Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 09, September 2022
����������������������������������������������������������
STUDI KASUS: PENGARUH PENYIMPANAN DAN PENANDAAN OBAT HIGH
ALERT DAN LASA TERHADAP RESIKO TERJADINYA HUMAN ERROR DI RUMAH SAKIT
KHUSUS MATA MENCIRIM TUJUH TUJUH MEDAN
Annisa Dhiya Zafirah1, Purnawan Junadi2
1*2 Faculty of Public Health, University Indonesia,
Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Obat High Alert dan LASA merupakan kategori obat
yang memerlukan perhatian khusus karena dapat menyebabkan medication error
sehingga diperlukan pengelolaan secara khusus agar tidak terjadi human error.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab
terjadinya human error dalam
pemberian obat pada pasien terhadap pengaruh penyimpanan dan penandaan obat high alert dan LASA.
Penelitian ini merupakan penelitian kualititaif deskriptif
dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh penyebab
terjadinya KTD kesalahan dalam pemberian obat ialah kelalaian petugas,
kebijakan rumah sakit dalam penyimpanan dan penandaan obat high alert dan LASA belum
menggunakan metode Tallman Lettering, komunikasi
yang buruk.
Kata Kunci: High Alert, LASA, Penandaan dan Penyimpanan
Abstract
High
Alert and LASA drugs are categories of medication that require special
attention because they can cause medication errors, so special management is
needed to avoid human error. This study aims to determine the causes of human error in
administering medication to patients on the influence of storage and labeling
of high alert and LASA medications. This research is descriptive qualitative
research using observation and in-depth interview methods. Based on the results
that have been obtained, the causes of accidental accidents in administering
drugs are staff negligence, hospital policies in storing and marking high alert
drugs and LASA not using the Tallman Lettering method, poor communication.
Key words: High
Alert, LASA� Labeling and Storage
Latar
Belakang
Pada dunia kesehatan penyimpanan dan penadaan obat-obatan sangat penting
dilakukan untuk menghindari terjadinya human error yang mengakibatkan medication
error. Medication error ialah sebuah peristiwa yang menyebabkan atau
mengarah pada penggunaan obat yang tidak tepat atau membahayakan bagi pasien
saat dalam penaganan tenaga kesehatan. Menurut Rodziewicz t al (2022), Medication
error menjadi masalah kesehatan yang serius dan dapat menyebabkan kematian
yang menimbulkan ancaman besar terhadap keselamatan pasien.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chalasani (2018), ada
beberapa faktor yang menyebabkan Medication error pada layanan kesehatan
diantaranya pelatihan terapi resep, pengetahuan dan pengalaman tenaga
kefarmasian, pengetahuan pasien, beban kerja yang tinggi dan persepsi resiko.
Keterlibatan petugas farmasi dalam sistem keamanan pengobatan di fasilitas
pelayanan kesehatan dapat meminimalkan terjadinya human error (Shepel
dkk, 2019). Hal ini sejalan dengan pendapat Sutema & Maharjana (2021) dan American
and Society of Health-System Pharmacist (2019) rekonsiliasi farmasi dirasa
dapat mencegah terjadinya medication error yang disebabkan oleh human
error dengan berperan aktif dalam pemanatauan dan evaluasi penggunaan obat
dengan memastikan proses pengobatan pada pasien berlangsung dengan aman.
Salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan dan sikap untuk menurunkan
angka kejadia medication error dengan proses pembelajaran dan pelatihan.
Sepertinya penyimpanan obat yang kurang tepat seperti pada golongan obat High
Alert dan LASA (Look Alike Sound Alike). High Alert adalah
obat yang harus diwaspadai karena sering menyeybabkan terjadinya kesalahan dan
kesalahan serius (sentinel event) dan obat dengan resiko tinggi
menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Obat High Alert
sering menyebabkan medication error. Menurut penelitian Silvia, dkk
(2011) terdapat lebih dari satu kesalahan peresepan dengan total 1.632
kesalahan yang ditemukan pada obat High Alert.�
Look Alike Sound Alike
(LASA) merupakan obat yang secara visual serupa dalam penampilan fisik atau
pengemasan dan nama obat atau memiliki ejaan yang
sama. Obat yang memiliki penampilan fisik, dan nama
dan pengejaannya obat yang hampir sama dapat membuat petugas salah memberi obat
kepada pasien. Untuk mencegah terjadinya medication error pada pasien
yang disebabkan human error perlu adanya peningkatan pengetahuan dan
sikap pada farmasis (Wardhana et al, 2022).�
Menurut Bayang (2013) dalam Amrullah (2022) penyimpanan obat yang tepat,
khususnya pada obat LASA dan High Alert dapat menurunkan angka
terjadinya medication error yang disebabkan oleh human error.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui
penyebab terjadinya kesalahan pemberian obat human error terhadap penyimpanan dan penandaan obat High Alert dan LASA pada unit farmasi Rumah Sakit Khusus Mata Mencirim Tujuh
Tujuh.
Metode
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah metode
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini
melalui wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi. Informan dalam
penelitian ini ialah Kepala Unit Farmasi, apoteker, asisten apoteker dan
petugas yang ada di unit farmasi. Selain itu metode yang digunakan dalam
penulisan artikel ini yaitu literature review. Proses
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data base Google Scholar
dengan kata kunci �penyimpanan dan penandaan obat�, �High Alert� dan
�LASA�. Adapun kriteria inkluasi pada pencarian artikel ini yaitu artikel
dengan penelitian yang dilakukan di Indonesia, di terbitkan 5 tahun terakhir
mulai dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2023, berbentuk original article,
artikel tersedia dalam bentuk full text dan free access, serta
artikel yang menjelaskan pengaruh penyimpanan dan penandaan obat high alert
dan lasa terhadap resiko terjadinya human error di Rumah Sakit.
Gambar
1.� Tahapan Pengumpulan Data
Dari 35 artikel yang ditemukan tentang pengaruh penyimpanan dan
penandaan obat High Alert dan LASA terhadap resiko terjadinya Human
Error di Rumah Sakit, 20 artikel lainnya tidak sesuai, dan 15 topik yang
disaring. Dari 15 topik yang telah disaring, terdapat 10 artikel yang tidak
masuk dengan kriteria inklusi. Sehingga hasil akhir terdapat 5 artikel yang
masuk di dalam inkusli.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil artikel yang telah dikumpulkan dan dianalisa oleh
penulis didapatkan bahwa pengaruh penyimpanan dan penandaan obat High Alert dan
LASA terhadap resiko terjadinya human errror di rumah sakit.
Tabel
1
Ringkasan Temuan Artikel
Peneliti |
Tempat Penelitian |
Tujuan |
Metode |
Temuan |
Hafizh
Amrullah, 2022 |
Puskesmas
Kabupaten Ogan Komering Ilir |
Untuk mengetahui
pengaruh pelatihan terhadap kesesuaian penyimpanan obat LASA |
Quasi-experimental design |
1.
Adanya peningkatan
pengetahuan dan sikap tentang penyimpanan obat LASA setelah dilakukannya
pelatihan pada petugas farmasi di seluruh Puskesmas Kabupaten Ogan Komering
Ilir 2.
Adanya penurunan
kejadian medication error di seluruh Puskesmas Kabupaten Ogan Komering
Ilir |
Neng
Rika dan Wempi Eka Rusmana, 2021 |
Rumah
Sakit Swasta Kota Bandung |
Untuk
mengetahui pengaruh yang signifikan antara penyimpanan dan penandaan obat High
Alert dan LASA terhadap resiko terjadinya human errror |
Korelasional
dengan pendekatan secara kuantitatif |
1.
Adanya pengaruh
penyimpanan obat High Alert dan LASA terhadap resiko terjadinya human
error |
Wahyuni
dkk, 2021 |
Rumah
Sakit TK. IV Guntung Payung Banjarbaru |
Untuk
mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan High Alert Medication �berdasarkan SPO di Rumah Sakit Tk. IV
Guntung Payung Banjarbaru |
Kualitatif |
1.
Pada penyimpanan obat
High Alert, terdapat beberapa obat tidak diberi label. 2.
Untuk obat narkotika
dan psikotropika belum memenuhi syarat penyimpanan obat 3.
Penyimpanan obat
pada kategori LASA disimpan secara berdekatan dan tidak diselingi obat lain
serta tidak terdapat stiker �LASA� pada penyimpanannya. |
Hidayati
dkk, 2021 |
Instalasi
Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Plumbon |
Untuk
mengetahui kesesuaian tata letak penyimpanan pada pelabelan obat high alet
di Instalasi Farmasi Rawat Inap RS Mitra Plumbon |
Cross-sectional |
1.
Adanya
ketidaksesuaian pada kategori LASA yang letaknya masih berdekatan dan tidak
diberikan sama sekali penandaan berupa stiker LASA 2.
Adanya
ketidaksesuaian pada kategori High Alert karena tidak adanya penandaan
stiker High Alert |
Saputera
dkk, 2019 |
Instalasi
Farmasi RSD Idaman Banjarbaru |
Untuk
mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan masing-masing obat High Alert
berdasarkan standar prosedur operasional RSD Idaman |
Deskriptif |
1.
Obat dengan kategori
LASA yang letaknya masih bersebelahan dan tidak diberikan sama sekali
penandaan berupa stiker bertuliskan LASA pada kotak obat atu wadah
penyimpanannya |
Salah satu bagian penting dalam pengelolaan obat ialah tahap
penyimpanan. Tahap penyimpanan adalah bagian dari pengelolaan obat yang sangat
penting dalam memelihara mutu obat-obatan, menjaga kelangsungan persediaan,
memudahkan pencarian dan pengawasan, memberikan informasi kebutuhan obat yang akan datang, serta dapat mengurangi resiko kerusakan dan
kesalahan pemberian obat (medication error). Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 Tahun 2014, penyimpanan obat LASA
harus diberi penandaan khusus dan antar obat LASA harus diberi jarak dalam
penyimpanannya.
Berdsarkan hasil penelitiaan yang diperoleh dengan menggunakan system
literature review, beberap rumah sakit menerapkan strategi dalam
penyimpanan obat LASA dengan ditempat secara terpisah untuk meminimalisir
kesalahan dalam pengambilan obat LASA. Di beberapa rumah sakit yang menempatkan
obat LASA bersebelahan atau tidak diberikan jarak, sehingga dapat membahayakan
keselamatan pasien. Sistem penyimpanan obat LASA yang berada dalam satu rak
sangat memungkinkan untuk terjadinya human error yang menyebabkan medication
error. Menurut Rika dan Rusmana (2021), adanya pengaruh dalam penandaan
obat High Alert dan LASA terhadap resiko human error di rumah
sakit. Ini menggambarkan bahwa semakin baik penandaan pada obat High Alert dan
LASA, semakin rendah terjadinya resiko human error.�
Penelitian yanng dilakukan oleh Saputera dkk (2019), ditemukan sebanyak
69,10% tidak sesuai pada kategori LASA, yang disebabkan karena tata letak
penyimpanan obat masih bersebelahan dan tidak diberikan sama sekali penandaan
berupa sticker �LASA�.� Pada penelitian
lain juga diperoleh masih banyak instalasi farmasi rumah sakit yang tidak
memberikan sticker LASA pada obat yang disimpan secara berdekatan dikarenakan
tempat penyimpanan yang sempit (Wahyuni, 2021) dan penandaan berupa High
Alert (Hidayati, 2021). Untuk itu diperlukan suatu strategi dalam
penyususnan obat LASA untuk meminimalisirkan kesalahan dalam penyimpanannya.
Strategi penyimpinan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan penandaan pada
obat LASA untuk lebih menegaskan bahwa dalam deretan rak obat tersebut terdapat
obat LASA dengan menempelkan sticker �LASA�. Selain penandaan obat pada
kategori obat High Alert dan LASA, perlu dilakukannya pelatihan kepada
petugas kefarmasian agar tidak terjadi human error dalam pemberian obat
kepada pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amrullah
(2022), bahwa adanya penurunan terjadinya human error pada petugas
kefarmasian di seluruh Puskesmas Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Obat kewaspadaan tinggi (High
Alert) dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.
Obat kewaspadaan tinggi berdasarkan kelas
terapi
2.
Obat kewaspadaan tinggi berdasarkan
tulisan dan pelafalan mirip ( LASA-Sound Alike)
3.
Obat kewaspadaan tinggi berdasarkan
kemasan mirip ( LASA_Look Alike)
4.
Obat kewaspadaan tinggi berdasarkan dosis
bertingkat
�Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan pada unit farmasi Rumah
Sakit Khusus Mata Mencirim Tujuh Tujuh di dapatkan
jenis-jenis dan golongan obat High Alert dan
LASA, sebagai berikut.
1.
Obat kewaspadaan tinggi berdasarkan
kelas terapi
Obat yang masuk dalam kategori ini adalah
obat yang jika terjadi kesalahan dalam pemberiannya kepada pasien sangat
beresiko membahayakan keselamatan pasien. Obat-obat yang masuk dalam kategori
ini diantaranya.
a. Elektrolit
konsentrat pekat
b. Cairan
lebih pekat dari Nacl 0.9%
c. Antitrombosit
d. Antidiabetes
e. Adrenergic
agonis
f. Anti
aritmik
g. Cairan
parenteral
h. Dextrose
hipertonik
2. Obat
Kewaspadaan Tinggi Berdasarkan Tulisan dan Pelafalan Mirip (LASA-Sound Alike)
Obat yang masuk dalam kategori ini adalah
obat yang komposisi nama obat mirip yang memungkinkan
kesalahan pembacaaan resep dan ketika dilafalkan memungkinkan terjadinya
interpretasi.
3. Obat
Kewaspadaan Tinggi Berdasarkan Kemasan Mirip (LASA-Look Alike)
Obat yang masuk dalam kategori ini adalah
obat yang kemasan mirip mulai dari warna bentuk dan ukuran sehingga
memungkinkan terjadinya kesalahan dalam penyiapan dan penyerahan obat.
4. Obat
Kewaspadaan Tinggi Berdasarkan Dosis Bertingkat
Obat yang masuk kategori ini adalah satu
jenis obat dengan kekuatan sediaan lebih dari satu. Sebagai contoh amlodipine 5
mg dan amlodipine 10 mg. Manajemen menganalisa dan menetapkan daftar
obat kewaspadaan tinggi sesuai kategori pada lampiran pedoman ini.
Evaluasi dan pembaharuan dilakukan pada daftar obat kewaspadaan tinggi secara
berkala.
Tabel
2
Obat
Kewaspadaan Tinggi Berdasarkan Kelas Terapi
No |
Kelas Terapi |
Nama Obat |
Nama Dagang |
1 |
Adenergik
Agonis |
Ephineprine |
Ephineprine |
Norephineprine |
Vascon |
||
|
|
Ephedrine Hcl |
Ephedrine Hcl |
2 |
Anti Aritmik |
Lidocain |
Lidocain |
Lidocain +
Ephineprine |
Pehacain |
||
3 |
Anastesi Umum |
Sevofluran |
Sevodex |
Propopol |
Recofol |
||
4 |
Antikolinesterase |
Prostigmin |
Prostigmin |
5 |
Anti
Inflamasi |
Keterolac |
Keterolac |
Atropine
Sulfat |
Atropine
Sulfat |
||
6 |
Analgetik
Opioid |
Atracurium
Besilate |
Tramus |
Fentanyl |
Fentanyl |
||
7 |
Hipnotik Dan
Sedatif |
Midazolam |
Midazolam |
Diazepam |
Diazepam |
||
8 |
Cairan
parenteral |
Manitol |
Manitol 20% |
9 |
Dextrose
hipertonik |
Dextropse 40% |
Otsu D40 |
Tabel
3
Obat
kewaspadaan tinggi berdasarkan tulisan dan pelafalan mirip
(LASA-Sound
Alike)
No |
Nama Obat |
Nama Obat Mirip |
1 |
Amlodipine |
Amlodipine 5
Mg |
Amlodipine 10
Mg |
||
2 |
Asam
Mefenamat |
Asam
Traneksamat |
3 |
Ephedrine |
Ephineprine |
4 |
Cylowam Tetes |
Cylowam
Tablet |
5 |
Metyl
Prednisolone |
Metyl
Prednisolone 4 Mg |
Metyl
Prednisolone 8 Mg |
||
Metyl
Prednisolone 16 Mg |
||
6 |
Cendo xitrol |
Optixitrol |
7 |
Cendo timol
0.25% |
Cendo timol
0.5% |
8 |
Cendo tropin |
Cendo
homatropin |
9 |
Cendo conver
2% |
Cendo conver
4% |
10 |
Cendo
eyefresh |
Cendo
eyefresh plus |
110 |
Erlamycetin
tetes |
Erlamycetyin
salep |
Tabel
4
Obat
kewaspadaan tinggi berdasarkan kemasan mirip (LASA-Look Alike)
No |
Nama
Obat |
Nama
Obat Mirip |
1 |
cendo tobro |
cendo floxa |
2 |
Cendo timol |
Cendo tonor |
3 |
Cendo giflox |
Cendo lfx |
4 |
Cendo p- pred |
Cendo xitrol |
5 |
Cendo conver 2% |
Cendo hyalub |
6 |
cylowam |
Optixitrol |
7 |
flamar |
Tim-opthal |
8 |
polidemisin |
Sanbe tears |
9 |
Cendo asthenof |
Cendo augentonic |
10 |
Cendo carpine |
Cendo glaupen |
11 |
molcin |
moxifloxacin |
12 |
opthalent |
Tim-opthal |
13 |
Cendo polydex |
Cendo xitrol |
Tabel 5
Data Kesalahan Pemberian Obat di
Rumah Sakit
Bulan: Desember 2022
No |
Tanggal |
Jlh seluruh
obat yg diresepkan |
Jlh
obat yg sesuai dengan yg diresepkan |
Jlh
obat yg tidak sesuai dengan yg diresepkan |
Nama
obat yg tidak sesuai dengan resep |
Jenis
kesalahan pemberian obat |
Keterangan |
1 |
02/12/2022 |
5 |
4 |
1 |
Cendo Tropin |
Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) |
Seharusnya Cendo
lfx,dikasih cendo tropin |
Tabel 6
Bulan: Januari 2023
No |
Tanggal |
Jlh
seluruh obat yg diresepkan |
Jlh
obat yg sesuai dengan yg diresepkan |
Jlh
obat yg tidak sesuai dengan yg diresepkan |
Nama
obat yg tidak sesuai dengan resep |
Jenis
kesalahan pemberian obat |
Keterangan |
1 |
14/01/2023 |
5 |
4 |
1 |
Cendo Noncort |
Kejadian Tidak
Cidera (KTC) |
Seharusnya cendo
tonor, dikasih cendo noncort |
Berdasarkan informasi yang di dapatkan dari informan, rumah sakit pernah
mendapatkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) akibat dari kelalaian petugas dalam
memberikan obat kepada pasien. KTD tersebut terjadi pada bulan Desember 2022 dan Januari 2023,
dimana petugas farmasi salah dalam pemberian obat kepada pasien yang seharusnya
diberi obat Cendo lfx tetapi diberi
Cendo Tropin pada bulan Desember 2022 dan memberi Cendo Tonor, tetapi diberi Cendo Noncort pada Januari 2023. Pemicu KTD di rumah sakit dapat disebabkan dari berbagai faktor yaitu
kebijakan, lingkungan, individu, metode dan faktor-faktor lainnya.
Berdasarkan
hasil wawancara dari informan, di dapatkan bahwa petugas asisten apoteker tersebut telah 2 kali
melakukan kesalahan. Rumah
sakit membuat kebijakan dalam penyimpanan obat High Alert dan LASA berdasarkan
observasi yang dilakukan di Unit Farmasi Rumah Sakit Khusus Mata Mencirim Tujuh
Tujuh, di dapatkan bahwa penyimpanan obat High Alert di rumah sakit
telah sesuai, namun untuk penyimpanan obat LASA belum sesuai. Berdasarkan
informasi yang didapatkan bahwasanya cara penyimpanan
obat LASA di rumah sakit sesuai dengan sediaan obat, disusun berdasarkan
alfabetis, diberi jarak pada setiap obat dan menempelkan stiker LASA di setiap
kemasan obat. Penyimpanan obat LASA pada unit farmasi belum menerapkan sistem Tallman
Lettering. Menurut WHO (2007), penulisan nama obat
menggunakan metode Tallman Lettering dapat mengurangi kejadian kesalahan
dalam pengambilan obat.
Selain kebijakan dalam penyimpanan obat rumah sakit juga melakukan
formulasi dalam sistem layanan obat yang akan diberikan.
Seperti yang dijelaskan oleh kepala unit farmasi bahwa setelah kejadian KTD
kemarin, rumah sakit kami melakukan reformulasi dalam penyimpanan obat-obatan,
khususnya pada obat High Alert dan Obat LASA. Melakukan reformulasi sistem
guna memudahkan petugas farmasi dalam memberi layanan kepada pasien. Kesalahan
dalam penyimpanan dan penandaan obat High Alert dan obat LASA dapat
mempengaruhi resiko terjadinya human error di rumah sakit, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Rika dan Rusmana (2021) pada salah satu rumah
sakit swasta di kota Bandung. Adanya reformulasi sistem yang di terapkan
membuat prosedur kerja menjadi sedikit lebih lama dalam pengerjaan. Hal ini
dikarenakan tenaga kefarmasian membutuhkan serangkaian sosialisasi, pelatihan
dan evaluasi dalam penerapannya.
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendukung sistem yang baru,
dapat menurunkan insiden keselamatan pasien dan meningkatkan penerapan budaya keselamatan
di rumah sakit. Menurut pitoyo (2016), Pelatihan dan sosialisasi penting untuk
keberhasilan solusi,� karena
prosedur� baru� ini�
membutuhkan� penyesuaian-penyesuaian� berupa�
kesiapan� SDM� dan�
umpan� balik� dari mereka. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Amrullah (2022), adanya peningkatan pengetahuan dan sikap
tentang penyimpanan obat LASA, serta penurunan kejadian medication error setelah
dilakukannya pelatihan pada petugas farmasi diseluruh Puskesmas Kabupaten OKI.
Semua� hal� ini�
dicatat dalam� formulir� dan�
ditanda-tangani, guna mencegah terjadinya KTD, hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Solanki and Shah (2013), semua hal penting dalam
telaah obat di catat� untuk mencegah� komplikasi,�
kematian,� pengobatan� yang rasional,� meningkatkan�
kepatuhan� dan� mencegah�
biaya yang� tidak� perlu�
bagi�� pihak� lain. �Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Nilasari, dkk petugas farmasi tidak boleh mempunyai
asumsi terhadap tulisan resep dokter pada tahap penyiapan obat LASA saat
petugas mengerjakan resep lebih dari satu lembar dalam waktu yang bersamaan.
Komunikasi yang
tidak efektif antara pekerja di rumah sakit dapat menyebabkan insiden
keselamatan pasien. Selain komunikasi yang buruk faktor yang paling sering
menyebabkan terjadinya KTD ialah kelalaian individu. Menurut Rockville (2003) dalam Farida (2019), salah
satu penyebab terjadinya insiden keselamatan ialah masalah dalam komunikasi.
Kelalaian
individu umumnya dikarenakan ingin bekerja secara cepat saja dan
kelelahan bekerja. Menurut informan asisten apoteker yang bertugas saat itu
mengalami kelelahan. Sejalan
dengan pendapat Donsu, dkk (2016) beban kerja dan SDM yang tidak seimbang
menyebabkan terjadinya medication error.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas terjadinya human error dalam
penyimpanan dan penandaan obat high alert dan LASA disebabkan kelalaian
petugas dalam melakukan stock opname terburu-buru sehingga obat yang disimpan
tidak sesuai pada wadahnya. Dalam penyimpanan dan penandaan obat LASA, belum
menggunakan metode Tallman Lettering dalam penyimpanan untuk mengurangi
kesalahan dalam pengambilan obat. Komunikasi yang buruk dalam melakukan konfirmasi
ulang terkait obat yang diberikan kepada pasien.
BIBLIOGRAFI
American Pharmacists Association,
n.d. Pharmacists� Impact on Patient Safety [WWW Document]. URL
https://www.pharmacist.com/pharmacists-impact-patient-safety (accessed 3.20.20
American, Society of Health-System Pharmacists. (2018). ASHP guidelines on
preventin medication errors in hospitals. Am J Health-Syst Pharm 75, 1493�1517.
Amrullah, H. (2022). Pengaruh Pelatihan
Terhadap Penyimpanan Lasa (Look Alike Sound Alike): Studi Kuasi Eksperimental. Babul
Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 14(2).
Chalasani, S. H., Ramesh, M., &
Gurumurthy, P. (2018). Pharmacist-Initiated Medication Error-Reporting and
Monitoring Programme in a Developing Country Scenario. Pharmacy, 6(4),
133.
Donsu, Y. C. (2016). Faktor penyebab
medication error pada pelayanan kefarmasian rawat inap bangsal anak RSUP Prof.
Dr. RD Kandou Manado. Pharmacon, 5(3).
Farida B, F. B. (2019). Gambaran
kejadian medication error di rumah sakit dr. Tadjuddin chalid makassar (Doctoral
dissertation, Universitas Hasanuddin).
Hidayati, N. R. (2022). Evaluasi Kesesuaian
Penyimpanan Obat High Alert di Instalasi Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Mitra
Plumbon. Journal of Pharmacopolium, 4(3).
Rika, N., & Rusmana, W. E. (2021).
Pengaruh Penyimpanan dan Penandaan Obat High Alert dan LASA (Look Alike Sound
Alike) Terhadap Risiko Terjadinya Human Error Di Salah Satu Rumah Sakit Swasta
Kota Bandung. Journal of Science, Technology and Entrepreneur, 3(1),
48-54.
Rodziewicz, T. L., Houseman, B., &
Hipskind, J. E. (2018). Medical error reduction and prevention.
Schepel, L., Aronpuro, K., Kvarnstr�m, K.,
Holmstr�m, A. R., Lehtonen, L., Lapatto-Reiniluoto, O., ... & Airaksinen,
M. (2019). Strategies for improving medication safety in hospitals: evolution
of clinical pharmacy services. Research in Social and Administrative
Pharmacy, 15(7), 873-882.
Silva, M. D. D. G., Rosa, M. B., Franklin,
B. D., Reis, A. M. M., Anchieta, L. M., & Mota, J. A. C. (2011).
Concomitant prescribing and dispensing errors at a Brazilian hospital: a
descriptive study. Clinics, 66(10), 1691-1697.
Solanki, N. D., & Shah, C. (2013). Root
cause analysis of medication errors at a multi-specialty hospital in Western
India. Int J Basic Clin Pharmacol, 2(6), 819-23.
Sutema, I. A. M. P., & Maharjana, I. B.
N. (2021). Pharmacist�s Role In Medication Reconciliation To Prevent The Risk
Of Medication Error At Bali Mandara Hospital. Journal of Pharmaceutical
Science and Application, 3(1), 50-56.
Wahyuni, A., Negara, A. R. P., &
Nurmiati, N. (2021). Evaluasi Penyimpanan Obat High Alert di Rumah Sakit TK. IV Guntung Payung Banjarbaru. Jurnal
Insan Farmasi Indonesia, 4(2), 284-292.
Wardhana, M.F., Hadibrata, E., Suharmanto, (2022).
Pengetahuan dan Sikap Berhubungan dengan Pencegahan Medication Error. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional 4, 10.
Copyright holder: Annisa
Dhiya Zafirah, Purnawan Junadi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |