Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 10, Oktober 2023
PERBEDAAN METODE PEMERIKSAAN BERAT JENIS URINE TERHADAP HASIL
PEMERIKSAAN BERAT JENIS URINE
Anky Frasatya1*,
Erlin Yustin Tatontos2, Urip3
1Magister Ilmu Forensik, Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya
2,3Teknologi Laboratorium
Medis, Poltekkes Kemenkes Mataram
Email:[email protected],[email protected],
[email protected]
Abstrak
Berat jenis urine dapat digunakan untuk mengetahui daya konsentrasi dan daya ilusi ginjal.
Pemeriksaan berat jenis urine dapat dilakukan menggunakan metode dipstick, refraktometri
dan urinometri, meski seringkali ada ketidaksesuaian hasil antara metode dipstick, refraktometri dan urinometri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan berat jenis (BJ) urine menggunakan berbagai metode pemeriksaan bj urine. Metode penelitian ini bersifat Pre-Eksperiment dengan rancangan Posttest Only Design. Banyaknya
perlakuan ada tiga, yaitu pemeriksaan
berat jenis urine metode dipstick, metode refraktometri dan metode urinometri. Hasil pemeriksaan berat jenis urine dianalisis menggunakan uji
Kruskal-Wallis, didapatkan hasil
<α = 0,05 yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan hasil pemeriksaan berat jenis urine dengan metode dipstick, refraktometri
dan urinometri. Rerata hasil pemeriksaan berat jenis urine meggunakan metode dipstick adalah 1.010, rerata hasil pemeriksaan berat jenis urine menggunakan metode refraktometri adalah 1.014, sedangkan rerata hasil pemeriksaan berat jenis urine menggunakan metode urinometer adalah 1.007. Adanya perbedaan hasil pada metode pemeriksaan yang dilakukan bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti, kandungan dalam urine, jenis pengambilan urine yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan urine sewaktu, lama waktu pembacaan, dan suhu urine.
Kata Kunci: Berat Jenis, Metode Pemeriksaan,
Urine
Abstract
The
specific gravity of urine can be used to determine the concentration and
illusion capacity of the kidneys. Urine specific gravity examination can be
performed using dipstick, refractometry and urinometry
methods, although there are often discrepancies in results between dipstick,
refractometry and urinometry methods. The purpose of
this study was to determine the difference in the results of urine specific
gravity (BJ) examination using various methods of examining urine BJ. This
research method is Pre-Experiment with Posttest Only Design. The number of
treatments is three, namely urine specific gravity examination of dipstick
method, refractometry method and urinometry method.
The results of the urine specific gravity examination were analyzed using the
Kruskal-Wallis test, the results obtained were
<α = 0.05, indicating that there were significant differences in the
results of urine specific gravity examination using the dipstick, refractometry
and urinometry methods. The mean result of urine
specific gravity examination using the dipstick method is 1.010, the mean
result of urine specific gravity examination using the refractometry method is
1.014, while the mean result of urine specific gravity examination using the
urinometer method is 1.007. The difference in results in the examination
methods carried out can be caused by several factors such as, the content in
urine, the type of urine collection used in this study using temporary urine,
the length of time for reading, and urine temperature.
Keywords:
Examination Method, Specific Gravity, Urine
Pendahuluan
Urine merupakan suatu larutan yang
kompleks dan mengandung bermaca,-macam bahan organik maupun anorganik.
Komposisi urine tergantung dari bahan makanan yang dimakan. Keadaan metabolisme
tubuh dan kemamouan ginjal untuk mengadakan seleksi sehingga komposisi urine
dapat mencerminkan kemampuan ginjal untuk menahan dan menyerap bahan-bahan yang
penting untuk metabolisme dasar dan mempertahankan hemeostasis tubuh. Normalnya jumlah bahan yang terdapat dalam urine selama 24
jam adalah 35 gram bahan organik dan 25 gram bahan anorganik (Tarigan, 2018).
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang tidak hanya dapat
memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran urin, tetapi juga mengenai
faal berbagai organ dalam tubuh. Pemeriksaan urine rutin atau pemeriksaan
penyaring merupakan beberapa macam pemeriksaan yang dianggap dasar bagi
pemeriksaan selanjutnya, meliputi jumlah urine, makroskopik (warna dan
kejernihan urine), protein, glukosa, pemeriksaan sedimen dan berat jenis urine (Astuti et al., 2017).
Berat jenis urine merupakan barometer untuk dapat mengukur jumlah
solid yang terlarut dalam urine dan dapat digunakan untuk mengetahui daya
konsentrasi dan daya ilusi ginjal. Berat jenis urine dapat tergantung dari
jumlah zat yang terlarut di dalam urine atau terbawa di dalam urine(Octaviani, Santosa, & Sukeksi, 2017). Berat jenis
urine sewaktu pada orang nornal antara 1.003 � 1.030. Urine sewaktu yang
mempunyai berat jenis 1.020 atau lebih menunjukan bahwa faal pemekat ginjal
baik (Wirawan & Immanuel, 2010).
Berat
jenis urine mengevaluasi kemampuan ginjal untuk menyimpan atau mengekskresikan
air. Berat jenis (BJ) dipengaruhi baik oleh jenis dan jumlah zat terlarut
seperti glukosa atau protein dapat menyebabkan berat jenis tinngi. Tingginya
berat jenis memberi kesan tentang pekatnya urine (Palwati et al., 2017). Berat jenis
tidak hanya dipengaruhi oleh protein atau glukosa urine. Obat-obatan dapat
memberikan negatif palsu dalam pemeriksaan terutama cephalsonsporin, Asam
asorbik dengan jumlah besar cenderung tidak memberikan reaksi pada pemeriksaan
glukosa atau terdapat kemungkinan menunda terjadinya perubahan warna dengan
glukosa oksidase (Taofik, 2019).
Pemeriksaan
berat jenis urine dapat dilakukan dengan metode dipstik, refraktometri� dan urinometri. Di dalam laboratorium klinik
berat jenis urine dilakukan dengan metode carik celup karena praktis dan cepat,
meski seringkali ada ketidaksesuaian hasil antara metode carik celup,
refraktometer dan urinometer. Pemeriksaan berat jenis urine metode
dipstikmemliki kelemahan yaitu, apabila pembacaan dilakukan kurang dari 30
detik, maka akan terjadi perubahan warna yang dapat menimbulkan kesalahan dalam
menginterpretasikan hasil dan apabila stik carik celup sudah melewati masa
kadaluarsa maka stik tidak bisa digunakan karena akan mempengaruhi hasil (Gandasoebrata, 2013).
Pemeriksaan
berat jenis urine menggunakan metode refraktometri memiliki kelibihan yaitu
dapat menggunakan volume urine yang lebih sedikit. Kekurangan menggunakan
metode refraktometri yaitu tidak dapat digunakan apabila cahaya pada ruangan
kurang karena akan mempengaruhi hasil (Gandasoebrata, 2013).
Pemeriksaan
berat jenis metode urinometri biasanya digunakan untuk mengukur kepadatan urine
serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan
urine.Kekurangan
menggunakan metode urinometri yaitu membutuhkan lebih banyak urine
serta kebersihan dan faktor suhu dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan (Gandasoebrata, 2013).
Data secara
ilmiah perbedaan berat jenis menggunakan ketiga metode ini pada sampel urine
belum pernah di laporkan, oleh sebab itu maka perlu dilakukan penelitian
mengenai perbedaan metode pemeriksaan berat jenis (BJ) urine terhadap hasil
pemeriksaan bj urine.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Pre-Eksperiment yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh
yang timbul sebagai akibat dari adanya
perlakuan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Posttes Only Design. Unit percobaan yang digunakan yaitu� cairan urine
sewaktu. Tempat penelitian yaitu di Laboratorium Biokimia Poltekkes Kemenkes Mataram. Alat dan bahan yang digunakan yaitu urinometer, refraktometer, carik celup, gelas ukur,
tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, tisu, urine, aquadest.
masing-masing unit percobaan
dilakukan uji normalitas
data apakah berdistribusi
normal atau tidak berdistribusi normal menggunakan
uji Shapirowilks pada tingkat
kepercayaan 95% (p α 0,05) dan uji homogenitas varians menggunakan uji Levene�sTest.� Jika data hasil penelitian berdistribusi normal
dan homogen maka dilakukan analisa statistik One wayAnova, dan jika tidak berdistribusi
normal dan tidak homogen maka dilakukan uji statistik menggunakan uji
Kruskal-Wallis.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pemeriksaan
berat jenis urine menggunakan metode dipstick, reftaktometri dan urinometri dapat dilihat pada tabel 1.
�
Tabel 1
Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Urine
Unit Percobaan |
|
Metode |
|
|
Dipstick |
Refraktometer |
Urinometer |
1 |
1.010 |
1.014 |
1.009 |
2 |
1.010 |
1.014 |
1.009 |
3 |
1.010 |
1.014 |
1.007 |
4 |
1.010 |
1.014 |
1.007 |
5 |
1.010 |
1.014 |
1.007 |
6 |
1.010 |
1.014 |
1.007 |
7 |
1.010 |
1.014 |
1.009 |
8 |
1.010 |
1.014 |
1.007 |
9 |
1.010 |
1.014 |
1.007 |
Rerata |
1.010 |
1.014 |
1.007 |
Tabel 1 menunjukkan
bahwa rerata hasil pemeriksaan berat jenis urine menggunakan metode dipstick adalah 1.010, rerata hasil pemeriksaan berat jenis urine menggunakan refraktometri adalah 1.014, dan rerata hasil pemeriksaan berat jenis urine menggunakn metode urinometri adalah 1.007.� Selanjutnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui data tersebut berdistribusi normal dan bersifat
homogen atau tidak. Uji normalitas dan homogenitas dapat dilihar pada tabel 2. Dan tabel 3.
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Metode |
|
Kolmogorov-Smirnova |
|
|
Shapiro-Wilk |
|
|
Statistic |
df |
Sig. |
Statistic |
df |
Sig. |
Urinometri |
414 |
9 |
.000 |
617 |
9 |
.000 |
Tabel 3 Hasil
Uji Homogenitas (Levene Test)
Levene Test |
df1 |
df2 |
df3 |
64.000 |
2 |
24 |
0.000 |
Tabel 2 menunjukkan
data tidak berdistribusi
normal karena memiliki nilai signifikansi <α =
0,05. Pada tabel 3. menunjukkan
data bersifat tidak homogen karena memiliki nilai signifikansi <α = 0,05 yaitu
0,000. Selanjutnya data tesebut
diuji menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Kruskall-Wallis pada tingkat kepercayaan 95% atau α =
0,05 yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan metode hasil pemeriksaan
berat jenis urine. Adapun hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Hasil
Uji Statistik (Kruskal-Wallis)
|
Hasil |
Chi-Square |
25.297 |
df |
2 |
Asymp. Sig |
0.000 |
Tabel 5 Hasil
Rata-rata Ranking
|
Metode |
N |
Mean Rank |
Hasil |
Urinometri |
9 |
5.00 |
|
Refraktometri |
9 |
23.00 |
|
Dipstick |
9 |
14.00 |
Total |
|
27 |
|
Pada tabel
4. menunjukkan data hasil pemeriksaan memiliki nilai siginifikansi <α =
0,05 yaitu 0,000 yang menandakan
bahwa ada perbedaan hasil pemeriksaan berat jenis (BJ) urine menggunakan metode urinometri, rekraktometri dan dipstick. Pada tabel
5. menunjukkan data hasil perbedaan rata-rata ranking tiap metode. Semakin tinggi angka rata-rata ranking maka semakin tinggi
nilainya.
Adanya
perbedaan hasil pemeriksaan berat jenis urine menggunakan metode dipstick, refraktometri
dan urinometeri dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Metode dipstick bersifat semi-kuantitatif yang artinya hasil yang dikeluarkan belum menggambarkan hasil yang sebenarnya (Octaviani et
al., 2017).
Faktor lain yang mempengaruhi metode
dipstick yaitu waktu pembacaan hasil, semakin lama waktu yang diperlukan maka hasil yang dikeluarkan tidak akurat selain itu urine yang mengandung
glukosa atau urea lebih besar akan
menyebabkan pembacaan berat jenis urine lebih rendah dibandingkan metode lainnya (Patriyah et al.,
2017).
Metode refraktometri sangat peka terhadap zat glukosa dan protein dalam urine sehingga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan (Nurudianita et al., 2017), sampel pada penelitian diambil satu jam setelah makan sehingga kandungan glukosa dan proteinnya cukup tinggi yang mampu mempengaruhi hasil penelitian (Octaviani et al., 2017). Faktor lain yang dapat mempengaruhi metode refraktometri adalah cahaya yang cukup untuk membaca hasil pemeriksaan dengan akurat (Nurudianita et al., 2017). Metode urinometri mengukur kepadatan urine (Santhi et al., 2016), sampel urine yang digunakan adalah sampel urine sewaktu sehingga urine yang digunakan tidak sepekat urine pagi (Kurniawan, 2015). Faktor lain yang dapat mempengaruhi metode urinometri adalah suhu urine karena merupakan faktor koreksi (Gandasoebrata, 2013).
Kesimpulan
Rerata hasil pemeriksaan berat jenis urine menggunakan metode dipstickadaalah 1.010. Rerata hasil pemeriksaan berat jenis urine menggunakan metode refraktometri adalah 1.014. Rerata hasil pemeriksaan
berat jenis urine menggunakan metode urinometer adalah 1.007. Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada hasil pemeriksaan berat jenis urine metode dipstick, refraktometri dan urinometri.
BIBLIOGRAFI
Almahdaly, H. 2012. Pengaruh
Penundaan Waktu Terhadap
Hasil Urinalisis Sedimen
Urine. Skripsi. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Astuti, F. Y., Santosa, B., Sukeksi, A. 2017. Hubungan Berat
Jenis Urin Dengan Jumlah Lekosit Pada Sedimen Urin Tersangka
ISK.
Brown, C. B. 1991. Manual Ilmu Penyakit Ginjal
(1st ed.; M. Sadikin & winarsi,
Eds.). Jakarta.
Gandasoebrata, R. 2013. Penuntun
Laboratorium Klinik.
Jakarta: Dian Rakyat.
Hanafiah, A. K. 2012. Rancangan
Percobaan Teori & Aplikasi.
Jakarta: Raja Grafindo.
Inna, M. 2017. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Urin Positif Dan Tunda 2 Jam Yang
Diperiksa Secara Langsung Dan Tunda 2 Jam. Manuskrip.
Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Kee, J. L. 2013. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik
(6th ed.). Jakarta: Binarupa Aksara.
Kurniawan, f. b. 2015. Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan
(eka anisa Mardella, Ed.).
Jakarta: buku kedokteran
EGC.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurudianita, E., Santosa, B., & Sukeksi,
A. 2017. Perbedaan Berat Jenis Urine Dengan Alat Midiron Junior II Dan Alat Refraktometer.
Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Octaviani, A., Santosa, B., & Sukeksi,
A. 2017. Pengaruh Penundaan
Sampel Urin Terghadap Berat
Jenis (BJ) Penderita Diabetes Melitus (DM).
Palwati, R., Sukeksi, A.,
& Anggraini, H. 2017. Gambaran Berat Jenis pada
Protein Urin Positif Wanita
Hamil Trimester 2.
Patriyah, S., Sukeksi, A.,
& Santosa, B. 2017. Perbedaan Berat Jenis Urin Berdasarkan Penundaan Waktu pada Penderita
Diabetes Mellitus. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Santhi, D., Dewi, R., &
AP, S. 2016. Penuntun Praktikum
Kimia klinik Urinalisis dan
Cairan Tubuh. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
Taofik, M. 2019. Analisis
Perbedaan Berat Jenis Urine Menggunakan
Metode Carik Celup dan refraktometer
Pada Penderita Diabetes Melitus (DM). Skripsi. Mataram: Poltekkes Kemenkes Mataram.
Tarigan, O. N. 2018. Perbendaan
Hasil Urinalisis Metode Dipstik
Pada Urin Segar, Urin Simpan 4 Jam Suhu Ruangan, dan Urin Simpan 4 Jam Suhu 2�C-8�C. Skripsi. Bandar Lampung: Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
Wirawan, R., & Immanuel,
S. 2010. Penilaian Hasil Pemeriksaan
Urin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Copyright holder: Anky Frasatya,
Erlin Yustin Tatontos, Urip
(2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |