Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 09, September 2022
�������������������
STRATEGI PENGUATAN MATERI
KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN PROSPEK KERJA
Rizal Azmi1,
Hariyadi BS Sukamdani2, Maya Dewi D Maharani3*
1,2,3*Program
Studi S-2 Manajemen, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sahid Jakarta,
Indonesia
Email:
1[email protected], 2[email protected], *3[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilakukan di lokasi di Jalan Walter Condrat, Kelurahan Baamang Tengah, Kecamatan Baamang, dengan tujuan mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi kesiapan kerja mahasiswa dan merumuskan strategi penguatan kurikulum untuk menghadapi persaingan prospek kerja di masa depan. Metode penelitian melibatkan teknik random sampling, analisis SWOT, pembangunan diagram jalur, dan pengujian hipotesis. Hasil SWOT menunjukkan bahwa STIE Sampit berada di kuadran 1, mengindikasikan situasi menguntungkan. Variabel kesiapan kerja dijelaskan sebesar 68,5% oleh pelatihan, praktek kerja, self efficacy, dan keterlibatan mahasiswa. Variabel kompetensi dijelaskan sebesar 65,4% oleh variabel yang sama. Hasil uji hipotesis menunjukkan pengaruh positif pelatihan, praktek kerja, dan self efficacy terhadap kompetensi, sedangkan keterlibatan mahasiswa tidak berpengaruh. Selain itu, pelatihan, praktek kerja, dan self efficacy mempengaruhi kesiapan kerja melalui kompetensi, tetapi keterlibatan mahasiswa tidak berpengaruh.
Kata Kunci: Pelatihan, Praktek Kerja, Self Efficacy, Keterlibatan Mahasiswa, Kompetensi, dan Kesiapan Kerja.
Abstract
This research was conducted at Jalan Walter Condrat, Baamang Tengah
Village, Baamang District, with the aim of identifying the variables that
influence students' work readiness and formulating a curriculum strengthening
strategy to face future job prospects. The research employed random sampling,
SWOT analysis, path diagram construction, and hypothesis testing. The SWOT
analysis results indicated that STIE Sampit is positioned in quadrant 1,
suggesting a favorable situation. The work readiness variable is explained by
68.5% through training, internship, self-efficacy, and student engagement. The
competence variable is explained by 65.4% by the same variables. Hypothesis
testing showed a positive influence of training, internships, and self-efficacy
on competence, while student engagement had no effect. Furthermore, training,
internships, and self-efficacy influence work readiness through competence,
whereas student engagement does not have an impact.
Keywords: Training,
Work Practices, Self-Efficacy, Student Involvement, competency, and Work
Readiness.
Pendahuluan
Pendidikan memiliki peran
penting dalam peradaban manusia, dan mutu pendidikan diatur oleh undang-undang
di Indonesia, seperti Undang-undang Dasar 1945. Undang-undang tersebut
menetapkan kewajiban dan hak warga negara Indonesia dalam pendidikan serta
tugas pemerintah dalam penyelenggaraan sistem pendidikan. Pendidikan adalah
salah satu tongkat penting dalam menghadapi tantangan global, dan mutu
pendidikan memainkan peran sentral dalam mempersiapkan lulusan yang unggul dan
relevan dengan berbagai bidang keilmuan.
Saat ini, Indonesia menghadapi
berbagai perubahan yang signifikan, termasuk pandemi COVID-19, krisis ekonomi,
dan aturan penghapusan tenaga non-ASN. Semua perubahan ini memengaruhi sistem
pendidikan, dan ada kebutuhan mendesak untuk melakukan reformasi besar-besaran.
Perguruan tinggi, seperti Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sampit, harus
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan ini agar dapat mempersiapkan
mahasiswa secara efektif untuk menghadapi tantangan di dunia kerja. Salah satu
aspek penting dalam melakukan hal ini adalah memperkuat materi kurikulum.
Materi kurikulum adalah inti
dari pengalaman pendidikan mahasiswa di perguruan tinggi. Untuk menghadapi
tuntutan global dan mempersiapkan mahasiswa secara baik, materi kurikulum harus
diperkuat dan disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini melibatkan
banyak komponen, termasuk perencanaan implementasi yang matang, sumber daya
manusia dan pendukung, proses pembelajaran, dan sistem evaluasi. Semua komponen
ini bekerja bersama-sama untuk memastikan bahwa materi kurikulum mencakup
standar pendidikan nasional dan internasional serta memenuhi kebutuhan dunia
kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi indikator-indikator penting dalam penguatan materi kurikulum
di STIE Sampit. Beberapa indikator yang perlu diperhatikan termasuk peningkatan
pelatihan dan praktek kerja, keterlibatan mahasiswa dalam pengembangan
pembelajaran, kompetensi, self-efficacy, dan kesiapan mental dan fisik dalam
dunia kerja. Dengan memfokuskan perhatian pada aspek-aspek ini, STIE Sampit
dapat mempersiapkan lulusan yang lebih kompeten dan siap bersaing di dunia
kerja yang semakin kompleks.
Dalam konteks global yang
cepat berubah, perguruan tinggi seperti STIE Sampit memiliki peran yang sangat
penting dalam mempersiapkan generasi muda untuk menjadi pemimpin masa depan dan
bersaing dalam dunia kerja yang kompetitif. Dengan memperkuat materi kurikulum
dan mengikuti perkembangan terbaru, STIE Sampit dapat terus berkontribusi pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan menjawab tantangan
global yang ada.
Maksud penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kesiapan kerja mahasiswa di
STIE Sampit serta merumuskan strategi penguatan kurikulum dalam menghadapi
persaingan prospek kerja lulusan di masa depan. Secara akademis, penelitian ini
berkontribusi pada pemahaman tentang hubungan antara strategi penguatan materi
kurikulum dan persaingan prospek kerja. Manfaat praktisnya mencakup saran untuk
STIE Sampit dalam menilai calon mahasiswa dan memberikan referensi pendidikan
bagi masyarakat serta memberikan pengalaman penelitian dan pengetahuan yang
luas dalam bidang pendidikan.
Beberapa uraian kerangka pemikiran teoritis yang relevan
dengan penelitian ini. Hasil penelitian relevan oleh beberapa
peneliti, seperti Deitje Adolfien Katuuk, Erni Ratna Dewi, Ary Asy�ari, Tasman
Hamami, Diah Novita Fardani, Baidi, Imam Mujahid, Moh Khoirul Fatihin, dan
lainnya. Hasil penelitian tersebut mencakup strategi implementasi kurikulum,
penguatan pendidikan karakter, strategi pengembangan kurikulum, dan analisis
SWOT untuk pengembangan bisnis. Masing-masing penelitian memberikan wawasan dan
temuan yang beragam terkait dengan topik-topik ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, bertujuan untuk menggambarkan potensi
dan masalah manajemen serta menghubungkan variabel satu dengan yang lain tanpa
melakukan perbandingan. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan analisis
statistik untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan, juga dikombinasikan
dengan metode analisis SWOT. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian
eksplanatori, di mana data diperoleh melalui kuesioner, wawancara, dan analisis
data untuk menguji hipotesis serta menyimpulkan hasil penelitian. Obyek
penelitian adalah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sampit yang terletak di Kelurahan
Baamang Tengah, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi
Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilakukan dari Januari 2023 hingga Juni 2023
dan fokus pada mahasiswa program studi manajemen dan kewirausahaan di institusi
tersebut. Sampel penelitian sebanyak 237 responden yang diambil dengan
menggunakan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner,
wawancara, studi lapangan, dan studi kepustakaan, dengan pengukuran dalam
kuesioner menggunakan skala Likert. Variabel bebas yang diteliti mencakup
pelatihan, praktek kerja, self efficacy, dan keterlibatan mahasiswa.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Analisis SWOT
1. Kekuatan, (Stranghts), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities),
serta Ancaman (Threats) Yang Dihadapi STIE Sampit.
Pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis SWOT yang bertujuan untuk memberikan
gambaran terkait kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) Sampit dalam melakukan pengembangan kegiatannya.
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh suatu gambaran lingkungan yang dihadapi
baik berupa lingkungan internal ( kekuatan dan kelemahan) maupun lingkungan
eksternal (peluang dan ancaman).
Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sampit, selaku sebagai pimpinan tertinggi
dalam menjalankan lembaga pendidikan tersebut dengan memanfaatkan kondisi
internal dan eksternal dalam perkembangannya. Prosepek tentang organisasi
sendiri tentu tidak lepas dari pemahaman yang berhubungan dengan dengan
lingkungan baik secara internal maupun eksternal dalam memberikan pengaruh
akibat dari kegiatan interaksi.
2.
Analisis faktor Strategi
Internal dan Eksternal
Analisis
SWOT pada STIE Sampit dilakukan dengan mengggunakan matriks IFE (Internal
Factor Evaluation) dan matriks EFE (External Factor Evaluation). Dalam matriks
IFE, terdapat kekuatan dan kelemahan internal perguruan tinggi. Dari hasil
analisis, ditemukan bahwa STIE Sampit memiliki beberapa kekuatan, seperti
status sebagai perguruan tinggi pertama dan tertua di Kabupaten Kotawaringin
Timur, lokasi kampus yang strategis, serta jaringan kerjasama yang luas dengan
sekolah setingkat SLTA. Namun, ada beberapa kelemahan seperti fasilitas yang
kurang memadai, minimnya minat dosen dalam penelitian, dan keterbatasan sumber
daya.
Di sisi
lain, dalam matriks EFE, terdapat peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
perguruan tinggi. Peluang tersebut meliputi potensi calon mahasiswa dari daerah
lain, peningkatan kebutuhan sumber daya manusia di berbagai sektor industri,
dan dukungan kebijakan pemerintah. Sementara itu, ancaman mencakup perubahan
regulasi pendidikan, persaingan dengan perguruan tinggi lain, dan tingginya
minat mahasiswa untuk kuliah di luar daerah.
Hasil dari
analisis matriks IFE dan EFE menunjukkan bahwa STIE Sampit memiliki skor IFE
sebesar 2,85 dan skor EFE sebesar 3,40. Selisih antara kedua skor tersebut
adalah 0,55, menempatkan perguruan tinggi ini pada kuadran 1 dalam analisis
SWOT. Kuadran 1 menunjukkan situasi sangat menguntungkan, karena STIE Sampit
memiliki kekuatan internal yang dapat mendukung pemanfaatan peluang eksternal.
Dengan
demikian, strategi yang tepat untuk STIE Sampit adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif. Langkah-langkah yang dapat diambil antara lain
melalui program pelatihan, peningkatan kerjasama dengan perusahaan dan instansi
pemerintah, serta upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam berbagai aspek.
Dalam
kesimpulan, analisis SWOT ini membantu STIE Sampit untuk memahami posisinya di
tengah-tengah lingkungan yang dinamis. Dengan memanfaatkan kekuatan internal dan peluang eksternal, serta
mengatasi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal, perguruan
tinggi ini dapat mengembangkan strategi yang sesuai untuk mencapai tujuan
pendidikan yang lebih baik.
3.
Matrik Analisis SWOT (Strengt,
Weakness, Opportunity, Treat)
Analisis SWOT untuk Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sampit mengungkapkan berbagai faktor penting yang dapat membantu perguruan tinggi
dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Dalam aspek kekuatan
(strengths), STIE Sampit memiliki keunggulan sebagai perguruan tinggi pertama
dan tertua di Kabupaten Kotawaringin Timur, dengan jaringan alumni yang
tersebar luas di berbagai instansi pemerintah dan swasta. Lokasi kampus yang
strategis dan mudah diakses, serta kemampuan dalam menjalin kerja sama dengan
sekolah setingkat SLTA, juga menjadi potensi yang harus dimanfaatkan. Namun,
ada beberapa kelemahan (weaknesses), seperti fasilitas yang kurang memadai,
kurangnya minat para dosen dalam penelitian, dan keterbatasan sumber daya.
Di sisi
peluang (opportunities), STIE Sampit memiliki potensi calon mahasiswa dari
daerah lain yang besar dan meningkatnya kebutuhan sumber daya manusia di
berbagai sektor industri. Peningkatan sumber daya manusia, khususnya di
Kabupaten Kotawaringin Timur, memberikan kesempatan bagi perguruan tinggi ini.
Adanya berbagai aplikasi teknologi informasi, dukungan kebijakan pemerintah,
dan peluang kerjasama di berbagai bidang juga merupakan faktor yang positif.
Namun, ada beberapa ancaman (threats) seperti perubahan regulasi pendidikan,
persaingan dari perguruan tinggi sekitar, dan tingginya minat mahasiswa untuk
kuliah di luar daerah.
Untuk
menghadapi situasi ini, STIE Sampit dapat merumuskan strategi berdasarkan empat
kombinasi utama yang muncul dari analisis SWOT. Strategi SO
(Strengths-Opportunities) akan fokus pada memanfaatkan kekuatan internal untuk
mengambil peluang eksternal, seperti meningkatkan kerjasama dengan alumni,
memaksimalkan penggunaan sumber daya manusia berkualitas, dan mengadopsi sistem
manajemen berbasis digital. Di sisi lain, strategi WO
(Weaknesses-Opportunities) akan bertujuan untuk memanfaatkan peluang eksternal
untuk mengatasi kelemahan internal, seperti peningkatan sarana dan prasarana,
memperkuat kerjasama dengan perguruan tinggi terbaik, mencari sumber pendanaan
tambahan, dan meningkatkan mutu lulusan dan dosen.
Selain itu,
strategi ST (Strengths-Threats) akan berfokus pada memanfaatkan kekuatan
internal untuk menghadapi ancaman eksternal, seperti meningkatkan daya saing
perguruan tinggi dan memaksimalkan promosi. Sementara itu, strategi WT
(Weaknesses-Threats) akan ditujukan untuk menghindari ancaman eksternal dan
mengatasi kelemahan internal, seperti melakukan evaluasi lulusan, analisis
sebaran lulusan, dan merumuskan sasaran yang lebih rinci.
Pemimpin
STIE Sampit dapat menggunakan analisis SWOT ini sebagai dasar untuk merancang
rencana strategis yang lebih rinci dan berfokus pada faktor-faktor kunci yang
telah diidentifikasi. Dengan mengoptimalkan kekuatan internal, memanfaatkan
peluang eksternal, mengatasi kelemahan, dan menghindari ancaman, perguruan tinggi ini dapat meningkatkan daya
saingnya dan mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.
B.
Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Setelah melakukan uji outer model, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji inner model. Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk, nilai signifikansi dan Rsquare dari model penelitian
Gambar 4:3: Model Struktural (Inner Model)
(Sumber: Hasil Pengolahan Smart PLS versi 4.0, 2023)
Berdasarkan gambar diatas bahwa struktur model pada penelitian ini menggunakan pelatihan, praktek kerja, self efficacy, keterlibatan mahasiswa,� dan kompetensi serta kesiapan kerja dengan hasil evaluasi model struktural PLS diawali dengan melihat R-square setiap variabel laten dependen. Tabel 4.14 dibawah ini merupakan hasil perkiraan R-square dengan menggunakan PLS.
C.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada nilai
t-statistik dan p-value, di mana t-statistik > 1,96 dan p-value < 0,05
menunjukkan penerimaan hipotesis, sedangkan t-statistik < 1,96 dan p-value
> 0,05 mengakibatkan penolakan hipotesis. Berdasarkan kriteria tersebut,
kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut: Pelatihan, praktek kerja, dan
self efficacy memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kompetensi
mahasiswa, sementara keterlibatan mahasiswa tidak memiliki pengaruh yang
signifikan. Selanjutnya, dalam analisis mediasi, ditemukan bahwa pelatihan, praktek
kerja, dan self efficacy memiliki pengaruh tidak langsung yang signifikan dan
positif terhadap kesiapan kerja melalui kompetensi, sementara keterlibatan
mahasiswa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja melalui
kompetensi. Temuan ini menunjukkan bahwa pelatihan, praktek kerja, dan self
efficacy memiliki peran penting dalam meningkatkan kompetensi dan kesiapan
kerja mahasiswa, sedangkan keterlibatan mahasiswa tidak memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap aspek-aspek tersebut.
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk membahas �Strategi Penguatan Materi Kurikulum Merdeka Dalam Menghadapi Persaingan Prospek Kerja (Studi Kasus STIE Sampit di Kabupaten Kotawaringin Timur)�. Adapun variabel yang dianggap mempengaruhi Strategi Penguatan Materi Kurikulum Merdeka Dalam Menghadapi Persaingan Prospek Kerja yaitu pelatihan, praktek kerja, self efficacy, keterlibatan mahasiswa, kompetensi dan kesiapan kerja dalam penelitian ini berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan.
A. Pelatihan Terhadap Kompetensi Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sampit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap kompetensi mahasiswa, dengan dukungan statistik yang signifikan.
Temuan ini mengonfirmasi penelitian sebelumnya dan menegaskan pentingnya
pelatihan dalam memperkuat kompetensi mahasiswa. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) Sampit berupaya meningkatkan kompetensi mahasiswa dengan menjalin
kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta untuk melaksanakan pelatihan
kerja. Pelatihan dianggap sebagai proses sistematis yang membantu mahasiswa
memahami materi dan meningkatkan kesiapan kerja mereka di masa depan, baik
secara fisik maupun mental.
B. Praktek Kerja Berpengaruh Terhadap Kompetensi Mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Sampit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik kerja memiliki dampak
positif dan signifikan terhadap kompetensi mahasiswa, dengan dukungan statistik
yang kuat. Temuan ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan
hubungan positif antara praktik kerja dan kompetensi. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Sampit melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kompetensi
mahasiswa, salah satunya melalui pelaksanaan praktik kerja. Praktik kerja ini
didasari oleh kerjasama dengan berbagai mitra, termasuk perusahaan perkebunan
dan UMKM, yang memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan mereka.
Hasil dari praktik kerja digunakan sebagai indikator penilaian kinerja dosen
dan mahasiswa di STIE Sampit. Praktik kerja dianggap sebagai instruksi terarah
yang membantu mahasiswa mengembangkan wawasan dan kemampuan yang diperlukan
dalam pekerjaan mereka di masa depan.
C. Self Efficacy
Berpengaruh Terhadap Kompetensi Mahasiswa Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Sampit.
Temuan dalam pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa self
efficacy memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kompetensi
mahasiswa, didukung oleh statistik dengan nilai t-statistic 6,533 > 1,96 dan
nilai p-value 0,000 < 0,05. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya oleh Sijabat (2019) yang juga menunjukkan hubungan positif antara
self efficacy dan kompetensi mahasiswa. Pihak Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) Sampit telah berusaha meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa dengan
berbagai cara, seperti pelatihan, seminar, dan mendorong partisipasi aktif
dalam kegiatan akademik dan non-akademik. Kepercayaan diri dianggap faktor
kunci dalam meningkatkan kompetensi siswa, termasuk karakteristik, kompetensi,
literasi, dan kemampuan komunikasi. Self efficacy, yang merupakan keyakinan
diri individu, dianggap sebagai faktor yang memediasi perilaku individu dengan
lingkungan sekitarnya. Keyakinan yang tinggi ini memotivasi individu secara
kognitif dan membantu mereka mencapai tujuan mereka dengan jelas.
D. Keterlibatan
Mahasiswa Tidak Berpengaruh Terhadap Kompetensi
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sampit.
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa keterlibatan
mahasiswa tidak berdampak secara signifikan pada kompetensi, dengan t-statistic
sebesar 1,064 < 1,96 dan nilai p-value 0,288 > 0,05, sehingga hipotesis
ditolak. Temuan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Kurniawan dan
Kusumawardhana (2020) yang menunjukkan efek positif keterlibatan mahasiswa.
Namun, analisis SWOT pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sampit menyoroti
pentingnya keterlibatan mahasiswa dalam mengembangkan kompetensi mereka.
Mahasiswa diharapkan untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan,
termasuk dalam proses pembelajaran, dan diberikan kesempatan untuk memberikan
masukan terhadap pengelolaan kampus. Meskipun dalam penelitian ini keterlibatan
mahasiswa tidak berdampak signifikan, namun keterlibatan mereka memiliki peran
penting dalam peningkatan kompetensi, baik dalam hal keilmuan, pengalaman
berorganisasi, maupun pengambilan keputusan yang menguntungkan mahasiswa dan
lembaga pendidikan mereka. Dalam kesimpulannya, "student engagement"
yang didefinisikan oleh Trowler (2010) sebagai interaksi antara waktu, tenaga, dan
sumber daya lain yang dilibatkan oleh mahasiswa dan lembaga mereka bertujuan
untuk meningkatkan pengalaman belajar, hasil akademik, perkembangan mahasiswa,
serta reputasi lembaga, tetap merupakan faktor kunci dalam meningkatkan
kompetensi mahasiswa.
E.
Pelatihan Melalui Kompetensi Berpengaruh Positif
Dan Signifikan Terhadap
Kesiapan Kerja Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sampit.
Pada pengujian hipotesis kelima membuktikan bahwa pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja
melalui kompetensi sebagai
variabel mediasi. Hal ini
dibuktikan dengan nilai t-statistic 1,986 > 1,96 dan p-value sebesar 0,048 < 0,05 dan dinyatakan diterima. Hal ini
sesuai dengan hasil dari analisis SWOT pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Sampit dimana mahasiswa yang mengikuti kegiatan pelatihan kerja atau pelatihan
keterampilan usaha memiliki tingkat kompetensi yang jauh lebih unggul dari yang
tidak mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan pelatihan yang diikuti mahasiswa
bisa melalui kampus yang bekerjasama dengan Kursus Latihan Kerja (KLK) dari
Dinas Ketenaga Kerjaan atau instansi pemerintah lainnya untuk meningkatkan
skill dan kemampuan mahasiswa dalam hal dunia kerja. Sehingga mutu lulusan yang
dihasilkan sangat siap diterjunkan pada dunia kerja. Selain itu, mampu bersaing dengan
lulusan dari perguruan tinggi lainnya dari berbagai keilmuan atau jurusan yang
sama. Sehingga dalam tingkat kesiapan kerja yang ada dalam diri mahasiswa
selain kompetensi akademik dan non akademik yang dimiliki, ada pengalaman lain
pada saat mengikuti pelatihan kerja.
F.
Praktik Kerja Melalui Kompetensi Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap Kesiapan Kerja
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sampit.
Hasil pengujian hipotesis keenam menunjukkan bahwa praktik kerja
berpengaruh positif dan signifikan pada kesiapan kerja melalui kompetensi
sebagai variabel mediasi. Ini terbukti dengan t-statistic 3,106 > 1,96 dan
nilai p-value 0,002 < 0,05, sehingga hipotesis diterima. Temuan ini
konsisten dengan analisis SWOT pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sampit,
yang menunjukkan bahwa praktik kerja yang difasilitasi oleh kampus dalam
kerjasama dengan berbagai instansi, termasuk pemerintah, swasta, dan UMKM,
adalah langkah efektif dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa. Praktik kerja
bertujuan untuk membantu mahasiswa menerapkan teori yang mereka pelajari dalam
dunia kerja, terutama bagi mereka yang belum memiliki pengalaman sebelumnya.
Selain peningkatan kompetensi, praktik kerja juga membantu mahasiswa membangun
jaringan dan koneksi yang bermanfaat untuk masa depan mereka, baik dalam
memulai usaha sendiri maupun mendapatkan pekerjaan.
G.
Self Efficacy Melalui
Kompetensi Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sampit.
Hasil pengujian hipotesis keenam menunjukkan bahwa self-efficacy berpengaruh positif dan signifikan pada kesiapan kerja melalui kompetensi sebagai variabel mediasi. Temuan ini didukung oleh t-statistic sebesar 3,985 > 1,96, dan nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05, sehingga hipotesis diterima. Pengembangan diri sangat penting untuk mempersiapkan mahasiswa memasuki dunia kerja, yang memerlukan tidak hanya kompetensi tetapi juga kesiapan mental dan fisik. Analisis SWOT pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sampit juga menunjukkan fokus pada pengembangan diri mahasiswa. STIE Sampit memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk mengembangkan berbagai kemampuan, baik akademik maupun non-akademik, untuk meningkatkan kepercayaan diri dan mengidentifikasi potensi yang mereka miliki. Ini membantu mahasiswa menghadapi persaingan dalam mencari pekerjaan atau memulai usaha, dan kampus dapat memberikan arahan dan dukungan melalui dosen pembimbing akademik untuk mengoptimalkan potensi mahasiswa, termasuk potensi wirausaha.
H.
Keterlibatan Mahasiswa Melalui Kompetensi Tidak Berpengaruh
Signifikan Terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Sampit.
Hasil pengujian hipotesis keenam menunjukkan bahwa keterlibatan
mahasiswa tidak berpengaruh signifikan pada kesiapan kerja melalui kompetensi
sebagai variabel mediasi. Temuan ini disetujui karena t-statistic bernilai
1,026 < 1,96, dan nilai p-value sebesar 0,305 > 0,05, sehingga hipotesis
ini ditolak. Meskipun demikian, keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan kampus
tetap memiliki dampak positif pada kompetensi mahasiswa. Pengembangan kurikulum
pembelajaran dengan kurikulum merdeka mendorong kolaborasi antara dosen dan
mahasiswa, memacu kreativitas, inovasi, dan penggunaan berbagai media
pembelajaran. Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan kampus juga membantu mereka
memahami aspek kepemimpinan dalam konteks organisasi, memberikan pengalaman
berharga yang dapat meningkatkan kesiapan kerja, terutama dalam hal tanggung
jawab, disiplin, toleransi, dan keterampilan lainnya yang diperlukan di dunia
kerja.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian mengenai "Strategi Penguatan Materi Kurikulum Merdeka Dalam
Menghadapi Persaingan Prospek Kerja (Studi Kasus STIE Sampit di Kabupaten
Kotawaringin Timur)", dapat disimpulkan bahwa pelatihan, praktek kerja,
dan self efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kompetensi
mahasiswa di STIE Sampit, sesuai dengan nilai t-statistic dan p-value yang
relevan. Namun, keterlibatan mahasiswa tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap kompetensi. Selain itu, kompetensi memengaruhi hubungan antara
pelatihan, praktek kerja, dan self efficacy dengan kesiapan kerja mahasiswa.
Kesimpulan ini memberikan gambaran tentang pentingnya faktor-faktor tersebut
dalam persiapan mahasiswa menghadapi tantangan dalam dunia kerja, khususnya
dalam konteks kurikulum merdeka.
BIBLIOGRAFI
Abidin, S.Z. (2012). Kebijakan Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Abdillah, W., & Jogiyanto. (2009). Partial Least Square (PLS) Alternatif SEM dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Acheson, K.A., & Gall, M.D. (1987). Techniques in the Clinical Supervision of Teacher, Second Edition. New York: Longman.
Aeni, A.N. (2014). Pendidikan Karakter untuk Mahasiswa PGSD. Bandung: UPI Press.
Audrey, & Howard Nicholls. (1978). Developing Curriculum: A Participial Guide.
Azwar, A. (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Azwar, S. (2019). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bloom, B.S. (2014). Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.
Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Davis, P.H., & D.H. Heywood. (1976). Principles of Angiosperm Taxonomy. London: Oliver and Boyd Edinburg.
Dewey, J. (2004). Experience and Education: Pendidikan Berbasis Pengalaman (terjemahan). Bandung: Penerbit Teraju.
Dewi, A.E.R. (2022). Implementasi Strategi Penguatan Kurikulum Merdeka Belajar. Indonesian Journal of Learning, Education and Counseling, Vol 5, No 1, pp 81-89, p-ISSN: 2622-8068, e-ISSN: 2622-8076.
Dewi, R., & Sandora, M. (2019). Analisis Manajemen Strategi UIN Suska Riau Dalam Mempersiapkan Sarjana Yang Siap Bersaing Menghadapi MEA. Jurnal El-Riyasah, Volume 10, Nomor 1.
Fardani, D.N., Baidi, I.M., & Fatihin, M.K. (2022). Manajemen Strategi dalam Penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter (PPPK). JURNALBASICEDU, Volume 6, Nomor 3, Halaman 4230-4238.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hariandja, M.T.E. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.
Hamalik, O. (2007). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Hasan Sulaiman, F. (1991). Sistem Pendidikan Versi al-Ghazali. Bandung: AlMa�arif.
Hayati, S.R. (2017). Strategi Penguatan BMT Berdasarkan Perilaku Pedagang Di Pasar Tradisional. Jurnal Masharif al-Syariah
Kamil, M. (2010). Model Pendidikan Dan Pelatihan: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Alfabeta.
McNeil, J.D. (1977). Curriculum: A Comprehensive Introduction. Boston: Little, Brown and Company.
Munadi, Y. (2012). Media Pembelajaran. Bandung: Gaung Persada.
Nurgiyantoro, B. (1988). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE.
Panday. (2014). Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis (SNEB). Proceedings SNEB. Hal. 103.
Permendikbud. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Dharma Bhakti.
Poerwadarminta, W.J.S. (2003). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rangkuti, F. (2015). Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rivai. (2014). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Schiffman, L.G., & L.L. Kanuk. (2007). Perilaku Konsumen: Edisi Ke-7. Jakarta: PT. Indeks.
Sholihin, M., & D. Ratmono. (2013). Analisis SEM-PLS dengan WarpPLS 3.0. Yogyakarta: Andi.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: CV. Alfabeta.
Taba, H. (1962). Curriculum Development: Theory and Practice. New York: Harcourt, Brace & World Inc.
Travers, R. (1973). Second Handbook of Research and Teaching. Chicago: Rand McNally.
Trowler, V. (2010). Student Engagement Literature Review. The Higher Education Academic. Lancaster University: Department of Educational Research.
Tyler, R.W. (1950). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Syllabus for Education 360. Chicago: The University of Chicago Press.
Wheeler, D.K. (1967). Curriculum Process. London: Stoughton.
Widarjono, A. (2015). Statistika Terapan: Edisi Pertama. Yogyakarta: UPP. STIM YKPN.
Wijatno, S. (2009). Pengelolaan Perguruan Tinggi Secara Efisien, Efektif dan Ekonomis untuk Meningkatkan Mutu Penyelenggara Pendidikan dan Mutu Lulusan. Jakarta: Salemba Empat.
Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Copyright holder: Rizal
Azmi, Hariyadi BS Sukamdani, Maya Dewi D Maharani (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |