Shoreline
Analysis System (DSAS). Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha, 7(3),
93�102.
Lazuardi,
Zikri, Karim, Abubakar, & Sugianto, Sugianto. (2022). Analisis Perubahan
Garis Pantai Menggunakan Digital Shoreline Analysis System (DSAS) di Pesisir
Timur Kota Sabang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 7(1),
662�676.
Lillesand,
Thomas, Kiefer, Ralph W., & Chipman, Jonathan. (2015). Remote sensing
and image interpretation. John Wiley & Sons.
Muhtar, Siti Asmutianti. (2022). Estimasi
Kelimpahan Fitoplankton Menggunakan Citra Sentinel-2 Di Wilayah Perairan
Langa-Jampue Kabupaten Pinrang= Estimation of Phytoplankton Abundance Using
Sentinel-2 Imagery In Langa-Jampue Pinrang Regency. Universitas Hasanuddin.
Nabilla,
Lulu Mayna, Mubarak, Mubarak, & Elizal, Elizal. (2021). Analysis of
coastline changes on the potential of mangrove forests on Bengkalis Island,
Riau Province. Asian Journal of Aquatic Sciences, 4(2), 163�170.
https://doi.org/10.31258/ajoas.4.2.163-170.
Oktaviani, Nadya, & Kusuma, Hollanda A. (2017).
Pengenalan Citra Satelit Sentinel-2 Untuk Pemetaan Kelautan. OSEANA, XLII,
3, 40�55. https://doi.org/10.14203/oseana.2017.vol.42no.3.84.
Setiabudi,
Akhmad Rifai, & Maryanto, Thonas Indra. (2018). Deteksi perubahan garis
pantai di pesisir Kabupaten Karawang dengan aplikasi digital shoreline analysis
system (DSAS). Reka Geomatika, 2018(2).
Stow,
Douglas A. (2017). Radiometric Correction of Remotely Sensed Data. Introductory
Digital Image Processing (6.1).
Sulaiman,
Dede M. (2018). Beton dan Teknologi Pracetak Pada Bangunan Pengamanan Pantai.
Deepublish.
Sutikno,
Sigit. (2014). Analisis laju Abrasi Pantai Pulau bengkalis dengan Menggunakan
data satelit. Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HATHI (Himpunan Ahli Teknik
Hidraulik Indonesia) XXXI, 22�24.
Thieler,
E. Robert, Himmelstoss, Emily A., Zichichi, Jessica L., & Ergul, Ayhan.
(2009). The Digital Shoreline Analysis System (DSAS) version 4.0-an ArcGIS
extension for calculating shoreline change. US Geological Survey.
Triatmodjo, Bambang. (1999). Teknik
pantai.
Copyright holder: Edi Kurniawan, Sigit Sutikno, Muhammad Yusa (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |