Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 09, September 2022

 

STRATEGI PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN FASILITAS PENUNJANG PARIWISATA DI LOMBOK BARAT

 

Lalu Putrawandi Karjaya1, Al Farid Ridhofi2, Baiq Devi Cahyani Rasanjani3, Ni Kadek Reisha Yuliantari Kusuma4, Nur Annisa Kamilli Azmi5*, Sheryl Adik Tersayank6

1*,2,3,4,5,6 Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Hukum, Universitas Mataram, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pariwisata dan melihat permasalahan pariwisata di Kabupaten Lombok Barat serta akan menganalisis upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi pariwisata daerah. Penelitian ini terfokus pada tiga tempat wisata dan infrastruktur penunjangnya yang dirasa cukup menarik untuk dilakukannya penelitian guna menjawab tujuan dari penelitian ini, yakni Desa Wisata Gunung Sasak di Desa Kuripan Selatan, Gedung Budaya Narmada dan Galeri Gula Aren di Desa Kekait. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif-Deskriptif yang dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara dan menggunakan studi pustaka. Adapun informan dari penelitian ini yaitu pemerintah desa Kuripan Selatan, Narmada dan Desa Kekait, dinas terkait dan pengelola wisata. Analisis dalam penelitian ini menggunakan Konsep 3A (Atraksi, Amenitas dan Aksebilitas) serta menggunakan analisis SWOT. Hasil yang ditemukan adalah keberadaan fasilitas penunjang pariwisata yang ada di Lombok Barat yang dapat dilihat dari tiga objek wisata tersebut dapat dikatakan sudah bisa berjalan sesuai dengan rencana awal pembangunan. Namun, terdapat beberapa objek penunjang wisata yang belum atau terhenti aktivitasnya yang diakibatkan oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, dengan adanya alternatif strategi yang matang merupakan salah satu upaya untuk bisa mengembangkan dan mempertahankan objek wisata maupun fasilitas penunjang pariwisata yang ada di daerah Lombok Barat.

 

Kata Kunci: Fasilitas Penunjang Pariwisata, Strategi Pengembangan, Konsep 3A, Analisis SWOT, Lombok Barat.

 

 

 

Abstract

This research aims to determine tourism potential and look at tourism problems in West Lombok Regency and will analyze the regional government's efforts in developing regional tourism potential. This research focused on three tourist attractions and their supporting infrastructure which were deemed interesting enough to carry out research to answer the objectives of this research, namely the Gunung Sasak Tourism Village in South Kuripan Village, the Narmada Cultural Building and the Palm Sugar Gallery in Kekait Village. This research uses a qualitative-descriptive method which is carried out using field observations, interviews and using literature study. The informants for this research are the South Kuripan, Narmada and Kekait village governments, related agencies and tourism managers. The analysis in this research uses the 3A Concept (Attractions, Amenities and Accessibility) and uses SWOT analysis. The results found are that the existence of tourism support facilities in West Lombok which can be seen from the three tourist attractions can be said to be running according to the initial development plan. However, there are several tourist supporting objects whose activities have not yet or have stopped due to several factors. Therefore, having a mature alternative strategy is one effort to be able to develop and maintain tourist attractions and tourism supporting facilities in the West Lombok area.\

 

Keywords: Tourism Support Facilities, development strategy, 3A Concept, SWOT Analysis, West Lombok.

 

Pendahuluan

����������� Industri pariwisata merupakan aspek vital yang ada pada sebuah negara, karena pariwisata berperan sangat penting terhadap perekonomian sebuah negara serta dapat menjadi citra negara tersebut di mata internasional. Menurut World Tourism Organization (WTO), sektor pariwisata diramalkan akan menjadi industri terbesar di dunia karena sektor pariwisata merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Oleh karena itu, saat ini pemerintah tengah gencar meningkatkan kualitas sektor pariwisata di Indonesia. Sebagai penghasil devisa serta pendapatan negara yang cukup besar, industri pariwisata mampu memperluas lapangan pekerjaan serta mendorong industri-industri penunjang lainnya untuk berkembang. Sektor pariwisata juga menjadi wadah untuk menunjukkan keindahan alam serta kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki Indonesia merupakan aspek yang berperan penting dalam perkembangan sektor pariwisata di Indonesia (Tri Risandewi , 2017).

Industri pariwisata yang berdampak baik terhadap suatu negara tidak terlepas dari perencanaan pembangunan yang baik. Industri pariwisata merupakan merupakan salah satu faktor yang dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan WTO telah menetapkan bahwa pembangunan industri pariwisata merupakan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan pariwisata termasuk dalam bagian integral dari Pembangunan Nasional. Perencanaan pembangunan yang dibentuk secara sistematis dan rasional sangat penting dalam mempersiapkan berbagai kegiatan kepariwisataan yang dapat menghasilkan industri pariwisata yang baik. Perencanaan pembangunan pariwisata yang baik harus dilaksanakan secara tersusun dan terprogram dengan baik, baik dalam segi analisis potensi wisata, penetapan tujuan dan sasaran, penetapan strategi, pengembangan infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, dan pengembangan pemasaran (Arie & Triono, 2017).

Seperti industri pariwisata di Lombok yang saat ini sedang mengalami peningkatan karena dibangunnya Sirkuit Mandalika. Salah satu aspek yang menyebabkan pariwisata di Lombok semakin berkembang adalah karena pembangunan infrastruktur yang lebih baik. Pemerintah telah memantau potensi wisata yang ada di Lombok untuk dapat mengembangkan kualitas infratsruktur di pulau Lombok. Seperti, perluasan Bandara Internasional Lombok sehingga dapat menerima lebih banyak penerbangan yang berasal dari luar negeri (Yovan Alvin Rivera, 2023). Di samping industri pariwisata Lombok yang mengalami peningkatan tersebut, nyatanya perencanaan pembangunan di Lombok masih belum merata. Seperti pembangunan sektor pariwisata di Lombok Barat, masih banyak terdapat infrastruktur yang pembangunannya terhambat sehingga masih belum bisa beroperasi sesuai dengan tujuan awalnya.

Terdapat banyak infrastruktur pendukung pariwisata, perdagangan, dan perindustrian di Lombok Barat yang tidak berjalan secara maksimal bahkan tidak digunakan sesuai dengan fungsinya sama sekali. Padahal dalam pembangunannya, infrastruktur-infrastruktur tersebut menggunakan anggaran dana yang besar mencapai sekitar 8 hingga 9 miliar yang membuat masyarakat sekitar bangunan tersebut menyayangkan hal tersebut. Melansir data dari Suara NTB, terdapat beberapa infrastruktur pendukung pariwisata yang tak berjalan sesuai rencana awalnya seperti, Gedung Budaya Narmada, wisata Gunung Sasak Gerung, dan Galeri Gula Aren yang ada di Desa Kekait.

Berdasarkan informasi yang kami dapatkan terkait fasilitas penunjang pariwisata di Lombok Barat, beberapa alasan terhambatnya pengembangan fasilitas-fasilitas penunjang tersebut sebagian besar karena kurangnya anggaran yang diberikan oleh pemerintah terkait serta komunikasi yang terjalin kurang baik antara pengelola fasilitas penunjang pariwisata tersebut dengan pemerintah penanggungjawab, selain itu kurangnya partisipasi masyarakat sekitar dalam mengembangkan potensi fasilitas penunjang pariwisata juga menjadi salah satu alasan yang menjadi penghambat untuk bergeraknya destinasi pariwisata tersebut. Dalam penelitian ini, untuk mendukung data yang kami peroleh, kami menggunakan analisis SWOT untuk menentukan strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan objek-objek wisata tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi pengelolaan dan pengembangan fasilitas penunjang pariwisata di Lombok Barat dengan fokus pada potensi pariwisata, permasalahan yang dihadapi, dan upaya pemerintah daerah. Pertanyaan penelitian muncul sehubungan dengan bagaimana mengoptimalkan potensi pariwisata di Kabupaten Lombok Barat. Tujuan penelitian melibatkan pemahaman terhadap potensi pariwisata, identifikasi permasalahan yang dihadapi, dan analisis terhadap upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi tersebut. Sementara itu, hipotesis penelitian menyoroti berbagai faktor yang mungkin menyebabkan terbengkalainya atau mangkraknya operasional tempat pariwisata, termasuk kurangnya koordinasi antara pemerintah daerah dan pusat, kekurangan sumber daya manusia, faktor geografis yang kurang mendukung, minimnya minat masyarakat, dan permasalahan anggaran dari dinas terkait.

 

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan observasi dan turun langsung pada obyek studi, termasuk wawancara dengan pihak terkait di lokasi penelitian seperti kepala desa, karang taruna, dan penjaga objek wisata. Data primer diperoleh dari lapangan melalui dokumentasi visual menggunakan kamera. Selain itu, data sekunder diperoleh dari studi literatur seperti jurnal ilmiah yang relevan dengan judul "Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Fasilitas Penunjang Pariwisata di Kabupaten Lombok Barat." Lokasi penelitian mencakup Gunung Sasak, Gedung Budaya di Narmada, dan Galeri Gula Aren di Desa Kekait. Pengambilan data juga melibatkan kunjungan ke dinas-dinas terkait untuk memastikan keselarasan data. Subjek penelitian melibatkan kepala desa, karang taruna, masyarakat lokal, LPKM, pengelola objek, dan dinas-dinas terkait yang memiliki pemahaman mendalam tentang aspek penunjang wisata.

 

Hasil dan Pembahasan

Lokasi penelitian memiliki tiga destinasi yang pertama yaitu Wisata Gunung Sasak yang terletak di Desa Kuripan Selatan, yang kedua Gedung Budaya Narmada yang terletak di Kecamatan Narmada, dan yang terakhir yaitu Galeri UMKM Gula Aren yang terletak di Desa Kekait. Ketiga destinasi wisata tersebut berada di Kabupaten Lombok Barat yang diketahui mangkrak atau sudah tidak berfungsi lagi dikarenakan banyak alasan yang mendasarinya. Seperti pada destinasi wisata yang pertama yaitu Wisata Gunung Sasak, alasan dari mangkraknya tempat ini adalah karena faktor geografi yang tergolong lahan kering sehingga dengan cuaca yang cenderung panas dan juga akses menuju tempat tersebut terbilang minim dan susah.

���������

� �����������������

Gambar 1. (a) fasilitas penunjang yang terbengkalai����� �(b) keadaan alam

 

�����������������������������������������������������������������

��������������������������������������� Gambar 2. Pemandangan dan keadaan alam

 

Dalam foto diatas terlampir keadaan terkini dari Wisata Gunung Sasak yang sudah tidak terurus lagi dikarenakan faktor kondisi alam dan akses yang tidak memadai. Foto pertama bagian a terlihat bahwa terdapat berugak atau lesehan yang sudah terbengkalai akibat sudah tidak ada aktifitas pariwisata lagi, sedangkan pada foto bagian b terlihat keadaan alam dari tempat tersebut yang merupakan lahan kering dan tandus sehingga kurangnya akses air bersih. Terakhir foto kedua merupakan keunggulan dari destinasi wisata tersebut apabila di lestarikan adalah mempunya pemandangan alam yang menarik namun terlihat pula terdapat satu berugak yang sudah tidak berfungsi dan bahkan sudah rusak.

 

��

�Gambar 3. (a) Bencingah����������� (b) Gedung pementasan seni

���������������������������

��� (c) Area penonton

 

Dalam gambar kedua bagian a terdapat bangunan yang bernama bencingah yang biasa digunakan untuk rapat atau pertemuan berskala besar dan dapat juga digunakan untuk kegiatan Latihan dari pementasan yang akan berlangsung. Sedangkan untuk gambar bagian b terdapat Gedung pementasan yang tentu saja digunakan untuk melakukan pementasan atau atraksi yang akan ditampilkan. Gambar terakhir yaitu area penonton yang dimana terdapat kursi berjajar yang digunakan penonton untuk menikamti pementasan atau atraksi yang ditampilkan. Namun sayangnya keseluruhan bangunan yang ada Digambar tersebut kondisinya terbengkalai dan tidak digunakan kembali.

 

� ��������

Gambar 4. (a) Galeri UMKM gula aren, (b) kondisi fasilitas penunjang

Gambar 5. Gapura galeri

 

Pada gambar ke-empat bagian a terdapat foto mengenai kondisi terkini dari galeri UMKM gula aren yang kosong dan terbengkalai begitu juga dengan kondisi fasilitas penunjang yaitu kamar mandi yang tersedia terlihat kotor dan terbengkalai. Sedangkan untuk gambar ke-lima dapat dilihat bahwa gapura dari galeri tersebut yang biasanya digunakan untuk spot foto kini tidak lagi terurus dan rusak. Hasil dipaparkan menurut temuan di lapangan yang ditemukan.

Analisis Konsep 3A (Atraksi, Amenitas, Aksebilitas)

1.    Atraksi

Destinasi pertama yaitu Wisata Gunung Sasak yang terletak di Desa Kuripan Selatan. Jika dilihat dari potensi wisata yang diberikan, destinasi wisata ini dapat menyuguhkan atraksi kesenian khas Bali yang dikarenakan terdapat 2 pura besar yang menjadi sarana beribadah bagi umat hindu. Namun pada kenyataannya, atraksi yang disuguhkan pada destinasi wisata ini belum lah ada dikarenakan masih dalam keadaan sepia tau terbengkalai. Untuk menarik wisatawan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 pura tua besar yang dapat menjadi spot bagus untuk berfoto terutama bagi pengunjung yang menyukai wisata alam atau wisata yang berbau historis. Destinasi kedua yaitu Gedung Budaya Narmada, atraksi wisata yang ada pada Gedung Budaya Narmada ini berupa atraksi budaya. Yaitu Gedung ini hanya berfungsi sebagai tempat terselenggaranya berbagai pementasan seni yang memiliki unsur kebudayaan, seperti pentas tari, gendang beleq, dan berbagai pertunjukkan yang menunjukkan unsur kesenian Lombok. Terdapat event yang selalu terselenggara setiap tahunnya yaitu FLS2N. Selain itu, pada awal pembukaannya Gedung ini, terdapat berbagai event kesenian yang terselenggara, namun seiring berjalannya waktu karena terjadinya beberapa kendala seperti gempa yang sempat menerpa Lombok pada 2018 silam, serta pandemi covid-19 yang menyebabkan kegiatan-kegiatan tersebut terhenti dan mengakibatkan Gedung ini kurang terpelihara. Destinasi terakhir yaitu Galeri Gula Aren Kekait. Atraksi wisata yang ada pada Galeri Gula Aren Desa Kekait ini terbagi menjadi dua atraksi, yakni atraksi alam dan atraksi budaya. Adapun atraksi alam ini dapat dilihat pada kawasan wisata alam Tibu Ijo yang merupakan sungai yang mengalir dengan bebatuan yang banyak serta masih alaminya tempat tersebut karena masih berdampingan dengan hutan dan kebun masyarakat setempat.

2.    Amenitas

Dalam hal ini, amenitas merupakan sektor penunjang dari destnasi wisata utama. Keberadaan amenitas ini tentu saja diperlukan karena berkaitan dengan kenyamanan, keamanan, dan kebersihan suatu tempat. Destinasi wisata gunung sasak ini masih belum memiliki amenitas yang menunjang dikarenakan alasan utama yaitu keadaan yang masih terbengkalai dan sepi, untuk keberadaan tempat sampah juga tidak memenuhi standard an sebagian besar dalam keadaan rusak, selanjutnya yaitu Gedung Budaya Narmada. Ketersediaan amenitas dari Gedung ini dapat tergolong minim karena hanya menyediakan Gedung yang berisi panggung pertunjukkan. Namun terdapat beberapa pedagang makanan yang berada di luar Gedung budaya ini serta beberapa warung kecil karna letak Gedung budaya ini yang dekat dengan pemukiman warga setempat. Terdapat pula masjid yang berada di sebrang Gedung Budaya ini, sehingga wisatawan muslim yang ingin segera beribadah tidak perlu mencari tempat yang jauh. Selain itu tidak terdapat banyak fasilitas lain yang disediakan Gedung budaya ini. Selanjutnya destinasi terakhir yaitu Galeri Gula Aren Kekait. Ketersediaan amenitas di Galeri UMKM Gula Aren ini dapat dikatakan minim, karena galeri hanya menyediakan gedung yang berisikan beberapa etalase yang dapat digunakan unutk menampilkan gula aren dan produk turunannya. Selain itu, galeri ini juga dilengkapi dengan adanya beberapa bangunan kamar mandi dan warung makanan yang masih berada disekitar lokasi Galeri �UMKM Gula Aren Tersebut.

3.    Aksebilitas

Suatu tempat pasti mempunyai jalan atau akses yang dapat di tempuh untuk menuju tempat tersebut. Begitu juga dengan akses yang ditempuh untuk mencapai destinas wisata gunung sasak ini termasuk akses yang sulit untuk dilewati dikarenakan masih banyaknya jalan rusak dan keberadaan tempat yang dapat dikatakan terpencil. Hal ini dikarenakan keadaan topografi dari Desa Kuripan Selatan yang tergolong bergelombang dan dengan keadaan tanah yang cenderung kering dan bertekstur tanah liat, selanjutnya yaitu Gedung Budaya Narmada. Berdasarkan fakta di lapangan, akses menuju Gedung Budaya Narmada ini tergolong mudah dijangkau baik kendaraan besar maupun kecil karena letaknya di pinggir jalan aspal yang ramai dilalui oleh kendaraan serta memiliki lahan parkir yang cukup luas. Terakhir yaitu wisata Galeri UMKM Gula Aren, berdasarkan fakta dilapangan saat ini, akses untuk menuju Galeri Gula Aren terbilang minim, dikarenakan wisatawan harus melewati jalan setapak yang jalan tersebut merupakan milik pribadi dari masyarakat sekitar lokasi. Namun jika kita melakukan kilas balik, untuk menjangkau galeri ini sudah terdapat jembatan yang menjadi penghubung antara jalan utama dan galeri tersebut dan didukung dengan jalan setapak yang sudah cukup baik yang dapat diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua, namun setelah terjadinya banjir, jembatan tersebut hanyut dan akses untuk ke galeri tersebut sudah cukup sulit karena akses jalan yang sudah kembali menjadi tanah.

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu perencanaan strategi dan manajemen strategis yang berfungsi mengidentifikasi, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berhubungan dengan persaingan dunia bisnis dan perencanaan suatu proyek (Meilinaeka, 2023).

1.    Kekuatan (Strenght)

Pada destinasi Wisata Gunung Sasak ini memiliki daya Tarik yang cukup kuat yang berada pada letak geografisnya yang menyajikan keindahan alam serta sudah adanya Ketetapan Bupati mengenai keberlanjutan destinasi wisata ini yang mana sudah ada perhatian lebih dari pemerintah. Sedangkan untuk Gedung Budaya Narmada, terdapat atraksi budaya seperti pementasan tari, pertunjukkan gendang beleq, dan berbagai pertunjukkan seni lainnya. Selain itu Gedung budaya ini memiliki desain yang menarik dan termasuk cukup bagus sehingga akan semakin memperindah pertunjukkan kesenian budaya. Destinasi wisata terakhir yaitu Galeri UMKM Gula Aren. Terdapat penampilan dari masyarakat pelaku UMKM dalam hal menunjukkan cara pembuatan gula aren secara tradidional yang dimana galeri ini juga sebagai pelengkap dari wisata Tibu Ijo sehingga penawaran dari wisata ini dirasa cukup lengkap muali dari wisata alam dan wisata produk hasil bumi Desa Kekait,

2.    Kelemahan (Weakness)

Daerah Wisata Gunung Sasak ini tergolong daerah wisata lahan kering yang mana akses untuk air masih minim di daerah ini. Akses jalan yang juga masih belum memadai merupakan faktor lain dari terbengkalainya tempat ini serta kualitas SDM dalam hal ini karang tarunanya yang masih perlu dibina menjadi faktor utama masih mangkraknya tempat ini. Selanjutnya pda Gedung Budaya Narmada, masih terdapat banyak kekurangan yang dapat dilihat dari Gedung budaya ini seperti minimnya dana yang diberikan dari para pemangku kebijakan sehingga renovasi tidak dapat dijalankan secara maksimal, serta kurangnya promosi terhadap Gedung budaya ini yang mengakibatkan banyak masyarakat di luar Narmada yang belum mengetahui keberadaan Gedung Budaya ini. Gedung ini juga dianggap belum bisa berfungsi seperti tujuan awalnya dibangun. Terakhir yaitu Galeri UMKM Gula Aren, masyarakat yang mulai malas dengan penawaran penghasilan dari Galeri Gula Aren itu sendiri, yang dimana masarakat merasa penghasilan dari bekerja di galeri tersebut cukup sedikit dikarenakan jarangnya wisatawan membeli produk yang disajikan dan masyarakat memilih untuk bekerja merawat kebunnya sendiri karena dirasa hasil yang akan diperoleh sudah pasti dan terbilang nominal pendapatannya akan lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja di galeri tersebut. Kurangnya koordinasi antara masyarakat, pemerintah desa dan pemerintah kabupaten juga menjadi salah satu kelemahan adanya galeri ini.

3.    Peluang (Opportunity)

Wisata Gunung Sasak ini memiliki peluang destinasi yang cukup kuat dikarenakan tema dari destinasi wisata ini adalah wisata alam dan historis dan didukung oleh keindahan alamnya, selain itu juga destinasi ini dapat digunakan oleh umat hindu untuk melakukan kegiatan ibadah dikarenakan terdapat dua pura besar yang terletak dan mendukung kegiatan peribadatan. Peluang kedua yaitu pada Gedung Budaya Narmada. Destinasi wisata ini memiliki potensi yang besar jika pemerintah mulai kembali aktif menyelenggarakan event-event kebudayaan yang dapat menarik perhatian turis mancanegara. Peluang destinasi terakhir yaitu Galeri UMKM Gula Aren. destinasi wisata sekaligus Galeri Gula Aren yang berada di Desa Kekait ini akan berpeluang atau berpotensi menjadi wisata yang bersifat berkelanjutan dan berkembang apabila sudah ada kerja sama antara pemerintah desa, masyarakat lokal dan pemerintah kabupaten mengenai pengelolaan wisata dan jalan keluar dalam menghadapi berhentinya aktivitas di galeri tersebut. Oleh karena itu perlunya keselarasan dan kesamaan pemikiran agar galeri dan wisata tersebut dapat bangkit kembali.

4.    Ancaman (Threats)

Pada destinasi Wisata Gunung Sasak ini, ancaman yang mungkin saja terjadi adalah masalah keamanan dan kenyamanan pengunjung dikarenakan kurangnya akses air dan lokasi yang terbilang cukup kering. Perubahan minat pengunjung juga bias saja terjadi dikarenakan jika tidak adanya spot atau hiburan lain yang di sajikan oleh pengelola. Sedangkan pada destinasi kedua yaitu Gedung Budaya Narmada, jika Gedung Budaya ini tidak direnovasi secara maksimal akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar terhadap kondisi Gedung. Selain itu hal lain yang menjadi ancaman yaitu jika Gedung ini terlalu lama tidak digunakan dengan baik, lalu jika ada event yang diselenggarakan akan minim peminat. Lokasi terakhir yaitu Galeri UMKM Gula Aren. ancaman dari lokasi wisata ini yaitu lokasi wisata yang sangat bergantung pada keadaan cuaca atau iklim di sana, karena lokasi wisata ini merupakan wisata alam yang tidak terlepas dari bencana alam seperti banjir ataupun tanah longsor dan ancaman lainnya juga dapat dilihat dari faktor masyarakat yang sudah tidak mau lagi bekerja di galeri tersebut dikarenakan penghasilan yang didapatkan tidak sebanding dengan apa yang dikerjakan.

a.    Strategi SO

1)      Mempromosikan tempat-tempat tersebut dengan cara menyelenggarakan event-event bernuansa lokal, nasional, dan internasional sehinggap dapat membangun citra yang baik dan menarik minat wisatawan.

2)      Peningkatan kualitas SDM dan penyuluhan di ketiga tempat tersebut. Memberikan penyuluhan kepada Masyarakat terkait peran dan fungsi mereka sehingga dapat membangkitkan kembali ketiga destinasi tersebut.

3)      Membuat paket pilihan pariwisata yang dapat digunkan oleh wisatawan yang berkunjung ditempat tersebut.

b.   Strategi ST

Mengembangkan potensi internal yang dimiliki oleh ketiga destinasi tersebut seperti meningkatkan kualitas produksi gula aren yang dapat menjadi kekuatan bagi galeri UMKM tersebut, menyediakan fasilitas yang lebih memadai sehingga dapat meningkatkan kualitas fasilitas destinasi, membenahi fasilitas utama yang ada yaitu dua pura tersebut.

c.    Strategi WO

1)      SDM yang telah diberikan penyuluhan dapat membentuk kelompok-kelompok untuk menjalankan program yang dapat menghidupkan kembali ketiga destinasi tersebut.

2)      Melakukan promosi melalui media sosial dengan cara membuat iklan berupa video atau foto yang berisikan profil atau keunggulan tempat tersebut sehingga dapat menjangkau pasar yang belum terjangkau sebelumnya.

d.   Strategi WT

1)      Melakukan pemeliharaan secara maksimal terhadap infrastruktur fasilitas pariwisata. Dengan peningkatan kualitas akses wisatawan dari lokasi parkir menuju galeri dengan membangun jembatan yang lebih kokoh, menyediakan fasilitas penunjang yang memadai guna mendukung pementasan yang berlangsung.

2)      Membangun kesadaran dan kepercayaan masyarakat dengan menyediakan fasilitas yang berguna untuk masyarakat dan meningkatkan citra destinasi tersebut.

 

Tabel 1

Matriks

 

Kekuatan (Strenght)

1.      Menyuguhkan pemandangan alam yang indah

2.      Dapat memperkenalkan budaya Lombok pada khalayak luas

3.      Menjadi wadah untuk masyarakat dpat melihat proses pembuatan gula aren

 

Kelemahan (weakness)

1.      Memiliki kondisi geografis yang kering dan akses yang kurang memadai

2.      Kurangnya kualitas SDM

3.      Kurangnya dukungan dana

4.      Tidak ada koordinasi antara masyarakat dengan masyarakat dan pemerintah desa dengan pemerintah pusat

Peluang (Oportunity)

1.      Menjadi salah satu destinasi wisata berbau sejaharah dan alam yang berada pada Kabupaten Lombok Barat

2.      Menarik perhatian wisatawan mancan negara

3.      Menjadi destinasi wisata dengan berbagai jenis wisata didalamnya

Strategi SO

1.      Melakukan promosi terhadap destinasi wisata

2.      Mengadakan penyuluhan bagi masyarakat sekitar

 

Strategi WO

1.      Mengasah krativitas warga sekitar dan orgnaisasi-organisasi yang ada di desa-desa tersebut

 

Ancaman (Threats)

1.      Menimbulkan ketidak nyamanan dan keamanan penbunjung karena kurangnya akses air bersih dan kondisi jalan yang kurang memadai

2.      Adanya persaingan dengan taman budaya lainnya

3.      Adanya bencana alam yang dapat merusak kembali destinasi wisata tersebut

Strategi ST

1.      Memberikan bimbingan secara intensif mengenai potensi wisata pada ketiga tempat tersebut

Strategi WT

1.      Lebih memperhatikan fasilitas yang ada dalam destinasi tersebut denan adanya perawatan rutin

2.      Pemerintah desa memberikan kesempatan atau melakukan pendekatan kepada masyarakat guna mengembalikan kepercayaan masyarakat

 

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa strategi pengembangan dan pengelolaan penunjang pariwisata yang ada di Lombok Barat ini dapat dilksanakan apabila adanya keselarasan pada pihak pemerintah dan masyarakat, baik masyarakat yang menjadi pengunjung maupun pengelola dari kawasan dan fasilitas pariwisata. Adanya rencana setrategis yang matang pada hakikatnya akan membantu pemerintah dan masyarakat unutk bisa lebih mempertahankan eksistensi dan pengembangan kawasan dan fasilitas pariwisata di Lombok Barat. Selain itu, dengan adanya rencana strategis tersebut, pemerintah dan masyarakat dapat mengetahui potensi pariwisata yang ada di Lombok Barat, serta dengan adanya penggunaan analisis SWOT dalam penelitian ini dapat mengetahui permasalahan yang menjadi penghambat dari tidak berkembangnya atau terhentinya kegiatan pariwisata di lokasi tersebut dengan hasil bahwa masih kurangnya promosi yang dilakukan baik dari pemerintah maupun masyarakat dikarenakan adanya beberapa faktor seperti internet yg kurang memadai dan akses lokasi yang dirasa kurang yang menjadi salah satu faktor dari kurang berhasilnya tempat wisata tersebut. Selain itu, Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga fasilitas penunjang pariwisata dan kurangnya dana dari pemerintah untuk tetap bisa menjaga dan merawat fasilitas penunjang yang ada. Sehingga jika dilihat dari beberapa faktor tersebut, masih diperlukannya peranan pemerintah dalam mengupayakan adanya pengembangan terhadap potensi pariwisata daerah yang didasari dengan penggunaan konsep 3A yakni Atraksi, Amenitas dan Aksebilitas. Perwujudan Atraksi sebagai upaya pengembangan potensi wisata di Lombok Barat ini dilakukan dengan menampikan kesenian khas daerah di gedung budaya atau gdung penunjang wisata daerah, Amenitas yakni dengan memenuhi fasilitas dan melakukan penigkatan penunjang pariwisata yang berkaitan erat dengan keamanan, kenyamanan wisatawan serta kebersihan lokasi wisata itu sendiri dan Aksebilitas yang dilakukan dengan peningkatan akses pariwisata.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Dafa Rizky Prayoga, Afiaty Zata Dini, Lara Anjelita Tarigan, Putri Andiana Sari, Darwin P. Lubis, and Sendi Permana, �Analysis of Concept 3a in Tourism Development (Case Study: Dusun Iv, Desa Denai Lama, Kab. Deli Serdang)�, Jurnal Samudra Geografi, 5.2 (2022), 114�26 <https://doi.org/10.33059/jsg.v5i2.5545>

 

Risandewi, Tri, �Analisis Infrastruktur Pariwisata Dalam Mendukung Pengembangan Desa Wisata Candirejo Kabupaten Magelang�, Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, 15.1 (2017), 103�18

 

Rosanto, Stephanie, and Verryka Chainarta, �Analisa Aspek Kebijakan Pemerintah Terhadap Potensi Wisata Aam Di Danau Sarantangan, Singkawang, Kalimantan Barat�, Jurnal Inovasi Penelitian, 1.11 (2021), 2805�12

 

Mardiyah, and Suheri. 2017. "Identifikasi Potensi dan Masalah Objek Wisata Curug Putri di Kawasan Taman Hutan Raya Banten Berdasarkan Persepsi Pengunjung, Masyarakat Dan Pengelola." Jurnal Wilayah dan Kota Vol 04 NO 02 72-72.

 

Noegroho, Aditya, and Budiman M Musthofa. 2022. "Analysis of Tesis of Tourism Destin Ourism Destinations Of Hok L Tions Of Hok Lay ." Journal of Indonesian Tourism and Policy Studies 75-77.

 

Yusendra, Muhamad A Eka, and Niken Paramitasar. 2018. "Identifying Factors Affecting Domestic Tourist Satisfaction on Tourist Destinations in Indonesia." DeReMa Jurnal Manajemen Vol.13 No. 2 167-170.

 

�BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pariwisata. (n.d.-b). https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/622/jbptunikompp-gdl-richardeva-31056-9-unikom_p-2.pdf

 

Cahyani, A., & Geografi, P. (2021). Analisis Swot Dalam Proses Pengembangan Objek Wisata Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep.

 

Suarto, E. (2017). Pengembangan Objek Wisata Berbasis Analisis Swot. Jurnal Spasial, 3(1). https://doi.org/10.22202/js.v3i1.1597

 

Freddy, Rangkuti. (2014). Analisis SWOT Teknik Pembeda Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Copyright holder:

Lalu Putrawandi Karjaya, Al Farid Ridhofi, Baiq Devi Cahyani Rasanjani, Ni Kadek Reisha Yuliantari Kusuma, Nur Annisa Kamilli Azmi, Sheryl Adik Tersayank (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: