Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 09, September 2022

 

PEMBELAJARAN DARING MEMBUKA AKSES PENDIDIKAN ANAK ASLI PAPUA

 

Hetwi Marselina Saerang1*, Harol R. Lumapow2, Viktory Nicodemus Joufree Rotty3

1*,2,3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Manado, Indonesia

Email: 1*[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

 

Abstrak

Pandemi COVID-19 merubah paradigma pendidikan di Tanah Papua. Metode konvensional tatap muka di kelas beralih menjadi pembelajaran daring. Meskipun generasi muda terbiasa dengan teknologi, tenaga pengajar yang lebih tua harus beradaptasi. Pendidikan dasar, terutama di daerah pedalaman, menghadapi tantangan karena memerlukan kemampuan teknologi dan pedagogi daring. Anak-anak SD dibantu orang tua, tetapi tidak semua mampu menjadi pendamping yang efektif. Sementara itu, guru SMP dan SMA menghadapi kesulitan dalam mendaringkan topik tertentu. Transformasi kognisi lebih mudah dibandingkan dengan transformasi afeksi, menciptakan tantangan antara guru dan murid dari generasi yang berbeda. Media daring menjadi titik perubahan penting dalam sistem pembelajaran.

 

Kata Kunci: Anak Asli Papua, covid 19, pembelajaran daring, kesadaran jati diri, Perubahan

 

Abstract

The COVID-19 pandemic has shifted the education paradigm in Papua. The conventional method of face-to-face classroom learning has transitioned to online learning. While the younger generation is accustomed to technology, older educators must adapt. Primary education, especially in remote areas, faces challenges requiring technological and pedagogical proficiency. Primary school children receive assistance from their parents, but not all are effective guides. Meanwhile, teachers in junior and senior high schools struggle to adapt certain topics for online learning. Cognitive transformation proves easier than affective transformation, creating challenges between teachers and students of different generations. Online media becomes a crucial turning point in the education system.

Keywords: Indigenous Papuan Children, COVID-19, Online Learning, Self-awareness, Change

 

Pendahuluan

Mendefinisikan atau mendeskripsikan tentang era digital tidaklah mudah. Namun pada kenyataannya lahirnya sistem digital membuat teknologi informasi dan komunikasi berkembang luar biasa pesat. Perkembangan amat pesat ini sadar atau tidak, mau tidak mau dengan sendirinya berpengaruh pada kesadaran manusia akan jati dirinya. Pada gilirannya pergeseran kesadaran jati diri manuasia ini sangat besar pengaruhnya pada cara berpikir, berperilaku dan bahasanya, serta pilihan-pilihan  nilai dalam hidup. Pergeseran kesadaran ini berpengarung pula pada dunia pendidikan yang semula dari pola konvensional kepada sistem informasi dan teknologi.

Proses detradisionalisasi salah satu akibat dari kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang luar biasa ini Semula disebut tradisi sadar atau tidak dianggap satu-satunya pegangan hidup. Kalaupun sekarang ini tradisi masih punya tempat, dia bukanlah satu-satunya melainkan hanya salah satu dari sekian banyak penafsir kebenaran. Begitu pula pilihan sistem pembelajaran, seminar nasional, internasional dan mereview jurnal secara konvensional bukan menjadi satu-satunya, melainkan terdapat alternatif lain melalui media daring. Pola pergeseran sistem konvensional kepada sistem informasi dan teknologi dapat memudahkan banyak hal dilakukan, namun di sisi lain dapat membatasi relasi secara langsung, menjadi egosentris, perbedaan waktu kuliah maupun seminar antara wilayah Timur dan Barat menjadi problem tersendiri, mungkin kebenaran peribahasaini masih relevan �berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian�bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian�. Atau sebaliknya �Jika bisa langsung bersenang-senang untuk apa harus bersakit-sakit?� Sistem pembelajaran daring saat ini mempunyai banyak informasi yang mudah diakses. Informasi ini akan dibanding-bandingkan dan dipilih mana dianggap cocok untuk kehidupan sehari-hari. Sementara itu �cocok� belum tentu berarti baik dan benar bisa jadi cocok berarti  menyenangkan dan gampang.

Akhirnya zaman apapun termasuk di era digital, manusia tetaplah pribadi yang mempunyai hati, bahkan harus dikatakan pusat pribadi manusia pada hatinya. Tantangan paling besar di era digital ialah menemukan bahasa yang dapat menyentuh hati pribadi-pribadi zaman sekarang ini.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Studi fenomenologi merupakan merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis data lapangan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, hasil karya, maupun elektronik. Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu kajian yang sistematis, terpadu dan utuh.

Peneliti menggunakan penelitian tersebut untuk menggali akses pendidikan melalui pembelajaran daring.Oleh karena itu, proses penelitian ini akan bercorak metode membaca observasi, wawancara mendalam, untuk mengumpulkan, mengklasifikasi dan menganalisis data yang diperoleh sebagai acuan datanya. Studi fenomena menjadi aktor utama dalam kehidupan para siswa zaman pembelajaran daring. Penelitian ini melihat akses pendidikan yang dialami para siswa asli Papua melalui pembelajaran daring.

Studi fenomena sebagai cara peneliti menelusuri data historis yang sudah berlalu yang berbentuk perjumpaan dan wawancara mendalam dari para siswa asli Papua. Data-data kebanyakan tersimpan dalam bentuk dokumen dan artefak, sehingga penggalian sumber data lewat studi dokumen menjadi utama. Dengan demikian, tingkat kredibilitas suatu hasil penelitian kualitatif sedikit banyaknya ditentukan pula oleh penggunaan dan pemanfaatan dokumen yang ada.

Analisa dokumen merupakan suatu tahap mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar agar memudahkan dalam menentukan tema kerja yang sesuai dengan data. Tahap ini dapat digunakan untuk menganalisa data dengan tujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data ini juga dimanfaatkan dengan baik agar dapat menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian. Analisis ini dilakukan berdasarkan dokumentasi yang telah dilakukan, lalu disusun untuk menarik kesimpulan. Oleh karena itu, analisis data menjadi proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Paparan Data

Para siswa asli Papua SD YPPK St. Gabriel Sausapor mempunyai eksistensi yang dapat menggambarkan dunia hidupnya. Gambaran hidup merupakan wajah perubahan dalam pembelajaran daring. Mengetahui eksistensi para siswa dapat dilihat dari identitas, latar belakang mereka, bagaimana mereka mengalami akses perubahan dalam pembelajaran daring, apa saja perubahan itu, apa saja tantangan yang dialami dalam pembelajaran daring, apa makna pembelajaran daring, apa pengalaman hidup yang bisa diambil. Semua eksistensi tersebut dapat mengalir dari bagian per bagian berikut ini:

1.      Identitas Subjek

Subjek yang dapat diteliti, diamati dan digali pergumulan hidup mereka tentang kesadaran jati diri yang berubah pada era pembelajaran daring ialah para siswa asli Papua SD YPPK St. Gabriel Sausapor. Para siswa SD YPPK St. Gabriel menggambarkan sebuah eksistensi diri yang memiliki etnis, budaya, agama dan latar belakangnya tersendiri. Mereka mempunyai dunianya sendiri dalam sebuah realitas, kenyataan, tidak ada kepalsuan. Mereka menyadari diri sebagai anak asli Papua dalam realitas kehidupan dalam dunia pembelajaran daring ialah Magda dan Arnol siswa kelas 3, tinggal di Kampung Sausapor, beragama Protestan, suku Bikar, Anton dan Maksi siswa kelas 4, tinggal di Kampung Sausapor, beragama Katolik, suku Miyah, Alex dan Maria siswa kelas 5, tinggal di Kampung Werur, beragama Protestan, suku Bikar, Yosepa dan Regina siswi kelas 6, tinggal di Kampung Sausapor, beragama Protestas, suku Abun.

Mereka berdelapan berasal dari suku yang berbeda di bawah wilayah adat yang sama yaitu wilayah adat Domberai. Hal ini dapat menggambarkan mereka mempunyai sumber adat yang sama. Namun pengalaman perubahan akses pendidikan melalui pembelajaran daring, mereka mempunyai pengalaman yang berbeda antara satu dengan yang lain. Pengalaman ini menujukan bagaimana perkembangan pembelajaran daring yang berdampak pada kehidupan mereka. Dampak pembelajaran daring membuat mereka bergumul untuk bersaing dengan teman sejawatnya dalam menggunakan media daring. Mereka bergumul bagaimana bisa bersekolah di masa pandemi covid 19 ini, bagaimana hidup sehat dan bagaimana belajar hidup bersama suku lain supaya mereka dapat berkembang dengan baik pula. Dari pergumulan yang dialami tersebut memberi kekuatan untuk hidup bersaing dengan media daring, rekan sejawat dan tugas yang dikerjakannya. Kekuatan yang selalu tampak ialah semangat ingin tahu dan menerima perubahan di lalui bersama.

Perubahan pembelajaran convensional menjadi online yang dialami para siswa memberi pemahaman dan tindakan secara baru dalam dunia pendidikan. Cara baru pembelajaran daring yang menekankan memiliki media daring berupa handphone anroid, jaringan internet yang memadai, dan ketekunan mengikuti pembelajaransecara bertanggungjawab. Perbedaan pola pembelajaran menjadi pergumulan tersendiri, seperti mereka jumpai keterbatasan pengetahuan menggunakan smartphone. Dengan keterbatasan itu mereka menyadari bahwa mereka memang sedang proses perubahan identitas. Pengalaman pembelajaran daring yang dilajani menjadikan mereka sebagai sejarah perjalanan hidupnya di era pembelajaran daring.

2.      Perangkat Daring

Perangkat daring menjadi dasar utama dalam mengikuti pembelajaran daring. Perangkat tersebut membuat mereka merasa harus berubah dalam aktivitas pembelajarannya, baik dengan diri sendiri maupun teman sejawatnya. Perubahan yang dapat dilihat ialah pertama, kesadaran yang lahir dari diri sendiri dalam menggunakan perangkat pembelajaran daring. Mereka sadar sebagai orang asing menggunakan perangkar daring, belajar menyesuaikan diri, media yang berbeda sehingga harus berjuang menggunakannya secara baik. Kesadaran tersebut terungkap dari mereka sendiri, seperti Magda: �saya orang asing menggunakan perangkat daring, jadi saya harus berjuang dengan perangkat ini, Arnol: �saya harus belajar menggunakan alat ini, karena saya tidak tahu menggunakannya�, Anton: �saya baru menggunakan perangkat ini di masa pandemi 19 dan bingung menggunakannya�, Maksi: �perangkat ini membuat situasi pembelajaran saya berubah, sebab saya sudah tidak banyak bermain-main lagi. Alex: �saya baru menggunakan perangkat ini untuk belajar, sehingga saya belum merasa nyaman menggunakannya�, Maria: saya belajar bersama teman karena dia mempunyai hanphone sehingga sulit memahi penggunaan alat daring�, Yosepa: �saya sadar ada yang berubah karena saya tidak lihat guru lagi di kelas, tetapi saya lihat di hanphone saja�, Regina: �saya tidak bisa memilih untuk belajar secara offline, sehingg saya ikut pembelajaran daring dengan handphone android�. Di sini menjadi jelas bahwa dalam kehidupannya, mereka tahu siapa mereka, apa yang sedang mereka alami dan dengan apa mereka mengikuti pembelajaran. Mereka menjadikan perangkat android sebagai media pembelajarannya, semua itu terjadi dalam diri mereka.

Kedua, menjalani jadwal harian pembelajaran. Mereka dapat mengontrol diri dan aktivitasnya dengan membuat jadwal pembelajaran. Mereka merasa pembuatan jadwal pribadi menjadi amat penting seperti apa yang terungkap dari mereka: Magda: �saya punya tempat banyak keterbatasan, sehingga saya harus membuat jadwal, kapan saya belajar dan bermain, Arnol: �saya harus ikut jadwal pembelajaran biar bisa sekolah dengan baik, Anton: �saya suka bermain, sehingga untuk mengatasinya saya harus membuat jadwal pembelajaran�, Maksi: �saya ikut jadwal daring biar bisa sekolah�, Alex: �saya belajar daring butuh jadwal supaya saya ikut sekolah�, Maria: saya butuh jadwal supaya saya bisa ikut sekolah secara daring�. Jadwa menjadi poin aktivitas mereka baik rumah maupun di sekolah. Di sini mereka dapat bertanggungjawab terhadap diri sendiri masing-masing. Mereka tidak melihat jadwal sebagai sesuatu yang menghalangi pembelajarannya.

Ketiga, relasi dengan media daring. Pembelajaran mereka tidak terlepas dari media yang digunakannya. Mereka merasa bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang sedang dilaluinya. Dengan kesadaran yang telah dimiliki bahwa mereka harus menggunakan media daring dalam pembelajaran. Mereka sedang membangun relasi dengan perangkat daring yang digunakan, seperti kata mereka: Magda: �saya harus berteman dengan media daring sehingga mudah menggunakannya,�, Arnol: �saya harus belajar menggunakan perangkat daring, sebab barang ini baru bagi hidupku�, Anton: �saya baru mengalami belajar online jadi saya bingung pada awal menggunakannya�, Maksi: �saya menggunakan perangkat daring membuat sibuk karena terus belaja�, Alex: �saya sering belajar sendiri menggunakan perangkat daring biar lebih memahaminya�, Maria: saya merasa menggunakan perangkat daring membuat pusing kepala dan mata�, Yosepa: �saya senang menggunakan perangkat daring, sebab membuat saya mudah memahami materi yang disampaikan�, Regina: �saya mata sakit kalau belajar daring karena HP yang digunakan kecil�. Di sini bisa dilihat bahwa relasi dengan daring membutuhkan perjuangan untuk bersahabat dengan medianya.

Keempat, dunia perangkat daring. Mereka menyadari terdapat banyak kesulitan menggunakan perangkat daring, seperti kata mereka Magda: �saya kesulitan menggunakan perangkat daring dari awal hingga sekarang, dan ada perubahan dalam pembelajaran�. Ungkapan tersebut terungkap juga dari ketujuh teman lainnya. Perangkat daring mengantar mereka lebih pada relasi pembelajaran, sebab penggunaan perangkat daring bukan sebagai ancaman atas hidup mereka, melainkan memperkaya mereka untuk belajar secara maksimal. Di sini menjadi jelas bahwa perangkat pembelajaran daring yang telah di alami bukan untuk menindas atau memaksa kehendak tetapi saling menghargai seorang terhadap yang lain apa adanya.

3.      Perangkat Daring Membuka Akses

Dalam pembelajaran daring mereka memiliki rambu-rambu untuk membuka jalan perangkat daring. Dari hasil wawancara peneliti menemukan beberapa jawaban yaitu pertama, jawaban yang sama tentang melihat kembali latar belakang kenapa cara pembelajaran konvensional menuju pembelajaran daring, seperti kata mereka: �kami sekarang sudah berubah dengan tidak bertemu guru dan teman-teman secara langsung untuk sekolah, tetapi kami harus belajar online, jadi kami memulai jalan baru�. Mereka sadar bahwa cara pembelajaran demikian menunjukkan ada perubahan pada pembelajaran dan dirinya untuk beradaptasi dengan perubahan itu.

Kedua, menaati jadwal pembelajaran online yang telah dibuat amat penting untuk menentukan dinamika pembelajarannya, seperti kata mereka, Magda: �jadwal mengatur langkah perubahan pembelajaran�, Arnol: �jadwal membuka jalan baru hidup saya dalam pembelajaran�, Anton: �jadwal menyadarkan saya bahwa saya sedang berubah dari luring menjadi daring�, Maksi: �jadwal media perubahan pembelajaran daring�, Alex: �saya sadar jadwal daring memudahkan saya menggunakan perangkat daring�, Maria: �jadwal mengarahkan saya untuk belajar berubah�, Yosepa: �saya senang memiliki jadwal untuk mengantur perubahan hidup saya�, Regina: �saya telah berubah dengan tersedianya jadwal pembelajaran�. Di sini bisa dilihat bahwa relasi dengan daring membutuhkan jadwal untuk mengatur pembelajarannya, seperti jam berapa belajar, jam berapa berkomunikasi dengan teman dan guru, kapan kerja tugas kelompok maupun individu. Bagi mereka perangkat daring membuka jalan baru untuk cara pembelarannya dengan menggunakan jadwal secara sistematis. Mereka menyadari jalan baru pembelajaran daring bukan sebagai sesuatu yang menakutkan, menindas dan menguasai melainkan untuk memperlancar pembelajarannya.

Ketiga, jalan aktif pembelajaran. Pembelajaran daring menempatkan mereka aktif berdiskusi, bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan baik guru maupun teman sejawatnya. Mereka merasa pembelajaran daring membawa perubahan pada pola belajarnya, seperti yang terungkap dari mereka, Magda: �belajar dari membuat saya aktif bertanya�, Arnol: � belajar daring saya tidak mengantuk karena berdiskusi dengan teman-teman dan guru�, Anton: �saya senang belajar daring karena menyadarkan saya untuk aktif bicara�, Maksi: �saya tidak bosan belajar daring karena banyak diskusinya�, Alex: �saya sadar ada perubahan dalam pola belajar saya, sebab saya siswa yang suka diam, namun sekarang banyak bicara�, Maria: �saya merasa belajar melalui daring, saya sadar identitas berubah dari biasa bermain sekarang belajar serius�, Yosepa: �saya senang belajar melalui daring biar tidak bosan�, Regina: �saya merasa pembelajaran daring membuka jalan baru bagi hidup saya�. Di sini terbangun dinamika intelektual yang melahirkan kesadaran akan suatu perubahan, baik diri para siswa maupun media yang digunakannya. Mereka saling menghargai dalam proses diskusi yang terjadi.

Keempat, belajar praktis. Dalam perangkat daring pembelajaran daring mereka dapat terlibat untuk belajar pengetahuan praktis. Belajar praktis membantu mereka dapat mengerti perangkat daringnya maupun perubahan identitas yang dialaminya yang terungkap seperti, Magda: �perangkat daring mengajarkan saya untuk belajar secara praktis�, Arnol: �belajar daring membuat saya mudah memahami materinya�, Anton: �saya merasa belajar daring membuat saya bisa mengerti secara praktis pengetahuannya maupun perangkat pembelajaran yang digunakannya�, Maksi: �saya mudah mengerti dengan belajar melalui daring�, Alex: �saya mudah memahami materinya melalui belajar daring�, Maria: �saya merasa memahami materi secara praktis, sebab banyak diskusinya�, Yosepa: �saya senang bisa mendapat pengetahuan melalui belajar daring�, Regina: �saya merasa pembelajaran daring membuat aktivitas menjadi lainnya menjadi mudah�. Ungkapan pengalaman pembelajaran daring di atas menunjukkan bahwa mereka merasa terbantu dari sisi kepribadian maupun sisi intelektualnya. Pembelajaran secara daring mereka mempunyai pengetahuan praktis yang cukup dan mudah dipahaminya.

4.      Perangkat Daring Jalan Terganjal

Perjalanan hidup tidak terlepas dari ganjalan-ganjalan yang sering dihadapi. Ganjalan pembelajaran daring yang muncul bagi mereka yaitu pertama, kesulitan dalam penyesuaian diri. Penyesuaian datang dari keluarga, belajar menggunakan perangkat android, jaringan internet dan tinggal di pedalaman. Dari awal pembelajaran daring membingungkan mereka, seperti kata Magda: �saya bingung pada awal menggunakan perangkat android untuk belajar online�, Arnol: �saya stress menggunakan perangkat android, sebab saya baru pertama kali menggunaknnya�, Anton: �saya emosi karena sulit menggunakan perangkat android, ini bukan dunia saya�, Maksi: �saya harus dimarahi orangtua sebelum mereka membeli HP androiduntuk digunakan belajar secara daring�, Alex: �saya sulit menggunakan perangkat android selama 2 minggu karena dunia saya bermain, bukan belajar online�, Maria: �saya sulit mendapat akses internet karena kampung saya sering hilang jaringan�, Yosepa: �mata saya sakit menggunakan perangkat android untuk belajar secara daring, sehingga saya benar-benar terganggu�, Regina: �saya sering tertidur karena tidak bisa menahan cahaya layar HP�. Pola pembelajaran daring membuat ganjalan-ganjalan perasaan dan tindakan. Inilah cara mereka mulai menemukan jalan untuk keluar dari ganjalan itu dengan menyesuaikan diri dan familiar dengan media daring.

Kedua, takut menggunakan perangkat android, seperti kata mereka: �kami takut menggunakan perangkat android karena mahal harganya, rusak dan bingung mengoperasikannya�. Di sini membuat mereka merasa hidup sedang berubah dihapan mereka khusus pola pembelajaran secara daring.

Ketiga, bahasa, artinya fitur-fitur perangkat daring menggunakan bahasa Inggris membuat mereka ragu menggunakannya. Di sini merasa minder nanti ditertawakan oleh teman-teman yang lain ataupun guru, sehingga mereka mau menggunakan perangkat android menjadi takut, seperti kata mereka: �kami memiliki bahasa daerah kami tetapi ada bahasa asing, membuat kami kesulitan mengoperasikan perangkat android�. Penggunaan bahasa yang berbeda membuat mereka sendiri takut melangkah dalam pembelajaran secara daring.

Keempat, memahami perangkat. Penggunakan perangkat android membutuhkan pemahaman yang baik. Mereka memiliki kemampuan berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sehingga mereka memahi perangkat android pun terbatas, seperti kata mereka: �kami memiliki keterbatasan untuk memahami fitur-fitur android, sebab dunia kami bukan belajar IT tetapi dunia kami bermain, memancing, berkebun.� Pembelajaran daring membuat mereka kesulitan memahami perangkatnya, namun mereka harus belajar untuk menggunakannya.

5.      Memaknai diri dalam Penggunaan Perangkat Daring

Sistem pembelajaran daring selalu bertujuan untuk menemukan maknanya. Makna pembelajaran daring ialah menemukan nilai-nilai yang membuat para siswa merasa berharga dan mempunyai alasan belajar secara daring. Para narasumber di atas memberi makna tersendiri atas pembelajaran daring di Ayawasi Kabupaten Maybrat. Ada empat makna yang dapat dilihat sebagai berikut:

a.       Penghargaan terhadap perangkat daring

Dari proses pembelajaran daring yang dilalui dapat dikatakan bahwa penghargaan terhadap perangkat daring merupakan sesuatu yang mendasar dalam mengikuti proses pembelajaran secara online. Hal tersebut terungkap, seperti Magda: �saya harus menghargai perangkat, sehingga mudah menggunakannya�, Arnol: �saya harus belar familiar dengan dunia IT, agar tidak stress menggunakan perangkat androidnya�, Anton: �saya harus menghargai perangkat daring yang ada agar bisa belajar dengan baik�, Maksi: �perangkat daring sangat membantu dalam pembelajaran, karena itu saya mengharagainya�, Alex: �media daring memberi jalan atas solusi pendidikan yang mengalami pandemi, karena itu saya harus menghargainya�, Maria: �saya menghormati perangkat daring, sebab membantu saya untuk belajar di masa pandemic covid 19�, Yosepa: �media pembelajaran yang baik harus diharaginya�, Regina: �perangkat android harus dihargai, sebab membantu saya belajar�

Respon mereka ini menunjukkan bahwa media pembelajaran yang baik harus dihargai sebab memiliki nilai paling tinggi. Penghargaan tidak dapat dibeli tetapi dapat dilakukan dan dihayati, itulah kepercayaan yang dinyatakan.

b.      Hidup bukan konvensional

Dalam perjalanan hidup pendidikan selalu menganut conventional system, namun sistem itu kini berubah menjadi oline system. Perubahan sistem ini membuat para siswa menyadari bahwa sistem Pendidikan sedang berubah menuju era digitalisasi, seperti kata mereka: Magda: �saya sadar belajar bukan hanya sistem konvensional saja, melainkan berubah menjadi daring�, Arnol: �sistem kovensional bukan satu-satunya cara orang belajar, melainkan sistem daring menjadi media familiar bagi dunia pendidikan�, Anton: �cara belajar konvensional kini bukan satu-satunya yang digunakan, melainkan sistem�, Maksi: �belajar konvensional bukan pilihan terakhir, melainkan masih ada media daring�, Alex: �media konvensional memberi solusi pendidikan yang mengalami pandemi, karena itu saya harus menghargainya�, Maria: �cara konvensional memberi ruang untuk pembelajaran daring covid 19�, Yosepa: �media konvensional kini berubah menjadi mediaonline�, Regina: �cara belajar konvensional kini berubah menjadi cara belajar online�. Di sini mereka melihat perubahan sistem konvensional ke online. Perubahan ini membuat mereka mengerti sistem sedang berubah.

c.       PengetahuanInformasi dan Teknologi (IT)

Pembelajaran daring membuat mereka mendapat pengetahuan baru tentang IT. Mereka menyadari bisa menerima sistem IT melalui pembelajaran daring. Sistem IT mengubah cara menggunakan dan mengoperasikannya, seperti Magda: �belajar daring membuat saya mendapat informasi baru tentang cara menggunakan IT�, Arnol: �sistem daring membuat saya mendapat informasi dengan mudah dan banyak�, Anton: �cara belajar daring membuat saya bisa mengoperasikan sistem IT�, Maksi: �belajar daring mendapat pengetahuan menggunakan android�, Alex: �media daring memberi jalan baru pengetahuan bagi saya�, Maria: �cara pembelajaran daring mengubah pengetahuan saya tentang sistem IT�, Yosepa: �media daring membuat saya terus belajar menggunakan sistem IT�, Regina: �cara belajar daring menambah pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu tentang cara menggunakan android dan fitur-fiturnya.

Pengalaman dalam mengikuti pembelajaran daring mengantar mereka untuk melihat adanya sebuah pengetahuan baru dalam proses pembelajaran mereka. Pembelajaran daring dapat mengantar mereka untuk terus berkompetisi di era digital ini.

d.      Ilmu pengetahuan Perangkat Daring

Pembelajaran daring memberi pengetahuan sistem android. Mereka merasa penggunaan sistem android menambah pengetahuan walaupun kadang-kadang sulit tetapi mereka merasa mendapat sesuatu yang baru dari proses pembelajarannya, seperti Magda: �belajar daring saya mengerti tentang istilah-istilah, seperti zoom, classroom, google drive, host, mute suara, off kamera�, Arnol: �sistem daring membuat saya mengerti tentang shar materi�, Anton: �cara belajar daring membuat saya bisa menggunakan komunikasi dengan baik, seperti waktu tidak bicara suara di mute, tetapi waktu bicara buka mutenya�, Maksi: belajar daring mendapat pengetahuan bagaimana mengkoneksi wifi dari HP ke laptop�, Alex: �media daring memberi pengetahuan bagaiaman menggunakan zoom�, Maria: �pembelajaran daring mengubah pengetahuan saya tentang fitur-fitur android�, Yosepa: �media daring membuat saya belajar menggunakan sistem IT dengan baik�, Regina: �belajar daring menambah pengetahuan bagaimana mendownload materi pembelajaran.

Respon ini merupakan pengalaman mereka dalam belajar selama ini. Pembelajaran yang dilalui mereka tidak seorang diri tetapi berjumpa dengan teman lain dan guru yang mengajarnya. Pembelajaran demikian mengantar mereka merasa bahwa pembelajaran daring membawa makna tersendiri yaitu memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi masa depan hidupnya. Rumusan makna menjelaskan makna itu lahir tindakannya sendiri bukan dari orang lain. Mereka menggunakan pembelajaran daring memberi rasa nyaman dan mengikuti rencana pembelajaran yang direncanakannya.

B.  Temuan penelitian

Dalam proses menelusuri fenomena pembelajaran daring bagi siswa asli Papua SD YPPK St. Gabriel Sausapor Kabupaten Tambrauw terdapat beberapa hal yang dijumpai. Perjumpaan ini bukan sekedar terjadi melainkan membutuhkan proses yang terbangun sehingga dapat menunjukkan kesadaran untuk menemukan apa yang telah terjadi. Kejadian yang dijumpai seperti berikut ini:

1.      Pembelajaran Daring Tatap Layar

Pola pembelajaran daring selalu tatap layar. Hampir dari pagi sampai siang tatapannya hanya pada layar android. Mereka hanya tekun malakukannya tanpa keluhan apapun. Eksistensi layar membentuk ketekunan mereka untuk menyelesaikan pembelajaran setiap hari. Jadi, tatapan layar merupakan sebuah perwujudan dari eksistensi para siswa asli Papua SD YPPK St. Gabriel Kabupaten Tambrauw.

Tatapan layar membentuk kesadaran bagi diri sendiri maupun orang lain untuk berkembang dengan baik. Dengan kesadaran demikian membawa diri sendiri untuk tidak menindas atau memaksa kehendak kepada orang lain tetapi menghargainya dan sebaliknya sesama pun tidak memaksa kehendaknya. Di sini lahirlah pemahaman akan sebuah penghargaan terhadap pola pembelajaran yang sedang dilakukannya.

Cara demikian menunjukkan sikap bertanggungjawab untuk mengikuti pembelajaran daring. Para siswa mengatakan bahwa setiap hari mereka melakukan pola yang sama dalam kehidupannya. Para siswa berelasi dengan layar sebagai media pembelajarannya. Dengan demikian, mereka dapat menghargai pola pembelajaran yang sedang berlangsung.

2.      Pembelajaran Daring Memudahkan

Pembelajaran daring menjadi media yang memudahkan siswa mengikuti pelajaran. Kemudahan merupakan kesadaran yang terarah pada sesuatu sebagai tindakan (act). Tindakan pembelajaran daring yang memudahkan selalu berada dalam kebiasaan (habits), termasuk di dalamnya gerak tubuh dan cara berpikir�. Pemikiran ini menunjukkan bahwa pembelajaran daring bisa berguna bagi para siswa. Dalam situasi kehidupan para siswa asli Papua SD YPPK St. Gabriel Sausapor mereka saling membantu dari keterbatasan jaringan internet sehingga memudahkan mereka belajar.

Pembelajaran daring melahirkan rasa solidaritas di antara para siswa, seperti yang tidak mempunyai HP bisa belajar bersama, tidak ada jaringan internet belajar Bersama, kesulitan memahami materi mereka saling membantu. Dampak sosial demikian dapat membantu teman yang kesulitan, begitu pula sebaliknya ketika mereka senang, teman lain pun turut senang. Di sini bisa dilihat bahwa bantuan yang diberikan dan kesenangan yang dialami bersama membawa dampak hakiki bagi diri sendiri maupun orang lain. Proses ini terjadi karena telah terdapat sikap saling mempercayai dan menghargai satu sama lain. Bantuan dan kesenangan yang dialami bukan sebuah tindakan belas kasih tetapi sebuah keharusan ketika wajah yang lain membutuhkan atau memerintahkan untuk dapat berbuat sesuatu.

3.      Pembelajaran Daring Belum Merata

Pengalaman pembelajaran daring dapat memudahkan siswa belajar di masa pandemic covid 19. Namun, sistem tersebut tidak bisa dilaksanakan merata pada semua siswa terutama bagi siswa di pelosok, sebab keterbatasan jaringan, dan kepemilikan telepon seluler masih menjadi kendala utama. Para siswa mengakui bahwa mereka memang memiliki kendala, seperti ketersediaan sinyal, pemahaman IT masih belum bisa kami penuhi dan tidak memiliki handphone.

Para siswa mengalami keterbatasan tetapi mereka senang mengikuti pembelajaran daring di tengah keterbatasannya. Cara demikian menunjukkan bahwa para siswa memiliki kesadaran pentingnya Pendidikan. Mereka dapat mengikuti pembelajaran daring dengan keterbatasannya menyatakankan bahwa penghormatan atas pola pembelajaran online yang diwajibkan.

Penghormatan tersebut terjadi dari sebuah dinamika kehidupan yang dilalui, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Pengalaman demikian mengantar mereka untuk menghargai pola pembelajaran daring yang dijalaninya. Menghormati pola pembelajaran daring merupakan sesuatu yang mendasar dalam hidup seorang siswa. Para siswa sedang berada pada fase tidak belajar seorang diri, melainkan ada sesama yang lain. Perjumpaan media daring mengantar para siswa dapat menghormatinya sebagai proses pembentukan dirinya.

4.      Pembelajaran Daring Mandiri

Pembelajaran daring mewajibkan para siswa untuk belajar mandiri di masa pandemi. Keadaan tersebut membuat kebanyakan sekolah memindahkan kegiatan belajar-mengajar ke rumah masing-masing siswa. Para siswa belajar mandiri melalui media daring yang didorong kemampuan sendiri, pilihan sendiri dan bertanggungjawab sendiri dalam belajar.

Para siswa selama belajar daring telah tertampak kemampuan belajar secara mandiri dengan melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan kepada orang lain. Pada dasarnya pembelajaran daring menempatkan para siswa untuk mandiri dengan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.

Prinsip pembelajaran daring dapat meningkatkan para siswa untuk mandiri, seperti mereka terlibat secara aktif, mempunyai pilihan dan sumber belajar, memberi kesempatan untuk memilih dan memutuskan apa yang harus dipelajari. Mereka telah mengikuti pembelajaran daring dengan carapengelolaan diri, keinginan untuk belajar dan pengendalian diri. Pengelolaan diri meliputi pengelolaan waktu, kedisiplinan, percaya diri. Pembelajaran mandiri harus didukung oleh guru dengan metode pembelajaran yang dapat membuat peserta didik mandiri dengan tugas yang diberikan. Guru menggunakan berbagai media pembelajaran yang membuat peserta didik lebih mudah memahami materi sehingga peserta didik dapat mandiri dalam pembelajaran.

5.      Pembelajaran Daring Meningkatkan Kecerdasan

Media pembelajaran daring dapat meningkatkan kecerdasan siswa, sebab pada dasarnya otak manusia setidaknya menyimpan sembilan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan kinestetis, kecerdasan logis, kecerdasan matematis, kecerdasan spasial- visual, kecerdasan linguistic, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan intrapersonal. Pengalaman pembelajaran daring bagi siswa SD YPPK St. Gabriel menambah kecerdasan pengetahuan, penggunaan smartphone, perangkat internet. Jadi, kecerdasan para siswa tidak hanya materinya tetapi perangkat yang digunakan menjadi pengetahuan baru bagi siswa di pedalaman.

Dari Sembilan jenis kecerdasan yang diungkapkan di atas, kecerdasan interpersonal merupakan salah satu kecerdasan yang berkembang dalam diri seseorang. Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang-orang dan benda di sekitarnya sehingga bisa merasakan secara emosional, dapat memahami suasana hati, maksud serta kehendak orang lain maupun media yang digunakan. Kecerdasan interpersonal ini harus ditingkatkan dengan baik agar setiap individu dapat memahami dan bekerjasama dengan individu lain dan sarana pembelajarang secara optimal, karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri.

Dewasa ini masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa anak cerdas ketika memiliki nilai tinggi pada mata pelajaran tertentu seperti matematika, bahasa Inggris, sains, atau mata pelajaran yang lainnya. Para siswa SD merupakan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan bagi dirinya, salah satunya yaitu perkembangan psikososial. Perkembangan psikososial anak SD menekankan pada proses-proses sadar yang dialami anak ketika berinterkasi sosial. Pada umumnya, anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik; (a) senang bergerak, (b) senang bermain, (c) senang melakukan sesuatu secara langsung, dan (d) senang bekerja dalam kelompok. Jadi, ada peningkatan kecerdasan interpersonal anak melalui pendekatan sosial.

 

 

 

Kesimpulan

Aplikasi pembelajaran daring menjadi ruang belajar baru bagi para tenaga pengajar dan para siswa yang menjadikan mereka lebih maksimal menguasai gaya komunikasi dan interaksi berbasis media. Pengakuan mereka juga dipublikasikan melalui media sosial terkait kerinduan ingin bertemu langsung dengan para guru dan rekan sejawatnya di ruang pembelajaran. Para tenaga pengajar tetap dalam koridor pencapaian pembelajaran berbasis tiga ranah pendidikan; yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik, sering kali para peserta didik dibekali dengan penugasan yang mengasah produktivitas mereka untuk tetap berkarya di masa yang berbatas ini.

Respon beberapa unsur ini mengindikasikan bahwa perubahan itu adalah keniscayaan, setiap individu harus dapat menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan. Perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi ini adalah wujud transformasi tidak terduga dan selanjutnya akan mewarnai perkembangan dinamika pembelajaran pada seluruh jenjang di masa mendatang saat badai Covid 19 telah berlalu. Pada akhirnya, setiap individu akan terbiasa dengan kondisi ini dan bahkan menjadikan momentum pandemi ini sebagai titik permulaan untuk membudayakan kebiasaan baru dan bernilai positif dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Bentuk pendidikan di lingkungan keluarga lebih bermakna dari kondisi bermakna sebelumnya karena setiap anggota inti keluarga dapat memediasi kebutuhan belajar dan interaksi personal, intrapersonal dan interpersonal lebih terwujud dalam suasana pendidikan keluarga.

Kondisi pembelajaran pada masa pandemi harus dapat dimanfaatkan dengan perubahan pola berpikir, pola belajar, pola inteksi ilmiah yang lebih bermakna sehingga kekakuan dalam menyikapi masa Covid 19 dapat dimaksimalkan dengan produktivitas yang mencirikan kebermaknaan. Perasaan pobia diminimalisir dengan optimis bahwa seluruh aktivitas tetap berlangsung dengan protokol kesehatan tatanan baru (new normal), khususnya dalam segmen penyelenggaraan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah hingga pendidikan tinggi. Setiap individu harus tanggap terhadap keterbatasan di masa pandemi untuk tetap produktif dalam bidangnya dan memaknai kondisi pandemi ini sebagai bagian dari perubahan yang tetap harus mengedepankan sikap dan perilaku representatif pada tatanan baru untuk menciptakan ruang belajar bervariasi. Pada akhirnya, kajian ini menegaskan bahwa setiap perubahan dalam sistem pembelajaran dapat mendesain kondisi baru dan memiliki distingsi dengan kondisi sebelum dan yang akan datang maka setiap unsur terkait harus dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut untuk mewujudkan keberhasilan pembelajaran secara komprehensif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Abdullah. (2017). Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Edureligia

 

Arif, Rohman. (2009). Memahami pendidikan & ilmu pendidikan. Yogyakarta: Laks Bang Mediatama.

 

Briggs, Leslie J. (1977). Instructional design, educational technology publications. Inc. New Jersey: Englewood Cliffs.

 

Febianti, Yopi Nisa. (2018). Peningkatan motivasi belajar dengan pemberian reward and punishment yang positif. Jurnal Edunomic.

 

Goleman, D. (2016). Kecerdasan emosional, mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta: PT Gramedia Utama.

 

Gredler, M. E. (2013). Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.

 

Idrus, L. (2019). Evaluasi Dalam Proses PembelajaranAdaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, https://doi.org/ajmpi

 

Kellen, Roy. (1998). Effective teaching strategies- lesson from research and practice. Second edition. Australia: Social Science Perss.

 

Munif Chatib dan Alamsyah Said. (2012). Sekolah anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Mizan Media Utama.

 

Nurul, Fithriyah Hidayati dan Novianni Anggraini. (2015). Perkembangan peserta didik. Kartasura: Fataba Press.

 

Oktawirawan, D.H. (2020). Faktor Pemicu Kecemasan Siswa dalam Melakukan Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.932

 

Reza, Justinus Prasetyo dan Yeny Andriani. (2009). multiply your multiple intelligences (melatih 8 kecerdasan majemuk pada anak dan dewasa).

 

Sugiyono. (2015).Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

 

Tafonao, Talizaro. (2018). Peranan media pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan

 

Webb, N. L. (1992). Assessment of Students� Knowledge of Mathematics: Step Toward A Theory. University of Wisconsin, Madison

 

Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.

Copyright holder:

Hetwi Marselina Saerang, Harol R. Lumapow, Viktory Nicodemus Joufree Rotty (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: