Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 09, September 2024
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI
DALAM PELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK DAN PERCAYA
DIRI ANAK USIA 6 � 7 TAHUN DI SEKOLAH XYZ, JAKARTA
Vimala Murti Pitra Tunggal
Jaya1*, Rini Wahyuningsih2
1BINUS SCHOOL Simprug, Indonesia
2Universitas Pelita Harapan, Indonesia
Email: 1*[email protected], 2[email protected]
Abstrak
Usia dini adalah usia keemasan anak sehingga seluruh aspek
perkembangannya perlu distimulasi dengan baik. Penelitian ini dilatar belakangi
oleh adanya kerisauan guru terhadap peserta didik karena belum berkembangnya
kecerdasan kinestetik dan kurangnya rasa percaya diri siswa usia
6 - 7 tahun di Sekolah XYZ di Jakarta. Peneliti memutuskan untuk menerapkan
metode demonstrasi yang dilakukan pada pelajaran seni tari untuk mengatasi
kerisauan tersebut. Metode demonstrasi cocok untuk diterapkan pada anak usia dini karena berfokus pada tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dengan memberikan langkah-langkah demonstrasi dan tahap akhir.
Penelitian ini dirancang dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang setiap
siklusnya terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data
dikumpulkan melalui observasi dengan menggunakan rubrik, wawancara dengan rekan
guru, dan pengamatan anecdotal records.
Subjek penelitian adalah siswa SD kelas 1B yang berjumlah 17 siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran seni
tari dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa, hal ini terlihat dari
hasil perhitungan N-gain dari masa pra siklus ke siklus II, yaitu terdapat 11
siswa mengalami peningkatan tinggi, yaitu di atas 75%, lima siswa di atas 50%,
dan satu siswa di atas 40%. Sedangkan dalam hal percaya diri, sembilan siswa
mengalami peningkatan tinggi, yaitu di atas 75%, dan delapan siswa mengalami
peningkatan sedang di atas 50%.
Kata Kunci: anak usia
dini, metode demonstrasi, kecerdasan kinestetik, percaya diri
Abstract
Early childhood is the golden age of children, so all
aspects of their development need to be adequately stimulated. The background
of this research is the teacher's concern about the students because of the
underdeveloped kinesthetic intelligence as well as the lack of self-confidence
of students aged 6 - 7 years at XYZ School in Jakarta. The researcher decided
to apply the demonstration method, which was carried out in dance lessons to
overcome these concerns. The demonstration method is suitable for early
childhood because it focuses on the preparatory stage, the implementation stage
by providing demonstration steps, and the final stage. This research was
designed with Classroom Action Research, each cycle consisting of planning, action,
observation and reflection. Data were collected through observation using
rubrics, interviews with class teachers, and anecdotal records. The research
subjects were elementary school students in grade 1B, which consisted of 17
students. Data were analyzed through data reduction, presentation, and
interpretation. The results showed that the application of the demonstration
method in dance lessons could improve the kinesthetic intelligence, this can be
seen from the results of the N-gain measurement from the pre-cycle to cycle II,
namely that there were 11 students who experienced a high increase, namely
above 75%, five students above 50%, and one student experienced a moderate
increase above 40%. Meanwhile, in terms of self-confidence, nine students
experienced a high increase, namely above 75%, and eight students above 50%.
Keywords: early childhood,
demonstration method, kinesthetic intelligence, confidence
Pendahuluan
Anak usia dini adalah kelompok anak
berusia 0 - 8 tahun yang aktif melakukan eksplorasi menggunakan pancaindranya
dan sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Masa ini sangat penting untuk
perkembangan kognitif, sosial, emosional dan fisik, seperti yang dijelaskan
oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
Fase pertumbuhan ini adalah masa keemasan (golden age) yang dialami oleh anak pada
masa perkembangannya. Kertamuda
Gardner mendefinisikan kecerdasan manusia adalah sesuatu yang
tak berbatas (multiple intelligences),
salah satu kecerdasan menurut teori Gardner adalah kecerdasan kinestetik dimana
anak diberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik dan mendorong mereka
untuk berpartisipasi, menyediakan peluang untuk
bermain di lingkungan terbuka maupun tertutup, dan memotivasi anak-anak untuk
mengambil bagian, terutama dalam kegiatan menari
Kecerdasan kinestetik anak perlu digali dan dikembangkan
karena secara tidak langsung dapat membantu mengembangkan kecerdasan lainnya. Perkembangan kinestetik pada anak memiliki pengaruh
terhadap perkembangan fisiologisnya. Melalui gerakan atau aktivitas fisik, anak
dapat menjaga kesehatannya serta merangsang proses fisiologisnya. Selain itu,
hal ini juga berdampak pada perkembangan sosial emosionalnya dengan
meningkatkan keyakinan diri sehingga, anak lebih mudah berinteraksi dengan
teman-temannya dan lingkungannya
Pelajaran Seni Tari (Performing
Arts - Dance) di Sekolah XYZ adalah salah satu pelajaran subjek di Sekolah
XYZ, Jakarta, yang diajarkan kepada siswa Sekolah Dasar (SD)� kelas 1 - 5, dimana siswa dapat
mengekspresikan diri, mengembangkan kepercayaan diri dan kecerdasan kinestetik
mereka melalui kegiatan fisik yang melibatkan keseimbangan, koordinasi dan
fleksibilitas, seperti yang dijelaskan oleh International Baccalaureate dalam Arts Scope and Sequence
Pelajaran seni tari (dance)
yang diajarkan oleh peneliti diberikan satu sesi dalam seminggu untuk kelas
1B. Pelajaran dance tersebut diadakan
setiap hari Selasa dengan satu sesi selama 40 menit dan didampingi oleh rekan
guru kelas, yaitu Ms. M. Di Sekolah XYZ, SD kelas 1 merupakan kelas yang
terdiri dari anak-anak berusia 6-7 tahun.
Dengan sesi pelajaran seni tari yang terbatas, yaitu hanya
satu kali dalam seminggu, peneliti melihat kesulitan-kesulitan yang muncul saat
mengajar siswa SD kelas 1B, yaitu masih banyaknya siswa kelas 1B yang tidak
percaya diri dan cenderung malu-malu saat mengikuti pelajaran seni tari. Selain
itu, beberapa siswa masih menghadapi kesulitan terkait dengan kecerdesan
kinestetik yang mencakup kemampuan dalam koordinasi tubuh, kelenturan dan
keseimbangan. Dengan adanya kesulitan-kesulitan tersebut, pengamatan pun
dilakukan oleh guru tari dan rekan guru kelas dan ditulis dalam bentuk anecdotal record.
Kejadian-kejadian di atas menimbulkan keresahan dan mendorong
peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui lebih dalam sebab terjadinya
kejadian-kejadian tersebut, khususnya saat pelajaran seni tari. Peneliti
menyimpulkan bahwa kegiatan menari yang dilakukan di kelas harus lebih menyenangkan,
bervariasi dan berfokus kepada kegiatan yang dapat melatih kecerdasan
kinestetik siswa, yaitu lebih berfokus pada kegiatan koordinasi gerak tubuh,
kelincahan, kekuatan dan keseimbangan.
Oleh karena itu, diperlukan alternatif
solusi untuk memperbaiki cara mengajar guru dalam
pelajaran seni tari di kelas yang dapat mengatasi kesulitan-kesulitan siswa.
Berkaitan dengan hal ini, metode yang tepat untuk dapat digunakan dalam upaya
meningkatkan kecerdasan kinestetik dan percaya diri adalah dengan metode
demonstrasi. Metode
demontrasi merupakan proses pemberian kegiatan pembelajaran kepada anak usia dini dengan tindakan secara langsung dalam suatu
kegiatan sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan. Metode demonstrasi yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkahnya
dapat menciptakan pembelajaran yang terstruktur namun menyenangkan.
Metode demonstrasi adalah metode
pengajaran yang melibatkan pengalaman belajar melalui pengamatan dan mendengarkan,
diikuti dengan peniruan apa yang telah didemonstrasikan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pelajaran Seni Tari
untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik dan Percaya Diri Anak Usia 6 � 7 tahun
di Sekolah XYZ, Jakarta. Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Bagaimana
penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran seni tari untuk meningkatkan
kecerdasan kinestetik dan percaya diri siswa kelas 1B di Sekolah XYZ, Jakarta?,
2) Bagaimana perkembangan kecerdasan kinestetik siswa kelas 1B di Sekolah XYZ,
Jakarta dalam pelajaran seni tari setelah penerapan metode demonstrasi?, 3) Bagaimana
perkembangan percaya diri siswa kelas 1B di Sekolah XYZ, Jakarta dalam
pelajaran seni tari setelah penerapan metode demonstrasi?, 4) Apa saja kendala
yang dihadapi selama penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran seni tari
siswa kelas 1B Sekolah XYZ, Jakarta?
Landasan Teori
Sebelum memulai penelitian, teori-teori yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti telah ditemukan. Ki Hajar
Dewantara melihat bahwa setiap anak mempunyai potensi untuk tumbuh dan
berkembang, sehingga mereka harus diberi kesempatan yang luas untuk
mengeksplorasi pengetahuan. Teori pertama adalah Papalia dalam buku Human Development
Teori selanjutnya adalah metode demonstrasi yaitu menunjukkan, melakukan,
dan menjelaskan, memiliki berpengaruh dan bermakna penting bagi anak usia dini,
karena metode ini menjadi metode yang secara konkrit dapat menunjukkan apa yang
dilakukan melalui peraga, dapat menyampaikan ide atau konsep, dapat
mengembangkan kemampuan mengamati dan mengembangkan kemampuan untuk meniru dan
menilai secara tepat
Selanjutnya
terdapat beberapa pengertian dan penerapan mengenai seni tari, kecerdasan kinestetik, percaya diri untuk
anak usia 6
hingga 7 tahun.
Metode Penelitian
Penulisan penelitian menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Di mulai dengan fase perencanaan (planning) lesson plan untuk aktivitas di kelas, selanjutnya fase pelaksanaan
(acting) dengan melakukan tindakan,
selanjutnya fase pengamatan (observing)
di dalam kelas, dan terakhir fase refleksi (reflecting)
dimana peneliti menganalisa kembali apa saja kegiatan yang sudah dilakukan.
Penelitian diuji pada sekolah XYZ,
Jakarta, di kelas 1B yang berusia 6 hingga 7 tahun. Kelas tari dilakukan seminggu sekali dengan durasi 1x40
menit. Penelitian dilakukan di Term tiga tahun ajaran
2022/2023 dan berlangsung dari bulan November 2022 sampai dengan Mei 2023.
Subjek penelitian adalah siswa kelas
1B yang berjumlah 17 siswa, yang terdiri dari 10
siswa laki-laki dan tujuh siswa perempuan dengan karakteristik yang
berbeda-beda.
Pengumpulan data
dilakukan dengan observasi, penulisan anecdotal
records, dan instrument penelitian rubrik penilaian. Penelitian berisikan
skala dengan indeks 1, 2, 3,dan 4 yang berarti: 1)
Belum Berkembang, 2) Mulai Berkembang, 3) Berkembang Sesuai Harapan, 4)
Berkembang Sangat Baik.
Tabel 1
Rubrik
Penilaian Kecerdasan Kinestetik
Aspek yang dinilai |
1 |
2 |
3 |
4 |
Keseimbangan |
Siswa tidak mampu
berjinjit dengan satu kaki sesuai dengan posisi yang di demonstrasikan oleh
guru. |
Siswa mampu berjinjit
dengan satu kaki sesuai dengan posisi yang di demonstrasikan oleh guru selama
3 detik. |
Siswa mampu berjinjit
dengan satu kaki sesuai dengan posisi yang di demonstrasikan oleh guru selama
5 detik. |
Siswa mampu berjinjit
dengan satu kaki sesuai dengan posisi yang di demonstrasikan oleh guru selama
lebih dari 5 detik. |
Kelenturan |
Siswa tidak mampu
melakukan gerakan memutar dan membungkukkan badan sambil memutarkan badan. |
Siswa mampu memutar dan
membungkukkan badan sebanyak 2 kali. |
Siswa mampu memutar dan
membungkukkan badan sebanyak 3 kali. |
Siswa mampu memutar dan
membungkukkan badan lebih dari 3 kali. |
Koordinasi |
Siswa belum mampu
menggerakkan tangan, kaki dan kepala secara terkoordinasi sesuai dengan yang
demonstrasikan guru. |
Siswa hanya mampu
menggerakkan tangan, kaki dan kepala tetapi tidak secara bersamaan dan
terkoordinasi sesuai dengan yang demonstrasikan guru. |
Siswa mampu menggerakkan
tangan dan kaki secara bersamaan tapi masih belum bisa mengkoordinasikan
gerakan kepala sesuai yang demonstrasikan guru. |
Siswa mampu untuk
menggerakkan tangan, kaki dan kepala secara bersamaan dan terkoordinasi
sesuai dengan yang demonstrasikan guru. |
Tabel 2
Rubrik
Penilaian Rasa Percaya Diri
Aspek yang dinilai |
1 |
2 |
3 |
4 |
Tidak
ragu-ragu |
Siswa terlihat sangat
ragu-ragu dan tidak mau mengikuti pembelajaran. |
Siswa ragu-ragu dan
memerlukan bantuan saat pembelajaran. |
Siswa terlihat ragu-ragu
saat pembelajaran. |
Siswa tidak ragu-ragu saat
pembelajaran. |
Berani |
Siswa belum menunjukkan
sikap berani dsn memberikan ide saat pembelajaran. |
Siswa tidak berani
memberikan ide dan butuh dorongan saat pembelajaran. |
Siswa berani memberikan 1
ide saat pembelajaran. |
Siswa berani untuk
memberikan lebih dari 2 ide saat pembelajaran. |
Mudah
beradaptasi |
Siswa belum menunjukan
sikap mudah beradaptasi saat pembelajaran. |
Siswa masih membutuhkan
dorongan untuk beradaptasi saat pembelajaran. |
Siswa beradaptasi hanya
dengan teman-teman tertentu saja saat pembelajaran. |
Siswa mudah beradaptasi
dengan teman sekelas saat pembelajaran. |
Analisis data tingkat rasa percaya juga dilakukan melalui
beberapa langkah berikut:
1. Memberikan skor untuk masing-masing kriteria penilaian yang diamati sesuai dengan lembar penilaian yang sudah dibuat.
2. Menjumlahkan skor semua kriteria penilaian
3. Menentukan nilai berdasarkan skor masing-masing indikator dengan menggunakan rumus:
Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel
klasifikasi kategori nilai (dalam %) percaya diri berdasarkan lembar observasi.
Tabel 3
Klasifikasi
Percaya diri
No. |
Jumlah Skor |
Presentasi Nilai |
Kesimpulan |
1 |
4-7,5 |
25-46% |
Percaya diri belum berkembang |
2 |
7,6-10,5 |
47-65% |
Percaya diri mulai berkembang |
3 |
10,6-13,5 |
66-84% |
Percaya diri berkembang sesuai harapan |
4 |
13,6-16 |
85-100% |
Percaya diri berkembang sangat baik |
Menurut
Oleh karena itu, indikator keberhasilan yang ingin
diperoleh peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Proses pembelajaran gerak dan tari dengan menggunakan metode demonstrasi berjalan sesuai dengan langkah-langkah yang di uraikan di BAB II.
2. Penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran seni tari (dance) dikatakan berhasil apabila pada siklus akhir terdapat lebih dari 75% siswa yang menunjukkan peningkatan dan berada pada tingkat yang lebih baik dalam kecerdasan kinestetik.
3. Penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran seni tari (dance) dikatakan berhasil apabila pada siklus akhir terdapat lebih dari 75% siswa yang menunjukkan peningkatan dan berada pada tingkat yang lebih baik dalam rasa percaya diri.
Hasil dan Pembahasan
Setelah penerapan metode demonstrasi
pada kelas 1B
dari pra siklus, siklus I hingga siklus II, terlihat beberapa perkembangan yang muncul pada perkembangan kecerdasan
kinestetik
dan percaya diri mereka. Berdasarkan keseluruhan
proses dari pra siklus, siklus I hingga siklus II, gambar berikut adalah perkembangan yang
dapat diamati pada perkembangan kecerdasan kinestetik dan percaya
diri pada siklus I.
Gambar 1. Penilaian Kecerdasan
Kinestetik dan Percaya Diri Siklus I
Hasil pengamatan siklus I terlihat ada tujuh siswa kelas 1B
masih belum berkembang kecerdasan kinestetiknya, tujuh siswa sudah mulai
berkembang kecerdasan kinestetiknya dan tiga siswa kelas 1B sudah berkembang
kecerdasan kinestetiknya sesuai harapan. Sedangkan untuk percaya diri terlihat
empat siswa masih belum berkembang rasa percaya dirinya sedangkan delapan siswa
mulai berkembang rasa percaya dirinya dan lima siswa
kelas 1B mulai berkembang sesuai harapan.
Gambar 2. Penilaian
Kecerdasan Kinestetik dan Percaya Diri Siklus II
Lalu pada siklus
II terjadi juga peningkatan dengan hasil, yaitu satu siswa yang mulai
berkembang, sembilan siswa yang sudah berkembang sesuai harapan dan tujuh siswa
kelas 1B berkembang sangat baik kecerdasan kinestetiknya. Sedangkan hasil
penilaian pada percaya diri menujukkan adanya 12 siswa kelas 1B yang berkembang
sesuai harapan dan lima siswa berkembang sangat baik
percaya dirinya.
Perkembangan kecerdasan kinestetik siswa kelas 1B mulai dari
Siklus I sampai dengan Siklus II terlihat cukup signifikan dan sesuai dengan apa yang peneliti harapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan
hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan rubrik,
persentase nilai perolehan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Perkembangan
Kecerdasan Kinestetik Siswa dari Siklus I � Siklus II
No. |
Inisial Siswa |
Persentasi Nilai Akhir
pada siklus (%) |
Kesimpulan Tingkat
Kecerdasan Kinestetik pada siklus |
Keterangan |
||
�1 |
2 |
�1 |
2 |
|||
1 |
AZ |
75,00 |
91.67 |
BSH |
BSB |
Naik |
2 |
AH |
66,67 |
83,33 |
BSH |
BSH |
Naik |
3 |
AM |
33,33 |
58,33 |
BB |
MB |
Naik |
4 |
DA |
66,67 |
83,33 |
BSH |
BSH |
Naik |
5 |
DI |
33,33 |
66,67 |
BB |
BSH |
Naik |
6 |
FV |
83,33 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
7 |
GE |
50,00 |
75,00 |
MB |
BSH |
Naik |
8 |
GA |
83,33 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
9 |
JS |
58,33 |
83,33 |
MB |
BSH |
Naik |
10 |
KZ |
50,00 |
75,00 |
MB |
BSH |
Naik |
11 |
MK |
75,00 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
12 |
PG |
58,33 |
75,00 |
MB |
BSH |
Naik |
13 |
RG |
75,00 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
14 |
RR |
50,00 |
75,00 |
MB |
BSH |
Naik |
15 |
SC |
75,00 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
16 |
LR |
83,33 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
17 |
MZ |
75,00 |
83,33 |
BSH |
BSB |
Naik |
Tabel 5
Perkembangan Percaya
Diri Siswa dari Siklus I � Siklus II
No. |
Inisial Siswa |
Persentasi Nilai Akhir
pada siklus (%) |
Kesimpulan Tingkat
Kecerdasan Kinestetik pada siklus |
Keterangan |
||
�1 |
2 |
�1 |
2 |
|||
1 |
AZ |
58,33 |
75,00 |
MB |
BSH |
Naik |
2 |
AH |
75,00 |
83,33 |
BSH |
BSH |
Naik |
3 |
AM |
50,00 |
75,00 |
MB |
BSH |
Naik |
4 |
DA |
75,00 |
75,00 |
BSH |
BSH |
Naik |
5 |
DI |
66,67 |
75,00 |
BSH |
BSH |
Naik |
6 |
FV |
75,00 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
7 |
GE |
58,33 |
75,00 |
MB |
BSH |
Naik |
8 |
GA |
83,33 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
9 |
JS |
75,00 |
75,00 |
BSH |
BSH |
Naik |
10 |
KZ |
75,00 |
83,33 |
BSH |
BSH |
Naik |
11 |
MK |
75,00 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
12 |
PG |
58,33 |
75,00 |
MB |
BSH |
Naik |
13 |
RG |
75,00 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
14 |
RR |
66,67 |
75,00 |
BSH |
BSH |
Naik |
15 |
SC |
75,00 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
16 |
LR |
83,33 |
100 |
BSH |
BSB |
Naik |
17 |
MZ |
75,00 |
83,33 |
BSH |
BSH |
Naik |
Untuk mengidentifikasi terjadinya peningkatan yang
dialami masing-masing siswa pada setiap siklus, maka peneliti menggunakan Normalized Gain (N-gain) untuk
menganalisis peningkatan kecerdasan kinestetik dan percaya diri siswa. Berikut
merupakan rumus formula N-gain:
Hasil perhitungan N-gain dari pra siklus sampai
dengan siklus II dapat terlihat pada tabel berikut.
Tabel 6
Hasil N-gain Pra
Siklus � Siklus II
No. |
Inisial Siswa |
Kecerdasan Kinestetik Pra� Siklus II |
Kategori |
Percaya Diri Pra� Siklus II |
Kategori |
||
N Gain Score |
N-gain (%) |
N Gain Score |
N-gain (%) |
||||
1 |
AZ |
0.86 |
85.71 |
Tinggi |
0.63 |
62.50 |
Sedang |
2 |
AH |
0.75 |
75.00 |
Sedang |
0.78 |
77.78 |
Tinggi |
3 |
AM |
0.44 |
44.44 |
Sedang |
0.57 |
57.14 |
Sedang |
4 |
DA |
0.75 |
75.00 |
Sedang |
0.57 |
57.14 |
Sedang |
5 |
DI |
0.56 |
55.56 |
Sedang |
0.67 |
66.67 |
Sedang |
6 |
FV |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
7 |
GE |
0.67 |
66.67 |
Sedang |
0.67 |
66.67 |
Sedang |
8 |
GA |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
9 |
JS |
0.78 |
77.78 |
Tinggi |
0.67 |
66.67 |
Sedang |
10 |
KZ |
0.67 |
66.67 |
Sedang |
0.75 |
75.00 |
Tinggi |
11 |
MK |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
12 |
PG |
0.50 |
50.00 |
Sedang |
0.63 |
62.50 |
Sedang |
13 |
RG |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
14 |
RR |
0.67 |
66.67 |
Sedang |
0.67 |
66.67 |
Sedang |
15 |
SC |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
16 |
LR |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
1.00 |
100.00 |
Tinggi |
17 |
MZ |
0.75 |
75.00 |
Sedang |
0.75 |
75.00 |
Sedang |
Peningkatan pada
kecerdasan kinestetik terlihat dengan adanya 11 siswa
mengalami peningkatan tinggi di atas 75%, lima siswa lainnya mengalami
peningkatan sedang, yaitu di atas 50%, dan satu siswa yang mengalami
peningkatan sedang di atas 40%. Sedangkan peningkatan pada percaya diri terlihat dengan
hasil Sembilan siswa mengalami peningkatan
tinggi di atas 75%, delapan siswa lainnya mengalami peningkatan sedang, yaitu
di atas 50%.
Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah peneliti
adalah guru subjek mata pelajaran seni tari (dance),
sehingga hanya bertemu seminggu sekali dengan siswa kelas 1B, proses
pengambilan data hanya berdasarkan performa anak di kelas dance saja sehingga data kemungkinan bisa berubah sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa dan Siklus penelitian hanya berlangsung sebanyak
dua siklus dengan empat kali pertemuan. Jarak antara pertemuan 1 dan pertemuan
2 pada siklus I juga cukup jauh dikarenakan waktu yang terbatas diakibatkan
oleh faktor eksternal yaitu banyaknya hari libur pada bulan Maret � Mei 2023
dan juga pencapaian peningkatan siswa sudah cukup memenuhi indikator
keberhasilan.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil
penelitian dan pembahasan tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan dalam dua siklus dengan penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran
seni tari (dance) untuk meningkatkan
kecerdasan kinestetik dan percaya diri siswa kelas 1B, Sekolah XYZ Jakarta,
dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demontrasi dengan fasilitas yang baik
dan mendukung serta dilakukan dengan mengikuti langkah-langkahnya, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir yang diimplementasikan pada setiap
siklus, dapat membantu meningkatkan pelajaran seni tari (dance) yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan
percaya diri
Perkembangan kecerdasan kinestetik
siswa kelas 1B mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil perolehan
skor yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan dari pra siklus, siklus
I sampai dengan siklus II, yaitu sembilan siswa berkembang sesuai harapan dan tujuh siswa
kelas 1B berkembang sangat baik kecerdasan kinestetiknya. Hal ini menunjukkan
bahwa seluruh siswa kelas 1B menunjukkan peningkatan dalam kecerdasan
kinestetiknya. Hasil peningkatan dari masa pra siklus ke siklus II menurut
perhitungan N-gain, terlihat bahwa 11 siswa mengalami peningkatan tinggi di
atas 75%, lima siswa lainnya mengalami peningkatan sedang, yaitu di atas 50%, dan
hanya satu siswa yang mengalami peningkatan sedang di atas 40%, perkembangan
percaya diri pun mengalami peningkatan, yaitu terlihat pada hasil penilaian yang
menunjukkan 11 siswa yang mulai berkembang sesuai harapan dan enam siswa kelas
1B berkembang sangat baik rasa percaya dirinya. Hasil peningkatan dari masa pra
siklus ke siklus II menurut perhitungan N-gain, terlihat bahwa sembilan siswa
mengalami peningkatan tinggi di atas 75%, delapan siswa lainnya mengalami
peningkatan sedang, yaitu di atas 50%, sedangkan kendala-kendala yang dihadapi
yaitu banyaknya hari libur pada periode penelitian, minat siswa kelas 1B yang
mudah berubah-rubah dan belum terbiasa dengan kegiatan menari di sekolah
sehingga terkadang siswa menjadi kurang fokus dan mudah terpengaruh dan
bermain-main di kelas. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan memberikan
siswa kegiatan yang lebih menyenangkan dan harus lebih aktif untuk menjaga
suasana kelas agar tetap kondusif dan menyenangkan agar siswa lebih bersemangat
dan percaya diri saat melakukan kegiatan tari di kelas.
Implikasi temuan ini
dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi para peneliti, pengajar, dan calon
pengajar. Semua individu yang terlibat dalam proses pembelajaran di ruang kelas
harus memperhatikan teknik pengajaran yang digunakan agar dapat membantu
kemajuan peserta didik secara lebih efektif.
Beberapa saran untuk guru, hendaknya dapat
menerapkan variasi metode demonstrasi yang tidak hanya diterapkan untuk
pelajaran seni tari (dance) saja
tetapi dapat juga diaplikasikan pada mata pelajaran lain di kelas, terkadang
berubah-rubah tidak menjadi kendala dan batasan di kelas.
Sedangkan bagi institusi pendidikan, perlu meningkatkan pelatihan bagi
guru mengenai metode-metode atau pendekatan pembelajaran yang berbeda dalam
kegiatan pembelajaran, Lalu bagi penelitian selanjutnya, diharapkan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan penerapan metode demonstrasi hendaknya terintegrasi
dengan pembelajaran dan unit/tema yang berlangsung, sehingga pembelajaran dapat
lebih maksimal.
BIBLIOGRAFI
Amstrong, T. Kecerdasan
Multipel didalam Kelas. Jakarta, 2013.
Astini, Ni Ketut, I Wayan Sujana, and I Gede Raga. "�Penerapan Metode
Demonstrasi Melalui Kegiatan Seni Tari Berbantuan Media Audiocassette Tape
Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak�." Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini Undiksha, 2013: DOI: https://doi.org/10.23887/paud.v1i1.997.
Dwilestari, Ninin, and Nusa Putra. Penelitian Kulitatif PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada., 2016.
Hamiyah, Nur Hamiyah, and Jauhar. Strategi Belajar Mengajar di Kelas.
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014.
Hartingsveld, Margo J. Van., Groot, Imelda, J. M. De., Aarts, Pauline,
B.M., & Sanden, Maria W.G. N. Van Der. "Standardized tests of
handwriting readiness: a systematic review ." [Electronic version]
Journal compilation, Developmental medicine and child neurology, 2011:
506-515. DOI: 10.1111/j.1469-8749.2010.03895.x.
Isjoni. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta, 2017.
Iswantiningtyas, Veny , and Intan Prastihastari Wijaya. "Meningkatkan
Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional Gobak
Sodor." Jurnal Pinus Vol. 1. No.3, 2015: 249.
Kertamuda, Miftahul Achyar. GOLDEN AGE. Jakarta: Gramedia, 2015.
Organization, International Baccalaureate. Arts Scope and Sequence.
United Kingdom: International Baccalaureate Organization (UK) Ltd, 2018.
Papalia, Diane E., Olds, Sally W., & Fieldmean, Ruth D. Human
development (14th ed.). New York: McGraw-Hill Education, 2021.
Rahardja, Budi, Rizky Amalia, and Malpaleni Satriana. Penerapan Metode
Demonstrasi Gerak Lokomotor Dalam Mengembangkan Motorik Kasar Anak Usia Dini.
Banyumas: CV Amerta Media, 2021.
Raharja, Budi, Pratiwi Hidayati, and Fachrul Rozie. Optimalisasi
Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini. Banyumas: CV Amerta Media, 2021.
Santrock, J.W. Educational Psychology: Sixth Edition. New York:
McGraw-Hill Education, 2018.
Sosial, Tenaga Kependidikan�Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan. Jakarta, 2008.
Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Prenada, 2011.
UNICEF. Early childhood Development Overview. May 2022.
https://data.unicef.org/topic/early-childhood-development/overview/ (accessed
December 18, 2022).
Copyright
holder: Vimala Murti Pitra Tunggal Jaya, Rini
Wahyuningsih (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |