Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 12, Desember 2023
PEMILIHAN SKALA
PRIORITAS LOKASI PEMASANGAN SISIP TRAFO DISTRIBUSI DENGAN METODE AHP – TOPSIS
DI PT. PLN ULP PANGKALAN BUN
Raditya
Fahmi Bachtiar, Vita Ratnasari
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Pada penelitian ini menggunakan sebanyak 57 buah trafo
dengan status pengukuran pembebanan diatas 95% (overload) yang tercatat di
tahun 2022 dan perlu dilakukan sisip trafo. Setiap tahunnya PLN ULP Pangkalan
rata-rata melakukan program sisip trafo sebanyak 10 buah dikarenakan
terbatasnya anggaran investasi tiap tahunnya. Dengan jumlah tersebut perlu
dilakukan prioritisasi lokasi mengacu pada 6 kriteria yaitu trafo overload
>95%, manuver sebesar 50% dari trafo eksisting, terdapat daftar tunggu
pelanggan siap sambung, terdapat pelanggan tarif bisnis (B), perlu perizinan
pemilik lahan, dan perlu penambahan perluasan jaringan baru. Metode AHP
(Analytic Hierarchy Process) digunakan untuk pembobotan kriteria yang
dibandingkan dan dilanjutkan dengan metode TOPSIS (Technique for Other
Preference by Similarity of Ideal Solution) untuk membuat urutan prioritas
lokasi sisip trafo distribusi. Hasil dari metode AHP didapatkan, bobot tertinggi
terdapat pada kriteria trafo overload >95% dengan bobot 59,3%. Sedangkan
untuk bobot terendah pada kriteria terdapat pelanggan tarif bisnis (B) dengan
bobot 3,8%. Dengan metode TOPSIS didapatkan urutan pertama prioritas lokasi
sisip trafo distribusi pada gardu PBN-0262 dengan nilai preferensi
0.721038962870702. Sedangkan pada urutan prioritas terendah terdapat di trafo
PBH-0054 dengan nilai preferensi 0.157302058325342. Hasil dari analisa
sensitivitas didapatkan urutan prioritas lokasi sisip trafo distribusi tidak
mengalami perubahan rangking urutan secara signifikan, sehingga disimpulkan
bahwa hasil prioritisasi dengan metode TOPSIS dalam penelitian ini sudah
konsisten.
Kata kunci: AHP, Overload,
Sisip Trafo, TOPSIS.
Abstract
In this study, a total of 57 transformers with a
load measurement status above 95% (overload) were recorded in the year 2022 and
require transformer insertions. Every year, PLN ULP Pangkalan, on average,
carries out a transformer insertion program of 10 transformers due to budget
limitations. With this number, it is necessary to prioritize locations based on
6 criteria: transformers with overloads >95%, maneuvering up to 50% of
existing transformers, a waiting list of ready-to-connect customers, business
tariff (B) customers, landowner permits required, and the need for adding new
network extensions. The Analytic Hierarchy Process (AHP) method is used for
weighting the criteria, followed by the Technique for Other Preference by
Similarity of Ideal Solution (TOPSIS) method to determine the priority sequence
of distribution transformer insertion locations. The results of the AHP method
show that the highest weight is assigned to the criteria of transformers with
overloads >95%, with a weight of 59.3%. The lowest weight is assigned to the
criteria of having business tariff (B) customers, with a weight of 3.8%. Using
the TOPSIS method, the top priority location for distribution transformer
insertion is at substation PBN-0262, with a preference value of
0.721038962870702. Meanwhile, the lowest priority location is found at
transformer PBH-0054, with a preference value of 0.157302058325342. The
sensitivity analysis results show that the priority sequence of distribution
transformer insertion locations remains consistent and does not significantly
change, indicating that the TOPSIS method's prioritization results in this
study are consistent.
Keyword: AHP, Overload, Inserted Transformer, TOPSIS
Pendahuluan
PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan dibawah
naungan kementrian BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak di bidang
ketenagalistrikan (Arifin, 2020). Di dalam proses bisnisnya PT. PLN (Persero)
membagi proses bisnis inti menjadi bidang Pembangkitan, Transmisi, dan
Distribusi (Retail). PT. PLN (Persero) ULP Pangkalan Bun merupakan unit pelayanan
pelanggan dibawah wilayah kerja PT. PLN (Persero) Unit Induk Distribusi
Kalimantan Selatan & Kalimantan Tengah – UP3 Palangkaraya yang memiliki
pelanggan sekitar 93.195 pelanggan tercatat di Desember 2022 yang tersebar di
Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah.
Dalam pelayanan penyaluran listrik ke pelanggan,
listrik mengalir dari sisi transmisi 150 kV sampai dengan ke pelanggan
menggunakan trafo distribusi 20 kV melalui jaringan listrik tegangan menengah
(JTM) 20 kV. Per bulan Desember 2022 tercatat total aset trafo distribusi di
wilayah kerja PLN ULP Pangkalan Bun sekitar 878 set dengan ukuran kapasitas
yang beragam mulai dari 16 kVA sampai yang paling besar di ukuran 250 kVA.
Fungsi dari trafo distribusi sendiri adalah
mengubah tegangan menengah 20 kV ke tegangan rendah 220 Volt. Itulah sebabnya
trafo distribusi merupakan peralatan yang sangat penting untuk penyaluran
tenaga listrik ke pelanggan (Warman, 2004). Satuan kVA (kilo Volt Ampere) pada trafo
distribusi sendiri merupakan satuan dari jumlah kapasitas terukur pembebanan
yang dapat ditampung untuk melayani beban pelanggan. Korelitasnya sendiri
adalah sebuah trafo distribusi dengan kapasitas tertentu mampu untuk dibebani
sejumlah pelanggan dengan daya sesuai kapasitas yang ada(Adam & Prabowo, 2019).
Seiring berjalannya waktu dan dengan penambahan
jumlah penduduk serta meningkatnya kebutuhan listrik, kapasitas bebas dari
masing-masing trafo distribusi semakin mengecil dan berakibat pembebanan trafo
distribusi mendekati 100%. Dimana jika trafo sudah mencapai 100% maka dapat
dikatakan overload dan tidak dapat ditambahkan beban baru. Untuk mengatasi
trafo overload yang terjadi di unit, PT. PLN (Persero) melakukan program
Anggaran Investasi Sisip Trafo tiap tahunnya (Samsurizal & Hadinoto,
2020).
Tercatat pada tahun anggaran 2022 di PT. PLN
(Persero) UP3 Palangkaraya mendapatkan program sisip trafo sebanyak 78 set
dengan lokasi tersebar yang salah satunya berada di PLN ULP Pangkalan Bun. Di
ULP Pangkalan Bun mendapatkan sebanyak 10unit dari total kebutuhan sisip trafo
sebanyak 57 unit di tahun 2022. Dengan keterbatasan ini, perlu adanya evaluasi
dan perencanaan matang terkait peletakan lokasi program sisip trafo yang paling
prioritas dari sisi kenyamanan pelanggan dan juga dari sisi keandalan pasokan
tenaga listrik.
Pada Penelitian ini membahas pertimbangan
terkait lokasi sisip trafo distribusi yang memiliki beberapa faktor untuk
menentukan prioritas lokasi yang terbaik dari segi teknis, benefit, maupun
kemudahan dalam pelaksanaan. Masih belum ada penelitian yang membahas obyek
penelitian yang diteliti pada tesis ini sehingga diperlukan pendekatan dengan
literatur terdahulu dalam pemilihan metode penyelesaian pemilihan keputusan
prioritisasi.
Pada literatur terdahulu terdapat obyek
penelitian lain yang bisa diadaptasi untuk diterapkan pada penelitian ini.
Penggunaan kombinasi Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Other
Preference by Similarity of Ideal Solution (TOPSIS) pada penelitian terdahulu
dipergunakan untuk pemilihan kriteria dari beberapa faktor yang menjadi
alternatif yang berpengaruh terhadap urutan rangking prioritas (Taherdoost, 2017);(Widianta, Rizaldi,
Setyohadi, & Riskiawan, 2018).
Penggunaan
kombinasi AHP dan TOPSIS diterapkan dalam penentuan penempatan Automatic Teller
Machine (ATM) yang ideal (Mahendra &Indrawan, 2020);(Rivaldi, Pulansari, &
Kartika, n.d.). Penelitian ini memiliki 4 kriteria
pertimbangan yang digunakan untuk menentukan prioritas dengan melihat penilaian
terhadap Ketersediaan ATM, Keamanan, Harga Lahan, dan Permintaan Nasabah. Dalam
pemilihan lokasi menggunakan metode AHP untuk mendapatkan pembobotan dari 4
kriteria yang ditetapkan dari 76 calon lokasi ATM.
Selanjutnya metode TOPSIS digunakan untuk
perbandingan hasil kriteria yang ada dari 76 calon lokasi ATM untuk mendapatkan
hasil urutan prioritas 38 calon lokasi ATM yang akan direkomendasikan untuk
direalisasikan (Jatiningrum, Utami,
Sholihah, Abdulmajid, & Desstryani, 2022). Metode AHP merupakan salah satu metode analisa
pengambilan keputusan multi kriteria atau biasa disebut MCDA (Multi Criteria
Decision Analysis) yang biasa digunakan dalam dunia industri untuk evaluasi
sejumlah kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif (Chamid & Murti,
2017);(Willyandi, 2022);.
Metode AHP memiliki kekurangan yaitu tidak
efektif saat digunakan pada kasus dengan jumlah kriteria dan alternatif yang
banyak, sehingga perlu kombinasi dengan metode lain untuk hasil yang efektif
(Chamid & Murti, 2017);(Fahmi, Kurnia, & Mige,
2019). AHP dapat digunakan untuk pembobotan kriteria,
dilanjutkan dengan metode TOPSIS untuk pengukuran alternatif dengan penilaian
ideal positif dan negatif agar didapatkan solusi optimal (Megafani, Irawan, &
Zahro, 2021). Kombinasi dari AHP dan TOPSIS dijadikan
pilihan sebagai metode penyelesaian dengan alasan AHP memiliki kelebihan pada
matriks perbandingan berpasangan juga konsistensi analisa, sedangkan TOPSIS
sebagai pelengkap analisa keputusan mampu untuk penyelesaian keputusan
alternatif penilaian ideal (Chamid & Murti, 2017).
Terdapat
metode MCDA lain yang dapat dipergunakan untuk pengambilan keputusan seperti
metode ANP (Analytic Network Process). Metode ini menggambarkan tingkatan
kepentingan berbagai pihak yang mempertimbangkan keterkaitan antar kriteria dan
sub-kriteria yang ada. Perbedaan dengan AHP adalah pada ANP membentuk jaringan
yang saling berinteraksi dan bergantung antar elemen ataupun cluster (Fauzi,
2015). Adanya ketergantungan antar elemen ini bergantung dan terikat sesame
alternatif. Jika pada AHP kriteria yang ada saling independent.
Berdasarkan
permasalahan yang akan diteliti ini, metode analisa AHP lebih cocok dipergunakan
karena kriteria yang muncul sifatnya independent. Metode AHP digunakan untuk
menentukan nilai pembobotan pada kriteria dan sub-kriteria yang ditentukan
untuk penentuan prioritas sisip trafo. Dilanjutkan dengan perhitungan metode
TOPSIS untuk mendapatkan prioritisasi lokasi sisip trafo distribusi untuk 57
alternatif lokasi yang paling optimal untuk dapat direalisasikan sebagai
rekomendasi lokasi sisip trafo di wilayah kerja PT. PLN (Persero) ULP Pangkalan
Bun
Berdasarkan
latar belakang permasalahan diperoleh rumusan
penelitian yaitu: 1) Kriteria apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
program sisip trafo distribusi ? 2) Bagaimana cara menentukan pembobotan kriteria yang digunakan untuk
memilih lokasi sisip trafo distribusi?
3) Bagaimana cara menentukan prioritisasi sebanyak 57
alternatif lokasi sisip trafo distribusi di PLN ULP Pangkalan Bun berdasar
pembobotan kriteria yang telah diukur sebelumnya?
Berdasarkan
rumusan masalah, penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1) Mengetahui kriteria sebagai faktor
yang mempengaruhi penentuan prioritas lokasi sisip trafo distribusi. 2) Mengukur nilai pembobotan
kriteria dalam penentuan skala prioritas lokasi sisip trafo distribusi. 3) Melakukan urutan perangkingan
prioritisasi 57 alternatif lokasi sisip trafo distribusi di PLN ULP Pangkalan
Bun berdasarkan bobot kriteria yang telah diukur.
Penelitian ini memiliki
manfaat dan tujuan sebagai berikut: Secara manajerial, 1) Dapat dijadikan sebagai
salah satu cara penilaian untuk prioritisasi dalam peletakan lokasi sisip trafo
di PT. PLN (Persero). 2) Metode AHP – TOPSIS dapat dijadikan model penentuan prioritisasi untuk
mengurangi subjektifitas maupun inkonsistensi dalam penentuan lokasi sisip
trafo distribusi.
Metode
Penelitian
Dalam tahap
perancangan metode pengumpulan dan pegolahan data dilakukan beberapa aktivitas
berikut :
Sumber data primer dan data
sekunder
Data Primer; Data berupa kuisioner penilaian bertingkat mengenai
program sisip trafo distribusi. Data Sekunder; Data sekunder merupakan data eksisting mengenai
kondisi trafo, potensi pelanggan, kemudahan eksekusi sebagai pelengkap data
pendukung pengambilan keputusan.
Pengumpulan data
Kuisioner Manajemen, Penentuan kriteria alternatif dengan cara melakukan
diskusi dengan para ahli di bidang teknik yang bekerja di PT. PLN (Persero) ULP
Pangkalan Bun melalui Forum Grup Discussion (FGD) dilanjutkan pengambilan data
primer. Adapun data primer ini didapatkan dengan cara memberikan penilaian kuisioner
terhadap kriteria perbandingan bertingkat mengenai pengambilan keputusan
penentuan prioritisasi lokasi sisip trafo. Adapun responden ekspert dipilih
berdasar kualifikasi sebagai berikut:
a) Merupakan
pegawai PT. PLN (Persero) ULP Pangkalan Bun. b) Mengemban tugas di bagian teknik. c) Pegawai dengan masa kerja diatas 5 tahun. d) Berpengalaman dalam penentuan lokasi sisip trafo distribusi dan memahami
dampak dari sisip trafo
Hasil dan Pembahasan
A. Data Kriteria
Pada penelitian ini,
penentuan prioritisasi lokasi sisip trafo distribusi diperoleh berdasarkan
studi literatur dan hasil pengolahan data dari observasi lapangan seperti yang
dapat dilihat pada tabel 1. Sisip trafo distribusi mempertimbangkan 6 kriteria
dimana 3 kriteria memiliki atribut benefit dan 3 kriteria lainnya ber-atribut
cost.
Tabel 1 Kriteria Data Sisip Trafo Distribusi
Sumber Data |
Kriteria |
Kode Atribut |
Atribut |
Studi Literatur |
Trafo Overload > 95% |
C1 |
Cost |
Studi Literatur |
Beban dapat dialihkan
sebesar 50% dari trafo eksisting |
C2 |
Benefit |
Studi Literatur |
Terdapat Daftar Tunggu
Pelanggan Siap Sambung |
C3 |
Benefit |
Studi Literatur |
Terdapat Pelanggan Tarif
Bisnis (B) |
C4 |
Benefit |
Observasi Lapangan |
Perlu Perizinan Pemilik
Lahan |
C5 |
Cost |
Observasi Lapangan |
Perlu Penambahan
Perluasan Jaringan Baru |
C6 |
Cost |
Dalam kriteria yang
dipilih melalui tahapan studi literatur dan observasi lingkungan pada unit
kerja PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Pangkalan Bun yang telah dilakukan
tahapan diskusi bersama ekspert. Dari diskusi ini menghasilkan enam kriteria
yang dipilih sebagai pertimbangan dalam penentuan lokasi sisip trafo
distribusi. Selanjutnya dilakukan kuisioner pembobotan dengan menggunakan
metode perbandingan berganda AHP (Analytical Hierarchy Process) (Rizaldi,
Yunita, & Rodiah, 2020).
B. Pembobotan Kriteria
Penilaian kriteria
pada AHP dihitung melalui kuisioner perbandingan berganda yang diisi sebanyak
lima ekspert yang bekerja di PLN ULP Pangkalan Bun.
1. Pairwise Comparison
Pada tahap ini untuk
mendapatkan pembobotan AHP, maka dilakukan kuisioner pada 5 responden. Jawaban
dari kuisioner yang diisi oleh responden menjadi dasar dalam metode AHP.
Responden akan diminta memilih perbandingan nilai dari 1 sampai dengan 9 dimana
nilai 1 memiliki artian sama pentingnya dan semakin besar nilai dari pengisian
maka nilai kepentingan semakin besar sesuai dengan skala Saaty.
Tabel 2 Pairwise Comparison Sisip Trafo Distribusi (lanjutan)
Sub Kriteria |
Penilaian |
Sub Kriteria |
||||||||||||||||
9 |
8 |
7 |
6 |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
||
Daftar Tunggu Pelanggan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Terdapat Pelanggan Tarif Bisnis |
Daftar Tunggu Pelanggan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perlu Perizinan |
Daftar Tunggu Pelanggan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perlu Perluasan Jaringan |
Sub Kriteria |
Penilaian |
Sub Kriteria |
||||||||||||||||
9 |
8 |
7 |
6 |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
||
Terdapat Pelanggan Tarif Bisnis |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perlu Perizinan |
Terdapat Pelanggan Tarif Bisnis |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perlu Perluasan Jaringan |
Sub Kriteria |
Penilaian |
Sub Kriteria |
||||||||||||||||
9 |
8 |
7 |
6 |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
||
Perlu Perizinan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perlu Perluasan Jaringan |
C.
Kriteria Alternatif TOPSIS
Pada
penelitian ini terdapat 57 alternatif lokasi sisip trafo distribusi yang akan
diurutkan prioritasnya berdasarkan 6 kriteria alternatif menggunakan TOPSIS.
Adapun pada sub bab ini hanya menampilkan 10 alternatif lokasi sisip trafo
distribusi, sedangkan data lengkap akan ditampilkan pada lampiran.
1.
Trafo Overload > 95%
Data yang dipergunakan
dalam alternatif 57 lokasi sisip trafo distribusi mengacu pada trafo distribusi
di wilayah PLN ULP Pangkalan Bun yang mengalami overload bulan Januari –
Desember tahun 2022 yang tercatat pada aplikasi web-based KSKTGO.
Tabel
3 Daftar Trafo Overload >95%
NO |
Nama Gardu |
Feeder |
kapasitas
trafo |
beban |
1 |
BTG-0050 |
SRG01 |
100 |
102.85 |
2 |
BTG-0053 |
SRG01 |
25 |
106.19 |
3 |
KMI-0015 |
KMI03 |
50 |
101.8 |
4 |
KMI-0019 |
KMI03 |
25 |
123.74 |
5 |
KMI-0035 |
KMI03 |
16 |
187.95 |
6 |
KMI-0043 |
KMI03 |
50 |
124.62 |
7 |
KMI-0045 |
KMI03 |
50 |
102.68 |
8 |
KMI-0049 |
KMI03 |
50 |
102.68 |
…………………………………………………………………………………………. |
||||
56 |
SRT-BTS0189 |
SRG01 |
25 |
102.68 |
57 |
TLB-0014 |
KMI03 |
16 |
101.47 |
2. Beban
Dapat Dialihkan Sebesar 50% dari Trafo Eksisting
Pada
alternatif 57 lokasi sisip trafo distribusi mengacu pada trafo distribusi di
wilayah PLN ULP Pangkalan Bun yang mengalami overload bulan Januari – Desember
tahun 2022 yang tercatat pada aplikasi web-based KSKTGO. Pengalihan beban
sebesar 50% akan membuat space trafo eksisting akan berkurang dan dipindahkan
ke lokasi rencana sisip trafo distribusi.
Tabel
4 Daftar Pengalihan Pembebanan Eksisting Sisip Trafo Distribusi
NO |
Nama Gardu |
Feeder |
Kapasitas trafo (kVA) |
Beban awal |
Beban yang
akan dialihkan |
1 |
BTG-0050 |
SRG01 |
100 |
102.85 |
-24.3% |
2 |
BTG-0053 |
SRG01 |
25 |
106.19 |
-94.2% |
3 |
KMI-0015 |
KMI03 |
50 |
101.8 |
-49.1% |
4 |
KMI-0019 |
KMI03 |
25 |
123.74 |
-80.8% |
5 |
KMI-0035 |
KMI03 |
16 |
187.95 |
-83.1% |
6 |
KMI-0043 |
KMI03 |
50 |
124.62 |
-40.1% |
7 |
KMI-0045 |
KMI03 |
50 |
102.68 |
-48.7% |
8 |
KMI-0049 |
KMI03 |
50 |
102.68 |
-48.7% |
…………………………………………………………………………………………. |
|||||
56 |
SRT-BTS0189 |
SRG01 |
25 |
102.68 |
-97.4% |
57 |
TLB-0014 |
KMI03 |
16 |
101.47 |
-154.0% |
C.
Jumlah Daftar Tunggu Pelanggan Siap Sambung
Data yang
digunakan adalah jumlah daftar tunggu pelanggan siap sambung yang mengalami
pending proses dikarenakan adanya syarat teknis yang tidak terpenuhi pada
alternatif 57 lokasi sisip trafo distribusi mengacu pada trafo distribusi di
wilayah PLN ULP Pangkalan Bun yang mengalami overload bulan Januari – Desember
tahun 2022 yang tercatat pada aplikasi web-based KSKTGO. Adapun data tersebut
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Jumlah Daftar Tunggu Pelanggan Per Gardu
Distribusi
NO |
Nama Gardu |
Feeder |
kapasitas trafo |
Jumlah Daftar Tunggu Pelanggan |
1 |
BTG-0050 |
SRG01 |
100 |
47 |
2 |
BTG-0053 |
SRG01 |
25 |
15 |
3 |
KMI-0015 |
KMI03 |
50 |
27 |
4 |
KMI-0019 |
KMI03 |
25 |
35 |
5 |
KMI-0035 |
KMI03 |
16 |
29 |
6 |
KMI-0043 |
KMI03 |
50 |
31 |
7 |
KMI-0045 |
KMI03 |
50 |
39 |
8 |
KMI-0049 |
KMI03 |
50 |
13 |
…………………………………………………………………………………………. |
||||
56 |
SRT-BTS0189 |
SRG01 |
25 |
9 |
57 |
TLB-0014 |
KMI03 |
16 |
9 |
1.
Terdapat Pelanggan Tarif Bisnis (B)
Data yang
digunakan adalah jumlah pelanggan tarif bisnis pada alternatif 57 lokasi sisip
trafo distribusi mengacu pada trafo distribusi di wilayah PLN ULP Pangkalan Bun
yang overload bulan Januari – Desember tahun 2022 yang tercatat pada aplikasi
web-based KSKTGO. Adapun data tersebut dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel
6 Jumlah Pelanggan Tarif Bisnis Per Gardu Distribusi (Lanjutan)
NO |
Nama Gardu |
Feeder |
Kapasitas trafo |
Jumlah Pelanggan Tarif Bisnis |
5 |
KMI-0035 |
KMI03 |
16 |
11 |
6 |
KMI-0043 |
KMI03 |
50 |
8 |
7 |
KMI-0045 |
KMI03 |
50 |
1 |
8 |
KMI-0049 |
KMI03 |
50 |
7 |
…………………………………………………………………………………………. |
||||
56 |
SRT-BTS0189 |
SRG01 |
25 |
0 |
57 |
TLB-0014 |
KMI03 |
16 |
1 |
2.
Perlu Perizinan Pemilik Lahan
Data yang digunakan
adalah kriteria boleh tidaknya penempatan sisip trafo distribusi pada
alternatif 57 lokasi sisip trafo distribusi di wilayah PLN ULP Pangkalan Bun.
Tabel
7 Perizinan Lokasi Gardu Distribusi
NO |
Nama Gardu |
Feeder |
kapasitas
trafo |
Perizinan |
1 |
BTG-0050 |
SRG01 |
100 |
OK - FASUM |
2 |
BTG-0053 |
SRG01 |
25 |
LAHAN KOSONG |
3 |
KMI-0015 |
KMI03 |
50 |
OK - PRIBADI |
4 |
KMI-0019 |
KMI03 |
25 |
OK - PRIBADI |
5 |
KMI-0035 |
KMI03 |
16 |
BELUM
PERIZINAN |
6 |
KMI-0043 |
KMI03 |
50 |
BELUM
PERIZINAN |
7 |
KMI-0045 |
KMI03 |
50 |
BELUM
PERIZINAN |
8 |
KMI-0049 |
KMI03 |
50 |
OK - PRIBADI |
…………………………………………………………………………………………. |
||||
56 |
SRT-BTS0189 |
SRG01 |
25 |
OK - PRIBADI |
57 |
TLB-0014 |
KMI03 |
16 |
OK - PRIBADI |
3.
Perlu Perluasan Jaringan
Data yang
digunakan adalah perlu atau tidaknya jaringan baru dibangun untuk penempatan
sisip trafo distribusi pada alternatif 57 lokasi sisip trafo distribusi di
wilayah PLN ULP Pangkalan Bun. Adapun data tersebut dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel
8 Keperluan Perluasan Jaringan Gardu Distribusi
NO |
Nama Gardu |
Feeder |
kapasitas trafo |
Keperluan Perluasan Jaringan |
1 |
BTG-0050 |
SRG01 |
100 |
TIDAK
PERLU |
2 |
BTG-0053 |
SRG01 |
25 |
TIDAK
PERLU |
3 |
KMI-0015 |
KMI03 |
50 |
TIDAK
PERLU |
4 |
KMI-0019 |
KMI03 |
25 |
TIDAK
PERLU |
5 |
KMI-0035 |
KMI03 |
16 |
TIDAK
PERLU |
6 |
KMI-0043 |
KMI03 |
50 |
TIDAK
PERLU |
7 |
KMI-0045 |
KMI03 |
50 |
TIDAK
PERLU |
8 |
KMI-0049 |
KMI03 |
50 |
TIDAK
PERLU |
…………………………………………………………………………………………. |
||||
56 |
SRT-BTS0189 |
SRG01 |
25 |
TIDAK PERLU |
57 |
TLB-0014 |
KMI03 |
16 |
TIDAK PERLU |
D.
Pengolahan Data
Penilaian
kriteria pada AHP dihitung melalui kuisioner perbandingan berganda yang diisi
sebanyak lima ekspert yang bekerja di PLN ULP Pangkalan Bun.
1.
Pengolahan Data AHP
Pada tahap ini untuk
mendapatkan pembobotan AHP, maka dilakukan kuisioner pada perhitungan
pembobotan perbandingan berganda pada penelitian ini dibantu menggunakan
aplikasi Expert Choice dengan memasukkan nilai kuisioner dari 5 responden
ekspert.
Tabel
9 Hasil Pembobotan Kriteria AHP
Criteria |
Pembobotan |
Trafo Overload > 95% |
0.593 |
Beban dapat dialihkan
sebesar 50% dari trafo eksisting |
0.148 |
Terdapat Daftar Tunggu
Pelanggan Siap Sambung |
0.051 |
Terdapat Pelanggan Tarif
Bisnis (B) |
0.038 |
Perlu Perizinan Pemilik
Lahan |
0.092 |
Perlu Penambahan
Perluasan Jaringan Baru |
0.078 |
2.
Perhitungan Prioritisasi Alternatif dengan TOPSIS
Hasil dari pembobotan
metode AHP pada tabel 4.10 selanjutnya dipergunakan untuk perhitungan urutan
prioritisasi dari 57 alternatif lokasi sisip trafo distribusi. Perhitungan
metode TOPSIS menggunakan bantuan software Microsoft Excel dengan data yang
telah dikumpulkan sebagai kriteria. Adapun data yang dipergunakan pada sub bab
ini hanya menampilkan 10 alternatif lokasi sisip trafo distribusi, sedangkan
data lengkap akan ditampilkan pada lampiran.
E.
Analisa Pembobotan Kriteria dengan Metode AHP
Pada penelitian
ini diberikan batasan sebanyak 57 rencana lokasi sisip trafo distribusi sebagai
alternatif untuk dijadikan prioritisasi dalam program sisip trafo distribusi.
Dilihat dari anggaran investasi yang terbatas mengharuskan adanya prioritas
lokasi sebanyak 10 lokasi dalam perencanaan 1 tahun.
Tahapan awal dalam
penentuan priotitas lokasi sisip trafo adalah melakukan FGD (Focus Group
Discussion) untuk menentukan kriteria dan dilanjutkan kuisioner kepada 5
responden ekspert di bidang teknik dalam wilayah kerja PLN ULP Pangkalan Bun
untuk membandingkan kriteria yang dihitung dengan metode AHP. Hasil dari
kuisioner responden didapatkan inkonsistensi dibawah 10% yang berarti dapat
digunakan untuk tahapan selanjutnya.
Berdasarkan data hasil Urutan Prioritisasi Pembobotan AHP didapatkan kriteria trafo
overload > 95% merupakan kriteria yang paling diperhatikan dalam pemilihan
lokasi sisip trafo distribusi. Hal ini sesuai dengan program kerja sisip trafo
distribusi untuk mengurangi trafo overload seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.5. Pembobotan selanjutnya adalah beban dari trafo eksisting harus dapat
dialihkan sebesar 50% ke trafo baru. Pengalihan beban menjadi salah satu
indikasi bahwa sisip trafo distribusi efektif untuk pembebanan baru. Jika
adanya sisip trafo distribusi baru tidak dapat memindah beban lama, maka
disimpulkan sisip trafo distribusi tidak efektif untuk dilakukan.
Selanjutnya terkait
perizinan pemilik lahan merupakan kriteria yang perlu diperhatikan karena ini
menjadi salah satu indikator program sisip trafo distribusi dapat dilaksanakan
atau tidak. Jika tidak ada izin dari pemilik lahan, rencana peletakan
konstruksi sisip trafo distribusi tidak dapat dilaksanakan. Pembobotan
selanjutnya adalah kriteria perlu penambahan perluasan jaringan baru. Adanya penambahan
perluasan jaringan baru berarti akan ada tambahan cost untuk membangun
jaringan.
Sisip trafo distribusi
pada dasarnya adalah menyisipkan konstruksi trafo di dalam jaringan eksisting
sehingga dapat diminimalkan untuk melakukan perluasan jaringan distribusi.
Dilanjutkan kriteria terdapat daftar tunggu pelanggan siap sambung yang
merupakan salah satu kriteria penting dalam penjualan tenaga listrik. Semakin
banyak daftar tunggu pelanggan siap sambung, maka semakin tinggi probabilitas
untuk dipasang sisip trafo distribusi pada lokasi trafo overload. Kriteria
terakhir adalah terdapat pelanggan tarif bisnis (B). Sama seperti kriteria
sebelumnya, kriteria ini penting dalam penjualan tenaga listrik dikarenakan
sektor bisnis merupakan salah satu sumber pemasukan dalam penjualan tenaga
listrik.
F.
Analisa Prioritisasi Perangkingan Alternatif dengan TOPSIS
Dari hasil perhitungan
kriteria dan pembobotan menggunakan metode TOPSIS, didapatkan perangkingan
prioritisasi lokasi sisip trafo distribusi yang dapat dilihat pada tabel 4.18.
Terdapat 3 lokasi dengan urutan prioritas teratas ranking dari lokasi sisip trafo
distribusi yaitu trafo PBN-0262, KMI-0035, dan KMI-0057.Berdasarkan rangking
prioritisasi lokasi sisip trafo distribusi, gardu PBN-0262 memiliki peringkat
teratas dengan beban overload sebesar 171,4% dan beban eksisting dapat
dipindahkan ke lokasi sisip trafo sebesar 91,16%.
Walaupun gardu
KMI-0035 memiliki beban overload sebesar 187,95% yang lebih tinggi dibanding
gardu PBN-0262, tetapi dalam prioritisasi ini memiliki kriteria penilaian lain.
Dengan adanya penilaian prioritisasi untuk sisip trafo distribusi diharapkan
dapat menjadi alternatif solusi lokasi penempatan trafo paling efektif dengan
pertimbangan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
G.
Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas
dilakukan pada penelitian ini dengan tujuan untuk mengansitipasi adanya
kemungkinan perubahan kriteria yang mengakibatkan berubahnya keputusan dalam
urutan prioritisasi lokasi sisip trafo distribusi. Berdasarkan tren pembebanan
total gardu induk Pangkalan Bun pada gambar 4.1, dapat dilihat bahwa adanya
kenaikan beban dari 26,03 MW di tahun 2021 menjadi 28,80 MW di tahun 2022.
Selisih kenaikan beban sebesar 2,77 MW atau setara 10,7%. Sedangkan jika
melihat di tahun sebelumnya pada tahun 2020, beban gardu induk Pangkalan Bun
sebesar 24,72 MW, terdapat kenaikan beban sebanyak 1,31 MW atau setara 5,3%.
Hal ini menunjukkan perlu adanya analisa sensitivitas naik maupun turun
terhadap kriteria awal.
Berdasarkan analisa
sensitivitas naik dan turun yang dilakukan dapat dilihat bahwa pada kenaikan
pembobotan mengakibatkan adanya perubahan pada standar deviasi yang lebih besar
daripada penurunan pembobotan. Standar deviasi berubah dari 0.145752 menjadi
0.158419 atau naik 0,012667 dari kondisi normal. Sedangkan pada penurunan
bobot, standar deviasi berubah dari 0.145752 menjadi 0.137557 atau turun
0,008195 dari kondisi normal.
Pada perubahan
kenaikan dan penurunan pembobotan, perubahan ranking priotitas alternatif
terjadi saat dilakukan perubahan di 10% dan pada 10 alternatif prioritas sisip
trafo distribusi tidak memiliki perubahan signifikan dalam urutan rangking.
Dengan demikian dapat disimpulkan hasil dari analisa sensitivitas kenaikan
bobot pada metode TOPSIS ini dapat dipergunakan sebagai acuan.
H. Implikasi
Manajerial
Pada penelitian ini
memberikan kontribusi positif pada manajemen perencanaan sistem tenaga listrik
karena penelitian ini mambahas tahapan metode yang dapat diterapkan dalam
memilih prioritisasi lokasi sisip trafo distribusi. Hal ini akan memberikan
kontribusi mengingat pada saat ini pemilihan lokasi sisip trafo distribusi
hanya didasarkan pengalaman tanpa adanya evaluasi.
Tidak adanya
perbandingan kepentingan pada alternatif lokasi yang diusulkan dengan adanya
kemungkinan alternatif lain yang berpengaruh terhadap perusahaan. Belum adanya
kesepakatan kriteria yang dipertimbangkan untuk memilih prioritas lokasi sisip
trafo distribusi. Adanya perbedaan kriteria prioritas antar unit yang berdampak
pada efektifitas dan efisiensi perusahaan.
Dari kondisi tersebut,
perlu adanya evaluasi yang dilakukan oleh bagian perencanaan sistem untuk
melakukan prioritisasi penempatan lokasi sisip trafo distribusi untuk
memaksimalkan fungsi dari sisip trafo distribusi dengan memperhatikan kriteria
yang telah dipilih sebagai faktor yang berpengaruh.
Penelitian ini
menawarkan tahapan yang dapat menjadi solusi efektif dalam sisip trafo
distribusi dengan rincian sebagai berikut: 1) Menyajikan tahapan dalam
penentuan kriteria yang disepakati untuk prioritisasi penempatan lokasi sisip
trafo distribusi. 2) Menyajikan tahapan dalam menentukan urutan kepentingan
suatu kriteria terhadap kriteria lain melalui perbandingan pembobotan dengan
metode AHP. 3) Menyajikan tahapan pengumpulan data alternatif pada
masing-masing kriteria. 4) Menyajikan tahapan dalam perangkingan prioritisasi
dari alternatif lokasi sisip trafo distribusi yang dapat dipilih menjadi
prioritas rangking pertama sampai dengan rangking terakhir. 5) Menyajikan
tahapan untuk evaluasi kemungkinan adanya perubahan kondisi yang berpegaruh
pada urutan alternatif yang ada.
Penelitian
ini memiliki tantangan selanjutnya yaitu bagaimana pada metode AHP – TOPSIS ini
dapat diimplementasikan secara langsung pada alternatif prioritas lokasi sisip
trafo distribusi di perusahaan. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
pengimplementasian pada perusahaan adalah sebagai berikut:
Pembuatan
Kebijakan dan SOP, Penyusunan kebijakan dan SOP (Standar Operating Procedure)
perlu dibuat untuk penerapan AHP-TOPSIS pada proses prioritisasi penempatan
lokasi sisip trafo distribusi.
Pelatihan
Implementasi, Perlu adanya pelatihan untuk implementasi metode AHP-TOPSIS dalam
proses prioritisasi penempatan lokasi sisip trafo distribusi. Pelatihan ini
akan membantu perusahaan di sisi pengembangan sumber daya manusia yang tentunya
akan berdampak positif pada kinerja perusahaan.
Kesimpulan
Kriteria
yang digunakan untuk penentuan pengambilan keputusan dalam pemilihan skala
prioritas lokasi pemasangan sisip trafo distribusi adalah trafo overload
>95%, manuver sebesar 50% dari trafo eksisting, terdapat daftar tunggu
pelanggan siap sambung, terdapat pelanggan tarif bisnis (B), perlu perizinan
pemilik lahan, dan perlu penambahan perluasan jaringan baru.
Dari
6 kriteria yang ditentukan, bobot tertinggi terdapat pada kriteria trafo
overload >95% dengan bobot 59,3%. Sedangkan untuk bobot terendah pada
kriteria terdapat pelanggan tarif bisnis (B) dengan bobot 3,8%. Hasil
pembobotan yang diperoleh menggunakan metode AHP memiliki consistency ratio
dibawah 0,1 yaitu 0,06 sehingga dapat dinyatakan valid (konsisten).
Sebanyak
57 alternatif lokasi sisip trafo distribusi terdata status overload pada
database pengukuran trafo distribusi yang selanjutnya dipergunakan sebagai data
yang dipergunakan dalam penelitian. Metode TOPSIS selanjutnya digunakan untuk
perangkingan dari pembobotan AHP dan diperoleh hasil urutan pertama prioritas
lokasi sisip trafo distribusi pada gardu PBN-0262 dengan nilai preferensi
0.721038962870702. Sedangkan pada urutan prioritas terendah terdapat di trafo
PBH-0054 dengan nilai preferensi 0.157302058325342.
Hasil
dari analisa sensitivitas dengan meningkatkan dan menurunkan sebesar ± 10%
bobot kriteria terbesar pada kriteria trafo overload >95% didapatkan urutan
prioritas lokasi sisip trafo distribusi tidak mengalami perubahan rangking
urutan secara signifikan. Sedangkan pada nilai standar deviasi dari nilai
preferensi tidak mengalami perubahan signifikan dengan maksimal 8,69% dari
bobot normal.
Adam, Muhammad, & Prabowo, Agus.
(2019). Analisa Penambahan Trafo Sisip Sisi Distribusi 20 Kv Mengurangi Beban
Overload Dan Jutah Tegangan Pada Trafo Bl 11 Rayon Tanah Jawa Dengan Simulasi
Etab 12.6. 0. RELE (Rekayasa Elektrikal Dan Energi): Jurnal Teknik Elektro,
1(2), 62–69.
Arifin, Yusuf Rachmat. (2020). Dilematika Kebijakan
Ketenagalistrikan Dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik di Indonesia. Jurnal
Ius Constituendum, 6(1), 1–31.
Chamid, A. A, & Murti, A.C (2017). Kombinasi
Metode AHP dan TOPSIS pada Sistem Pendukung Keputusan. Prosiding SNATIF Ke-4
, ISBN: 978-602-1180-50-1.
Fahmi, Ichsan, Kurnia, Fitra, & Mige, Godlief
Erwin S. (2019). Perancangan sistem promosi jabatan menggunakan kombinasi
Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Profile Matching (PM). Jurnal Spektro,
2(1), 26–34.
Fauzi, A., (2015). Komparasi Metode AHP dan ANP dalam
Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Infrastruktur IT pada PT. Cipta Karya
Komputer di Jakarta., Ringkasan Tesis STMIK Nusa Mandiri 2015.
Jatiningrum, Wandhansari Sekar, Utami, Sri Nastiti
Andayani Sesanti Retno, Sholihah, Wardatus, Abdulmajid, Ashof, &
Desstryani, Reinna. (2022). Applying AHP-TOPSIS Approach for Selecting
Marketplace based on Preferences of Generation Z. Opsi, 15(1),
116–123.
Megafani, Silvi Dwi, Irawan, Joseph Dedy, & Zahro,
Hani Zulfia. (2021). Sistem Pendukung Keputusan Perekrutan Anggota Baru Resimen
Mahasiswa di ITN Malang Menggunakan Kombinasi Metode AHP (Analytical Hierarchy
Process) dan TOPSIS (Technique for Others Reference by Similarity to Ideal
Solution). JATI (Jurnal Mahasiswa Teknik Informatika), 5(1),
342–348.
Rivaldi, Dzikri, Pulansari, Farida, & Kartika,
Ardi Puspa. (n.d.). Analisis Pemilihan Supplier Baut Menggunakan Metode
Ahp-Topsis PT. Stechoq Robotika Indonesia. J@ Ti Undip: Jurnal Teknik
Industri, 18(2), 79–87.
Rizaldi, Dicky Ahmad, Yunita, Yunita, & Rodiah,
Desty. (2020). Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process Dan TOPSIS
Dalam Sistem Pendukung Keputusan untuk Pembelian Mobil pada Rental Mobil. Generic,
12(1), 14–18.
PT. PLN (Persero), (2010). Buku 4 : Standar Konstruksi
Gardu Distribusi dan Gardu Hubung Tenaga Listrik - Edisi 1 Tahun 2010.
Samsurizal, Samsurizal, & Hadinoto, Benyamin.
(2020). Studi Analisis Dampak Overload Transformator Terhadap Kualitas Daya Di
PT. PLN (Persero) Up3 Pondok Gede. Jurnal Kajian Ilmu Dan Teknologi (KILAT),
9(1), 136–142.
Saaty, T.L (2008). Decision making with the analytic hierarchy
process. Int. J. Services Sciences, Vol. 1, No. 1, pp.83–98
Taherdoost, Hamed. (2017). Decision making using the
analytic hierarchy process (AHP); A step by step approach. International
Journal of Economics and Management Systems, 2.
Warman, Eddy. (2004). Pemilihan Dan Peningkatan
Penggunaan/Pemakaian Serta Manajement Trafo Distribusi.
Widianta, M. M. D., Rizaldi, Taufiq, Setyohadi, D. P.
S., & Riskiawan, H. Y. (2018). Comparison of multi-criteria decision
support methods (AHP, TOPSIS, SAW & Promenthee) for employee placement. Journal
of Physics: Conference Series, 953, 12116. IOP Publishing.
Willyandi, Danny. (2022). Pengambilan Keputusan Dalam
Pemilihan Mesin Filler Syrup Dengan Metode AHP-TOPSIS Pada PT X. Jurnal
Rekayasa Sistem Industri, 11(1), 71–80.
Copyright holder: Raditya
Fahmi Bachtiar, Vita Ratnasari (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |