Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
8, No. 11, November 2023
PERBANDINGAN PENGGUNAAN VARIASI TIPE
BEKISTING DITINJAU DARI SISI BIAYA, MUTU, WAKTU DAN WASTE PADA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
GEDUNG BERTINGKAT DI INDONESIA
M.
Agung Wibowo, Jati Utomo D. Hatmoko, Shafril Yinurullah
Universitas Diponegoro,
Semarang
E-mail: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mencari rasio biaya, waktu, waste untuk berbagai jenis bekisting dalam dunia konstruksi khususnya konstruksi bangunan. Bekisting yang digunakan adalah konvensional, semi sistem, sistem, PERI dan alumunium. Rasio biaya dan waktu pekerjaan bekisting terhadap luas bangunan terkecil adalah penggunaan bekisting aluminium, bekisting PERI dan bekisting sistem. Rasio biaya dan waktu pekerjaan bekisting terhadap luas bangunan tertinggi terdapat dalam penggunaan bekisting semi sistem dan konvensional. Rasio limbah (waste) kayu dan plywood terhadap luas bangunan terkecil adalah penggunaan bekisting Alumunium dan bekisting sistem dan rasio limbah (waste) kayu dan plywood terhadap luas bangunan tertinggi terdapat dalam penggunaan bekisting konvensional. Rasio biaya limbah (waste) kayu terhadap total biaya bekisting terkecil adalah penggunaan bekisting Alumunium, bekisting PERI dan bekisting sistem dan rasio biaya limbah (waste) kayu terhadap total biaya bekisting terbesar adalah penggunaan bekisting konvensional. Rasio biaya limbah (waste) plywood terhadap total biaya bekisting terkecil adalah penggunaan bekisting dan rasio biaya limbah (waste) plywood terhadap total biaya bekisting terbesar adalah penggunaan bekisting konvensional.
Kata
Kunci: Bekisting, Rasio, Biaya, Waktu, Limbah (Waste)
Abstract
This study aims to find the
ratio of costs, time, waste for various types of formwork
in the world of construction, especially building construction. The formwork
used is conventional, semi-system, system, PERI and aluminum. The ratio of the
cost and time of formwork work to building area is smallest in the use of
aluminum formwork, PERI formwork and system formwork. The ratio of the cost and
time of formwork work to building area is highest in the use of semi-system and
conventional formwork. The ratio of wood and plywood waste to building area is
smallest in use of aluminum formwork and system formwork and the highest ratio
of wood and plywood waste to building area is found in the use of conventional
formwork. The smallest ratio of wood waste to total formwork costs is the use
of aluminum formwork, PERI formwork and system formwork and the largest ratio
of wood waste costs to total formwork costs is the use of conventional
formwork. The smallest ratio of plywood waste to total formwork costs is the
use of formwork and the largest ratio of plywood waste to total formwork costs
is the use of conventional formwork.
Keywords: Formwork, Ratio, Cost, Time, Waste
Pendahuluan
Proyek industri konstruksi banyak sejalan dengan perkembangan fisik pembangunan. Setiap tahun permintaan untuk kegiatan konstruksi tinggi sehingga berkorelasi menghasilkan limbah konstruksi yang besar. Konstruksi, sebagai salah satu aktivitas dari pembangunan infrastruktur, baik langsung atau tidak, ikut bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan dan fenomena pemanasan global. Rosemary A. Colliver, peneliti AS, menyebut konstruksi menghasilkan limbah 31,5 juta ton setiap tahunnya.
Limbah (Waste) menjadi salah satu hal yang belum dapat terlepas dari
dunia pekerjaan konstruksi (Dalvin, 2021). Limbah pasti terjadi dalam suatu proyek meskipun hanya sedikit tetapi
bila dihitung ke dalam rupiah dapat menjadi kerugian yang cukup merugikan bagi
suatu proyek konstruksi.
Limbah dapat diartikan sebagai segala
macam kehilangan pada material, waktu dan hasil moneter dari sebuah kegiatan
tetapi tidak menambah nilai atau proses untuk produk (Munthe et al.,
2022). Limbah juga dapat diartikan sebagai segala macam kehilangan yang
dihasilkan dari sebuah aktifitas yang menghasilkan secara langsung maupun tidak
secara langsung menghasilkan biaya, tetapi tidak menambah manfaat/ nilai suatu
produk dari sudut pandang klien (Kristianto et
al., 2019).
Limbah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam sebuah proses konstruksi, sebagaimana dinyatakan dalam
berbagai hasil penelitian di banyak negara. Craven dkk �menyatakan bahwa kegiatan konstruksi
menghasilkan limbah sebesar kurang lebih 20% s/d 30% dari keseluruhan limbah di
Australia (Ervianto, 2013).
Rogoff dan Williams menyatakan bahwa 29% limbah padat di Amerika Serikat
berasal dari limbah konstruksi (Sanjaya, 2019).
Ferguson dkk menyatakan lebih dari 50%
dari seluruh limbah di United Kingdom berasal dari limbah konstruksi (Ervianto, 2019). (Nugrahardani et
al., 2017) menyebutkan bahwa sektor konstruksi
yang terdiri dari tahap pengambilan material, pengangkutan material ke lokasi
proyek konstruksi, proses konstruksi, operasional gedung, pemeliharaan gedung
sampai tahap pembongkaran gedung mengkonsumsi 50% dari seluruh pengambilan
material alam dan mengeluarkan limbah sebesar 50% dari seluruh limbah.
Oladiran (2008) menuliskan bahwa salah
satu penyebab timbulnya limbah konstruksi adalah penggunaan sumberdaya alam
melebihi dari apa yang diperlukan untuk proses konstruksi (Turot, 2022). Limbah yang dihasilkan oleh aktivitas
konstruksi seperti tersebut diatas berpotensi menurunkan kualitas lingkungan,
sebagaimana dinyatakan oleh Hendrickson dan Horvath pada tahun 2000, bahwa
konstruksi berpengaruh secara signifikan terhadap lingkungan.
Formwork (bekisting) adalah Sebuah
cetakan atau tempat dimana beton basah dapat dituangkan dan dipadatkan sehingga
akan mengalir ke profil dalam kotak atau cetakan , dipasang dengan sangat
cepat dimuat untuk beberapa jam selama penempatan beton dan setelah
beberapa hari dapat dibongkar untuk penggunaan berikutnya.
Penelitian yang dilakukan oleh (Hangarge et al., 2017) memperoleh bahwa limbah konstruksi yang dihasilkan selama proses lengkap pembentukan sebuah bangunan juga merupakan masalah yang membuat kita beralih ke perumahan dengan limbah rendah. Bekisting sistem dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada bekisting konvensional untuk aspek perbandingan ini. Gambar 1 memberikan gambaran tentang persentase kontribusi sumber limbah konstruksi.
Gambar 1 Sumber Limbah Konstruksi
(%)
Sumber : (Hangarge et al., 2017)
(Karke & Kumathekar, 2014) menyatakan Dari hasil penelitiannya mengenai perbandingan kelebihan dan kekurangan penggunaan bekisting konvensional, bekisting MIVAN (Alumunium) dan Bekisting Tunnel System disajikan dalam Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 1 Perbandingan Bekisting Konvensional, MIVAN (Alumunium) dan Tunnel
System
No. |
Characteristics |
MIVAN System (Alumunium) |
Tunnel Form Technology |
Conventional Formwork System |
||||||
1. |
Speed of construction |
Four days cycle per floor. |
One day�s cycle per floor. |
Min. cycle time is of 21 days. |
||||||
2. |
Quality�� of surface finish |
Excellent. Plastering is not
required |
Excellent. Plastering is not
required |
Bad.������ Plastering is required |
||||||
3. |
Pre-planning�������� of formwork system |
Required |
Required |
Not required |
||||||
4. |
Type of construction |
Cast-in-situ Cellular construction |
Cast-in-situ Cellular construction |
Simple��� RCC framed construction |
||||||
5. |
Wastage of formwork material |
Very less |
Very less |
In great amount. |
||||||
6. |
Accuracy�������������� in construction |
Accurate construction |
Accurate construction |
Accuracy is Less than Modern
Systems |
||||||
7. |
Coordination between different
agencies |
Essential |
Essential |
Not necessarily required |
||||||
8. |
Resistance earthquake |
to |
Good resistance |
Good resistance |
Less������� than Modern Systems |
|||||
9. |
Removing of floor slab forms
without removing props |
Possible |
Possible |
Not possible |
||||||
10. |
Need of any timber plywood |
or |
Not required |
Not required |
These are components |
the |
main |
|||
11. |
Re-usage value formwork |
of |
250 � 300 |
300 � 350 |
Maximum 50 |
|||||
12. |
Suitability for high rise
construction |
Very much suitable |
Very much suitable |
Not suitable |
||||||
13. |
Initial investment the system |
in |
High |
High |
Less |
|||||
14. |
Economy construction |
in |
Economical for mass housing |
Economical mass housing |
for |
Economical scale |
on |
small |
||
Berikut disampaikan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai penggunaan jenis-jenis bekisting dalam pekerjaan konstruksi.
Tabel 2 Penggunaan Berbagai
Jenis Bekisting dalam Konstruksi
Peneliti |
Jenis Bekisting |
Hasil Penelitian |
(Ais�y et al., 2023) |
Konvensional,
Semi Sistem dan Sistem (PERI) |
Ditinjau dari
sisi biaya yang paling baik adalah
bekisting semi sistem. Jika dari sisi waktu yang terbaik adalah bekisting sistem (PERI) |
(EMERALDI, 2021) |
Konvensional, Tunnel dan Alumunium. |
Urutan bekisting yang paling baik ditinjau dari sisi waktu pelaksanaan,
kualitas hasil cetakan, limbah yang dihasilkan dari yang terbaik adalah bekisting tunnel, bekisting alumunium dan terakhir bekisting konvensional |
(Hangarge et al., 2017) |
Konvensional, Tunnel dan Alumunium. |
Bekisting alumunium walaupun memerlukan biaya awal yang tinggi tapi dapat mereduksi biaya 40% (pemakaian berulang 200-250 kali untuk proyek Villa) dan mengurangi waktu 50% |
(Kareem et al., 2019) |
Konvensional/Kayu dan Plastik |
Penggunaan bekisting plastik secara jangka panjang akan mengurangi biaya karena dapat dipakai berulangkali serta dapat membantu pelestarian hutan walaupun untuk konstruksi kecil bekisting kayu masih menjadi pilihan yang lebih baik. |
(Nugroho, 2012) |
ICF, Plastic, Alumunium & Tunnel |
Pemilihan jenis material bekisting dipengaruhi oleh faktor kecepatan
pelaksanaan dan juga faktor lingkungan |
(Salloum & Kuo, 2017) |
Konvensional
& Alumunium |
Penggunaan bekisting alumunium selain bisa mengurangi biaya dan mempercepat waktu pelaksanaan juga sangat membantu
mengurangi limbah konstruksi yang dapat mengurangi emisi karbon |
Dalam mencari rasio biaya, waktu, waste jenis bekisting dalam dunia
konstruksi khususnya konstruksi bangunan, penulis belum menemukan standar,
referensi yang baku untuk besaran nilai rasio tersebut. Data yang ada adalah
hasil penelitian para peneliti terdahulu untuk besaran biaya, waktu dan waste untuk berbagai jenis bekisting.
Rasio yang umum dalam dunia konstruksi
adalah rasio terhadap luas bangunan seperti rasio volume beton m3 terhadap m2
luas bangunan (m3/m2) dan harga satuan pekerjaan terhadap luas bangunan
(Rp/m2). Untuk itu rasio biaya, waktu dan waste
bekisting yang dihitung dalam penelitian ini adalah perbandingan nilai biaya,
waktu dan waste terhadap luas
bangunan.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan antara berbagai metode bekisting, yakni konvensional, semi sistem, sistem, PERI, dan alumunium, dalam beberapa aspek kunci. Pertama, penelitian ini berusaha menghitung perbandingan rasio biaya yang diperlukan untuk masing-masing jenis bekisting. Kedua, penelitian ini juga mencoba mengukur perbandingan rasio waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan bekisting menggunakan metode-metode tersebut. Selanjutnya, penelitian ini mengevaluasi perbandingan rasio limbah kayu dan plywood yang dihasilkan selama pelaksanaan pekerjaan bekisting. Akhirnya, penelitian ini menghitung perbandingan rasio biaya limbah kayu dan plywood yang timbul sebagai konsekuensi dari penggunaan berbagai metode bekisting tersebut.
Metode Penelitian
Metode yang
digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang membandingkan biaya,
mutu, waktu dan waste penggunaan
material bekisting alternatif
sebagai pengganti material kayu dalam pekerjaan
bekisting serta penerapkan green supply chain
management dalam
industry konstruksi khususnya
proyek gedung bertingkat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi melalui studi
literatur, data realisasi
proyek dan juga wawancara
dengan para pakar sebagai pelaku dunia konstruksi khususnya bangunan gedung bertingkat.
Gambar 2 Diagram Alir Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini melakukan
pengumpulan data terhadap
12 (dua belas) jenis proyek yang dilaksanakan dalam rentang waktu
tahun 2011 sampai dengan tahun 2020 dengan 7 (tujuh) fungsi bangunan yang berbeda dan dikerjakan oleh 7 (tujuh) kontraktor nasional dan asing di 5 (lima) kota yang berbeda. Terdapat 5 (lima) jenis bekisting yang ditinjau dalam penelitian ini.
Jumlah penelitian yang disajikan dalam pembahasan ini adalah proyek yang penulis bisa dapatkan
datanya secara lengkap baik data proyek maupun data jenis
bekisting dan variabel biaya, waktu dan waste (limbah)
Berikut
data proyek yang dilakukan penelitian dalam tulisan ini, yaitu sebagai
berikut :
Tabel 3 Data Proyek
No |
Nama
Proyek |
Jenis
Bangunan |
Jumlah
Lantai |
Kontraktor
Pelaksana |
Tahun |
Luas
Bangunan (m2) |
Lokasi |
1 |
Gedung A |
Apartemen |
25 |
A |
2018 |
80.872,00 |
Jakarta |
2 |
Gedung B |
Apartemen |
55 |
B-A JO |
2016 |
91.519,63 |
Jakarta |
3 |
Gedung C |
Kantor |
54 |
C |
2014 |
254.000,00 |
Jakarta |
4 |
Gedung D |
Apartemen |
25 |
D |
2011 |
115.000,00 |
Jakarta |
5 |
Gedung E |
Hotel |
8 |
E |
2012 |
35.000,00 |
Bogor |
6 |
Gedung F |
Apartemen |
23 |
F |
2019 |
97.266,00 |
Jakarta |
7 |
Gedung G |
Rumah Susun |
16 |
G |
2016 |
28.037,30 |
Jakarta |
8 |
Gedung H |
Asrama |
13 |
F |
2017 |
27.984,96 |
Jakarta |
9 |
Gedung I |
Rumah Susun |
15 |
G |
2018 |
37.041,58 |
Jakarta |
10 |
Gedung J |
Mall
& Hotel |
13 |
G |
2020 |
108.433,00 |
Tangerang Selatan |
11 |
Gedung K |
Rumah Sakit |
6 |
G |
2019 |
11.099,00 |
Banjarmasin |
12 |
Gedung L |
Rumah Sakit |
6 |
G |
2020 |
11.510,00 |
Muara Teweh |
Dari hasil pengumpulan
data primer melalui data tertulis
dan hasil wawancara terhadap proyek-proyek di atas, dihasilkan data-data sebagai berikut yang disajikan dalam Tabel 4.2.
Data-data tersebut yang akan
dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan kesimpulan hasil penelitian dalam tulisan ini.
Tabel 4 Data Jenis Bekisting
dan Variabel Biaya, Waktu
dan Waste (Limbah)
No |
Nama Proyek |
Jenis Bekisting |
Biaya (Rp) |
Waktu Pelaksanaan
(hari) |
Waste Kayu (m3) |
Waste Plywood (lembar) |
1 |
Gedung A |
Alumunium |
12.311.636.200, - |
215 |
- |
- |
2 |
Gedung B |
Alumunium |
13.235.960.000, - |
296 |
- |
- |
3 |
Gedung C |
PERI |
32.512.000.000, - |
380 |
2,70 |
2.700,00 |
4 |
Gedung D |
PERI |
13.225.000.000, - |
240 |
1,25 |
1.250,00 |
5 |
Gedung E |
PERI |
4.375.000.000, - |
150 |
0,24 |
240,00 |
6 |
Gedung F |
Sistem |
13.857.668.104, - |
159 |
- |
11.888,00 |
7 |
Gedung G |
Semi Sistem |
4.959.131.100, - |
122 |
24,00 |
2.500,00 |
8 |
Gedung H |
Semi Sistem |
5.536.945.310, - |
86 |
37,23 |
3.731,30 |
9 |
Gedung I |
Semi Sistem |
7.772.474.926, - |
330 |
23,58 |
4.652,00 |
10 |
Gedung J |
Semi Sistem |
32.522.394.727, - |
582 |
82,34 |
19.651,76 |
11 |
Gedung K |
Konvensional |
3.250.000.000, - |
112 |
170,62 |
1.870,00 |
12 |
Gedung L |
Konvensional |
1.749.520.000, - |
150 |
103,82 |
1.370,00 |
Rasio biaya terhadap luas bangunan disajikan
dalam gambar 3.
Gambar 3 Tipe Bekisting vs Rasio Biaya/Luas Bangunan
Untuk menyederhanakan pembagian rasio biaya digunakan
pengelompokkan rasio per-kelipatan Rp 50.000, -. Dari data Grafik
di atas diperoleh bahwa bekisting aluminium, bekisting PERI dan bekisting sistem memiliki rasio biaya terhadap
luas bangunan Rp 100.000, -
< rasio < Rp 150.000, -/m2, bekisting
semi sistem mayoritas memiliki rasio biaya terhadap luas bangunan Rp 150.000, -/m2
< rasio<Rp 200.000, - dan ada
satu proyek (Gedung J) menggunakan bekisting semi sistem meiliki rasio biaya terhadap
luas bangunan mendekati Rp 300.000, -/m2.
Sementara untuk dua proyek yang menggunakan bekisting konvensional. Satu proyek (Gedung
K) memiliki rasio biaya terhadap luas bangunan mendekati
Rp 300.000, -/m2 dan satu proyek
(Gedung L) memiliki rasio biaya terhadap luas bangunan Rp 100.000, - < rasio < Rp 150.000,-/m2.
Rasio waktu terhadap luas bangunan
disajikan dalam Gambar 4.
Gambar
4 Tipe
Bekisting vs Rasio
Waktu/Luas Bangunan
Untuk menyederhanakan pembagian rasio waktu digunakan
pengelompokkan rasio per-kelipatan 1 hari. Dari data Grafik di atas diperoleh bahwa bekisting aluminium memiliki rasio waktu terhadap
luas bangunan 2 hari/1.000 m2 < rasio < 4 hari/1.000 m2. Bekisting PERI memiliki rasio waktu terhadap luas bangunan 1 hari/1.000 m2 < rasio < 2 hari/1.000 m2 untuk dua proyek (Gedung C dan Gedung D) dan satu
proyek (Gedung E) memiliki rasio waktu terhadap
luas bangunan sekitar 4 hari/1.000 m2 < rasio < 5 hari/1.000 m2. Bekisting Sistem memiliki rasio waktu terhadap luas bangunan 1 hari/1.000 m2 < rasio < 2 hari/1.000 m2.
Bekisting
semi sistem memiliki variasi rasio waktu
yaitu: Gedung H memiliki rasio waktu terhadap
luas bangunan sekitar 3 hari/1.000 m2, Gedung G
memiliki rasio waktu terhadap luas bangunan 4 hari/1.000 m2 < rasio < 5 hari/1.000 m2, Gedung J memiliki rasio waktu terhadap
luas bangunan sekitar 5 hari/1.000 m2 < rasio < 6 hari/1.000 m2 dan
Gedung I memiliki rasio waktu terhadap luas bangunan mendekati
9 hari/1.000 m2.
Sementara bekisting konvensional memiliki rasio waktu waktu terhadap
luas bangunan sekitar 10 hari/1.000 m2 < rasio < 11 hari/1.000 m2 untuk Gedung K dan Gedung L memiliki
rasio waktu waktu terhadap luas bangunan sekitar
13 hari/1.000 m2.
Rasio limbah (waste) kayu terhadap luas bangunan
disajikan dalam Gambar 5.
Gambar 5 Tipe
Bekisting vs Rasio Waste Kayu/Luas Bangunan
Untuk menyederhanakan pembagian rasio waste kayu digunakan pengelompokkan rasio per-kelipatan 1 m3. Dari data Grafik
di atas diperoleh bahwa bekisting aluminium, bekisting PERI, bekisting sistem dan bekisting semi sistem memiliki rasio limbah (waste) kayu terhadap luas bangunan
< 1 m3/1.000 m2 kecuali bekisting
semi system untuk Gedung H memiliki
rasio limbah (waste) kayu terhadap luas bangunan
adalah 1 m3/1.000 m2 < rasio
< 2 m3/1.000 m2 bahkan untuk
bekisting aluminium, bekisting
PERI dan bekisting sistem meiliki rasio limbah
(waste) kayu
terhadap luas bangunan 0 m3/1.000 m2 sementara bekisting konvensional memiliki rasio limbah (waste) kayu terhadap luas
bangunan sekitar 15
m3/1.000 m2 untuk Gedung K dan memiliki
rasio limbah (waste) kayu terhadap luas bangunan
sekitar 9 m3/1.000 m2 untuk
Gedung L. Rasio limbah (waste) plywood terhadap luas
bangunan disajikan dalam Gambar 6.
Gambar 6 Tipe Bekisting vs Rasio Waste Plywood/Luas
Bangunan
Untuk menyederhanakan
pembagian rasio waste plywood digunakan
pengelompokkan rasio per-kelipatan 10 lembar. Dari data Grafik di atas diperoleh bahwa bekisting aluminium rasio limbah (waste) plywood terhadap
luas bangunan 0 lbr/1.000 m2. Bekisting PERI memiliki rasio limbah (waste) plywood terhadap
luas bangunan 10 lbr/1.000 m2 < rasio < 20 lbr/1.000 m2 kecuali bekisting PERI Gedung E memiliki rasio < 10 lbr/1.000 m2.
Bekisting semi sistem
untuk Gedung G memiliki rasio limbah (waste) plywood terhadap luas
bangunan sekitar 90 lbr/1.000 m2, Gedung H memiliki rasio limbah (waste) plywood terhadap luas
bangunan 130 lbr/1.000 m2
< rasio < 140 lbr/1.000
m2 dan Gedung I memiliki rasio
limbah (waste)
plywood terhadap
luas bangunan 120 lbr/1.000 m2 < rasio < 130 lbr/1.000 m2 dan Gedung J memiliki
rasio limbah (waste) plywood terhadap luas
bangunan sekitar 180 lbr/1.000 m2. Bekisting konvensional memiliki rasio limbah (waste) plywood terhadap luas
bangunan sekitar 170 lbr/1.000 m2 untuk Gedung K dan
Gedung L memiliki rasio limbah (waste) plywood terhadap
luas bangunan sekitar 120 lbr/1.000 m2.
Rasio biaya limbah (waste) kayu pekerjaan bekisting terhadap total biaya pekerjaan bekisting disajikan dalam Gambar 7.
Gambar 7 Tipe Bekisting vs Rasio Biaya Waste Kayu/Total Biaya Bekisting
Untuk menyederhanakan
pembagian rasio biaya waste kayu digunakan pengelompokkan rasio per-kelipatan 2 %. Dari data Grafik
di atas diperoleh bahwa bekisting aluminium, bekisting PERI dan bekisting sistem� memiliki rasio biaya� (waste)
kayu terhadap total biaya bekisting adalah sekitar 0% terhadap total biaya bekisting. Bekisting semi sistem memiliki rasio biaya limbah
(waste) kayu
terhadap total biaya bekisting adalah 0% < rasio < 2% dan bekisting konvensional memiliki rasio biaya limbah
(waste) kayu
terhadap total biaya bekisting adalah 8% < rasio < 10% untuk Gedung K dan
12% < rasio < 14% terhadap
total biaya bekisting untuk Gedung L.
Rasio biaya limbah (waste) Plywood pekerjaan
bekisting terhadap total biaya pekerjaan bekisting disajikan dalam Gambar 8.
Gambar 8 Tipe Bekisting vs Rasio Biaya Waste Plywood/Total Biaya Bekisting
Untuk menyederhanakan
pembagian rasio biaya waste kayu digunakan pengelompokkan rasio per-kelipatan 2 %. Dari data Grafik
di atas diperoleh bahwa bekisting aluminium memiliki rasio biaya� (waste)
plywood terhadap
total biaya bekisting adalah 0% terhadap total biaya bekisting. Bekisting PERI memiliki rasio biaya limbah
(waste) plywood terhadap total biaya bekisting adalah sekitar < 2% terhadap total biaya bekisting. Bekisting Sistem memiliki rasio biaya limbah
(waste) plywood terhadap total biaya bekisting adalah 28% < rasio 30% terhadap total biaya bekisting.
Bekisting Semi Sistem
memiliki rasio biaya limbah (waste) plywood terhadap total biaya bekisting adalah 6% < rasio < 8% terhadap total biaya bekisting untuk Gedung G, Gedung
H memiliki rasio biaya limbah (waste) plywood terhadap total biaya bekisting adalah 20% < rasio < 22% terhadap total biaya bekisting dan Gedung I serta
Gedung J memiliki rasio biaya limbah (waste) plywood terhadap total biaya bekisting adalah 8% < rasio < 10% terhadap total biaya bekisting.
Bekisting konvensional
memiliki rasio biaya limbah (waste) plywood terhadap total biaya bekisting adalah sekitar 16% < rasio < 18% terhadap total biaya bekisting untuk Gedung K dan Gedung L memiliki
rasio biaya limbah (waste) plywood terhadap
total biaya bekisting adalah sekitar 22% < rasio < 24% terhadap total biaya bekisting. Dalam penelitian ini dari 12 proyek yang diteliti hanya 6 proyek yang bisa didapat rencana biaya waste bekisting. Perbandingan rasio biaya waste bekisting terhadap total biaya bekisting antara rencana dan realisasi dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 5 Perhitungan Rasio Biaya Waste Plywood terhadap Biaya Bekisting
Dalam penelitian di atas diperoleh hanya 1 (satu) proyek yaitu
Gedung G-K yang realisasi rasio
biaya waste
bekisting terhadap total biaya bekisting melebihi dari rencana.
5 (lima) gedung lainnya realisasi rasio biaya waste bekisting terhadap total biaya bekisting kurang dari rencana.
Kesimpulan
Hasil
analisis data sekunder dari proyek-proyek yang menjadi sumber penelitian
menunjukkan sejumlah temuan penting. Pertama, rasio biaya pekerjaan bekisting
terhadap luas bangunan terendah terdapat pada penggunaan bekisting aluminium,
bekisting PERI, dan bekisting sistem dengan kisaran Rp 100.000,- hingga Rp
150.000,- per meter persegi. Di sisi lain, rasio biaya tertinggi muncul pada
penggunaan bekisting semi sistem dan konvensional, mendekati Rp 300.000,- per
meter persegi.
Kedua,
rasio waktu pelaksanaan pekerjaan bekisting tercepat adalah dengan bekisting
PERI dan bekisting sistem, berkisar antara 1 hingga 2 hari per 1.000 meter
persegi. Sementara itu, penggunaan bekisting konvensional memerlukan waktu
paling lama, antara 10 hingga 13 hari per 1.000 meter persegi. Ketiga, rasio
limbah kayu terkecil terdapat pada bekisting aluminium dan bekisting sistem (0
m3 per 1.000 meter persegi), sementara bekisting konvensional menghasilkan
limbah kayu terbanyak (antara 9 hingga 15 m3 per 1.000 meter persegi).
Keempat,
rasio limbah plywood terendah adalah pada bekisting aluminium (0 lembar per
1.000 meter persegi), sedangkan bekisting semi sistem Gedung J menghasilkan
limbah plywood tertinggi (sekitar 180 lembar per 1.000 meter persegi). Kelima,
rasio biaya limbah kayu terhadap total biaya bekisting terkecil adalah dengan
penggunaan bekisting aluminium, PERI, dan sistem, yakni sekitar 0% dari total
biaya pekerjaan bekisting, sementara bekisting konvensional Gedung K memiliki
rasio tertinggi, antara 12% hingga 14% dari total biaya.
Keenam,
rasio biaya limbah plywood terendah juga ditemukan pada bekisting aluminium (0%
dari total biaya), sementara bekisting konvensional memiliki rasio tertinggi,
berkisar antara 22% hingga 24% dari total biaya pekerjaan bekisting. Terakhir,
dari enam proyek yang diteliti, hanya Gedung G-K mengalami realisasi rasio
biaya limbah bekisting terhadap total biaya bekisting yang melebihi rencana,
sementara lima gedung lainnya (G-G, G-H, G-I, G-J, & G-L) mengalami
realisasi rasio biaya limbah bekisting yang kurang dari rencana.
BIBLIOGRAFI
Ais�y, R. A. R., Silviana, P. R., & Farichah, H.
(2023). Efisiensi Pekerjaan Bekisting Konvensional dan Semi Sistem pada Kolom
Bangunan Bertingkat di Madura. Rekayasa: Jurnal Teknik Sipil, 8(1),
17�22.
Dalvin, A. (2021). Konstruksi Sosial Zero Waste:
Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Ballaparang Kecamatan Rappocini di Kota
Makassar. Universitas Hasanuddin.
EMERALDI, F. (2021). Perbandingan Anggaran
Penggunaan Floordeck Dengan Konvensional Pada Pelat Lantai Bangunan 2 Tingkat
(Cost Comparison Between Conventional Plate And Floordeck For 2 Story Building).
Ervianto, W. I. (2013). Manajemen limbah dalam proyek
konstruksi. Semin. Nas. Arsit. SCAN, 1�9.
Ervianto, W. I. (2019). Pengelolaan infrastruktur
berdasarkan isu berkelanjutan di Indonesia. SENADA (Seminar Nasional
Manajemen, Desain Dan Aplikasi Bisnis Teknologi), 2, 574�581.
Hangarge, R., Waghmare, A., & Patil, S. (2017).
Comparison of conventional, aluminium and tunnel formwork. International
Journal of Scientific and Research Publications, 7(1), 176�181.
Kareem, M. M., Hodgkinson, T., Sanchez, M. S., Dalby,
M. J., & Tanner, K. E. (2019). Hybrid core�shell scaffolds for bone tissue
engineering. Biomedical Materials, 14(2), 25008.
Karke, S. M., & Kumathekar, M. B. (2014).
Comparison of the use of traditional and modern formwork systems. Civil
Engineering Systems and Sustainable Innovations, 348�351.
Kristianto, M. A., Ajie, E. P., Hermawan, H., &
Setiyadi, B. (2019). ANALISIS WASTE MATERIAL KONSTRUKSI PADA PEKERJAAN STRUKTUR
ATAS BETON BERTULANG BANGUNAN TINGKAT TINGGI. Jurnal Teknik Sipil, 15(3),
143�149.
Munthe, J., Rahmi, Y., & Astiahamir, A. (2022).
Pemborosan Terhadap Material Kontruksi Jalan, Studi Kasus Lanjutan Peningkatan
Jalan Lingkar Ibu Kota Seuneuam Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya. Jurnal
Ilmiah Teknik Unida, 3(2), 113�123.
Nugrahardani, A., Jatmiko, I. S., Wibowo, M. A., &
Budieny, H. (2017). Evaluasi Material Waste dan Carbon Footprint Pada Penerapan
Green Construction. Jurnal Karya Teknik Sipil, 6(1), 375�384.
Nugroho, P. S. (2012). Peningkatan produktivitas
konstruksi melalui pemilihan metode konstruksi. Dinamika Rekayasa, 8(1),
25�30.
Salloum, R., & Kuo, C.-C. J. (2017). ECG-based
biometrics using recurrent neural networks. 2017 IEEE International
Conference on Acoustics, Speech and Signal Processing (ICASSP), 2062�2066.
Sanjaya, I. K. A. (2019). Pengelolaan Limbah
Konstruksi Pada Proyek Pembangunan Di Bali. Seminar Nasional Arsitektur,
Budaya Dan Lingkungan Binaan (SEMARAYANA), 135�140.
Turot, F. M. (2022). NALISIS TINGKAT PEMAHAMAN
PEMANGKU KEPENTINGAN TERKAIT PENERAPAN KONSEP GREEN ROAD DI KABUPATEN SORONG.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
M. Agung Wibowo, Jati Utomo D. Hatmoko,
Shafril Yinurullah (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |