Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 10, Oktober 2023

 

ANALISA PERSEPSI INTERPERSONAL KARYAWAN PT. MINU GARMENT SUKSES PADA PENGGUNAAN KATA UMPATAN KOREA

 

Dalima, Elis Yulianti

Program Studi Ilmu Komunikasi Institut Manajemen Wiyata Indonesi (IMWI)

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa komunikasi organisasi dalam penerapan persepsi interpersonal pada perusahaan Minu Garment Sukses dalam penggunaan kata umpatan Korea oleh pimpinan yang berkebangsaan Korea yang berdampak pada terganggunya psikologis karyawan. Partisipan dalam penelitian merupakan karyawan dari PT. Minu Garment Sukses yang meliputi Top Management and Middle Management statff. Top management staff merupakan pimpinan perusahaan yang berkebangsaan Korea dan middle manajemen staff merupakan karyawan yang berkebangsaan Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode wawancara. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa penerapan persepsi interpersonal pada karyawan mampu mengatasi dampak psikologis dalam penggunaan kata umpatan Korea.

 

Kata Kunci: Komunikasi Organisasi, Kata Umpatan, Persepsi Interpersonal.

 

Abstract

This study aims to analyze organizational communication in the application of interpersonal perceptions in Minu Garment companies Success in the use of Korean swear words by Korean leaders which has an impact on employee psychological disruption. Participants in the study were employees of PT. Minu Garment Success which includes Top Management and Middle Management statff. Top management staff are Korean company leaders and middle management staff are Indonesian employees. This research is a qualitativedescriptive research with interview method. Based on this study, it was found that the application of interpersonal perception to employees was able to overcome the psychological impact in the use of Korean swear words.

 

Keywords: Organizational Communication, Swear Words, Interpersonal Perception.

 

Pendahuluan

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, yaitu manusia memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi (Sari, 2017). Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Kemudian dalam kelompok atau organisasi itu akan terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelang sungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan atau karyawan.

Di antara kedua belah pihak, yaitu pemimpin dan bawahan harus ada komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, dan untuk itu diperlukan adanya kerja sama antara keduanya untuk mencapai cita-cita, baik secara pribadi, kelompok dan untuk mencapai tujuan suatu organisasi (Devito Joseph, 2011).

Setiap pimpinan pasti memiliki gaya komunikasi yang berbeda-beda dalam menggerakkan karyawan dan perusahaan nya dalam mencapai tujuan Perusahaan (Nasution, 2018). Seorang pimpinan juga akan membangun gayanya sendiri-sendiri yang sesuai kepribadiannya (Rohaeni, 2016). Pimpinan sebagai pusat kekuatan bagi perusahaan mau tidak mau harus mampu berkomunikasi kepada semua pihak, baik secara formal maupun informal (Marwah, 2021). Keterampilan komunikasi seorang pemimpin dalam sebuah perusahaan merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam menjalankan kepemimpinannya dalam Perusahaan (Ayuna, 2023). Salah satu cara membangun hubungan yang lebih baik dalam sebuah perusahaan adalah tercipta komunikasi yang efektif, baik antara pimpinan kepada bawahan maupun sebaliknya antara bawahan kepada pimpinan (Afriyadi, 2015).

Suatu hubungan yang dilakukan oleh seorang pimpinan bertujuan untuk kelang- sungan hidup berorganisasi dalam mencapai perkembangan ke arah yang lebih baik dengan menciptakan hubungan kerja sama dengan bawahannya (Nasikhah, n.d.). Sementara suatu hubungan yang dilakukan oleh bawahan mempunyai maksud untuk mendapatkan simpati dari pimpinan yang merupakan motivasi untuk meningkatkan prestasi kerjanya ke arah yang lebih baik (Sugiono, Efendi, & Al-Afgani, 2021). Kedua hal ini tergantung dari kebutuhan dan cara masing-masing individu, karena keduanya berhubungan erat dengan keahlian dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan (Hasmawati & Aliasan, 2022).

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain (Mailani, Nuraeni, Syakila, & Lazuardi, 2022). Bahasa merupakan satu sistem simbol vokal yang arbitrer, yaitu memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang telah mempelajari system kebudayaan tersebut untuk berkomunikasi atau berinteraksi (Ayuna, 2023).

Bahasa merupakan cerminan kepribadian seseorang, bahkan bahasa merupakan cerminan dari kepribadian bangsa, yaitu melalui bahasa yang di gunakan oleh seorang warga negara suatu bangsa dapat diketahui kepribadian nya (Murdiyati, 2020). Akan sulit untuk mengukur tingkat kebaikan atau keburukan dari kepribadian seoseorang jika mereka tidak mengungkapkan pikiran atau perasaanya melalui bahasa (baik verbal atau nonverbal).

Perbedaan budaya akan mempengaruhi cara dan proses komunikasi. Komunikasi antara anggota subkultur dan kultur dominan tidak mudah dilakukan karena mereka memiliki latar belakang pengalaman dan budaya yang berbeda (Ayuni, Hasibua, & Suhairi, 2022). Komunikasi mempengaruhi budaya dan begitu pula sebaliknya budaya mempengaruhi komunikasi (Iqbal, 2018). Kedua saling berkaitan erat, dimana budaya yang mereka anut mengajar- kan cara berfikir dan cara berperilaku mereka terhadap orang lain, oleh karena itulah latar belakang budaya seseorang sangat menentukan cara pandang seseorang terhadap suatu hal (Nuraeni, Pratama, & Ananda, 2021).

Berakhir dengan keluarnya karyawan lokal yang berkebudayaan Indonesia dari perusahaan. Hal tersebut dikarenakan penggunaan kata umpatan Korea yang tidak bisa di terima oleh karyawan lokal. Dalam rentang waktu satu tahun selama kepemimpinan manajemen yang terakhir terakhir, sudah banyak staff dan karyawan yang berhenti kerja. Terutama staff pada middle manajement level yang berhubungan langsung dengan top manage- ment level. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi jalanya produksi dan manajemen perusahaan. Mencari karyawan baru bukanlah hal mudah yang bisa didapat setiap waktu. Dan walaupun mendapatkan karyawan baru hanya mampu bertahan antara satu sampai tiga bulan. Keadaan tersebut masih berlangsung hingga saat ini.

Berdasarkan informasi tersebut penulis tertarik untuk mengidentifikasi lebih dalam terhadap karakter masyarakat Korea Selatan dan masyara- kat Indonesia serta penggunaan dan makna dari kata umpatan Korea. Dan juga untuk mengetahui dampak dari buruknya sistem komunikasi dalam suatu organi- sasi yaitu perusahaan Minu Garment Sukses. Karena pada kenyataannya,peneliti juga menemukan fakta bahwa kata umpatan Korea juga dipakai pada saat dalam keadaan suka cita seperti pada saat bercanda dan dalam situasi yang menyenangkan.

 

Metode Penelitian

Partisipan dalam penelitian merupakan karyawan dari PT. Minu Garment Sukses yang meliputi Top Management and Middle Management statff. Top management staff merupakan pimpinan perusahaan yang berkebangsaan Korea dan middle manajemen staff merupakan karyawan yang berkebanga saan Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori persepsi interpersonal yang bertujuan untuk mengubah persepsi karyawan agar bisa mengantisipasi dan mengurungi dampak psikologis akibar dari penggunaan kata umpatan dari pimpinan perusahaan.

 

Hasil dan Pembahasan

A. Dampak Penggunaan Kata Umpatan

1. Dampak Psikologis

Dampak psikologis adalah dampak yang sangat mempengaruhi kejiawaan para karyaan setelah menerima kata umpatan dari pimpinan mereka, seperti sakit hati, marah, emosi, dendam, merasa terhina dan masih banyak lagi.

 

2. Dampak Lanjutan

Dampak lanjutan adalah lebih menekankan bagaimana cara karyawan meny-i kapi psikis mereka yang terganggu. Bagaimana mereka mengendalikan dampak seperi emosi, marah, dendam dan lain-lain setelah mereka mereka menerima kata umpatan. Bagi karyawan yang tidak mampu mengendalikan dampak psikologis mereka, maka mereka akan mengambil keputusan pada saat mereka marah seperti mengundurkan diri pada saat itu, langsung melawan balik kepada atasan dan bahkan sampai kambuh penyakitnya.

 

B. Proses Persepsi Interpersonal

1. Stimulasi

Untuk memulai mendapatkan infor- masi, perlu beberapa suntikan informasi umum yang bersifat santai. Sebagai pertanyaan pembuka di mulai dari hal yang umum. Sudah berapa lama anda bekerja, dan apakah selama berkerja, anda pernah mendapatkan kata umpatan dari atasan anda, darimana anda mengetahui kata umpatan asing (Korea) pertama kali, bagaimana anda tahu kalau yang di ucapkan itu adalah kata umpatan, apa saja kata umpatan asing (Korea) yang anda ketahui. Dalam proses stimulasi ini, didapat semua informasi tentang bagaimana informan yaitu karyawan PT. Minu Garment Suskses mengenal atau menge- tahui tentang kata umpatan.

 

2. Organisasi

Dalam proses kedua ini yaitu pengelompokkan informasi yang didapat yang mana dalam proses ini akan digali lebih dalam tentang kondisi psikis dari infroman yaitu karyawan PT. Minu Garment sukses. Kapan pertama kali anda mendapat kan kata umpatan dari atasan. Kata umpatan asing (Korea) apa yang di ucapkan oleh atasan anda. Bisakah memberikan contoh kalimat atau contoh bagaimana atasan anda dalam mengung- kapkan kata umpatan Korea. Apa reaksi anda pertama kali saat atasan mengucap- kan kata umpatan kepada anda.

Apa perasaan anda, pada saat mendengar kata umpatan asing (Korea) yang di tujukan kepada anda. Apakah pada saat mende- ngar kata umpatan yang di tujukan kepada anda berpengaruh pada kondisi anda. Dalam proses organisasi ditemukan fakta bagai mana kata umpatan sangat mempengaruhi kondisi psikis para informan. Ada semacam pemupukan rasa amarah dan emosi dalam diri karyawan.

 

3. Interpretasi dan Evaluasi

Proses yang ketiga adalah interpretasi dan evaluasi yaitu untuk memastikan bahwa kata umpatan benarbenar mem- pengaruhi kondisi dan psikis para informan maka peneliti memberikan satu pertanyaan yang sebenanrnya sudah di jawab pada proses organisasi. Karena untuk mempertegas suatu hasil maka harus diperjelas asal muasalnya.

Apakah anda marah saat mendengar kata umpatan asing (Korea) yang di tujukan kepada anda. Apakah anda ingin membalas atasan anda dengan kata umpatan balik. Berapa lama emosi anda bisa reda atau kembali normal. Apakah ada amarah terpendam dalam waktu yang lama setelah anda mendengar kata umpatan asing (Korea). Apakah pekerjaan anda terganggu setelah anda mendapatkan kata umpatan dari atasan anda. Apakah yang terlintas dipikiran anda pada saat marah setelah mendapat kata umpatan. Apakah ada ketakutan dalam diri anda, bahwa anda akan mendapatkan kata umpatan lagi dimasa yang akan datang. Apakah hubungan anda dan atasan masih baik dan hangat setelah anda mendapatkan kata umpatan.

Dalam proses interpretasi dan evaluasi di temukan dampak dari terganggunya kondisi dan psikis para informan setelah mendapatkan kata umpatan darai atasan mereka yang berkebangsaan Korea.

 

3. Memori dan Pengingatan

Proses memori dan pengingatan pada dasarnya terpisah. Akan tetapidalam penelitian ini akan digabungkan karena jika dilihat keduanya sama. Semua tahapan proses persepsi sebelumnya akan disimpan dalam bentuk memori dan bisa dipakai atau dipanggiljika di butuh- kan. Proses dari pemanggilan dan pemakaian memori itulah yang disebut dengan pengingatan.

Pemanggilan memori pertama akan diajukan oleh peneliti kepada para informan adalah tentang keadaan dan kondisi yang dialami oleh para informan saat ini. Menurut anda, apakah keadaan ini akan terus berlangsung dalam waktu yang lama. Menurut anda, apakah ada kemungkinan sifat atasan anda akan berubah kearah yang lebih baik dalam pemilihan bahasa. Apakah anda berini- siatif mau mengundurkan diri juga. Keadaan dunia sedang dalam krisis global, yang mengakibatkan banyak usaha gulung tikar. Begitu pula dengan industri garment, banyak perusahana yang pindah kedaerah lain yang lebih murah.

Menurut anda apakah ada solusi yang membuat anda bisa menerima kata umpatan dari atasan anda. Apakah anda setuju jika solusi dari masalah psikologis anda, yang mana anda dapatkan setelah menerima kata umpatan dari atasan anda berasal dari diri anda sendiri. Dalam proses memori dan penginga- tan didapatkan persetujuan dari para informan yaitu karyawan PT. Minu Garment Sukses untuk mencoba solusi yang ditawarkan oleh peneliti.

Mengubah Persepsi Interpersonal

a. Sshibal = > Brengsek = > Menjadi berandalan (persepsi)

Dari kata umpatan itu dapat dilihat bahwa orang yang menugucapkannya bukan orang baik dalam artian bersifat formal. Dalam bertindak bersifat urakan dan tidak mementingkan tata karma. Jadi kita bisa merubah persepsi kita tentang keadan itu yaitu �Kita sedang menjadi berandalan dipinggir jalan yang tidak memperdulikan kata-kata formal�. Dengan begitu kita akan terbawa pada dalam situasi itu dan akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit hatinya. Karena kata sialan tersebutadalah bahasa seharihari yang sering dipakai.

 

b. Gae-sae-kki = > Anjing = > Menjadi binatanganjing� (persepsi)

Pada keadaan ini dapat digambarkan bahwa saat atasan anda sedang marah berarti dia sedang menjadi anjing, jadi anda juga harus memposisi kan diri anda sebagai anjing. Jangan memposisikan diri anda sebagai manusia, karena anda pasti akan sakit hati. Anda bisa merubah mindset anda bahwa anda dan atasan anda sedang menjadi anjing. Komunikasi interpersonal dalam komunitas yang sama akan menghilangkan kesenjangan dan salah pengertian.

 

Pengaruh Persepsi Interpersonal

Persepsi interpersonal sangat mempenga- ruhi efektivitas komunikasi organisasi. Hal disebabkan oleh sering gagalnya pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut dalam memberikan persepsi selama komunikasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Persepsi interpersonal tidak hanya bisa mempengaruhi komunikator saja, akan tetapi juga bisa mempengaruhi pihak yang menerima pesan.

Semua karyawan yang sudah mencoba menerapkan persepsi interpersonal merasa terbantu dan berhasil. Beban yang selama menggangu psikis mereka dapat terangkat. Mereka berharap komunikasi organisasi dalam perusahan menjadi kondusif kembali. Mengalah untuk menang.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan persepsi interpersonal bagi karyawan dalam komunikasi organisasi dalam perusahaan Minu Garment Sukses berdampak posisitf. Dalam kesenjangan bahasa terutama penggunaan kata umpatan yang sudah menjadi kebiasaan pimpinan perusahaan dapat di terima oleh karyawan tanpa menyebabkan rasa marah, emosi, sakit, dendam dan gangguan psikis lainnya. Karyawan yang sudah menerapkan persepsi interpersonal, mereka berhasil mengatasi gangguan psikis yang merekA alami. Mereka sudah bisa menerima dan berdamai jika pimpinan mereka marah.Mereka juga tidak memendam marah yang lama dan bisa langsung meneruskan peker- jaan mereka secara professional.

 

BIBLIOGRAFI

Afriyadi, Ferry. (2015). Efektivitas komunikasi interpersonal antara atasan dan bawahan karyawan PT. Borneo Enterprsindo Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 362�376.

 

Ayuna, Novianty Elisabeth. (2023). Peran Komunikasi Dalam Proses Akulturasi Sistem Sosial Lokal. Technomedia Journal, 8(1 Juni), 35�51.

 

Ayuni, Putri, Hasibua, Anni Zuhro Syafrida, & Suhairi, Suhairi. (2022). Komunikasi Antar Budaya Dalam Perspektif Antropologi Islam. Dakwatussifa: Journal of Da�wah and Communication, 1(1), 1�14.

 

Devito Joseph, A. (2011). Komunikasi antar manusia. Tangerang Selatan: Kharisma Publishing Group.

 

Hasmawati, Fifi, & Aliasan, Aliasan. (2022). Strategi Komunikasi Dalam Manajemen Pengembangan Organisasi. Yonetim: Jurnal Manajemen Dakwah, 5(2), 42�50.

 

Iqbal, Chadijah Isfariani. (2018). Budaya komunikasi dalam masyarakat Jepang. Walasuji, 9(1), 129�140.

 

Mailani, Okarisma, Nuraeni, Irna, Syakila, Sarah Agnia, & Lazuardi, Jundi. (2022). Bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Kampret Journal, 1(2), 1�10.

 

Marwah, Nur. (2021). Etika Komunikasi Islam. Al-Din: Jurnal Dakwah Dan Sosial Keagamaan, 7(1).

 

Murdiyati, Siti. (2020). Peranan bahasa indonesia dalam membangun karakter generasi muda bangsa. Educatif Journal of Education Research, 2(3), 25�30.

 

Nasikhah, Durrotun. (n.d.). KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI.

 

Nasution, Mutia Imanda. (2018). Peran kepemimpinan dalam memotivasi kerja karyawan di bank syariah mandiri acf Medan. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

 

Nuraeni, Mesi, Pratama, M. Izul Fikri, & Ananda, Risma. (2021). Pengaruh Perbedaan Budaya Terhadap Perilaku Komunikasi Mahasiswa. ProListik, 6(1).

 

Rohaeni, Heni. (2016). Model gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja pegawai. Jurnal Ecodemica: Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Bisnis, 4(1), 32�47.

 

Sari, A. Anditha. (2017). Komunikasi Antarpribadi. Sleman: Deepublish.

 

Sugiono, Edi, Efendi, Sugito, & Al-Afgani, Jamaluddin. (2021). Pengaruh Motivasi Kerja, Kompetensi, Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasaan Kerja Pt. Wibee Indoedu Nusantara (Pustaka Lebah) Di Jakarta. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi), 5(1), 718�734.

 

Copyright holder:

Dalima, Elis Yulianti (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: