Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
11, November 2023
ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PENGENDALIAN GLUKOSA DARAH PADA PASIEN COVID-19 DENGAN KOMORBIDITAS
DIABETES MELITUS TIPE 2�
Yoppy
Mayrosa1, Hesty Utami Ramadaniati2, Dian
Ratih Laksmitawati3, Ivans Panduwiguna4
1,2,3Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila
4Rumah sakit umum daerah Jati padang Jakarta
Email: [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh drug related problems (DRPs) terhadap kontrol glikemik pada pasien
COVID-19 dengan komorbid diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini merupakan
penelitian cross-sectional dengan menggunakan data retrospektif yang diperoleh
dari data sekunder dari rekam medis pasien Covid-19 dengan diabetes melitus
tipe 2. Lokasi penelitian berada di RSUD Jati Padang. Sampel terdiri dari 76
rekam medis dengan metode total sampling. Data yang dikumpulkan menggunakan
PCNE V9.00 Kemudian diuji menggunakan uji Wilcoxon membandingkan GDS awal masuk
Rumah Sakit dengan GDS akhir kepulangan Pasien, uji Chisquare menghubungkan
perubahan GDS dengan Outcome klinis pasien serta uji Spearmen menghubungkan
perubahan GDS dengan DRPs, Karakteristik pasien Covid-19 dengan diabetes
melitus dominan usia 46-55 tahun (30,3%), dominan jenis kelamin laki-laki
(51,3%), lama rawat 6-10 hari (64,5%), profil penggunaan obat yang sering
digunakan antivirus, antibiotik, vitamin dan suplemen, Simptomatik dan
antidiabetika (100%). Komorbid paling banyak adalah hipertensi (60,4%),
kejadian DRPs (92,1%), GDS akhir paling banyak hiperglikemia (≥ 200
mg/dL) (65,8%). 58 pasien pulang dengan sampel negatif (76,3%). Hasil uji
Wilcoxon pada glukosa darah ada perbedaan glukosa darah sewaktu awal dan akhir.
Hasil uji Chisquare antara perubahan Glukosa darah dengan Outcome klinis pasien
(p> 0,05) menunjukan bahwa tidak berhubungan significant antara perubahan
kadar glukosa darah dengan Outcome klinis pasien Pulang. Hasil uji korelasi
Spearmen (p>0,05) menunjukkan tidak berhubungan yang bermakna antara DRPs
dengan perubahan glukosa darah pasien. Korelasi antara kejadian DRPS dengan
glukosa darah (0,169) menunjukkan hubungan yang lemah. Dapat disimpulkan bahwa
DRPs tidak terlalu mempengaruhi perubahan glukosa darah pada pasien di RSUD
Jati Padang.
Kata Kunci: Covid-19, Diabetes melitus, glukosa
darah, DRPs.
Abstract
This study aims to anayze the effect of drug
related problems (DRPs) on glycemic control in COVID-19 patients with comorbid
diabetes mellitus type 2. This research is a cross-sectiona
study using retrospective data obtained from secondary data from the medica
records of Covid-19 patients. with type 2 diabetes mellitus. The research
location was at Jati Padang Hospita. The sample
consisted of 76 medica records with total sampling method. Data collected using
PCNE V9.00 were then tested using the Wilcoxon test comparing initia GDS in hospita with GDS at
the end of patient discharge, the Chisquare test
which correlated changes in GDS with patient clinica
outcomes and the Spearman test which linked changes in GDS with DRPs,
characteristics of Covid-19 patients with diabetes mellitus predominant age
46-55 years (30.3%), predominant sex mae (51.3%),
length of stay 6-10 days (64.5%), profile of drug use that is often used antivira, antibiotics, vitamins and supplements,
symptomatic and antidiabetic (100%). The most common comorbidities were
hypertension (60.4%), the incidence of DRPs (92.1%), the most common fina GDS was hyperglycemia (≥ 200 mg/dL) (65.8%). 58
patients were discharged with a negative sample (76.3%). The results of the
Wilcoxon test on blood glucose showed differences in blood glucose at the
beginning and at the end. The results of the Chi-square test between changes in
blood glucose and the patient's clinica outcome
(p>0.05) showed that there was no significant relationship between changes
in blood glucose levels and the patient's clinica
outcome. Spearmen's correlation test results (p>0.05) showed a significant
relationship between DRPs and changes in patient's blood glucose. The
correlation between the incidence of DRPS and blood glucose (0.169) shows a
weak relationship. It can be interpreted that DRPs do not realy
affect changes in blood glucose in patients at Jati Padang Hospital.
Keywords: Covid-19, Diabetes melitus, blood sugar, DRPs.
Pendahuluan
Covid-19 adalah ancaman
global, penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa terkecuali. Penyebab Covid-19
adalah virus bernama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2). Infeksi virus SARS-CoV-2 dalam tubuh manusia dapat menyebabkan
peradangan saluran pernapasan bagian bawah dan berkembang menjadi sindrom
pernapasan akut yang parah, kegagalan banyak organ, dan bahkan kematian (Rani Himayani et al., 2021). Penyakit ini bisa lebih
berbahaya jika menyerang orang lanjut usia dan mereka yang memiliki penyakit
penyerta. Beberapa kondisi genetik yang dapat meningkatkan faktor risiko Covid-19
antara lain hipertensi, diabetes, penyakit jantung, asma, kanker, dan gagal
ginjal (Iskandar,
Riant, Multamia, Keri Lestari, & Ernawati, 2021).
Perjuangan melawan pandemi Covid-19
belum berakhir. Hingga akhir April 2021, Covid-19 telah menginfeksi setidaknya
1,69 juta orang di Indonesia. Meski begitu, patut optimis mengingat infeksi
harian mulai menurun mulai Maret 2021. Tren yang sangat positif ini dipengaruhi
oleh keputusan pemerintah untuk menerapkan kebijakan PPKM mikro (Pelaksanaan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di level terendah.
Penyebaran Covid -19 sangat
cepat di Indonesia dengan 1.528 kasus terkonfirmasi dan 136 kematian menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per 31 Januari 2021 (Susilo
et al., 2020). Per 15 September 2021,
jumlah total kasus Covid -19 yang dikonfirmasi di seluruh dunia adalah
225.680.357 dengan 4.644.740 kematian (tingkat kematian 2,1%) di 204 negara
yang terkena dan 151 negara dengan transmisi komunitas. Per tanggal 15
September 2021, Pemerintah Republik Indonesia telah melaporkan 4.178.164 kasus
konfirmasi Covid -19 dan telah terjadi 139.682 kematian (CFR:3,3%) terkait Covid
-19 dilaporkan dan 3.953.519 pasien sembuh. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan upaya melawan Covid
-19 di Indonesia, mengacu pada pedoman sementara WHO tentang novel coronavirus.
Berdasarkan data yang dihimpun Gugus Tugas Covid -19 per 28 Desember 2021, dari total kasus konfirmasi Covid -19, tercatat 5.990 pasien memiliki penyakit penyerta. Persentase tertinggi meliputi hipertensi sebesar 49,9%, diikuti oleh
diabetes sebesar 6,9% dan penyakit
jantung sebesar 16,8%. Sedangkan dari 5.990 kasus pasien yang meninggal dunia, 9,4% menderita
diabetes, 9,1% menderita hipertensi,
4,8% menderita penyakit jantung. Di mana pasien diabetes menempati urutan pertama dengan kematian akibat Covid 19.
Diabetes melitus (DM) merupakan faktor risiko peningkatan keparahan infeksi Covid -19. Pasien
yang lebih tua dengan diabetes (>60 tahun), glukosa darah yang tidak terkontrol, dan adanya komplikasi diabetes dikaitkan dengan prognosis Covid -19 yang buruk. Di Cina, tingkat kematian akibat diabetes yang didiagnosis dengan Covid -19 adalah
7,3%. Di Itaia, 36% kematian pasien
Covid -19 terkait dengan diabetes. Sebuah laporan dari Departemen Kesehatan
Filipina (DOH) menemukan bahwa
diabetes dan hipertensi adalah
penyakit penyerta yang
paling umum menyebabkan kematian pasien Covid -19 di Filipina.
Penderita diabetes sangat rentan terhadap infeksi akibat hiperglikemia, gangguan fungsi imun, komplikasi vaskular dan penyakit penyerta seperti hipertensi, dislipidemia, dan penyakit kardiovaskular (Jannah, 2019). Tingkat keparahan dan kematian Covid-19 secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan diabetes dibandingkan mereka yang tidak menderita diabetes. Karena fungsi kekebalan tubuh yang terganggu, penderita diabetes menjadi salah satu faktor yang memudahkan merebaknya Covid-19 di masa pandemi ini. Akibatnya, penderita diabetes bisa menjadi masalah serius selama pandemi
Covid -19 (Roeroe, Sedli, & Umboh,
2021).
Di sisi lain, Covid -19 memperburuk
kontrol glikemik pada pasien diabetes, kemungkinan karena kerusakan sel b yang diinduksi virus secara langsung, peningkatan resistensi insulin melalui sitokin, dan fetuin A serta hipokalemia. Selain itu, obat yang digunakan dalam pengobatan Covid -19 seperti kortikosteroid
dan lopinavir/ritonavir juga dapat menyebabkan disglikemia (Pal & Bhadada, 2020).
Terjadinya berbagai komplikasi
yang telah dijelaskan di atas memaksa penderita
diabetes untuk mengonsumsi obat selain obat
antidiabetes yang dapat meningkatkan jumlah resep dan berpotensi menyebabkan DRPs (Jamal, Amin, Jamal, &
Saeed, 2015). Menurut pedoman pengobatan Covid -19 Metformin tidak dianjurkan pada pasien dengan gejala berat/kritis, gangguan saluran cerna, atau hipoksia. Dapat dilanjutkan secara rawat jalan jika
tidak ada keluhan pada pasien dengan Covid -19.
Terdapat beberapa penelitian
tentang hubungan antara interaksi obat dengan glukosa
darah, khususnya hasil penelitian yang dilakukan di Jogjakarta menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara interaksi obat dengan kadar glukosa
darah (Anggraini, 2015). Sedangkan hasil
penelitian yang dilakukan
di Jakarta menunjukkan adanya
pengaruh interaksi obat yang signifikan terhadap hasil pengobatan pasien diabetes tipe 2 (Safitri, 2017).
Sebuah studi dilakukan
pada DRPs pada pasien dengan
T2D, yaitu ada hubungan yang signifikan antara penggunaan obat ganda dan interaksi obat DRPs, usia DRPs, masalah pemilihan obat, dan komplikasi penyakit dengan DRPs. Dosis obat DRPs, pemilihan obat, dan interaksi obat (Zaman Huri & Fun Wee,
2013). Sebuah studi yang dilakukan di Jakarta tentang evaluasi DRPs pada pasien dengan T2D menunjukkan bahwa 3 pasien (10,71%) memerlukan pengobatan tambahan, 2 pasien (7,14%) menerima obat yang salah, dan 14 pasien (50%) berpotensi terjadi interaksi obat (Sari, 2015).
Hasil penelitian antara drug-related problems dan rawat
inap pada pasien diabetes tipe 2 yang dilakukan di
Yogyakarta menunjukkan bahwa
DRPs pada pasien diabetes tipe
2 yang dirawat di rumah sakit sebesar 80,56% (Surya, 2020). Hasil penelitian yang dilakukan di kota Malang terhadap DRPs pasien tuberkulosis dengan diabetes menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kejadian DRPs dengan hasil pengobatan pasien (p vaue < 0,05) (15).
Hasil penelusuran di RS X Tangerang Selatan menunjukkan 57,7% menemukan kemungkinan interaksi obat (Saibi, Hasan, &
Shaqila, 2018).
Layanan pengobatan pasien
Covid -19 memerlukan persiapan khusus oleh rumah sakit. RSUD Jati Padang merupakan
rumah sakit daerah yang terakreditasi dan menjadi salah satu rumah sakit rujukan
Covid -19 sejak Maret 2021 yang berlokasi
di area Jakarta Selatan, Kecamatan Pasar Minggu. Berdasarkan data yang dihimpun Satgas Covid -19 DKI Jakarta di kawasan Pasar Minggu pada 27
Januari 2021, pasien terkonfirmasi
positif Covid -19 sebanyak 24.193 orang. RSUD
Jati Padang. Berdasarkan data yang diperoleh per 31 Desember 2021, jumlah pasien terkonfirmasi
positif Covid -19 sebanyak 2.300 orang.
Menimbang bahwa, berdasarkan
literatur, terlihat bahwa status klinis penyakit Covid -19 dan obat-obatan terapeutik berhubungan dengan status glikemik dan peningkatan keparahan Covid -19 dengan
diabetes yang menyertai, jika
pengobatan pasien Covid -19 harus
dipantau (Sun, Huang, & Zhou,
2021). Perlu dilakukan analisis DRPS untuk mengetahui pengaruh DRPs terhadap kontrol glukosa darah pasien
di RS Jati Padang.
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti ingin melakukan penelitian di RSUD Jati
Padang untuk melihat kemungkinan pengaruh DRPs terhadap perubahan KGD pada pengobatan pasien diabetes tipe 2 dengan Covid -19.
Dari latar belakang
di atas, DM merupakan penyakit penyerta dengan angka kematian
paling tinggi diantara penyakit penyerta lainnya pada pasien Covid -19. DM merupakan komorbid yang paling beresiko, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap terapi pengobatan Covid -19 dengan
komorbid Diabetes melitus
salah satu yaitu menemukan masalah terkait obat.
Masalah yang terjadi pada pasien RSUD Jati Padang terutama penderita DM berisiko terkena infeksi lebih tinggi karena
kehilangan daya untuk menahan infeksi
yang sedang terjadi, DM
juga salah satu faktor risiko Covid-19 Kerentanan terhadap infeksi dan kematian dan penyakit. Peningkatan keparahan Covid -19 dengan
diabetes berhubungan dengan
status gula darah pasien serta obat-obatan terapeutik yang digunakan sehingga perlu dilakukan pemantauan pengobatan pasien dan menemukan masalah terkait dengan DRPs.
Tingkat keparahan pasien Covid-19 dengan DM lebih tinggi sehingga
masih perlu dilakukan pengkajian terhadap masalah terkait dengan obat Covid-19 dengan pasien DM (Soelistijo et al., 2015). RSUD Jati Padang adalah salah satu Rumah Sakit rujukan di DKI
Jakarta. Analisis yang digunakan
yaitu analisis retrospektif agar dapat memberikan gambaran perbaikan untuk dimasa yang akan datang. Dan meningkatkan kualitas pengobatan pada pasien.
Tujuan umum Untuk
menganalisis drug related problems dan pengaruhnya terhadap pengendalian glukosa darah pada pasien Covid -19 dengan
komorbiditas DM tipe 2 di
RSUD Jati Padang Tahun 2021. Tujuan Khusus: a) Mengetahui profil sosiodemografi pasien Covid -19 dengan komorbiditas
DM tipe 2 di RSUD Jati Padang Tahun
2021. b) Mengetahui profil pengobatan pasien COVID-19 dengan komorbiditas DM tipe 2 di RSUD Jati Padang Tahun
2021.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan data retrospektif dengan desain cross sectional. Data yang digunakan dalam pada penelitian ini adalah data sekunder dari rekam medik pasien Covid-19 dengan komorbiditas DM tipe 2 yang dirawat inap di RSUD Jati Padang Tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian dan profil DRPs pasien dan korelasi DRPs terhadap pengendalian glukosa darah selama pengobatan.
Penelitian ini
merupakan studi kuantitatif yang bersifat observasional anaitik untuk
menyajikan hasil analisis terkait DRPs pada pasien Covid -19 dengan komorbid
diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang
(cross sectional). Data diambil secara retrospektif dari catatan rekam medis
pasien tahun 2021.
Penelitian ini
dilakukan di RSUD Jati Padang bagian Rekam medik selama 3 bulan pengamatan
yaitu di bulan Oktober � Desember 2022.
Populasi
penelitian ini ialah data rekam medik pasien yang terdiagnosa� Covid -19 dengan komorbid diabetes melitus
dalam kurun waktu tahun 2021. Jumlah Populasi berdasarkan hasil studi
pendahuluan sebanyak 102 sampel.
Kriteria Inklusi; 1) Pasien dewasa >17 tahun. 2) Pasien rawat inap yang
terdiagnosa Covid -19 dengan komorbid diabetes melitus� dengan atau tanpa penyakit penyerta dan atau
komplikasi berupa neuropati, nefropati, retinopati, penyakit jantung koroner,
stroke, hipertensi, gangguan hati, gangguan ginjal, penyakit paru dan infeksi. 3) Pasien dengan rekam medis
dan status pasien yang lengkap (informasi dasar yang diperlukan dalam
penelitian).
Kriteria
eksklusi; 1)
Meninggal. 2) Wanita hamil. Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
pasien yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian sehingga
jumlah sampel tersebut dipenuhi sebanyak 76 sampel. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah total sampling yaitu sampel yang dipilih adalah sampel
yang memenuhi kriteria inklusi yang diambil sebagai penelitian.
Data didapatkan
dari data sekunder berupa data rekam medis pasien yang di rawat Covid -19
dengan komorbid diabetes melitus. Data yang dikumpulkan antara lain demografik,
diagnosis, data klinis dan laboratorium selama perawatan, prosedur medis yang
diberikan, data penggunaan obat. Data yang diambil adalah sejak pasien masuk
dirawat dan terdiagnosa Covid -19 dengan komorbid diabetes melitus sampai
pasien pulang.
Analisis Data Statistik Deskriptif, Data demografi (usia, jenis kelamin,
Pendidikan, lama rawat, penyakit
penyerta selain diabetes melitus, outcome pasien, dianalisis secara deskriptif.
Analisis Data Statistik
Inferensia, Data glukosa darah pasien awal
dan akhir yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon. Data Glukosa
darah sewaktu akhir dan Outcome klinis pasien dianalisis dengan menggunakan uji Chisquare.� Data glukosa darah dan kejadian DRPs dianalisis dengan menggunakan uji spearman korelasi menggunakan program SPSS
(Statistica Package for the Sociall
Sciences) versi 25. Data yang dianalisis
secara statistik adalah Hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hasil dan Pembahasan
A. Karakteristik
Pasien
Demografi pasien
Covid-19 dengan Komorbid DM
dalam penelitian ini meliputi Jenis kelamin, usia, Pendidikan, lama rawat dan penyakit penyerta.
Tabel
1 Karakteristik Pasien
Covid 19 dengan Komorbid DM
Karakterstik |
|
n=76 |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin |
Laki |
39 |
51,3 |
|
Perempuan |
37 |
48,7 |
Usia Pasien |
26-35 tahun |
4 |
5,3 |
|
36-45 tahun |
16 |
21,1 |
|
46-55 tahun |
23 |
30,3 |
|
56-65 tahun |
21 |
27,6 |
|
> 65 tahun |
12 |
15,8 |
Pendidikan |
Tidak sekolah |
1 |
1,3 |
|
SD |
4 |
5,3 |
|
SMP |
5 |
6,6 |
|
SMA |
33 |
43,4 |
|
Diploma III |
13 |
17,1 |
|
Sarjana |
11 |
14,5 |
|
Tidak Tertera |
9 |
11,8 |
Lama Rawat |
< 5 hari |
8 |
10.5 |
|
6-10 hari |
49 |
64.5 |
|
>10 hari |
19 |
25.0 |
|
Hipertensi |
29 |
60,41 |
Penyakit penyerta |
Pneumonia |
5 |
10,41 |
|
Dyspepsia |
7 |
14,58 |
|
CAD |
2 |
4,17 |
|
Ulkus Peptikum |
1 |
2,08 |
|
AKL |
2 |
4,17 |
|
CHF |
2 |
4,17 |
B. Profil
Penggunaan Obat Pasien Covid-19 Dengan Komorbid Dm Tipe 2
Prevalensi penggunaan
obat dengan komorbid diabetes tipe 2 di RSUD
Jati Padang tahun 2021 diperoleh
dari 76 rekam medis pasien. Contoh
obat antivirus yang biasa digunakan dalam pengobatan Covid-19, seperti
Avigan, remdesivir, oseltamivir. Antibiotik untuk pasien seperti
levofloxacin, cefotaxime, ceftriaxone, azithromycin, golongan
vitamin seperti vitamin C, vitamin D, B6, vitamin
B12, golongan obat untuk mengurangi gejala seperti parasetamol, asitelsysteine, OBH,
attapulgit, dll.
Tabel
2 Profil Penggunaan Obat
Pada Pasien Covid-19 dengan
Komorbid DM Tipe 2
No |
Golongan obat |
Jumlah pemakaian obat |
Jumlah pasien |
Presentase (%) n=76 |
1 |
Antivirus |
76 |
76 |
100 |
2 |
Antibiotik |
98 |
76 |
100 |
3 |
Vitamin dan Suplemen |
163 |
76 |
100 |
4 |
Obat suportif |
18 |
18 |
23,68 |
5 |
Antikoaglukosan |
39 |
39 |
51,31 |
6 |
Kortikosteroid |
42 |
42 |
55,26 |
7 |
Obat simptomatik |
257 |
76 |
100 |
8 |
Obat antidiabetika |
115 |
76 |
100 |
Berdasarkan pada tabel
2 Pasien yang terdiagnosis
covid-19 dengan komorbid DM
tipe 2 menunjukan bahwa penggunaan obat yang paling sering digunakan yakni Antivirus, Antibiotik, Vitamin dan Suplemen,
Obat simptomatik, obat antidiabetika yakni 100 persen. Data lengkap profil obat terdapat
pada lampiran 5.
C. Kejadian Drps
Pada Pasien Covid-19 Dengan Komorbid Dm Tipe 2
DRPs yang di teliti
pada pasien ini berfokus pada covid-19 dan obat
DM dapatkan dari pasien Covid-19 dengan Komorbid DM di RSUD Jati Padang diambil
dari 76 Rekam medis pasien yang ditunjukan pada tabel 3.
Tabel 3 Masalah
DRPs pada pasien Covid-19 dengan
Komorbid DM di RSUD
Kode |
Masalah |
Jumlah |
% |
P1 |
Efektivitas pengobatan |
6 |
7,9 |
P1.3 |
Gejala atau indikasi yang tidak diobati |
6 |
7,9 |
P2 |
Keamanan pengobatan |
70 |
92,1 |
|
Kejadian obat yang merugikan (mungkin) terjadi |
70 |
92,1 |
C1 |
Pemilihan obat |
19 |
25 |
C1.1 |
Obat tidak sesuai dengan pedoman / formularium |
12 |
15,8 |
C1.3 |
Tidak ada indikasi untuk obat |
7 |
9,2 |
C3 |
Pemilihan dosis |
9 |
11,84 |
C3.1 |
Dosis obat terlalu
rendah |
5 |
6,6 |
C3.2 |
Dosis obat terlalu
tinggi |
4 |
5,3 |
C4 |
Durasi pengobatan |
2 |
2,63 |
C4.1 |
Durasi pengobatan terlalu
singkat |
0 |
0 |
C4.2 |
Durasi pengobatan terlalu lama |
2 |
2,63 |
Efektivitas pengobatan
beberapa masalah dapat mengurangi efektivitas pengobatan obat. Indikasi tidak diobati adalah
kondisi medis yang memerlukan penanganan obat yang sesuai tetapi tidak dapat
digunakan. Permasalahan
yang muncul pada kriteria
DRPS indikasi non obat adalah selama 3 hari berturut-turut hasil pemeriksaan glukosa darah pasien
> 200 mg/dl, namun pengobatan
tidak dimulai untuk memungkinkan penanganan segera terhadap kondisi pasien. pada hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 pasien (7,9%) memiliki gejala atau menunjukkan tidak ada pengobatan.
Potensi interaksi
obat diperiksa menggunakan alat Medscape. Potensi interaksi obat adalah kemungkinan
bahwa aksi suatu obat diubah
atau dipengaruhi oleh obat lain yang diminum secara bersamaan. Interaksi obat dapat menimbulkan efek samping obat
jika kemungkinan interaksi tersebut tidak diketahui sebelumnya, sehingga upaya optimalisasi tidak dapat dilakukan.
Tingkat keparahan
interaksi obat dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan,
yaitu: parah, sempit/signifikan dan kecil. Mayor/ Parah memiliki efek yang berpotensi mengancam jiwa atau menyebabkan kerusakan permanen. Sedang/signifikan dapat menyebabkan penurunan kondisi klinis pasien. Meskipun tingkat keparahan efek yang kecil atau tidak signifikan,
tidak diperlukan perawatan lebih lanjut.
Hasil penelitian
Pasien yang mengalami interaksi obat pada penelitian ini yaitu gejala atau
indikasi yang tidak diobati didapat 6 kasus (7,9%) , pasien
mengalami mual dan sesak tetapi tidak
diberikan obat mual,� obat yang diberikan kepada pasien adalah
becom Z, vasartan, metilprednisolon, amlodipin,
metformin. dapat dilihat
pada lampiran 6.
D. Glukosa Darah Pada Pasien
Covid-19 Dengan Komorbid Dm Tipe 2
Nilai rata-rata kadar glukosa darah
pada dengan Komorbid DM Tipe 2 di RSUD jati padang tahun 2021 yang diambil dari 76 rekam medik.
Tabel 4 kadar glukosa darah pasien
Covid dengan Komorbid DM Tipe 2 dengan uji Wilcoxon
|
N |
Minimum |
Maximum |
Rata-rata |
Sig |
|
|
|
|
|
|
Glukosa darah sewaktu Awal |
76 |
105 |
662 |
254,82 |
|
|
|
|
|
|
|
Glukosa darah sewaktu Akhir |
76 |
65 |
513 |
201,00 |
|
|
|
|
|
|
|
GDS Awal-Akhir |
|
|
|
��� 53,82 |
0,000 |
|
|
|
|
|
|
Berdasarkan Tabel 4 didapatkan
gambaran kadar glukosa darah sewaktu
pada pasien yang terdiagnosis
Covid-19 dengan komorbid
diabetes melitus tipe 2 di
Rumah Sakit Umum Daerah Jati Padang Tahun 2021 diperiksa glukosa darah sewaktu (GDS) dari awal masuk
dan glukosa darah sewaktu (GDS) keluar rumah sakit terjadi
penurunan kadar glukosa. Dengan rata rata penurunan glukosa darah 53,82 mg/dl. Pada pasien evaluasi GDS wajib dikerjakan karena pasien bisa
datang dengan kondisi hiperglikemia maupun hipoglikemia.
Gangguan koaglukosasi
dan inflamasi akut terjadi pada hampir semua kasus Covid-19 dengan DM. Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon menunjukkan nilai kadar glukosa
darah sewaktu awal dan kadar Glukosa darah sewaktu
akhir menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dengan nilai p-value yaitu 0,000
(p<0,05). Dari data p-value bahwa ada penurunan gula darah pasien di awal masuk RS setelah
keluar dari RS.
E. Outcome
Klinis Pada Pasien Covid-19 Dengan Komorbid Dm Tipe 2
Tabel 5 Kadar Glukosa
darah pasien Covid 19 dengan Komorbid DM tipe 2 GDS pada saat kadar glukosa darah
sewaktu akhir
No |
Kriteria Glukosa Darah |
Kriteria |
N=76 |
% |
|
Glukosa darah Sewaktu |
Hipoglikemia (<70 mg/dL) |
2 |
2,6% |
Normoglikemia (<200 mg/dL) |
24 |
31,6% |
||
Hiperglikemia (≥ 200 mg/dL) |
50 |
65,8% |
Berdasarkan hasil penelitian dari 76 sampel dengan kadar
glukosa darah sewaktu pasien didapatkan 50 pasien (65,8%) mengalami hiperglikemia
(≥ 200 mg/dL); Normoglikemia
(<200 mg/dL) 24 (31,6%) pasien; Hipoglikemia (<70 mg/dL) 2 (2,6%).
Gambar 1 Outcome Klinis
Pasien Covid 19 dengan Komorbid DM Tipe 2
Ditetapkan bahwa pasien dapat dipulangkan
jika dinyatakan lebih baik, jika
meninggal atau atas permintaan mereka dengan persetujuan
dokter. Pada penelitian ini, dari 76 pasien,
58 pasien (76,3%) pulang dengan hasil PCR negatif membaik, 28 pasien (23,68%) pulang dengan hasil PCR positif membaik. Positif Covid-19 yang persisten diamati pada pasien yang membaik setelah didiagnosis dengan Covid -19, tetapi hasil tes
RT-PCR tidak menjadi negatif, yaitu alat RT-PCR selau mendeteksi deteksi virus dari sampel pasien.
Beberapa teori menyatakan bahwa hasil positif yang persisten karena alat tersebut masih
mendeteksi komponen virus
yang tidak aktif.
Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pasien tanpa gejala
bahkan dapat menunjukkan hasil RT-PCR positif beberapa minggu setelah gejala hilang. menemukan bahwa pada pasien tanpa gejala,
RT PCR tetap positif hingga 12 minggu setelah gejala hilang karena sisa-sisa
virus itu sendiri. menemukan bahwa seseorang masih bisa mendapatkan hasil positif yang bertahan hingga 60 hari setelah menyelesaikan
pengobatan. Penelitian juga
menunjukkan bahwa meskipun hasil positif terus-menerus, viral load
yang terdeteksi secara bertahap menurun dari waktu ke
waktu.
Tabel 6 Uji
Spearman Korelasi Hubungan DRPs dengan derajat
kesakitan pada pasien Covid
19 dengan Komorbid DM tipe 2
Correlations |
||||
|
DRPs |
Derajat Covid |
||
Spearman's rho |
DRPs |
Correlation Coefficient |
1.000 |
-.231* |
Sig. (2-tailed) |
. |
.045 |
||
N |
76 |
76 |
||
Derajat Covid |
Correlation Coefficient |
-.231* |
1.000 |
|
Sig. (2-tailed) |
.045 |
. |
||
N |
76 |
76 |
||
*. Correlation is
significant at the 0.05 level (2-tailed). |
Dari tabel
6 menunjukan bahwa tingkat signifikasi hubungan DRPs obat dengan derajat kesakitan pasien diketahui nilai signifikasi atau sig.(2-tailed) sebesar 0,045, karena nilai sig. (2-tailed) 0,045 < 0,05 maka
berhubungan signifikan (berarti) antara DRPs obat dengan derajat
kesakitan pada pasien Covid
19 dengan komorbid DM tipe 2
Tingkat kekuatan (keeratan) hubungan DRPs obat dengan derajat kesakitan diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,231 artinya, tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel DRPs obat dengan derajat kesakitan adalah sebesar 0,231 atau korelasi lemah.
Arah (jenis)
hubungan variabel DRPs obat dengan derajat
kesakitan pasien angka koefisien korelasi pada hasil diatas, bernilai negative, yaitu 0,231, sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat berlawanan arah jenis hubungan
berlawanan.
Tabel 7 Uji
Spearman Korelasi Hubungan DRPs dengan
Jumlah Obat perpasien pada pasien Covid 19 dengan Komorbid DM tipe 2
Correlations |
||||
|
DRPs |
Jumlah Obat |
||
Spearman's rho |
DRPs |
Correlation
Coefficient |
1.000 |
-.195 |
Sig. (2-tailed) |
. |
.091 |
||
N |
76 |
76 |
||
Jumlah Obat |
Correlation
Coefficient |
-.195 |
1.000 |
|
Sig. (2-tailed) |
.091 |
. |
||
N |
76 |
76 |
Dari tabel 7 menunjukan bahwa tingkat signifikasi hubungan DRPs obat dengan jumlah obat perpasien diketahui nilai signifikasi atau sig.(2-tailed) sebesar 0,091, karena nilai sig.(2-tailed) 0,091 > 0,05 maka tidak berhubungan signifikan (berarti) antara DRPs obat dengan jumlah obat perpasien pada pasien Covid 19 dengan komorbid DM tipe 2 Tingkat kekuatan (keeratan) hubungan DRPs obat dengan derajat kesakitan diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,195 artinya, tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel DRPs obat dengan jumlah obat perpasien adalah sebesar 0,195 atau korelasi lemah.
Arah (jenis) hubungan variabel DRPs obat dengan jumlah obat perpasien angka koefisien korelasi pada hasil diatas, bernilai negative, yaitu 0,195, sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat berlawanan arah jenis hubungan berlawanan.
H. Hubungan
Drps Dengan Perubahan Kadar Glukosa Darah
Tabel
8 Uji Spearman Korelasi Hubungan
DRPs dengan kadar glukosa darah sewaktu
pada pasien Covid 19 dengan
Komorbid DM tipe 2
Correlations |
||||
|
Glukosa Darah |
DRPs |
||
Spearman's rho |
Glukosa Darah |
Correlation
Coefficient |
1.000 |
.169 |
Sig. (2-tailed) |
. |
.144 |
||
N |
76 |
76 |
||
DRPs |
Correlation Coefficient |
.169 |
1.000 |
|
Sig. (2-tailed) |
.144 |
. |
||
N |
76 |
76 |
Dari tabel 8 menunjukan bahwa tingkat signifikasi
hubungan DRPs obat dengan perubahan kadar glukosa darah
pasien diketahui nilai signifikasi atau sig.(2-tailed) sebesar
0,144, karena nilai
sig.(2-tailed) 0,144 > 0,05 maka tidak berhubungan signifikan (berarti) antara DRPs Obat dengan perubahan kadar glukosa darah sewaktu.
Tingkat kekuatan (keeratan)
hubungan DRPs obat dengan kadar glukosa
darah pasien diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,169 artinya, tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel DRPs obat dengan perubahan
kadar glukosa darah pasien adalah
sebesar 0,169 atau korelasi lemah.
Arah (jenis)
hubungan variabel DRPs obat dengan perubahan
kadar glukosa darah sewaktu pasien
angka koefisien korelasi pada hasil diatas, bernilai positif, yaitu 0,169, sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah jenis hubungan
searah. Namun, ada beberapa kasus
di mana temuan menunjukkan adanya hubungan dua arah antara DM dan Covid-19.
Diabetes tidak hanya dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan morbiditas dan mortalitas terkait Covid -19, tetapi Covid -19 juga dianggap memperburuk diabetes atau menyebabkan hiperglikemia
diabetes baru.
Penelitian Singh membagi
entitas ini menjadi beberapa kelompok, yaitu, hiperglikemia yang diinduksi stres, diabetes onset baru, hiperglikemia akibat dampak langsung Covid -19 pada pankreas, dan pengembangan
diabetes sekunder atau hiperglikemia yang diinduksi obat (terutama penggunaan kortikosteroid). Seperti disebutkan sebelumnya, SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor angiotene. Gula darah dan keparahan Covid -19 pada pasien
diabetes, sinusoidal-converting enzyme-2 (ACE-2) diekspresikan
dalam berbagai organ metabolisme, seperti sel beta pankreas, sel lemak, usus halus, dan ginjal.
Pengikatan ini dianggap mengubah metabolisme glukosa pada tingkat genetik, sehingga memperburuk diabetes melitus yang ada atau menimbulkan mekanisme diabetes melitus baru. Tidak dikenal. Studi dengan lebih banyak
pasien diperlukan untuk menentukan hubungan dua arah antara diabetes dan Covid -19.
Kesimpulan
Dari
penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria pasien covid 19 dengan DM dari segi
jenis kelamin lebih dominan laki-laki 39 pasien (51,3%), dari segi usia lebih
dominan usia 46-55 tahun 23 pasien (30,3%), Pendidikan SMA 33 pasien (43,4%),
Lama rawat inap 6-10 hari yakni 49 pasien (64,5%). Profil penggunaan obat pada
pasien Covid-19 dengan DM penggunaan Antivirus, Antibiotik Vitamin,
Antidiabetika, Simptomatik yakni 100 %.�
Riwayat
penyakit penyerta mayoritas Hipertensi yaitu 29 pasien (60,41%). Kejadian DRPs
yang sering terjadi yakni 70 kejadian (92,1%). Outcome Kadar glukosa darah
pasien yakni 50 pasien Hiperglikemia (≥ 200 mg/dL) (65,8%), Outcome
pasien pulang PCR Negatif sebanyak 58 pasien (76,3%). Adanya
perbedaan signifikan antara glukosa darah pasien awal masuk rumah sakit dengan
glukosa darah akhir pasien
Tidak
berhubungan signifikan antara perubahan glukosa darah pasien sewaktu awal dan
akhir dengan outcome klinis pada pasien. Tidak berhubungan signifikan
antara antara DRPs terhadap perubahan glukosa darah pasien sewaktu. Hal ini menunjukan
DRPs obat tidak terlalu mempengaruhi atau berhubungan dengan perubahan kadar
glukosa darah pasien.
Anggraini, Dian. (2015). INTERAKSI OBAT
ANTIDIABETIK DAN KAITANNYA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 YANG MENJALANI RAWAT INAP. Universitas Gadjah Mada.
Iskandar,
H., Riant, N., Multamia, R. M. T., Keri Lestari, Agus P., & Ernawati, A.
(2021). Pengendalian Covid-19 Dengan 3M, 3T, Vaksinasi, Disiplin, Kompak, dan
Konsisten. Jakarta: Satgas Penanganan Covid-19.
Jamal,
Irsa, Amin, Fatima, Jamal, Anam, & Saeed, Amna. (2015). Pharmacist�s
interventions in reducing the incidences of drug related problems in any
practice setting. Int Curr Pharma J, 4(2), 347�352.
Jannah,
Roudhotul. (2019). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Pada Pasien
Diabetes Mellitus Di Puskesmas Surabaya. Universitas Airlangga.
Pal,
Rimesh, & Bhadada, Sanjay K. (2020). COVID-19 and diabetes mellitus: An
unholy interaction of two pandemics. Diabetes & Metabolic Syndrome:
Clinical Research & Reviews, 14(4), 513�517.
Rani Himayani, Rani, Helmi, Masdar, Aulia,
Khairunnisa, Gayitri, Humaira, Meilisa Hidayah, Putri, & Novi, Jayanti.
(2021). Effects of SARS-CoV-2 Virus on The Organs. MEDULA, Medicalprofession
Journal of Lampung University, 11(1).
Roeroe,
Pomantow A. L., Sedli, Bisuk P., & Umboh, Octavianus. (2021). Faktor risiko
terjadinya coronavirus disease 2019 (Covid-19) pada penyandang diabetes melitus
Tipe 2. E-CliniC, 9(1).
Safitri,
Bukhoriah. (2017). Kajian interaksi obat pasien diabetes mellitus tipe 2
ditinjau dari outcome terapi di rumah sakit angkatan laut dr. mitohardjo.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2017.
Saibi,
Yardi, Hasan, Delina, & Shaqila, Verona. (2018). Potensi interaksi obat
pada pasien diabetes melitus tipe 2 di rumah sakit X Tangerang Selatan.
Sari, Inten Novita. (2015). Evaluasi drug related
problems obat antidiabetes pada pasien geriatri dengan diabetes melitus tipe 2
di ruang rawat inap rumah sakit umum Pelabuhan periode Januari-Juni 2014.
Soelistijo, Soebagijo Adi, Novida, Hermina, Rudijanto,
Achmad, Soewondo, Pradana, Suastika, Ketut, Manaf, Asman, Sanusi, Harsinen,
Lindarto, Dharma, Shahab, Alwi, & Pramono, Bowo. (2015). Konsensus
pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta:
PB Perkeni, 2(1), 1�93.
Sun,
Bao, Huang, Shiqiong, & Zhou, Jiecan. (2021). Perspectives of antidiabetic
drugs in diabetes with coronavirus infections. Frontiers in Pharmacology,
11, 592439.
Surya,
Yuli Astuti. (2020). Hubungan antara Drug-Related Problems dan Lama Rawat Inap
pada Pasien dengan Diabetes Tipe 2. JMPF, 10(2), 77�90.
Susilo,
Adityo, Rumende, Cleopas Martin, Pitoyo, Ceva Wicaksono, Santoso, Widayat
Djoko, Yulianti, Mira, Herikurniawan, Herikurniawan, Sinto, Robert, Singh,
Gurmeet, Nainggolan, Leonard, & Nelwan, Erni Juwita. (2020). Coronavirus
disease 2019: Tinjauan literatur terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia,
7(1).
Zaman Huri, Hasniza, & Fun Wee, Hoo. (2013). Drug
related problems in type 2 diabetes patients with hypertension: a
cross-sectional retrospective study. BMC Endocrine Disorders, 13,
1�12.
Copyright holder: Yoppy Mayrosa, Hesty Utami Ramadaniati, Dian Ratih Laksmitawati,
Ivans Panduwiguna (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |