Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November
2022
ANALISIS PENGUATAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN REWARD DALAM
MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI ASN
Sidik
Sisdiyanto
Universitas Pakuan Bogor, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan profesi bagi
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja di instansi pemerintah. Instansi
pemerintah memiliki iklim organisasi yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Sehingga, kinerja ASN memiliki tantangan tersendiri dalam mewujudkan tujuan
organisasi tersebut. Umumnya, analisis kinerja pegawai hanya dilakukan pada
organisasi swasta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penguatan
kinerja ASN melalui kepemimpinan transformasional dan reward terhadap kepuasan
kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 202 responden.
Responden dalam penelitian ini adalah ASN��
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama Republik
Indonesia. Hasil uji realibilitas menunjukkan koefisien 𝛼 > 0,60 yaitu
kepemimpinan transformasional (0.964), efektivitas reward (0.961), dan kepuasan
kerja (0.973). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif
langsung kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja. Selain itu,
terdapat pengaruh positif langsung efektivitas reward terhadap kepuasan kerja.
Berdasarkan hasil analisis Scientific Identification Theory to Conduct
Operation Research in Education Management (SITOREM) terdapat delapan indicator
yang perlu diperbaiki. Penelitian ini berimplikasi pada institusi pemerintahan
dalam merumuskan kebijakan pembinaan pegawai ASN sebagai bagian dari Sumber
Daya Manusia.
Kata
Kunci: kinerja ASN; kepemimpinan transformasional; reward; iklim organisasi;
kepuasan kerja
Abstract
Civil Servants (ASN) represent a profession for government employees with
work agreements in government institutions. Different government institutions
have distinct organizational climates, which present unique challenges for ASN
performance in achieving the organization's goals. Typically, employee
performance analysis is primarily conducted in private organizations. This
research aims to analyze the enhancement of ASN performance through
transformational leadership and rewards on job satisfaction. The research
method employed is a quantitative approach. Data collection was conducted by
distributing questionnaires to 202 respondents. The respondents in this study
are ASN employees of the Directorate General of Islamic Education, Ministry of
Religious Affairs of the Republic of Indonesia. The results of the reliability
test show a coefficient 𝛼 > 0.60, namely transformational leadership
(0.964), reward effectiveness (0.961), and job satisfaction (0.973). The
findings indicate a direct positive influence of transformational leadership on
job satisfaction. Additionally, there is a direct positive influence of reward
effectiveness on job satisfaction. Based on the results of the Scientific
Identification Theory to Conduct Operation Research in Education Management
(SITOREM), eight indicators need improvement. This research has implications
for government institutions in formulating policies for the development of ASN
employees as part of the human resources.
Keywords: ASN performance;
transformational leadership; reward; organizational climate; job satisfaction.
Pendahuluan
Di dalam sebuah organisasi, peran pemimpin
dan pegawai menjadi penting untuk mencapai tujuan organisasi(Weller et al., 2020). Hal ini dikarenakan
setiap organisasi memiliki visi misi yang disesuaikan dengan kondisi organisasi
tersebut (Nathues et al., 2021; Yasir et al., 2016; Yasuhara & Kita, 2011). Selain itu, gaya
kepemimpinan menjadi indicator yang penting di dalam organisasi. Beberapa
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki pengaruh
terhadap entitas kerja pegawainya untuk mewujudkan tujuan organisasi(Rehmani et al., 2022; Pradhan & Jena, 2019; Al Zefeiti & Mohamad, 2015). Sehingga, kualitas
dari seorang pemimpin menjadi faktor terpenting dalam keberhasilan sebuah
organisasi. Dengan kata lain, keberhasilan maupun kegagalan yang dihadapi oleh
organisasi umumnya dipandang dari gaya kepemimpinan seorang pemimpin. Kondisi
inilah yang menjadikan gaya kepemimpinan menjadi penting di dalam sebuah
organisasi(Goh et al., 2018).
Disisi lain, organisasi publik yang
dimiliki oleh pemerintah juga harus dapat mengembangkan lingkungan kerja yang
baik. Hal ini dilakukan untuk membangun motivasi dari anggota organisasi yang
juga merupakan pegawai ASN. Menurut Gunawan et al. (2023) riset terkait kinerja
pegawai ASN perlu untuk dilakukan karena masih ditemukan terkait permasalahan
etos kerja. Permasalahan tersebut ditunjukkan dengan kurangnya gairah ASN dalam
melakukan tugasnya dan melalaikan pekerjaan(AR et al., 2021). Kondisi ini dapat
mempengaruhi pelayanannya terhadap masyarakat(Suryany et al., 2019). Disisi lain,
organisasi seperti instansi pemerintahan dituntut untuk meningkatkan kinerja
pegawainya agar tetap bergairah. Oleh sebab itu, gaya kepemimpinan menjadi
salah satu langkah untuk menghasilkan umpan balik yang diharapkan dari tujuan
organisasi.
Beberapa akademisi menilai
kepemimpinan merupakan suatu proses yang berhubungan dengan strategi seseorang
dengan kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain agar dapat mencapai tujuan
bersama (Chen et al., 2022; Felix et al., 2016; Tan et al., 2015). Oleh sebab itu,
dibutuhkan tiga faktor utama agar seorang pemimpin mencapai keberhasilan dalam
mencapai tujuan organisasi. Ketiga faktor tersebut adalah karakter dan sikap
seorang pemimpin, proses pelaksanaan dalam mencapai tujuan, serta interaksi
antara pemimpin dengan anggota timnya (Nursalim et al., 2023). Salah satu gaya
kepemimpinan yang dapat dijadikan sebagai agent of change oleh
organisasi adalah kepemimpinan transformasional(Metz et al., 2019). Selain itu,
kepemimpinan transformasional memiliki tiga karakteristik yang dijelaskan oleh
Tichy dan Devanna (1986). Ketiga karakteristik
tersebut yaitu melakukan perumusan visi baru mengenai masa depan organisasi.
Selanjutnya, mengkomunikasikan visi baru dengan focus terhadap Sumber Daya
Manusia (SDM) dan memanfaatkan momentum khusus. Terakhir, melakukan
implementasi visi baru tersebut dengan membentuk tim yang efektif serta
melakukan reorganisasi. Kebutuhan akan reward, iklim organisasi yang menunjang
dan kepuasan kerja juga menjadi pendukung dalam mendorong tim yang efektif.
Di dalam instansi pemerintahan,
pegawai ASN tidak hanya dituntut untuk memiliki performa yang baik tetapi juga
dapat efektif dalam melakukan berbagai tugas. Oleh sebab itu, efektivitas
reward menjadi penting dalam mendukung kepemimpinan transformasional(M�kel� et al., 2022; Venketsamy & Lew, 2022). Reward dibutuhkan oleh
pegawai ASN untuk mendorong motivasi kerja mereka. Sehingga, mereka sebagai
pegawai juga merasa dihargai oleh atasan dan instansi. Terlebih, setiap pegawai
memiliki stress dan tekanan yang berbeda dalam pekerjaan. Untuk itu, reward
menjadi upaya organisasi menghargai hasil kinerja pegawai (Kamselem et al ., 2022). Menurut Gibson et al. (2006) dimensi reward berkenaan dengan unsur instrinsik dan
ekstrinsik. Pada unsur instrinsik, reward termasuk kedalam penghargaan yang
memiliki sifat finansial, promosi dan imbalan antar pribadi maupun rasa hormat.
Sedangkan untuk unsur ekstrinsik berkenaan dengan basic needs, keamanan,
kebutuhan sosial dan kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan. Oleh karena itu,
penting bagi seorang atasan dan organisasi memberikan penghargaan kepada
pegawai atas kinerjanya yang dapat mereka rasakan secara fisik. Untuk itu,
reward diberikan kepada pegawai dengan strategi, kebijakan dan proses yang
sesuai sebagai bukti kontribusi mereka terhadap pencapaiannya di organisasi maupn
institusi. Dengan kata lain, seorang pegawai ASN juga memiliki hak untuk
mendapatkan reward yang dapat diukur (tangible) dan tidak berwujud (intangible).
Selain reward, kepuasan kerja juga
menjadi hal yang penting di dalam organisasi. Untuk mencapai visi organisasi,
pegawai tidak dapat bekerja secara efektif apabila mereka tidak memiliki rasa
senang di dalam organisasi tersebut(Aman-Ullah et al., 2023). Hasil penelitian
Indrayani et al. (2023) menunjukkan bahwa
kepuasan kerja pegawai memiliki pengaruh terhadap kompetensi professional
mereka. Dengan kata lain, kinerja pegawai dapat meningkat melalui kepuasan
kerja yang mereka rasakan di dalam organisasinya(Tran & Tran, 2023). Indrasari (2017) menyampaikan bahwa
terdapat enam indicator yang berhubungan dengan kepuasan kerja yaitu kepuasan
terhadap pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap imbalan maupun gaji, kepuasan
terhadap kondisi dan suasana kerja, kepuasan terhadap penghargaan atas hasil
kerja, kepuasan terhadap sesame pegawai dan kepuasan terhadap pimpinan.
Menurut Purwanto ( 2021) reward juga diperlukan
oleh pegawai ASN sebagai upaya pemberian apresiasi terhadap individu dalam
bentuk material maupun ucapan berdasarkan prestasi tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya, umumnya unit analisis penelitian yang digunakan adalah pegawai
swasta. Sedangkan, institusi pemerintah seperti Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama Republik Indonesia (Ditjen Pendis) merupakan organisasi
yang terdiri dari pegawai ASN. Namun, pengukuran kualitas pelayanan sering kali
focus terhadap kepuasan pihak yang dilayani. Sehingga, kepuasan kerja seorang
pegawai melalui iklim organisasi terlupakan. Terlebih kebijakan penataan SDM
pegawai, pengembangan karir dan peningkatan kesejahteraan pegawai tersebut
dupengaruhi oleh peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi
Birokrasi (Kemen PAN-RB). Oleh sebab itu perlu dilakukan sinkronisasi dan
harmonisasi. Untuk itu, Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penguatan
kinerja ASN melalui kepemimpinan transformasional dan reward terhadap kepuasan
kerja.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner sebagai teknik pengumpulan
data. Kegiatan penelitian ini dilakukan sejak Oktober 2022 sampai dengan Juli
2023. Pendekatan kuantitatif dilakukan oleh peneliti sebagai proses untuk
mendapatkan data terkait uji hipotesis pada 202 pegawai ASN di Ditjen Pendis.
Sampel tersebut dipilih sesuai dengan teknik stratified random sampling melalui
rumus Cochran. Dalam Menyusun kuesioner, peneliti menggunakan Skala Likert (Fryer & Nakao, 2020). Oleh karena itu, penggunaan Skala Likert mulai dari
angka 1-5 dengan kategori Sangat Setuju (SS) sampai dengan Sangat Tidak Setuju
(STS). Validasi dari butir instrument dilakukan menggunakan korelasi Pearson
Product Moment. Sedangkan untuk uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha
Cronbach (𝛼). Dimana kriteria
minimal realibilitas memiliki koedisien 𝛼 > 0.60 maka instrument tersebut
dikatakan �reliabel
dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada tahap analisis data,
peneliti melakukan uji hipotesis dengan menggunakan path analysis dan
analisis Scientific Identification Theory to Conduct Operation Research in
Education Management (SITOREM). Sehingga, teknik analisis ini dilakukan
untuk mengkaji empat hipotesis sebagai berikut:
H1: terdapat pengaruh
langsung Kepemimpinan Transformasional (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y),
sehingga penguatan Kepemimpinan Transformasional (X1) dapat meningkatkan
efektivitas Kepuasan Kerja (Y).
H0: Tidak terdapat
pengaruh langsung Kepemimpinan Transformasional (X1) terhadap Kepuasan Kerja
(Y), sehingga penguatan Kepemimpinan Transformasional (X1) dapat meningkatkan
efektivitas Kepuasan Kerja (Y).
H1: terdapat pengaruh
langsung Reward (X2) terhadap Kepuasan Kerja (Y), sehingga peningkatan
efektivitas Reward (X2) dapat meningkatkan efektivitas Kepuasan Kerja (Y).
H0: Tidak terdapat
pengaruh langsung Reward (X2) terhadap Kepuasan Kerja (Y), sehingga peningkatan
efektivitas Reward (X2) dapat meningkatkan efektivitas Kepuasan Kerja (Y).
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas instrument yang dilakukan oleh peneliti,
umumnya butir instrument dinyatakan valid dan reliabel. Berikut ini hasil
rekapitulasi perhitungan uji validitas dan reliabilitas instrument:
Tabel 1
Rekapitulasi
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
No |
Variabel |
Jumlah Butir Instrumen |
Reliabilitas |
|||
Hasil Analisis Uji Coba |
Jumlah Butir Digunakan |
|||||
Valid |
Tidak Valid |
Jumlah |
||||
1 |
Kepemimpinan
Transformasional |
43 |
2 |
45 |
43 |
0.964 |
2 |
Efektivitas Reward |
43 |
2 |
45 |
43 |
0.961 |
3 |
Kepuasan Kerja |
43 |
2 |
45 |
43 |
0.973 |
���� Sumber:
Hasil penelitian (2023)
Tabel 1
menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut memiliki hasil perhitungan uji
reliabilitas instrument > 0.60. Sehingga, dapat dikatakan instrument
tersebut reliabel dan dapat digunakan
sebagai alat pengumpul data.
Gambar 1
Bagan Outer Model Tahap
Akhir Varibel Kepemimpinan Transformasional
Sumber: Hasil
penelitian (2023)
Gambar 2
Bagan Outer Model Tahap Akhir Variabel
Efektivitas Rewards
Sumber: Hasil penelitian (2023)
Berdasarkan
Gambar 1. dan Gambar 2. menunjukkan bahwa seluruh butir menunjukkan nilai r-value
di bawah 0.05 dan t-statistics di atas 1.96. Selain itu, hasil uji Outer
VIF seluruh butir menunjukkan nilai di bawah 5. Dengan begitu, dapat
disimpulkan bahwa indikator-indikator
variabel kepemimpinan transformasional dan efektivitas reward telah memenuhi
standar kevalidan dan tidak terjadi masalah multikolinieritas. Kondisi ini juga
terjadi pada variabel kepuasan kerja. (Lihat Gambar 3.)
Gambar
3
Bagan Outer
Model Tahap Akhir Variabel Kepuasan Kerja
Sumber: Hasil penelitian
(2023)
Tabel 2
Hasil Uji Rekapitulasi Path
Coefficient, T-Statistic, Dan r-Value
No |
Jalur
Korelasi |
Path
Coefficient |
t-Statistic |
r-value |
1 |
Kepemimpinan Transformasional
-> Kepuasan Kerja |
0.465 |
6.694 |
0.000 |
2 |
Efektivitas Reward ->
Kepuasan Kerja |
0.453 |
6.763 |
0.000 |
�Sumber: Hasil penelitian (2023)
Tabel 2
menunjukkan bahwa t-Statistic efektivitas reward terhadap iklim organisasi
tidak signifikan karena hasilnya < 1.96. Kondisi ini menunjukkan hasil uji
hipotesis sebagai berikut: Terdapat
pengaruh langsung positif Kepemimpinan Transformasional (X1) terhadap Kepuasan
Kerja (Y), artinya: H0=ditolak:H1=diterima Terdapat pengaruh langsung positif
Efektivitas Reward (X2) terhadap Kepuasan Kerja (Y), artinya:
H0=ditolak:H1=diterima.
Gambar 3
Bagan Model Substruktural-1 Kepuasan Kerja
Sumber: Hasil penelitian (2023)
Berdasarkan Gambar 1. menunjukkan bahwa konstruk
variabel kepemimpinan transformasional dapat menjelaskan sebesar 72.7% varians
dari konstruk kepuasan kerja. Dengan kata lain, pengaruh kepemimpinan
transformasional terhadap kepuasan kerja berada dalam kategori kuat karena diatas range 0.6.
Oleh sebab itu, hasil uji hipotesis tersebut menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh langsung yang kuat dari variabel independen kepemimpinan
transformasional terhadap kepuasan kerja.
Gambar 2
Bagan Model Substruktural-2 Kepuasan Kerja
Sumber: Hasil penelitian (2023)
Data pada
Gambar 2. Menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan sebesar 0.725 dan
menunjukkan pengaruh
efektivitas reward terhadap kepuasan kerja berada dalam kategori kuat karena
berada pada range 0.6.
Berdasarkan hasil temuan penelitian, �menunjukkan bahwa
reward menjadi motivasi terbesar seorang individu dalam berperilaku. Berbeda
dengan penelitian Alagarsamy et al. (2023) bahwa jepuasan kerja pegawa berhubungan dengan
keterlibatan pegawai di tempat kerja. Namun, riset ini menunjukkan bahwa efektivitas reward berpengaruh langsung terhadap
kepuasan kerja. Di dalam penelitian ini, efektivitas reward diukur dengan
indikator 1) dampak financial, 2) kesesuaian dengan tempat lain yang setara, 3)
dampak terhadap keinginan tetap bertahan (stay), 4) pandangan pegawai sebagai
pemangku kepentingan, dan 5) dampak terhadap pelaksanaan tugas. indikator yang
memberikan kontribusi besar terhadap variabel Efektivitas Reward adalah
indikator dampak terhadap pelaksanaan tugas dengan nilai path coefficient
0.275, diikuti oleh indikator (2) dampak terhadap kebutuhan finansial pegawai dengan
nilai path coefficient 0.255, (3) kesetaraan dengan tempat tugas lain dengan
nilai path coefficient 0.252, (4) pandangan pegawai dengan nilai path
coefficient 0.201, dan (5) dampak terhadap keinginan bertahan (stay) dengan
nilai path coefficient 0.132. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan dampak
terhadap pelaksanaan tugas menjadi indikator paling besar dalam mengukur
efektivitas reward. Selanjutnya, faktor dampak terhadap kebutuhan finansial
pegawai menjadi faktor kedua, kesetaraan dengan tempat tugas lain menjadi
faktor ketiga, pandangan pegawai sebagai faktor pendorong keempat dan terakhir
dampak terhadap keinginan bertahan (stay) sebagai faktor pendorong kelima.
Hasil ini menunjukkan bahwa reward dianggap efektif oleh pegawai bilamana
reward yang diberikan organisasi mampu memenuhi setidaknya terhadap kelancaran
pelaksanaan tugas dan pemenuhan kebutuhan finansial pegawai.
Sedangkan
indikator
yang memberikan kontribusi besar terhadap variabel kepemimpinan
transformasional adalah indikator intellectual stimulation dengan nilai path
coefficient 0.351, diikuti oleh indikator (2) individual consideration dengan
nilai path coefficient 0.269, (3) idealized influenced dengan nilai path
coefficient 0.257, dan (4) inspirational motivation dengan nilai path
coefficient 0.244. Intellectual stimulation menjadi indikator paling besar
dalam membentuk kepemimpinan transformasional. Selanjutnya, faktor individual
consideration menjadi faktor kedua, idealized influenced menjadi faktor ketiga,
dan terakhir inspirational motivation sebagai faktor pendorong keempat.
Hasil penelitian ini juga mendukung
Weller et al. (2020) yang menunjukkan bahwa peran seorang pemimpin penting untuk mencapai tujuan organisasi. Kondisi
ini didasari oleh pengaruh positif langsung kepemimpinan transformasional
terhadap kepuasan kerja pegawai. Walaupun hasil indicator menunjukkan bahwa inspirational
motivation mendapatkan nilai terendah. Hal ini menunjukkan bahwa selain
ketiga faktor kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Nursalim et al. (2023),
terdapat dimensi inspirational motivation seperti memberikan ide,
dukungan dan bantuan yang memotivasi bawahannya. Sehingga, seorang pemimpin
tidak hanya sebatas melakukan interaksi dan menunjukkan sikapnya melalui
kekuasaan yang dimiliki. Namun, dapat sejalan dengan studi Metz et al. (2019)
yang menjadikan gaya kepemimpinan transformasional ini sebagai agent of
change. Selain itu, berdasarkan hasil penghitungan indicator tersebut,
karakteristik kepemimpinan transformasional Tichy dan Devanna (1986) yaitu
perumusan visi baru mengenai masa depan organisasi tidak terlepas dari
indicator intellectual stimulation. Seorang pemimpin harus memberikan
tantangan untuk menggerakan daya pikir mereka. Oleh sebab itu, hasil nilai
indicator tersebut lebih besar dibandingan indicator lainnya.
Disisi
lain, penelitian ini mendukung studi Purwanto (2021) bahwa untuk membuat pegawai memiliki keinginan bertahan dibutuhkan
reward yang disesuaikan dengan kinerjanya. Oleh sebab itu, reward menjadi
faktor penting dalam meningkatkan kepuasan kerja dan kompetensi professional
pegawai.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel
kepuasan kerja mampu memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional maupun
efektivitas reward. Selain itu, penelitian ini pada
institusi pemerintahan dalam merumuskan kebijakan pembinaan pegawai ASN sebagai
bagian dari Sumber Daya Manusia. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada
lokus penelitian dan jumlah sampel. Penelitian di masa yang akan datang
diharapkan dapat meningkatkan jumlah sampel dan lokus untuk emningkatkan dampak
yang lebih luas. Disamping itu, untuk meningkatkan kepuasan kerja pegawai
Ditjen Pendis diharapkan pimpinan bersedia untuk melakukan evaluasi efektivitas
reward yang diberlakukan pada saat ini. Selain itu mempertimbangkan
untuk memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan bagi pegawai dengan masa
kerja tertentu dengan pembiayaan oleh organisasi melalui beasiswa.
Al Zefeiti, S. M. B., & Mohamad, N. A. (2015). Methodological
considerations in studying transformational leadership and its outcomes. International
Journal of Engineering Business Management, 7(1), 1�11. https://doi.org/10.5772/60429.
Alagarsamy, S., Mehrolia, S., & Aranha, R. H.
(2023). The Mediating Effect of Employee Engagement: How Employee Psychological
Empowerment Impacts the Employee Satisfaction? A Study of Maldivian Tourism
Sector. Global Business Review, 24(4), 768�786. https://doi.org/10.1177/0972150920915315.
Aman-Ullah, A., Aziz, A., Ibrahim, H., Mehmood, W.,
& Aman-Ullah, A. (2023). The role of compensation in shaping employee�s
behaviour: a mediation study through job satisfaction during the Covid-19
pandemic. Revista de Gestao, 30(2), 221�236. https://doi.org/10.1108/REGE-04-2021-0068.
AR, A. A., Mustanir, A., Syarifuddin, H., Jabbar,
A., Saifullah, Sellang, K., Razak, M. R. R., Ibrahim, M., Ali, A., & Irwan.
(2021). Implementasi Kebijakan Pemerintah Terhadap Disiplin Aparatur Sipil
Negara Pada Kantor Kelurahan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal
Sosial Politika, 2(1), 65�73. https://doi.org/10.55678/prj.v8i1.201.
Chen, D., Ning, B., & Bos, W. (2022). Relationship
between Principal Leadership Style and Student Achievement: A Comparative Study
between Germany and China. SAGE Open, 12(2). https://doi.org/10.1177/21582440221094601.
Felix, C. O., Ahmad, A. H. B., & Arshad, R. B. (2016). Examining
Ethical Reasoning and Transformational Leadership Style in Nigeria Public
Sector. SAGE Open, 6(2). https://doi.org/10.1177/2158244016635256.
Fryer, L. K., & Nakao, K. (2020). The future of
survey self-report: An experiment contrasting likert, VAS, slide, and swipe
touch interfaces. Frontline Learning Research, 8(3), 10�25. https://doi.org/10.14786/flr.v8i3.501
Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., Donnely Jr., J. H., & Konopaske, R.
(2006). Organizations: Behavior Structure Processes. McGraw Hill.
Goh, A. M. J., Ang, S. Y., & Della, P. R. (2018). Leadership style of
nurse managers as perceived by registered nurses: A cross-sectional survey. Proceedings
of Singapore Healthcare, 27(3), 205�210. https://doi.org/10.1177/2010105817751742.
Gunawan, A., Syarif, A., & Khobir, K. (2023). Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Dan Etos Kerja Terhadap Kinerja ASN Pada Dinas Kearsipan Provinsi
Sumatera Selatan. Jurnal Administrasi Dan Manajemen, 13(3),
200�208.
Indrasari, M. (2017). Kepuasan kerja dan kinerja karyawan.
Indomedia Pustaka.
Indrayani, I., Nurhatisyah, N., Damsar, D., & Wibisono, C. (2023). How
does millennial employee job satisfaction affect performance? Higher
Education, Skills and Work-Based Learning. https://doi.org/10.1108/HESWBL-01-2023-0004.
Kamselem, K. M., Nuhu, M. S., Lawal, K. A. A., Liman, A. M., &
Abdullahi, M. S. (2022). Testing the nexus between reward system, job condition
and employee retention through intervening role of employee engagement among
nursing staff. Arab Gulf Journal of Scientific Research, 40(1),
34�53. https://doi.org/10.1108/AGJSR-05-2022-0061.
M�kel�, L., Suutari, V., Rajala, A., & Brewster, C. (2022). Job
exhaustion among assigned and self-initiated expatriates � the role of effort
and reward. Journal of Global Mobility, 10(4), 456�475. https://doi.org/10.1108/JGM-06-2022-0028.
Metz, S., Piro, J. S., Nitowski, H., & Cosentino, P. (2019).
Transformational Leadership: Perceptions of Building-Level Leaders. Journal
of School Leadership, 29(5), 389�408. https://doi.org/10.1177/1052684619858843.
Nathues, E., van Vuuren, M., & Cooren, F. (2021). Speaking about
vision, talking in the name of so much more: A methodological framework for
ventriloquial analyses in organization studies. Organization Studies, 42(9),
1457�1476. https://doi.org/10.1177/0170840620934063.
Nursalim, M. F., Pratiwi, A., Farasi, S. N., & Ansori, M. I. (2023).
Kepemimpinan Pendekatan Sifat Dalam Organisasi. Journal of Management and
Social Sciences (JMSC), 1(3), 86�108.
Pradhan, S., & Jena, L. K. (2019). Does Meaningful Work Explains the
Relationship Between Transformational Leadership and Innovative Work Behaviour?
Vikalpa, 44(1), 30�40. https://doi.org/10.1177/0256090919832434.
Purwanto, P. (2021). Reward dan Punishment sebagai Alternatif Mengatasi
Perpindahan Aktivitas Pemerintahan di Ibukota Baru. MUKADIMAH: Jurnal
Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial, 5(1), 21�26. https://doi.org/10.30743/mkd.v5i1.3407.
Rehmani, M., Farheen, N., khokhar, M., Iftikhar, U., Anwer, N., &
Irshad, H. (2022). How Does Transformational Leadership Stimulate Employee
Innovative Behavior? A Moderated Mediation Analysis. SSRN Electronic Journal,
September, 1�14. https://doi.org/10.2139/ssrn.4068002.
Suryany, E., Kossasy, S. O., Monia, F. A., & Gulo, J. Y. D. (2019).
Pegaruh kemampuan kerja terhadap kinerja aparatur sipil negara (ASN) di kantor
camat Padang Selatan Kota Padang. Jurnal Public Administration, Business and
Rural Development Planning, 1(2), 65�82..
Tan, M., Hee, T. F., & Piaw, C. Y. (2015). A qualitative analysis of
the leadership style of a vice-chancellor in a private University in Malaysia. SAGE
Open, 5(1). https://doi.org/10.1177/2158244015577665.
Tichy, N., & Devanna, M. (1986). The Transformational Leader.
Wiley.
Tran, D. B., & Tran, H. T. M. (2023). Partner�s generalized locus of
control and domains of job satisfaction: evidence from Australia. Journal of
Asian Business and Economic Studies. https://doi.org/10.1108/JABES-06-2022-0152.
Venketsamy, A., & Lew, C. (2022). Intrinsic and extrinsic reward
synergies for innovative work behavior among South African knowledge workers. Personnel
Review. https://doi.org/10.1108/PR-02-2021-0108
Weller, I., S��, J., Evanschitzky, H., & von Wangenheim, F. (2020).
Transformational Leadership, High-Performance Work System Consensus, and
Customer Satisfaction. Journal of Management, 46(8), 1469�1497. https://doi.org/10.1177/0149206318817605
Yasir, M., Imran, R., Irshad, M. K., Mohamad, N. A., & Khan, M. M.
(2016). Leadership Styles in Relation to Employees� Trust and Organizational
Change Capacity: Evidence From Non-Profit Organizations. SAGE Open, 6(4).
https://doi.org/10.1177/2158244016675396
Yasuhara, H., & Kita, S. (2011). Stream/Bounce Phenomenon in Audition:
Change in the Perceptual Organization by an Abrupt Event in Vision and
Audition. I-Perception, 2(8), 835�835.
https://doi.org/10.1068/ic835
Copyright holder: Sidik Sisdiyanto (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |