Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 12, Desember 2023
KETAHANAN PANGAN TERHADAP STUNTING DAN
WASTING PADA ANAK: A SYSTEMATIC REVIEW
Risa Nur Amalia, Mulia Fadhilatul
Azizah, Devy Yuliantari, Fatma Juwita Lubis, Sri Aisyah Nabila, Virgina Putri
Sabila, Dea Pradisa, Hamzah Hasyim, Haerawati Idris, Rostika Flora
Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya, Palembang Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected],
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Masalah malnutrisi adalah masalah utama
kesehatan masyarakat di berbagai negara sehingga menjadi salah satu penyebab
meningkatnya angka kematian anak. Hal ini disebabkan karena tingkat status gizi
yang buruk, termasuk gizi kurang, balita kurus, dan balita pendek. Tujuan:
Memberikan informasi terkait stunting dan wasting serta pentingnya ketahanan
pangan. Penelitian ini menyoroti
pentingnya ketahanan pangan dalam mencegah stunting dan wasting pada anak.
Implikasinya, kerawanan pangan dapat meningkatkan risiko malnutrisi,
mempengaruhi pertumbuhan anak, dan berdampak pada kesejahteraan jangka panjang.
Faktor sosio-ekonomi, pendidikan ibu, sanitasi, dan akses terhadap pangan
memainkan peran kunci dalam kejadian stunting dan wasting. Metode: Penelitian ini menggunakan Systematic
Review dan PRISMA. Data-data diperoleh dari jurnal-jurnal yang telah
dikumpulkan dan didapatkan sebanyak 15 jurnal digunakan dalam penelitian ini.
Hasil: Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stunting dan wasting diantaranya;
ketidakamanan pangan rumah tangga, faktor sosial ekonomi termasuk pendapatan
keluarga, tingkat pendidikan ibu, faktor lingkungan (kualitas perumahan dan
air), faktor demografis (ukuran keluarga dan status pekerjaan), faktor genetik
dan biologis (berat lahir rendah), faktor psikososial (stres dan kekerasan
dalam keluarga), faktor gizi (kekurangan makro dan mikronutrien, konsumsi
makanan yang tidak seimbang, dan tingkat kecukupan protein, Fe, dan Zn yang
rendah), faktor kesehatan (tidak mendapatkan perawatan antenatal, tidak
mendapatkan ASI eksklusif, dan kejadian diare) faktor biodiversitas (makanan
dan pertanian). Kesimpulan: Stunting dan wasting dapat menurunkan kecerdasan,
kreatifitas, produktifitas, dan akan mempengaruhi kualitas SDM. Perlunya
strategi dan kebijakan multisektoral, penerapan pedoman dan strategi yang dapat
meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga, mencakup posisi konseling bagi
orang tua, pelatihan bagi ibu dalam praktik menyusui dan gizi, serta kampanye
kesadaran dalam praktik kebersihan dan sanitasi. Pemberdayaan dan pelibatan
perempuan (ibu) dalam pengambilan keputusan rumah tangga sebagai upaya
pencegahan stunting dan malnutrisi pada anak.
Kata kunci: Ketahanan Pangan, Stunting, Wasting, Kerawanan Pangan, Malnutrisi.
Abstract
The problem of malnutrition is a major public health problem
in various countries, so it is one of the causes of increasing child mortality
rates. This is due to poor nutritional status, including undernutrition,
wasting and stunting. Objective: Provide information related to stunting and
wasting and the importance of food security. Method: This research uses
Systematic Review and PRISMA. Data was obtained from journals that had been
collected and 15 journals were used in this research. Results: Factors that can
influence stunting and wasting include; household food insecurity,
socio-economic factors including family income, maternal education level,
environmental factors (housing and water quality), demographic factors (family
size and employment status), genetic and biological factors (low birth weight),
psychosocial factors (stress and violence in the family), nutritional factors
(lack of macro and micronutrients, unbalanced food consumption, and low levels
of protein, Fe, and Zn adequacy), health factors (not getting antenatal care,
not getting exclusive breastfeeding, and the incidence of diarrhea) factors
biodiversity (food and agriculture). Conclusion: Stunting and wasting can
reduce intelligence, creativity, productivity, and will affect the quality of
human resources. There is a need for multisectoral strategies and policies,
implementing guidelines and strategies that can increase household food
security, including counseling positions for parents, training for mothers in
breastfeeding and nutrition practices, as well as awareness campaigns in
hygiene and sanitation practices. Empowerment and involvement of women
(mothers) in household decision making as an effort to prevent stunting and
malnutrition in children.
Keywords: Food Security, Stunting, Wasting, Food
Insecurity, Malnutrition.
Pendahuluan
Tujuan SDGs 2030 adalah mencapai ketahanan pangan, memberantas kelaparan dan kemiskinan, meningkatkan gizi, dan mendukung pertanian berkelanjutan dimana hal ini berkaitan dengan kelangsungan hidup anak, pendidikan, dan kesejahteraan secara keseluruhan (Li, Kim, Vollmer, & Subramanian, 2020). Kerawanan pangan (food insecurity) masih menjadi masalah dunia, baik di negara berkembang maupun negara maju. Sehingga penyediaan pangan harus memadai dan penting bagi pembangunan suatu bangsa.
Ketahanan pangan menurut Food and Agriculture Organization pada World Food Summit tahun 1996 adalah tercapainya pangan yang cukup pada tingkat individu, rumah tangga, nasional, regional dan global dimana keadaan di mana setiap orang memiliki akses fisik dan finansial terhadap makanan sehat yang cukup yang memenuhi kebutuhan dan preferensi untuk hidup aktif dan sehat (Drammeh, Hamid, & Rohana, 2019). Empat komponen penting ketahanan pangan, yaitu aksesibilitas, ketersediaan, pemanfaatan dan stabilitas (Mbwana, Kinabo, Lambert, & Biesalski, 2016).
UNICEF menyebutkan kondisi sosio-ekonomi dan konteks nasional dan global sebagai faktor mendasar yang mempengaruhi ketahanan pangan, pengasuhan anak, dan lingkungan rumah tangga yang sehat akan membentuk asupan makanan, kejadian penyakit, status gizi dan pertumbuhan anak keseluruhan (Li et al., 2020). Jika ketahanan pangan dalam lingkup keluarga dalam kondisi tidak baik, mengingat terbatasnya akses terhadap produk-produk pangan alami dan bergizi, anak-anak dan keluarga cenderung memilih makanan olahan dan kemasan yang lebih murah dan lebih mudah diakses, tinggi sodium, dan kurang bergizi akan menyebabkan gangguan kesehatan yaitu masalah gizi (Akseer, Kandru, Keats, & Bhutta, 2020).
Dampak jangka panjang dari kekurangan gizi pada anak yaitu penurunan prestasi belajar, berkurangnya produktivitas di bidang ekonomi dan meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular. Ada tiga faktor yang menentukan status gizi seorang anak: berat badan kurang, yang didefinisikan sebagai pertumbuhan terhambat karena berat badan kurang menurut usia; stunting, atau tinggi badan yang rendah dibandingkan usia; dan wasting, atau rasio berat badan terhadap tinggi badan yang rendah.
Menurut data Global Nutrition Report tahun 2018, 5,6% anak mengalami kelebihan berat badan (overweight), 7,5% anak kurus (wasting), dan 22,2% anak usia 0-59 bulan mengalami stunting. Stunting menyebabkan sekitar 40% anak-anak di seluruh dunia khususnya di negara-negara Afrika Sub-Sahara dengan tingkat prevalensi tertinggi, diikuti negara-negara di Asia sebesar 23,9% anak-anak atau hingga 87 juta jiwa(5). Sebesar 154,8 juta (22,9%) anak di bawah usia 5 tahun, mengalami penurunan sekitar 1,8% per tahun atau hanya akan berkurang 18% dimana hal ini jauh dari target yang diharapkan oleh WHO.
Stunting adalah keterbelakangan pertumbuhan linier yang terakumulasi sebelum dan sesudah kelahiran. Kejadian stunting pada anak umumnya disebabkan oleh kekurangan gizi pada ibu selama kehamilan dan kekurangan gizi pada anak pada 2 tahun pertama kehidupannya (Weatherspoon, Miller, Ngabitsinze, Weatherspoon, & Oehmke, 2019).
Apabila tinggi dan panjang badan anak pada rentang usia tersebut berada di bawah standar median WHO-Multicentre Growth Referrence Study (MGRS), yaitu nilai z-score dari anak stunting kurang dari -2 SD dan anak stunting berat kurang dari -3 SD maka anak dianggap stunting dan stunting berat (Hendraswari, Purnamaningrum, Maryani, Widyastuti, & Harith, 2021). Stunting menyebabkan berkurangnya kemampuan kognitif, kemampuan bahasa dan sensorik motorik, perkembangan mental, prestasi sekolah dan kapasitas intelektual dimana dampak ini sulit untuk dihilangkan setelah usia dua tahun.
Anak-anak yang menunjukkan wasting adanya tanda-tanda malnutrisi akut, yang biasanya disebabkan oleh kurangnya asupan makanan atau tingginya angka penyakit menular. Hal ini ditunjukkan dengan rasio berat badan terhadap tinggi badan yang kurang dari -2 SD dari median standar MGRS (Hendraswari et al., 2021). WHO secara global memprediksikan prevalensi balita wasting sebesar 52 juta balita (8%), dengan kasus wasting tertinggi sebesar 35 juta balita di Benua Asia tahun 2016. Data menunjukkan prevalensi wasting dapat meningkat sebesar 10–50% jika terjadi > 40.000–2.000.000 kematian anak.
Penelitian
Li et al (2020) didapatkan bahwa faktor terjadinya stunting dan wasting pada
anak adalah tingkat ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan ibu. Terdapat
komponen genetik serta faktor lingkungan (seperti pola makan, budaya, dan kelas
sosial) yang berkontribusi terhadap keterkaitan antara rendahnya tinggi badan
orang tua dan status antropometri anak yang pertama kali mempengaruhi orang tua
selama masa kanak- kanak mereka dan selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan keturunan
mereka.
Penelitian
Sotoudeh (2021) bahwa kerentanan pangan pada
anak usia 2–6 tahun di Iran dipengaruhi oleh berbagai faktor sosiodemografi,
antara lain tingkat pendidikan ibu, sanitasi serta akses terhadap jamban.
Sejalan dengan penelitian Weatherspoon et al (2019) menyatakan bahwa kerawanan
pangan dan kejadian stunting di Rwanda memiliki hubungan multidimensi dengan
jenis kelamin, berat badan dan usia anak, keragaman pangan, status perkawinan,
tingkat pendidikan, tinggi badan ibu, serta faktor lingkungan seperti kesuburan
tanah serta lokasi relatif terhadap jalan utama menuju pasar.
Masalah
malnutrisi adalah masalah utama kesehatan masyarakat di berbagai negara
sehingga menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka kematian anak. Terdapat
korelasi yang signifikan antara tingginya angka kematian balita dengan seluruh
tingkat gizi buruk, termasuk gizi kurang (undernutrition), balita kurus
(wasting), dan balita pendek (stunting) dimana ada korelasi yang lebih kuat
pada wasting dibandingkan stunting (Munira,
2023) Maka, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor
yang memengaruhi terjadinya stunting dan wasting pada anak, serta dampaknya.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara
ketahanan pangan dalam rumah tangga dengan kejadian stunting dan wasting.
Dengan demikian, penelitian ini berupaya memberikan informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk merancang kebijakan dan strategi intervensi yang
lebih efektif dalam meningkatkan kondisi gizi anak, khususnya di lingkungan
rumah tangga yang rentan secara pangan.
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain systematic
review melalui database internasional dan nasional dari ketiga search engine,
yaitu PubMed, Google Scholar, dan Science Direct. Kata kunci yang dipilih meliputi
“stunting” atau “child malnutrition” atau “household food insecurity” atau
“wasting” atau “socioeconomic factor” atau “risk factors”.
Penyusunan systematic review ini dilakukan
dengan proses mencari, mengidentifikasi, menelaah, melakukan seleksi dan
memilih penelitian – penelitian yang berkaitan dengan ketahanan pangan terhadap
kondisi wasting dan stunting. Penyusunan systematic review diawali dengan
pencarian artikel dengan menerapkan panduan PRISMA yang berisi panduan langkah
– langkah penyusunan yang terdiri dari Identification, Screening, Eligibility
dan Included. Data yang dikumpulkan diimpor ke perangkat lunak Mendeley, dan
artikel duplikat secara otomatis dihapus.
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah artikel full text, open access, dan publikasi yang diterbitkan 5
tahun terakhir yaitu antara tahun 2019 – 2023. Kriteria eksklusi yang digunakan
adalah artikel yang diterbitkan sebelum tahun 2018, duplikasi, dan tidak
relevan dengan kata kunci. Dari hasil pencarian ketiga search engine, yaitu
12.000 artikel (Google Scholar), 4 artikel (PubMed), dan 81 artikel (Science
Direct) didapatkan 15 artikel yang masuk dalam inklusi terkait ketahanan pangan
terhadap stunting dan wasting yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 1 Deskripsi Jurnal yang
Berkaitan Ketahanan Pangan Terhadap Stunting dan Wasting
Penulis
(Tahun) |
Judul |
Tujuan |
Metode/ Sampel |
Temuan |
Dave D. Weatherspoon et al., (2019) |
Stunting,food security, markets and food policy in Rwanda |
Mengidentifikasi
pengaruh kebijakan, keragaman pola makan, dan faktor
sosio-ekonomi terhadap kejadian stunting pada anak-anak di Rwanda |
Kuantitatif menggunakan
model logit varians-kovarians terklaster berdasarkan keanggotaan rumah tangga
di desa. Survei rumah tangga di 714 desa, 30 distrik di Rwanda dengan total
770 sampel anak umur < 5 bulan - < 25 bulan |
Stunting pada anak-anak
di pedesaan ditemukan memiliki hubungan multidimensi dengan jenis kelamin,
berat badan dan usia anak; keragaman pangan, status perkawinan dan tingkat
pendidikan kepala rumah tangga; tinggi badan ibu; adanya kebun keluarga atau
jika mereka memiliki ternak; faktor lingkungan seperti ketinggian dan
kesuburan tanah serta lokasi relatif terhadap jalan utama menuju pasar; dan
kebijakan yang mendorong produksi pangan. |
Wuyeh Drammeh et al., (2019) |
Determinants of Household Food Insecurity and
Its Association with Child Malnutrition in Sub-Saharan Africa: A Review of
the Literature |
Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kerawanan pangan dengan
malnutrisi pada anak-anak di bawah usia lima tahun di Afrika Sub-Sahara |
Literature review dari penelitian-penelitian
terkait |
Faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan
penyebab malnutrisi pada anak di Afrika Sub-Sahara. yaitu jenis kelamin
kepala rumah tangga; usia, status pendidikan, ukuran rumah tangga,
pendapatan, kemiskinan dan harga pangan. |
Abigail Harper et al., (2023) |
Household Food Insecurity and Demographic
Factors, Low Birth Weight and Stunting in Early Childhood: Findings from a
Longitudinal Study in South Africa |
Mengkaji hubungan antara
demografi ibu dan karakteristik antenatal termasuk
indikator kerawanan pangan rumah tangga selama periode perikonsepsi dan antenatal
dengan berat badan lahir dan stunting dalam 5 tahun pertama kehidupan
menggunakan data dari survei berbasis populasi longitudinal |
Cross sectional menggunakan data longitudinal
dengan total 1.208 perempuan dengan 1.391 anak yang lahir antara tahun 2008
dan 2011 |
Kelaparan anak di rumah,
hipertensi ibu dan penggunaan alkohol berkaitan dengan berat badan lahir
rendah. Pengeluaran pangan, tinggi badan berat badan ibu, dan rendahnya
keragaman makanan berkaitan dengan stunting dan stunting berat. |
Yang et al., al., (2019) |
Household Food Insecurity, Dietary Diversity,
Stunting, and Anaemia among Left-Behind Children in Poor Rural Areas of China |
Mengetahui hubungan
antara ketidakamanan pangan rumah tangga, keragaman makanan, stunting, dan
anemia pada anak-anak yang ditinggalkan di daerah pedesaan miskin di China |
Cross-sectional – 553 anak-anak yang
ditinggalkan di daerah pedesaan di China dengan usia antara 3 hingga 5 tahun |
Ketidakamanan pangan
rumah tangga, keragaman makanan, stunting, dan anemia memiliki hubungan yang
signifikan pada anak-anak yang ditinggalkan di daerah pedesaan miskin di
China. Anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan ketidakamanan pangan
memiliki risiko lebih tinggi untuk stunting dan anemia. Selain itu, keragaman
makanan yang rendah juga dikaitkan dengan risiko stunting dan anemia yang
lebih tinggi |
Ali et al., (2019) |
Association of food security and other
socioeconomic factors with dietary diversity and nutritional statuses of
children aged 6-59 months in rural Bangladesh |
Mengetahui hubungan
antara keamanan pangan, faktor sosioekonomi, keragaman diet, dan status gizi anak-anak berusia 6-59 bulan di pedesaan
Bangladesh |
Cross-sectional - 6.468 anak-anak berusia antara 6
dan 59 bulan |
Stunting, wasting, dan underweight yang umum
terjadi pada anak-anak usia 6-59 bulan di pedesaan Bangladesh berkaitan
dengan faktor-faktor seperti tingkat pendidikan ibu yang rendah, status
sosioekonomi rumah tangga yang buruk, keamanan pangan yang rendah, serta
kurangnya keragaman dalam diet. Sebaliknya, anak-anak dari ibu dengan
pendidikan lebih tinggi dan rumah tangga yang lebih kaya cenderung memiliki
status gizi yang lebih baik. Peningkatan status sosio ekonomi rumah tangga dan
pendidikan ibu memiliki potensi untuk meningkat- kan kondisi gizi anak di
pedesaan Bangladesh |
Sotoudeh et al., (2021) |
A Community-Based
Survey of Household Food Insecurity and Associated Sociodemographic Factors
among 2–6 Years Old Children in the Southeast of Iran |
Sampel yaitu 450 anak usia 2–6 tahun 6 wilayah perkotaan yang berbeda di daerah
Tenggara Iran |
Cross sectional berbasis komunitas Sampel yaitu 450 anak usia
2–6 tahun 6 wilayah perkotaan yang
berbeda di daerah Tenggara Iran. |
Kerentanan pangan pada
anak usia 2–6 tahun di Iran dipengaruhi oleh berbagai faktor sosiodemografi
antara lain tingkat pendidikan ibu, sanitasi serta akses terhadap jamban
(WC). |
Edwards et al., (2021) |
The influence of natural disasters on
violence, mental health, food insecurity, and stunting in the Philippines:
Findings from a nationally representative cohort |
Mengetahui bagaimana
paparan berulang terhadap bencana alam dapat mempengaruhi perkembangan
anak-anak di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah |
Kohort – 4084 anak yang tinggal
di lingkungan yang sama selama 10 tahun terakhir |
Paparan bencana alam
berhubungan dengan peningkatan tingkat kekerasan dalam keluarga, stres
pengasuhan, kekurangan pangan, serta pertumbuhan yang terhambat pada
anak-anak, dan berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Studi ini
menekankan perlunya keterlibatan komunitas dalam mengatasi dampak bencana
alam dan pentingnya intervensi yang mendukung keluarga di daerah rawan bencana. |
KC et al., (2021) |
Status among Early Adolescents
in a Poor Neighborhood of Sinamangal, Nepal |
Menilai status ketahanan
pangan rumah tangga dan status gizi pada remaja awal
yang tinggal di lingkungan miskin di Kathmandu, Nepal |
Cross sectional berbasis komunitas Sampel
yaitu 450 anak usia 2–6 tahun 6 wilayah perkotaan yang
berbeda di daerah Tenggara Iran |
Kerawanan pangan lebih
tinggi pada area kumuh di mana sebagian besar remaja pada penelitian ini
tinggal di daerah miskin. |
Ali et al., (2021) |
Maternal health status and household food
security on determining childhood anemia in Bangladesh -a nationwide cross-sectional
study |
Menguji pengaruh
ketahanan pangan rumah tangga terhadap anemia pada anak di Bangladesh dengan
mengendalikan faktor sosial ekonomi serta demografi. |
Analisis cross-sectional dari kumpulan data
Survei Demografi dan Kesehatan Bangladesh 2011 (BDHS 2011). |
Selain anemia dan BMI
Ibu, usia anak dan ketahanan pangan berhubungan dengan stunting pada
anak-anak. Faktor penyebab kurangnya gizi akibat status sosial ekonomi yang buruk, pemberian makanan yang tidak optimal,
kurangnya layanan kesehatan serta kerawanan pangan rumah tangga dan sanitasi
yang buruk menyebabkan angka anemia dan stunting meningkat |
Berra, W, G. (2020) |
Household Food Insecurity Predicts Childhood
Undernutrition: A Cross-Sectional Study in West Oromia (Ethiopia) |
Mengidentifikasi
hubungan antara akses pangan rumah tangga dan kekurangan gizi pada anak usia
6–23 bulan di Zona Oromia Barat, Ethiopia. |
Desain studi
cross-sectional dilakukan pada sampel 525 rumah tangga selama bulan Juni – Oktober 2016. |
Prevalensi situasi
kerawanan pangan rumah tangga sangat umum dan lebih umum terjadi pada rumah
tangga dengan anak-anak kurang gizi berusia 6–23 bulan di Ethiopia. Rumah
tangga yang cukup rawan pangan merupakan prediktor penting untuk gabungan
kekurangan gizi, stunting, dan kekurangan berat badan, namun tidak untuk
wasting. |
Yazew(2022) |
Risk Factors Of
Stunting and Wasting among Children Aged 6–59 Months In Household Food
Insecurity of Jima Geneti District, Western Oromia, Ethiopia: An
Observational Study |
Menyelidiki
faktor-faktor risiko yang terkait dengan stunting dan wasting pada anak-anak
berusia 6–59 bulan di distrik Jima Geneti, Western Oromia, Ethiopia |
Sebuah studi cross-sectional berbasis
komunitas dilakukan pada 500 anak dari 1-28 Desember 2020 |
Prevalensi stunting dan
wasting pada anak usia 6–59 bulan dalam rumah tangga kerawanan pangan di
distrik Jima Geneti tergolong tinggi. Status ekonomi yang
rendah dan pola makan yang buruk merupakan faktor risiko yang berhubungan
dengan stunting. Frekuensi makan anak, anak yang diberi makanan sisa, dan
pola makan yang buruk juga terkait dengan faktor risiko wasting. |
Belayneh et al., (2021) |
Seasonal Variation of Household Food
Insecurity and Household Dietary Diversity on Wasting and Stunting among
Young Children in A Drought Prone Area in South Ethiopia: A Cohort Study |
Mengevaluasi pola
musiman kerawanan pangan rumah
tangga, keragaman pangan, dan rumah tangga karakteristik wasting
dan stunting pada anak di rumah tangga yang diikuti selama 1 tahun di daerah
rawan kekeringan Sidama, Etiopia. |
Desain studi kohort
digunakan. Data dikumpulkan pada musim
pra panen (Maret dan Juni) dan musim pasca panen (September dan Desember)
tahun 2017. |
Kerawanan pangan rumah
tangga meningkatkan resiko anak mengalami stunting dan wasting pada periode
kelangkaan pangan tertinggi. Demikian pula, risiko rendahnya konsumsi pangan
rumah tangga juga meningkat pada periode kerawanan
pangan tertinggi. Apalagi ciri-ciri rumah tangga seperti tingkat kemiskinan,
pendidikan, pekerjaan, dan kerawanan pangan rumah tangga dan keragamanpola makan
yang rendah dikaitkan dengan wasting atau stunting |
Aliet al, (2019) |
Association of food security and other
socioeconomic factors with dietary diversity and nutritional statuses of
children aged 6-59 months in rural Bangladesh |
Mengidentifikasi status
gizi dan pola DDS saat ini pada anak-anak berusia antara 6–59 bulan dan
hubungannya dengan berbagai faktor tingkat individu dan rumah tangga di
pedesaan Bangladesh. |
Survei rumah tangga
masyarakat secara cross-sectional dilakukan antara bulan Juli
dan Oktober 2014 untuk mengumpulkan data dasar guna mengevaluasi program
Nobokoli. |
Keamanan pangan dan faktor sosio-ekonomi berhubungan dengan keragaman
makanan dan status gizi anak Anak-anak yang ibunya memiliki pekerjaan
terampil cenderung memiliki keragaman makan yang lebih tinggi dibanding
anak-anaknya yang ibunya tidak bekerja atau bekerja dirumah. |
Gassara and Jihua Chen., (2021) |
Household food insecurity, dietary diversity,
and stunting in Sub-Saharan Africa, A Systematic Review |
Mempelajari secara
sistematis hubungan antara kerawanan pangan rumah tangga, keragaman pola
makan, dan stunting |
Literatur didasarkan pada enam database
bibliografi: PubMed, EMBASE, Science Direct, Web of Science, Google Scholar,
dan Scopus menggunakan metode PRISMA |
Kerentanan pangan rumah
tangga dan diversifikasi makanan berhubungan dengan stunting. Pendekatan yang
dapat dilakukan mencakup posisi konseling bagi orang tua, pelatihan bagi ibu
dalam praktik menyusui dan gizi, serta kampanye kesadaran dalam praktik
kebersihan dan sanitasi. |
Yuliantini, et al (2022) |
Food security and stunting incidences in
Coastal Areas of Indonesia |
Mengidentifikasi faktor
risiko determinan ketahanan pangan dan stunting di wilayah Pesisir Indonesia |
Literatur dari berbagai
publikasi atau artikel dalam bahasa Inggris dan Indonesia, menggunakan
database online PubMed, ScienceDirect, ProQuest, dan Google Scholar di jurnal
bereputasi sejak tahun 2000-an mengenai mempengaruhi faktor-faktor yang dapat menentukan ketahanan pangan dan
terjadinya stunting di wilayah Pesisir Indonesia |
Strategi ketahanan
pangan yang dilakukan masyarakat miskin dalam perencanaan pangan rumah tangga
mereka adalah mengubah pola makan, mengubah pola kerja dan berhutang untuk
makanan, hal ini secara tidak langsung mengakibatkan akses makanan yang
rendah dan kurangnya keanekaragaman makanan yang dikonsumsi. |
Hasil dan Pembahasan
Determinan
Kejadian Stunting
Stunting pada anak
disebabkan oleh banyak faktor yang berkaitan dengan kesehatan, lingkungan, dan
sosial ekonomi. Salah satu penyebab utamanya adalah kerawanan pangan dalam
keluarga. Salah satu faktor penyebab lambatnya pertumbuhan adalah kerawanan
pangan rumah tangga. Anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan kerawanan
pangan berisiko tinggi terkena anemia dan stunting. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Belayneh (2021),
tingkat kerawanan pangan yang sangat rendah ditemukan terjadi pada rumah
tangga dengan anak-anak yang mengalami stunting.
Penyebab utama
stunting pada anak adalah kerawanan pangan dalam keluarga. Stunting lebih
mungkin terjadi pada anak-anak yang tinggal di rumah tangga yang rawan pangan.
Hasilnya menunjukkan bahwa selain kerawanan pangan rumah tangga, kurangnya
keragaman pangan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko stunting pada anak.
Anak dengan pola makan yang kurang beragam mempunyai risiko lebih tinggi
terjadinya stunting. Tingkat pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi risiko terjadinya stunting pada ana. Anak yang ibunya mempunyai
tingkat pendidikan lebih tinggi mempunyai risiko lebih rendah mengalami
stunting.
Salah satu faktor
penyebab terjadinya stunting adalah tingkat pendidikan ibu. Anak-anak yang
ibunya mengenyam pendidikan dasar atau lebih tinggi mempunyai kemungkinan lebih
kecil untuk mengalami stunting. Selain faktor-faktor di atas, usia anak juga
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan stunting semakin sering terjadi pada
anak kecil, terutama anak usia 12 hingga 23 bulan.
Anak-anak yang lebih
tua memiliki prevalensi stunting yang lebih tinggi. Penelitian Gassara &
Chen (2021) menunjukkan adanya hubungan positif antara stunting pada anak
dengan keragaman pola makan anak. Kurangnya keragaman pola makan dapat
meningkatkan risiko stunting pada anak dan dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan. Komposisi tubuh dan geofagi anak-anak, atau konsumsi tanah atau
tanah liat, dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan.
Balita sangat rentan,
terutama di negara berkembang seperti Indonesia, di mana mereka paling rentan
terhadap gizi buruk karena anak-anak biasanya mengalami berbagai infeksi dan
kekurangan nutrisi. Selain hal-hal yang disebutkan di atas, hal-hal seperti
durasi menyusui anak harus terus diberi susu ibu sampai anak berusia dua tahun
karena susu ibu menyediakan zat gizi penting bagi anak yang tidak tersedia dalam
susu sapi.
Setelah anak berusia
dua tahun, ASI harus dihentikan karena zat-zat yang terkandung dalamnya sudah
tidak memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 450/MENKES/IV/2004, pemerintah Indonesia juga menetapkan kebijakan
pemberian ASI sampai enam bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berusia dua
tahun (Haris,
Fitri, & Kalsum, 2019). Satu alasan ibu harus berhenti
memberi ASI pada anak di bawah dua tahun adalah karena mereka harus bekerja di
luar rumah. Akibatnya, susu formula harus digunakan sebagai pengganti ASI.
Faktor lain yang memengaruhi kesehatan gizi anak adalah pemberian ASI yang
cukup (MP-ASI) dan pemberian ASI yang tepat hingga anak berusia dua tahun (Chyntaka
& Putri, 2019).
Balita yang memiliki
riwayat penyakit infeksi memiliki risiko lebih tinggi untuk stunting
dibandingkan balita yang tidak pernah mengalami penyakit infeksi sebelumnya. Balita
sangat rentan terhadap infeksi dan sering mengalaminya. Balita adalah kelompok
usia yang rentan terhadap masalah gizi dan penyakit. Diare dan ISPA adalah
masalah yang paling umum pada balita. Sebuah penelitian menemukan bahwa balita
dalam kategori sangat pendek sering mengalami diare, sedangkan balita dalam
kategori normal tidak, sehingga tidak stunting.
Balita dengan riwayat
infeksi diare juga lebih berisiko mengalami stunting, dengan risiko 4,808 kali
lebih besar daripada balita yang tidak pernah mengalami infeksi diare
sebelumnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa balita dalam kategori
sangat pendek mengalami ISPA dengan tingkat sangat tinggi karena ISPA dapat
menyebabkan penurunan nafsu makan balita (Solin,
Hasanah, & Nurchayati, 2019).
Status imunisasi
adalah faktor risiko stunting; balita yang tidak menerima imunisasi dasar
lengkap berisiko tiga kali lebih besar daripada balita yang menerima imunisasi
dasar lengkap. Ini karena imunisasi dapat membuat antibodi atau kekebalan yang
efektif untuk mencegah penyebaran penyakit. Hasil OR adalah 3,850(CI 95%
1,358-10,916) (Hartati
& Zulminiati, 2020). Faktor-faktor yang
berkaitan dengan kebersihan penggunaan fasilitas jamban termasuk jenis jamban
yang dimiliki, jenis jamban yang digunakan, kebersihan jamban, kebiasaan
membuang sampah terbuka, dan pembuangan tinja balita. Jamban dikaitkan dengan
peningkatan risiko stunting pada balita.
Anak-anak mencemari lingkungan
karena mereka menggunakan jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan, membuang
tinja secara bebas, dan tidak membuangnya di jamban. Ini meningkatkan risiko
stunting pada balita dan mempermudah penularan patogen yang berasal dari tinja (Nisa,
Lustiyati, & Fitriani, 2021). Sanitasi sangat penting dalam
menangani stunting anak. Ini dimulai dengan mengurangi kebiasaan buang air
besar sembarangan, membangun jamban yang aman untuk anak-anak, menjaga
kebersihan lingkungan sambil memperhatikan program gizi khusus (Fibrianti,
Thohari, & Marlik, 2021).
Determinan
Kejadian Wasting
Salah satu faktor
risiko yang berhubungan dengan peningkatan insiden wasting pada anak-anak
adalah ketidakamanan pangan di rumah tangga. Wasting lebih umum pada anak-anak
yang tinggal di rumah tangga yang tidak cukup gizi. Selain hal-hal tersebut,
pengeluaran makanan keluarga juga berpengaruh pada tingkat wasting. Wasting
lebih mungkin terjadi pada anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan
pengeluaran makanan di bawah garis kemiskinan.
Penyakit menular dapat
memperburuk status gizi seseorang sehingga
lebih rentan terhadap infeksi Kasim (2019), Jika infeksi terus berlanjut
maka perkembangan fisik anak akan terhambat sehingga menimbulkan kelemahan.
Balita yang sering mengalami diare lebih rentan mengalami infeksi dan wasting.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pola asuh seorang ibu dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi balitanya. Pola asuh orang tua
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, karena masa
kanak-kanak merupakan masa kehidupan yang penting dan memerlukan perhatian
khusus (Putri,
2019).
Orang tua memegang
peranan yang sangat penting dalam proses membesarkan anak; Pemberian makanan
yang lengkap dan seimbang dapat memberikan landasan bagi tumbuh kembang anak
Anda secara optimal.Variasi pola makan merupakan faktor tambahan yang dapat
menyebabkan wasting pada balita; Asupan makanan yang tidak memenuhi syarat
kuantitas dan kompo (Rhamadani
& Adrianto, 2020). sisi gizi akan
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Konsumsi pangan harus cukup kuantitas dan
kualitasnya, tubuh manusia harus mendapat cukup zat gizi untuk penyerapannya (Noflidaputri,
Reni, & Sari, 2022). Makanan dapat
mengandung zat-zat gizi yang penting bagi anak untuk menjaga tumbuh kembangnya.
Dengan menjaga pola
makan anak yang sehat, wasting dapat dihindari. Pola makan yang sehat sangat
penting untuk status gizi yang baik Jika anak kekurangan zat gizi, terutama
makanan sumber energi, protein, dan zat besi, perkembangan fisik mereka dan
kemampuan mereka untuk menyerap rangsangan dari luar akan terhambat (Hasyim,
Puspariny, & Susanti, 2021). Anak-anak harus dibiasakan
dengan pola makan yang sehat dengan makan makanan yang beraneka ragam agar
kebutuhan gizi mereka dapat dipenuhi secara penuh.Selain
itu, faktor risiko yang berkaitan dengan wasting termasuk kualitas perumahan
dan air.
Risiko wasting juga
dipengaruhi oleh pola makan yang tidak seimbang dan frekuensi makanan anak.
Seringkali, praktik pemberian makanan yang tidak sehat merupakan faktor utama
penyebab asupan makanan yang tidak memadai. Analisis dari kelima belas sumber
data yang diambil memberikan gambaran lengkap tentang komponen yang
berkontribusi pada stunting pada anak-anak.
Kesimpulan utamanya
adalah bahwa ketidakamanan pangan rumah tangga menjadi faktor utama, yang melibatkan
faktor-faktor seperti keragaman diet, akses sanitasi, dan tingkat pendidikan
ibu. Faktor lain, seperti usia anak, berat badan lahir rendah, dan kesehatan
ibu, juga berkontribusi. Beberapa faktor individu, sosial ekonomi, dan
lingkungan telah diketahui berperan dalam kejadian wasting, tetapi determinan
wasting belum sepenuhnya diketahui dalam penelitian yang dianalisis.
Dampak
Stunting dan Wasting
Secara
global, prevalensi stunting dan wasting pada balita adalah 29,1% dan 6,3%,
secara spektif, Sepertiga dari semua kematian pada anak-anak disebabkan oleh
kekurangan gizi akut dan kronis. Faktor
penyebab stunting Tingginya angka ini juga dapat menimbulkan hambatan yang
signifikan untuk mencapai kesehatan anak dan hasil gizi yang lebih baik meskipun
pemerintah negara itu merencanakan berbagai intervensi dan program untuk
memerangi kekurangan gizi dan kerawanan pangan, masih sangat rentan terhadap
kemiskinan, kerawanan pangan rumah tangga, dan kekurangan gizi anak.
Masalah-masalah ini sangat lazim, terutama di masyarakat miskin yang mata
pencahariannya bergantung pada sistem pertanian terbelakang.
Dampak
Penyebab Stunting pemberian makan anak yang tidak tepat sebagian besar
disebabkan oleh kualitas makanan yang buruk atau praktik pemberian makan yang buruk,
jika tidak keduanya, dan seringkali merupakan penentu utama asupan yang tidak
memadai daripada ketersediaan makanan di rumah tangga. Akibatnya, beban
kekurangan gizi anak tetap sangat tinggi dalam pengaturan sumber daya yang
terbatas. Bahkan, rumah tangga rawan pangan moderat merupakan faktor risiko
yang menonjol untuk anak kekurangan gizi semua gabungan, dan stunting dan
underweight pada khususnya, tetapi tidak untuk kekurangan gizi akut (Agritubella,
Uthia, & Rosy, 2023).
Mencapai
ketahanan pangan tetap menjadi tantangan penting. Ada kesenjangan yang tumbuh
antara konsumsi, gizi, dan ketersediaan pangan di tingkat regional, rumah
tangga, dan individu. Hampir setengah dari populasi wilayah ini hidup di bawah
garis kemiskinan dan bergantung pada pertanian tadah hujan, peternakan, dan
perikanan untuk kelangsungan hidup mereka sangat meningkatkan produksi dan
produktivitas pertaniannya.
Dampak yang
ditimbulkan akibat dari Stunting dan wasting itu sendiri terdiri dari jangka
panjang dan pendek. Dampak tersebut berupa ganguang kognitif pada anak,
menurunnya produktivitas, dan mengalami penyakit infeksi seperti diare, ISPA.
Anak yang mengalami stunting dan wasting juga mengalami ganguan perkembangan
prilaku, anak yang mengalami stuntung akan 11,6 lebih besar mengalami emisonal
dibandingkan anak yang tidak mengalami kejadian penyakit tersebut (Rahayu,
Pamungkasari, & Wekadigunawan, 2018).
Hubungan
Ketahanan Pangan dengan Stunting dan Wasting
Ketahanan
pangan merupakan suatu kemampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan
pangannya baik melalui produksi sendiri atau membeli, dan makanan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan gizi dari anggota keluarganya. Suatu rumah tangga
mungkin mampu dalam memenuhi kebutuhan akan ketersediaan pangan, akan tetapi
masih mengalami malnutrisi seperti wasting dan stunting. Kerawanan pangan
dengan kejadian wasting dan stunting mempunyai kaitan erat satu sama lain,
terutama pada anak dengan usia di bawah lima tahun.
Wasting
merupakan konsekuensi dampak dari adanya kerawanan pangan, praktik pola makan
yang tidak tepat, serta praktik pemberian makan yang tidak memadai. Anak-anak
yang termasuk dalam rumah tangga yang rawan pangan memiliki peluang lebih
tinggi untuk menjadi wasting. Demikian pula dengan kerawanan pangan yang secara
signifikan berhubungan dengan status gizi anak-anak, dan kerawanan pangan yang
parah dikaitkan dengan stunting.
Kerawanan pangan
merupakan salah satu komponen penyebab stunting maupun wasting pada anak.
Terjadi suatu gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat
gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Mayoritas dari studi yang ditelaah menunjukkan kondisi stunting berkaitan erat
dengan kesehatan ibu terutama pada saat kehamilan. Kerawanan pangan
meningkatkan risiko ibu dalam meminum minuman alkohol, memiliki asupan makan
yang buruk, serta meningkatkan risiko terjadinya anemia pada anak.
Kondisi tersebut dapat
mempengaruhi terjadinya BBLR (Berat Badan lahir Rendah) pada bayi yang akan
meningkatkan risiko terjadinya stunting. Terlebih lagi, ibu yang memiliki BMI
(Body Mass Index) yang rendah, mengalami hipertensi memiliki resiko paling
tinggi dalam melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah atau terjadinya
prematur sehingga berujung pada kondisi stunting.
Hal lain
yang yang sangat berkaitan erat dengan kejadian stunting adalah status
sosio-ekonomi rumah tangga. Kondisi status sosio ekonomi keluarga dan rumah
tangga, dimana status ekonomi yang buruk dikaitkan dengan stunting pada anak.
Status sosio-ekonomi mempengaruhi daya beli, preferensi makan, serta
aksesibilitas keluarga terhadap pangan Faktor-faktor tersebut pada akhirnya
akan mempengaruhi pola makan yang buruk dikaitkan dengan stunting dan wasting
pada anak karena rendahnya asupan nutrisi penting yang dibutuhkan.
Namun, beberapa
penelitian belum menemukan hubungan yang signifikan antara kerawanan pangan
rumah tangga dan kekurangan gizi pada anak. Keanekaragaman pangan dan wilayah
pemukiman juga merupakan prediktor signifikan terjadinya stunting. Gizi yang
buruk dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, yang berhubungan dengan gangguan
kemampuan kognitif dan penurunan prestasi sekolah dan kerja (Nepali,
Simkhada, & Davies, 2020). Oleh karena itu, mengatasi
kerawanan pangan sangat penting dalam mencegah wasting dan stunting pada
anak-anak.
Kebijakan yang
ditujukan untuk mengurangi kerawanan pangan rumah tangga di kalangan anak-anak
juga dapat mengurangi masalah kesehatan kronis dan akut serta kebutuhan layanan
kesehatan pada anak-anak. Faktor-faktor stunting dari segi kurangnya ketahanan
pangan dapat disimpulkan berbeda-beda antar negara atau satu wilayah dengan
yang lainnya(1). Mengatasi kerawanan pangan melalui
program masyarakat untuk memastikan akses rumah tangga terhadap sanitasi yang
layak, ketersediaan air bersih, dan nutrisi yang memadai dapat membantu
mencegah stunting pada anak.
Kesimpulan
Secara global berdasarkan artikel-artikel yang
telah diulas, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah gizi diantaranya;
ketidakamanan pangan rumah tangga, faktor sosial ekonomi termasuk pendapatan
keluarga, tingkat pendidikan ibu, faktor lingkungan (kualitas perumahan dan
air), faktor demografis (ukuran keluarga dan status pekerjaan), faktor genetik
dan biologis (berat lahir rendah), faktor psikososial (stres dan kekerasan
dalam keluarga), faktor gizi (kekurangan makro dan mikronutrien, konsumsi
makanan yang tidak seimbang, dan tingkat kecukupan protein, Fe, dan Zn yang
rendah), faktor kesehatan (tidak mendapatkan perawatan antenatal, tidak
mendapatkan ASI eksklusif, dan kejadian diare) faktor biodiversitas (makanan
dan pertanian). Faktor-faktor ini berkaitan terhadap kejadian malnutrisi
khususnya stunting dan wasting pada anak.
Maka, perlunya strategi dan kebijakan
multisektoral untuk memerangi kerawanan pangan khususnya pada lingkup rumah
tangga dan kekurangan gizi pada anak untuk kesejateraan sosial ekonomi.
Dibutuhkan penerapan pedoman dan strategi yang dapat meningkatkan ketahanan
pangan rumah tangga, mencakup posisi konseling bagi orang tua, pelatihan bagi
ibu dalam praktik menyusui dan gizi, serta kampanye kesadaran dalam praktik
kebersihan dan sanitasi. Diperlukan juga pemberdayaan dan pelibatan perempuan
(ibu) dalam pengambilan keputusan rumah tangga sebagai upaya pencegahan
stunting dan malnutrisi pada anak.
BIBLIOGRAFI
Agritubella, Syafrisar Meri, Uthia,
Rahimatul, & Rosy, Alice. (2023). An Overview of Wasting and Stunting based
on Nutritional Status Assessment for Toddlers. INCH: Journal of Infant and
Child Healthcare, 2(1), 28–32.
Akseer, Nadia, Kandru, Goutham, Keats, Emily C., &
Bhutta, Zulfiqar A. (2020). COVID-19 pandemic and mitigation strategies:
implications for maternal and child health and nutrition. The American
Journal of Clinical Nutrition, 112(2), 251–256.
Belayneh, Mehretu, Loha, Eskindir, & Lindtjørn, Bernt.
(2021). Seasonal variation of household food insecurity and household dietary
diversity on wasting and stunting among young children in a drought prone area
in South Ethiopia: a cohort study. Ecology of Food and Nutrition, 60(1),
44–69.
Chyntaka, Mayang, & Putri, Nanda Yansih. (2019).
Riwayat pemberian asi eksklusif dengan kejadian stunting pada balita usia 24-60
bulan. JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan), 7(1), 8–13.
Drammeh, Wuyeh, Hamid, Noor Aman, & Rohana, A. J.
(2019). Determinants of household food insecurity and its association with
child malnutrition in Sub-Saharan Africa: A review of the literature. Current
Research in Nutrition and Food Science Journal, 7(3), 610–623.
Fibrianti, Eka Alicia, Thohari, Imam, & Marlik,
Marlik. (2021). Hubungan sarana sanitasi dasar dengan kejadian stunting di
Puseksmas Loceret, Nganjuk. Jurnal Kesehatan, 14(2), 127–132.
Haris, Abdul, Fitri, Adelina, & Kalsum, Ummi.
(2019). Determinan kejadian stunting dan underweight pada balita suku anak
dalam di desa Nyogan kabupaten Muaro Jambi tahun 2019. Jurnal Kesmas Jambi,
3(1), 41–54.
Hartati, Sri, & Zulminiati, Zulminiati. (2020).
Fakta-Fakta Penerapan Penilaian Otentik di Taman Kanak-Kanak Negeri 2 Padang. Jurnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1035–1044.
Hasyim, Dzul Istiqomah, Puspariny, Cynthia, &
Susanti, Epi. (2021). Asuhan Kebidanan Pertumbuhan dan Perkembangan pada Balita
dengan Wasting. Muhammadiyah Journal of Midwifery, 2(1), 34–39.
Hendraswari, Chatrine Aprilia, Purnamaningrum,
Yuliasti Eka, Maryani, Tri, Widyastuti, Yani, & Harith, Sakinah. (2021).
The determinants of stunting for children aged 24-59 months in Kulon Progo
District 2019. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public
Health Journal), 16(2).
Kasim, Elshaday, Malonda, Nancy, & Amisi,
Marsella. (2019). Kabupaten Minahasa Tenggara.(Relationship between history of
immunization and infectious disease with nutritional status in children aged
24-59 months in Ratahan Subdistrict, Southeast Minahasa Regency). Jurnal
Bios Logos, 9(1), 34–43.
Li, Zhihui, Kim, Rockli, Vollmer, Sebastian, &
Subramanian, S. V. (2020). Factors associated with child stunting, wasting, and
underweight in 35 low-and middle-income countries. JAMA Network Open, 3(4),
e203386–e203386.
Mbwana, Hadijah A., Kinabo, Joyce, Lambert, Christine,
& Biesalski, Hans K. (2016). Determinants of household dietary practices in
rural Tanzania: Implications for nutrition interventions. Cogent Food &
Agriculture, 2(1), 1224046.
Munira, Syarifah Liza. (2023). Hasil Survei Status
Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Jakarta: Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
Nepali, Sajama, Simkhada, Padam, & Davies, Ian
Glynn. (2020). Association between wasting and food insecurity among children
under five years: findings from Nepal demographic health survey 2016. BMC
Public Health, 20, 1–7.
Nisa, Septi Khotimatun, Lustiyati, Elisabeth Deta,
& Fitriani, Ayu. (2021). Sanitasi Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian
Stunting pada Balita. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 2(1), 17–25.
Noflidaputri, Resty, Reni, Gusti, & Sari, Mila.
(2022). Determinan faktor penyebab kejadian wasting di wilayah kerja puskesmas
muara labuh kabupaten solok selatan. Human Care Journal, 7(2),
496–507.
Putri, Mona Rahayu. (2019). Hubungan pola asuh
orangtua dengan status gizi pada balita di wilayah kerja puskesmas bulang kota
batam. Jurnal Bidan Komunitas, 2(2), 96–106.
Rahayu, Ria Muji, Pamungkasari, Eti Poncorini, &
Wekadigunawan, C. S. P. (2018). The biopsychosocial determinants of stunting
and wasting in children aged 12-48 months. Journal of Maternal and Child
Health, 3(2), 105–118. https://doi.org/10.26911/thejmch.2018.03
.02.03
Rhamadani, Risky Amelia, & Adrianto, Ratno.
(2020). Underweight, Stunting, Wasting Dan Kaitannya Terhadap Asupan Makan,
Pengetahuan Ibu, Dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan. Jurnal Riset Gizi,
8(2), 101–106.
Solin, Angina Rohdalya, Hasanah, Oswati, &
Nurchayati, Sofiana. (2019). Hubungan kejadian penyakit infeksi terhadap kejadian
stunting pada balita 1-4 Tahun. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
Keperawatan, 6(1), 65–71.
Sotoudeh, Mitra, Amaniyan, Sara, Jonoush, Mona, &
Vaismoradi, Mojtaba. (2021). A community-based survey of household food
insecurity and associated sociodemographic factors among 2–6 years old children
in the Southeast of Iran. Nutrients, 13(2), 574.
Weatherspoon, Dave D., Miller, Steve, Ngabitsinze,
Jean Chrysostome, Weatherspoon, Lorraine J., & Oehmke, James F. (2019).
Stunting, food security, markets and food policy in Rwanda. BMC Public
Health, 19(1), 1–13.
Copyright holder: Risa Nur Amalia, Mulia Fadhilatul Azizah, Devy
Yuliantari, Fatma Juwita Lubis, Sri Aisyah Nabila, Virgina Putri Sabila, Dea
Pradisa, Hamzah Hasyim, Haerawati Idris, Rostika Flora (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |