Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 10, Oktober
2023
PENYUSUNAN
RENCANA STRATEGIS BISNIS RSUD KEBAYORAN BARU: RENCANA STRATEGI PEMASARAN
May Rabiulyati,
Atik Nurwahyuni, Wachyu Sulistiadi
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Rumah sakit sebagai organisasi
Kesehatan dengan banyak variasi produk layanan dan modal yang tidak sedikit memerlukan perencanaan yang strategis. Perencanaan strategis bisnis untuk mencapai
tujuan di tengah persaingan seperti saat ini. Tujuan penelitian ini untuk menyusun perencanaan strategis bisnis RSUD Kebayoran Baru.
Metode penelitian dengan analisis deskriptif, pendekatan kualitatif yang mengolah data primer dan sekunder.
dengan analisis SWOT,
Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor
Evaluation (EFE). Melalui Focus Group Discussion
(FGD) dengan teknik
Consensus Decision Making Group (CDMG) untuk pengambilan keputusan. Hasil penelitian Terbentukanya Draf Rencana Strategis Bisnis RSUD Kebayoran Baru, di
mana saat ini RSUD Kebayoran baru berada di sel ke
V Hold and Maintain, dengan strategi yang direkomendasikan adalah market
penetration (penetrasi pasar) dan product development
(pengembangan produk). Perlu pengembangan strategi
marketing dalam rangka meningkatkan kunjungan pasien poli syaraf khususnya, meningkatkan pangsa pasar melalui kerja sama dengan
asuransi swasta, travel
agent, hotel atupun perusahaan
lain disekitar. Strategi lainnya
dengan melakukan seminar
dan memantau engagement pasien
dengan views, like, comment, share maupun angka kepuasan
di Google review. Rekomendasi peningkatan
kualitas layanan, meningkatkan periklanan/pemasaran di luar Gedung, dan komitmen yang kuat dari seluruh pimpinan
dan staf demi keberhasilan pelaksanaan rencana strategis rumah sakit.
Kata kunci: RSUD, RSB, Pemasaran.
Abstract
The Draft Strategic Business Plan for RSUD Kebayoran Baru was formed, where currently RSUD Kebayoran Baru is in cell V Hold and Maintain, with the
recommended strategies being market penetration and product development. It is
necessary to develop a marketing strategy in order to increase visits from
neurological poly patients, in particular, increasing market share through
collaboration with private insurance, travel agents, hotels or other companies
in the area. Another strategy is to conduct seminars and monitor patient
engagement with views, likes, comments, shares and satisfaction figures on
Google reviews. Recommendations for improving service quality, increasing
advertising/marketing outside the building, and strong commitment from all
leaders and staff for the successful implementation of the hospital's strategic
plan.
�
Keywords: public hospital, strategic business plan,
marketing.
Pendahuluan
Dunia usaha
dan ekonomi terus berkembang pada era globalisasi ini, menunjukkan persaingan yang menuntut organisasi untuk berinovasi dan berinvestasi. Organisasi modern perlu menjalankan praktik bisnis yang efektif dalam mencapai tujuan. Persaingan pasar antar organisasi, membuat organisasi paling efektif dan efisien yang dapat bertahan. Setiap organisasi didorong mencari pengetahuan untuk menciptakan kondisi baru yang menguntungkan (Ayuningtyas,
2020).
Perubahan organisasi
digambarkan melalui model
�eco-cycle�, di mana terjadi krisis
dan pembaruan, yang terdiri
dari dua hal, antara tindakan yang muncul sendiri dan yang dipaksakan. Tindakan organisasi
yang dapat menyebabkan krisis dan kebingungan, tetapi dapat merangsang
respon kreatif untuk memulai siklus
baru (Costa,
2018). Diperlukan
perencanaan strategis sebagai bagian dari manajemen strategis, yaitu seni memformulasi, implementasi dam evaluasi keputusan strategis yang diambil organisasi dalam mencapai tujuan di masa depan (Umar,
2001).
Rumah sakit sebagai organisasi
Kesehatan dengan banyak variasi produk layanan dan modal yang tidak sedikit memerlukan perencanaan yang strategis. Perencanaan strategis bisnis dalam mencapai
tujuan di tengah persaingan seperti saat ini.� Selain faktor kualitas dan harga keberhasilan organisasi tergantung strategi yang ditetapkan,
sehingga diperlukan analisis yang mempertimbangakan perubahan ke depan
(Rasc�o,
2018).
Pengembangan stategis
bisnis berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi (Mustikarini,
2022). Merencanakan
strategi bisnis dengan menganalisis faktor strategi organisasi yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada saat ini. Dengan
kekhususan layanannya yang tidak dapat menjanjikan
keberhasilan di awal
(uncertain) dan berhubungan dangan
kehidupan seseorang, tantanan organisasi kesehatan makin banyak dan beragam. Organisasi Pelayanan Kesehatan dikatakan berhasil jika dapat membuat
pasien puas dan terpenuhi kebutuhannya, selain dapat memproduksi
layanan kesehatan yang bermutu sesuai standar dan cost effective (Kaplan dan Norton dalam (Rangkuti,
2000).
Rencana strategis
bisnis (RSB) sebagai
strategi pengelolaan BLU yang memuat
rencana program dan kegiatan,
rencana pengembangan layanan, strategi dan arah kebijakan, dan rencana keuangan dengan teknis analisis bisnis (Lasyera
et al., 2018). RSB adalah
instrument penterjemah dan pertajam
visi dan misi serta penyelaras tujuan, strategi, kebijakan, dan
program kerja yang ditetapkan.
RSB harus dapat menjamin sinkronisasi dan konsistensi proses perencanaan, penganggaran, pengendalian, serta evaluasi program dan kegiatan pembangunan kesehatan jangka menegah dan pendek.
Rancangan Rencana
Strategis Kementrian
Kesehatan (Kemenkes) tahun
2020 menyatakan rumah sakit perlu menguatkan
tata kelola manajemen, pelayanan spesialistik, BLU RS,
dan terintegrasinya sistem informasi RS dengan sistem informasi surveilans berbasis digital. Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta 2023-2026 memberikan
arahan bahwa setiap fasilitas pelayanan kesehatan diminta mengimplementasikan transformasi pelayanan kesehatan dengan pengembangan layanan kesehatan unggulan Rumah Sakit
Daerah (RSD).
Rencana Strategis
(Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta Tahun 2023-2026 memberikan
beberapa arahan kebijakan yang mendorong upaya pelayanan kesehatan perorangan dan rujukan melalui pengembangan layanan kesehatan unggulan Rumah Sakit
Daerah, selain meningkatkan
kapasitas tempat tidur NICU/PICU/ICU, meningkatkan
ketahanan sistem kesehatan terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan optimalisasi peran stakeholder dan lintas sektor, mengembangkan kapasitas dan kompetensi tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan terakreditasi sesuai ketentuan yang berlaku, optimalisasi penerapan hospitality pelayanan kesehatan, dan pemenuhan alat kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan sejalan dengan rencana pengembangan layanan.
Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kebayoran Baru berdasarkan
undang-undang bertugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Melalui perencanaan berorientasi pasar yang sejalan dengan RPD Provinsi DKI Jakarta, harapannya RSUD Kebayoran Baru dapat bersaing di pasar global.
RSUD Kebayoran Baru perlu menyusun perencanaan strategis sebagai upaya menjadi mandiri
dalam pembayaran biaya operasionalnya. RSUD kebayoran Baru perlu menetapkan rencana strategis selain pelayanan unggulan juga strategi pemasaran untuk mempromosikan layanan tersebut.
RSUD Kebayoran Baru adalah Rumah sakit umum daerah
tipe D yang berstatus sebagai badan layanan umum daerah (BLUD). Berdasarkan SK Kepala Dinas Nomor 602 tahun 2021, RSUD Kebayoran Baru perlu mengembangkan pelayanan unggulan dan jejaring layanan rujukan untuk masyarakat di wilayah
Jakarta dan sekitarnya, juga harus
dapat mandiri. Dalam rangka mewujudkannya, diperlukan pengembangan rencana strategis bisnis yang bertujuan memberikan layanan kesehatan bermutu dan sesuai standar dengan pengembangan beberapa layanan unggulan sesuai sasaran strategisnya. Salah satunya Layanan unggulan Stroke Terpadu yang saat ini di level III. Sejalan dengan data 10 penyakit terbanyak di unit rawat jalan tahun
2022, di mana cerebral infarction menempati posisi ke 4.
Berdasarkan surat edaran No.106/SE/2022 tentang Penyusunan Rencana Strategis BLUD tahun 2023-2026 di
jajaran Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta, RS milik pemerintah
provinsi DKI Jakarta perlu menyusun RSB yang merupakan kewajiban dalam mewujudkan sistem tata Kelola
yang baik. RSB disusun searah dengan renstra
Dinas Kesehatan DKI Jakarta, yang menentukan arah dan prioritas strategis RSUD Kebayoran Baru periode 2023 -2026 dalam berbagai kegiatannya, diantaranya kegiatan pemasaran untuk meningkatkan kunjungan pasien.
Pemasaran sebagai
proses perusahaan menciptakan
nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, bertujuan menangkap nilai dari pelanggan
sebagai rewardnya (Kotler
& Armstrong, 2008).
Metode Penelitian
Penelitian ini berlokasi di RSUD Kebayoran Baru,
yang melibatkan top manajemen,
koordinator instalasi. kasatpel, penanggung jawab unit, SPI dan para ketua komite, serta Humas sebagai tim penyusun
RSB. Penyusunan RSB dilakukan
pada bulan Maret � April 2023. Di awali
tahap input data (input stage), dengan
mengumpulkan data sekunder dari data internal unit dan komite
5 tahun terakhir. Mengumpulkan data eksternal melalui analisis informasi dari dokumen atau website pemerintah tentang geografi, demografi, sosial ekonomi maupun tentang RS pesaing, serta kebijakan yang ada. Pengumpulan data primer melalui
Focus Group Discussion (FGD) untuk mengidentifikasi masalah, kekuatan, kelemahan dan rencana pengembangan unit. Faktor
internal dengan Analisa SWOT sebagai
faktor kekuatan dan kelemahan, sedang faktor eksternal sebagai peluang dan hambatan.
Kegiatan selanjutnya
matching stage, di mana tim penyusun
melakukan pembobotan pada faktor internal maupun eksternal. Total nilai yang diperoleh pada Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE) untuk
menetapkan posisi rumah sakit saat
ini, sebagai dasar strategi yang akan dilakukan. Kegiatan FGD untuk menyusun matriks TOWS dalam menetapkan strategi alternatif
dan target untuk layanan unggulan dan strategi pemasaran
yang akan dilakukan. Kegiatan berikutnya FGD penyusunan mitigasi risiko, sehingga pada decision
stage ditentukan strategi yang akan
diterapkan. FGD dilakukan dalam beberapa sesi, yang mendorong semua anggota tim
untuk berperan aktif. Dalam setiap tahapan, keputusan yang dipilih berdasarkan Consensus
Decision Making Group (CDMG) yang melibatkan semua pihak manajemen
untuk menghilangkan adanya bias data.
Hasil dan Pembahasan
Visi RSUD Kebayoran
Baru menjadi Rumah Sakit dengan
Pelayanan Unggulan Sroke Terpadu Level II dan Jejaring Rujukan Terbaik dan Tepercaya di DKI
Jakarta tahun 2026. Visi ini
hasil kesepakatan dengan menargetkan tercapainya keinginan, harapan, dan cita-cita RSUD Kebayoran Baru pada tahun 2026.
Visi ini sejalan dengan RPJPD Provinsi DKI Jakarta
tahun 2005-2025 dan Renstra
Dinas Kesehatan DKI Jakarta.D Provinsi
DKI Jakarta tahun 2005-2025.
Menurut (David, 2015) agar ketepatan pernyataan dievaluasi berdasar sembilan komponen di antaranya : a) Pelanggan, b) Produk atau layanan,
c) Pasar (Market), d) Teknologi, e) Bertindak untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan profitabilitas,
f) Filosofi, g) Mempunyai posisi keunggulan atau hasil penilaian
diri organisasi, h) Mengandung nilai dan fokus untuk publik,
i) Mengandung nilai dan perhatian bagi harapan karyawan
(4) Karenanya tim penyusun RSB sepakat untuk memproyeksikan gambaran organisasi kepada pelanggan dalam misi di atas.
Adapun misi
RSUD Kebayoran Baru yang mencangkup
unsur-unsur untuk dapat mewujudkan visi, sejalan dengan
RPJPD Provinsi DKI Jakarta tahun
2005-2025 dan Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta meliputi: a) Memberikan pelayanan kesehatan paripurna. b) Menciptakan manajemen organisasi rumah sakit yang profesional, efektif, efisien, dan beretika. c) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui pendidikan dan pelatihan. d) Menyediakan sarana dan prasarana rumah sakit. e) Meningkatkan kerja sama lintas sektoral
di bidang pelayanan kesehatan. f) Meningkatkan kesejahteraan pegawai.
Analisis Kondisi Eksternal
1. Geografi
Kebayoran Baru berada
di Jalan Adsul majid No. 28, Cipete
Utara, Kecamatan Kebayoran
Baru, Kota Administrasi Jakarta Selatan Secara geografis, kecamatan Kebayoran Baru berbatasan dengan kelurahan Cilandak, kebayoran lama, Mampang Prapatan, Setia Budi, dan Tanah Abang. Dengan
luas wilayah terbesar ke-5 merupakan pusat industri pariwisata dengan jumlah hotel terbanyak di Jakarta Selatan, yaitu
41% atau 45 hotel.
Memiliki jumlah
kelurahan terbanyak di
Jakarta Selatan, yaitu 10 kelurahan,
74 RW, dan 650 RT. Akses yang mudah dijangkai karena berdekatan dengan stasiun MRT Haji Nawi yang hanya berjarak sekitar 230 meter. RSUD Kebayoran Baru berdiri di atas tanah seluas
1.302 m2, yang dirasa kurang
untuk sebuah RSUD yang masih perlu pengembangan.
Di sebelahnya terdapat lahan kosong dan di belakang juga ada rumah yang dijual, memberi harapan bagi RSUD Kebayaran baru untuk pengembangan
lahan (Rangkuti,
2017).
2. Demografi
Dengan jumlah
penduduk 156.300 dan luas
12,93 km2 merupakan kecamatan
dengan jumlah penduduk terbanyak ke-9 dan tingkat kepadatan penduduk terendah di Jakarta
Selatan. Berdasarkan data kependudukan
dan catatan sipil tahun 2021, penduduk terbanyak di usia 35-44tahun untuk jenis kelamin
laki-laki maupun perempuan (9). Laju pertumbuhan penduduk terendah kedua di Jakarta selatan, di mana
laju pertumbuhan penduduk Kebayoran Baru yang menurun 0,4% dalam 20 tahun terakhir 0,14 ditahun 2000-2010 menjadi -0,26 ditahun 2010-2020). Hal ini dapat dibayangkan pada 5 tahun ke depan
akan banyak lansia yang ada di wilayah Kebayoran Baru. Saat ini 85% penduduknya sudah memiliki Jaminan Kesehatan berupa BPJS Kesehatan, baik PBI atau Non-PBI.
3. Sosioekonomi
Persentase jumlah
penduduk kecamatan Kebayoran Baru berdasarkan
Pendidikan sebanyak 46,8% SLTA/Sederajat,
16,0% Diploma/Akademi/Strata, 13,7% SLTP/Sederajat. 11,3% Belum tamat SD/ Sederajat, 7,4% Tamat SD/Sederajat,
4,8% Tidak/Belum sekolah. Hal ini
menggambarkan pasar RSUD Kebayoran
Baru didominasi menengah ke bawah. Pendidikan didominasi SLTA sederajat dengan tuntutan tinggi akan pelayanan
yang diberikan RSUD Kebayoran
Baru.
4. RS Pesaing
dan Epidemiologi Penyakit
Ditetapkan beberapa
RS menjadi pesaing dengan kriteria tipe yang serupa dengan RS Kebayoran Baru, yaitu RS tipe C dan D serta berjarak dalam radius 5kilometer atau jarak tempuh kurang
sama dengan 30 menit. Terdapat 7 RS tipe C dan 1 RS tipe D diantaranya sebanyak 3 RSIA, sehingga dapat disimpulkan RS pesaing lebih banyak fokus
pada pelayanan maternitas,
Wanita, dan anak, serta kasus penyakit dalam.
Delapan dari
14 penyakit tidak menular (PTM) mendominasi sebagai penyebab kematian di DKI Jakarta. Prevalensi
penyakit sendi berdasarkan diagnosis tahun
2013-2018, DKI Jakarta sebanyak 6,7% dan Indonesia
7,3%. Angka Morbiditas Jakarta Selatan menempati posisi keempat terendah di DKI Jakarta, dengan umur harapan
hidup 74,23 tahun, menempati posisi kedua tertinggi. Stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya (Organization,
2019). Data menunjukkan
1 dari 4 orang mengalami
stroke, padahal sesungguhnya
stroke dapat dicegah.
Prevalensi stroke nasional
12,1 permil, sedangkan pada
Riskesdas 2018 prevalensi
stroke 10,9 permil, tertinggi
di Provinsi Kalimantan Timur (14,7 per mil) sementara terendah di Provinsi Papua (4,1 per mil) (12). Prevalensi
Stroke di DKI Jakarta meningkat 2,5% dari tahun 2013-2018 dan risiko kejadian cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Menurut data BPJS Kesehatan tahun
2016 Stroke menghabiskan biaya
pelayanan kesehatan sebesar Rp1,43 Triliun, tahun 2017 naik menjadi Rp2,18 Triliun dan tahun 2018 mencapai Rp2,56 Triliun rupiah (Randolph,
2016).
Berdasarkan data dari
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), sebuah
pusat studi yang menganalisis beban kesehatan global pada tahun 2019 menyatakan delapan dari empat belas
penyakit tidak menular mendominasi sebagai penyebab kematian di DKI Jakarta, diantaranya
Stroke, Ischemic heart disease, dan Diabetes.
Analisis Kondisi Internal
1. Capaian pelayanan RSUD Kebayoran Baru tahun 2018-2022 belum sepenuhnya mencapai target terutama pada dua
tahun terakhir dikarenakan pandemi Covid-19 dan
RSUD Kebayoran Baru menjadi
RS Full Covid-19. RSUD Kebayoran Baru juga tidak membuka layanan
poliklinik di saat pandemi.
2. Profil pasien yang berkunjung ke RSUD Kebayoran Baru dalam 5 tahun ini, di mana pasien umum meningkat
menjadi 35.139 pada tahun
2022 dari 23.116 pada tahun
2019. Tidak memperhitungkan tahun
2020-2021 karena memiliki kekhususan pandemic Covid-19. Sedangkan
pasien BPJS tahun 2022 sebanyak 31.989 masih di bawah tahun 2019 sebanyak 38.565. Rata-rata proporsi
pasien BPJS sebesar 59,16%,
sedangkan pasien umum 40,84%.
3. Trend
pasien baru menurun dalam 5 tahun terakhir, sedangkan trend pasien lama meningkat dan mendominasi.
4. Kunjungan IGD mengalami penurunan di saat pandemic
Covid-19, denan proporsi pasien BPJS 52,99% dan pasien umum 47,01%. Kejadian Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS), ditahun 2021 sebanyak 104 pasien (3,29% dari total kunjungan) dan pada tahun 2022 sebanyak 177 pasien (2,70% dari total kunjungan 6561 pasien)
5. Kunjungan rawat jalan didominasi penyakit tidak menular, yaitu Hipertensi, DM, Dyspepsia. Penyakit
cerebral infraction, nyeri dan cedera
menjadi perhatian khusus 10 besar penyakit selama 4-5 tahun ini, seperti
gonarthrosis, dorsalgia,
shoulder lesions, dan HNP. Dengan proporsi
58,72% pasien BPJS dan 41,28% pasien
umum. Pasien terbanyak dari poli penyakit dalam, fisioterapi, dan obsgyn karena membuka layanan pagi sore. Jumlah pasien poli syaraf dengan hanya
layanan pagi melebihi setengahnya. Penyakit terbanyak di Unit Rehabilitasi Medik termasuk saraf terjepit dan stroke.
6. Kunjungan pasien rawat inap didominasi
oleh pasien yang menggunakan
BPJS, yaitu sebanyak 91,05%
dalam 5 tahun ini. Didominasi oleh pasien dewasa, yaitu sebanyak 67,12% dan pasien anak 32,88%. Trend pelayanan ibu dan bayi naik, sedangkan abortus turun dalam 5 tahun
terakhir. Dengan penyakit terbayak diantaranya other gastroenteritis and colitis, pneumonia,
DBD, hipertensi, dan infeksi
virus.
7. BOR
tidak memenuhi standar pada tahun 2018, 2020,
2021, dan 2022; TOI tidak memenuhi
standar pada tahun
2021-2022; BTO tidak memenuhi
standar pada 2018, 2019, 2021, dan 2022. Dengan indikator hand hygiene masih di bawah target pada tahun 2018-2022.
8. Kunjungan pasien kamar operasi fluktuatif
di tahun 2019-2022 dan terjadi
kenaikan yang signifikan
pada tahun 2021-2022, yaitu
sebesar 217,60%. Terbanyak
pada kasus bedah umum sebanyak 54,85% dan kasus obsgyn 45,15%, dengan rata-rata operasi elektif sebanyak 96,14% dan operasi cito 3,86%. Tindakan operasi
dengan kenaikan tertinggi yaitu herniatomi (389,49%, eksisi
123,69%, dan appendiktomi 102%.
9. Pemeriksaan laboratorium paling banyak yaitu pemeriksaan
Kimia Klinik, Hematologi,
dan Elektrolit. Proporsi pembayaran BPJS sebanyak 77,2%, umum 19,195, dan karyawan 3,61%.
10. Kunjungan instalasi radiologi untuk pemeriksaan Foto dan USG naik, proporsi
pemeriksaan Foto rata-rata 90,02% dan USG 9,98%. Proporsi pasien BPJS 49,68%, umum 27,03%, Covid-19 19,25%, karyawan
dan TOGA 3,35%, Global Fund 0,54%, serta rujukan fasilitas Kesehatan lain
0,15%. Pemeriksaan radiologi
didominisai untuk kasus yang berhubungan dengan sendi, yaitu
pemeriksaan Vert. Lumbosacral AP & Lat, Art. Genu
Dextra dan Sinistra AP & Lat.
11. Jumlah resep mengalami
peningkatan seiring jumlah pasien. Tersedia layanan antar obat bagi
pasien telemedicine dan tidak
ditarik biaya.
12. Unit
Rehab Medik didominasi oleh
pasien dengan penyakit radikulopati lumbal, OA genu, stroke, rotator cuff tendinitis, radikulopati cervical, rct, de quervain syndrome, dan trigger finger.
13. SPM
pelayanan limbah sudah memenuhi standar pada tahun 2019-2022 kecuali baku mutu
limbah cair pada tahun 2019-2020 dan Mei 2022
14. Berdasarkan status pegawai, 7,1%
(19 pegawai) berstatus PNS,
77,6% (208 pegawai) Non PNS, dan PJLP 15,3% (41 pegawai). Berdasarkan kelompok profesi, SDM RSUD Kebayoran Baru terdiri 1,49% manajemen, 17,54% dokter, 26,12% perawat, 5,97% bidan, 13,81% penunjang medis dan non medis, 19,77 tata usaha, dan
15,30% pekerja harian lepas (PHL). SDM dokter spesialis full timer sebanyak 3 dokter dan 18 dokter lainnya berstatus part timer. Persentase pegawai yang belum mencapai 20 JPL adalah 18,96%
15. Analisis keuangan, di mana pendapatan berasal dari klaim BPJS, klaim Covid, dan pembayaran umum. Cash ration pada tahun 2022
sebesar 1990,6, di mana nilai
tersebut jauh di atas standar karena
adanya klaim Covid. Namun sempat terjadi
keterlambatan pembayaran
yang mengakibatkan terhambatnya
proses pembelian maupun pembayaran
Berdasarkan skor kepatuhan keuangan BLUD tahun 2018-2022 sebesar 67,232 yang bermakna pengelolaan keungan RSUD Kebayoran Baru belum mengalami kenaikan dan pendapatan BLUD belum dapat memenuhi biaya operasional rumah sakit. Sehingga
selain perlu peningkatan pendapatan, efisiensi biaya perlu dilakukan. Hal ini dapat ditunjang
dengan perhitungan unit
cost.
16. Analisis Sarana Prasarana sesuai PMK No. 3 tahun 2020, RSUD
kebayoran Baru belum memiliki bank darah. Berdasarkan SK Kepala Dinas tentang Layanan Unggulan dan Jejaring rujukan, RSUD Kebayoran Baru ditetapkan (1) Pelayanan unggulan dan jejaring layanan rujukan jantung terpadu: Level IV (ACHF);
(2) Pelayanan unggulan dan jejaring layanan rujukan stroke terpadu: Level III
(Spoke/Primary Stroke Center); (3) Pelayanan Unggulan dan Jejaring Layanan Rujukan Trauma Center:
Level IV; (4) Pelayanan Unggulan
dan Jejaring Layanan Rujukan Burn Center: Level III (Burn Facilities/BF); (5) Pelayanan Unggulan dan Jejaring Layanan Rujukan Kesehatan Mata: Level III (Primer); (6) Pelayanan Unggulan dan Jejaring Layanan Rujukan Geriatri Terpadu: Level III (Lengkap); (7)
Pelayanan Unggulan dan Jejaring Layanan Rujukan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA): Level IV; (8) Pelayanan Unggulan dan Jejaring Layanan Rujukan umbuh Kembang Anak: Level
III (Primer); (9) Pelayanan Unggulan
dan Jejaring Layanan Rujukan Onkologi Terpadu: Level III. Ada beberapa sarana dan prasarana yang belum dimiliki RSUD Kebayoran Baru, diantaranya untuk layanan Stroke Terpadu belum memenuhi
standar SDM untuk pelatihan dokter ANLS dan belum tersedianya sarana prasarana pain klinik serta bangsal
stroke;
17. Kendala
yang dihadapi RSUD Kebayoran
baru di antaranya keterbatasan lahan untuk pengembangan.
18. Pengembangan sistem informasi, yaitu SIMRS sudah sesuai target Dinas
Kesehatan. SIMRS RSUD Kebayoran Baru sudah terintegrasi dengan BPJS untuk layanan V-Claimnya. Terintegrasi dengan Dinas Kesehtan untuk layanan EIS Dinkes dan Kementrian Kesehatan untuk layanan Siranap.
19. Tingkat
digital marketing berdasarkan tingkat
keaktifan belum optimal, dengan engagement rate 41,90%. RSUD Kebayoran
Baru perlu menambah
Kerjasama dengan penjamin
Kesehatan swasta lainnya, meningkatkan keaktifan digital
marketing, dan mengoptimalisasikan pelayanan hospitality sebagai upaya meningkatkan kepuasan dan kunjungan pasien.
Berdasarkan analisis
kondisi eksternal dan
internal di atas, seperti tingginya kunjungan poli saraf dan rehabilitasi medik, data penyakit terbanyak salah satunya berhubungan dengan sendi dan stroke RSUD Kebayoran
Baru memiliki peluang untuk memprioritaskan pengembangan layanan unggulan Stroke Terpadu yang meliputi layanan rehabilitasi medik. memberikan peluang bagi RSUD Kebayoran Baru untuk mengembangkan pelayanan yang menyasar penduduk usia produktif
terutama usia 35-49 tahun daripada penduduk usia muda
karena angka pertumbuhan penduduk Kebayoran Baru menurun dalam 20 tahun terakhir. laju pertumbuhan penduduk Kebayoran Baru yang menurun 0,4% dalam 20 tahun terakhir (0,14 ditahun 2000-2010 menjadi -0,26 ditahun 2010-2020).
Hal ini
dapat dibayangkan pada 5 tahun ke depan
akan banyak lansia Secara geografis,
RSUD Kebayoran Baru juga berpeluang
untuk menjalin kerja sama dengan
berbagai perusahaan dan industri pariwisata yang bertempat di sekitar RSUD dan melaksanakan promosi yang lebih gencar lagi.
RSUD Kebayoran Baru harus mempertimbangkan RS pesaing di sekelilingnya yang mayoritas memiliki layanan unggulan KIA dan Penyakit Dalam.
Tabel 1 Matriks SWOT
Matriks SWOT |
Strength (Kekuatan) 1.
Memiliki pelayanan rehabilitasi medik yang lengkap 2.
Letak strategis di pusat industri pariwisata dan dekat dengan transportasi umum (MRT Haji
Nawi) 3.
Poli Rehabilitasi Medik dan Poli
Saraf memiliki tren kenaikan jumlah pasien tertinggi di Unit Rawat
Jalan 4.
Sudah terakreditasi paripurna 5.
Kompetensi SDM Medis maupun Non Medis sudah mumpuni |
Weakness (Kelemahan) 1.
Terbatasnya lahan untuk pengembangan layanan dan parkir Rumah Sakit 2.
Belum gencarnya promosi Rumah Sakit 3.
Pendapatan BLUD belum dapat memenuhi biaya operasional 4.
SIMRS/RME belum sepenuhnya terintegrasi 5.
Penerapan hospitality
belum optimal |
Opportunity (Peluang) 1.
Kebijakan Transformasi Pelayanan
Kesehatan 2.
Kebijakan Pengembangan Pelayanan Unggulan dan Jejaring Layanan Rujukan (SK Kadinkes Prov. DKI Jakarta No. 602 Tahun
2021) 3.
Kebijakan standar pelayanan, sumber daya manusia,
bangunan dan prasarana, serta peralatan Rumah Sakit Kelas D (PMK No. 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit) 4.
Kebijakan Standar Pelayanan Minimal (Pergub No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal) 5.
Adanya Subsidi Dana APBD untuk RSUD milik Pemerintah Daerah 6.
Upaya meningkatkan kualitas SDMK dalam Rencana Strategis Dinkes DKI Jakarta 2023-2026 7.
Pengeluaran per kapita penduduk di Jakarta
Selatan tertinggi ke-2 dan melebihi
rata-rata pengeluaran per kapita
penduduk DKI Jakarta 8.
Prevalensi Stroke di DKI
Jakarta mengalami peningkatan
sebesar 2,5� dari tahun 2013-2018 9.
Prevalensi penyakit sendi DKI Jakarta mendekati prevalensi Indonesia 10.
RSUD Kebayoran Baru ditetapkan sebagai Layanan Kecelakaan Kerja 11.
RSUD Kebayoran Baru bekerja sama dengan Jasa Raharja |
Strategi SO 1. Pengembangan pelayanan unggulan Stroke Terpadu (S1,
S2, S5, O3, O4, O8, O9, O10, O11) |
Strategi WO 1.
Perluasan lahan untuk pengembangan
pelayanan (W1, O1, O2, O3, O4, O5) 2.
Upaya meningkatkan kunjungan pasien dengan mengembangkan strategi promosi dan marketing (W2, W5, O2, O7, O8, O9, O10, O11) 3.
Mengembangkan telemedicine
(W1, O1) 4.
Optimalisasi penerapan hospitality (W5, O4, O6) 5.
Pengembangan SIMRS |
Threat (Ancaman) 1.
Dikelilingi banyak Rumah Sakit Swasta 2.
Tingginya tuntutan kualitas pelayanan RSUD Kebayoran Baru 3.
Kebijakan terkait tarif rumah sakit (Pergub No. 141 Tahun 2018 tentang Tarif Layanan RSUD Kelas C dan D) sudah lama belum diperbaharui 4.
Kebijakan terkait remunerasi (Pergub No. 51 Tahun 2021 tentang Remunerasi Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Khusus Daerah) |
Strategi ST 1. Peningkatan kualitas pelayanan (S3, S4, S5, T2) |
Strategi WT 1.
Upaya meningkatkan kunjungan pasien dengan mengembangkan strategi promosi dan marketing (W2, W5, T1, T4) 2.
Perluasan lahan untuk pengembangan
pelayanan (W1, T2) 3.
Melakukan efisiensi (W3, T3) |
Berdasarkan analisis
IFE dan EFE, tim penyusun
RSB secara individu mengevaluasi data internal dan eksternal
sebagai kekuatan atau kelemahan dan peluang atau ancaman.
Dan hasil seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 1 Matriks
IE
Hasil matriks
Internal-Eksternal (IE) posisi
RSUD Kebayoran Baru berada
di sel ke V, strategi yang direkomendasikan adalah Hold and
Maintain. Strategi Market Penetration (Penetrasi
Pasar) dan Product Development (Pengembangan Produk) sering digunakan pada posisi ini (Fajriyah
& Kartini, 2016). Strategi pengembangan
produk dalam rangka meningkatkan pendapatan pada rumah sakit umumnya strategi pengembangan produk layanan baru atau
memperbaiki produk yang sudah ada, baik
dalam hal kelengkapan sarana dan prasarana, maupun layanan yang ditawarkan. Hal ini harus diikuti
pengembangan kompetensi SDM
(Farida,
2018).
Strategi penetrasi
pasar bertujuan meningkatkan
pangsa pasar dalam skala besar (Putri
et al., 2021). Proses tersebut
harus dilakukan secara intensif dengnan bantuan leaflet, brosur, informasi setiap kegiatan sehingga memunculkan need masyarakat akan produk layanan di RS. Hal ini perlu menetapkan
startegis pemasaran untuk dapat menjual
layanan unggulan yang akan dikembangkan maupun layanan yang sudah ada. Tim penyusun RSB menetapkan strategi alternatif yang memungkinkan untuk dilaksanakan, seperti yang ditunjukan pada
Gambar 2.
Gambar 2
Alternatif Strategi
Target Kinerja Operasional
Tim RSB menetapkan
target kinerja operasional
yang meliputi, kinerja pelayanan dan kinerja keuangan, sebagai harapan RSUD Kebayoran Baru terkait kesesuaian proses dan evaluasi kinerja atau implementasi rencana strategis yang ditetapkan. Di mana besaran
target ditentukan berdasarkan
capaian yang ada dan ditambah nilai 10% untuk setiap tahunnya.
Analisis Strategi RSB
RSUD Kebayoran Baru tahun
2023-2026
Berdasarkan visi
dan misi yang ditetapkan, analisis data internal maupun eksternal, RSUD Kebayoran Baru
agar dapat menjadi rumah sakit pelayanan
unggulan dan Jejaring Rujukan Terbaik dan Tepercaya di DKI Jakarta, memberikan
pelayanan bermutu dan sesuai standar, perlu adanya penetapan
strategi bisnisnya. Tim penyusunan
menetapkan 8 strategi yang akan
di implementasikan di RSUD Kebayoran
Baru, meliputi;
1. Pengembangan
layanan unggulan Stroke Terpadu dan Rehabilitasi Medik, dengan pertimbangan
jumlah kunjungan di poli Rehabilitasi Medik dan poli saraf memiliki tren yang tinggi, tersedianya alat Rehabilitasi Medik yang cukup lengkap untuk
layanan standar, waktu pelayanan sudah terstandar dengan memperhatikan kendali mutu dan patient safety, sesuai arahan SK Kepala Dinas terkait pelayanan unggulan dan jejaring rujukan, prevalensi Stroke di DKI Jakarta mengalami
peningkatan 2,5% dari tahun 2013-2018, dan prevalensi penyakit sendi di DKI Jakarta mendekati prevalensi di
Indonesia.
2. Dalam rangka
perluasan lahan, dengan pertimbangan lahan parkir yang ada saat ini
teerbatas, belum ada ruang workshop IPSRS, ruang IT, Gudang, dan Ruang pertemuan
terbatas, serta adanya lahan kosong
dan rumah yang akan dijual di samping dan belakang RSUD Kebayoran Baru.
3. Pengembang
strategi dan marketing perlu dilakukan
dalam rangka meningkatkan kunjungan pasien, dengan pertimbangan indicator BOR, TOI dan BTO masih
belum memenuhi standar, promosi yang dilakukan belum optimal, sudah adanya media social,
website, dan SDM kompeten dan berpengalaman,
serta sudah ada kerjasama dengan
beberapa fasilitas
Kesehatan dan Jasa Raharja.
4. Pengembangan
layanan telemedicine, dengan
pertimbangan layanan
telemedicine untuk pasien
poli TB, HIV/AIDS, dan Kulit Kelamin,
status pandemic belum dicabut
dan adanya peningkatan kasus Covid-19 di DKI Jakarta, adanya
keterbatasan lahan, adanya kebijakan transformasi pelayanan Kesehatan,
dan tersedianya tim antar obat.
5. Optimalisasi
penerapan hospitality, dengan
pertimbangan penerapan saat ini belum
optimal, dan adanya upaya meningkatkan kualitas SDMK dalam renstra Dinkes
DKI Jakarta.
6. Pengembangan
SIMRS terintegrasi, dengan pertimbangan adanya transformasi pelayanan Kesehatan digitas, kebijakan satu data bidang Kesehatan, dan
RME. SIMRS saat ini belum terintegrasi sepenuhnya, RME belum berjalan, banyak berkas menumpuk, data masih tidak sinkron
dan belum satu pintu.
7. Peningkatan
kualitas pelayanan dengan pertimbangan tingginya tuntutan kualitas pelayanan, tren peningkatan pasien belum sama
dengan saat sebelum pandemic, RSUD sudah terakreditasi paripurna, dan kompetensi SDM yang mumpuni.
8. Melakukan
berbagai upaya efisiensi seperti dalam hal pemakaian
listrik, maupun pengolahan limbah, dengan pertimbangan pendapatan BLUD saat ini belum memenuhi
biaya operasional dan belum adanya perhitungan
unit cost.
Tim RSB melakukan FGD dalam menetapkan rencana pengembangan, menetapkan target
dan indikator. Strategi dalam
pemasaran dengan Bauran pemasaran (marketing mix) dimana menurut Kotler dan
Amstrong (2008) adalah kumpulan
alat pemasaran taktis terkendali yang dikombinasikan perusahaan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan di pasar sasaran. Kotler merumuskan bauran pemasaran sebagai tools yang digunakan manajemen untuk meningkatkan penjualan. Dengan rumusan tradisional bauran pemasaran adalah 4P (Produk, Price, Place, and Promote) (Nurhayaty,
2022).
Penting bagi
RSUD Kebayoran Baru mengembangkan
produk layanan kesehatan yang sesuai dengan analisis internal dan eksternalnya, begitu nuga tarif layanannya,
harus dapat bersaing dnegan RS disekitar tapi juga menutupi biaya operasional dengan kelebihan untuk pengembangannya. Lokasi RSUD Kebayoran
Baru sudah strategis di pusat kota Jakarta Selatan, sehingga dengan baran Pemasaran diharapkan dapat meningkatkan kunjungan pasien dan pendapatan rumah sakit ke
depannya.
Gambar
Tabel 2 Target dan Indikator RSB RSUD Kebayoran Baru 2023-2026
Kesimpulan
Pada input stage, data internal dan eksternal diperoleh dan dianalisis. Pembuatan matriks IFE dan EFE serta dilanjutkan menetapkan sel pada matriks IE untuk melihat posisi
RSUD Kebayoran Baru saat ini. Dilanjutkan FGD yang dilakukan beberapa kali dengan hasil matriks
TOWS dan pengambilan keputusan
melalui teknik CDMG dengan terbentukanya Draf Rencana Strategis Bisnis RSUD Kebayoran Baru, di
mana RSUD Kebayoran baru berada di sel ke
V Hold and Maintain, dengan strategi yang direkomendasikan adalah market
penetration (penetrasi pasar) dan product development
(pengembangan produk), Delapan strategi dalam RSB RSUD Kebayoran baru telah ditetapkan dan akan segera diimplementasikan,
salah satunya menetapkan layanan Stroke Terpadu level 2 sebagai layanan unggulannya. Di dukung pengembangan strategi marketing dalam
rangka meningkatkan kunjungan pasien poli syaraf khususnya, meningkatkan pangsa pasar melalui kerja sama
dengan asuransi swasta, travel agent, hotel atupun
perusahaan lain disekitar.
Strategi lainnya dengan melakukan seminar dan memantau
engagement pasien dengan
views, like, comment, share maupun angka kepuasan di Google review. Perlu penetapan target dan indikator ditetapkan untuk memudahkan dalam monitoring dan evaluasi
BIBLIOGRAPHY
Ayuningtyas, D. (2020). . Depok: Rajawali Pers.
Costa, R. D. S. (2018). The Creation of a Context to
Knowledge Management and Innovation. In Handbook of Research on Strategic
Innovation Management for Improved Competitive Advantage (pp. 383�396). IGI
Global.
Fajriyah, L., & Kartini, T. (2016). STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA PADA CV WIRAMITRA KABUPATEN SIDOARJO. JURNAL PENDIDIKAN
EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 9(2).
Farida, L. (2018). Analisis Strategi Pengembangan
Produk Pangan Lokal Dalam Meningkatkan Industri Kreatif Perspektif Ekonomi
Islam (Studi Kecamatan Bandar Sribawono Kabupaten Lampung Timur). UIN Raden
Intan Lampung.
Kotler, P., & Armstrong, G. (2008). Prinsip�Prinsip
Pemasaran, Jakarta: Erlangga.
Lasyera, E., Yeni, Y. H., & Busuddin, H. (2018).
Analisis Rencana Strategi Rumah Sakit Umum Daerah Arosuka, Kabupaten Solok. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(2), 170�175.
Mustikarini, C. N. (2022). Strategic Management:
Strategi Keunggulan Bersaing Di Era Digital (UCM-KIR22060001).
Nurhayaty, M. (2022). Strategi Mix Marketing (Product,
Price, Place, Promotion, Eople, Process, Physical Evidence) 7P Di Pd Rasa
Galendo Kabupaten Ciamis. Jurnal Media Teknologi, 8(2), 119�127.
Organization, W. H. (2019). Global status report on
alcohol and health 2018. World Health Organization.
Putri, Z. E., Labibah, N. K. N., Baidlowi, Z. F. I.,
Sari, D. N., Asmaranti, K. F., & Abiyasa, I. A. (2021). Strategi Penetrasi
Pasar Untuk Meningkatkan Daya Saing Perusahaan E-Commerce Di Indonesia. JMB:
Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 10(1).
Randolph, S. A. (2016). The importance of employee
breaks. Workplace Health & Safety, 64(7), 344.
Rangkuti, F. (2000). Business plan: teknik membuat
perencanaan bisnis dan analisis kasus. Gramedia Pustaka Utama.
Rangkuti, F. (2017). Customer care excellence:
meningkatkan kinerja perusahaan melalui pelayanan prima plus analisis kasus
jasa raharja. Gramedia Pustaka Utama.
Rasc�o, J. (2018). Information System for Strategic
Decision Making. In Handbook of Research on Strategic Innovation Management
for Improved Competitive Advantage (pp. 397�428). IGI Global.
Umar, H. (2001). Strategic management in action.
Gramedia Pustaka Utama.
Copyright holder: May Rabiulyati,
Atik Nurwahyuni, Wachyu Sulistiadi (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |