Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
9, No. 2, Februari 2024
ANALISIS FENOMENOLOGI AUDIENS
DALAM MEDIA DIGITAL (STUDI PADA MASA
PERALIHAN MEDIA KONVENSIONAL KE DIGITAL)
Universitas Bengkulu, Bengkulu, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1*, [email protected]2
Abstrak
Penelitian
dalam bidang jurnalisme sering kali berfokus kepada media atau kinerja jurnalis
dalam era digital, tetapi penelitian khusus yang membahas tentang perilaku dan
kebiasaan audiens masih terbatas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan tersebut dengan fokus pada
analisis fenomenologi audiens dalam media digital.
Penelitian ini mengadopsi pendekatan fenomenologi untuk menyelidiki bagaimana audiens merespons pergeseran media dari format konvensional
ke platform digital. Melalui serangkaian wawancara
mendalam, penelitian ini mengungkapkan faktor pendorong peralihan audiens, pola konsumsi media di era digital, dan persepsi
terhadap evolusi media dimasa depan. Penelitian ini memberikan kontribusi pada
pemahaman kita tentang interaksi dinamis antara audiens
dan perubahan media, merinci kompleksitas peralihan dari media konvensional ke
era digital.
Kata Kunci: Audiens,
Fenomenologi, Kebiasaan, Masa Peralihan Media
Abstract
Research in the field of journalism often
focuses on the media or the
performance of journalists in the digital age, but specific
research that discusses the behavior
and habits of the audience
is still limited. This study aims to fill
this knowledge gap by focusing on
the analysis of audience phenomenology
in digital media. This study adopts
a phenomenological approach
to investigate how audiences respond
to the shift
of media from conventional formats to digital platforms. Through a series of in-depth interviews,
this study reveals the driving factors
of audience switching, media consumption patterns in the digital age, and perceptions
of the future
evolution of media. This research contributes
to our understanding
of the dynamic
interaction between audiences and changing
media, detailing the complexities of the transition from conventional media to the digital age.
Keywords: audience,
phenomenology, habits,
media transition period
Pendahuluan
Di era
transformasi media digital saat ini fenomena audiens
sangat menarik untuk di kaji mengingat banyaknya audiens
atau pembaca berita yang terus menerus beralih dari satu media ke media lainnya
yang dinilai lebih modern dan praktis. Hal tersebut tercermin dari perilaku audiens yang sebelumnya pasif menjadi semakin aktif membuat
audiens dapat menentukan sendiri apa yang ingin
mereka cari dengan kemudahan akses (Salsabela, 2021). Audiens yang
menjelma menjadi pemain aktif dalam ekosistem media ini memiliki peran penting
dalam membentuk, berpartisipasi, dan berinteraksi dengan berita serta konten
media yang mereka akses.
Jika ditelusiri
lebih dalam lagi sebenarnya digitalisasi atau convergensi
media tidak hanya memengaruhi perubahan dalam proses jurnalistik, tetapi juga
menyangkut berbagai aspek kehidupan dimasyarakat (Iskandar, 2018). Aspek tersebut mencakup pola konsumsi media
oleh audiens, kebiasaan dan aktivitas audiens, hubungan audiens dengan
media, penyebaran informasi, serta literasi media
oleh audiens. Kebiasaan audiens
ini telah menggeserkan media konvensional, jika pada eranya media konvesional menjadi sumber berita utama kini telah
tergantikan oleh media digital yang berbasis online
atau internet. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi media bagaimana media
terus beralih ke teknologi digital dan meningalkan
media konvensional akibat perubahan perilaku audiens.
Hingga saat ini, pengelola media di Indonesia terus meningkatkan upaya dalam
menghadapi kemajuan teknologi digital sesuai dengan tuntutan masyarakat, serta
dapat berkontribusi dan bersaing satu sama lain (Nur, 2021).
Sebagai sebuh
pembuktian anggota Serikat Perusahaan Pers (SPS) terus menurun setiap tahunnya.
Pada tahun 2021, tercatat masih ada 593 media cetak yang terdaftar namun angka
tersebut turun dratis ditahun 2022 yang hanya
menyisakan 399 media. Perubahan dalam mengonsumsi berita telah banyak teramati. Sebuah studi yang diterbitkan dalam laporan
"Digital News Report 2021" dari Reuters Institute for the Study of
Journalism mengindikasikan bahwa 73% dari responden
di seluruh dunia mengakses berita melalui ponsel cerdas mereka, menjadikan
perangkat seluler sebagai platform utama untuk konsumsi berita. Fenomena ini
mencerminkan bagaimana mobilitas dan ketersediaan informasi digital telah
mengubah kebiasaan audiens. Media online
menyediakan berita dalam format real-time,
memungkinkan audiens untuk mengikuti perkembangan
berita sepanjang hari. Hal ini juga memengaruhi persepsi waktu dan urgensi
dalam konsumsi berita. Sementara itu, di Indonesia survei yang dilakukan oleh yougov di tahun 2022 menunjukan
media online sebagai sumber utama berita masyarakat
Indonesia dengan akumulasi pengguna 88%, media cetak hanya berkisaran 17% ,
sedangkan televisi 57%.
Penelitian sebelumnya dalam bidang jurnalisme
sering kali berfokus kepada media atau kinerja jurnalis dalam era digital,
tetapi penelitian khusus yang membahas tentang perilaku dan kebiasaan audiens masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengisi kesenjangan pengetahuan tersebut dengan fokus pada analisis
fenomenologi audiens dalam media digital. Penting
untuk memahami bagaimana audiens mengalami perbedaan dalam pendekatan
jurnalisme antara media convensional dan digital,
serta bagaimana persepsi, pemahaman, interaksi, dan aktivitas audiens dalam perbedaan kedua media tersebut. Dengan
memahami bagaimana audiens menginterpretasikan dan
merespons berita, media dapat meningkatkan kualitas konten mereka, mereka dapat
menyesuaikan berita agar lebih sesuai dengan preferensi dan kebutuhan audiens.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
deskriptif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi
merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada pengalaman subjektif individu
dan bagaimana individu menginterpretasikan dunia sekitarnya. Creswell (2013) membagi pendekatan fenomenologi menjadi dua
tipe, yakni hermeneutik berdasarkan penjelasan Van Manen dan empiris menurut Moustakas.
Van Manen menggambarkan bahwa fenomenologi hermeneutik membahas interaksi dinamis yang secara
berkelanjutan merefleksikan tema-tema penting. Hermeneutik
dalam fenomenologi dianggap sebagai proses interpretasi peneliti terhadap
pengalaman hidup individu yang menjadi fokus penelitian. Sementara itu, Moustakas menggunakan pendekatan fenomenologi empiris yang
juga dikenal sebagai transendental atau psikologis, fenomenologi ini berfokus
untuk memusatkan interpretasi pada individu yang menjadi subjek penelitian.
Peneliti mengabaikan pengalamannya untuk mendapatkan perspektif baru terhadap
fenomena yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini fenomenologi yang
digunakan adalah fenomenologi transendental atau psikologis Moustakas.
Fenomenologi transendental dipilih karena metode ini tidak memusatkan perhatian
pada interpretasi peneliti tetapi lebih kepada deskripsi dari pengalaman
partisipan. Kemudian dengan fenomenologi ini, peneliti dapat menggali secara
mendalam bagaimana audiens mengalami perbedaan dalam
jurnalisme media konvensional dan media digital. Bagaimana kebiasaan dan
aktivitas mereka dalam menggunakan kedua media tersebut serta bagaimana audiens memberikan makna dan tanggapan pada berita yang
mereka konsumsi dari kedua media tersebut.
Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang
diterapkan dalam penelitian ini. Pertama, menggunakan teknik studi dokumen.
Studi dokumen mencakup pengumpulan data dari berbagai jenis dokumen seperti
surat, catatan, agenda, dokumen administrasi, artikel surat kabar, arsip,
seperti catatan dinas, catatan organisasi, daftar nama, hasil survei, dan
sejenisnya yang memiliki kaitan dengan topik penelitian (Prihatsanti, 2018). Dalam penelitian ini, dokumen yang
dianalisis adalah dokumen yang terkait dengan media konvensional dan digital
serta fenomenologi transdental. Kedua adalah dengan
cara wawancara, pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Informan
No. |
Kriteria Informan |
1. |
Warga Negara Indonesia |
2. |
Orang yang aktif menggonsumsi
berita di media digital |
3. |
Pengguna media konvensional atau pernah
aktif menggunakan media konvensional sebelumnya |
4. |
Paham atas tema penelitian |
5. |
Bersedia menjadi informan penelitian |
Kemudian dilakukan analisis data menggunakan
teknik analisis data fenomenologi yaitu memahami pengalamam
audiens yang sesuai dengan fenomena, menjabarkan
hasil wawancara, mengelompokkan hasil wawancara apa yang dialami oleh audiens (tekstural) dan bagaimana pengalaman tersebut dapat
terjadi (struktural). Tujuannya adalah memberikan penjelasan yang mendetail
mengenai apa yang dirasakan dan bagaimana pengalaman tersebut terjadi, sehingga
dapat menghasilkan deskripsi yang komprehensif dan menjadi dasar untuk menyusun
kesimpulan.
Hasil dan
Pembahasan
Beralihnya Penggunaan Media
Konvensional ke Media Digital
Penggunaan Media Konvensional
Di era
digital yang penuh dengan keterbaruan teknologi dan
informasi industri media banyak yang melakukan inovasi demi keberlangsungan
media mereka, apalagi dalam zaman modern saat ini, informasi merupakan hal yang
penting bagi individu (Situmeang, 2020). Kita dapat melihat diberbagai
belahan dunia media konvensional mulai sepi peminat terutama dikalangan anak muda, sejalan dengan yang dikatakan Bengtsson (2021) kaum muda saat ini menunjukkan penurunan
minat terhadap format dan praktik berita konvensional. Oleh karena itu untuk
membedah permasalahan tersebut dibutuhkan penelitian yang berfokus pada audiens. Penelitian yang dilakukan oleh Bengtsson (2021) menemukan bahwa pendekatan fenomenologi dapat
digunakan untuk memahami konsumsi berita dari sudut pandang audiens
dalam budaya digital. Agar tetap eksis sebagai sumber
informasi, media tradisional melakukan inovasi melalui konvergensi.
Digitalisasi media atau yang biasa disebut konvergensi media adalah suatu
proses penggabungan platform media menjadi satu yang memengaruhi perubahan
dalam proses produksi dalam media, melibatkan kolaborasi untuk mengelola
penggabungan beberapa platform dan mengadaptasi konsumsi masyarakat, distribusi
informasi, dan kegiatan media (Syarif, 2023).
Pemanfaatan internet di Indonesia terus
berkembang setiap tahunnya, berdasarkan data survei yang dipublikasikan oleh
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Pada periode 2022
sampai 2023, jumlah pengguna internet mencapai 215,63 juta, mengalami
peningkatan sebesar 2,67% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
mencapai 210,03 juta pengguna. Kehadiran internet dengan pertumbuhan penetrasi
yang signifikan mencerminkan bahwa masyarakat Indonesia semakin merasa nyaman
mengakses berbagai konten melalui platform digital, bukan hanya terpaku pada
media cetak (Qorib, 2020). Itu artinya masyarakat moderen
saat ini hampir setiap hari menggunakan smartphone kemanapun mereka berpergian,
kebiasaan ini tidak hanya dilakukan kalangan anak muda saja, tetapi juga sudah
merambah kekalangan orang tua usia lansia bahkan
anak-anak. Sekarangan dimanapun
daerahnya penggunaan smartphone merupakan hal yang
lumrah, jadi smartphone saat ini tidak lagi indentik digunakan kalangan anak muda, perkotaan dan
memandang status sosial masyarakat.
Hal seperti inilah yang kemudian membuat
banyak masyarakat beralih dari sebelumnya suka menonton berita di tv, suka membaca koran dipagi
hari beralih ke berita digital. Dapat kita simpulkan bahwa teknologi memainkan
peran sentral dalam menentukan kehidupan manusia, seperti yang diungkapkan oleh
McLuhan bahwa media memiliki peran penting dalam
pembentukan dan pengolahan budaya (Mansah, 2019).
Media konvensional saat ini tidak hanya
berformat cetak atau elektronik tetapi juga ada yang berbentuk digital, sudah
banyak media baik lokal maupun media nasional yang memerapkan koran dan majalah digital bahkan dapat
diakses secara gratis. Bahkan untuk menonton berita ditelevisi saja saat sudah
bisa diakses menggunakan smartphone karena sudah
banyak media yang memiliki aplikasi sendiri untuk memudahkan audiens agar tetap dapat terhubung dengan dengan informasi serta berita yang mereka sajikan, tidak
hanya itu penggunaan Youtube, live Instagram atau aplikasi lainya juga diterapkan oleh media
untuk tetap eksis dikalangan
audiensnya, apalagi untuk audiens
yang sibuk dan tidak sempat menonton siaran ditelevisi.
Kebiasaan Audiens
diera Digital
Tabel 2. Poin-Poin Kebiasaan Audiens, Dulu,
Sekarang dan Asumsi Mera untuk Media dimasa Depan
No |
Aspek Kebiasaan Audiens |
Dulu |
Sekarang |
Asumsi yang Akan
Datang |
1. |
Sumber Informasi Utama |
Konvensional (Tv,
Koran, Radio) |
Smartphone, Berbagai Platform Online |
Integrasi Teknologi, Media Interaktif |
2. |
Aktivitas Pencarian Berita |
Pasif, Menunggu Siaran atau terbitan media
cetak |
Aktif, Mencari di Internet |
Lebih Aktif, Pencarian Terfokus dan Personalisasi Konten |
3. |
Partisipasi dalam Diskusi |
Terbatas, Terlokalisasi di Komunitas Kecil |
Global, Melalui Media Sosial dan Jaringan
Online |
Lebih Terbuka untuk Diskusi dan Kolaborasi
Global |
4. |
Gaya Konsumsi Konten |
Linier, Bergantung pada Penyedia Media
Tradisional |
Interaktif, Konsumsi Konten Multiplatform dan Dalam Jaringan |
Konten Personalisasi,
Pengalaman Konten yang Lebih Dinamis |
5. |
Kesadaran terhadap Kredibilitas |
Tinggi, Percaya pada Media Tradisional |
Bervariasi, Kewaspadaan terhadap Berita
Palsu dan Clickbait |
Harapan Tinggi akan Kejelasan dan Sumber
Informasi Terpercaya |
6. |
Keterlibatan dan Interaksi dalam Konten |
Pasif, Keterlibatan Minim |
Aktif, Memberikan Komentar dan Respons pada
Konten Online |
Potensial untuk Lebih Banyak Keterlibatan
dalam Pembuatan Konten |
Aktif Mencari Berita
Audiens diera digital saat ini lebih aktif mencari
informasi atau berita melalui smartphone mereka
ketimbang harus menunggu siaran berita di televisi atau menunggu edisi koran
keesokan hari. Selain karena mudah diakses dan efisien alasan beberapa penikmat
media konvensional lainnya menyatakan jika lingkungan mereka membuat mereka
terbiasa dengan media informasi dan berita media digital. Kebiasaan audiens yang semakin aktif mencari informasi atau berita
melalui smartphone pada era digital mencerminkan
pergeseran signifikan dalam perilaku konsumen media. Fenomena ini disebabkan
oleh sejumlah faktor yang mengubah cara mereka mengakses dan mengonsumsi
informasi. Aksesibilitas yang lebih mudah melalui perangkat seluler, seperti smartphone, membuat audiens dapat
mengakses berita dan informasi kapan saja dan di mana saja. Dengan pencarian
berita melalui smartphone, audiens
tidak lagi terbatas oleh jadwal tertentu seperti siaran televisi atau penantian
edisi koran berikutnya.
Platform berita digital sering menggunakan algoritma personalisasi untuk
menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi dan perilaku audiens. Faktor lingkungan sosial juga memainkan peran
penting. Ketika lingkungan sekitar audiens lebih
mendukung penggunaan media digital, mereka cenderung lebih terbiasa dan nyaman
untuk mencari informasi melalui platform digital. Perubahan ini tidak hanya
menciptakan kebiasaan baru, tetapi juga membentuk cara audiens
berpikir, berinteraksi dengan informasi, dan berpartisipasi dalam ranah
digital. Perubahan ini menciptakan tantangan dan peluang baru bagi media untuk
menyajikan informasi yang relevan dan menarik bagi audiens
yang semakin cerdas dan kritis.
Audiens Aktif memandingkan Media
Perbandingan aktif yang dilakukan oleh audiens terhadap media cetak dan media digital mencerminkan
kecenderungan masyarakat untuk mengukur keunggulan dan kekurangan dari
masing-masing platform. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dari kebiasaan
ini melibatkan perbandingan terhadap keberagaman, interaktivitas,
dan relevansi informasi. Media digital
menawarkan keberagaman informasi yang lebih luas dan cepat, seiring dengan
banyaknya sumber dan saluran berita yang tersedia secara online
membuat para pembaca memiliki banyak referensi sebagai sumber berita yang
dipercayai (Setiowati, 2021). Audiens memiliki
banyak pilihan untuk mengakses berbagai perspektif dan laporan dari berbagai
sumber yang dapat memperkaya pemahaman mereka terhadap suatu topik. Audiens yang merasa berita di media digital lebih lengkap
mungkin merespon terhadap konten yang lebih relevan
secara regional atau global. Mereka mungkin menganggap bahwa berita di koran
lebih terfokus pada peristiwa lokal, sedangkan media digital memberikan cakupan
yang lebih luas.
Aktif Memberikan Komentar
Audiens di era digital saat ini lebih aktif
mengomentari berita atau informasi yang diterbitkan dimedia
digital. Keberadaan audiens yang aktif menegaskan
bahwa mereka tidak hanya menjadi konsumen pasif, melainkan juga terlibat secara
aktif dalam mengonsumsi dan memberikan makna pada konten media (Gafallo, 2022). Aktivitas audiens
dalam memberikan makna pada pesan dapat diamati dari cara mereka menciptakan
dan menghasilkan pesan. Beberapa alasan audiens kerap
mengomentari sebuah berita yang hangat adalah karena sebagai menyampaikan sudut
pandang atau mengkoreksi isi postingan
berita yang keliru, menyampaikan pandangan bagaimana jurnalis suatu media memframingkan beritanya atau malah ketimpangan sebuah
berita yang tidak akurat sesuai dengan fakta yang sebenarnya. akibat ingin
terburu-buru menjadi media yang paling terupdate atau
bahkan kurangnya kompeten jurnalis diera digital saat
ini.
Komentar yang diberikan oleh audiens menunjukkan keterlibatan aktif mereka dalam proses
konsumsi berita. Ini menciptakan ruang diskusi dan interaksi antara pembaca,
memungkinkan pertukaran pendapat dan sudut pandang yang beragam. Kemampuan
media digital untuk memfasilitasi interaksi antarindividu,
baik secara real time maupun non-real time, merupakan alasan perubahan cara membaca masyarakat (Prihatsanti, 2018).
Konsep kode dalam konteks ini merujuk pada cara audiens
memberikan interpretasi terhadap pesan yang mereka konsumsi.
Audiens tidak hanya menerima pesan, tetapi juga dapat
menjadi sumber atau institusi yang menghasilkan pesan. Dengan memberikan
komentar, audiens secara aktif berkontribusi dalam
membangun narasi dan memengaruhi perbincangan media digital. Keunggulan media
digital juga terletak pada tingkat interaktivitas
yang tinggi. Dengan adanya komentar, berbagi, dan partisipasi pembaca, audiens merasa lebih terlibat dan memiliki peran dalam
proses berita. Ini menciptakan pengalaman yang lebih dinamis dan bersifat
kolaboratif. Komentar audiens sering kali mencakup
kritik terhadap framing berita, penentuan bentuk
pesan, dan ketidaksesuaian fakta. Ini mencerminkan ketidakpuasan atau ketertarikan audiens
terhadap cara media mempresentasikan berita.
Pandangan Audiens
Terhadap Media Digital
Persepsi Positif Media Digital
Dampak Kognitif
Dampak Kognitif adalah rasa yang ditimbulkan
oleh audiens dimana mereka
merasa media digital itu bersifat informatif media digital memberikan informasi
umum hingga informasi khusus yang dapat membantu audiens
dalam mempelajari sesuatu yang bermanfaat sehingga dari ketidak
tahuan menjadi tahu. Dalam preferensi ini,
kepercayaan menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kredibilitas suatu media
untuk mempertahankan kualitas konten yang disediakan, menciptakan harapan
positif terhadap masa depan media (Firman Kurniawan,
2021). Persepsi positif terhadap media digital dari segi
dampak kognitif menciptakan siklus saling mendukung antara audiens
dan platform media. Kepercayaan yang dibangun atas kualitas informasi dapat
membuka pintu bagi pengembangan dan pertumbuhan positif dalam pengalaman
belajar dan konsumsi konten secara digital.
Impak Afektif
Impak afektif adalah imbas atau dampak dari
afektif adalah ketika media digital tidak hanya memberikan pengetahun
tetapi juga menimbulkan perasaan senang, suka atau tidak suka dari berita atau
informasi yang diberikan. Pengaruh Emosional dari berita atau Informasi yang
disajikan melalui media digital dapat memiliki dampak emosional yang
signifikan. Beberapa konten mungkin membangkitkan emosi seperti kebahagiaan,
kasihan, atau kekaguman, menciptakan pengalaman yang lebih mendalam. Misalnya audiens merasa iba atau kasihan ketika membaca sebuah
berita kasus pengeboman yang terjadi di Palestina. Dengan memahami impak
afektif, media dapat merancang strategi yang lebih holistik untuk menarik
perasaan audiens, baik melalui penyampaian berita
maupun konten hiburan. Dalam era digital yang terus berkembang, pengelolaan
emosi dapat menjadi elemen penting dalam menciptakan pengalaman yang lebih
mendalam dan berkesan bagi audiens. Contohnya berita
selebriti, gaya selebri yang menjadi sorotan yang
awalnya tidak terbiasa menjadi suka.
Impak Konatif
Impak konatif adalah dampak atau imbas dari
pengalaman kognitif dan afektif yang mendorong audiens
untuk mengambil tindakan konkret atau respons atas informasi yang diterima. Audiens yang terpengaruh secara kognitif dan emosional
dapat memberikan respons aktif terhadap isu atau peristiwa yang mereka alami.
Ini dapat melibatkan partisipasi dalam kegiatan amal, penggalangan dana, atau
penyebaran informasi untuk meningkatkan kesadaran. Misalnya audiens
yang membaca berita mengenai pengeboman yang terjadi di Palestina, lalu meraka merasa simpati dan timbul rasa ingin menolong
diwujudkan dalam sebuah tindakan seperti pengalangan
dana. Dengan memahami impak konatif, media dapat mengoptimalkan pengaruh
positif media digital untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam
masyarakat. Ini mencakup peran media sebagai agen perubahan yang mendorong audiens untuk tidak hanya memahami dan merasakan, tetapi
juga bertindak untuk mencapai dampak positif dalam konteks sosial dan
kemanusiaan.
Efek Behavioral
Efek Behavioral
adalah hasil dari pengaruh media massa terhadap tingkah laku, tindakan atau
perbuatan dan kegiatan yang dilakukan audiens. Dampak
yang dihasilkan oleh media tidak selalu seragam, ada yang berhasil mengubah
perilaku audiens menjadi positif, tetapi ada juga
yang menyebabkan kegagalan dan mengarah pada perilaku negatif. Dampak behavioral mencakup kerjasama
dalam perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara eksklusif.
Misalnya, adegan kekerasan di televisi atau film dapat menyebabkan peningkatan
agresivitas pada individu.
Media digital memiliki potensi untuk
memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan perilaku audiens.
Paparan yang konsisten terhadap konten tertentu dapat membentuk kebiasaan atau
mengubah tindakan sehari-hari mereka. Media memiliki peran krusial dalam
perkembangan dan bahkan perubahan perilaku suatu masyarakat, oleh sebab itu
keberadaan media massa sangat penting (Nur, 2021).
Persepsi Negatif Media Digital
Penyebaran Berita Palsu
Efek distrust
digital menyoroti penurunan tingkat kepercayaan audiens
terhadap akurasi dan kredibilitas informasi digital. Audiens
merasa jika media digital banyak berita hoax dan
berita yang masih simpang siur belum ada kepastian validnya. Oleh karena itu
sebagai audiens harus bisa memilah berita yang layak
dibaca. Padahal berita haruslah laporan peristiwa yang memiliki nilai
jurnalistik seperti memiliki aktualitas berita,
fakta, penting, dan tentunya menarik (Khaer, 2021). Penyebaran berita palsu dapat memberikan
dampak negatif pada kepercayaan audiens terhadap
media digital secara keseluruhan audiens dapat
menciptakan sikap skeptis dan waspada terhadap konten yang mereka temui dimedia digital, tidak sedikit audiens
yang mengalami kesulitan membedakan antara informasi yang benar dan palsu. Namun
Persepsi negatif ini dapat mendorong upaya untuk meningkatkan literasi digital di kalangan audiens.
Audiens akan lebih hati-hati dan mempelajari cara
memverifikasi informasi dan mengenali berita palsu.
Click Bait
Berangkat dari berbagai kebiasaan audiens di era digital yang aktif memaknai berita saat ini
seakan menjadi tugas mereka mengawasi dan menilai media. Beberapa informan lain
juga memberikan pandangannya terkait hal-hal yang kurang mengenakan ketika
mereka membaca berita di media digital seperti banyaknya media yang membuat
judul clickbait yang tidak sesuai dengan isi
beritanya. Untuk mendapatkan banyak pembaca media saat ini acapkali menggunakan
clickbait. Sebab
itu, para jurnalis media online akan mengambil
bermacam tindakan untuk mendapatkan jumlah klik dan penonton yang tinggi, salah
satunya adalah dengan menggunakan clickbait (Karaca, 2019).
Clickbait sendiri merupakan istilah yang menggambarkan
sebuah judul berita yang tampak menarik dan provokatif untuk menarik perhatian
pembaca, meskipun isinya seringkali tidak sesuai
dengan yang tertera di judul (Beleslin, 2017). Ini dapat mengecewakan audiens
yang merasa tertipu atau terbuai oleh judul yang menarik. Audiens
mengalami pengalaman membaca yang kurang memuaskan ketika konten tidak memenuhi
ekspektasi yang dibangun oleh judul clickbait. Strategi click bait
memengaruhi kualitas berita dengan menggunakan kata-kata klise yang berlebihan,
serta menggabungkannya dengan ungkapan yang ekspresif (Bazaco, 2019). Praktik clickbait
dapat mempengaruhi persepsi audiens terhadap kualitas
media digital secara keseluruhan. Mereka menganggap media yang sering
menggunakan judul clickbait sebagai kurang dapat
dipercaya atau tidak profesional. Untuk mengatasi hal tersebut audiens diharapkan mencari informasi-informasi dari
berbagai sumber.
Penargetan Data dan Iklan
Dalam media digital kita pasti sudah terbiasa
dengan iklan yang bermunculan terutama saat kita membaca berita melalui web
berita. Pemasangan iklan di media online dianggap
lebih efektif karena mampu mencapai audiens dengan
cakupan yang lebih besar dan luas diera saat ini (Nurliah, 2018). Namun hal tersebut membuat para audiens merasa risih dan timbul
rasa kekhawatiran akan iklan tersebut. Audiens
menganggap iklan yang bermunculan sebagai gangguan pada pengalaman membaca
berita secara online, iklan yang terlalu invasif atau sering muncul dapat mengurangi kenyamanan dan
fokus audiens. Praktik penargetan data untuk
menyajikan iklan menimbulkan kekhawatiran privasi di kalangan audiens. Mereka merasa bahwa informasi pribadi mereka
digunakan tanpa izin. Namun banyak audiens yang
mengerti bahwa hal tersebut adalah resiko ketika
menggunakan media digital. Mungkin dimasa depan ada inovasi baru yang dapat
mengatasi permasalahan ini.
Pandangan Audiens
Dimasa Depan
Pandangan audiens
terhadap media di masa depan dapat mencakup berbagai aspek yang dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi, perubahan kebiasaan konsumsi media, dan dinamika
sosial. Audiens menantikan integrasi teknologi yang
lebih maju dalam media. Ini bisa melibatkan pengalaman media yang lebih imersif, seperti realitas virtual atau augmentasi,
serta kemampuan untuk berinteraksi lebih langsung dengan konten. Harapan audiens terhadap masa depan media termasuk lebih banyak personalisasi konten. Mereka dapat mengharapkan pengalaman
yang disesuaikan dengan preferensi mereka, baik dalam hal berita, hiburan, atau
informasi lainnya. Kualitas dan kredibilitas informasi tetap menjadi fokus audiens di masa depan. Audiens
mungkin menginginkan lebih banyak upaya dari media untuk menyajikan berita yang
akurat, terverifikasi, dan dapat dipercaya di
tengah-tengah era informasi digital yang kompleks. Audiens
dapat menginginkan lebih banyak peluang untuk berinteraksi dan berpartisipasi
dalam proses media. Ini bisa melibatkan fitur-fitur
seperti voting, komentar langsung, atau bahkan kontribusi konten oleh pengguna.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap skema
persepsi audiens dalam media, ditemukan bahwa alasan
utama peralihan audiens dari media konvensional ke
digital adalah keterbiasaan menggunakan smartphone sehari-hari, yang membuat mereka enggan menggunakan
media konvensional sebagai sumber utama informasi dan berita. Kemudahan akses
dan kontrol terhadap konten menjadi pendorong utama bagi adopsi media digital.
Di era digital, audiens menunjukkan kebiasaan
menarik, seperti mencari berita secara aktif, membandingkan sumber informasi,
dan memberikan respons yang beragam terhadap konten yang mereka konsumsi,
menandakan pergeseran dari model pasif menjadi partisipatif
dalam pengonsumsian media. Meskipun menikmati kecepatan informasi dan interaktivitas media digital, audiens
juga menunjukkan kehati-hatian terhadap isu-isu seperti berita palsu dan judul clickbait, dengan evaluasi yang lebih cermat terhadap
kredibilitas informasi. Mereka mengharapkan perkembangan teknologi yang lebih
maju, integrasi teknologi yang lebih lanjut, personalisasi
konten, dan kualitas informasi yang tinggi. Keterlibatan sosial dan isu-isu
kemanusiaan juga menjadi penting, menunjukkan keinginan untuk merasakan dampak
positif dan berpartisipasi dalam isu global. Namun, etika, transparansi, dan
tanggung jawab media tetap dianggap penting sebagai fondasi untuk keberlanjutan
dan integritas dunia media modern.
BIBLIOGRAFI
Akbar, M. A., Masniarara Aziza Balfas Amril, Raiza
Syahira, Fahrein Rachel Latisha, & Noor Jihan. (2022). Analisis Struktur
Jaringan Komunikasi #Seagames2022 Di Twitter Menggunakan Pendekatan Social
Network Analysis (Sna). Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 26(1),
1–16. https://doi.org/10.17933/jskm.2022.4780
Beleslin,
I., Njegovan, B. R., & Vukadinović, M. S. (2017). Clickbait titles: Risky
formula for attracting readers and advertisers. XVII InternationalScientific
Conference on Industrial Systems (IS’17), 17, 364–369.
Bengtsson,
S., & Johansson, S. (2021). A phenomenology of news: Understanding news in
digital culture. Journalism, 22(11), 2873–2889.
https://doi.org/10.1177/1464884919901194
Creswell,
J. W. (2013). Qualitative Inquiry
& Research Design: Choosing Among Five Approaches. Thousand Oaks: SAGE
Publications.
Firman
Kurniawan, Y. A. S. (2021). The Dynamics Transformation Of Living Media
Consumption In The Digital Era (Shifting Preferences Study From Mediated Media
Editors To Unmediated Media Editors And To Mediated Media Editors). MEDIALOG:
Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1), 201–211.
https://doi.org/10.35326/medialog.v4i1.1032
Iskandar,
D. (2018). Konvergensi Media:
Perbauran Ideologi, Politik, dan Etika Jurnalisme. Penerbit Andi..
Karaca, A.
(2019). Department of Communication Studies News Readers ’ Perception of
Clickbait News News Readers ’ Perception of Clickbait News.
Khaer, A.,
Khoir, N., & Hidayati, Y. A. (2021). Senjakala Media Cetak: Tantangan
Jurnalisme Cetak di Era Digital. TRILOGI: Jurnal Ilmu Teknologi, Kesehatan,
Dan Humaniora, 2(3), 324–331.
https://doi.org/10.33650/trilogi.v2i3.3080
Majid, A.
(2019). Tren Pergeseran Media Konvensional Ke Era Digitalisasi (Studi Kasus
Konvergensi Media Di Lembaga Kantor Berita Nasional Antara Biro Sulawesi Selatan-Sulawesi
Barat ). Al-Munzir, 12(1), 121–131.
Nur, E.
(2021). Peran media massa dalam menghadapi serbuan media online. Majalah
Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa, 2(1).
Nurliah.
(2016). Konvergensi
dan Kompetisi Media Massa dalam Memenangkan Pasar di Era Media Digital di
Makassar. Jurnal Dakwah Tabligh, 19(1), 106-118.
Prihatsanti,
U., Suryanto, S., & Hendriani, W. (2018). Menggunakan Studi Kasus sebagai
Metode Ilmiah dalam Psikologi. Buletin Psikologi, 26(2), 126.
https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.38895
Qorib, F.
(2020). Pola Konsumsi Media pada Generasi Milenial Kota Malang. Ultimacomm:
Jurnal Ilmu Komunikasi, 12(1), 53–71.
https://doi.org/10.31937/ultimacomm.v12i1.1490
Salsabela,
K. (2021). Narasi . tv Melihat Peluang dari Kacamata Audiens pada Era
Konvergensi Media. Departmen of Communication Science, FISIPOL UGM.
Setiowati,
D., Cheril, R., & Sary, M. P. (2021). Pengaruh Perkembangan Digitalisasi
Media Pada Portal Berita Kompas Terhadap Minat Baca Masyarakat (Studi Kasus
Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Jakarta). Mediakom :
Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(1), 29–38.
https://doi.org/10.35760/mkm.2021.v5i1.3377
Situmeang,
I. V. (2020). Media Konvensional dan Media Online. Media Konvensional Dan
Media Online, 118.
Syarif, A.,
Dewi, A. F., Studi, P., Komunikasi, I., & Makassar, U. M. (2023). Efek
Konvergensi Media Terhadap Pembaca Tribun Timur (Studi pada Dosen Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar) Effects Of Media
Convergence On Readers Of Tribun Timur (Study on Lecturers of the Faculty of
Social Science. Medialog: Jurnal Ilmu Komunikasi, VI(I), 112–123.
Copyright holder: Oktariani Safitri, Yuliati, Nurlianti Muzni (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article
is licensed under: |