Syntax Literate: Jurnal Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 8, No. 12, Desember 2023
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR DASAR TEKNIK PEMESINAN PADA SISWA KELAS XI TPM SMK TPI GEDANGAN
SIDOARJO
Ashari, Rufi’i
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Dalam setiap pembelajaran guru selalu
menggunakan pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran untuk dapat
memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan penerapan model pembelajaran interaktif untuk meningkatkan hasil belajar teknik
pemesinan pada siswa kelas XI TPM SMK TPI Gedangan Sidoarjo. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I dilaksanakan sesaui dengan
rencana pembelajaran dan siklus II berpedoman pada hasil refleksi siklus I. Penelitian
dilaksanakan di SMK TPI Gedangan Sidoarjo, subjek penelitian adalah 35 siswa
kelas XI TPM. Metode pengumpulan data menggunakan lembar observasi, lembar
unjuk kerja/soal uraian singkat, dan lembar kuesioner respon siswa terhadap
model pembelajaran interaktif. Analisis data menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran
interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil dapat terlihat dari
peningkatan pencapaian ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus. Pencapaian
ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 41,17% (15 siswa tuntas). Setelah
dikenai tindakan pada siklus 2 dengan model pembelajaran interaktif, pencapaian
ketuntasan siswa meningkat menjadi 85,29% atau 29 siswa sudah memenuhi KKM. 6
orang siswa yang belum KKM hampir mendekati nilai 7,5 (KKM) yaitu dengan nilai
terendah 7,00 Aktifitas belajar siswa juga meningkat, karena siswa aktif tanpa
canggung dapat berinteraksi dengan temannya.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Interaktif, Hasil
Belajar, Teknik Pemesinan
Abstract
In every learning teacher always uses
approaches, strategies, methods and learning models to make it easier for
students to understand the material they teach. This study aims to describe the
application of interactive learning models to improve machining engineering
learning outcomes in grade XI TPM SMK TPI Gedangan Sidoarjo students. The
method used in this study is the Classroom Action Research (PTK) method. This
research consists of two cycles, cycle I is carried out in accordance with the
learning plan and cycle II is guided by the results of cycle I reflection. The
research was carried out at SMK TPI Gedangan Sidoarjo, the subject of the study
was 35 grade XI TPM students. The data collection method uses observation
sheets, performance sheets/short description questions, and questionnaire
sheets for student responses to interactive learning models. Data analysis uses
qualitative descriptive analysis techniques. The results showed that
interactive learning models can improve student learning outcomes. Improved results can be seen from the
increase in student learning completeness achievement in each cycle. The
achievement of student learning completeness in cycle 1 41.17% (15 students
complete). After being subjected to action in cycle 2 with an interactive
learning model, the achievement of student completeness increased to 85.29% or
29 students had met the KKM. 6 students who have not KKM are almost close to
the score of 7.5 (KKM) which is with the lowest score of 7.00 Student learning
activities also increase, because active students can awkwardly interact with
their friends.
Keywords
: Interactive Learning
Models, Learning Outcomes, Mechanical Engineering
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu
kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam UUD 1945 disebutkan
bahwa salah satu tujuan Negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,
yaitu melalui pendidikan. Pendidikan akan menghasilkan generasi yang
berkualitas yang akan berperan dalam pembangunan bangsa dan Negara (Kusumawati, 2022). Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi
antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah
yang lebih baik (Kusumawati, 2017).
Pada proses interaksi
tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Baik faktor internal yang
datang dari dalam diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari
lingkungan (Kamijan, 2021). Selanjutnya pada proses
pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan agar menunjang
terjadi perubahan perilaku bagi peserta didik (Mulyasa,
2020).
Dasar Teknik Pemesinan
adalah salah satu mata pelajaran pada pelajaran produktif kelas XI jurusan
Teknik Mesin Mata pelajaran ini wajib
diberikan pada semua rumpun paket keahlian Teknik Pemesinan (Nazalin & Muhtadi,
2016). Materi pada Dasar Teknik
Pemesinan diantaranya berisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
Pengetahuan Bahan, Penggunaan Alat Ukur, Gambar Teknik Mesin,Teknik Pemesinan
Bubut, Teknik Pemesinan Frais dan Teknik Pemesinan CNC.
Dalam proses pembelajaran
guru menggunakan beberapa metode pembelajaran, misalnya ceramah, tanya jawab,
demonstrasi/praktek dan penugasan (Kusumawati, 2023). Penerapan metode
pembelajaran yang sesuai bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Kusumawati (2015) hasil belajar adalah proses yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sehingga
memperoleh hasil yang dicapai oleh siswa dari test yang diberikan. Selain itu
guru harus memilih pendekatan pembelajaran yang bisa membuat siswa lebih aktif
dalam pembelajaran.
Hal ini dilakukan agar
siswa termotivasi dan akan merasa senang terhadap mata pelajaran yang
disampaikan. Guru berperan sebagai fasilitator yang siap mendampingi belajar
siswa. Oleh karena itu guru harus mampu menarik minat dan motivasi belajar
siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajarnya (Susanto, 2012).
Permasalahan yang dihadapi
guru terkait siswa dalam mengikuti pembelajaran di antaranya: (1) Siswa
cenderung pasif, merasa takut dan tidak berani untuk bertanya atau mengeluarkan
pendapatnya. (2) Siswa kurang aktif bertanya, menanggapi dan menjawab
pertanyaan dari guru, (3) Beberapa siswa kurang dapat memahami materi dan tugas
yang diberikan. Sehingga tidak mengherankan beberapa siswa hasil belajarnya
masih lebih rendah dengan nilai ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 7,5.
Hasil observasi yang
dilakukan peneliti, siswa cenderung pasif karena kurangnya partisipasi siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini terlihat saat
guru memberi pertanyaan, baru sekitar 20% siswa yang menjawab pertanyaan dan
berpendapat secara lisan. Selain itu siswa juga jarang mengajukan pertanyaan
kepada guru saat mengalami kesulitan, sehingga siswa yang kurang memahami
materi yang diajarkan tidak terdeteksi dan guru tidak dapat membantu memecahkan
masalah yang menjadi kesulitan siswa.
Dari permasalahan yang
dikemukakan diatas, perlu dicari strategi dalam pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus
berpusat pada siswa, memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang
relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Disinilah guru
dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan
kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa.
Strategi pembelajaran yang berpusat
pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk
meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Teknik
Pemesinan (Amin, 2019). Dengan demikian, guru harus dapat
mengkreasikan pembelajaran di kelas agar permasalahan tersebut dapat teratasi.
Sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama
antar siswa.
Penerapan model pembelajaran interaktif menjadi
alternatif untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
Dasar Teknik Pemesinan (Prasetya, 2016). Penelitian ini dilakukan peneliti yang
bertugas sebagai guru SMK TPI Gedangan Sidoarjo. Melalui penelitian ini
diharapkan kemampuan profesional guru dalam merancang model pembelajaran akan
lebih baik lagi dan dapat menerapkan model pembelajaran yang lebih
bervariatif. Disamping itu dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam merefleksi diri terhadap kinerja yang telah
dilakukannya, sehingga dapat melakukan perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran
dan mengelola proses pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa.
Model pembelajaran Interaktif adalah suatu cara
atau teknik pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyajikan bahan
pelajaran dimana guru pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang
edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan
dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar (Sudjana, 2001). Proses belajar mengajar keterlibatan siswa
harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran
dan psikomotor (keterampilan, salah satunya sambil menulis). Dalam proses
belajar mengajar seorang guru harus mengajak siswa.
Model pembelajaran interaktif sering dikenal
dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan
bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri. Meskipun
anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan
tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus.
Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah
pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran
interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk
mata pelajaran Dasar Teknik Pemesinan yang melibatkan pengumpulan dan
pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya.
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran
interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan
pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan
melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau
anak menjadi kritis dan aktif belajar.
Pembelajaran Dasar Teknik Pemesinan yang dilaksanakan oleh guru di SMK
TPI Gedangan Sidoarjo supaya dapat memenuhi target kurikulum yang telah
ditetapkan perlu dilaksanakan secara efektif dan efesien.
Agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik, maka guru perlu mengelola kegiatan pembelajaran yang bervariasi.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan metode
pembelajaran yang tepat untuk setiap materi pembelajaran yang diajarkan dalam
kelas. Dalam pembelajaran Dasar Teknik Pemesinan dengan menggunakan model
pembelajaran interaktif, merupakan suatu cara agar siswa dapat secara
sungguh-sungguh memusatkan perhatiannya pada materi yang diajarkan pada
kegiatan pembelajaran di kelas dan
motivasi belajar siswa dapat meningkat karena siswa dapat berinteraksi
secara langsung (Sardiman, 2005).
Setelah guru mengajarkan materi kepada siswa
dengan menggunakan model pembelajaran interaktif, guru melakukan penelitian melalui
siklus I kemudian di refleksi dan dilanjutkan pada siklus II, maka akan
menghasilkan hasil belajar dari siswa. Dari hasil belajar murid tersebut, lalu
akan di analisis. Kemudian dari hasil analisis itu akan di temukan peningkatan
prestasi hasil belajar siswa dan akan direkomendasikan untuk pelaksanaan proses
belajar mengajar pada materi selanjutnya.
Model pembelajaran interaktif adalah model
pembelajaran yang terjadi sebagai akibat dari adanya pendekatan pembelajaran
yang bersifat kelompok. Dalam pembelajaran di kelas biasanya dilakukan oleh
siswa secara kelompok, dimana kegiatan pembelajaran di awali dengan kegiatan
diskusi kelompok dan diakhiri dengan perumusan kesimpulan, refleksi dan
pemberian tugas (PR).
Pendekatan ini merupakan konsekuensi logis dari
penerapan paradigma baru dalam pendidikan yang antara lain, bahwa pendidikan
dimasa sekarang bukanlah lagi dilihat semata-mata ‘’mengisi air kedalam gelas‘’
atau sekadar mengisi otak anak dengan berbagai teori atau konsep ilmu pengetahuan melainkan pengajaran yang lebih bersifat ‘’menyalakan cahaya’’ yaitu
mendorong, menggerakkan, dan membimbing peserta didik agar dapat mngembangkan
imajinasi dan inspirasinya secara aktual, model pembelajaran dengan paradigma
baru ini menempatkan guru bukan sebagai orang yang serba tahu yang dengan
otoritas yang dimilikinya dapat menuangkan berbagai ide dan gagasan, melainkan
hanya sebagai salah satu sumber informasi, penggerak, pendorong, dan pembimbing
agar peserta didik dengan kemauannya sendiri dapat melakukan kegiatan
pembelajaran yang selanjutnya mengarah pada terjadinya masyarakat belajar (
learning society).
Melalui konsep pembelajaran interaktif ini,
berbagai aspek yang erat terkait dengan kegiatan pembelajaran dapat dirancang
dan dirumuskan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik, dan antara
peserta didik dengan peserta didik lainnya, model pembelajaran yang demikian
itu, memiliki segi-segi persamaan dan perbedaan dengan model pembelajaran
konvensional pada umumnya.
Rumusan kurikulum, topik-topik pembahasan, bahan
pelajaran, alat dan sumber belajar serta lainnya dapat diputuskan bersama
antara guru dengan peserta didik. Berbagai langkah kemungkinan terjadinya
perumusan berbagai aspek yang terkait dengan pendidikan tersebut tidak saja
harus diketahui oleh guru, melainkan juga oleh peserta didik dan pihak-pihak
lainnya yang terkait, seperti petugas perpustakaan, laboran, pengatur kelas,
penyedia peralatan, dan sumber balajar lainnya.
Metode
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran Dasar Teknik Pemesina dengan menggunakan model
pembelajaran interaktif pada siswa kelas XI TPM SMK TPI Gedangan. Desain
penelitian menggunakan jenis perlakuan tindakan kelas (Class Room Action
Research) dengan menggunakan 2 siklus yang terdiri dari siklus1 dan siklus 2.
Setiap siklus tersebut terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (plan),
pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) dan diakhiri
dengan evaluasi ditiap siklusnya (Arifin, 2012).
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan observasi melalui lembar pengamatan dan nilai/skor tes. Observasi yaitu
mengamati segala kegiatan dan tingkah laku siswa maupun guru. Data yang
dikumpulkan terdiri dari dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Instrumen siswa berisi sikap siswa terhadap metode pembelajaran model
pembelajaran interaktif pra penelitian dan pasca penelitian. Data kualitatif
berupa catatan guru tentang kegiatan siswa dan guru, dan lembar observasi guru.
Sedangkan data kuantitatif berupa perolehan skor nilai-nilai tes.
Data kualitatif dianalisa secara diskriptif dan
data kuantitatif dianalisa tentang skor peningkatan yang diperoleh, dimulai
dari skor pada Siklus I, dan Siklus II. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang didukung data
kuantitatif (Arikunto, 2016). Indikator keberhasilan proses pembelajaran
adalah keadaan setelah dilakukan tindakan lebih baik dari sebelumnya.
Keberhasilan hasil diperoleh jika terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar
dengan model pembelajaran interaktif.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan
guru menunjukan pada pembahasan pada setiap siklus terlihat para siswa sangat
antusias dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan argumentasi. Penelitian
Tindakan Kelas dalam pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam materi Dasar Teknik Pemesinan di kelas XI TPM SMK TPI
Gedangan melalui model pembelajaran interaktif. Berdasarkan dari hasil data dan
pengamatan penulis yang dibantu oleh rekan sejawat yang bertindak sebagai
observer sekaligus teman diskusi dalam tahap refleksi menunjukkan bahwa
disetiap siklus hasil belajar siswa meningkat.
Hasil belajar
siswa yang naik menyebabkan ketuntasan belajar siswa pun menjadi meningkat.
Hasil belajar siswa atau kompetensi siswa ditunjukkan oleh nilai yang mereka
peroleh dari evaluasi yang dilakukan guru diakhir pembelajaran. Hasil belajar
siswa naik secara signifikan, dimulai dari nilai siklus 1 dilanjutkan siklus 2
mengalami kenaikan disetiap siklusnya.
Tabel 1
Data Perbandingan Tingkat Ketuntasan pada Siklus 1 dan Siklus 2
|
|
Frekuensi
Siswa |
|
No |
Kategori |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
1 |
Tuntas |
15 |
29 |
2 |
Belum Tuntas |
19 |
6 |
|
Jumlah
Siswa |
35 |
35 |
|
Prosentase ketuntasan |
41,17 % |
85,29 % |
Berdasarkan
data pada tabel diatas, hasil penilaian tes tertulis yang diperoleh siswa pada
siklus 2 mengalami peningkatan dibanding pada siklus1. Persentase ketuntasan
pada siklus 2 meningkat sangat signifikan. Saat siklus 1 yang mencapai nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya 41,17%. Setelah dilakukan pembelajaran
model pembelajarn interaktif ketuntasan siswa pada siklus 2 mencapai 85,29%
atau mengalami kenaikan sebesar 20,59%.
Peningkatan
yang terjadi pada siklus 2 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat
memahami materi yang disampaikan. Namun masih ada 6 siswa yang belum tuntas,
siswa masih mendapat nilai dibawah KKM (7,5). Melalui model pembelajaran
interaktif ini terlihat hubungan siswa dengan guru berjalan sangat baik, karena
guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra
untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creatif learning yaitu melalui
discovery dan invention serta creativity and diversity sangat menonjol dalam
model pembelajaran ini.
Dengan model
pembelajaran interaktif guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan
efisien yaitu belajar bagaimana cara belajar (learning how to learn). Dalam
metode learning how to learn guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk)
untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan
menyelesaikan masalah. Melalui metode learning how to learn siswa dapat
mengeksplorasi dan mengkaji setiap persoalan.
Dalam model
pembelajaran interaktif melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati
karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa (Widiyanto,
2011). Ada kelompok siswa
yang lebih suka membaca daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang
lebih suka membacakan kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki
potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih
suka berdialog, saling mngajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa
yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan
pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas
Auditorial (gaya belajar Auditorial).
Siswa yang
dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa
yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan teori
kedalam praktek, mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada
kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya belajar
Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen
dimana siswa memiliki kekuartan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya
dengan menggunakan kata tanya “How” (bagaimana).
Berdasarkan hasil
Penelitian Tindakan Kelas diatas prosentasi ketercapaian pada siklus pertama
mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus kedua, melalui model
pembelajaran interaktif diperoleh pada siklus I dan II telihat bahwa fokus
perbaikan pembelajaran adalah prestasi belajar siswa dan meningkatkan pemahaman
siswa pada mata pelajaran Dasar Teknik Pemesinan kelas XI TPM di SMK TPI
Gedangan dapat tercapai.
Kesimpulan
Melalui pembelajaran model pembelajaran interaktif, guru dapat dengan mudah merespon potensi atau modalitas siswa dalam setiap kelompok belajar, apakah tergolong kepada kelompok Visual, atau kelompok Auditorial atau kelompok Kinestetik. Dengan demikian seorang guru yang profesional dapat lebih efektif melakukan kegiatan proses belajar mengajar, serta dengan mudah dapat merespon perbedaan-perbedaan potensi yang dimiliki peserta didiknya.
Model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Dasar Teknik Pemesinan siswa kelas XI TPM SMK TPI Gedangan Sidoarjo. Berdasarkan analisis data terlihat skor rata – rata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus 1 sampai siklus 2. hasil penilaian tes tertulis yang diperoleh siswa pada siklus 2 mengalami peningkatan dibanding pada siklus1.
Persentase ketuntasan pada siklus 2 meningkat sangat signifikan. Saat siklus 1 yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya 41,17%. Setelah dilakukan pembelajaran model pembelajarn interaktif ketuntasan siswa pada siklus 2 mencapai 85,29% atau mengalami kenaikan sebesar 20,59%. Peningkatan yang terjadi pada siklus 2 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat memahami materi yang disampaikan. Namun masih ada 6 siswa yang belum tuntas, siswa masih mendapat nilai dibawah KKM (7,5).
Amin, Muhammad. (2019). Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Basic Learning) Kompetensi Teknik
Pemesinan Frais Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Teknik
Pemesinan (TPM) SMK Negeri 1 Kalitengah Tahun Pelajaran 2019/2020. Madinah:
Jurnal Studi Islam, 6(2), 199–204.
Arifin, Zainal. (2012). Penelitian pendidikan
metode dan paradigma baru.
Arikunto, Suharsimi. (2016). Proses Penelitian Suatu
Pendekatan. Cet. XIII.
Kamijan, Yuyun. (2021). Faktor Internal Dan Faktor
Eksternalterhadap Kinerja Guru Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ekonomi
Manajemen Sistem Informasi, 2(5), 630–638.
Kusumawati, Erna. (2015). Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perguruan Tinggi. Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
(KNIT), 1(1), 149–156.
Kusumawati, Erna. (2017). Entrepreneurial Leadership
Dan Keberlanjutan Mutu Sekolah Sebagai Output. Konferensi Nasional Ilmu
Sosial Dan Teknologi, 1(1).
Kusumawati, Erna. (2022). Strategi Pengembangan Sumber
Daya Manusia di Taman Kanak-Kanak. Edunity: Kajian Ilmu Sosial Dan
Pendidikan, 1(04), 207–222.
Kusumawati, Erna. (2023). Efektivitas Kerja Guru. JIIP-Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(3), 1487–1492.
Mulyasa, H. E. (2020). Menjadi guru profesional
menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan.
Nazalin, Nazalin, & Muhtadi, Ali. (2016).
Pengembangan multimedia interaktif pembelajaran kimia pada materi hidrokarbon
untuk siswa kelas XI SMA. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 3(2),
221–236.
Prasetya, Danang Juli. (2016). Penerapan Metode
Pembelajaran Peer teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X pada
Mata Pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik di SMK N Nusawungu. Jurnal
Pendidikan Teknik Mekatronika, 6(4).
Sardiman, A. M. (2005). Interaksi & Motivasi
Belajar Mengajar. cet 21. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Djudju. (2001). Metode dan teknik
pembelajaran partisipatif. Falah Production.
Susanto, Dwi Agung. (2012). Peningkatan Motivasi
Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Interaktif Pada Siswa Kelas IV Semester
I SDN Wotan 02 Sukolilo Pati Tahun Pelajaran 2012/2013. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Widiyanto, Bayu. (2011). Penerapan Model
Pembelajaran Interaktif Dengan Media Miniatur Untuk Peningkatkan Hasil Belajar
IPA Pada Siswa Kelas III Sdn Kemuning Lor 02 Jember.
Copyright holder: Ashari, Rufi’i (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |