Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 1, Januari 2024
ANALISIS IMPLEMENTASI
CLINICAL PATHWAY PADA PASIEN DEMAM DENGUE: SYSTEMATIC LITERATURE REVIEW
Maryam Afifah*, Atik
Nurwahyuni
Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia, Indonesia
Email: [email protected]*
Abstrak
Demam dengue adalah penyakit yang mengancam
nyawa yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala yang berat dan dalam
beberapa kasus dapat berakibat fatal. Penanganan yang cepat dan tepat sangat
penting dalam mengatasi demam dengue. Clinical Pathway digunakan dalam
manajemen perawatan pasien demam dengue untuk memastikan bahwa perawatan yang
diberikan sesuai dengan standar medis yang ada dan diharapkan dapat menekan
biaya selama perawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
implementasi clinical pathway pada pasien DBD melalui tinjauan sistematis
terhadap literatur. Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature
Review (SLR). Data untuk penelitian ini dikumpulkan melalui pencarian
sistematis dalam database akademik dan perpustakaan digital yang relevan. Data
yang telah terkumpul kemudian dianalisis mencakup perbandingan, kategorisasi,
dan penyajian temuan-temuan yang relevan dari studi-studi yang ada. Hasil
penelitian menunjukan bahwa Clinical Pathway memudahkan melakukan monitoring dalam
pelayanan dan membantu menekan biaya selama rawat inap. Variasi dalam Clinical
Pathway, manajemen SDM, komunikasi antar profesi dan pengembangan Clinical
Pathway menjadi faktor yang menjadi kunci sukses Clinical Pathway. Hambatan
pada impelementasi Clinical Pathway pada pasien demam dengue adalah jadwal
visite Dokter Penanggung Jawab Pasien, tidak memiliki akses terhadap Clinical
Pathway, kepatuhan terhadap Clinical Pathway rendah, pelayanan masih kurang,
kurang sumber daya manusia dan logistic farmasi, dan Belum optimalnya
sosialisasi, dan edukasi Clinical Pathway.
Kata Kunci: Implemntasi, Clinical Pathway, Pasien, Demam Dengue
Abstract
Dengue fever is a life-threatening disease caused by
the dengue virus that is transmitted through the bite of the Aedes aegypti
mosquito. The disease can cause severe symptoms even in some cases can be
fatal. Prompt and appropriate treatment is essential in managing dengue fever.
Clinical pathway is a tool used in the care management of dengue fever patients
to ensure that the care provided is in accordance with existing medical
standards and to reduce cost during hospitalization. The purpose of this study was
to analyze the obstacles of clinical pathway implementation in dengue patients
through a systematic review of the literature. This study used the Systematic
Literature Review (SLR) method. Data for this study were collected through
systematic searches in relevant academic databases and digital libraries. The
collected data were then analyzed including comparison, categorization, and
presentation of relevant findings from existing studies. The research results
show that Clinical Pathway helps to monitor services and reduce costs during
hospitalization. Variation of Clinical Pathway, Human resource management,
inter-professional communication and Clinical Pathway development are key to
the success of the Clinical Pathway. Detention of the implementation of
Clinical Pathways in dengue fever patients are the doctor's visit schedule,
hardly to access to Clinical Pathway, low compliance with Clinical Pathway,
inadequate services, lack of human resources and pharmaceutical logistics, and
unoptimal socialization and education of Clinical Pathway.
Keywords:
Implementation, Clinical Pathway, Patient, Dengue Fever
Pendahuluan
Demam berdarah dengue (DBD) adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat, yang dapat melibatkan tulang dan persendian, menciptakan sensasi seolah-olah tulang-tulang tersebut patah. Jika tidak ditangani dengan baik, DBD dapat berakibat serius bahkan hingga berpotensi menyebabkan kematian. Di Indonesia, data dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 mencatat terdapat sekitar 103.649 kasus DBD, dengan angka kematian mencapai 754 orang. Kebanyakan dari kasus tersebut berakhir dalam komplikasi yang dapat merusak organ tubuh seperti hati, jantung, dan paru-paru. Penyakit DBD menular melalui nyamuk Aedes aegypti, yang menyebarkan virus ketika menggigit dan menghisap darah korbannya. Nyamuk ini cenderung menggigit pada pagi dan sore hari (Angelina, 2023)v. Oleh karena itu, pengelolaan demam dengue yang efektif menjadi sangat penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini diantaranya yakni dengan clinical pathway.
Clinical Pathway (CP) adalah suatu kerangka perencanaan yang terintegrasi, mencakup seluruh tahapan perawatan pasien dari saat masuk hingga keluar dari rumah sakit, dengan merujuk pada lama rawat atau Length of Stay (LOS) (Rara, 2021), pemberian terapi dan pemeriksaan penunjang sesuai standar medis, standar perawatan keperawatan, dan pedoman pelayanan tenaga kesehatan lainnya yang didasarkan pada bukti empiris. Hal ini bertujuan untuk mencapai hasil yang dapat diukur dalam periode waktu tertentu selama pasien berada di rumah sakit (Hernanda, 2018). Clinical pathway telah menjadi salah satu pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan manajemen pasien demam dengue.
Implementasi clinical pathway pada pasien demam dengue dapat membantu memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang konsisten dan sesuai dengan standar medis yang ada, yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil perawatan (Salma et al., 2021). Namun, implementasi clinical pathway tidak selalu berjalan dengan mulus dan menghadapi berbagai kendala. Kendala-kendala ini dapat berupa masalah sosial, budaya, infrastruktur, atau bahkan masalah dalam pemahaman dan komunikasi antar staf medis. Oleh karena itu, penelitian yang mendalam tentang pengaruh impelemntasi Clinical Pathway dari segi manfaat, faktor yang memengaruhi dan kendala yang dihadapi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi clinical pathway pada pasien DBD melalui tinjauan sistematis terhadap literatur. Implikasi dari penelitian ini adalah peningkatan pemahaman, perbaikan implementasi, dan potensi peningkatan kualitas perawatan pasien demam dengue yang akan memberikan manfaat besar dalam upaya penanganan penyakit ini. Diharapkan penelitian ini akan menjadi pemicu untuk penelitian yang lebih mendalam.
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR) (Putra & Afrilia, 2020). SLR adalah suatu proses kritikal dan evaluatif terhadap penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan secara sistematis dengan mematuhi standar-standar yang berlaku. Metode ini digunakan untuk menyelidiki temuan-temuan dari penelitian-penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal-jurnal ilmiah dalam suatu area studi khusus (Xiao & Watson, 2019). Data untuk penelitian ini dikumpulkan melalui pencarian sistematis dalam database akademik dan perpustakaan digital yang relevan seperti Google Schoolar dengan kata kunci kepatuhan clinical pathway, kepatuhan klinis pasien demam dengue, implementasi clinical pathway demam dengue. Beberapa kriteria data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Data
No |
Kriteria
Inklusi |
Kriteria
Eksklusi |
1 |
Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris |
Selain bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris |
2 |
Periode
Publikasi 2013-2023 |
Publikasi
sebelum tahun 2013 |
3 |
Memiliki data
kuantitatif |
Hanya melakukan
wawancara |
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis mencakup perbandingan, kategorisasi, dan penyajian temuan-temuan yang relevan dari studi-studi yang ada sehingga diperoleh 5 penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yang digambarkan dalam diagram prisma berikut:
Gambar 1. Diagram PRISMA
Pada tahap identifikasi, pencarian melalui database Google Schoolar dengan berbagai kata kunci diperoleh total data penelitian 243. Jurnal kemudian discreening dengan 10 halaman pertama dengan, selain itu terdapat 72 penelitian yang dieksklusi dengan alasan duplikasi hasil penelitian dan beberapa jurnal tidak dapat diakses sehingga diperoleh 171 penelitian. Pada tahap screening, jurnal kemudian dianalisis dalam tahap eligibility dengan menilai kelayakan jurnal yang diperoleh sebanyak 86 penelitian, kemudian jurnal disortir berdasarkan tujuan penelitian sehingga diperoleh 24 penelitian. Jurnal kemudian dieksklusi sebanyak 19 dan diperoleh 5 jurnal yang dijadikan bahan penelitian ini.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 2. Hasil Penelitian
No |
Nama Penulis
& Judul Penelitian |
LOS |
Lab |
Obat |
Kepatuhan CP |
Hasil
Penelitian |
1 |
(Kusumah
et al., 2018) Evaluasi Terhadap
Implementasi dan Kepatuhan Clinical Pathway Dengue Fever di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. |
4,1 Hari |
pemeriksaan serologi, NSI,
IgM/IgG dengue dilakukan terhadap 9 pasien (15,8%) |
Injeksi ondancetron bid dilakukan
terhadap 26 pasien (45,6%). Injeksi ranitidin bid dilakukan terhadap 10
pasien (17,5%). Pemberian paracetamol 10-15 mg/kgBB dilakukan terhadap 37
pasien (64,9%) |
96,5 % |
CP akan mampu
mengendalikan biaya secara lebih efisien. Kendala dalam
implementasi clinical pathway dokter tidak bisa melakukan kunjungan terhadap
pasien saat hari libur nasional atau karena ada keperluan mendadak yang tidak
bisa ditinggal, dan manajemen rumah sakit yang tidak mendukung secara penuh
terhadap implementasi clinical pathway dengue fever. |
2 |
Evaluasi Implementasi
Clinical Pathway Dhf Anak Pada Rs Tipe D Di Yogyakarta Evaluating The
Implementation Of Pediatric Dhf Clinical Pathway In Type D Hospital In
Yogyakarta (Anggara et
al., 2021) |
3, 86 Hari |
82% sesuai dengan CP |
100% sesuai dengan CP |
9 % |
Implementasi CP di RS belum berjalan
Optimal. Pengimplementasian CP pada DHF dapat menurunkan biaya perawatan. Kendala yang ditemukan saat pelaksanaan
CP DHF adalah pasien tidak memiliki akses terhadap CP, kepatuhan terhadap CP
rendah dan faktor manajemen SDM seperti pelatihan, monitoring dan evaluasi
juga sistem informasi yang adekuat |
3 |
(Anggara,
2021) Evaluasi
implementasi clinical pathway pada penyakit dengue hemorrhagic fever anak di (Indawati,
2019) |
5 Hari |
30 % pasien memerkukan
pemeriksaan tambahan |
28 % butuh Obat tambahan |
55, 15 % |
Format clinical pathway DHF anak sudah
ringkas dan jelas namun belum lengkap dengan kriteria hasil. Belum optimalnya
sosialisasi SPO, edukasi clinical pathway, serta imbalan dan sanksi. Formulir
clinical pathway selalu tersedia di ruang rawat inap. Terdapat beberapa
masalah dalam proses implementasi clinical pathway yaitu tidak adanya pengisian
clinical pathway di IGD atau ruang lain, belum optimalnya kolaborasi antar
tenaga kesehatan, belum adanya monitoring dan evaluasi untuk meningkatkan
kepatuhan dan kelengkapan pengisian clinical pathway. |
4 |
(Wardhana
et al., 2019) Implementasi Clinical
Pathway Tahun 2018 dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan di Rumah Sakit
Umum Daerah Koja. |
3 Hari |
Sesuai dengan CP |
Bergantung pada kondisi
pasien |
70 % |
Faktor input yang dianalisis akan
mendukung pelaksanaan CP namun perlu penyeragaman format Clinical Pathway,
proses monitoring evaluasi belum berjalan optimal sedangkan kualitas output
pelayanan sudah sesuai dengan Clinical Pathway.Mutu pelayanan pasien meliputi Length of stay dan ketepatan
pemeriksaan penunjang, obat-obatanyang diterapkan berdasarkan hasil output
mutu pelayanan sesuai dengan implementasi CP |
5 |
(Rejeki
& Nurwahyuni, 2017) |
4, 20 Hari |
80 % dipengaruhi DPJP |
Memiliki cost terbesar dalam
pelayanan |
63,6 % |
Clinical Pathway dapat
menurunkan memberikan efisiensi sebesar 37 juta rupiah dalam setahun. diperlukan sistem pemantauan
kepatuhan terhadap Clinical Pathway untuk mengevaluasi implementasi JKN |
Berdasarkan pada hasil Systematic Literature Review
didapatkan bahwa implementasi clinical pathway pada
pasien demam dengue adalah sebagai berikut.
1) Clinical Pathway mampu menekan
Biaya selama rawat inap
Penggunaan
Clinical Pathway mampu mengefisiensi cost selama rawat inap (Rejeki &
Nurwahyuni, 2017). Dibutuhkan monitoring dan evaluasi terhadap Clinical Pathway
sehingga CP yang berjalan mampu dilaksanakan secara optimal. Hal ini akan mampu
menjaga kuliatas mutu pelayanan serta mengendalikan biaya.
2) Faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Clinical Pathway antara lain;
a) Variasi dalam Clinical Pathway
Center for
Healthcare Improvement (Rohmah, 2016) menyebutkanVariasi merupakan perbedaan
atau penyimpangan yang dilakukan terhadap standar yang terdapat pada rencana
perawatan atau Clinical Pathway. Meskipun Clinical Pathway pada beberapa layanan
kesehatan telah ditentukan, namun variasi antara length of stay (LOS),
pemeriksaan penunjang dan pemberian terapi masih banyak terjadi.
b)
Faktor Manajemen SDM seperti pelatihan,
monitoring dan evaluasi.
Salah satu faktor
kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai visi dan misinya adalah
kualitas SDM yang baik (Sintya Rani et al., 2017). Sumber daya
manusia (SDM) merupakan aset paling penting bagi organisasi karena SDM
merupakan penggerak utama aktivitas organisasi, baik sebagai operator,
pemelihara, produsen, hingga desainer dari setiap sistem dalam organisasi (Aula et al., 2022)
Manajemen sumber
daya manusia (MSDM) adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah
organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien
guna mencapai tujuan-tujuan organisasional (Abdullah, 2017). Manajemen sumber
daya manusia berperan dalam meningkatkan resiliensi organisasi baik pada level
individu, tim atau grup, bahkan organisasi itu sendiri. Termasuk dalam
pengadaan kegiatan seperti pelatihan, monitoring dan evaluasi
c)
Komunikasi antar Profesi
Komunikasi adalah
penyampaian segala macam perasaan, sikap kehendak, baik langsung dan tidak
langsung, sadar maupun tidak sadar (Imu, 2017). Komunikasi
sering dianggap sebagai suatu sub sistem yang melengkapi strategi manajemen
secara keseluruhan. Dengan kata lain faktor komunikasi tidak dipandang sebagai
sebuah faktor yang esensial demi tercapainya tujuan organisasi (Sahputra, 2020).
Komunikasi menjadi
hal yang penting dalam menjalankan roda organisasi, termasuk pada lembaga
kesehatan seperti di rumah sakit. Sehingga komunikasi yang belum optimal
sehingga menjadi hambatan dalam implementasi clinical pathway pada pasien demam
dengue.
d)
Pengembangan
dan implementasi CP DHF
Pengembangan dan
implementasi CP DHF perlu ditingkatkan baik aspek konten maupun mutu. Dibutuhkan
kebijakan yang kuat, dukungan organisasi yang baik dan peran aktif klinisi
menjadi kunci keberhasilan implementasi CP. Perlunya peningkatan penerapan CP
dapat memperbaiki mutu pelayanan keperawatan dan kepuasan pasien Clinical
Pathway juga harus ditinjau ulang sekiranya setiap 2 tahun sekali (Wijayanti & Tjitra, 2019).
3) Kendala dalam implementasi
Clinical Pathway antara lain;
a)
Jadwal
visite oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien
Pada beberapa
lembaga pelayanan kesehatan hanya melakukan kunjungan pasien pada hari kerja,
sehingga hal ini menjadi hambatan dalam mengimplementasi clinical pathway pada
pasien demam dengue.
b)
Manajemen
rumah sakit yang tidak mendukung secara penuh terhadap implementasi clinical
pathway dengue fever
Manajemen pada dasarnya adalah sebuah proses dari sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan tertentu melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian (Rohaniah & Rahmaini, 2021). Manajemen pada
suatu organisasi merupakan kegiatan utama yang membedakan sebuah organisasi
dengan organisasi lain dalam memberikan layanan kepada manusia. Keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuan dan tanggungjawab sosialnya sangat ditentukan
oleh peran para manajer yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Apabila manajer
mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, maka organisasi tempat bernaung para
manajer tersebut juga diharapkan berhasil dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan
organisasi (Redjeki, 2016). (. Adapun
Fungsi manajemen menurut (Fahmi & Qulub,
2017), dibagi
menjadi empat bagian:
o Perencanaan
o Pengorganisasian
o Pelaksanaan
o Pengendalian
Jika salah satu fungsi manajemen tersebut tidak
dijalankan, maka manajemen tidak akan berjalan dengan optimal. Termasuk pada
rumah rumah sakit sebagai lembaga kesehatan, perlu adanya perencanaan agar
clinical pathway terlaksana, kemudian pengorganisasian agar seluruh tenaga
pelayanan kesehatan ikut berperan, sehingga pelaksanaan berjalan optimal, dan
adanya pengendalian oleh manajer sebagai bentuk dukungan terhadap implementasi
clinical pathway.
c)
Tidak
memiliki akses terhadap CP
Clinical pathway atau alur klinis adalah sebuah pedoman yang digunakan untuk melakukan tindakan klinis berbasis bukti pada fasilitas layanan kesehatan. Clinical pathway merupakan bagian penting dokumen dan alat dalam mewujudkan good clinical governance di rumah sakit. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan Clinical pathway dicatat sebagai varians dan dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan. Oleh karena itu, agar tidak meningkatnya persentase varian terhadap pelayanan, maka petugas kesehatan yang terlibat seperti dokter, nutrisionis, farmasi dan perawat dan lain-lainnya harus patuh terhadap penerapan Clinical pathway tersebut (Nurliawati & Idawati, 2019). Namun, karena belum adanya sosialisasi yang merata sehingga akses terhadap clinical pathway ada yang masih terbatas dan tidak semua tenaga pelayanan kesehatan memiliki akses terhadap clinical pathway.
d) Kepatuhan terhadap CP
rendah
Clinical
pathway merupakan elemen kunci pelayanan berbasis Evidence Based Medicine
(EBM), praktik terbaik dan harapan pasien, melalui komunikasi, koordinasi dan
urutan aktivitas dari tim multidisiplin, pasien dan keluarga dalam bentuk
pencatatan, pemantauan dan evaluasi varian sesuai dengan sumber daya yang
diperlukan. Clinical pathway diperlukan dalam upaya
meningkatkan mutu dan pengendalian biaya pelayanan di rumah sakit. Tujuan
penerapan clinical pathway adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan
meningkatkan outcome pasien, mempromosikan keamanan pasien, meningkatkan kepuasan
pasien dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya (Agus et al., 2021). Namun, kepatuhan rendah ini
diakibatkan belum dilakukannya perhitungan beban kerja dan sosialisasi.
e)
Pelayanan
masih kurang
Peran tenaga
kesehatan adalah sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di rumah sakit
berdasarkan tupoksi dan tugas tambahan sesuai dengan pendidikan dan
keterampilan (Handayani &
Ma’ruf, 2010). Namun, masih ada beberapa hambatan yang
menyebabkan pelayanan di rumah sakit masih kurang seperti masih belum adanya
koordinasi yang baik antar tenaga kesehatan sehingga menjadi hambatan dalam
implementasi clinical pathway pada pasien demam dengue.
f)
Kurang
sumber daya manusia dan logistic farmasi
Instalasi farmasi RS merupakan bagian penting
dalam pelayanan Rumah Sakit, selain memiliki tugas klinik sebagai unit yang
melaksanakan pemberian obat secara langsung kepada pasien namun juga memiliki
tugas non klinik yang tidak kalah penting. Tugas non klinik tersebut meliputi
tanggung jawab dalam perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran,
pemeliharaan dan penghapusan obat yang sudah tidak bisa digunakan (Suherman &
Nurwahyuni, 2019). Dengan demikian, kurangnya logistik
farmasi ini dapat menjadi penghambat implementasi clinical
pathway pada pasien demam dengue.
g)
Belum
optimalnya sosialisasi SPO, dan edukasi clinical pathway
Pentingya sosialisasi dan edukasi clinical pathway
karena clinical pathway adalah syarat utama kendali mutu dan kendali biaya
terutama pada kasus yang berpotensi menghabiskan sumber daya yang besar. Dengan
belum optimalnya sosialisasi SPO dan edukasi clinical pathway dapat menghambat
implementasi clinical pathway pada pasien demam
dengue.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
clinical pathway pada pasien demam dengue sangatlah penting karena penerapan
clinical pathway bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan
meningkatkan outcome pasien, mempromosikan keamanan pasien, meningkatkan
kepuasan pasien dan mengoptimalkan penggunaan biaya perawatan.
Faktor yang mempengaruhi implementasi Clinical
Pathway adalah variasi dalam Clinical Pathway, SDM, komunikasi antar profesi,
pengembangan implementasi CP. Beberapa hambatan dalam mengimplementasikan clinical pathway pada pasien demam dengue adalah
jadwal visite Dokter Penanggung Jawab Pasien, tidak memiliki akses terhadap CP,
kepatuhan terhadap CP rendah, pelayanan masih kurang, kurang sumber daya
manusia dan logistic farmasi, dan Belum optimalnya sosialisasi dan edukasi CP.
Abdullah, H. (2017). Peranan manajemen
sumberdaya manusia dalam organisasi. Warta Dharmawangsa, 51.
Agus, T. P., Suratri, M. A. L., &
Fajarwati, T. (2021). Studi Kasus di Indonesia: Kepatuhan Pengisian Clinical
Pathway Stroke Iskemik dan STEMI di Beberapa Rumah Sakit Tahun 2019. Media
Penelit Dan Pengemb Kesehat, 31(4), 319–326.
Angelina, L. (2023). Profil Kasus Pasien
Demam Berdarah Dengue (DBD) Anak yang Menjalani Rawat Inap Sebelum dan Selama
Pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Umum UKI. Universitas Kristen Indonesia.
Anggara, C. (2021). Evaluasi Clinical
Pathway Dengue Haemorrhagic Fever Pada Unit Rawat Inap Pasien. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Anggara, C., Arini, M., & Jennie, I. M.
(2021). Evaluating The Implementation Of Pediatric Dhf Clinical Pathway In Type
D Hospital In Yogyakarta. Jambura Journal of Health Sciences and Research,
3(2), 226–240.
Aula, S., Hanoum, S., & Prihananto, P.
(2022). Peran Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Resiliensi
Organisasi: Sebuah Studi Literatur. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 11(1),
D143–D148.
Fahmi, F. A., & Qulub, A. S. (2017).
Pelaksanaan Fungsi Manajemen (Planning, Organizing, Actualling, Controlling)
Pada Manajemen Masjid Al-Akbar Surabaya. Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan
Terapan, 4(12), 968.
Handayani, L., & Ma’ruf, N. A. (2010).
Peran tenaga kesehatan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan puskesmas. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 13(1), 21298.
Hernanda, R. P. (2018). Gambaran
Kesiapan Penyusunan Clinical Pathway Diare Akut Dehidrasi Berat Pada Anak Di
Rsia Srikandi Ibi Jember.
Imu, F. (2017). Etika Komunikasi Pegawai
Terhadap Pelayanan Penerbitan Pajak Bumi dan Bangunan. Jurnal Komunikator,
9(1), 9–16.
Indawati, L. (2019). Analisis akurasi
koding pada pengembalian klaim BPJS rawat inap di RSUP Fatmawati tahun 2016. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 7(2), 113.
Kusumah, B., Sundari, S., & Listyowati,
E. (2018). An Evaluation of the Implementation and Adherence to the Clinical
Pathway of Dengue Fever at Muhammadiyah Gamping Hospital, Yogyakarta. The
International Conference on Public Health Proceeding, 3(02), 262.
Nurliawati, N., & Idawati, I. (2019).
Analisis Pelaksanaan Clinical Pathway di Rumah Sakit Umum dr. Fauziah Bireun. Jurnal
Serambi Akademica, 7(4), 538–550.
Putra, A., & Afrilia, K. (2020).
Systematic literature review: penggunaan kahoot pada pembelajaran matematika. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Matematika Al Qalasadi, 4(2), 110–122.
Rara, A. (2021). Evaluasi Pencapaian
Universal Health Coverage (Uhc) Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak Di
Rskdia Siti Fatimah Makassar: Study Explanatory. Universitas Hasanuddin.
Redjeki, J. H. D. P. S. (2016). Manajemen
Kinerja Sebagai Media Perubahan. Jurnal STIE Semarang, 4, 133574.
Rejeki, V. M. M., & Nurwahyuni, A.
(2017). Cost of treatment demam berdarah dengue (DBD) di rawat inap berdasarkan
clinical pathway di RS X Jakarta. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 2(2).
Rohaniah, Y., & Rahmaini, R. (2021).
Sosialisasi Manajemen Keuangan Keluarga pada Masa Pandemi Covid-19. ABDI
MOESTOPO: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 4(01), 45–49.
Sahputra, D. (2020). Manajemen komunikasi
suatu pendekatan komunikasi. Jurnal Simbolika Research and Learning in
Communication Study, 6(2), 152–162.
Salma, W. O., La Ode Muhammad Yasir Haya,
S. T., Binekada, I. M. C., Repro, M., Onk, S. B. K., & La Ode Alifariki, S.
K. (2021). Buku Referensi Potret Masyarakat Pesisir Konsep Inovasi Gizi
& Kesehatan. Deepublish.
Sintya Rani, N. M., Dharmayanti, G. C.,
& Adnyana, I. B. R. (2017). Strategi peningkatan kinerja sumber daya
manusia pada perusahaan konstruksi PT. Jaya Kusuma Sarana Bali melalui pendekatan
budaya organisasi. Jurnal Spektran. Doi, 10.
Suherman, S., & Nurwahyuni, A. (2019).
Analisa Pengelolaan Kebutuhan Logistik Farmasi pada Instalasi Farmasi RS MBSD
Periode Juli 2017-Juni 2018. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 5(2).
Wardhana, A., Rahayu, S., & Triguno, A.
(2019). Implementasi Clinical Pathway Tahun 2018 dalam Upaya Meningkatkan Mutu
Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Koja. Majalah Sainstekes, 6(1).
Wijayanti, C. D., & Tjitra, E. (2019).
Pengaruh Clinical Pathway Terhadap Mutu Pelayanan Keperawatan Dan Kepuasan
Pasien. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 9(03), 616–622.
Xiao, Y., & Watson, M. (2019). Guidance
on conducting a systematic literature review. Journal of Planning Education
and Research, 39(1), 93–112.
Copyright holder: Maryam Afifah, Atik Nurwahyuni (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |