Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 12, Desember 2023
ANALISIS IMPLEMENTASI TRANSFORMASI DIGITAL KESEHATAN DI RUMAH
SAKIT X KOTA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT TAHUN 2023
Stevani
Dharma Yanti*, Wiku Bakti Bawono Adisasmito
Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia
Email: [email protected]*
Abstrak
Penerapan pelayanan kesehatan dengan
penggunaan teknologi yang sedang diupayakan pemerintah merupakan bentuk dari
evolusi industri kesehatan yang disebut transformasi digital. Namun program
untuk transformasi digital pada beberapa fasyankes masih memiliki hambatan
dalam implementasinya. Penelitian sebelumnya mengatakan permasalahan tersebut
menjadi salah satu faktor utama penurunan kualitas pelayanan pada fasyankes. RS
X sebagai RS terbaru yang langsung menerapkan teknologi sejak pelayanannya
diketahui masih mengalami hambatan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
menganalisis implementasi transformasi digital secara komprehensif dengan
melihat setiap sumber daya pendukung pada RS X, yang dibangun di era digital,
dibandingkan penelitian terdahulu yang hanya terfokus pada satu atau dua hal.
Penelitian menggunakan desain studi kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam
kepada tiga orang informan yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling.
Hasil penelitian didapatkan melalui analisis permasalahan diagram Ishikawa yang
terdiri dari enam fokus permasalahan, yaitu sumber daya manusia, alat dan
bahan, aset, metode, penilaian, dan faktor lingkungan. Kesimpulan hambatan pada
implementasi transformasi digital adalah akibat kurangnya peran manajemen rumah
sakit dalam memberikan kebijakan tegas. Diperlukan perencanaan, pengaturan,
pengawasan, dan evaluasi yang komprehensif kepada setiap komponen yang terlibat
untuk meningkatkan keberhasilan implementasi transformasi digital pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit X.
Kata Kunci: Transformasi Digital; Kesehatan; Rumah Sakit.
Abstract
The
application of health services with the use of technology that is being pursued
by the government is a form of the evolution of the health industry called
digital transformation. However, programs for digital transformation in several
health facilities still have obstacles in their implementation. Previous
research said that this problem was one of the main factors in the decline in
the quality of service at health facilities. RS X as the latest hospital that
directly applies technology since its service is known to still experience
obstacles. Therefore, this study aims to analyze the implementation of digital
transformation comprehensively by looking at every supporting resource on RS X,
which was built in the digital era, compared to previous research that only
focused on one or two things. The research uses qualitative study design with a
case study approach. Data collection in this study used an in-depth interview
method to three informants selected based on the purposive sampling method. The
results of the study were obtained through the analysis of Ishikawa diagram
problems consisting of six focus problems, namely human resources, tools and
materials, assets, methods, assessment, and environmental factors. Conclusion
The obstacles to the implementation of digital transformation are due to the
lack of role of hospital management in providing firm policies. Comprehensive
planning, regulation, supervision, and evaluation of each component involved is
needed to improve the successful implementation of digital transformation of
health services at Hospital X.
Keywords:
Digital Transformation; Health; Hospital
Pendahuluan
Pandemi Covid-19 memaksa dunia kesehatan di Indonesia untuk bersifat adaptif terhadap perubahan dan bersifat dinamis agar dapat mengatasi masalah kesehatan saat pandemi dan memenuhi kebutuhan pada setiap fasilitas pelayanan kesehatan, seperti teknologi dan efektivitas pelayanan kesehatan. Khususnya teknologi, merupakan hal yang sangat penting dalam penerapan pelayanan kesehatan pada masa pandemi Covid -19 hingga saat ini, antara lain munculnya penggunaan layanan konsultasi daring (telemedicine), registrasi pasien secara daring, dan penggunaan rekam medis elektronik.
Beberapa teknologi tersebut terbukti telah memberikan hasil seperti
mempermudah akses layanan kesehatan kepada masyarakat pada masa isolasi Covid -19
untuk mengurangi risiko penularan
Transformasi digital sektor kesehatan merupakan proses evolusi
industri yang saat ini diimplementasikan untuk memberikan dampak yang positif
dalam sektor kesehatan dan pelayanan pasien menjadi lebih efisien, merata, dan
berkualitas. Implementasi transformasi digital juga telah didukung oleh
peraturan pemerintah yang tertuang dalam Cetak Biru Strategi Transformasi
Digital Kesehatan 2024 berdasarkan Permenkes RI No. 21 Tahun 2020
Beberapa kegiatan/program pada implementasi transformasi digital pelayanan kesehatan di Indonesia, antara lain pengintegrasian sistem data kesehatan, meningkatkan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) dengan kemampuan informatika kesehatan, mengembangkan aplikasi kesehatan terintegrasi, dan lainnya. Beberapa kegiatan tersebut salah satunya bertujuan untuk efisiensi dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di setiap fasyankes (Kemenkes RI, 2021).
Hampir setengah dari pemimpin pada pelayanan kesehatan ikut berinvestasi pada rekam digital data kesehatan, sebanyak 47%, dan ada juga yang memprioritaskan operasional klinisnya, sebanyak 44% (The Jakarta Post, 2021). Akan tetapi, sejak tahun 2020 hingga saat ini, transformasi digital masih menghadapi beberapa tantangan. Tantangan tersebut cukup menghambat pelaksanaannya padahal strategi implementasi yang disusun hanya sampai tahun 2024.
Beberapa tantangan yang diketahui, yaitu adanya permasalahan keamanan data, pencatatan data yang tidak lengkap, inkonsisten, dan akurasi data kesehatan yang masih rendah. Terjadinya hal tersebut merupakan faktor utama penurunan kualitas pelayanan pada setiap fasilitas layanan kesehatan (Kemenkes RI, 2021), yang mana merupakan suatu hal yang penting untuk dicegah dan ditindak lanjut.
Oleh karena itu, penelitian terdahulu yang terfokus hanya pada teknologi yang mendukung dan indikator digital (Ammenwerth, Iller dan Mahler, 2006; De Leeuw, Woltjer dan Kool, 2020; Al-Kahtani et al., 2022), serta tinjauan literatur (Kruszyńska-Fischbach et al., 2022) tidak cukup untuk melihat implementasi transformasi digital secara komprehensif, melainkan membutuhkan fokus penelitian yang memyeluruh seperti pada penelitian ini yang memiliki fokus pada enam hal yang terkait dengan pelaksanaan transformasi digital yaitu sumber daya manusia, aset, alat dan bahan, metode, penilaian, dan faktor eksternal/lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi program transformasi digital pada sektor kesehatan seperti layanan telemedicine serta pengintegrasian data dan rekam medis elektronik (RME) di Rumah Sakit X sebagai rumah sakit swasta terbaru di kota Pontianak yang mulai beroperasi di era digitalisasi, tahun 2022. Rumah Sakit X telah menggunakan teknologi digital untuk pelayanannya sejak awal beroperasi dan berprinsip mengurangi penggunaan kertas.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan yang
dihadapi oleh Rumah Sakit X pada implementasi transformasi digital sehingga
menghasilkan solusi yang tepat untuk meningkatkan keberhasilan implementasi
digitalisasi pada kegiatan pelayanannya. Berdasarkan tujuan penelitian
tersebut, penelitian membutuhkan analisis implementasi secara komprehensif
untuk dapat menghasilkan kesimpulan dan solusi yang komprehensif, yaitu dengan
menggunakan diagram Ishikawa yang terfokus kepada enam komponen penting sumber
daya yang mendukung implementasi transformasi digital pada pelayanan kesehatan (Paredes, 2023).
Metode
Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif pada penelitian ini digunakan agar dapat memahami kondisi atau gambaran yang rinci terkait kejadian yang dialami oleh informan (Martha dan Kresno, 2017). Pendekatan studi kasus yang dilakukan bertujuan untuk menggali secara dalam permasalahan yang dialami pada masa implementasi di suatu lokasi. Kondisi atau gambaran rinci tersebut kemudian dikatakan sebagai informasi yang diperoleh menggunakan metode wawancara mendalam.
Wawancara mendalam dilakukan kepada informan yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu Kepala Unit Rekam Medis (Informan 1), Tim Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik (Informan 2), dan Kepala Subbagian Informasi dan Teknologi (Informan 3). Teknik tersebut dipilih untuk mendapatkan informasi dari pihak yang melaksanakan dan bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan transformasi digital di Rumah Sakit X.
Instrumen pada penelitian ini menggunakan sebuah daftar pertanyaan wawancara yang terfokus kepada enam komponen. Komponen yang diteliti pada penelitian menggunakan diagram Ishikawa atau biasa disebut sebagai Fishbone Diagram yaitu aspek manajemen (6M): sumber daya manusia (man), materi (material), metode (method), dan alat/aset (machine), pengukuran (measurements), dan lingkungan (mother nature). Penelitian ini juga mengumpulkan data melalui telaah dokumen sebagai triangulasi metode yang dilakukan dengan cara menelaah daftar ketersediaan data sekunder yang mendukung jawaban informan.
Hasil dan Pembahasan
Rumah Sakit X
merupakan rumah sakit swasta tipe D yang mulai beroperasi pada bulan Juli tahun
2022 lalu, yang mana telah memasuki era digitalisasi di dunia kesehatan
Indonesia. Rumah Sakit X berlokasi di pusat kota Pontianak Kalimantan Barat,
tepatnya di wilayah Pontianak Tenggara. Rumah Sakit X memiliki beberapa
pelayanan spesialis, seperti mata, gigi, kulit, dan lainnya, dengan rerata
persentase pemakaian tempat tidur di Unit Rawat Inap pada tiga bulan terakhir sebesar
65% namun rumah sakit ini belum memiliki akreditasi. Oleh karena itu, Rumah
Sakit X membutuhkan peningkatan kualitas pelayanan sesuai dengan standar dan
peraturan pemerintah seperti berpartisipasi dalam transformasi digital.
Namun implementasi
beberapa program dalam rangka transformasi digital di Rumah Sakit X ternyata
belum sesuai dengan target pemerintah yang tertuang pada Cetak Biru Strategi
Transformasi Digital Kesehatan 2024 berdasarkan Permenkes RI No. 21 Tahun 2020.
Rumah Sakit X belum memiliki layanan konsultasi secara daring (telemedicine)
dan registrasi secara daring di hari sebelum kedatangan melalui aplikasi. Saat
ini Rumah Sakit X hanya melayani registrasi pasien pada hari kedatangan melalui
aplikasi Whatsapp.
Akan tetapi, Rumah
Sakit X telah menerapkan program rekam medis elektronik (RME) sejak awal rumah
sakit ini mulai beroperasi. Meskipun demikian, RME yang digunakan rumah sakit
saat ini belum sesuai dengan standar peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah, yaitu belum terintegrasi dengan Satu Sehat Platform.
Menurut kondisi program transformasi digital yang diimplementasikan oleh Rumah Sakit X tersebut di atas, peneliti mendapati beberapa hambatan yang diakibatkan oleh permasalahan berdasarkan Ishikawa Diagram atau biasa disebut dengan Fishbone Diagram. Diagram ini merupakan alat untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam sebuah sistem dengan melihat sebab akibat yang menghubungkan kepada permasalahan di sistem tersebut. Ishikawa diagram sering digunakan untuk menganalisis situasi yang kompleks untuk menemukan solusi yang efektif dalam menyelesaikan permasalahan pada suatu implementasi program (Paredes, 2023). Beberapa permasalahan yang terjadi dalam implementasi transformasi digital di Rumah Sakit X dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Gambar 1. Transformasi
digital di Rumah Sakit X
Informasi yang didapatkan dari beberapa informan selama penelitian menunjukkan ketidakpatuhan dan ketidaktaatan SDMK dalam menerapkan teknologi yang disediakan sesuai peraturan sehingga diketahui masih terdapat data pasien yang tidak lengkap dimasukkan ke dalam EMR dan masih adanya SDMK yang lebih menggunakan kertas dibandingkan memasukkan data ke dalam EMR, lalu masih adanya kesalahan-kesalahan saat memasukkan data ke EMR dan tidak terunggahnya data yang dimasukkan oleh SDMK menunjukkan masih kurangnya pengetahuan SDMK terhadap teknologi dan sistem yang digunakan.
Padahal rata-rata usia SDMK di rumah sakit tersebut diketahui berusia 20-30 tahun dari total 164 orang per Juli 2023, yang mana diketahui memiliki usia yang lebih siap menghadapi teknologi dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua (Ngusie et al., 2022). Beberapa hal tersebut terjadi karena kurangnya motivasi SDMK untuk menggunakan teknologi. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam menerima penggunaan teknologi pada tugas atau pekerjaannya sehingga dibutuhkan motivasi yang tinggi untuk dapat meningkatkan pelaksanaan teknologi dalam transformasi digital (Ammenwerth, Iller dan Mahler, 2006).
Tabel 1. Karakteristik SDMK di RS X per September 2023
Variabel |
Kategori |
Frekuensi (jumlah) |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin |
Perempuan Laki-laki |
87 77 |
53% 47% |
Usia |
15-20 21-25 26-30 31-35 36-40 >40 |
3 40 60 37 10 14 |
1,8% 24,4% 36,6% 22,6% 6,1% 8,5% |
Pendidikan Terakhir |
SD SMP SMA/SMK D3 S1 / D4 S2 |
1 0 37 48 73 5 |
0,6% 0% 22,6% 29,3% 44,5% 3,0% |
Profesi |
Dokter Perawat Bidan Farmasi Laboratorium Radiologi Gizi Lainnya |
39 46 2 12 6 6 3 50 |
23,8% 28% 1,2% 7,3% 3,6% 3,6% 2% 30,5% |
Keterbatasan implementasi transformasi digital, salah satunya pelaksanaan rekam medis elektronik diketahui sangat dipengaruhi oleh kurangnya literasi terhadap komputer dan kurangnya pengetahuan SDMK terkait sistem yang dipakai (Yehualashet et al., 2021). Hal ini membuktikan bawah keterampilan, sikap, dan pengetahuan SDMK pada penggunaan komputer masih butuh ditingkatkan (Awol et al., 2020).
Hasil pada penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa persepsi SDMK terhadap penggunaan teknologi yang dapat meningkatkan beban kerja mereka menbuat hambatan pada kebiasaan SDMK dalam menghadapi digitalisasi walaupun telah diberikan pelatihan (Janssen et al., 2021; Mengestie et al., 2023). Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa SDMK merupakan faktor penting tercapainya transformasi digital pada bidang kesehatan sehingga memerlukan penanganan yang komprehensif.
Alat dan Bahan (Material)
Alat dan bahan yang dimaksud pada
penelitian ini merujuk kepada komponen dari sistem berbentuk fisik atau
nonfisik yang mendukung implementasi transformasi digital pada bidang
kesehatan, seperti sumber daya yang dibutuhkan (Paredes, 2023). Penelitian menunjukkan
permasalahan yang muncul pada alat dan bahan dalam mengimplementasikan
transformasi digital adalah kurangnya pengadaan teknologi pendukung dan dana
khusus untuk program ini belum menjadi prioritas di Rumah Sakit X. Informan
pada penelitian mengatakan bahwa saat ini Rumah Sakit X memiliki 49unit
Komputer dan 3unit Tablet yang digunakan untuk Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS).
Namun informan juga mengatakan
bahwa di beberapa unit pelayanan masih terdapat hambatan dalam menggunakan
teknologi tersebut karena banyaknya pegawai tidak sebanding dengan ketersediaan
teknologi yang ada sehingga terjadi antrian yang menimbulkan penambahan waktu.
Informan pada penelitian ini juga mengatakan bahwa rumah sakit saat ini masih
belum memiliki teknologi seperti alat untuk tandatangan elektronik dan belum
mengintegrasikan rekam medis elektronik yang digunakan karena tingginya biaya
yang dibutuhkan.
Sedangkan rumah sakit sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan yang masih berusia satu tahun tentu masih
membutuhkan biaya yang banyak untuk keperluan lainnya dalam rangka mengembangan
bisnisnya sehingga kebutuhan untuk transformasi digital tidak dapat diprioritaskan
untuk saat ini.
“kalau di unit tuh kan
kadang suka ada dokter visit, terus nakes lain seperti admin,,
dan ada perawat juga, jadi kadang mereka rebutan komputer atau antri gitu
jadinya suka ada yang kelupaan ngga isi EMR” – Informan 2 “sebenarnya kami udah sediakan tab juga sih mba, di
unit, cuman ya gitu, mungkin mereka merasa lebih enak pakai komputer..” –
Informan 3 “….soalnya
mahal mba, untuk mengintegrasikan EMR dengan bridging ke dukcapil saja harus
kami yang bayar, sementara kan pengeluaran bukan hanya untuk itu saja yah,
mba.. masih ada keperluan lainnya, jadi kami merasa belum perlu sih sebagai
rumah sakit baru.” – Informan 1
Kurangnya ketersediaan teknologi
tidak hanya menjadi masalah di Rumah Sakit X, melainkan juga di beberapa rumah
sakit di Ethiopia yang juga mengalami keterbatasan akses terhadap komputer dan
jaringan internet pada penerapan rekam medis elektronik (Yehualashet et al., 2021). Hal ini juga didukung oleh
penelitian terdahulu yang mengatakan kesiapan penyedia layanan kesehatan dalam
mengadopsi teknologi seperti Electronic Health Record (EHR) hanya 52,8% karena kurangnya akses
terhadap komputer dan literasi komputer.
Namun penelitian terdahulu
menyebutkan bahwa permasalahan seperti ini seharusnya dapat diatasi dengan
penggunaan mobile-EMR yang terbukti telah
meningkatkan kinerja dan minat SDMK menggunakan aplikasi tersebut untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka walaupun membutuhkan biaya tambahan untuk
pengadaannya (Kim et al., 2015). Oleh karena itu, peneliti
menyimpulkan bahwa permasalahan pendanaan dan ketersediaan teknologi pada suatu
rumah sakit juga merupakan hal yang saling berhubungan dan menjadi faktor
penting sebagai sumber daya pendukung terlaksananya sebuah program, seperti
transformasi digital pada bidang kesehatan.
Aset (Machine)
Aset yang dimaksud pada Diagram
Ishikawa yang digunakan pada penelitian ini ialah tersedianya peralatan yang
digunakan untuk membuat atau mempermudah suatu produk atau layanan yang
diberikan (Paredes, 2023). Analisis implementasi pada aset
diketahui masih kurangnya fasilitas yang adekuat untuk mendukung digitalisasi
di Rumah Sakit X, seperti belum adanya alat untuk tanda tangan digital pada
surat pernyataan persetujuan (informed consent) sehingga belum bisa direkam secara elektronik sepenuhnya dan belum
lengkapnya modul di setiap unit pelayanan pada perangkat lunak yang disediakan
oleh penyelenggara rekam medis elektronik. Rumah Sakit X menggunakan rekam
medis elektronik dari penyelenggara dengan sistem kontrak.
“untuk unit
fisioterapi masih belum menggunakan rekam medis elektronik karena kami belum
ada modulnya, kalau unit gizi sih CPPT nya sudah elektronik cuman pengkajian
masih pakai kertas” – Informan 1. “kami udah follow up terus sih ke
penyelenggaranya biar bisa terus develop modulnya” – Informan 1 “kami juga
belum punya mesinnya mba, yang untuk tanda tangan digital itu, agak mahal
soalnya yah. Jadi untuk surat-surat seperti informed consent masih menggunakan
kertas belum terekam elektronik.” – Informan 2
Kurang adekuatnya fasilitas
pendukung implementasi transformasi digital yang dialami oleh RS X disebabkan
oleh kualitas sistem yang belum dapat memenuhi dan mempermudah kebutuhan SDMK
di RS X. Hal serupa juga terjadi pada rumah sakit di Ethiopia. Kurangnya akses
terhadap alat pendukung digitalisasi seperti komputer, lalu kurangnya kualitas
sistem yang diharapkan, dan kompleksitas dari sistem disebut sebagai hambatan
dalam melaksanakan transformasi digital, seperti rekam medis elektronik (Yehualashet et al., 2021).
Ditambah lagi, penelitian
terdahulu mengatakan bahwa kegunaan, kemudahan penggunaan, reliabilitas, dan
desain dari sistem yang digunakan menjadi tidak seimbang dengan teknologi yang
digunakan sehingga menjadi penghambat SDMK dalam menerapkan transformasi digital
pada bidang kesehatan. Hal ini mengakibatkan seringnya terjadi kesalahan pada
sistem yang digunakan sehingga tujuan teknologi untuk memudahkan pekerjaan
tidak tercapai, sebaliknya membuat pekerjaan SDMK menjadi sulit (Iyanna et al., 2022).
Metode
(method)
Metode merupakan sebuah alur atau
proses yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk atau memberikan layanan (Paredes, 2023). Pada penelitian ini, akar
masalah pada metode implementasi transformasi digitalisasi dilihat dari
bagaimana cara atau alur yang digunakan Rumah Sakit X dalam mengimplementasikan
transformasi digital pada pelayanan. Dari penelitian ini diketahui bahwa
beberapa pengaturan yang diberikan dalam pelaksanaan transformasi digital belum
komprehensif, seperti belum adanya kewajiban untuk mengisi kolom data pasien (required*) dengan lengkap (SOAP) pada
sistem rekam medis elektronik yang digunakan sehingga pengisian oleh tenaga
medis maupun tenaga kesehatan masih bisa tidak terisi dengan lengkap.
Selain itu, adanya perubahan
jadwal praktik dokter secara mendadak tidak memungkinkan adanya registrasi
melalui daring seperti whatsapp pada beberapa hari sebelum kedatangan sehingga menyebabkan registrasi
oleh pasien hanya dapat dilakukan di hari kedatangan saja. Ditambah lagi,
pelatihan terhadap penggunaan rekam medis elektronik kepada tenaga medis dan
tenaga kesehatan hanya dilakukan sebanyak dua kali.
“…agak sulit mba untuk melakukan registrasi beberapa
hari sebelum berobat, misal seminggu, karena kadang jadwal dokternya berubah,
jadi ya kami membuat aturan registrasi di hari H kedatangan saja melalui
whatsapp soalnya kan kami juga belum ada rencana membuat aplikasi gitu,
sepertinya belum dibutuhkan kayak RS di Jakarta yah” – Informan 2
“Nah itu mba, soalnya di sistem EMR kami belum
dibintangin gitu pengisian SOAP-nya, makanya mereka suka ngga ngisi secara
lengkap” – Informan 1
“Padahal kami udah bikin pelatihannya 2 kali, yang
pertama per unit lalu yang kedua kami gabung semua” – Informan 3
Keterampilan, kesadaran, sikap,
dan pengetahuan SDMK terhadap komputer memegang peran penting dalam kapasitas
SDMK mengimplementasikan transformasi digital. Beberapa hal tersebut juga
merupakan faktor penting dari kesiapan SDMK menghadapi digitalisasi. Namun
kapasitas SDMK tersebut masih rendah yang diketahui dari rendahnya kesiapan
SDMK pada beberapa penelitian terdahulu (Awol et al., 2020; Abore et al., 2022).
Hal ini terjadi karena kurangnya
pelatihan kepada SDMK. Meskipun pelatihan telah diberikan, pihak manajemen juga
sebaiknya tetap mengawasi dan menindaklanjuti kapasitas SDMK-nya setelah
diberikan pelatihan dan menghadapi digitalisasi dalam pekerjaan sehari-hari
melalui sikap dan pengetahuannya (Abore et al., 2022). Berubah-ubahnya jadwal dokter
yang mempersulit sistem registrasi pasien dan kurang tegasnya regulasi
pengisian rekam medis elektronik pada penelitian ini menunjukkan kurangnya dukungan manajemen pada
RS X. Oleh karena itu, tanggung jawab dan dukungan manajemen yang merencanakan,
mengawasi, dan menindaklanjuti intervensi dari suatu program merupakan hal yang
sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan digitalisasi pada bidang kesehatan
(Suwatno, Ariawaty dan Imaniyati, 2022; Mengestie et al.,
2023).
Penilaian
(measurement)
Penilaian
atau pengukuran pada Diagram Ishikawa yang dimaksud merupakan alat atau metode
yang digunakan untuk menilai/mengukur perkembangan dan kinerja sebuah program
atau alat (Paredes, 2023). Penilaian pada penelitian ini
merupakan sebuah kegiatan evaluasi terhadap implementasi transformasi digital
di RS X. Evaluasi merupakan sebuah penilaian dan pemeriksaan sistematis dari
sebuah program atau intervensi lainnya untuk menghasilkan sebuah pengetahuan
baru yang dapat digunakan pemegang kepentingan manapun sesuai dengan tujuannya.
Hasil dari evaluasi dapat mengetahui dampak yang didapatkan dari sebuah
intervensi sehingga dapat mengetahui strategi yang dibutuhkan untuk mencapai
keberhasilan (Naidoo et al., 2010).
“kalau untuk evaluasi
secara berkala sih kami belum ada yah, sejauh ini paling kalau saat pemeriksaan
pada rekam medis diketahui masih ada yang belum lengkap kami minta untuk
lengkapi saja, tidak ada penilaian terukur seberapa banyak kesalahannya.” –
Informan 1
Hasil pada penelitian ini
menunjukkan bahwa lokasi penelitian dalam melaksanakan program transformasi
digital kesehatan belum memiliki penilaian atau evaluasi yang terukur. Lokasi
penelitian hanya menjalankan program tersebut tanpa memiliki kriteria penilaian
sebagai evaluasi implementasinya. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan oleh manajemen di rumah sakit. Tidak adanya penilaian yang terukur
dari pelaksanaan suatu program menandakan kurangnya peran manajemen yang bertanggung
jawab.
Penelitian sebelumnya juga
mengatakan bahwa rendahnya tingkat penerapan teknologi informasi pada bidang
kesehatan diakibatkan oleh kurangnya tanggung jawab dan dukungan dari pihak
yang memimpin atau bertanggung jawab, seperti manajemen di rumah sakit yang
diketahui 50,4% kurang mendukung implementasi teknologi informasi kesehatan di
Ethiopia (Mengestie et al., 2023).
Faktor
Lingkungan (mother
nature)
Faktor lingkungan yang dimaksud
merupakan faktor eksternal atau yang disebabkan lingkungan luar sebuah sistem,
seperti peraturan dan kondisi geografis (Paredes, 2023). Hasil wawancara mendalam pada
penelitian ini menunjukkan implementasi transformasi digital pada bidang
kesehatan, khususnya di RS X, juga mengalami hambatan oleh karena adanya
kesepakatan antar rumah sakit di daerah Kalimantan Barat untuk tidak mengadakan
layanan konsultasi secara daring dan tidak menyediakan aplikasi kesehatan
seperti telemedicine.
Padahal kegiatan tersebut
termasuk pada salah satu kegiatan prioritas transformasi teknologi kesehatan
yaitu memperluas implementasi telemedicine dari faskes kepada masyarakat (Kemenkes RI, 2021). Selain itu, informan juga
mengatakan bahwa hanya sedikit masyarakat pada daerah tersebut yang sudah
memanfaatkan layanan konsultasi secara daring karena sebagian besar lebih
tertarik untuk datang langsung konsultasi dengan tenaga profesi kesehatan di
rumah sakit.
“oh
kalau telemedisin ya? kita belum ada minat untuk menyediakan aplikasi
konsultasi online gitu sih, soalnya masyarakat sini ngga kayak Jakarta sih yang
suka konsultasi online gitu…” – Informan 1
“selain itu juga sebenernya
rumah sakit-rumah sakit se-kalbar ini ada kesepakatan gitu untuk tidak memakai
aplikasi kesehatan telemedisin gitu jadi kita rasa ga perlu sih untuk bikin
kayak gitu” – Informan 2
Dari kutipan pernyataan informan
penelitian dapat dilihat bahwa faktor eksternal rumah sakit dapat mempengaruhi
sikap dan motivasi SDMK dalam menghadapi transformasi digital pada bidang
kesehatan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian sebelumnya pada rumah sakit di
Italia yang mengatakan bahwa selain karakteristik rumah sakit sebagai faktor
internal memengaruhi transformasi digital pada kesehatan, terdapat juga faktor
eksternal yang cukup memengaruhi seperti konteks budaya sekitar rumah sakit dan
sosial ekonomi.
Konteks sosial ekonomi yang
mempengaruhi transformasi digital pada bidang kesehatan merupakan tingkat pendapatan
per kapita dan perkembangan ekonomi penduduk lokal sekitar. Hal ini
mempengaruhi budaya masyarakat terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan sehingga
dapat berdampak pada strategi dan kinerja dari organisasi kesehatan karena
mempengaruhi metode manajemen dalam organisasi tersebut (Raimo et al., 2023).
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa Rumah Sakit X perlu meningkatkan
kinerja manajemen dalam merencanakan, mengatur, dan mengevaluasi komponen
sistem yang digunakan untuk digitalisasi pelayanan kesehatan secara
komprehensif. Manajemen pada suatu rumah sakit merupakan kunci utama terhadap
implementasi suatu sistem karena manajemen merupakan pemimpin yang dapat
mengarahkan pegawainya dan keseluruhan sumber daya sistemnya untuk mencapai
tujuan rumah sakit. Penelitian sebelumnya juga mengatakan bahwa penerapan
manajemen yang praktis dapat mendukung implementasi suatu program, khususnya
digitalisasi pelayanan kesehatan.
Abore, K.W. et al. (2022) ‘Health professionals’ readiness to implement electronic medical recording system and associated factors in public general hospitals of Sidama region, Ethiopia’, PLOS ONE. Edited by H. Kabir, 17(10), p. e0276371. Available at: https://doi.org/10.1371/journal.pone.0276371.
Al-Kahtani, N. et al. (2022) ‘Digital health transformation in Saudi Arabia: A cross-sectional analysis using Healthcare Information and Management Systems Society’ digital health indicators’, DIGITAL HEALTH, 8, p. 205520762211177. Available at: https://doi.org/10.1177/20552076221117742.
Ammenwerth, E., Iller, C. and Mahler, C. (2006) ‘IT-adoption and the interaction of task, technology and individuals: a fit framework and a case study’, BMC Medical Informatics and Decision Making, 6(1), p. 3. Available at: https://doi.org/10.1186/1472-6947-6-3.
Awol, S.M. et al. (2020) ‘Health Professionals’ Readiness and Its Associated Factors to Implement Electronic Medical Record System in Four Selected Primary Hospitals in Ethiopia’, Advances in Medical Education and Practice, Volume 11, pp. 147–154. Available at: https://doi.org/10.2147/AMEP.S233368.
De Leeuw, J.A., Woltjer, H. and Kool, R.B. (2020) ‘Identification of Factors Influencing the Adoption of Health Information Technology by Nurses Who Are Digitally Lagging: In-Depth Interview Study’, Journal of Medical Internet Research, 22(8), p. e15630. Available at: https://doi.org/10.2196/15630.
Iyanna, S. et al. (2022) ‘Digital Transformation of Healthcare Sector. What is Impeding Adoption and Continued Usage of Technology-driven Innovations by End-users?’ Elsevier Inc.
Janssen, A. et al. (2021) ‘Electronic medical record implementation in tertiary care: factors influencing adoption of an electronic medical record in a cancer centre’, BMC Health Services Research, 21(1), p. 23. Available at: https://doi.org/10.1186/s12913-020-06015-6.
Kemenkes RI (2021) ‘Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024’.
Kim, S. et al. (2015) ‘Analysis of the factors influencing healthcare professionals’ adoption of mobile electronic medical record (EMR) using the unified theory of acceptance and use of technology (UTAUT) in a tertiary hospital’, BMC Medical Informatics and Decision Making, 16(1), p. 12. Available at: https://doi.org/10.1186/s12911-016-0249-8.
Kruszyńska-Fischbach, A. et al. (2022) ‘Organizational e-Health Readiness: How to Prepare the Primary Healthcare Providers’ Services for Digital Transformation’, International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(7), p. 3973. Available at: https://doi.org/10.3390/ijerph19073973.
Martha, E. and Kresno, S. (2017) Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Bidang Kesehatan. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Mengestie, N.D. et al. (2023) ‘Health Information Technologies in a Resource-Limited Setting: Knowledge, Attitude, and Practice of Health Professionals’, BioMed Research International. Edited by M. Jakovljevic, 2023, pp. 1–7. Available at: https://doi.org/10.1155/2023/4980391.
Mukuria, G.M. et al. (2023) ‘Factors influencing implementation of electronic health records system in Nyeri level 5 hospital’, International Journal Of Community Medicine And Public Health, 10(2), pp. 612–618. Available at: https://doi.org/10.18203/2394-6040.ijcmph20230212.
Naidoo, J. et al. (2010) Developing practice for public health and health promotion. 3rd ed. Edinburgh ; New York: Bailliere Tindall/Elsevier (Public health and health promotion practice).
Ngusie, H.S. et al. (2022) ‘Healthcare providers’ readiness for electronic health record adoption: a cross-sectional study during pre-implementation phase’, BMC Health Services Research, 22(1), p. 282. Available at: https://doi.org/10.1186/s12913-022-07688-x.
Paredes, R. (2023) Ishikawa Diagram: A Guide on How to Use It, SafetyCulture. Available at: https://safetyculture.com/topics/ishikawa-diagram/ (Accessed: 17 October 2023).
Post, T.J. (2021) Toward the digitization of the health systems in Indonesia, The Jakarta Post. Available at: https://www.thejakartapost.com/opinion/2022/09/18/toward-the-digitization-of-the-health-systems-in-indonesia.html (Accessed: 8 November 2023).
Raimo, N. et al. (2023) ‘The drivers of the digital transformation in the healthcare industry: An empirical analysis in Italian hospitals’, Technovation, 121, p. 102558. Available at: https://doi.org/10.1016/j.technovation.2022.102558.
Suwatno, H., Ariawaty, R.N. and Imaniyati, N. (2022) Pengantar Manajemen Panduan Pengelolaan Organisasi di Era Digital. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Yehualashet, D.E. et al. (2021) ‘Barriers to the Adoption of Electronic Medical Record System in Ethiopia: A Systematic Review’, Journal of Multidisciplinary Healthcare, Volume 14, pp. 2597–2603. Available at: https://doi.org/10.2147/JMDH.S327539.
Copyright holder: Stevani
Dharma Yanti, Wiku Bakti Bawono Adisasmito (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |