Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 09, September 2024

 

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK DAN PERCAYA DIRI ANAK USIA 6 � 7 TAHUN DI SEKOLAH XYZ, JAKARTA

 

Vimala Murti Pitra Tunggal Jaya1*, Rini Wahyuningsih2

1BINUS SCHOOL Simprug, Indonesia

2Universitas Pelita Harapan, Indonesia

Email: 1*[email protected], 2[email protected]

 

Abstrak

Usia dini adalah usia keemasan anak sehingga seluruh aspek perkembangannya perlu distimulasi dengan baik. Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya kerisauan guru terhadap peserta didik karena belum berkembangnya kecerdasan kinestetik dan kurangnya rasa percaya diri siswa usia 6 - 7 tahun di Sekolah XYZ di Jakarta. Peneliti memutuskan untuk menerapkan metode demonstrasi yang dilakukan pada pelajaran seni tari untuk mengatasi kerisauan tersebut. Metode demonstrasi cocok untuk diterapkan pada anak usia dini karena berfokus pada tahap persiapan, tahap pelaksanaan dengan memberikan langkah-langkah demonstrasi dan tahap akhir. Penelitian ini dirancang dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan melalui observasi dengan menggunakan rubrik, wawancara dengan rekan guru, dan pengamatan anecdotal records. Subjek penelitian adalah siswa SD kelas 1B yang berjumlah 17 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran seni tari dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa, hal ini terlihat dari hasil perhitungan N-gain dari masa pra siklus ke siklus II, yaitu terdapat 11 siswa mengalami peningkatan tinggi, yaitu di atas 75%, lima siswa di atas 50%, dan satu siswa di atas 40%. Sedangkan dalam hal percaya diri, sembilan siswa mengalami peningkatan tinggi, yaitu di atas 75%, dan delapan siswa mengalami peningkatan sedang di atas 50%.

 

Kata Kunci: anak usia dini, metode demonstrasi, kecerdasan kinestetik, percaya diri

 

Abstract

Early childhood is the golden age of children, so all aspects of their development need to be adequately stimulated. The background of this research is the teacher's concern about the students because of the underdeveloped kinesthetic intelligence as well as the lack of self-confidence of students aged 6 - 7 years at XYZ School in Jakarta. The researcher decided to apply the demonstration method, which was carried out in dance lessons to overcome these concerns. The demonstration method is suitable for early childhood because it focuses on the preparatory stage, the implementation stage by providing demonstration steps, and the final stage. This research was designed with Classroom Action Research, each cycle consisting of planning, action, observation and reflection. Data were collected through observation using rubrics, interviews with class teachers, and anecdotal records. The research subjects were elementary school students in grade 1B, which consisted of 17 students. Data were analyzed through data reduction, presentation, and interpretation. The results showed that the application of the demonstration method in dance lessons could improve the kinesthetic intelligence, this can be seen from the results of the N-gain measurement from the pre-cycle to cycle II, namely that there were 11 students who experienced a high increase, namely above 75%, five students above 50%, and one student experienced a moderate increase above 40%. Meanwhile, in terms of self-confidence, nine students experienced a high increase, namely above 75%, and eight students above 50%.

 

Keywords: early childhood, demonstration method, kinesthetic intelligence, confidence

 

Pendahuluan

Anak usia dini adalah kelompok anak berusia 0 - 8 tahun yang aktif melakukan eksplorasi menggunakan pancaindranya dan sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Masa ini sangat penting untuk perkembangan kognitif, sosial, emosional dan fisik, seperti yang dijelaskan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNICEF 2022).

Fase pertumbuhan ini adalah masa keemasan (golden age) yang dialami oleh anak pada masa perkembangannya. Kertamuda (2015, 2) menjelaskan bahwa masa keemasan (golden age) adalah periode awal kehidupan anak di mana mereka dapat bereksplorasi dengan hal-hal yang ingin mereka lakukan dan juga merupakan masa yang penting dalam pembentukan karakter mereka. Pada masa ini, perkembangan anak juga berkembang secara bertahap dari yang sederhana menjadi lebih kompleks, begitu pula dengan perkembangan kecerdasannya (Susanto 2011, 21).

Gardner mendefinisikan kecerdasan manusia adalah sesuatu yang tak berbatas (multiple intelligences), salah satu kecerdasan menurut teori Gardner adalah kecerdasan kinestetik dimana anak diberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik dan mendorong mereka untuk berpartisipasi, menyediakan peluang untuk bermain di lingkungan terbuka maupun tertutup, dan memotivasi anak-anak untuk mengambil bagian, terutama dalam kegiatan menari (Santrock 2018, 120). Kemampuan kinestetik mencakup keterampilan untuk menyampaikan ide, pemikiran dan perasaan melalui penggunaan anggota tubuh. Selain itu, kemampuan kinestetik juga mencakup kemampuan fisik seperti keseimbangan, koordinasi, daya tahan, kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan. (Raharja, Budi, Pratiwi Hidayati and Fachrul Rozie 2021).

Kecerdasan kinestetik anak perlu digali dan dikembangkan karena secara tidak langsung dapat membantu mengembangkan kecerdasan lainnya. Perkembangan kinestetik pada anak memiliki pengaruh terhadap perkembangan fisiologisnya. Melalui gerakan atau aktivitas fisik, anak dapat menjaga kesehatannya serta merangsang proses fisiologisnya. Selain itu, hal ini juga berdampak pada perkembangan sosial emosionalnya dengan meningkatkan keyakinan diri sehingga, anak lebih mudah berinteraksi dengan teman-temannya dan lingkungannya (Iswantiningtyas, Veny and Intan Prastihastari Wijaya 2015).

Pelajaran Seni Tari (Performing Arts - Dance) di Sekolah XYZ adalah salah satu pelajaran subjek di Sekolah XYZ, Jakarta, yang diajarkan kepada siswa Sekolah Dasar (SD)� kelas 1 - 5, dimana siswa dapat mengekspresikan diri, mengembangkan kepercayaan diri dan kecerdasan kinestetik mereka melalui kegiatan fisik yang melibatkan keseimbangan, koordinasi dan fleksibilitas, seperti yang dijelaskan oleh International Baccalaureate dalam Arts Scope and Sequence (2018, 2).

Pelajaran seni tari (dance) yang diajarkan oleh peneliti diberikan satu sesi dalam seminggu untuk kelas 1B. Pelajaran dance tersebut diadakan setiap hari Selasa dengan satu sesi selama 40 menit dan didampingi oleh rekan guru kelas, yaitu Ms. M. Di Sekolah XYZ, SD kelas 1 merupakan kelas yang terdiri dari anak-anak berusia 6-7 tahun.

Dengan sesi pelajaran seni tari yang terbatas, yaitu hanya satu kali dalam seminggu, peneliti melihat kesulitan-kesulitan yang muncul saat mengajar siswa SD kelas 1B, yaitu masih banyaknya siswa kelas 1B yang tidak percaya diri dan cenderung malu-malu saat mengikuti pelajaran seni tari. Selain itu, beberapa siswa masih menghadapi kesulitan terkait dengan kecerdesan kinestetik yang mencakup kemampuan dalam koordinasi tubuh, kelenturan dan keseimbangan. Dengan adanya kesulitan-kesulitan tersebut, pengamatan pun dilakukan oleh guru tari dan rekan guru kelas dan ditulis dalam bentuk anecdotal record.

Kejadian-kejadian di atas menimbulkan keresahan dan mendorong peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui lebih dalam sebab terjadinya kejadian-kejadian tersebut, khususnya saat pelajaran seni tari. Peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan menari yang dilakukan di kelas harus lebih menyenangkan, bervariasi dan berfokus kepada kegiatan yang dapat melatih kecerdasan kinestetik siswa, yaitu lebih berfokus pada kegiatan koordinasi gerak tubuh, kelincahan, kekuatan dan keseimbangan.

Oleh karena itu, diperlukan alternatif solusi untuk memperbaiki cara mengajar guru dalam pelajaran seni tari di kelas yang dapat mengatasi kesulitan-kesulitan siswa. Berkaitan dengan hal ini, metode yang tepat untuk dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kecerdasan kinestetik dan percaya diri adalah dengan metode demonstrasi. Metode demontrasi merupakan proses pemberian kegiatan pembelajaran kepada anak usia dini dengan tindakan secara langsung dalam suatu kegiatan sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan. Metode demonstrasi yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkahnya dapat menciptakan pembelajaran yang terstruktur namun menyenangkan.

Metode demonstrasi adalah metode pengajaran yang melibatkan pengalaman belajar melalui pengamatan dan mendengarkan, diikuti dengan peniruan apa yang telah didemonstrasikan (Rahardja, Budi, Rizky Amalia and Malpaleni Satriana 2021, 35). Selain itu, dalam penelitiannya, Astini dkk juga menggunakan metode demonstrasi dengan memberikan bahan pelajaran dengan menunjukkan secara langsung bagaimana cara melakukannya sehingga proses pembelajarannya dapat dipelajari. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran seni tari dapat meningkatkan motorik kasar anak dan juga percaya diri anak usia dini (Astini, Ni Ketut, Sujana and Raga 2013).

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pelajaran Seni Tari untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik dan Percaya Diri Anak Usia 6 � 7 tahun di Sekolah XYZ, Jakarta. Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan percaya diri siswa kelas 1B di Sekolah XYZ, Jakarta?, 2) Bagaimana perkembangan kecerdasan kinestetik siswa kelas 1B di Sekolah XYZ, Jakarta dalam pelajaran seni tari setelah penerapan metode demonstrasi?, 3) Bagaimana perkembangan percaya diri siswa kelas 1B di Sekolah XYZ, Jakarta dalam pelajaran seni tari setelah penerapan metode demonstrasi?, 4) Apa saja kendala yang dihadapi selama penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran seni tari siswa kelas 1B Sekolah XYZ, Jakarta?

 

Landasan Teori

Sebelum memulai penelitian, teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti telah ditemukan. Ki Hajar Dewantara melihat bahwa setiap anak mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang, sehingga mereka harus diberi kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi pengetahuan. Teori pertama adalah Papalia dalam buku Human Development (2021) menjelaskan bahwa pertumbuhan memiliki beberapa aspek yang berkembang secara kompleks, memiliki ciri-ciri dan pola perilaku tertentu yang sesuai dengan tahapan usia mereka masing-masing. Aspek-aspek tersebut mencakup pertumbuhan fisik atau biologis, pertumbuhan kognitif, dan pertumbuhan sosio-emosional. Sebagai contoh, anak-anak dengan usia 6 - 7 tahun yang merupakan anak pada tahap middle childhood, di mana mereka mengalami peralihan dari masa kanak-kanak ke sekolah dasar (Hartingsveld 2011).

Teori selanjutnya adalah metode demonstrasi yaitu menunjukkan, melakukan, dan menjelaskan, memiliki berpengaruh dan bermakna penting bagi anak usia dini, karena metode ini menjadi metode yang secara konkrit dapat menunjukkan apa yang dilakukan melalui peraga, dapat menyampaikan ide atau konsep, dapat mengembangkan kemampuan mengamati dan mengembangkan kemampuan untuk meniru dan menilai secara tepat (Isjoni 2017, 88). Langkah-langkah metode demonstrasi seperti yang dijelaskan Direktorat Tenaga Kependidikan�Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Sosial (2008, 17-18) adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.

Selanjutnya terdapat beberapa pengertian dan penerapan mengenai seni tari, kecerdasan kinestetik, percaya diri untuk anak usia 6 hingga 7 tahun.

 

Metode Penelitian

Penulisan penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Di mulai dengan fase perencanaan (planning) lesson plan untuk aktivitas di kelas, selanjutnya fase pelaksanaan (acting) dengan melakukan tindakan, selanjutnya fase pengamatan (observing) di dalam kelas, dan terakhir fase refleksi (reflecting) dimana peneliti menganalisa kembali apa saja kegiatan yang sudah dilakukan.

Penelitian diuji pada sekolah XYZ, Jakarta, di kelas 1B yang berusia 6 hingga 7 tahun. Kelas tari dilakukan seminggu sekali dengan durasi 1x40 menit. Penelitian dilakukan di Term tiga tahun ajaran 2022/2023 dan berlangsung dari bulan November 2022 sampai dengan Mei 2023. Subjek penelitian adalah siswa kelas 1B yang berjumlah 17 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan tujuh siswa perempuan dengan karakteristik yang berbeda-beda.

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, penulisan anecdotal records, dan instrument penelitian rubrik penilaian. Penelitian berisikan skala dengan indeks 1, 2, 3,dan 4 yang berarti: 1) Belum Berkembang, 2) Mulai Berkembang, 3) Berkembang Sesuai Harapan, 4) Berkembang Sangat Baik.

 

Tabel 1

Rubrik Penilaian Kecerdasan Kinestetik

Aspek yang dinilai

1

 

2

 

3

 

4

 

Keseimbangan

Siswa tidak mampu berjinjit dengan satu kaki sesuai dengan posisi yang di demonstrasikan oleh guru.

Siswa mampu berjinjit dengan satu kaki sesuai dengan posisi yang di demonstrasikan oleh guru selama 3 detik.

Siswa mampu berjinjit dengan satu kaki sesuai dengan posisi yang di demonstrasikan oleh guru selama 5 detik.

Siswa mampu berjinjit dengan satu kaki sesuai dengan posisi yang di demonstrasikan oleh guru selama lebih dari 5 detik.

Kelenturan

Siswa tidak mampu melakukan gerakan memutar dan membungkukkan badan sambil memutarkan badan.

Siswa mampu memutar dan membungkukkan badan sebanyak 2 kali.

Siswa mampu memutar dan membungkukkan badan sebanyak 3 kali.

Siswa mampu memutar dan membungkukkan badan lebih dari 3 kali.

Koordinasi

Siswa belum mampu menggerakkan tangan, kaki dan kepala secara terkoordinasi sesuai dengan yang demonstrasikan guru.

Siswa hanya mampu menggerakkan tangan, kaki dan kepala tetapi tidak secara bersamaan dan terkoordinasi sesuai dengan yang demonstrasikan guru.

Siswa mampu menggerakkan tangan dan kaki secara bersamaan tapi masih belum bisa mengkoordinasikan gerakan kepala sesuai yang demonstrasikan guru.

Siswa mampu untuk menggerakkan tangan, kaki dan kepala secara bersamaan dan terkoordinasi sesuai dengan yang demonstrasikan guru.

 

Tabel 2

Rubrik Penilaian Rasa Percaya Diri

Aspek yang dinilai

1

 

2

 

3

 

4

 

Tidak ragu-ragu

Siswa terlihat sangat ragu-ragu dan tidak mau mengikuti pembelajaran.

Siswa ragu-ragu dan memerlukan bantuan saat pembelajaran.

Siswa terlihat ragu-ragu saat pembelajaran.

Siswa tidak ragu-ragu saat pembelajaran.

Berani

Siswa belum menunjukkan sikap berani dsn memberikan ide saat pembelajaran.

Siswa tidak berani memberikan ide dan butuh dorongan saat pembelajaran.

Siswa berani memberikan 1 ide saat pembelajaran.

Siswa berani untuk memberikan lebih dari 2 ide saat pembelajaran.

Mudah beradaptasi

Siswa belum menunjukan sikap mudah beradaptasi saat pembelajaran.

Siswa masih membutuhkan dorongan untuk beradaptasi saat pembelajaran.

Siswa beradaptasi hanya dengan teman-teman tertentu saja saat pembelajaran.

Siswa mudah beradaptasi dengan teman sekelas saat pembelajaran.

 

Analisis data tingkat rasa percaya juga dilakukan melalui beberapa langkah berikut:

1.      Memberikan skor untuk masing-masing kriteria penilaian yang diamati sesuai dengan lembar penilaian yang sudah dibuat.

2.      Menjumlahkan skor semua kriteria penilaian

3.      Menentukan nilai berdasarkan skor masing-masing indikator dengan menggunakan rumus:

Text Box: Nilai = Skor Perolehan   X 100%
             Skor Maksium
 

 

 

 


Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel klasifikasi kategori nilai (dalam %) percaya diri berdasarkan lembar observasi.

 

Tabel 3

Klasifikasi Percaya diri

No.

Jumlah Skor

Presentasi Nilai

Kesimpulan

1

4-7,5

25-46%

Percaya diri belum berkembang

2

7,6-10,5

47-65%

Percaya diri mulai berkembang

3

10,6-13,5

66-84%

Percaya diri berkembang sesuai harapan

4

13,6-16

85-100%

Percaya diri berkembang sangat baik

 

Menurut�(Hamiyah and Jauhar 2014), tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar harus didasarkan pada tingkat keberhasilan yang baru saja tercapai dalam proses tersebut, yaitu jika 75% dari total siswa yang mengikuti proses belajar-mengajar sudah mencapai tingkat keberhasilan minimal, optional, atau bahkan maksimal, maka proses pembelajaran berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru, dan jika dibawah 75% maka proses pembelajaran berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).

Oleh karena itu, indikator keberhasilan yang ingin diperoleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

1.      Proses pembelajaran gerak dan tari dengan menggunakan metode demonstrasi berjalan sesuai dengan langkah-langkah yang di uraikan di BAB II.

2.      Penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran seni tari (dance) dikatakan berhasil apabila pada siklus akhir terdapat lebih dari 75% siswa yang menunjukkan peningkatan dan berada pada tingkat yang lebih baik dalam kecerdasan kinestetik.

3.      Penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran seni tari (dance) dikatakan berhasil apabila pada siklus akhir terdapat lebih dari 75% siswa yang menunjukkan peningkatan dan berada pada tingkat yang lebih baik dalam rasa percaya diri.

 

Hasil dan Pembahasan

Setelah penerapan metode demonstrasi pada kelas 1B dari pra siklus, siklus I hingga siklus II, terlihat beberapa perkembangan yang muncul pada perkembangan kecerdasan kinestetik dan percaya diri mereka. Berdasarkan keseluruhan proses dari pra siklus, siklus I hingga siklus II, gambar berikut adalah perkembangan yang dapat diamati pada perkembangan kecerdasan kinestetik dan percaya diri pada siklus I.


Gambar 1. Penilaian Kecerdasan Kinestetik dan Percaya Diri Siklus I

 

Hasil pengamatan siklus I terlihat ada tujuh siswa kelas 1B masih belum berkembang kecerdasan kinestetiknya, tujuh siswa sudah mulai berkembang kecerdasan kinestetiknya dan tiga siswa kelas 1B sudah berkembang kecerdasan kinestetiknya sesuai harapan. Sedangkan untuk percaya diri terlihat empat siswa masih belum berkembang rasa percaya dirinya sedangkan delapan siswa mulai berkembang rasa percaya dirinya dan lima siswa kelas 1B mulai berkembang sesuai harapan.

 

Gambar 2. Penilaian Kecerdasan Kinestetik dan Percaya Diri Siklus II

 

Lalu pada siklus II terjadi juga peningkatan dengan hasil, yaitu satu siswa yang mulai berkembang, sembilan siswa yang sudah berkembang sesuai harapan dan tujuh siswa kelas 1B berkembang sangat baik kecerdasan kinestetiknya. Sedangkan hasil penilaian pada percaya diri menujukkan adanya 12 siswa kelas 1B yang berkembang sesuai harapan dan lima siswa berkembang sangat baik percaya dirinya.

Perkembangan kecerdasan kinestetik siswa kelas 1B mulai dari Siklus I sampai dengan Siklus II terlihat cukup signifikan dan sesuai dengan apa yang peneliti harapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan rubrik, persentase nilai perolehan dapat dilihat pada tabel berikut.

 

Tabel 4

Perkembangan Kecerdasan Kinestetik Siswa dari Siklus I � Siklus II

No.

Inisial Siswa

Persentasi Nilai Akhir pada siklus (%)

Kesimpulan Tingkat Kecerdasan Kinestetik pada siklus

Keterangan

�1

2

�1

2

1

AZ

75,00

91.67

BSH

BSB

Naik

2

AH

66,67

83,33

BSH

BSH

Naik

3

AM

33,33

58,33

BB

MB

Naik

4

DA

66,67

83,33

BSH

BSH

Naik

5

DI

33,33

66,67

BB

BSH

Naik

6

FV

83,33

100

BSH

BSB

Naik

7

GE

50,00

75,00

MB

BSH

Naik

8

GA

83,33

100

BSH

BSB

Naik

9

JS

58,33

83,33

MB

BSH

Naik

10

KZ

50,00

75,00

MB

BSH

Naik

11

MK

75,00

100

BSH

BSB

Naik

12

PG

58,33

75,00

MB

BSH

Naik

13

RG

75,00

100

BSH

BSB

Naik

14

RR

50,00

75,00

MB

BSH

Naik

15

SC

75,00

100

BSH

BSB

Naik

16

LR

83,33

100

BSH

BSB

Naik

17

MZ

75,00

83,33

BSH

BSB

Naik

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 5

Perkembangan Percaya Diri Siswa dari Siklus I � Siklus II

No.

Inisial Siswa

Persentasi Nilai Akhir pada siklus (%)

Kesimpulan Tingkat Kecerdasan Kinestetik pada siklus

Keterangan

�1

2

�1

2

1

AZ

58,33

75,00

MB

BSH

Naik

2

AH

75,00

83,33

BSH

BSH

Naik

3

AM

50,00

75,00

MB

BSH

Naik

4

DA

75,00

75,00

BSH

BSH

Naik

5

DI

66,67

75,00

BSH

BSH

Naik

6

FV

75,00

100

BSH

BSB

Naik

7

GE

58,33

75,00

MB

BSH

Naik

8

GA

83,33

100

BSH

BSB

Naik

9

JS

75,00

75,00

BSH

BSH

Naik

10

KZ

75,00

83,33

BSH

BSH

Naik

11

MK

75,00

100

BSH

BSB

Naik

12

PG

58,33

75,00

MB

BSH

Naik

13

RG

75,00

100

BSH

BSB

Naik

14

RR

66,67

75,00

BSH

BSH

Naik

15

SC

75,00

100

BSH

BSB

Naik

16

LR

83,33

100

BSH

BSB

Naik

17

MZ

75,00

83,33

BSH

BSH

Naik

 

Text Box: N-Gain = Skor Posttest – Skor Pretest
             Skor Ideal – Skor Pretest
Untuk mengidentifikasi terjadinya peningkatan yang dialami masing-masing siswa pada setiap siklus, maka peneliti menggunakan Normalized Gain (N-gain) untuk menganalisis peningkatan kecerdasan kinestetik dan percaya diri siswa. Berikut merupakan rumus formula N-gain:

 

 

 

Hasil perhitungan N-gain dari pra siklus sampai dengan siklus II dapat terlihat pada tabel berikut.

 

Tabel 6

Hasil N-gain Pra Siklus � Siklus II

No.

Inisial Siswa

Kecerdasan Kinestetik

Pra� Siklus II

Kategori

Percaya Diri

Pra� Siklus II

Kategori

N Gain Score

N-gain (%)

N Gain Score

N-gain (%)

1

AZ

0.86

85.71

Tinggi

0.63

62.50

Sedang

2

AH

0.75

75.00

Sedang

0.78

77.78

Tinggi

3

AM

0.44

44.44

Sedang

0.57

57.14

Sedang

4

DA

0.75

75.00

Sedang

0.57

57.14

Sedang

5

DI

0.56

55.56

Sedang

0.67

66.67

Sedang

6

FV

1.00

100.00

Tinggi

1.00

100.00

Tinggi

7

GE

0.67

66.67

Sedang

0.67

66.67

Sedang

8

GA

1.00

100.00

Tinggi

1.00

100.00

Tinggi

9

JS

0.78

77.78

Tinggi

0.67

66.67

Sedang

10

KZ

0.67

66.67

Sedang

0.75

75.00

Tinggi

11

MK

1.00

100.00

Tinggi

1.00

100.00

Tinggi

12

PG

0.50

50.00

Sedang

0.63

62.50

Sedang

13

RG

1.00

100.00

Tinggi

1.00

100.00

Tinggi

14

RR

0.67

66.67

Sedang

0.67

66.67

Sedang

15

SC

1.00

100.00

Tinggi

1.00

100.00

Tinggi

16

LR

1.00

100.00

Tinggi

1.00

100.00

Tinggi

17

MZ

0.75

75.00

Sedang

0.75

75.00

Sedang

 

Peningkatan pada kecerdasan kinestetik terlihat dengan adanya 11 siswa mengalami peningkatan tinggi di atas 75%, lima siswa lainnya mengalami peningkatan sedang, yaitu di atas 50%, dan satu siswa yang mengalami peningkatan sedang di atas 40%. Sedangkan peningkatan pada percaya diri terlihat dengan hasil Sembilan siswa mengalami peningkatan tinggi di atas 75%, delapan siswa lainnya mengalami peningkatan sedang, yaitu di atas 50%.

Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah peneliti adalah guru subjek mata pelajaran seni tari (dance), sehingga hanya bertemu seminggu sekali dengan siswa kelas 1B, proses pengambilan data hanya berdasarkan performa anak di kelas dance saja sehingga data kemungkinan bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa dan Siklus penelitian hanya berlangsung sebanyak dua siklus dengan empat kali pertemuan. Jarak antara pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus I juga cukup jauh dikarenakan waktu yang terbatas diakibatkan oleh faktor eksternal yaitu banyaknya hari libur pada bulan Maret � Mei 2023 dan juga pencapaian peningkatan siswa sudah cukup memenuhi indikator keberhasilan.

 

Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus dengan penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran seni tari (dance) untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan percaya diri siswa kelas 1B, Sekolah XYZ Jakarta, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demontrasi dengan fasilitas yang baik dan mendukung serta dilakukan dengan mengikuti langkah-langkahnya, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir yang diimplementasikan pada setiap siklus, dapat membantu meningkatkan pelajaran seni tari (dance) yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan percaya diri

Perkembangan kecerdasan kinestetik siswa kelas 1B mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil perolehan skor yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan dari pra siklus, siklus I sampai dengan siklus II, yaitu sembilan siswa berkembang sesuai harapan dan tujuh siswa kelas 1B berkembang sangat baik kecerdasan kinestetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas 1B menunjukkan peningkatan dalam kecerdasan kinestetiknya. Hasil peningkatan dari masa pra siklus ke siklus II menurut perhitungan N-gain, terlihat bahwa 11 siswa mengalami peningkatan tinggi di atas 75%, lima siswa lainnya mengalami peningkatan sedang, yaitu di atas 50%, dan hanya satu siswa yang mengalami peningkatan sedang di atas 40%, perkembangan percaya diri pun mengalami peningkatan, yaitu terlihat pada hasil penilaian yang menunjukkan 11 siswa yang mulai berkembang sesuai harapan dan enam siswa kelas 1B berkembang sangat baik rasa percaya dirinya. Hasil peningkatan dari masa pra siklus ke siklus II menurut perhitungan N-gain, terlihat bahwa sembilan siswa mengalami peningkatan tinggi di atas 75%, delapan siswa lainnya mengalami peningkatan sedang, yaitu di atas 50%, sedangkan kendala-kendala yang dihadapi yaitu banyaknya hari libur pada periode penelitian, minat siswa kelas 1B yang mudah berubah-rubah dan belum terbiasa dengan kegiatan menari di sekolah sehingga terkadang siswa menjadi kurang fokus dan mudah terpengaruh dan bermain-main di kelas. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan memberikan siswa kegiatan yang lebih menyenangkan dan harus lebih aktif untuk menjaga suasana kelas agar tetap kondusif dan menyenangkan agar siswa lebih bersemangat dan percaya diri saat melakukan kegiatan tari di kelas.

Implikasi temuan ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi para peneliti, pengajar, dan calon pengajar. Semua individu yang terlibat dalam proses pembelajaran di ruang kelas harus memperhatikan teknik pengajaran yang digunakan agar dapat membantu kemajuan peserta didik secara lebih efektif.

Beberapa saran untuk guru, hendaknya dapat menerapkan variasi metode demonstrasi yang tidak hanya diterapkan untuk pelajaran seni tari (dance) saja tetapi dapat juga diaplikasikan pada mata pelajaran lain di kelas, terkadang berubah-rubah tidak menjadi kendala dan batasan di kelas. Sedangkan bagi institusi pendidikan, perlu meningkatkan pelatihan bagi guru mengenai metode-metode atau pendekatan pembelajaran yang berbeda dalam kegiatan pembelajaran, Lalu bagi penelitian selanjutnya, diharapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan penerapan metode demonstrasi hendaknya terintegrasi dengan pembelajaran dan unit/tema yang berlangsung, sehingga pembelajaran dapat lebih maksimal.

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Amstrong, T. Kecerdasan Multipel didalam Kelas. Jakarta, 2013.

 

Astini, Ni Ketut, I Wayan Sujana, and I Gede Raga. "�Penerapan Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan Seni Tari Berbantuan Media Audiocassette Tape Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak�." Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 2013: DOI: https://doi.org/10.23887/paud.v1i1.997.

 

Dwilestari, Ninin, and Nusa Putra. Penelitian Kulitatif PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada., 2016.

 

Hamiyah, Nur Hamiyah, and Jauhar. Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014.

 

Hartingsveld, Margo J. Van., Groot, Imelda, J. M. De., Aarts, Pauline, B.M., & Sanden, Maria W.G. N. Van Der. "Standardized tests of handwriting readiness: a systematic review ." [Electronic version] Journal compilation, Developmental medicine and child neurology, 2011: 506-515. DOI: 10.1111/j.1469-8749.2010.03895.x.

 

Isjoni. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta, 2017.

 

Iswantiningtyas, Veny , and Intan Prastihastari Wijaya. "Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional Gobak Sodor." Jurnal Pinus Vol. 1. No.3, 2015: 249.

 

Kertamuda, Miftahul Achyar. GOLDEN AGE. Jakarta: Gramedia, 2015.

 

Organization, International Baccalaureate. Arts Scope and Sequence. United Kingdom: International Baccalaureate Organization (UK) Ltd, 2018.

 

Papalia, Diane E., Olds, Sally W., & Fieldmean, Ruth D. Human development (14th ed.). New York: McGraw-Hill Education, 2021.

 

Rahardja, Budi, Rizky Amalia, and Malpaleni Satriana. Penerapan Metode Demonstrasi Gerak Lokomotor Dalam Mengembangkan Motorik Kasar Anak Usia Dini. Banyumas: CV Amerta Media, 2021.

 

Raharja, Budi, Pratiwi Hidayati, and Fachrul Rozie. Optimalisasi Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini. Banyumas: CV Amerta Media, 2021.

 

Santrock, J.W. Educational Psychology: Sixth Edition. New York: McGraw-Hill Education, 2018.

 

Sosial, Tenaga Kependidikan�Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan. Jakarta, 2008.

 

Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada, 2011.

 

UNICEF. Early childhood Development Overview. May 2022. https://data.unicef.org/topic/early-childhood-development/overview/ (accessed December 18, 2022).

 

Copyright holder:

Vimala Murti Pitra Tunggal Jaya, Rini Wahyuningsih (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: