Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 2, Februari 2024
INDIVIDUAL READINES TO CHANGE, MUTMA’INNAH ADAPTIVE
CAPABILITY, DAN KOMPETENSI PROFESSIONAL SEBAGAI STRATEGI PENURUNAN BEBAN
KERJA PADA ERA TRANSFORMASI DIGITAL
Faragina Oktaviani
Program Magister
Manajemen, Universitas Islam Sultan Agung, Indonesia
Email:
[email protected]
Di era digital saat ini,
Transformasi digital telah menjadi kebutuhan mendesak bagi organisasi. Era
transformasi digital telah mengubah paradigma bisnis dan operasi organisasi di
seluruh dunia. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan
organisasi peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya
saing mereka. Namun dengan adanya Transformasi digital memunculkan presepsi
adanya kenaikan beban kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun sebuah
model penurunan beban kerja melalui kompetensi professional yang dibangun dari
sikap individu ketika menghadapi perubahan melalui (Individual Readiness to
Change dan Mutmainnah Adaptove Capability). Sehingga penelitian ini
diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga untuk memandu upaya
organisasi dalam mengurangi beban kerja di era transformasi digital. Data
dikumpulkan secara sensus dari Pegawai yang berada di lingkungan Kantor
Pertanahan Kabupaten Kudus, sebanyak 151 orang responden. Metode Analisis
menggunakan analisis Smart Partial Least
Square untuk mengetahui hubungan
antara Kesiapan individu untuk berubah, kemampuan beradaptasi berdasarkan
nilai-nilai islam dan Kompetensi Professional terhadap penurunan beban kerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa Kesiapan individu untuk
berubah, Kemampuan beradaptasi berdasarkan nilai-nilai islam, memiliki
pengaruh yang positif signifikan terhadap Kompetensi Profesional, Kompetensi
profesional memiliki pengaruh yang negative dan
signifikan terhadap beban kerja.
Kata Kunci: Kesiapan individu untuk
berubah, kemampuan beradaptasi berdasarkan nilai-nilai islam, kompetensi
professional, beban kerja.
In the
current digital era, digital transformation has become an urgent need for
organizations. The era of digital transformation has changed the business
paradigm and operations of organizations throughout the world. Advances in
information and communication technology have provided great opportunities for
organizations to increase their efficiency, productivity and competitiveness.
However, with digital transformation, there is a perception that workload will
increase. This research aims to develop a model for reducing workload through
professional competence which is built from individual attitudes in facing
change through (Individual Readiness to Change and Mutable Adaptive
Capability). So it is hoped that this research can provide valuable insights to
guide organizational efforts to reduce workload in the era of digital
transformation. Data was collection carried out by census of employees in the
Kudus Regency Land Office, totaling 151 respondent’s employee. The analytical
method used is Smart Partial Least Square analysis to determine the
relationship between individual readiness for change, adaptability based on
Islamic values and Professional Competence on reducing workload. The research
results state that individual’s readiness to change, Mutmainnah adaptive
capability has a significant positive effect on professional competence,
professional competence has a negative and significant effect on workload.
Keywords:
Individual readiness to change, adaptability Capability Islamic values,
professional competence, workload.
Di era digital saat ini, Transformasi digital telah menjadi kebutuhan mendesak bagi organisasi. Era transformasi digital telah mengubah paradigma bisnis dan operasi organisasi di seluruh dunia. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan organisasi peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing mereka. Menurut penelitian oleh Pachni-Tsitiridou & Fouskas (2022), Transformasi digital melibatkan penggunaan teknologi digital untuk menciptakan nilai tambah bagi organisasi dan pelanggan. Studi ini menekankan pentingnya transformasi digital dalam menghadapi tantangan dan peluang yang muncul dari perubahan pasar dan teknologi. Sebagai contoh, sebuah studi oleh Tang & Yang (2022) menemukan bahwa organisasi yang berhasil menerapkan Transformasi digital mengalami peningkatan kinerja finansial yang signifikan.
Pada
dasarnya, perkembangan teknologi tidak hanya menjadi sebuah peluang untuk
menggali pasar baru dan telah menciptakan jenis dan peluang bisnis yang baru di
mana kegiatan bisnis semakin banyak dilakukan secara elektronika. Namun juga
ancaman yang harus dihadapi melalui kesiapan Sumber daya manusia (SDM). Agar
dapat beradaptasi di dunia yang terus berubah ini, di tengah otomatisasi sistem
pekerjaan, bukan berarti peran SDM sudah tidak dibutuhkan lagi justru SDM
diharapkan dapat beradaptasi menghadapi Era Transformasi Digital.
Namun, bersamaan dengan potensi positifnya, transformasi digital juga membawa sejumlah tantangan yang signifikan. Salah satunya adalah peningkatan beban kerja yang dialami oleh sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi. Beban kerja (workload) melibatkan kesenjangan kemampuan dan kapasitas memenuhi tuntutan tugas yang harus dihadapi pekerja (Haryanto et al., 2021). Instansi menggunakan beban kerja (workload) sebagai strategi untuk meningkatkan produktivitas pegawai mereka (Novhela et al., 2019). Beban kerja dapat menjadi dasar sebuah perusahaan untuk menentukan jumlah pekerja ideal dalam perusahaan, apakah sudah cukup, harus ditambah atau dikurangi ketika terjadi peningkatan produksi, strukturisasi perusahaan. Namun, terkadang penerapan beban kerja yang tinggi dan tidak sesuai dengan kemampuan pegawai dapat berdampak negatif terhadap tujuan organisasi (Kurniawan & Al Rizki, 2022).
Suatu pekerjaan melibatkan aspek fisik dan mental, setiap individu memiliki tingkat pembebanan yang berbeda. Jika tingkat pembebanan terlalu tinggi, hal itu dapat menyebabkan penggunaan energi yang berlebihan dan timbulnya kelelahan yang berlebihan, sedangkan jika tingkat pembebanan terlalu rendah, dapat menyebabkan rasa bosan, kejenuhan, atau kurangnya motivasi. Dalam konteks beban kerja, setiap individu memiliki batas toleransi yang berbeda terhadap tuntutan pekerjaan. Jika beban kerja melebihi kapasitas individu, dapat menyebabkan peningkatan stres dan dampak negatif pada kesejahteraan dan kinerja pegawai (Ceria & Virliana, 2019). Di sisi lain, jika beban kerja terlalu rendah, pegawai mungkin merasa kurang terlibat dan kurang produktif. Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan batas toleransi individu agar mencapai keseimbangan yang optimal antara produktivitas dan kesejahteraan pegawai (Azhar & Iriani, 2021).
Harapan responsif dari pelanggan dan mitra bisnis di era digital mendorong pegawai untuk merespons permintaan dan pertanyaan dengan lebih cepat dan efisien. Ini dapat menimbulkan tekanan tambahan pada pegawai yang mungkin harus bekerja dengan jadwal yang lebih ketat atau menjawab pertanyaan pelanggan dalam waktu yang lebih singkat. Peningkatan volume data yang perlu dikelola dan dianalisis juga dapat menjadi beban kerja tambahan dalam memastikan data yang akurat dan relevan digunakan dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, peningkatan beban kerja sumber daya manusia adalah salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam mengelola transformasi digital organisasi.
Sejumlah riset sebelumnya telah dilakukan untuk menjawab tantangan dalam upaya penurunan beban kerja ini. Penelitian dari Syaifunnawal & Budiani (2023) menyebutkan beban kerja seorang pekerja harus didasarkan pada kemampuannya karena jika ia dipaksa bekerja melebihi batas kemampuan fisik dan mentalnya, maka hal ini akan menimbulkan dampak buruk bagi pekerja, seperti gangguan kesehatan dan kelelahan kerja. Rožman et al. (2023) mengungkapkan budaya organisasi, kepemimpinan, serta pelatihan dan pengembangan pegawai yang didukung sepenuhnya oleh artificial intelligence (AI) memiliki dampak positif dan signifikan terhadap persepsi pengurangan beban kerja pegawai. Sementara Aditya et al. (2023) dalam penelitiannya menyampaikan untuk mengurangi beban kerja pegawai digital printing adalah dengan menambahkan jumlah pegawai.
Beberapa penelitian di atas telah mengkaji penggunaan alat bantu teknologi atau perubahan dalam proses kerja sebagai upaya untuk mengurangi beban kerja yang dihasilkan oleh transformasi digital. Meskipun demikian, masih terdapat kesenjangan dalam penelitian yang belum pernah diteliti oleh peneliti lain yang menghubungkan kompetensi professional individu dengan upaya menurunkan persepsi beban kerja, terutama dalam konteks adaptasi terhadap era transformasi digital.
Penelitian-penelitian sebelumnya cenderung lebih berfokus pada aspek teknis pengembangan kompetensi, seperti peningkatan keterampilan teknis dan pengetahuan khusus. Namun, jarang sekali riset yang menggali hubungan antara kompetensi professional untuk menurunkan persepsi beban kerja, dimana kompetensi professional itu dibangun dari sikap individu ketika menghadapi perubahan menuju ke digitalisasi. Sikap individu tersebut adalah kesiapan menghadapi perubahan dan adaptive capability yang berdasar nilai-nilai Islam (Mutma'inna Adaptive Capability)
Kompetensi professional yang kuat dapat membantu secara signifikan dalam mengurangi persepsi beban kerja yang tinggi. Kompetensi profesional merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas berdasarkan keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dibutuhkan oleh pekerjaan tersebut (Aliyyah et al., 2021). Kompetensi profesional juga menunjukkan ciri-ciri pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki setiap individu yang memungkinkan seseorang melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif serta meningkatkan standar kualitas profesional dalam pekerjaannya (Krezhevskikh, 2020).
Ketika pegawai memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang pekerjaan mereka dan keterampilan yang relevan, mereka dapat menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan lebih efisien. Dalam konteks transformasi digital, dimana tugas-tugas seringkali lebih kompleks dan teknis, kompetensi ini sangat berharga. Ketika pegawai merasa lebih kompeten, mereka cenderung menghadapi tugas-tugas yang rumit dengan lebih percaya diri, yang pada gilirannya mengurangi tekanan dan beban kerja yang mereka rasakan.
Candra & Nur (2020) menyatakan semua pegawai atau pegawai dapat meningkatkan kompetensi profesional seseorang dengan memungkinkan mereka mengambil peran yang lebih aktif dalam perubahan organisasi dan menghadapi tantangan dengan lebih baik. Kompetensi pegawai berkaitan dengan faktor beban kerja sebagai konsep penerapan setiap individu dalam menyelesaikan tugas sesuai tugas dan wewenang jabatannya (Aliyyah et al., 2021). Jika keterbatasan yang dimiliki individu menghalangi pekerjaan mencapai tingkat yang diharapkan, maka kompetensi dan tujuan organisasi yang diharapkan terpecah.
Sikap individu pegawai yang dapat membantu pembentukan kompetensi professional sebagai strategi penurunan beban kerja adalah kesiapan individu menghadapi perubahan atau Individual Readiness to Change, ketika sumber daya manusia siap menghadapi perubahan mereka lebih cenderung beradaptasi dengan baik terhadap tuntutan dan tantangan pekerjaan yang baru. Menurut sebuah penelitian terbaru (Steele-Johnson et al., 2010), Individual Readiness to Change yang tinggi terhadap perubahan menunjukkan tingkat ketahanan dan fleksibilitas yang lebih besar dalam menghadapi peningkatan beban kerja. Mereka lebih mampu menghadapi tekanan yang terkait dengan dinamika kerja yang berubah dan dapat dengan proaktif mencari sumber daya dan dukungan untuk mengelola beban kerja mereka secara efektif.
Pada dasarnya, Individual Readiness to Change (IRTC) berperan sebagai katalisator bagi individu untuk mengoptimalkan kinerja dan kesejahteraan mereka meskipun memiliki tuntutan beban kerja yang tinggi. Organisasi dapat memupuk kesiapan ini dengan menyediakan program pelatihan dan pengembangan yang meningkatkan keterampilan adaptabilitas dan manajemen perubahan individu. Selain itu, menciptakan lingkungan kerja yang mendukung yang mendorong komunikasi terbuka, kolaborasi, dan keseimbangan kerja-hidup dapat lebih memperkuat kesiapan individu dalam menghadapi tantangan beban kerja maupun perubahan organisasi.
Beban kerja merupakan variabel yang penting untuk diperhatikan karena beban kerja yang tinggi akan mempengaruhi kesiapan pegawai untuk berubah. Penelitian dari Budiani et al. (2023) membuktikan individual readiness to change berpengaruh terhadap beban kerja pegawai. van Jaarsveld, Walker, & Skarlicki (2010) mengungkapkan tingginya beban kerja menyebabkan stres meningkat sehingga berdampak pada psikologinya. Faktor manajemen emosi yang mempengaruhi stres kerja mempengaruhi aspek psikologis. Banyak pegawai yang mengalami kelelahan emosional sehingga memicu sifat ketidaksopanan pegawai terhadap pelanggan. Sikap tidak hormat atau diliar kendali pegawai terhadap pelanggan ini dapat merugikan organisasi. Suwaryo, Daryanto, & Maulana (2016) menyatakan budaya perusahaan yang buruk seperti ambiguitas manajemen dan kepemimpinan yang sewenang-wenang akan meningkatkan beban kerja pegawai secara fisik dan psikologis. Sehingga akan berpengaruh signifikan terhadap kesiapan pegawai untuk berubah.
Oleh karena itu, mengakui dan mengembangkan kesiapan individu terhadap perubahan adalah hal yang penting dalam mengurangi dampak buruk dari beban kerja, mempromosikan kesejahteraan pegawai, dan membangun tenaga kerja yang tangguh dan adaptif. Selain Individual Readiness to Change (IRTC) beban kerja dapat dikurangi dengan kemampuan untuk beradaptasi atau adaptive capability yang berdasar nilai-nilai Islam.
Mutmainnah Adaptive Capability (MAC) salah satu teori yang dapat digunakan untuk mengurangi beban kerja (Niati et al., 2021). Hal ini dijelaskan bahwa Muthma'innah Adaptive Capability (MAC) sebagai kemampuan pegawai untuk merespon kondisi internal dan eksternal, beradaptasi dengan perubahan dan menciptakan keharmonisan personalitas melalui istiqomah, qonaah, mardhatillah dan tanggung jawab untuk berkontribusi mencapai kinerja. Muthma'innah Adaptive Capability (MAC) akan memberikan manfaat bagi organisasi untuk membantu individu dalam memecahkan masalah mereka yang membawa organisasi menuju keunggulan. Karakter yang baik akan terlihat dari jiwa yang tenang. Proses mencapai kesempurnaan jiwa yang tenang akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi perubahan. Berdasarkan iman, seseorang akan mengendalikan dirinya dalam situasi apapun dan berpikir rasional serta mampu mencapai keseimbangan diri.
Penelitian ini akan mengkaji fenomena ini secara lebih mendalam dengan mengambil studi kasus pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) khususnya Kantor Pertanahan Kabupaten Kudus. Organisasi ini dipilih karena dianggap sebagai contoh yang relevan dalam konteks transformasi digital, dan fenomena kesenjangan (gap) dalam penelitian sebelumnya menjadi lebih jelas di sini.
Kantor Pertanahan Kabupaten Kudus merupakan sebuah entitas pemerintah yang memiliki peran penting dalam mengelola data dan informasi pertanahan di wilayahnya. Seiring dengan perubahan yang terus berlangsung dalam teknologi dan informasi, Kantor Pertanahan Kabupaten Kudus juga menghadapi tantangan dalam mengadopsi transformasi digital. Langkah-langkah menuju digitalisasi proses dan pelayanan merupakan bagian integral dari upaya modernisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Kudus untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin kompleks dan berubah.
Penelitian ini memiliki urgensi yang sangat penting. Pertama, mengingat pentingnya Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas data dan informasi pertanahan, pengurangan beban kerja sumber daya manusia yang terkait dengan transformasi digital di Kantor Pertanahan Kabupaten Kudus dapat mendukung kelancaran operasional dan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan.
Kedua, penelitian ini juga memiliki dampak potensial yang lebih luas, karena dapat menjadi model atau panduan bagi organisasi lain yang menghadapi permasalahan serupa dalam transformasi digital. Strategi yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat diadopsi dan disesuaikan dengan berbagai konteks organisasi di luar Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).
Ketiga, melalui penelitian ini, akan terungkap kontribusi nilai-nilai dan prinsip Islam dalam membentuk sikap individu yang dapat menghadapi perubahan dengan efektif. Ini adalah kontribusi berharga dalam mengembangkan paradigma manajemen yang berlandaskan etika dan nilai-nilai.
Dengan demikian, penelitian ini memiliki urgensi yang besar dalam mengembangkan model penurunan beban kerja melalui kompetensi professional yang dibangun dari sikap individu ketika menghadapi perubahan. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga untuk memandu upaya organisasi dalam mengurangi beban kerja di era transformasi digital serta merancang program pengembangan sumber daya manusia yang lebih efektif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mendeskripsikan
dan menganalisis pengaruh individual readiness to change terhadap
kompetensi profesional pegawai.
2) Mendeskripsikan
dan menganalisis pengaruh Mutmainnah adaptive capability terhadap
kompetensi profesional pegawai.
3) Mendeskripsikan
dan menganalisis pengaruh kompetensi profesional terhadap beban kerja.
4) Mendeskripsikan
dan menganalisis peran kompetensi profesional dalam memediasi pengaruh antara
sikap individu dalam menghadapi perubahan (IRTC dan MAC) terhadap beban kerja.
Metode
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
menggunakan teknik sampling metode sensus pada seluruh pegawai Kantor
Pertanahan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah yang berjumlah 151 orang beragama Islam
atau muslim. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh
melalui penyebaran kuesioner pada sampel yang telah ditentukan. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang disediakan oleh peneliti.
Penelitian kuantitatif digunakan karena tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui besarnya pengaruh antar variabel yang diteliti, sehingga data rasio
harus diolah dan memerlukan penggunaan metodologi kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah
Structural Equation Model (SEM) berbasis Partial Least Square (PLS) untuk
pengujian hipotesis. Selain itu, analisis statistik deskriptif juga dilakukan
untuk memberikan gambaran mengenai asumsi responden terhadap variabel-variabel
yang ada pada penelitian. Analisis data dilakukan dengan bantuan software
SmartPLS versi 3.0.
Hasil dan
Pembahasan
Uji
Instrumen
Validitas Diskriminan
Discriminant validity perlu dilakukan untuk menguji sejauh mana konstruk penelitian benar-benar
berbeda dari konstruk lain sesuai dengan standar empiris. Uji validitas pada
penelitian ini diukur dengan Fornell-Larcker matrix dan HTMT (heterotraitmonotrait ratio of correlation). Fornell-Larkcer, suatu variabel laten dinilai memenuhi validitas
deskriminan jika nilai root of AVE square (diagonal) lebih besar dari
semua nilai variabel laten tersebut dan nilai HTMT kurang dari 1.
Tabel 1. Hasil fornell-larcker matrix
|
Mutma’innah
Adaptive Capability |
Beban
Kerja |
Individual
Readiness TC |
Kompetensi
Profesional |
Mutma’innah
Adaptive Capability |
0,845 |
|
|
|
Beban
Kerja |
-0,932 |
0,854 |
|
|
Individual
Readiness TC |
0,898 |
-0,962 |
0,873 |
|
Kompetensi
Profesional |
0,889 |
-0,945 |
0,924 |
0,855 |
Sumber: Data primer
yang diolah, 2023
Variabel |
HTMT < 1 |
Mutma’innah Adaptive Capability |
Yes |
Beban Kerja |
Yes |
Individual Readiness TC |
Yes |
Kompetensi Profesional |
Yes |
Sumber: Data primer
yang diolah, 2023
Hasil pengujian model PLS Algorithm run 1,
menunjukkan bahwa nilai outer loading semua indikator variabel memiliki
nilai lebih dari 0.7 dan nilai HTMT kurang dari 1. Dapat diartikan semua
indikator pada variabel penelitian ini bersifat valid, dan tidak ada indikator
yang harus dieliminasi.
Validitas
Konvergen
Tabel 3. Hasil convergent validity
Variabel |
Indikator |
Outer loading |
AVE |
Mutma’innah Adaptive Capability |
MAC_1 |
0,857 |
0,714 |
MAC_2 |
0,874 |
||
MAC_3 |
0,819 |
||
MAC_4 |
0,830 |
||
Beban Kerja |
BK_1 |
0,855 |
0,730 |
BK_2 |
0,841 |
||
BK_3 |
0,867 |
||
Individual Readiness TC |
IRTC_1 |
0,830 |
0,761 |
IRTC_2 |
0,892 |
||
IRTC_3 |
0,877 |
||
IRTC_4 |
0,889 |
||
Kompetensi Profesional |
KP_1 |
0,884 |
0,731 |
KP_2 |
0,849 |
||
KP_3 |
0,842 |
||
KP_4 |
0,845 |
Sumber: Data primer
yang diolah, 2023
Uji Reliabilitas
Internal consistency
reliabilitas suatu konstruk dengan indikator reflektif dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Realibility. Variabel dinyatakan reliabel apabila memiliki
nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0.7 dan nilai composite reliability lebih dari 0.7.
Tabel 4. Hasil internal consistency
reliabilitas
Variabel |
Composite
Reliability |
Cronbach's
Alpha |
Beban
Kerja |
0,890 |
0,815 |
Kompetensi
Profesional |
0,916 |
0,877 |
Individual
Readiness TC |
0,927 |
0,895 |
Mutma’innah
Adaptive Capability |
0,909 |
0,867 |
|
|
|
Sumber: Data primer
yang diolah, 2023
Uji
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah adanya hubungan linier yang
sempurna atau pasti diantara
beberapa variabel. Metode untuk menguji ada tidaknya multikolinieritas dapat
dilihat pada tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF). Apabila
nilai VIF dibawah 5 maka akan terjadi multikolinieritas. Hasil uji
multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas
|
Beban
Kerja |
Kompetensi
Profesional |
Beban Kerja |
|
|
Kompetensi Profesional |
7,822 |
|
Individual Readiness TC |
8,499 |
5,167 |
Mutma’innah Adaptive Capability |
5,884 |
5,167 |
Dapat dilihat pada tabel diatas, bahwa nilai VIF menunjukkan angka diatas 5, sehingga
disimpulkan penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinearitas.
Model ini menitikberatkan pada model struktur variabel
laten, dimana antar variabel laten diasumsikan memiliki hubungan yang linier
dan memiliki hubungan sebab-akibat (dalam Natalia et al., 2017). Model inner merupakan model struktural yang menghubungkan
antar variabel laten yang menggambarkan hubungan antar variabel laten
berdasarkan pada teori substantif. Hasil analisis inner model yaitu sebagai
berikut:
Signifikansi hipotesis dalam sebuah pengujian bisa dilihat dari nilai P values dan t-values, nilai ini
dapat diketahui dari metode bootstrapping pada tabel path coefficients dan specific indirect effect.
Dengan kriteria nilai signifikasi p value kurang
dari 0.05 dan
nilai signifikansi sebesar 5%, path coefficient dinilai signifikan apabila
nilai t-statistik lebih
dari 1.96. Hasil uji signifikansi pada
setiap hipotesis dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Direct Effect
Tabel 6. Hasil Uji Signifikansi
|
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Individual
Readiness TC -> Kompetensi PRof |
0,653 |
0,656 |
0,051 |
12,892 |
0,000 |
Mutma’innah
Adaptive Cap -> Kompetensi PRof |
0,303 |
0,300 |
0,050 |
6,110 |
0,000 |
Kompetensi
PRof -> Beban Kerja |
-0,277 |
-0,274 |
0,032 |
8,696 |
0,000 |
Sumber: Data primer
yang diolah, 2023
Dilihat dari tabel 6, semua
hipotesis menunjukkan hasil yang signifikan,
sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Tabel 7. Kesimpulan Hasil Uji
Hipotesis
Hipotesis |
Jalur |
Hipotesis |
Hasil |
Kesimpulan |
H1 |
Individual
Readiness TC -> Kompetensi PRof |
Positif signifikan |
Positif signifikan |
Diterima |
H2 |
Mutma’innah
Adaptive Cap -> Kompetensi PRof |
Positif signifikan |
Positif signifikan |
Diterima |
H3 |
Kompetensi
PRof -> Beban Kerja |
Negatif signifikan |
Negatif signifikan |
Diterima |
Sumber: Data primer
yang diolah, 2023
Berdasarkan hasil olah data pada Tabel 6 dan Tabel 7 di atas maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Hasil uji hipotesis 1
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel Individual
Readiness to Change berpengaruh positif terhadap Kompetensi Profesional.
Dengan koefisien jalur (O = 0.653) dan p values menunjukkan
0.000 < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa Individual Readiness to Change berpengaruh positif
terhadap Kompetensi Profesional. Dengan demikian, hipotesis pertama yang
diajukan dalam penelitian ini yaitu Individual Readiness to Change
berpengaruh positif terhadap Kompetensi Profesional, diterima.
Hasil uji hipotesis 2
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel Mutma’innah
Adaptive Capability berpengaruh positif terhadap Kompetensi Profesional.
Dengan koefisien jalur (O = 0.303) dan p values menunjukkan
0.000 < 0.05 maka H0 ditolak dan H2 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa Mutma’innah Adaptive Capability berpengaruh
positif terhadap Kompetensi Profesional. Dengan demikian, hipotesis
kedua yang diajukan dalam penelitian ini yaitu Mutma’innah Adaptive
Capability berpengaruh positif terhadap Kompetensi Profesional, diterima.
Hasil uji hipotesis 3
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel
Kompetensi profesional berpengaruh negatif terhadap beban kerja. Dengan
koefisien jalur (O = - 0.277) dan p
values menunjukkan 0.000 < 0.05 maka H0 ditolak dan H3 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa Kompetensi profesional berpengaruh negatif
terhadap beban kerja. Dengan demikian, hipotesis ketiga yang diajukan
dalam penelitian ini yaitu Kompetensi profesional berpengaruh negatif
terhadap beban kerja, diterima.
Indirect Effect
Tabel 8. Hasil Indirect Effect
|
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Individual
Readiness TC -> Kompetensi PRof -> Beban Kerja |
-0,181 |
-0,180 |
0,025 |
7,349 |
0,000 |
Adaptive
Cap -> Kompetensi PRof -> Beban Kerja |
-0,084 |
-0,082 |
0,017 |
4,948 |
0,000 |
Sumber: Data primer
yang diolah, 2023
Hasil uji indirect effect Individual Readiness to Change
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Individual Readiness to Change
berpengaruh negatif terhadap beban kerja melalui kompetensi profesional. Dengan koefisien jalur (O = - 0.181) dan p values menunjukkan 0.000 < 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingginya kompetensi professional dapat dipengaruhi
oleh adanya hubungan Individual
Readiness to Change terhadap penurunan
beban kerja.
Hasil uji indirect effect Mutma’innah
Adaptive Capability
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Mutma’innah Adaptive
Capability berpengaruh negatif terhadap beban kerja melalui
kompetensi profesional. Dengan koefisien
jalur (O = - 0.084) dan p values menunjukkan 0.000 < 0.05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingginya kompetensi professional dapat
dipengaruhi oleh adanya hubungan Mutma’innah Adaptive Capability
terhadap penurunan beban kerja.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingginya kompetensi professional dapat
dipengaruhi oleh adanya hubungan antara Mutma’innah
Adaptive Capability terhadap penurunan
beban kerja.
Gambar 1. Hasil
Uji bootstrapping
Uji Koefisien
Determinasi (R-square)
Nilai R-square 0.75 menunjukkan pengaruh kuat, 0.50 menunjukkan pengaruh moderat dan 0.25
menunjukkan pengaruh lemah. Hasil uji R-square pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 9. Hasil Uji R-square
|
R Square |
R Square Adjusted |
Beban
Kerja |
0,959 |
0,958 |
Kompetensi
Profesional |
0,872 |
0,870 |
Sumber: Data primer yang diolah, 2023
Hasil Coefficients of Determination pada tabel 9 menunjukkan nilai R-square dari variabel beban kerja (0,959), hasil tersebut
menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam memprediksi model. Dapat dikatakan
bahwa pengaruh kompetensi profesional terhadap beban kerja memberikan nilai sebesar
0,959, dapat diinterpretasikan bahwa variabel konstruk beban
kerja yang dapat dijelaskan oleh variabel konstruk kompetensi
profesional adalah sebesar 95.9%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain
diluar penelitian ini. Kemudian variabel kompetensi
profesional menunjukan kemampuan kuat sebesar 0,872, dapat dikatakan bahwa variabel Individual Readiness To Change dan Mutma’innah Adaptive Capability dapat
menjelaskan kompetensi profesional sebesar 87.2% dan sisanya dijelaskan
variabel lain diluar penelitian.
Effect
Size (f-Square)
Effect size atau f-square menggambarkan seberapa
tingkat pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen, dengan kriteria
(0.02 berarti lemah, 0.15 moderat, dan 0.35 yang memiliki arti kuat).
|
Adaptive
Cap |
Beban
Kerja |
Individual
Readiness TC |
Kompetensi
PRof |
Mut Adaptive Cap |
|
0,301 |
|
0,139 |
Beban Kerja |
|
|
|
|
Individual Readiness TC |
|
0,620 |
|
0,645 |
Kompetensi PRof |
|
0,239 |
|
|
Sumber: Data primer
yang diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 10, menggambarkan pengaruh
variabel independen Individual Readiness TC memberikan pengaruh (0.645 = kuat) terhadap variabel kompetensi profesional, variabel independent Mutma’innah
Adaptive Cap juga berpengaruh (0,139 = lemah) terhadap variabel
kompetensi profesional, variabel kompetensi profesional memberikan pengaruh
(0.0239 = moderat) terhadap beban kerja.
Predictive
Relevance (Q-square)
Cross-validated Redudancy yaitu sebuah pengujian untuk menguji predictive
relevance. Nilai Q2 lebih dari 0 menunjukan bahwa model
mempunyai predictive relevance, sedangkan Q2
kurang dari 0 menujukan model kurang predictive
relevance. Penggunaan indeks communality dan redudancy dapat mengestimasi kualitas
model.
Variabel |
Beban Kerja |
Kompetensi Profesional |
Individual
Readiness TC |
0,620 |
0,645 |
Mutma’innah
Adaptive Cap |
0,301 |
0,139 |
Kompetensi
Profesional |
0,239 |
|
Beban
Kerja |
|
|
Sumber: Data primer
yang diolah, 2023
Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar 11,
dapat dilihat bahwa nilai Q-square semua variabel lebih dari 0 yang artinya model mempunyai predictive relevance. Penelitian ini
memberikan validitas model prediktif sehingga dapat disimpulkan model sesuai
atau fit model karena semua variabel laten mempunyai nilai cross-validation redundancy dan communality positif lebih dari 0.
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel Individual Readiness to Change berpengaruh
positif terhadap Kompetensi Profesional. Dengan koefisien jalur (O =
0.653) dan p
values menunjukkan 0.000 < 0.05.
Sehingga Individual Readiness to Change berpengaruh positif terhadap Kompetensi Profesional. Sejalan dengan penelitian Indriastuti &
Fachrunnisa (2021) dalam penelitiannya menyatakan setiap individu perlu melakukan
persiapan terlebih dahulu untuk mampu menghadapi perubahan yang pada akhirnya
mampu meningkatkan kinerjanya, karena jika tidak dipersiapkan terlebih dahulu
maka proses perubahan menjadi tidak efektif dan dapat meningkatkan resiko
kegagalan.
Sebagian besar pegawai menyatakan mempunyai keinginan untuk
meningkatkan kompetensinya dan menjadi lebih baik dalam bekerja. Salah satu
caranya adalah dengan mengikuti berbagai pelatihan, baik pelatihan teknis
maupun non teknis, yang dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pegawai,
sehingga pegawai mempunyai rasa percaya diri dalam menghadapi proses perubahan.
Winardi &
Prianto (2016) menunjukkan bahwa kesiapan pegawai untuk berubah terutama didasarkan
pada dimensi kemampuan mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi terkini serta
motivasi pegawai untuk berubah berpengaruh positif terhadap kompetensi yang
diwujudkan dengan tingginya motivasi, percaya diri, dan semangat bekerja.
Pegawai yang
mampu mengadopsi teknologi dan pengetahuan terkini akan sangat menunjang
kemampuannya untuk bekerja. Hasil penelitian ini menyoroti bahwa individu yang
siap menghadapi perubahan memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan baru yang merupakan bagian integral dari
kompetensi profesional. Dengan demikian, pegawai dituntut untuk siap menghadapi
perubahan yang mempunyai kompetensi sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Julia et al. (2020) yang membuktikan pegawai yang memiliki kompetensi yang baik merupakan
pegawai yang siap untuk bekerja secara profesional dan inovatif dalam
menerapkan teknologi.
Hasil
penelitian menyimpulkan individu yang memiliki ketepatan dalam melakukan
perubahan, memiliki dukungan manajemen, mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan
diri dan memiliki manfaat bagi individu cenderung mampu meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Individu yang siap menghadapi perubahan cenderung memiliki
pengaruh positif terhadap pengembangan kompetensi profesional mereka dalam era
transformasi digital. Sikap positif terhadap perubahan, motivasi untuk belajar,
dan kemampuan adaptasi adalah faktor-faktor kunci yang dapat membantu individu
menghadapi tantangan perubahan teknologi dan memperkuat kompetensi profesional
mereka.
Hasil
pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel Mutma’innah Adaptive Capability berpengaruh
positif terhadap Kompetensi Profesional. Dengan koefisien jalur (O = 0.303) dan p values menunjukkan 0.000 < 0.05. Dengan demikian disimpulkan Mutma’innah
Adaptive Capability berpengaruh positif
signifikan terhadap Kompetensi Profesional. Sejalan dengan penelitian Laan, Syarifuddin, & Mustari (2022) yang menunjukkan
bahwa seseorang yang memiliki ketenangan batin dalam bekerja dapat cepat
beradaptasi dengan berbagai perubahan kondisi internal dan eksternal. Tanpa ada
ketenangan batin yang tinggi, pegawai tidak mampu menyelesaikan pekerjaan
dengan baik.
Safiri, (2023) mengatakan
pegawai yang berperilaku adaptif akan mampu mengelola kemarahan dalam wujud
ketenangan, menyiasati kejengkelan dengan kesabaran atau memahami tuntutan
dengan kegembiraan. Karena sumber daya manusia yang dapat diandalkan sangat
penting bagi pertumbuhan kompetensi karyawan, mereka harus mampu memberikan
instruksi dan melatih anggota staf menggunakan strategi pembelajaran positif
yang mengikuti kemajuan masa kini. Pekerja perlu membangun kompetensinya agar
dapat terus menjadi lebih baik. Hal ini dilakukan agar mereka mampu mengikuti
perkembangan yang terjadi pada industrinya di era globalisasi.
Mutma’innah adaptive capability akan memberikan
bangunan yang kokoh dan kontribusi yang signifikan bagi organisasi. Pentingnya
mengembangkan kemampuan pegawai secara interpersonal sehingga mampu menghadapi
perubahan atau kondisi organisasi yang penuh tekanan. Pegawai dapat menjadi
kuat dan menjalankan perilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai Islam yang
berujung pada pencapaian kinerja (Niati et al., 2021).
Hasil penelitian menyimpulkan individu yang memiliki ketenangan hati,
ikhlas, sabar dan tentram mampu meningkatkan kompetensi profesionalnya. Terdapat
pengaruh positif Mutma’innah Adaptive
Capability terhadap pengembangan Kompetensi Profesional individu dalam
konteks transformasi digital. Kemampuan individu untuk menghadapi perubahan
dengan ketenangan hati, ikhlas, sabar, dan tentram dapat memberikan kontribusi
signifikan dalam meningkatkan kompetensi profesional mereka, terutama dalam
menghadapi tugas-tugas yang semakin kompleks dan dinamis dalam era digital ini.
Mutma’innah Adaptive Capability, yang
mencakup aspek ketenangan hati dapat membantu individu dalam mengembangkan
kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi tugas-tugas dalam lingkungan kerja
digital.
Hasil
pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel Kompetensi profesional berpengaruh negatif terhadap beban kerja. Dengan koefisien jalur (O = - 0.277) dan p values menunjukkan 0.000 < 0.05.
Sehingga disimpulkan Kompetensi profesional berpengaruh negatif terhadap beban kerja. Sejalan
dengan penelitian Taqwim
et al., (2020) yang
mengatakan beban kerja meningkat maka kompetensi rendah. Hal ini diasumsikan
bahwa kompetensi rendah karena adanya beban kerja yang diberikan. Kompetensi profesional yang kuat dianggap sebagai
faktor kunci dalam meningkatkan kualitas kerja dan efisiensi individu.
Studi yang dilakukan oleh Larasanto, Arifuddin, & Anwar (2023) menemukan bahwa individu yang memiliki tingkat
kompetensi profesional yang tinggi cenderung menunjukkan perilaku proaktif
dalam organisasi. Mereka berkontribusi lebih aktif dan memiliki kemampuan untuk
mengatasi tugas-tugas yang kompleks. Hal ini dapat mengarah pada tanggung jawab
yang lebih besar, tetapi juga memberikan bukti bahwa kompetensi profesional
yang kuat dapat mengurangi beban kerja, karena individu yang kompeten lebih
efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Hasil penelitian menyimpulkan individu yang
memiliki kemampuan professional, memiliki upaya untuk mengoptimalkan kemampuan
profesionalnya, memiliki waktu untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
kemampuan, dan antara keahlian dan pekerjaan memiliki kesuaian maka individu
akan menurunkan beban kerja. Karena individu yang memiliki tingkat kemampuan
professional yang tinggi maka beban kerja akan berkurang. Seorang
pegawai harus memiliki kompetensi profesional yang tinggi guna menunjang
kinerja terutama dalam proses menyelesaikan beban kerja yang merupakan tanggung
jawabnya. Jika individu memiliki
kompetensi yang professional cenderung bisa melaksanakan tugas pekerjaan dengan
efektif dan efisien sehingga dapat menurunkan beban kerja. Ini menunjukkan
hubungan saling memengaruhi antara kompetensi profesional dan beban kerja.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Individual Readiness to Change berpengaruh negatif terhadap beban kerja melalui kompetensi profesional. Dengan koefisien jalur (O = - 0.181) dan p values menunjukkan 0.000 < 0.05, dan Mutma’innah Adaptive Capability berpengaruh
negatif terhadap beban kerja melalui kompetensi profesional. Dengan koefisien jalur (O = - 0.084) dan p values menunjukkan 0.000 < 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi professional dapat
memediasi pengaruh Individual
Readiness to Change dan Mutma’innah Adaptive
Capability terhadap penurunan beban kerja.
Suatu pekerjaan
melibatkan aspek fisik dan mental, setiap individu memiliki tingkat pembebanan
yang berbeda. Jika tingkat pembebanan terlalu tinggi, hal itu dapat menyebabkan
penggunaan energi yang berlebihan dan timbulnya kelelahan yang berlebihan,
sedangkan jika tingkat pembebanan terlalu rendah, dapat menyebabkan rasa bosan,
kejenuhan, atau kurangnya motivasi. Sehingga dengan adanya Individual Readiness to Change dan Mutma’innah Adaptive Capability dalam diri individu dapat mendorong seseorang untuk
selalu meningkatkan kemampuannya dimasa kemajuan tekhnologi yang sangat dinamis
seperti sekarang ini. Sehingga individu yang mampu berinovasi dengan mengikuti
perkembangan teknologi akan membantu mengurangi beban kerja.
Hasil penelitian
menyimpulkan individu yang memiliki kemampuan professional, memiliki upaya
untuk mengoptimalkan kemampuan profesionalnya, memiliki waktu untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan kemampuan, dan antara keahlian dan pekerjaan memiliki
kesuaian dan mampu meningkatkan hubungan antara Individual Readiness to Change dan Mutma’innah
Adaptive Capability terhadap penurunan beban kerja. Sehingga individu dinyatakan memiliki ketepatan dalam
melakukan perubahan, memiliki dukungan manajemen, mempunyai rasa percaya
terhadap kemampuan diri dan memiliki manfaat bagi individu mampu melaksanakan
tanggung jawab sehingga dapat menurunkan beban kerja yang dimiliki. Begitu juga
dengan individu yang memiliki ketenangan hati, ikhlas, sabar dan tentram tidak
akan mengalami beban kerja yang berat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
untuk menjawab fenomena presepsi peningkatan beban kerja di era transformasi
digital maka dapat disimpulkan sebagai
berikut; (1) individual
Readiness to Change berpengaruh positif signifikan
terhadap Kompetensi Profesional. Disimpulkan individu yang siap menghadapi
perubahan cenderung memiliki pengaruh positif terhadap pengembangan kompetensi
professional, (2) mutma’innah Adaptive Capability
berpengaruh positif terhadap Kompetensi Profesional.
Sehingga disimpulkan kemampuan individu untuk menghadapi
perubahan dengan ketenangan hati, ikhlas, sabar, dan tentram dapat memberikan
kontribusi signifikan dalam meningkatkan kompetensi professional, (3) kompetensi profesional berpengaruh negative
signifikan terhadap beban kerja. Disimpulkan individu memiliki kompetensi yang professional cenderung bisa
melaksanakan tugas pekerjaan dengan efektif dan efisien sehingga dapat
menurunkan beban kerja, (4) individual
Readiness to Change dan Mutma’innah
Adaptive Capability berpengaruh negatif
terhadap beban kerja melalui kompetensi profesional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingginya kompetensi
professional mampu menjelaskan hubungan
antara Individual Readiness to Change dan Mutma’innah Adaptive Capability terhadap
penurunan beban kerja.
BIBLIOGRAFI
Aditya, Z. R., Sugiyono, A., & Utomo, S. B. (2023).
Analisis Beban Kerja Mental Pada Karyawan Digital Printing dengan Menggunakan
Metode National Aeronautics And Space Administration Task Load Index
(Nasa-Tlx). Jurnal Ilmiah Sultan Agung, 2(1), 77–98.
Aliyyah, N.,
Prasetyo, I., Rusdiyanto, R., Endarti, E. W., Mardiana, F., Winarko, R.,
Chamariyah, C., Mulyani, S., Grahani, F. O., Rochman, A. S. ur, Kalbuana, N.,
Hidayat, W., & Tjaraka, H. (2021). What Affects Employee Performance
Through Work Motivation? Journal of Management Information and Decision
Sciences, 24(1), 1–14.
Azhar, F., &
Iriani, D. U. (2021). Determinan Stres Kerja pada Aparatur Sipil Negara Dinas
Pendidikan Kota Cilegon Saat Work From Home di Era Pandemi COVID-19 Tahun 2020.
Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 31(1), 1–8.
https://doi.org/10.22435/mpk.v31i1.3521
Budiani, M. S.,
Khoirunnisa, R. N., Dewi, D. K., Santoso, S. D. P., & Wediana, N. A.
(2023). Contribution of Understanding Job Description and Workload with
Readiness to Change in Employees. Proceedings of the International Joint
Conference on Arts and Humanities 2022 (IJCAH 2022), 772–781.
https://doi.org/10.2991/978-2-38476-008-4_83
Candra, S., &
Nur, I. (2020). Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan PT Kalbe Nutritionals. Amsir Management Journal, 1(1),
9–17. https://doi.org/10.56341/amj.v1i1.13
Ceria, F., &
Virliana, U. (2019). Pengaruh Beban Kerja Pegawai Terhadap Stres Kerja Di Ruang
Program Dan Pemasaran Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung. Jurnal
INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha, 3(2), 21–32.
https://doi.org/10.56689/infokes.v3i2.186
Haryanto, E.,
Lestari, D. N., & Kartikasari, R. (2021). Beban Kerja Fisik Perawat dan
Penerapan Pasien Safety Di Ruang Paviliun Firdaus Rsau Dr.M.Salamun Bandung. Jurnal
Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika), 7(1), 31–36.
https://doi.org/10.58550/jka.v7i1.110
Indriastuti, D.,
& Fachrunnisa, O. (2021). Achieving Organizational Change: Preparing
Individuals to Change and their Impact on Performance. Public Organization
Review, 21(3), 377–391.
Julia, J.,
Subarjah, H., Maulana, M., Sujana, A., Isrokatun, I., Nugraha, D., &
Rachmatin, D. (2020). Readiness and Competence of New Teachers for Career as
Professional Teachers in Primary Schools. European Journal of Educational
Research, 9(2), 655–673. https://doi.org/10.12973/eu-jer.9.2.655
Krezhevskikh, O.
V. (2020). Designing a professional biography as a predictor of continuous
professional self-determination of a teacher. Perspectives of Science and
Education, 6(48), 430–445. https://doi.org/10.32744/pse.2020.6.33
Kurniawan, I. S.,
& Al Rizki, F. (2022). Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan PT Perkebunan Mitra Ogan. Jurnal Sosial Sains,
2(1), 10.59188/jurnalsosains.v2i1.316. https://doi.org/10.36418/sosains.v2i1.316
Laan, R.,
Syarifuddin, S., & Mustari, V. H. (2022). Pengaruh Kerja Sama Dan
Ketenangan Dalam Bekerja Terhadap Kinerja Pegawai dengan Komitmen Organisasi
Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Manajemen, 6(2), 569–586.
Larasanto, A.,
Arifuddin, A., & Anwar, A. I. (2023). Analisis dan Pengukuran Beban Kerja
di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan. S E I K O : Journal of
Management & Business, 6(2), 217–229.
https://doi.org/10.37531/sejaman.v6i2.5192
Niati, A.,
Fachrunnisa, O., & Sodikin, M. (2021). Muthmai’nnah Adaptive Capability: A
Conceptual Review. In Proceedings of the 15th International Conference on
Complex, Intelligent and Software Intensive Systems (CISIS-2021) (pp.
324–331). Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-030-79725-6_31
Novhela, I.,
Triwibisono, C., & Nugraha, F. N. (2019). Analisis Beban Kerja Fisik Dan
Perancangan Kebutuhan Jumlah Pegawai Menggunakan Metode Work Sampling Pada
Divisi Human Resource Department di PT Pikiran Rakyat Bandung. E-Proceeding
of Engineering, 6(2), 5840–5846.
Pachni-Tsitiridou,
O., & Fouskas, K. (2022). Mapping digital transformation efforts: lessons
from organisations in agribusiness sector. International Journal of
Sustainable Agricultural Management and Informatics, 8(2), 119–143.
https://doi.org/10.1504/IJSAMI.2022.124578
Rožman, M.,
Oreški, D., & Tominc, P. (2023). Artificial-Intelligence-Supported
Reduction of Employees’ Workload to Increase the Company’s Performance in
Today’s VUCA Environment. Sustainability, 15(6), 5019.
https://doi.org/10.3390/su15065019
Safiri, R. B.
(2023). Pelatihan Penerapan Perilaku Adaptif PNS dalam Menghadapi Era
Globalisasi. Community: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2),
107–114. https://doi.org/10.51878/community.v2i2.1917
Steele-Johnson,
D., Narayan, A., Delgado, K. M., & Cole, P. (2010). Pretraining influences
and readiness to change dimensions: A focus on static versus dynamic issues. Journal
of Applied Behavioral Science, 46(2), 245–274.
https://doi.org/10.1177/0021886310365058
Suwaryo, J.,
Daryanto, H. K. K., & Maulana, A. (2016). Organizational Culture Change and
its Effect on Change Readiness through Organizational Commitment. Bisnis
& Birokrasi Journal, 22(1), 68–78.
https://doi.org/10.20476/jbb.v22i1.5431
Syaifunnawal, M.,
& Budiani, M. S. (2023). Hubungan Beban Kerja dengan Efektivitas Kerja pada
Pegawai. Character : Jurnal Penelitian Psikologi, 10(2), 575–583.
Tang, W., &
Yang, S. (2022). Digital Transformation and Firm Performance in the Context of
Sustainability: Mediating Effects Based on Behavioral Integration. Journal
of Environmental and Public Health, 2022, 8220940.
https://doi.org/10.1155/2022/8220940
Taqwim, A., Ahri,
R. A., & Baharuddin, A. (2020). Beban Kerja dan Motivasi Melalui Kompetensi
Terhadap Penerapan Indikator Keselamatan Pasien pada Perawat UGD, ICU RSI
Faisal Makassar 2020. Journal of Muslim Community Health, 48–59.
van Jaarsveld, D.
D., Walker, D. D., & Skarlicki, D. P. (2010). The Role of Job Demands and
Emotional Exhaustion in the Relationship Between Customer and Employee
Incivility. Journal of Management, 36(6), 1486–1504.
https://doi.org/10.1177/0149206310368998
Winardi, &
Prianto, A. (2016). Various Determinants of Individual Readiness to Change and
Their Effects on the Teachers’ Performance (A Study on Certified Teachers in
Jombang Regency East Java, Indonesia). IOSR Journal of Business and
Management (IOSR-JBM), 18(2), 22–32.
https://doi.org/10.9790/487X-18212232
Copyright
holder: Faragina
Oktaviani (2024) |
First publication
right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |