Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 11, November 2023
HUBUNGAN KADAR HBA1C DAN KOLESTEROL TOTAL
DENGAN KEJADIAN PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE
2
Metana Puspitasari*, Iin
Novita Nurhayati Mahmuda, Ilham Edgar Fadhila Chandra, Yazid Aufa Najib
Faculty of Medicine, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2) disebabkan oleh
ketidakmampuan sel beta pankreas untuk memproduksi insulin dan resistensi
jaringan terhadap insulin. DMT2 memerlukan perawatan berkelanjutan untuk
mengendalikan gula darah dan mencegah komplikasi seperti Peripheral Arterial
Disease (PAD) dan masalah kolesterol tinggi. Pengukuran HbA1c dan monitoring
kolesterol total menjadi penting dalam manajemen diabetes dan pencegahan
komplikasi yang serius. Penelitian analitik observasional, pendekatan potong
lintang dilakukan pada bulan September 2022 di Puskesmas Gatak, Sukoharjo
terhadap 65 pasien dengan DMT2. Data dianalisis dengan tabel uji chi square
2x2. Hasil penelitian didapatkan 21 (32,3%) subjek penelitian mengalami PAD.
Uji bivariat antara kolesterol total dan Hba1c dengan kejadian PAD
berturut-turut p = 0,377; p = 0,416. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel kolesterol total dan Hba1c dengan
kejadian PAD. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengendalian terhadap faktor
risiko lain terhadap kejadian PAD seperti merokok, hipertensi, durasi menderita
diabetes, usia, dan jenis kelamin.
Kata kunci: DMT2, PAD, Kolesterol total, Hba1c
Abstract
Type 2 diabetes
mellitus (DMT2) is caused by the inability of pancreatic beta cells to produce
insulin and tissue resistance to insulin. T2DM requires ongoing treatment to
control blood sugar and prevent complications such as Peripheral Arterial
Disease (PAD) and high cholesterol problems. HbA1c measurement and total
cholesterol monitoring are important in diabetes management and prevention of
serious complications. An observational analytical study, cross-sectional
approach was conducted in September 2022 at Gatak
Health Center, Sukoharjo on 65 patients with T2DM.
The data were analyzed with a 2x2 chi square test table. The results of the
study found that 21 (32.3%) research subjects experienced PAD. Bivariate test
between total cholesterol and Hba1c with consecutive PAD incidence p = 0.377; p
= 0.416. It can be concluded that there is no significant relationship between
the variables total cholesterol and Hba1c with the
incidence of PAD. This can be caused by lack of control over other risk factors
for PAD events such as smoking, hypertension, duration of diabetes, age, and
gender.
Keywords:
Keywords: DMT2, PAD, Total
cholesterol, Hba1c
Pendahuluan
Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2)
adalah salah satu gangguan metabolisme yang paling umum di seluruh dunia dan perkembangannya terutama disebabkan oleh kombinasi dari dua faktor
utama berupa ketidakmampuan sekresi insulin oleh sel β pankreas
dan ketidakmampuan jaringan yang sensitif terhadap insulin untuk merespon insulin (Galicia-Garcia et al.,
2020).
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa diabetes merupakan kegawatdaruratan kesehatan global dengan peningkatan kasus yang sangat cepat. Pada tahun 2021 sekitar 537 juta orang menderita diabetes dan diperkirakan mencapai 643 juta orang pada tahun 2030. Prevalensi diabetes di Indonesia menurut IDF edisi ke-10 diperkirakan mencapai 179 juta orang pada populasi usia 20-79 tahun (Indonesia, 2021).
Diabetes mellitus membutuhkan perawatan medis yang
berkelanjutan bertujuan untuk pengendalian kadar gula darah dan penurunan
faktor risiko komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler
diabetes mellitus salah satunya berupa
aterosklerosis di arteri perifer yang disebut dengan Peripheral Arterial Disease (PAD). PAD dapat muncul dipengaruhi
beberapa faktor salah satunya adalah kontrol glikemik yang buruk. Pasien diabetes mellitus dengan PAD beresiko tinggi mengalami iskemik dan berakibat
amputasi, penurunan aktifitas, serta kualitas hidup. Oleh karena itu skrining
PAD dibutuhkan untuk mencegah kejadian amputasi (Arsianti et al.,
2020; Barnes et al.,
2020).
Hemoglobin terglikolisasi, atau HbA1c merupakan baku emas untuk evaluasi kontrol glikemik pada pasien DM. Hubungan kadar HbA1c dengan berbagai komplikasi makrovaskuler pada pasien DM Tipe 2 telah diteliti sebelumnya oleh Wijngaarden tahun 2017, penelitian tersebut mendapati bahwa penyebab hiperglikemia dalam jangka panjang disebabkan oleh kontrol glikemik yang buruk akan meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler pada pasien diabetes (Wijngaarden et al., 2017).
Defek sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya pada
DM tipe 2 menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme lipid. Kolesterol total
merupakan salah satu profil lipid yang paling paling umum digunakan pada panel
lipid standar. Kolesterol total merupakan gabungan dari berbagai densitas
fraksi kolesterol yaitu Low Density Lipoprotein (LDL), High Density
Lipoprotein (HDL), dan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) yang
bersirkulasi di pembuluh darah. Peningkatan kolesterol total atau
hiperkolesterolemia sangat terkait dengan risiko kejadian PAD (Aday & Everett, 2019).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin
mengetahui bagaimanakah hubungan antara kadar Hba1c dan Kolesterol total
terhadap kejadian PAD pada pasien DM tipe 2.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional
yang dilakukan di Puskesmas Gatak Sukoharjo, Jawa Tengah pada bulan Juli sampai
dengan September 2022. Subjek penelitian adalah pasien prolanis diabetes
mellitus tipe 2 yang memiliki risiko PAD dan memenuhi kriteria penelitian.
Kriteria inklusi penelitian adalah pasien prolanis dengan diagnosa diabetes
mellitus tipe 2, usia > 18 tahun dan bersedia ikut serta dalam penelitian.
Kriteria
eksklusi penelitian adalah riwayat amputasi anggota tubuh, riwayat ulkus
diabetikum, riwayat acute coronary syndrome, riwayat stroke dengan sequel,
riwayat gangguan fungsi ginjal, anemia berulang dan transfusi dalam 3 bulan
terakhir, hamil, dan sedang mengkonsumsi obat kolesterol. Pemeriksaan data diri
serta riwayat kesehatan pasien menggunakan kuesioner, pemeriksaan kolesterol
total menggunakan chemistry analyzer, pemeriksaan Hba1c menggunakan alat dengan
metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dan pemeriksaan PAD dengan
mengukur ABI (Ankle Brachial Index) score menggunakan alat vascular doppler
dengan frekuensi 5-10 MHz.
Analisis yang
digunakan adalah analisis uji chi square menggunakan paket statistik ilmu
sosial (IBM SPSS Statistic) versi 25. Nilai p-value kurang dari 0,05 dianggap
signifikan secara statistik. Penelitian ini dilaksanakan atas dasar persetujuan
dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta No.
3044/B.2/KEPKFKUMS/IX/2022.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik dasar
subjek penelitian dijelaskan pada Tabel 1 yaitu meliputi
usia, jenis kelamin, glukosa darah puasa (GDP), Hba1c, IMT serta kolesterol total. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
didapatkan subjek penelitian berjumlah 65 pasien dengan rerata
usia 62 tahun. Seiring bertambahnya usia, meningkat pula faktor risiko penyakit
diabetes mellitus, hal ini disebabkan oleh karena adanya proses degeneratif/ pengaruh penuaan, gaya hidup,
dan genetik. Faktor risiko ini
berperan dalam gangguan fungsi sel beta serta resistensi terhadap insulin (Lee
& Halter, 2017).
Tabel
1 Karakteristik
Dasar Subjek Penelitian
Variabel |
Rerata±SB |
Frekuensi N (%) |
Usia (tahun) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan GDP (mg/dl) Normal Tinggi HbA1C (%) Terkontrol (<7%) Tak Terkontrol (≥7%) |
62,43
± 9,43 - - 184,33
± 86,21 101,75
± 12,51 223,18
± 79,11 9,1
± 2,58 6,03
± 0,27 10,39
± 2,63 |
65
(100%) 11
(16,9%) 20
(31%) 35
(69%) 12
(23%) 50
(77%) |
IMT (kg/m2) Normal Obese Kolesterol Total (mg/dl) Normal Tinggi PAD (n=65)
Normal
PAD
Aterosklerosis |
26,05
± 4,64 22
± 2,17 29
± 3,47 212,55
± 32,26 179,64
± 15,31 233,12
± 20,87 - - - |
33
(51%) 32
(54%) 25
(38%) 40
(62%) 39
(60%) 21
(32,3%) 5
(7,7%) |
Keterangan = mg: miligram;
dl: desiliter; GDP: Glukosa
Darah Puasa; HbA1c: Hemoglobin A1C, IMT: Indeks Massa Tubuh, kg: kilogram,
m: meter
Pasien DM tipe 2 lebih banyak
diderita oleh perempuan yaitu 54 orang (83,1%) dibandingkan dengan laki-laki berjumlah 11 orang
(16,9%) pada penelitian ini. Wanita memiliki risiko lebih tinggi
terhadap diabetes, terutama
setelah menopause dan di usia tua. Faktor-faktor
yang berkontribusi yaitu peningkatan jaringan lemak
visceral yang memicu resistensi
insulin. Selain itu, kadar vitamin 25(OH)D3 yang rendah, yang terkait dengan diabetes tipe 2, lebih sering ditemukan
pada wanita dibandingkan laki-laki.
Faktor
lain yang berkontribusi termasuk
kadar lemak tubuh yang lebih tinggi pada
wanita, yaitu 20-25% dari berat badan,
sementara laki-laki hanya memiliki 15-20%. Massa otot yang lebih kecil pada perempuan
juga mempengaruhi penyerapan
glukosa. Selain itu, hormon estrogen dan progesteron yang tinggi pada perempuan
mempengaruhi sensitivitas
insulin, sehingga meningkatkan
risiko diabetes (Imelda, 2019);(Asiimwe, Mauti, & Kiconco, 2020);(Ciarambino et al., 2022).
Kriteria pengendalian DM tipe 2 berdasarkan PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) pada tahun 2021 meliputi IMT berkisar 18,5 – 22,9 kg/m2, tekanan darah sistolik <140 mmHg, tekanan darah diastolik <90 mmHg, HbA1c <7%, kadar glukosa darah puasa 80-130 mg/dl, kolesterol LDL <100 mg/dl, trigliserida <150 mg/dl. Pengendalian DM tipe 2 dilakukan agar supaya pasien tidak mengalami komplikasi DM baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler.
Pada penelitian ini kadar glukosa darah puasa melebihi kriteria pengendalian DM tipe 2 yaitu 184 mg/dl. Risiko komplikasi vaskular meningkat seiring dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa. Hal ini sejalan dengan sebuah penelitian mengenai hubungan antara komplikasi vaskular dengan glukosa darah puasa pada DM tipe 2 oleh Shita dan Muluneh pada tahun 2021, melaporkan bahwa risiko komplikasi vaskular memiliki hubungan positif dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa.
Salah satu kendala utama dalam DM Tipe 2 adalah komplikasi makrovaskuler yang disebabkan oleh obesitas. Obesitas memicu resistensi insulin, penurunan Nitric Oxide (NO), inflamasi pada pembuluh darah, dan dislipidemia. Untuk menilai status gizi seseorang, Indeks Massa Tubuh (IMT) sering digunakan sebagai indikator yang menggambarkan kandungan lemak tubuh, terutama pada orang dewasa. Nilai IMT diperoleh dari perbandingan berat tubuh (kg) dengan tinggi tubuh kuadrat (m2). Nilai ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, jenis kelamin, pola makan dan aktivitas fisik. Klasifikasi IMT menurut kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018, overweight bila IMT >25 kg/mm2 (Csige et al., 2018);(Sattar, Baig, Rehman, & Bashir, 2013).
HbA1c mencerminkan konsentrasi glukosa plasma rata- rata selama 2-3 bulan yang
dapat digunakan untuk
mengevaluasi kontrol glikemik jangka panjang pada penderita diabetes. Menurut PERKENI tahun 2021, kategori diabetes terkontrol memiliki nilai HbA1c kurang dari 7%, sementara yang tidak terkontrol memiliki nilai ≥ 7%. Hiperglikemia
kronis pada pasien diabetes mellitus tipe 2
yang ditandai dengan kadar Hba1c yang tidak terkontrol dapat mempercepat terjadinya penyakit aterosklerosis, menyebabkan kejadian iskemik pada pembuluh
makrovaskuler, termasuk PAD
(Wang & Hng, 2021);(Shatnawi et al., 2021).
Tabel
2 Uji Bivariat
Karakteristik |
PAD
(ABI score) |
p-value |
|
|
≥ 0,90 – 1,30 (Normal) n
= 39 |
< 0,90 (PAD) n
= 21 |
|
|
|
HbA1c |
|
|
|
|
Terkontrol |
12 |
4 |
0,377 |
|
Tidak terkontrol |
27 |
17 |
|
|
Kolesterol total |
|
|
|
|
Normal |
18 |
7 |
0,416 |
|
Tinggi |
21 |
14 |
|
|
Keterangan: PAD: Peripheral Arterial Disease, ABI: Ankle
Brachial Index
Analisis bivariat pada Tabel 2 menggunakan uji Chi Square Test antara
kadar HbA1c dengan kejadian PAD (ABI score), didapatkan p-value=0,377 menunjukan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
HbA1c dengan kejadian PAD. Beberapa
hasil penelitian sebelumnya yang sejalan adalah penelitian Yurekli et al pada tahun 2014 yaitu tidak
terdapat hubungan antara pemeriksaan ABI score dengan tingkat kontrol
glikemik (hasil HbA1c) dengan p-value=0,472 (Yürekli, Kocabaş,
Mirili, Yürekli, & Çakır, 2018).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Safitri et
al pada tahun 2019 menyatakan hasil uji Fisher’s
Exact antara HbA1c dengan kejadian PAD pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
Antonius Kota Pontianak sebanyak 51 orang, didapatkan p-value= 0,487 (Safitri, 2018).
Kolesterol
merupakan suatu komponen aterogenik yang mempunyai dampak klinis pada penyakit kardiovaskular.
Peningkatan
kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol very lowdensity lipoprotein (VLDL), dan trigliserida merupakan faktor
risiko independen terjadinya peripheral arterial disease. Analisa bivariat
antara kadar kolesterol dengan kejadian PAD (ABI score)
pada penelitian ini diketahui sebesar p = 0,416 yang menggambarkan tidak
terdapat hubungan bermakna antara kedua variabel. Hal ini dapat disebabkan oleh
kurangnya pengendalian terhadap faktor risiko lain
terhadap kejadian PAD seperti merokok, hipertensi, durasi menderita diabetes,
usia, dan jenis kelamin.
Kesimpulan
Penelitian
ini melibatkan 65 pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2) yang
memiliki karakteristik usia rata-rata 62 tahun. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa seiring bertambahnya usia, terjadi peningkatan faktor risiko terhadap DM
tipe 2. Data penelitian ini menunjukkan menunjukkan bahwa sebagian besar dari
subjek penelitian memiliki risiko tinggi terhadap komplikasi makrovaskuler.
Temuan ini memberikan wawasan tentang karakteristik pasien DM tipe 2 dan
pentingnya pemantauan dan evaluasi terhadap ABI score serta pengendalian faktor
risiko untuk mengurangi risiko komplikasi vaskular pada populasi ini.
Aday, Aaron W., & Everett, Brendan M.
(2019). Dyslipidemia profiles in patients with peripheral artery disease. Current
Cardiology Reports, 21, 1–9. https://doi.org/10.1007/s11886-019-1129-5.
Arsianti, Rika Wahyuni, Sardina, Sardina, Fairul,
Fairul, Irfan, Irfan, & Mulyadi, Mulyadi. (2020). Rancang Bangun Alat Ukur
Ankle Brachial Indeks Untuk Deteksi Peripheral Artery Disease. Jurnal
Rekayasa Elektrika, 16(3). https://doi.org/10.17529/jre.v16i3.17877
Asiimwe, Debrah, Mauti, Godfrey O., & Kiconco,
Ritah. (2020). Prevalence and risk factors associated with type 2 diabetes in
elderly patients aged 45-80 years at Kanungu District. Journal of Diabetes
Research, 2020, 1–5.
Barnes, J. Aaron, Eid, Mark A., Creager, Mark A.,
& Goodney, Philip P. (2020). Epidemiology and risk of amputation in
patients with diabetes mellitus and peripheral artery disease. Arteriosclerosis,
Thrombosis, and Vascular Biology, 40(8), 1808–1817.
https://doi.org/10.1161/ATVBAHA.120.314595
Ciarambino, Tiziana, Crispino, Pietro, Leto, Gaetano,
Mastrolorenzo, Erika, Para, Ombretta, & Giordano, Mauro. (2022). Influence
of gender in diabetes mellitus and its complication. International Journal
of Molecular Sciences, 23(16), 8850. https://doi.org/10.3390/
ijms23168850
Csige, Imre, Ujvárosy, Dóra, Szabó, Zoltán, Lorincz,
István, Paragh, György, Harangi, Mariann, Somodi, Sándor, & Santulli,
Gaetano. (2018). The Impact of Obesity on the Cardiovascular System. Journal
of Diabetes Research, 2018. https://doi.org/10.1155/2018/3407306
Galicia-Garcia, Unai, Benito-Vicente, Asier, Jebari,
Shifa, Larrea-Sebal, Asier, Siddiqi, Haziq, Uribe, Kepa B., Ostolaza, Helena,
& Martín, César. (2020). Pathophysiology of type 2 diabetes mellitus. International
Journal of Molecular Sciences, 21(17), 6275.
Imelda, Sonta Imelda. (2019). Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya diabetes melitus di Puskesmas Harapan Raya tahun 2018. Scientia
Journal, 8(1), 28–39.
Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi. (2021). Pedoman
pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 dewasa di Indonesia 2019. PB
PERKENI. Jakarta: PB PERKENI.
Lee, Pearl G., & Halter, Jeffrey B. (2017). The
pathophysiology of hyperglycemia in older adults: clinical considerations. Diabetes
Care, 40(4), 444–452. https://doi.org/10.2337/dc16-1732
Safitri, Risma Imthihanul. (2018). Hubungan Kadar
Hemoglobin A1c dan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Penderita Diabetes
Mellitus. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 5(3a).
Sattar, Abdul, Baig, Shahbaz, Rehman, Naveed U. R.,
& Bashir, Muhammad Badar. (2013). FACTORS AFFECTING BMI: Assessment of the
effect of sociodemographic factors on BMI In the population of Ghulam Mohammad
Abad Faisalabad. The Professional Medical Journal, 20(06),
956–964.
Shatnawi, Nawaf J., Al-Zoubi, Nabil A., Hawamdeh,
Hassan M., Khader, Yousef S., Heis, Mowafeq, Al Omari, Mamoon, & Bataineh,
Bassem. (2021). The relation of anatomical distribution of symptomatic peripheral
arterial disease (PAD) with HbA1c level in patients with type 2 diabetes
mellitus. Therapeutic Advances in Endocrinology and Metabolism, 12,
20420188211000504. https://doi.org/10.1177/ 20420188211000504
van Wijngaarden, Rients P. T., Overbeek, Jetty A.,
Heintjes, Edith M., Schubert, Agata, Diels, Joris, Straatman, Huub, Steyerberg,
Ewout W., & Herings, Ron M. C. (2017). Relation Between Different Measures
of Glycemic Exposure and Microvascular and Macrovascular Complications in
Patients with Type 2 Diabetes Mellitus: An Observational Cohort Study. Diabetes
Therapy, 8(5), 1097–1109. https://doi.org/10.1007/s13300-017-0301-4
Wang, Mawson, & Hng, Tien Ming. (2021). HbA1c:
More than just a number. Australian Journal of General Practice, 50(9),
628–632. https://doi.org/10.31128/AJGP-03-21-5866
Yürekli, Banu Şarer, Kocabaş, Gökçen Ünal, Mirili,
Cem, Yürekli, İsmail, & Çakır, Habib. (2018). Is the ankle-brachial index
directly associated with current glycemic control in diabetic patients? Turkish
Journal of Vascular Surgery, 27(3).
Copyright holder: Metana Puspitasari, Iin Novita Nurhayati Mahmuda, Ilham Edgar Fadhila
Chandra, Yazid Aufa Najib (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |