Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 12, Desember 2023

 

KETAHANAN PANGAN TERHADAP STUNTING DAN WASTING PADA ANAK: A SYSTEMATIC REVIEW

 

 

Risa Nur Amalia, Mulia Fadhilatul Azizah, Devy Yuliantari, Fatma Juwita Lubis, Sri Aisyah Nabila, Virgina Putri Sabila, Dea Pradisa, Hamzah Hasyim, Haerawati Idris, Rostika Flora

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya, Palembang Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Masalah malnutrisi adalah masalah utama kesehatan masyarakat di berbagai negara sehingga menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka kematian anak. Hal ini disebabkan karena tingkat status gizi yang buruk, termasuk gizi kurang, balita kurus, dan balita pendek. Tujuan: Memberikan informasi terkait stunting dan wasting serta pentingnya ketahanan pangan. Penelitian ini menyoroti pentingnya ketahanan pangan dalam mencegah stunting dan wasting pada anak. Implikasinya, kerawanan pangan dapat meningkatkan risiko malnutrisi, mempengaruhi pertumbuhan anak, dan berdampak pada kesejahteraan jangka panjang. Faktor sosio-ekonomi, pendidikan ibu, sanitasi, dan akses terhadap pangan memainkan peran kunci dalam kejadian stunting dan wasting. Metode: Penelitian ini menggunakan Systematic Review dan PRISMA. Data-data diperoleh dari jurnal-jurnal yang telah dikumpulkan dan didapatkan sebanyak 15 jurnal digunakan dalam penelitian ini. Hasil: Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stunting dan wasting diantaranya; ketidakamanan pangan rumah tangga, faktor sosial ekonomi termasuk pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu, faktor lingkungan (kualitas perumahan dan air), faktor demografis (ukuran keluarga dan status pekerjaan), faktor genetik dan biologis (berat lahir rendah), faktor psikososial (stres dan kekerasan dalam keluarga), faktor gizi (kekurangan makro dan mikronutrien, konsumsi makanan yang tidak seimbang, dan tingkat kecukupan protein, Fe, dan Zn yang rendah), faktor kesehatan (tidak mendapatkan perawatan antenatal, tidak mendapatkan ASI eksklusif, dan kejadian diare) faktor biodiversitas (makanan dan pertanian). Kesimpulan: Stunting dan wasting dapat menurunkan kecerdasan, kreatifitas, produktifitas, dan akan mempengaruhi kualitas SDM. Perlunya strategi dan kebijakan multisektoral, penerapan pedoman dan strategi yang dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga, mencakup posisi konseling bagi orang tua, pelatihan bagi ibu dalam praktik menyusui dan gizi, serta kampanye kesadaran dalam praktik kebersihan dan sanitasi. Pemberdayaan dan pelibatan perempuan (ibu) dalam pengambilan keputusan rumah tangga sebagai upaya pencegahan stunting dan malnutrisi pada anak.

 

Kata kunci: Ketahanan Pangan, Stunting, Wasting, Kerawanan Pangan, Malnutrisi.

 

Abstract

         The problem of malnutrition is a major public health problem in various countries, so it is one of the causes of increasing child mortality rates. This is due to poor nutritional status, including undernutrition, wasting and stunting. Objective: Provide information related to stunting and wasting and the importance of food security. Method: This research uses Systematic Review and PRISMA. Data was obtained from journals that had been collected and 15 journals were used in this research. Results: Factors that can influence stunting and wasting include; household food insecurity, socio-economic factors including family income, maternal education level, environmental factors (housing and water quality), demographic factors (family size and employment status), genetic and biological factors (low birth weight), psychosocial factors (stress and violence in the family), nutritional factors (lack of macro and micronutrients, unbalanced food consumption, and low levels of protein, Fe, and Zn adequacy), health factors (not getting antenatal care, not getting exclusive breastfeeding, and the incidence of diarrhea) factors biodiversity (food and agriculture). Conclusion: Stunting and wasting can reduce intelligence, creativity, productivity, and will affect the quality of human resources. There is a need for multisectoral strategies and policies, implementing guidelines and strategies that can increase household food security, including counseling positions for parents, training for mothers in breastfeeding and nutrition practices, as well as awareness campaigns in hygiene and sanitation practices. Empowerment and involvement of women (mothers) in household decision making as an effort to prevent stunting and malnutrition in children.

 

Keywords: Food Security, Stunting, Wasting, Food Insecurity, Malnutrition.

 

Pendahuluan

Tujuan SDGs 2030 adalah mencapai ketahanan pangan, memberantas kelaparan dan kemiskinan, meningkatkan gizi, dan mendukung pertanian berkelanjutan dimana hal ini berkaitan dengan kelangsungan hidup anak, pendidikan, dan kesejahteraan secara keseluruhan (Li, Kim, Vollmer, & Subramanian, 2020). Kerawanan pangan (food insecurity) masih menjadi masalah dunia, baik di negara berkembang maupun negara maju. Sehingga penyediaan pangan harus memadai dan penting bagi pembangunan suatu bangsa.

Ketahanan pangan menurut Food and Agriculture Organization pada World Food Summit tahun 1996 adalah tercapainya pangan yang cukup pada tingkat individu, rumah tangga, nasional, regional dan global dimana keadaan di mana setiap orang memiliki akses fisik dan finansial terhadap makanan sehat yang cukup yang memenuhi kebutuhan dan preferensi untuk hidup aktif dan sehat (Drammeh, Hamid, & Rohana, 2019). Empat komponen penting ketahanan pangan, yaitu aksesibilitas, ketersediaan, pemanfaatan dan stabilitas (Mbwana, Kinabo, Lambert, & Biesalski, 2016).

UNICEF menyebutkan kondisi sosio-ekonomi dan konteks nasional dan global sebagai faktor mendasar yang mempengaruhi ketahanan pangan, pengasuhan anak, dan lingkungan rumah tangga yang sehat akan membentuk asupan makanan, kejadian penyakit, status gizi dan pertumbuhan anak keseluruhan (Li et al., 2020). Jika ketahanan pangan dalam lingkup keluarga dalam kondisi tidak baik, mengingat terbatasnya akses terhadap produk-produk pangan alami dan bergizi, anak-anak dan keluarga cenderung memilih makanan olahan dan kemasan yang lebih murah dan lebih mudah diakses, tinggi sodium, dan kurang bergizi akan menyebabkan gangguan kesehatan yaitu masalah gizi (Akseer, Kandru, Keats, & Bhutta, 2020).

Dampak jangka panjang dari kekurangan gizi pada anak yaitu penurunan prestasi belajar, berkurangnya produktivitas di bidang ekonomi dan meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular. Ada tiga faktor yang menentukan status gizi seorang anak: berat badan kurang, yang didefinisikan sebagai pertumbuhan terhambat karena berat badan kurang menurut usia; stunting, atau tinggi badan yang rendah dibandingkan usia; dan wasting, atau rasio berat badan terhadap tinggi badan yang rendah.

Menurut data Global Nutrition Report tahun 2018, 5,6% anak mengalami kelebihan berat badan (overweight), 7,5% anak kurus (wasting), dan 22,2% anak usia 0-59 bulan mengalami stunting. Stunting menyebabkan sekitar 40% anak-anak di seluruh dunia khususnya di negara-negara Afrika Sub-Sahara dengan tingkat prevalensi tertinggi, diikuti negara-negara di Asia sebesar 23,9% anak-anak atau hingga 87 juta jiwa(5). Sebesar 154,8 juta (22,9%) anak di bawah usia 5 tahun, mengalami penurunan sekitar 1,8% per tahun atau hanya akan berkurang 18% dimana hal ini jauh dari target yang diharapkan oleh WHO.

Stunting adalah keterbelakangan pertumbuhan linier yang terakumulasi sebelum dan sesudah kelahiran. Kejadian stunting pada anak umumnya disebabkan oleh kekurangan gizi pada ibu selama kehamilan dan kekurangan gizi pada anak pada 2 tahun pertama kehidupannya (Weatherspoon, Miller, Ngabitsinze, Weatherspoon, & Oehmke, 2019).

Apabila tinggi dan panjang badan anak pada rentang usia tersebut berada di bawah standar median WHO-Multicentre Growth Referrence Study (MGRS), yaitu nilai z-score dari anak stunting kurang dari -2 SD dan anak stunting berat kurang dari -3 SD maka anak dianggap stunting dan stunting berat (Hendraswari, Purnamaningrum, Maryani, Widyastuti, & Harith, 2021). Stunting menyebabkan berkurangnya kemampuan kognitif, kemampuan bahasa dan sensorik motorik, perkembangan mental, prestasi sekolah dan kapasitas intelektual dimana dampak ini sulit untuk dihilangkan setelah usia dua tahun.

Anak-anak yang menunjukkan wasting adanya tanda-tanda malnutrisi akut, yang biasanya disebabkan oleh kurangnya asupan makanan atau tingginya angka penyakit menular. Hal ini ditunjukkan dengan rasio berat badan terhadap tinggi badan yang kurang dari -2 SD dari median standar MGRS (Hendraswari et al., 2021). WHO secara global memprediksikan prevalensi balita wasting sebesar 52 juta balita (8%), dengan kasus wasting tertinggi sebesar 35 juta balita di Benua Asia tahun 2016. Data menunjukkan prevalensi wasting dapat meningkat sebesar 10–50% jika terjadi > 40.000–2.000.000 kematian anak.

Penelitian Li et al (2020) didapatkan bahwa faktor terjadinya stunting dan wasting pada anak adalah tingkat ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan ibu. Terdapat komponen genetik serta faktor lingkungan (seperti pola makan, budaya, dan kelas sosial) yang berkontribusi terhadap keterkaitan antara rendahnya tinggi badan orang tua dan status antropometri anak yang pertama kali mempengaruhi orang tua selama masa kanak- kanak mereka dan selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan keturunan mereka.

Penelitian Sotoudeh (2021) bahwa kerentanan pangan pada anak usia 2–6 tahun di Iran dipengaruhi oleh berbagai faktor sosiodemografi, antara lain tingkat pendidikan ibu, sanitasi serta akses terhadap jamban. Sejalan dengan penelitian Weatherspoon et al (2019) menyatakan bahwa kerawanan pangan dan kejadian stunting di Rwanda memiliki hubungan multidimensi dengan jenis kelamin, berat badan dan usia anak, keragaman pangan, status perkawinan, tingkat pendidikan, tinggi badan ibu, serta faktor lingkungan seperti kesuburan tanah serta lokasi relatif terhadap jalan utama menuju pasar.

Masalah malnutrisi adalah masalah utama kesehatan masyarakat di berbagai negara sehingga menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka kematian anak. Terdapat korelasi yang signifikan antara tingginya angka kematian balita dengan seluruh tingkat gizi buruk, termasuk gizi kurang (undernutrition), balita kurus (wasting), dan balita pendek (stunting) dimana ada korelasi yang lebih kuat pada wasting dibandingkan stunting (Munira, 2023) Maka, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya stunting dan wasting pada anak, serta dampaknya. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara ketahanan pangan dalam rumah tangga dengan kejadian stunting dan wasting. Dengan demikian, penelitian ini berupaya memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang kebijakan dan strategi intervensi yang lebih efektif dalam meningkatkan kondisi gizi anak, khususnya di lingkungan rumah tangga yang rentan secara pangan.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain systematic review melalui database internasional dan nasional dari ketiga search engine, yaitu PubMed, Google Scholar, dan Science Direct. Kata kunci yang dipilih meliputi “stunting” atau “child malnutrition” atau “household food insecurity” atau “wasting” atau “socioeconomic factor” atau “risk factors”.

Penyusunan systematic review ini dilakukan dengan proses mencari, mengidentifikasi, menelaah, melakukan seleksi dan memilih penelitian – penelitian yang berkaitan dengan ketahanan pangan terhadap kondisi wasting dan stunting. Penyusunan systematic review diawali dengan pencarian artikel dengan menerapkan panduan PRISMA yang berisi panduan langkah – langkah penyusunan yang terdiri dari Identification, Screening, Eligibility dan Included. Data yang dikumpulkan diimpor ke perangkat lunak Mendeley, dan artikel duplikat secara otomatis dihapus.

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah artikel full text, open access, dan publikasi yang diterbitkan 5 tahun terakhir yaitu antara tahun 2019 – 2023. Kriteria eksklusi yang digunakan adalah artikel yang diterbitkan sebelum tahun 2018, duplikasi, dan tidak relevan dengan kata kunci. Dari hasil pencarian ketiga search engine, yaitu 12.000 artikel (Google Scholar), 4 artikel (PubMed), dan 81 artikel (Science Direct) didapatkan 15 artikel yang masuk dalam inklusi terkait ketahanan pangan terhadap stunting dan wasting yang digunakan dalam penelitian ini.

 

Tabel 1 Deskripsi Jurnal yang Berkaitan Ketahanan Pangan Terhadap Stunting dan Wasting

Penulis (Tahun)

Judul

Tujuan

Metode/ Sampel

Temuan

Dave D. Weatherspoon et al., (2019)

Stunting,food security, markets and food policy in Rwanda(12)

Mengidentifikasi pengaruh kebijakan, keragaman pola makan, dan faktor sosio-ekonomi terhadap kejadian stunting pada anak-anak di Rwanda

 

Kuantitatif menggunakan model logit varians-kovarians terklaster berdasarkan keanggotaan rumah tangga di desa. Survei rumah tangga di 714 desa, 30 distrik di Rwanda dengan total 770 sampel anak umur < 5 bulan - < 25 bulan

Stunting pada anak-anak di pedesaan ditemukan memiliki hubungan multidimensi dengan jenis kelamin, berat badan dan usia anak; keragaman pangan, status perkawinan dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga; tinggi badan ibu; adanya kebun keluarga atau jika mereka memiliki ternak; faktor lingkungan seperti ketinggian dan kesuburan tanah serta lokasi relatif terhadap jalan utama menuju pasar; dan kebijakan yang mendorong produksi pangan.

Wuyeh Drammeh et al., (2019)

Determinants of Household Food Insecurity and Its Association with Child Malnutrition in Sub-Saharan Africa: A Review of the Literature(2)

Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kerawanan pangan dengan malnutrisi pada anak-anak di bawah usia lima tahun di Afrika Sub-Sahara

Literature review dari penelitian-penelitian terkait

Faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan penyebab malnutrisi pada anak di Afrika Sub-Sahara. yaitu jenis kelamin kepala rumah tangga; usia, status pendidikan, ukuran rumah tangga, pendapatan, kemiskinan dan harga pangan.

Abigail Harper et al., (2023)

Household Food Insecurity and Demographic Factors, Low Birth Weight and Stunting in Early Childhood: Findings from a Longitudinal Study in South Africa(13)

Mengkaji hubungan antara demografi ibu dan karakteristik antenatal termasuk indikator kerawanan pangan rumah tangga selama periode perikonsepsi dan antenatal dengan berat badan lahir dan stunting dalam 5 tahun pertama kehidupan menggunakan data dari survei berbasis populasi longitudinal

Cross sectional menggunakan data longitudinal dengan total 1.208 perempuan dengan 1.391 anak yang lahir antara tahun 2008 dan 2011

Kelaparan anak di rumah, hipertensi ibu dan penggunaan alkohol berkaitan dengan berat badan lahir rendah. Pengeluaran pangan, tinggi badan berat badan ibu, dan rendahnya keragaman makanan berkaitan dengan stunting dan stunting berat.

Yang et al., al., (2019)

Household Food Insecurity, Dietary Diversity, Stunting, and Anaemia among Left-Behind Children in Poor Rural Areas of China(14)

Mengetahui hubungan antara ketidakamanan pangan rumah tangga, keragaman makanan, stunting, dan anemia pada anak-anak yang ditinggalkan di daerah pedesaan miskin di China

Cross-sectional – 553 anak-anak yang ditinggalkan di daerah pedesaan di China dengan usia antara 3 hingga 5 tahun

Ketidakamanan pangan rumah tangga, keragaman makanan, stunting, dan anemia memiliki hubungan yang signifikan pada anak-anak yang ditinggalkan di daerah pedesaan miskin di China. Anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan ketidakamanan pangan memiliki risiko lebih tinggi untuk stunting dan anemia. Selain itu, keragaman makanan yang rendah juga dikaitkan dengan risiko stunting dan anemia yang lebih tinggi

Ali et al., (2019)

Association of food security and other socioeconomic factors with dietary diversity and nutritional statuses of children aged 6-59 months in rural Bangladesh(15)

Mengetahui hubungan antara keamanan pangan, faktor sosioekonomi, keragaman diet, dan status gizi anak-anak berusia 6-59 bulan di pedesaan Bangladesh

Cross-sectional  - 6.468 anak-anak berusia antara 6 dan 59 bulan

Stunting, wasting, dan underweight yang umum terjadi pada anak-anak usia 6-59 bulan di pedesaan Bangladesh berkaitan dengan faktor-faktor seperti tingkat pendidikan ibu yang rendah, status sosioekonomi rumah tangga yang buruk, keamanan pangan yang rendah, serta kurangnya keragaman dalam diet. Sebaliknya, anak-anak dari ibu dengan pendidikan lebih tinggi dan rumah tangga yang lebih kaya cenderung memiliki status gizi yang lebih baik. Peningkatan status sosio ekonomi rumah tangga dan pendidikan ibu memiliki potensi untuk meningkat- kan kondisi gizi anak di pedesaan Bangladesh

Sotoudeh et al., (2021)

A Community-Based Survey of Household Food Insecurity and Associated Sociodemographic Factors among 2–6 Years Old Children in the Southeast of Iran(10)

 

Sampel yaitu 450 anak usia 2–6 tahun

6 wilayah perkotaan yang berbeda di daerah Tenggara Iran

Cross sectional

berbasis komunitas Sampel yaitu 450 anak usia 2–6 tahun

6 wilayah perkotaan yang berbeda di daerah Tenggara Iran.

Kerentanan pangan pada anak usia 2–6 tahun di Iran dipengaruhi oleh berbagai faktor sosiodemografi antara lain tingkat pendidikan ibu, sanitasi serta akses terhadap jamban (WC).

Edwards et al., (2021)

The influence of natural disasters on violence, mental health, food insecurity, and stunting in the Philippines: Findings from a nationally representative cohort(16)

Mengetahui bagaimana paparan berulang terhadap bencana alam dapat mempengaruhi perkembangan anak-anak di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah

Kohort –

4084 anak yang tinggal di lingkungan yang sama selama 10 tahun terakhir

Paparan bencana alam berhubungan dengan peningkatan tingkat kekerasan dalam keluarga, stres pengasuhan, kekurangan pangan, serta pertumbuhan yang terhambat pada anak-anak, dan berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Studi ini menekankan perlunya keterlibatan komunitas dalam mengatasi dampak bencana alam dan pentingnya intervensi yang mendukung keluarga di daerah rawan

bencana.

KC et al., (2021)

Status among Early Adolescents in a Poor Neighborhood of Sinamangal, Nepal(17)

 

 

Menilai status ketahanan pangan rumah tangga dan status gizi pada remaja awal yang tinggal di lingkungan miskin di Kathmandu, Nepal

Cross sectional berbasis komunitas Sampel yaitu 450 anak usia 2–6 tahun

6 wilayah perkotaan yang berbeda di daerah Tenggara Iran

Kerawanan pangan lebih tinggi pada area kumuh di mana sebagian besar remaja pada penelitian ini tinggal di daerah miskin.

Ali et al., (2021)

Maternal health status and household food security on determining childhood anemia in Bangladesh -a nationwide cross-sectional study(18)

 

Menguji pengaruh ketahanan pangan rumah tangga terhadap anemia pada anak di Bangladesh dengan mengendalikan faktor sosial ekonomi serta demografi.

Analisis cross-sectional dari kumpulan data Survei Demografi dan Kesehatan Bangladesh 2011 (BDHS 2011).

Selain anemia dan BMI Ibu, usia anak dan ketahanan pangan berhubungan dengan stunting pada anak-anak. Faktor penyebab kurangnya gizi akibat status sosial ekonomi yang buruk, pemberian makanan yang tidak optimal, kurangnya layanan kesehatan serta kerawanan pangan rumah tangga dan sanitasi yang buruk menyebabkan angka anemia dan stunting meningkat

Berra, W, G. (2020)

Household Food Insecurity Predicts Childhood Undernutrition: A Cross-Sectional Study in West Oromia (Ethiopia)(19)

Mengidentifikasi hubungan antara akses pangan rumah tangga dan kekurangan gizi pada anak usia 6–23 bulan di Zona Oromia Barat, Ethiopia.

Desain studi cross-sectional dilakukan pada sampel 525 rumah tangga selama bulan Juni – Oktober 2016.

Prevalensi situasi kerawanan pangan rumah tangga sangat umum dan lebih umum terjadi pada rumah tangga dengan anak-anak kurang gizi berusia 6–23 bulan di Ethiopia. Rumah tangga yang cukup rawan pangan merupakan prediktor penting untuk gabungan kekurangan gizi, stunting, dan kekurangan berat badan, namun tidak untuk wasting.

Yazew(2022)

Risk Factors Of Stunting and Wasting among Children Aged 6–59 Months In Household Food Insecurity of Jima Geneti District, Western Oromia, Ethiopia: An Observational Study(20)

Menyelidiki faktor-faktor risiko yang terkait dengan stunting dan wasting pada anak-anak berusia 6–59 bulan di distrik Jima Geneti, Western Oromia, Ethiopia

 

Sebuah studi cross-sectional berbasis komunitas dilakukan pada 500 anak dari 1-28 Desember 2020

 

Prevalensi stunting dan wasting pada anak usia 6–59 bulan dalam rumah tangga kerawanan pangan di distrik Jima Geneti tergolong tinggi. Status ekonomi yang rendah dan pola makan yang buruk merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan stunting. Frekuensi makan anak, anak yang diberi makanan sisa, dan pola makan yang buruk juga terkait dengan faktor risiko wasting.

Belayneh et al., (2021)

Seasonal Variation of Household Food Insecurity and Household Dietary Diversity on Wasting and Stunting among Young Children in A Drought Prone Area in South Ethiopia: A Cohort Study(21)

Mengevaluasi pola musiman

kerawanan pangan rumah tangga, keragaman pangan, dan rumah tangga

karakteristik wasting dan stunting pada anak di rumah tangga yang diikuti selama 1 tahun di daerah rawan kekeringan

Sidama, Etiopia.

 

Desain studi kohort digunakan. Data

dikumpulkan pada musim pra panen (Maret dan Juni) dan

musim pasca panen (September dan Desember) tahun 2017.

 

Kerawanan pangan rumah tangga meningkatkan resiko anak mengalami stunting dan wasting pada periode kelangkaan pangan tertinggi. Demikian pula, risiko rendahnya konsumsi pangan rumah tangga juga meningkat

pada periode kerawanan pangan tertinggi. Apalagi ciri-ciri rumah tangga seperti tingkat kemiskinan, pendidikan, pekerjaan, dan kerawanan pangan rumah tangga

dan keragamanpola makan yang rendah dikaitkan dengan wasting atau stunting

Aliet al, (2019)

Association of food security and other socioeconomic factors with dietary diversity and nutritional statuses of children aged 6-59 months in rural Bangladesh(15)

Mengidentifikasi status gizi dan pola DDS saat ini pada anak-anak berusia antara 6–59 bulan dan hubungannya dengan berbagai faktor tingkat individu dan rumah tangga di pedesaan Bangladesh.

Survei rumah tangga masyarakat secara cross-sectional dilakukan antara bulan Juli dan Oktober 2014 untuk mengumpulkan data dasar guna mengevaluasi program Nobokoli.

Keamanan pangan dan faktor sosio-ekonomi berhubungan dengan keragaman makanan dan status gizi anak Anak-anak yang ibunya memiliki pekerjaan terampil cenderung memiliki keragaman makan yang lebih tinggi dibanding anak-anaknya yang ibunya tidak bekerja atau bekerja dirumah.

Gassara and Jihua Chen., (2021)

Household food insecurity, dietary diversity, and stunting in Sub-Saharan Africa, A Systematic Review(22)

Mempelajari secara sistematis hubungan antara kerawanan pangan rumah tangga, keragaman pola makan, dan stunting

Literatur didasarkan pada enam database bibliografi: PubMed, EMBASE, Science Direct, Web of Science, Google Scholar, dan Scopus menggunakan metode PRISMA

Kerentanan pangan rumah tangga dan diversifikasi makanan berhubungan dengan stunting. Pendekatan yang dapat dilakukan mencakup posisi konseling bagi orang tua, pelatihan bagi ibu dalam praktik menyusui dan gizi, serta kampanye kesadaran dalam praktik kebersihan dan sanitasi.

Yuliantini, et al (2022)

Food security and stunting incidences in Coastal Areas of Indonesia(23)

Mengidentifikasi faktor risiko determinan ketahanan pangan dan stunting di wilayah Pesisir Indonesia

Literatur dari berbagai publikasi atau artikel dalam bahasa Inggris dan Indonesia, menggunakan database online PubMed, ScienceDirect, ProQuest, dan Google Scholar di jurnal bereputasi sejak tahun 2000-an mengenai mempengaruhi faktor-faktor yang dapat menentukan ketahanan pangan dan terjadinya stunting di wilayah Pesisir Indonesia

Strategi ketahanan pangan yang dilakukan masyarakat miskin dalam perencanaan pangan rumah tangga mereka adalah mengubah pola makan, mengubah pola kerja dan berhutang untuk makanan, hal ini secara tidak langsung mengakibatkan akses makanan yang rendah dan kurangnya keanekaragaman makanan yang dikonsumsi.

 

Hasil dan Pembahasan

Determinan Kejadian Stunting

Stunting pada anak disebabkan oleh banyak faktor yang berkaitan dengan kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi. Salah satu penyebab utamanya adalah kerawanan pangan dalam keluarga. Salah satu faktor penyebab lambatnya pertumbuhan adalah kerawanan pangan rumah tangga. Anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan kerawanan pangan berisiko tinggi terkena anemia dan stunting. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Belayneh (2021),  tingkat kerawanan pangan yang sangat rendah ditemukan terjadi pada rumah tangga dengan anak-anak yang mengalami stunting.

Penyebab utama stunting pada anak adalah kerawanan pangan dalam keluarga. Stunting lebih mungkin terjadi pada anak-anak yang tinggal di rumah tangga yang rawan pangan. Hasilnya menunjukkan bahwa selain kerawanan pangan rumah tangga, kurangnya keragaman pangan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko stunting pada anak. Anak dengan pola makan yang kurang beragam mempunyai risiko lebih tinggi terjadinya stunting. Tingkat pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat mempengaruhi risiko terjadinya stunting pada ana. Anak yang ibunya mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi mempunyai risiko lebih rendah mengalami stunting.

Salah satu faktor penyebab terjadinya stunting adalah tingkat pendidikan ibu. Anak-anak yang ibunya mengenyam pendidikan dasar atau lebih tinggi mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk mengalami stunting. Selain faktor-faktor di atas, usia anak juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan stunting semakin sering terjadi pada anak kecil, terutama anak usia 12 hingga 23 bulan.

Anak-anak yang lebih tua memiliki prevalensi stunting yang lebih tinggi. Penelitian Gassara & Chen (2021) menunjukkan adanya hubungan positif antara stunting pada anak dengan keragaman pola makan anak. Kurangnya keragaman pola makan dapat meningkatkan risiko stunting pada anak dan dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan. Komposisi tubuh dan geofagi anak-anak, atau konsumsi tanah atau tanah liat, dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan.

Balita sangat rentan, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, di mana mereka paling rentan terhadap gizi buruk karena anak-anak biasanya mengalami berbagai infeksi dan kekurangan nutrisi. Selain hal-hal yang disebutkan di atas, hal-hal seperti durasi menyusui anak harus terus diberi susu ibu sampai anak berusia dua tahun karena susu ibu menyediakan zat gizi penting bagi anak yang tidak tersedia dalam susu sapi.

Setelah anak berusia dua tahun, ASI harus dihentikan karena zat-zat yang terkandung dalamnya sudah tidak memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 450/MENKES/IV/2004, pemerintah Indonesia juga menetapkan kebijakan pemberian ASI sampai enam bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun (Haris, Fitri, & Kalsum, 2019). Satu alasan ibu harus berhenti memberi ASI pada anak di bawah dua tahun adalah karena mereka harus bekerja di luar rumah. Akibatnya, susu formula harus digunakan sebagai pengganti ASI. Faktor lain yang memengaruhi kesehatan gizi anak adalah pemberian ASI yang cukup (MP-ASI) dan pemberian ASI yang tepat hingga anak berusia dua tahun (Chyntaka & Putri, 2019).

Balita yang memiliki riwayat penyakit infeksi memiliki risiko lebih tinggi untuk stunting dibandingkan balita yang tidak pernah mengalami penyakit infeksi sebelumnya. Balita sangat rentan terhadap infeksi dan sering mengalaminya. Balita adalah kelompok usia yang rentan terhadap masalah gizi dan penyakit. Diare dan ISPA adalah masalah yang paling umum pada balita. Sebuah penelitian menemukan bahwa balita dalam kategori sangat pendek sering mengalami diare, sedangkan balita dalam kategori normal tidak, sehingga tidak stunting.

Balita dengan riwayat infeksi diare juga lebih berisiko mengalami stunting, dengan risiko 4,808 kali lebih besar daripada balita yang tidak pernah mengalami infeksi diare sebelumnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa balita dalam kategori sangat pendek mengalami ISPA dengan tingkat sangat tinggi karena ISPA dapat menyebabkan penurunan nafsu makan balita (Solin, Hasanah, & Nurchayati, 2019).

Status imunisasi adalah faktor risiko stunting; balita yang tidak menerima imunisasi dasar lengkap berisiko tiga kali lebih besar daripada balita yang menerima imunisasi dasar lengkap. Ini karena imunisasi dapat membuat antibodi atau kekebalan yang efektif untuk mencegah penyebaran penyakit. Hasil OR adalah 3,850(CI 95% 1,358-10,916) (Hartati & Zulminiati, 2020). Faktor-faktor yang berkaitan dengan kebersihan penggunaan fasilitas jamban termasuk jenis jamban yang dimiliki, jenis jamban yang digunakan, kebersihan jamban, kebiasaan membuang sampah terbuka, dan pembuangan tinja balita. Jamban dikaitkan dengan peningkatan risiko stunting pada balita.

Anak-anak mencemari lingkungan karena mereka menggunakan jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan, membuang tinja secara bebas, dan tidak membuangnya di jamban. Ini meningkatkan risiko stunting pada balita dan mempermudah penularan patogen yang berasal dari tinja (Nisa, Lustiyati, & Fitriani, 2021). Sanitasi sangat penting dalam menangani stunting anak. Ini dimulai dengan mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan, membangun jamban yang aman untuk anak-anak, menjaga kebersihan lingkungan sambil memperhatikan program gizi khusus (Fibrianti, Thohari, & Marlik, 2021).

 

 

 

Determinan Kejadian Wasting

Salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan insiden wasting pada anak-anak adalah ketidakamanan pangan di rumah tangga. Wasting lebih umum pada anak-anak yang tinggal di rumah tangga yang tidak cukup gizi. Selain hal-hal tersebut, pengeluaran makanan keluarga juga berpengaruh pada tingkat wasting. Wasting lebih mungkin terjadi pada anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan pengeluaran makanan di bawah garis kemiskinan.

Penyakit menular dapat memperburuk status gizi seseorang sehingga  lebih rentan terhadap infeksi Kasim (2019), Jika infeksi terus berlanjut maka perkembangan fisik anak akan terhambat sehingga menimbulkan kelemahan. Balita yang sering mengalami diare lebih rentan mengalami infeksi dan wasting. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pola asuh seorang ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi balitanya. Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, karena masa kanak-kanak merupakan masa kehidupan yang penting dan memerlukan perhatian khusus (Putri, 2019).

Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam proses membesarkan anak; Pemberian makanan yang lengkap dan seimbang dapat memberikan landasan bagi tumbuh kembang anak Anda secara optimal.Variasi pola makan merupakan faktor tambahan yang dapat menyebabkan wasting pada balita; Asupan makanan yang tidak memenuhi syarat kuantitas dan kompo (Rhamadani & Adrianto, 2020). sisi gizi akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Konsumsi pangan harus cukup kuantitas dan kualitasnya, tubuh manusia harus mendapat cukup zat gizi untuk penyerapannya (Noflidaputri, Reni, & Sari, 2022). Makanan dapat mengandung zat-zat gizi yang penting bagi anak untuk menjaga tumbuh kembangnya.

Dengan menjaga pola makan anak yang sehat, wasting dapat dihindari. Pola makan yang sehat sangat penting untuk status gizi yang baik Jika anak kekurangan zat gizi, terutama makanan sumber energi, protein, dan zat besi, perkembangan fisik mereka dan kemampuan mereka untuk menyerap rangsangan dari luar akan terhambat (Hasyim, Puspariny, & Susanti, 2021). Anak-anak harus dibiasakan dengan pola makan yang sehat dengan makan makanan yang beraneka ragam agar kebutuhan gizi mereka dapat dipenuhi secara penuh.Selain itu, faktor risiko yang berkaitan dengan wasting termasuk kualitas perumahan dan air.

Risiko wasting juga dipengaruhi oleh pola makan yang tidak seimbang dan frekuensi makanan anak. Seringkali, praktik pemberian makanan yang tidak sehat merupakan faktor utama penyebab asupan makanan yang tidak memadai. Analisis dari kelima belas sumber data yang diambil memberikan gambaran lengkap tentang komponen yang berkontribusi pada stunting pada anak-anak.

Kesimpulan utamanya adalah bahwa ketidakamanan pangan rumah tangga menjadi faktor utama, yang melibatkan faktor-faktor seperti keragaman diet, akses sanitasi, dan tingkat pendidikan ibu. Faktor lain, seperti usia anak, berat badan lahir rendah, dan kesehatan ibu, juga berkontribusi. Beberapa faktor individu, sosial ekonomi, dan lingkungan telah diketahui berperan dalam kejadian wasting, tetapi determinan wasting belum sepenuhnya diketahui dalam penelitian yang dianalisis.

 

Dampak Stunting dan Wasting

Secara global, prevalensi stunting dan wasting pada balita adalah 29,1% dan 6,3%, secara spektif, Sepertiga dari semua kematian pada anak-anak disebabkan oleh kekurangan gizi akut dan kronis.  Faktor penyebab stunting Tingginya angka ini juga dapat menimbulkan hambatan yang signifikan untuk mencapai kesehatan anak dan hasil gizi yang lebih baik meskipun pemerintah negara itu merencanakan berbagai intervensi dan program untuk memerangi kekurangan gizi dan kerawanan pangan, masih sangat rentan terhadap kemiskinan, kerawanan pangan rumah tangga, dan kekurangan gizi anak. Masalah-masalah ini sangat lazim, terutama di masyarakat miskin yang mata pencahariannya bergantung pada sistem pertanian terbelakang.

Dampak Penyebab Stunting pemberian makan anak yang tidak tepat sebagian besar disebabkan oleh kualitas makanan yang buruk atau praktik pemberian makan yang buruk, jika tidak keduanya, dan seringkali merupakan penentu utama asupan yang tidak memadai daripada ketersediaan makanan di rumah tangga. Akibatnya, beban kekurangan gizi anak tetap sangat tinggi dalam pengaturan sumber daya yang terbatas. Bahkan, rumah tangga rawan pangan moderat merupakan faktor risiko yang menonjol untuk anak kekurangan gizi semua gabungan, dan stunting dan underweight pada khususnya, tetapi tidak untuk kekurangan gizi akut (Agritubella, Uthia, & Rosy, 2023).

Mencapai ketahanan pangan tetap menjadi tantangan penting. Ada kesenjangan yang tumbuh antara konsumsi, gizi, dan ketersediaan pangan di tingkat regional, rumah tangga, dan individu. Hampir setengah dari populasi wilayah ini hidup di bawah garis kemiskinan dan bergantung pada pertanian tadah hujan, peternakan, dan perikanan untuk kelangsungan hidup mereka sangat meningkatkan produksi dan produktivitas pertaniannya.

Dampak yang ditimbulkan akibat dari Stunting dan wasting itu sendiri terdiri dari jangka panjang dan pendek. Dampak tersebut berupa ganguang kognitif pada anak, menurunnya produktivitas, dan mengalami penyakit infeksi seperti diare, ISPA. Anak yang mengalami stunting dan wasting juga mengalami ganguan perkembangan prilaku, anak yang mengalami stuntung akan 11,6 lebih besar mengalami emisonal dibandingkan anak yang tidak mengalami kejadian penyakit tersebut (Rahayu, Pamungkasari, & Wekadigunawan, 2018).

 

Hubungan Ketahanan Pangan dengan Stunting dan Wasting

Ketahanan pangan merupakan suatu kemampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangannya baik melalui produksi sendiri atau membeli, dan makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi dari anggota keluarganya. Suatu rumah tangga mungkin mampu dalam memenuhi kebutuhan akan ketersediaan pangan, akan tetapi masih mengalami malnutrisi seperti wasting dan stunting. Kerawanan pangan dengan kejadian wasting dan stunting mempunyai kaitan erat satu sama lain, terutama pada anak dengan usia di bawah lima tahun.

Wasting merupakan konsekuensi dampak dari adanya kerawanan pangan, praktik pola makan yang tidak tepat, serta praktik pemberian makan yang tidak memadai. Anak-anak yang termasuk dalam rumah tangga yang rawan pangan memiliki peluang lebih tinggi untuk menjadi wasting. Demikian pula dengan kerawanan pangan yang secara signifikan berhubungan dengan status gizi anak-anak, dan kerawanan pangan yang parah dikaitkan dengan stunting.

Kerawanan pangan merupakan salah satu komponen penyebab stunting maupun wasting pada anak. Terjadi suatu gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Mayoritas dari studi yang ditelaah menunjukkan kondisi stunting berkaitan erat dengan kesehatan ibu terutama pada saat kehamilan. Kerawanan pangan meningkatkan risiko ibu dalam meminum minuman alkohol, memiliki asupan makan yang buruk, serta meningkatkan risiko terjadinya anemia pada anak.

Kondisi tersebut dapat mempengaruhi terjadinya BBLR (Berat Badan lahir Rendah) pada bayi yang akan meningkatkan risiko terjadinya stunting. Terlebih lagi, ibu yang memiliki BMI (Body Mass Index) yang rendah, mengalami hipertensi memiliki resiko paling tinggi dalam melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah atau terjadinya prematur sehingga berujung pada kondisi stunting.

Hal lain yang yang sangat berkaitan erat dengan kejadian stunting adalah status sosio-ekonomi rumah tangga. Kondisi status sosio ekonomi keluarga dan rumah tangga, dimana status ekonomi yang buruk dikaitkan dengan stunting pada anak. Status sosio-ekonomi mempengaruhi daya beli, preferensi makan, serta aksesibilitas keluarga terhadap pangan Faktor-faktor tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pola makan yang buruk dikaitkan dengan stunting dan wasting pada anak karena rendahnya asupan nutrisi penting yang dibutuhkan.

Namun, beberapa penelitian belum menemukan hubungan yang signifikan antara kerawanan pangan rumah tangga dan kekurangan gizi pada anak. Keanekaragaman pangan dan wilayah pemukiman juga merupakan prediktor signifikan terjadinya stunting. Gizi yang buruk dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, yang berhubungan dengan gangguan kemampuan kognitif dan penurunan prestasi sekolah dan kerja (Nepali, Simkhada, & Davies, 2020). Oleh karena itu, mengatasi kerawanan pangan sangat penting dalam mencegah wasting dan stunting pada anak-anak.

Kebijakan yang ditujukan untuk mengurangi kerawanan pangan rumah tangga di kalangan anak-anak juga dapat mengurangi masalah kesehatan kronis dan akut serta kebutuhan layanan kesehatan pada anak-anak. Faktor-faktor stunting dari segi kurangnya ketahanan pangan dapat disimpulkan berbeda-beda antar negara atau satu wilayah dengan yang lainnya(1). Mengatasi kerawanan pangan melalui program masyarakat untuk memastikan akses rumah tangga terhadap sanitasi yang layak, ketersediaan air bersih, dan nutrisi yang memadai dapat membantu mencegah stunting pada anak.

 

Kesimpulan

Masalah malnutrisi menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di berbagai negara. Terdapat tiga faktor yang menentukan status gizi atau gizi buruk pada anak: underweight sebagai terhambatnya pertumbuhan karena berat badan yang tidak sesuai dengan usia, stunting jika tinggi badan terhadap usia seseorang rendah, dan wasting atau rasio berat badan terhadap tinggi badan yang rendah.

Secara global berdasarkan artikel-artikel yang telah diulas, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah gizi diantaranya; ketidakamanan pangan rumah tangga, faktor sosial ekonomi termasuk pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu, faktor lingkungan (kualitas perumahan dan air), faktor demografis (ukuran keluarga dan status pekerjaan), faktor genetik dan biologis (berat lahir rendah), faktor psikososial (stres dan kekerasan dalam keluarga), faktor gizi (kekurangan makro dan mikronutrien, konsumsi makanan yang tidak seimbang, dan tingkat kecukupan protein, Fe, dan Zn yang rendah), faktor kesehatan (tidak mendapatkan perawatan antenatal, tidak mendapatkan ASI eksklusif, dan kejadian diare) faktor biodiversitas (makanan dan pertanian). Faktor-faktor ini berkaitan terhadap kejadian malnutrisi khususnya stunting dan wasting pada anak.

Maka, perlunya strategi dan kebijakan multisektoral untuk memerangi kerawanan pangan khususnya pada lingkup rumah tangga dan kekurangan gizi pada anak untuk kesejateraan sosial ekonomi. Dibutuhkan penerapan pedoman dan strategi yang dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga, mencakup posisi konseling bagi orang tua, pelatihan bagi ibu dalam praktik menyusui dan gizi, serta kampanye kesadaran dalam praktik kebersihan dan sanitasi. Diperlukan juga pemberdayaan dan pelibatan perempuan (ibu) dalam pengambilan keputusan rumah tangga sebagai upaya pencegahan stunting dan malnutrisi pada anak.

 

BIBLIOGRAFI

 

Agritubella, Syafrisar Meri, Uthia, Rahimatul, & Rosy, Alice. (2023). An Overview of Wasting and Stunting based on Nutritional Status Assessment for Toddlers. INCH: Journal of Infant and Child Healthcare, 2(1), 28–32.

 

Akseer, Nadia, Kandru, Goutham, Keats, Emily C., & Bhutta, Zulfiqar A. (2020). COVID-19 pandemic and mitigation strategies: implications for maternal and child health and nutrition. The American Journal of Clinical Nutrition, 112(2), 251–256.

 

Belayneh, Mehretu, Loha, Eskindir, & Lindtjørn, Bernt. (2021). Seasonal variation of household food insecurity and household dietary diversity on wasting and stunting among young children in a drought prone area in South Ethiopia: a cohort study. Ecology of Food and Nutrition, 60(1), 44–69.

 

Chyntaka, Mayang, & Putri, Nanda Yansih. (2019). Riwayat pemberian asi eksklusif dengan kejadian stunting pada balita usia 24-60 bulan. JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan), 7(1), 8–13.

 

Drammeh, Wuyeh, Hamid, Noor Aman, & Rohana, A. J. (2019). Determinants of household food insecurity and its association with child malnutrition in Sub-Saharan Africa: A review of the literature. Current Research in Nutrition and Food Science Journal, 7(3), 610–623.

 

Fibrianti, Eka Alicia, Thohari, Imam, & Marlik, Marlik. (2021). Hubungan sarana sanitasi dasar dengan kejadian stunting di Puseksmas Loceret, Nganjuk. Jurnal Kesehatan, 14(2), 127–132.

 

Haris, Abdul, Fitri, Adelina, & Kalsum, Ummi. (2019). Determinan kejadian stunting dan underweight pada balita suku anak dalam di desa Nyogan kabupaten Muaro Jambi tahun 2019. Jurnal Kesmas Jambi, 3(1), 41–54.

 

Hartati, Sri, & Zulminiati, Zulminiati. (2020). Fakta-Fakta Penerapan Penilaian Otentik di Taman Kanak-Kanak Negeri 2 Padang. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1035–1044.

 

Hasyim, Dzul Istiqomah, Puspariny, Cynthia, & Susanti, Epi. (2021). Asuhan Kebidanan Pertumbuhan dan Perkembangan pada Balita dengan Wasting. Muhammadiyah Journal of Midwifery, 2(1), 34–39.

 

Hendraswari, Chatrine Aprilia, Purnamaningrum, Yuliasti Eka, Maryani, Tri, Widyastuti, Yani, & Harith, Sakinah. (2021). The determinants of stunting for children aged 24-59 months in Kulon Progo District 2019. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 16(2).

 

Kasim, Elshaday, Malonda, Nancy, & Amisi, Marsella. (2019). Kabupaten Minahasa Tenggara.(Relationship between history of immunization and infectious disease with nutritional status in children aged 24-59 months in Ratahan Subdistrict, Southeast Minahasa Regency). Jurnal Bios Logos, 9(1), 34–43.

 

Li, Zhihui, Kim, Rockli, Vollmer, Sebastian, & Subramanian, S. V. (2020). Factors associated with child stunting, wasting, and underweight in 35 low-and middle-income countries. JAMA Network Open, 3(4), e203386–e203386.

 

Mbwana, Hadijah A., Kinabo, Joyce, Lambert, Christine, & Biesalski, Hans K. (2016). Determinants of household dietary practices in rural Tanzania: Implications for nutrition interventions. Cogent Food & Agriculture, 2(1), 1224046.

 

Munira, Syarifah Liza. (2023). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Jakarta: Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

 

Nepali, Sajama, Simkhada, Padam, & Davies, Ian Glynn. (2020). Association between wasting and food insecurity among children under five years: findings from Nepal demographic health survey 2016. BMC Public Health, 20, 1–7.

 

Nisa, Septi Khotimatun, Lustiyati, Elisabeth Deta, & Fitriani, Ayu. (2021). Sanitasi Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2(1), 17–25.

 

Noflidaputri, Resty, Reni, Gusti, & Sari, Mila. (2022). Determinan faktor penyebab kejadian wasting di wilayah kerja puskesmas muara labuh kabupaten solok selatan. Human Care Journal, 7(2), 496–507.

 

Putri, Mona Rahayu. (2019). Hubungan pola asuh orangtua dengan status gizi pada balita di wilayah kerja puskesmas bulang kota batam. Jurnal Bidan Komunitas, 2(2), 96–106.

 

Rahayu, Ria Muji, Pamungkasari, Eti Poncorini, & Wekadigunawan, C. S. P. (2018). The biopsychosocial determinants of stunting and wasting in children aged 12-48 months. Journal of Maternal and Child Health, 3(2), 105–118. https://doi.org/10.26911/thejmch.2018.03 .02.03

 

Rhamadani, Risky Amelia, & Adrianto, Ratno. (2020). Underweight, Stunting, Wasting Dan Kaitannya Terhadap Asupan Makan, Pengetahuan Ibu, Dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan. Jurnal Riset Gizi, 8(2), 101–106.

 

Solin, Angina Rohdalya, Hasanah, Oswati, & Nurchayati, Sofiana. (2019). Hubungan kejadian penyakit infeksi terhadap kejadian stunting pada balita 1-4 Tahun. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Keperawatan, 6(1), 65–71.

 

Sotoudeh, Mitra, Amaniyan, Sara, Jonoush, Mona, & Vaismoradi, Mojtaba. (2021). A community-based survey of household food insecurity and associated sociodemographic factors among 2–6 years old children in the Southeast of Iran. Nutrients, 13(2), 574.

 

Weatherspoon, Dave D., Miller, Steve, Ngabitsinze, Jean Chrysostome, Weatherspoon, Lorraine J., & Oehmke, James F. (2019). Stunting, food security, markets and food policy in Rwanda. BMC Public Health, 19(1), 1–13.

 

Copyright holder:

Risa Nur Amalia, Mulia Fadhilatul Azizah, Devy Yuliantari, Fatma Juwita Lubis, Sri Aisyah Nabila, Virgina Putri Sabila, Dea Pradisa, Hamzah Hasyim, Haerawati Idris, Rostika Flora (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: