Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 5, April 2024

 

 

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENERIMAAN VAKSIN HUMAN PAPILLOMAVIRUS (HPV) DI NEGARA-NEGARA ASEAN: LITERATURE REVIEW

 

Butsainah Putri Rahmah1, Muhammad Faris Naufal2, Varian Almerridho3, Robiana Modjo4

Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia1,2,3,4

Email: [email protected]1, [email protected]12, varian.almerridho@ui.ac.id3, [email protected]4

 

Abstrak

Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang menjadi penyebab infeksi menular seksual (IMS) paling umum dan penyebab utama dari kanker serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang menempati urutan kedua terbanyak di Indonesia. Salah satu upaya pencegahan terjadinya kanker serviks adalah melalui vaksinasi human papillomavirus (HPV). Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa penerimaan terhadap vaksinasi HPV di ASEAN dipengaruhi oleh pengetahuan rendah tentang vaksin, harga tinggi, dan kepercayaan masyarakat yang kontradiktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan vaksin HPV di negara-negara ASEAN. Literature review dilakukan pada tiga database untuk penelitian kualitatif dan kuantitatif yang diterbitkan hingga Agustus 2023. Artikel disertakan jika dalam bahasa Inggris atau Indonesia, tersedia dalam teks lengkap, dan memiliki fokus pada pengetahuan, biaya, keyakinan, penerimaan vaksin HPV. Dari 23 studi, ditemukan bahwa faktor-faktor penerimaan vaksin HPV yang paling sering disinggung adalah faktor pengetahuan, biaya, dan kepercayaan. Walau menjadi faktor yang kerap muncul, pengetahuan tidak selalu mencerminkan angka penerimaan vaksin.Tidak ditemukan adanya kontradiksi terkait faktor biaya di antara kumpulan studi tersebut. Biaya vaksinasi menjadi faktor utama dalam penerimaan vaksin HPV. Pengetahuan dapat berpengaruh tetapi tidak selalu mencerminkan angka penerimaan vaksin HPV. Faktor lain seperti kepercayaan masyarakat juga menjadi kontributor yang cukup besar terhadap penerimaan vaksin HPV di negara-negara ASEAN.

Kata kunci: Vaksin, HPV, Penerimaan, Pengetahuan, Biaya, Kepercayaan

 

Abstract

Human papillomavirus (HPV) is a sexually transmitted pathogen and is the main cause of cervical cancer. Cervical cancer is the second most prevalent cancer in Indonesia. One of the prevention measures used to tackle this disease is using HPV Vaccine. Previous studies have shown that HPV vaccine acceptance is influenced by lack of knowledge regarding the vaccine, high cost, and contradicting local beliefs and faiths. The aim of this study is to identify the factors influencing HPV vaccine acceptance in ASEAN countries. Three databases were searched for qualitative and quantitative studies published up to August 2023. Papers were included if they were in English or Indonesian, available in full text, and had a focus on knowledge, cost, beliefs, acceptance of the HPV vaccine. Among 23 studies, most mentioned factors regarding HPV vaccination acceptance are knowledge, cost, and beliefs. Despite being frequently discussed, knowledge doesn’t always represent vaccine acceptance rate. There are no contradictions found regarding cost as a factor within those studies. Vaccination cost is the main factor that influences HPV vaccine acceptance. Though a common factor, knowledge may not always represent HPV vaccine acceptance. Other factors such as beliefs also contribute to HPV vaccine’s acceptance in ASEAN countries.

Keywords: Vaccine, HPV, Acceptance, Knowledge, Cost, Beliefs

 

Pendahuluan

Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang menjadi penyebab infeksi menular seksual (IMS) paling umum dan penyebab utama dari kanker serviks. Kanker serviks adalah kanker keempat yang umum terjadi pada perempuan di seluruh dunia. Angka penderita kanker serviks dari 2015-2020 di dunia sejumlah 1.495.211 orang dengan prevalensi 38,7 per 100.000 orang. Kematian akibat kanker ini cukup besar, yakni sebesar 341.831 pada tahun 2020. Kanker ini memiliki age standardized mortality rate sebesar 7,3 per 100.000 orang, padahal ditemukan kasus baru sebanyak 604.127 kasus di tahun yang sama atau dengan age standardized incidence rate sebesar 13,3 per 100.000 orang. Asia Tenggara menjadi salah satu wilayah dengan angka kejadian dan kematian tertinggi akibat kanker serviks (World Health Organization (WHO), 2021). Di negara-negara Asia Tenggara, kanker serviks menduduki peringkat kedua sebagai kanker yang umum terjadi dengan jumlah kematian sebesar 116.015 orang pada tahun 2020.

Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV dengan tipe HPV 16 dan HPV 18 yang menyebabkan 70% kanker serviks di seluruh dunia. Sebagian besar infeksi HPV akan hilang dalam waktu satu atau dua tahun karena sistem kekebalan tubuh yang dapat mengendalikan infeksi. Namun, jika infeksi terus berlanjut selama bertahun-tahun dapat menyebabkan perubahan pada sel-sel kanker serviks sehingga muncul lesi prakanker. Jika lesi prakanker tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kanker serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang dapat dicegah. Salah satu upaya pencegahan dini adalah dengan melakukan vaksinasi HPV untuk mencegah infeksi oleh virus HPV. Centers for Disease Control and Prevention (CDC), merekomendasikan vaksinasi HPV rutin untuk anak perempuan dan laki-laki pada usia 11 atau 12 tahun tetapi vaksin HPV dapat diberikan mulai dari usia 9 tahun. Vaksin HPV diberikan dalam dua dosis dengan dosis kedua berjarak 6-12 bulan setelah dosis pertama. Remaja hingga dewasa berusia 26 tahun direkomendasikan melakukan vaksinasi jika pada umur 11-12 tidak mendapatkan vaksinasi.

Sebagai metode utama dalam pencegahan kanker serviks, vaksinasi HPV dilaksanakan oleh berbagai negara sebagai vaksin yang direkomendasikan bahkan wajib. Efikasi pemberian setidaknya satu dosis vaksin HPV tipe bivalen terhadap wanita <26 tahun yang pernah terinfeksi adalah 91-100% (95% CI 64,6-86% dan 94,2-100%) (Osman et al., 2021). Program vaksinasi tersebut seringkali menghadapi hambatan-hambatan yang mencegah penerimaan vaksin di masyarakat seperti kurangnya pengetahuan, biaya, atau ketidaksesuaian dengan norma kepercayaan/budaya (Grandahl et al., 2014; Hanifah et al., 2021).

Studi ini bertujuan untuk menelaah faktor yang berhubungan dengan penerimaan atau penolakan vaksin HPV di negara-negara Asia Tenggara. Dengan demikian, kebijakan, intervensi, dan promosi kesehatan dapat disesuaikan berdasarkan faktor-faktor tersebut sehingga angka cakupan vaksinasi HPV dapat meningkat

 

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah literature review. Pencarian artikel dilakukan melalui penelusuran elektronik dengan mengakses tiga database yaitu, PubMed, PLOS One, dan ScienceDirect. Kata kunci yang digunakan antara lain knowledge, attitudes, beliefs, cost, factor(s), acceptance, hesitancy, rejection, yang berhubungan dengan vaksin HPV. Untuk memastikan artikel relevan, kata kunci dikombinasikan dengan menggunakan operan Boolean OR dan AND. Kriteria inklusi artikel yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif terkait penerimaan vaksin HPV pada perempuan di negara ASEAN yang dipublikasikan hingga tahun 2023, memiliki naskah lengkap yang dapat diakses, dan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan penerimaan vaksin HPV.

 

Hasil dan Pembahasan

Terdapat 23 artikel jurnal yang diperoleh dari penelusuran di database PubMed, PLOS One, dan ScienceDirect yang memenuhi kriteria inklusi. 

 

Tabel 1. Hasil Penelitian

No.

Peneliti, Tahun, Negara

Judul Penelitian

Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

Hasil

1.

Michelle E-Jyn Kwek, Joella Xiaohong Ang, Manisha Mathur, Lily Chye Lee Kho, (2023)

Comparison of awareness, attitudes and knowledge on human papillomavirus vaccination in Singapore

Untuk menilai perubahan kesadaran, sikap, dan pengetahuan mengenai vaksin HPV pada perempuan di Singapura

Studi survei cross-sectional di tahun 2013 dan 2019 pada perempuan yang mengunjungi klinik ginekologi umum

Sebanyak 597 peserta mengisi survei pada tahun 2013 dan 2019. Para peserta memiliki ras, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan rumah tangga bulanan yang sebanding. Skor pengetahuan untuk kanker serviks dan infeksi HPV menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun 2013 hingga 2019. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam skor pengetahuan untuk vaksinasi HPV, yang menghasilkan penggunaan vaksin HPV yang serupa. Usia, tingkat pendidikan, dan pengetahuan tentang vaksin HPV merupakan prediktor yang signifikan terhadap penerimaan vaksin HPV. Dua alasan utama untuk menolak vaksin HPV adalah kurangnya pengetahuan dan biaya, seperti yang dicatat dalam survei tahun 2019.

2.

Andrea Su En Lim, Raymond Boon Tar Lim, (2019)

Facilitators and barriers of human papillomavirus vaccine uptake in young females 18-26 years old in Singapore: A qualitative study

 

Untuk mengetahui berbagai fasilitator dan hambatan vaksin HPV pada perempuan berusia 18-26 tahun di Singapura dan menggambarkan strategi untuk meningkatkan cakupan vaksin HPV

Studi kualitatif deskriptif dengan wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD)

Hambatan terhadap vaksinasi HPV termasuk kurangnya kesadaran, kurangnya persepsi risiko kanker serviks, biaya, kurangnya dukungan orang tua, ketidaknyamanan dalam mendapatkan vaksinasi, stigma yang terkait dengan hubungan dengan aktivitas seksual, dan kekhawatiran terkait keamanan. Faktor-faktor yang mendukung penerimaan vaksin HPV adalah dorongan dari orang tua, perlindungan kesehatan, persepsi tentang keamanan dan efektivitas vaksin.

3.

Akiko Kamimura, Ha N Trinh, Shannon Weaver, Alla Chernenko, Lindsey Wright, Mary Stoddard, Maziar M Nourian, Hanh Nguyen, (2018)

Knowledge and beliefs about HPV among college students in Vietnam dan the United States

Untuk melihat pengetahuan dan keyakinan tentang HPV pada mahasiswa di Vietnam dibandingkan dengan mahasiswa di Amerika Serikat

Studi cross-sectional dengan self-administered survey pada mahasiswa berumur 18-30 tahun

Lebih dari 900 mahasiswa (N=932: n=495 di Vietnam dan n=437 di Amerika Serikat) berpartisipasi dalam survei yang dilakukan secara mandiri mengenai pengetahuan dan keyakinan tentang HPV. Mahasiswa di Vietnam memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih rendah (p<0.01) dan memiliki hambatan yang lebih banyak untuk mengakses vaksin HPV serta denial risk yang lebih tinggi (p<0.01). Tingkat pengetahuan merupakan prediktor penting untuk hambatan (p<0,01; ηp2=0,022) dan penolakan risiko (p<0,01; ηp2=0,116). Rata-rata, mahasiswa Vietnam dan AS dapat menjawab dengan benar kurang dari setengah pertanyaan survei mengenai pengetahuan HPV.

4.

Tran NT, Phan TNT, Pham TT, Le TT, Le HM, Nguyen DT, Lam AN, Pham TT, Le HT, Dang NB, Tran KC, Tran VD, (2023)

Urban-rural disparities in acceptance of human papillomavirus vaccination among women in Can Tho, Vietnam

Untuk meneliti perbedaan antara perkotaan dan pedesaan dalam menerima vaksin HPV dengan atau tanpa biaya

Studi cross-sectional pada perempuan 15-49 tahun di dua wilayah perkotaan dan dua wilayah pedesaan di Can Tho Vietnam

Tingkat vaksinasi adalah 4%, dengan wanita perkotaan memiliki tingkat yang lebih tinggi yaitu 4,9% dibandingkan dengan wanita pedesaan yaitu 3,1%. Di antara perempuan yang belum divaksinasi, mereka yang berasal dari daerah pedesaan menunjukkan keinginan yang jauh lebih tinggi untuk menerima vaksin gratis (91,4%) dibandingkan dengan perempuan perkotaan (84,4%). Namun, keinginan untuk melakukan vaksinasi menurun ketika perempuan pedesaan dan perempuan perkotaan disarankan untuk membayar biayanya (63,4% dan 57,1%). Ditemukan korelasi yang kuat antara sikap positif dan niat untuk melakukan vaksinasi, terlepas dari harga atau ketersediaannya yang gratis. Pendidikan dan akses terhadap informasi tentang vaksin HPV juga diidentifikasi sebagai faktor paling signifikan yang mempengaruhi niat untuk melakukan vaksinasi di antara perempuan perkotaan dan pedesaan.

5.

Tran BX, Than PTQ, Doan TTN, Nguyen HLT, Thi Mai H, Nguyen THT, Le HT, Latkin CA, Zhang MW, Ho RC., (2023)

Knowledge, attitude, and practice on and willingness to pay for human papillomavirus vaccine: a cross-sectional study in Hanoi, Vietnam.

Untuk mengidentifikasi hambatan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan praktik tentang vaksin HPV dan willingness to pay untuk vaksin di Hanoi, Vietnam

Studi cross-sectional di klinik Institute for Preventive Medicine and Public Health di Hanoi

Sebagian besar responden (86.6%) bersedia membayar vaksin HPV. Responden yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dari SMA dan mendapatkan informasi tentang vaksin HPV dari dokter, ners, atau tenaga kesehatan lain bersedia membayar vaksin di harga yang lebih rendah dibandingkan responden yang memiliki tingkat pendidikan di bawah SMA dan tidak pernah mendapatkan informasi tentang vaksin HPV.

6.

Grandahl M, Paek SC, Grisurapong S, Sherer P, Tydén T, Lundberg P., (2018)

Parents' knowledge, beliefs, and acceptance of the HPV vaccination in relation to their socio-demographics and religious beliefs: A cross-sectional study in Thailand

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, kepercayaan, dan penerimaan orang tua terhadap vaksinasi HPV untuk anak perempuan.

Studi cross-sectional pada orang tua dengan anak perempuan berusia 9-12 tahun di 3 sekolah di Thailand dengan Health Belief Model

359 orang tua mengisi kuesioner dan 301 orang tua dilanjutkan dalam analisis akhir.  Analisis regresi ordinary least squares, (OLS) menunjukkan bahwa latar belakang pengetahuan tentang HPV dan vaksin HPV berhubungan positif dengan pengetahuan tentang HPV dan kanker serviks. Untuk keyakinan, pengetahuan berhubungan positif dengan kerentanan (yaitu, risiko yang dirasakan orang tua terhadap infeksi HPV/penyakit terkait), tingkat keparahan, dan manfaat. Namun, pengetahuan tidak secara signifikan terkait dengan hambatan. Untuk penerimaan, kerentanan dan manfaat yang lebih tinggi berhubungan dengan penerimaan yang lebih tinggi. Pengetahuan yang lebih besar berhubungan dengan penerimaan yang lebih tinggi. Orang tua yang menganggap agama sebagai hal yang penting, dibandingkan dengan mereka yang tidak, lebih mendukung vaksinasi HPV.

7.

Kruiroongroj S, Chaikledkaew U, Thavorncharoensap M., (2014)

Knowledge, acceptance, and willingness to pay for human papilloma virus (HPV) vaccination among female parents in Thailand

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, penerimaan, dan willingness to pay vaksin HPV pada orang tua dengan anak perempuan berumur 12-15 tahun di Thailand

Studi cross-sectional dengan survei pada 8 sekolah di Bangkok

Terdapat 861 responden, pengetahuan tentang vaksin HPV di kalangan orang tua cukup rendah. Hanya setengah dari orang tua yang mengetahui hubungan antara HPV dan kanker serviks, sementara sepertiga dari mereka mengetahui bahwa vaksin harus diberikan kepada anak-anak sebelum mereka aktif secara seksual. Namun demikian, penerimaan vaksin cukup tinggi jika ditawarkan secara gratis: 76,9% untuk vaksin bivalen dan 74,4% untuk vaksin kuadrivalen. Proporsi responden yang bersedia membayar vaksin jika tidak sepenuhnya gratis juga tinggi, berkisar antara 68,9% untuk vaksin bivalen dan 67,3% untuk vaksin kuadrivalen. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara vaksin bivalen dan kuadrivalen dalam hal prevalensi penerimaan dan kesediaan untuk membayar. Sekitar sepertiga dari responden bersedia membayar vaksin jika tidak ditawarkan secara gratis, mengindikasikan bahwa mereka akan membayar kurang dari 500 baht (30 baht = sekitar US $1) untuk tiga dosis vaksin bivalen.

8.

 

Chanprasertpinyo W, Rerkswattavorn C., (2020)

Human papillomavirus (HPV) vaccine status and knowledge of students at a university in rural Thailand.

Untuk meneliti tingkat informasi mengenai infeksi HPV dan vaksinasi pada populasi Thailand yang lebih muda, tingkat vaksinasi yang dilaporkan sendiri, niat untuk melakukan vaksin, dan faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk vaksinasi

Studi cross-sectional pada 521 mahasiswa S1 (77% perempuan) dengan kuesioner sebanyak 34 pertanyaan (18 pertanyaan menilai tingkat pengetahuan)

Skor rata-rata pengetahuan adalah 7,53 ± 4,95 (skor total 18), menunjukkan tingkat pengetahuan yang rendah hingga sedang. Jenis kelamin perempuan dan jurusan yang berhubungan dengan kesehatan merupakan faktor signifikan yang berhubungan dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Tingkat vaksinasi yang dilaporkan sendiri adalah 1,9% di antara peserta perempuan. Hanya 30,3% dari responden yang tidak divaksinasi yang berniat menerima vaksin. Faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk menerima vaksin adalah jenis kelamin perempuan dan memiliki skor pengetahuan ≥7. Hambatan terhadap vaksinasi HPV adalah biaya (52,2%), dan persepsi tidak perlu karena perilaku berisiko rendah (45,1%).

9.

Chaw LL, Lim STW, Md Yussof SR. Heliyon. (2019)

Human Papillomavirus vaccine coverage among female students in Brunei Darussalam: results from the first 4 years of the national school-based vaccination programme

Untuk menghitung dan membandingkan secara deskriptif tingkat cakupan seluruh siswa sekolah menengah swasta dan negeri baik di tingkat nasional maupun distrik, serta tingkat persetujuan orang tua

Studi retrospektif dari catatan vaksinasi HPV seluruh siswi di Brunei Darussalam antara bulan Januari 2012 dan Desember 2015 dari Layanan Kesehatan Sekolah dan Kementerian Kesehatan.

Sebanyak 27.178 siswi tercatat selama masa studi, dengan tingkat cakupan dosis lengkap secara keseluruhan sebesar 85,8% (95% CI: 85,4%, 86,2%) dan 90,8% (95% CI: 90,4%, 91,2%) untuk semua siswa perempuan. dan siswi Brunei, masing-masing. Tren serupa juga terjadi setiap tahunnya, dimana terjadi penurunan tingkat cakupan mulai dari dosis pertama, kedua, dan dosis lengkap. Brunei-Muara memiliki cakupan vaksinasi dan tingkat izin orang tua terendah di antara empat distrik di negara tersebut. Terdapat tingkat cakupan vaksinasi HPV yang lebih tinggi pada pelajar negeri. Tingkat persetujuan orang tua siswi asal Brunei jauh lebih tinggi dibandingkan siswi non-Brunei.

10.

Khoo CL, Teoh S, Rashid AK, Zakaria UU, Mansor S, Salleh FN, Nawi MN. Asian Pac J Cancer Prev, (2011)

Awareness of cervical cancer and HPV vaccination and its affordability among rural folks in Penang Malaysia.

Untuk menentukan kesadaran akan kanker serviks, dan keterjangkauan vaksin HPV di area pedesaan di Malaysia

 

 

Studi cross-sectional menggunakan kuesioner pada 116 partisipan di Penang, Malaysia

Mayoritas partisipan (88,8%) pernah mendengar tentang kanker serviks, namun hanya 29,3% dan 42,2% yang pernah mendengar tentang vaksinasi HPV dan HPV. Kesadaran penduduk Malaysia di daerah pedesaan mengenai vaksinasi HPV dan HPV masih rendah. Mendidik masyarakat tentang infeksi dapat membantu mengendalikan penyakit, tetapi biaya vaksin HPV tetap menjadi hambatan serius terhadap keberhasilan program vaksinasi di Malaysia.

11.

Lismidiati, W., Emilia, O., & Widyawati, W., (2019)

Need vs. Financing Capability: Human Papillomavirus Vaccinations among Adolescents

Mengeksplorasi kebutuhan, penghalang, dan ekspektasi remaja, orang tua, dan guru terhadap vaksinasi HPV

Studi Kualitatif dengan FGD terhadap 3 kelompok yang masing-masing beranggotakan 21 siswa perempuan, 17 orang tua, dan 20 guru pada SMP

Lima tema utama berdasarkan hasil FGD adalah (1) kurangnya pemahaman akan vaksin HPV, (2) hambatan dalam edukasi kesehatan karena kesulitan dan rasa malu dalam menjelaskan pada anak, (3) Keterbatasan keuangan orang tua untuk vaksinasi HPV, (4) Solusi atas masalah finansial untuk vaksinasi yakni penjaminan oleh asuransi (BPJS, Jamkesda, Jamkesmas), diskon, dan menabung, (5) Kemahalan harga vaksin dan prioritas lain dalam anggaran rumah tangga.

12

Wijayanti, K. E., Schütze, H., & MacPhail, C., 2021 (Indonesia)

Parents' attitudes, beliefs and uptake of the school-based human papillomavirus (HPV) vaccination program in Jakarta, Indonesia - A quantitative study.

Menelaah kepercayaan, pendirian, dan dorongan orang tua untuk memperbolehkan anaknya mendapatkan vaksinasi HPV, beserta jumlah vaksin yang telah diterima

Studi cross-sectional menggunakan kuesioner terhadap 680 orang tua murid kelas 6 dari 33 SD yang menerima vaksinasi HPV gratis

Dari 43 sekolah diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian, 10 menolak karena persiapan ujian nasional. Dari 680 orang tua, 484 (71,2%) respon diterima; 61 dieksklusikan karena data yang tidak lengkap. Setelah dilaksanakan analisis drop-out, ditemukan bahwa status pendidikan memiliki hubungan dengan kelengkapan jawaban survei.

 

Terdapat 353 orang tua yang ingat bahwa anak perempuannya mendapat tawaran vaksinasi HPV. Mereka digolongkan pada kelompok “Berkeputusan” yang terdiri dari 295 (83,6%) memperbolehkan dan 58 (16,4%) tidak memperbolehkan. Selain itu, terdapat 70 orang tua yang lupa akan tawaran vaksinasi HPV untuk anaknya sehingga digolongkan pada kelompok (Tidak Berkeputusan), yang terdiri atas 49 orang (70%) berdorongan kuat untuk menerima vaksin dan 21 orang (30%)  lainnya berdorongan lemah. Mayoritas responden pada kedua kelompok adalah perempuan (359 orang (83,5%)) dan 70%-nya beragama Islam.

 

Pada kelompok “Berkeputusan”, keputusan untuk menerima vaksinasi berhubungan dengan pendirian yang positif terhadap vaksin secara umum (OR 2,9; 95% CI 1,31-6,71), serta kepercayaan bahwa orang di sekitar mereka akan menyetujui keputusan tersebut (OR 6,8; 95% CI 3,02-15,53). Di sisi lain, orang tua dengan tingkat kendali perilaku yang tinggi cenderung menolak anaknya untuk divaksin (OR 0,4; 95% CI 0,24-0,86). Pada kelompok “Tidak Berkeputusan”, ketiga variabel tersebut tidak berhubungan dengan penerimaan vaksin HPV untuk anak.

13.

Khatiwada, M., Kartasasmita, C., Mediani, H. S., Delprat, C., Van Hal, G., & Dochez, C., 2021 (Indonesia)

Knowledge, Attitude and Acceptability of the Human Papilloma Virus Vaccine and Vaccination Among University Students in Indonesia

Mengeksplorasi pengetahuan, pendirian, dan penerimaan vaksin HPV pada mahasiswa di Indonesia

Studi cross-sectional terhadap 433 mahasiswa Universitas Padjadjaran dari berbagai fakultas

Dari 430 responden, 418 (97,2%) mengetahui tentang kanker serviks. Jumlah responden tersebut berkurang setelah ditanyakan soal pengetahuan vaksin HPV. Dari 372 responden, 256 orang (68,8%) mengetahui soal vaksin HPV sebelum survey, sementara 116 (31,2%) lainnya tidak.  Dari jumlah responden itu pula 255 orang (68,8%) percaya bahwa kanker serviks disebabkan oleh HPV dan 321 orang (86,3%) setuju bahwa infeksi HPV ditularkan via hubungan seks.

 

Dari 249 responden, 35% menjawab bahwa vaksin HPV layak diberikan pada umur 15-20 tahun, 26% darinya menganggap umur layaknya adalah 9-14 tahun, dan 28% percaya 21-26 tahun. Hanya 30 responden yang telah menerima vaksin, 13 orang diantaranya tiga dosis lengkap, 6 orang dua dosis, 5 orang satu dosis, dan 6 lainnya tidak mengingat sudah berapa kali divaksinasi.

 

Dari 240 responden, 117 orang (50%) menyatakan bahwa tidak ada halangan keagamaan/budaya terkait vaksinasi, 67 orang (27%) menyatakan bahwa vaksin haram karena kandungan babi, dan 56 orang (23%) tidak mengetahui akan adanya halangan demikian untuk vaksinasi

 

Lebih dari 70% responden percaya bahwa vaksin HPV aman dan sangat efektif, sementara itu 21% lainnya setuju bahwa vaksin tidak diperlukan untuk orang yang sehat.

 

Secara keseluruhan, responden memiliki pendirian yang positif terhadap vaksin HPV. Lebih dari 60% responden percaya bahwa keluarganya dapat membiayai layanan vaksin HPV serta mendorong responden untuk mendapatkannya. Namun, dari 312 responden, 67% menyatakan bahwa informasi terkait kanker serviks, HPV, dan vaksinnya belum begitu cukup di Indonesia. Tambahan lainnya adalah bahwa Vaksin HPV di fasilitas kesehatan swasta mahal.

 

Dari 225 responden, 48% memilih untuk mendapatkan vaksin HPV di rumah sakit, sementara 20,4% memilih Puskesmas. 

 

Sumber utama infomrasi vaksin HPV dari responden adalah Media berupa radio, televisi, dan internet (49,12%), kemudian tenaga kesehatan profesional (30,97%).

14.

Endarti, D., Satibi, S., Kristina, S. A., Farida, M. A., Rahmawanti, Y., & Andriani, T., (2018)

Knowledge, Perception, and Acceptance of HPV Vaccination and Screening for Cervical Cancer among Women in Yogyakarta Province, Indonesia.

Mengetahui pengetahuan, persepsi, dan penerimaan terkait kanker serviks, vaksinasi HPV, dan skrining pada perempuan yang tinggal di Provinsi Yogyakarta, Indonesia

Studi Cross-Sectional terhadap 392 perempuan yang terdiri dari 192 perempuan muda, 100 ibu dengan anak 12-15 tahun, dan 100 wanita dewasa di Yogyakarta

Pengetahuan dan persepsi terhadap kanker serviks, vaksin HPV, dan skriningnya di Yogyakarta terhitung rendah, namun penerimaannya cukup baik.

 

Pada kelompok perempuan muda, 64% berpengetahuan baik,  62% memiliki persepsi (pandangan) baik terhadap kanker serviks dan vaksin HPV, serta 92% menerima untuk diberikan vaksin HPV.

 

Pada kelompok ibu beranak 12-15 tahun, 44% berpengetahuan baik, 46% memiliki pandangan yang baik terhadap kanker serviks dan vaksin HPV, serta 91% menerima untuk diberikan vaksin HPV.

 

Pada kelompok wanita dewasa, 68% berpengetahuan baik, 57% memiliki pandangan baik terhadap kanker serviks dan skriningnya, serta 90% menerima untuk diskrining kanker serviks.

15.

Sitaresmi, M. N., Rozanti, N. M., Simangunsong, L. B., & Wahab, A., (2020)

Improvement of Parent's awareness, knowledge, perception, and acceptability of human papillomavirus vaccination after a structured-educational intervention

Menilai peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan persepsi orang tua terhadap HPV dan penerimaan vaksinnya setelah intervensi edukasi yang terstruktur

Studi kohort prospektif terhadap 506 orang tua murid kelas 5 dan 6 SD di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Yogyakarta

Mayoritas dari responden adalah ibu (92,8%) dengan umur median 40 tahun, dan mayoritasnya beragama Islam (92,8%). Sebagian kecil responden (8,8%) pernah mendapati kasus kanker di keluarganya dan 4,4% di antara responden tersebut mengaku bahwa anak perempuannya telah menerima vaksin HPV.

 

Mayoritas orang tua telah mengetahui soal penyakit menular seksual (PMS) (72,7%) dan kanker serviks (73,7%). Namun, hanya 46,2% dari mereka yang pernah mendengar infeksi HPV dan 46,2% pula yang menyatakan bahwa HPV menyebabkan kanker serviks.  Mayoritas orang tua (76,5%) mengetahui bahwa vaksinasi dapat mencegah terjadinya infeksi, namun hanya 44,1% orang tua yang pernah mendengar vaksinasi HPV secara khusus.

 

Pengetahuan (OR 1,90; 95% CI 1,40-2,57) dan persepsi positif (OR 1,31; 95% CI 1,05-1,63) terkait infeksi HPV, kanker serviks, dan vaksin HPV berhubungan dengan penerimaan vaksin

 

Setelah intervensi, penerimaan orang tua terhadap vaksinasi HPV untuk anaknya meningkat secara signifikan (dari 74,3 ke 87,4%; nilai-p < 0,001). Ada hubungan signifikan antara penerimaan vaksin dengan peningkatan kesadaran (r = 0.33, p < 0.001); pengetahuan terkait infeksi HPV (r = 0.35, p < 0.001), kanker serviks (r = 0.35, p < 0.001), dan vaksin HPV(r = 0.47, p < 0.001); serta persepsi terkait infeksi HPV(r = 0.36, p < 0.001), kanker serviks (r = 0.35, p < 0.001), dan vaksin HPV(r = 0.53, p < 0.001)

16

Garon, J., Wuddhika, I. V., Sreenivasan, N., Wannemuehler, K., Vutthikol, Y., Chhorvann, C., & Loharikar, A., (2019)

Community-based household assessment of human papillomavirus (HPV) vaccination coverage and acceptability - HPV vaccine demonstration program, Cambodia - 2017

Memahami cakupan pemberian vaksinasi di Kamboja

Studi Cross-Sectional menggunakan survei berbasis komunitas untuk menilai program percobaan vaksinasi HPV pada enam distrik di dua provinsi Kamboja.

Dari 7.594 household di dua provinsi, 315 perempuan terdaftar dalam survey (188 di Provinsi Siem Reap; 127 di Provinsi Svay Rieng). Vaksinasi dua dosis lengkap terdokumentasi sebesar 84% (95% CI 78-88%). Hampir semua perempuan adalah murid sekolah (>99%) dan 90% dari mereka dilaporkan menerima vaksin di sekolah.

 

Pengetahuan perempuan umur sekolah dan perawatnya (caregiver) terkait infeksi HPV terhitung rendah. Namun, 58% dari perawatnya menyatakan alasan utama menerima vaksin untuk anaknya adalah untuk “melindunginya dari kanker serviks”.

17

Wadhera, P., Evans, J. L., Stein, E., Gandhi, M., Couture, M. C., Sansothy, N., Sichan, K., Maher, L., Kaldor, J., Page, K., YWHS Collaborative, & Kien, (2015)

Human papillomavirus knowledge, vaccine acceptance, and vaccine series completion among female entertainment and sex workers in Phnom Penh, Cambodia: the Young Women's Health Study

Menilai pengetahuan wanita berisiko tinggi terkena PMS terkait HPV sebelum dan sesudah pemberian dua informasi singkat terkait HPV dan beberapa sesi edukasi

Studi kohort prospektif terhadap 220 wanita pekerja seks (WPS) di Phnom Penh, Kamboja

Umur median dari responden adalah 26 tahun (Interquantile Range (IQR) 22-28). Hampir seperempat (22,7%) wanita tidak sekolah dan hampir setengahnya (41,4%) berpisah, bercerai hidup, atau cerai mati. Setengah dari responden dilaporkan memulai aktivitas seksualnya pada umur 18 dan median lama bekerja sebagai WPS adalah 3,5 tahun (IQR 2,0-5,8). Median jumlah pasangan seksual yang ditemui selama 1 bulan ke belakang adalah 6 pasangan (IQR 4-15).

 

Hanya 23,6% responden yang pernah mendengar soal HPV. Setelah intervensi, 90% menjawab pertanyaan terkait pengetahuan HPV dengan benar. Penerimaan vaksin cukup universal dan 79,2% telah menerima tiga dosis lengkap vaksin.

18

Taylor, V. M., Burke, N. J., Ko, L. K., Sos, C., Liu, Q., Do, H. H., Talbot, J., Yasui, Y., & Bastani, R., (2014)

Understanding HPV vaccine uptake among Cambodian American girls

Memahami penerimaan vaksin oleh perempuan berketurunan Kamboja di Amerika Serikat

Studi cross-sectional terhadap 86 ibu berketurunan Kamboja yang tinggal di daerah perkotaan Seattle, Amerika Serikat

Proporsi responden yang telah memulai dan melengkapi dosis Vaksin HPV untuk anak perempuannya secara berturut adalah 29% dan 14%.

 

Kelengkapan vaksinasi berhubungan signifikan dengan pernahnya ibu mendengar terkait vaksin HPV dari tenaga kesehatan profesional dan pernah melakukan tes Pap Smear.

 

Penghalangan utama dari vaksinasi HPV adalah kurangnya pengetahuan terkait vaksin tersebut, tidak mendapatkan rekomendasi dokter untuk vaksin, dan pikiran bahwa vaksin tidak diperlukan saat tidak ada masalah kesehatan.

19

Touch, S., & Oh, J. K., (2018)

Knowledge, attitudes, and practices toward cervical cancer prevention among women in Kampong Speu Province, Cambodia

Memahami pengetahuan, pendirian, dan perilaku perempuan Kamboja terhadap kanker serviks dan pencegahannya

Studi cross-sectional terhadap  440 perempuan berumur 20-69 tahun yang tinggal di Provinsi Kampong Speu, Kamboja

35% perempuan memahami bahwa kanker serviks dapat dicegah dengan vaksinasi. 62% perempuan mau mendapatkan vaksin HPV, tetapi hanya 1% yang telah divaksinasi.

 

Perempuan dengan umur muda (20-29 tahun saat dibandingkan dengan 60-69 tahun) dan mereka yang telah menikah lebih besar kemungkinannya untuk mau menerima vaksinasi.

20

Kenny, D. X., Hsueh, K., Walters, R. W., & Coté, J. J., (2022)

Human Papillomavirus Vaccination and Pap Smear Rates Among Burmese Refugee Girls in a Healthcare System in Omaha, Nebraska

Memahami pandangan terkait vaksinasi HPV dan tes pap smear pada populasi pengungsi dari Burma (Myanmar)

Studi Retrospektif terhadap Rekam Medis Elektronik untuk pasien perempuan dari Burma di Catholic Health Initiatives atau rumah sakit di Omaha

Dari 65 pasien berumur 11-26, 49,2% telah memulai vaksinasi HPV dan 30,8% telah menerima semua dosis.

 

Pada pasien berumur 13-17 tahun, 86,4% telah mulai menerima vaksinasi dan 54,6% telah menerima semua dosis.

21

Mohamed F. Jalloh, Sarah D. Bennett, Didarul Alam, Paryss Kouta, Dalia Lourenço, Mohammad Alamgir, Leora R. Feldstein, Daniel C. Ehlman, Neetu Abad, Neha Kapil, Maya Vandenent, Laura Conklin, Brent Wolff, (2019)

Rapid behavioral assessment of barriers and opportunities to improve vaccination coverage among displaced Rohingyas in Bangladesh

Memahami halangan vaksinasi dan kesempatan untuk meningkatkan kemauan vaksinasi pada pengungsi Rohingnya di Bangladesh

Studi Kualitatif terhadap 9 FGD dan wawancara terhadap 15 informan kunci. Responden termasuk orang tua yang memiliki balita, relawan, pemimpin kamp pengungsi, pemimpin agama islam, dukun, dan guru

Halangan utama terhadap vaksinasi (secara umum) adalah kepercayaan bahwa bila divaksin akan menjadi beragama kristen, kekhawatiran saat diberikan lebih dari satu vaksin dalam sehari, kekhawatiran akan efek samping, serta kurang perhatiannya pemberi vaksin terhadap norma terkait gender yang dipercaya oleh para pengungsi

22

Parikh, P. M., Mullapally, S. K., Hingmire, S., Kamal Uddin, A. F. M., Thinn, M. M., Shahi, A., Tshomo, U., Mohan, I., Kaur, S., & Ghadyalpatil, N. , (2020)

Cervical Cancer in SAARC Countries

Menggambarkan kondisi kanker serviks dan pencegahannya di negara SAARC

Studi Deskriptif terhadap 367 responden di 9 negara SAARC

1.      Vaksin HPV diberikan untuk perempuan berusia 10-26 tahun di Bangladesh, India, Myanmar, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka

2.      Responden dari Myanmar menyampaikan bahwa imunisasi HPV diberikan juga untuk laki-laki demi mencapai herd immunity

3.      Responden dari seluruh negara SAARC menginginkan vaksinasi HPV untuk dimasukkan pada program vaksinasi nasional mereka

4.      Hingga saat dilaksanakannya survei, kesuksesan vaksinasi HPV lengkap di Sikkim, India untuk perempuan berusia 8-14 tahun sulit untuk dilaksanakan di Bangladesh, Bhutan, India, Myanmar, dan Nepal karena harganya yang mahal

5.      Sebagian besar responden (dari Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, Myanmar, dan Sri Lanka) merasa bahwa vaksinasi HPV tidak menafikkan kebutuhan untuk skrining kanker serviks kedepannya.

23

Juntasopeepun, P. and Thana,K, (2018)

Parental acceptance of HPV vaccines in Chiang Mai, Thailand,

Untuk mengidentifikasi variabel yang terkait dengan penerimaan vaksinasi HPV di kalangan orang tua/pengasuh utama di Thailand.

Studi prospektif cross-sectional pada orang tua/pengasuh remaja perempuan berusia 12-18 tahun dari sekolah di Chiang Mai, Thailand, pada tanggal 1 Januari ke 29 Februari 2016.

Penelitian ini melibatkan 331 orang tua; lebih dari separuh (195 [61,1%]) pernah mendengar tentang vaksin HPV. Pengetahuan mereka mengenai HPV dan kanker serviks cukup. Mayoritas orang tua (266/313 [85,0%]) menyatakan bahwa mereka akan menerima vaksinasi HPV jika biayanya disubsidi oleh pemerintah. Penerimaan vaksin HPV dikaitkan dengan manfaat yang dirasakan dari vaksinasi HPV (rasio odds [OR] 1,49; interval kepercayaan 95% [CI] 1,18–1,88), persepsi kerentanan terhadap penyakit (OR 1,42; 95% CI 1,11–1,81), dan persepsi rumah tangga. pendapatan (OR 1,35; 95% CI 1,02–1,78).

 

Penelitian yang Membahas Hubungan Pengetahuan dan Penerimaan Vaksin HPV

Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan sebagian responden pernah mendengar atau tahu tentang kanker serviks (Khatiwada et al., 2021; Khoo et al., 2011; Sitaresmi et al., 2020). Namun, banyak yang belum mengetahui atau mempunyai pengetahuan yang rendah tentang HPV atau vaksin HPV baik pada remaja, orang tua, dan guru (Endarti et al., 2018; Garon et al., 2019; Kamimura et al., 2018; Khatiwada et al., 2021; Khoo et al., 2011; Kruiroongroj & Thavorncharoensap, 2014). Studi di Thailand menemukan bahwa pengetahuan orang tua tentang vaksin HPV rendah dan mereka tidak mengetahui hubungan antara vaksin HPV dengan kanker serviks (Kruiroongroj & Thavorncharoensap, 2014). Namun studi lain di Kamboja menunjukkan adanya pengetahuan tentang hubungan antara vaksin HPV dan kanker serviks sebesar 58% pada perawat (caregiver) yang menerima vaksin untuk anaknya dengan alasan utama sebagai “pelindung dari kanker serviks” (Garon et al., 2019).

Namun, pengetahuan rendah tidak selalu mencerminkan persepsi negatif. Dapat dilihat pada beberapa penelitian yang menunjukkan adanya persepsi terhadap vaksin HPV yang positif dan penerimaan untuk mendapatkan vaksin HPV yang cukup tinggi meskipun pengetahuan rendah (Khatiwada et al., 2021; Touch & Oh, 2018). Hal ini disebabkan karena faktor pengetahuan bukan menjadi faktor independen yang mempengaruhi penerimaan vaksin HPV (Wijayanti et al., 2021). Faktor penerimaan lain yang mempengaruhi penerimaan vaksin HPV adalah tingkat pendidikan (B. X. Tran et al., 2018), wilayah tempat tinggal (N. T. Tran et al., 2023), jenis kelamin dan jurusan yang beruhubungan dengan kesehatan (Chanprasertpinyo & Rerkswattavorn, 2020; Kruiroongroj & Thavorncharoensap, 2014; Lismidiati et al., 2019; Michelle et al., 2023; N. T. Tran et al., 2023).

Pemberian edukasi tentang vaksin HPV dapat meningkatkan pengetahuan. Hal ini terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Wadhera et al. (2015) dan Sitaresmi et al. (2020). Penelitian tersebut menunjukan adanya peningkatan pengetahuan pada orang tua dan perempuan setelah diberikan intervensi berupa edukasi tentang vaksin HPV. Pemberian edukasi dan informasi tentang kanker serviks dan vaksin HPV juga direkomendasikan oleh para responden di beberapa penelitian untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang vaksin HPV (Lim & Lim, 2019; Lismidiati et al., 2019).

           

Penelitian yang Membahas Hubungan Biaya Vaksin dan Penerimaan Vaksin HPV

Mayoritas dari penelitian menunjukkan bahwa harga merupakan salah satu hambatan dari penerimaan dan vaksinasi HPV (Chanprasertpinyo & Rerkswattavorn, 2020; Lim & Lim, 2019; Michelle et al., 2023). Penelitian lain (Khoo et al., 2011) juga menunjukkan bahwa hubungan biaya dengan penerimaan vaksin lebih kuat dibandingkan faktor-faktor lainnya seperti pengetahuan. Satu penelitian di Thailand (Kruiroongroj & Thavorncharoensap, 2014) bahkan menunjukkan bahwa penerimaan vaksin paling tinggi jika ditawarkan secara gratis dan cukup tinggi saat disubsidi. Satu studi di Singapura (Michelle et al., 2023) juga menemukan bahwa faktor biaya merupakan hambatan utama dalam penerimaan vaksin HPV selain faktor pengetahuan. Penelitian lain di Thailand menemukan bahwa terjadi pada penerimaan vaksin pada orang tua pada anak jika terdapat subsidi oleh pemerintah (Juntasopeepun & Thana, 2018).                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           

 

Penelitian yang Membahas Faktor Penerimaan Vaksin HPV Lainnya

            Persepsi terhadap keamanan vaksin dilaporkan oleh dua penelitian (Jalloh et al., 2019; Lim & Lim, 2019). Selain itu, ditemukan halangan yakni persepsi bahwa vaksinasi HPV tidak perlu karena berperilaku risiko rendah (Chanprasertpinyo & Rerkswattavorn, 2020) dan tidak memiliki masalah kesehatan (Khatiwada et al., 2021; Taylor et al., 2014). Dorongan dan izin dari orang tua berpengaruh terhadap vaksinasi HPV di Singapura dan Brunei Darussalam (Chaw et al., 2019; Lim & Lim, 2019). Kepercayaan bahwa masyarakat sekitar akan menyetujui perilaku orang tua yang mengizinkan anaknya untuk mendapatkan vaksinasi juga ditemukan berpengaruh terhadap penerimaan vaksin (Wijayanti et al., 2021). Masih berkaitan dengan kepercayaan, konstriksi bahan olahan tertentu berdasarkan norma yang dianut masyarakat menjadi halangan penerimaan vaksinasi HPV (Jalloh et al., 2019; Khatiwada et al., 2021). Adapun faktor lain yang berhubungan dengan penerimaan vaksin HPV adalah adanya saran dari dokter untuk menerima vaksin (Taylor et al., 2014). Faktor demografi, yakni umur dan status pernikahan, juga dilaporkan berhubungan dengan penerimaan vaksin HPV (Touch & Oh, 2018).

 

Kesimpulan

Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan vaksin HPV di negara-negara ASEAN dapat bervariasi. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa biaya dari vaksin HPV merupakan faktor utama dalam tingkat penerimaan vaksin dan vaksinasi HPV. Faktor pengetahuan tentang kanker serviks dan vaksin HPV, walau berhubungan, tidak selalu mencerminkan angka penerimaan dan vaksinasi. Faktor-faktor lain seperti demografi dan kepercayaan juga dapat memengaruhi penerimaan vaksin oleh masyarakat di negara-negara ASEAN.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Chanprasertpinyo, W., & Rerkswattavorn, C. (2020). Human papillomavirus (HPV) vaccine status and knowledge of students at a university in rural Thailand. Heliyon, 6(8).

Chaw, L. L., Lim, S. T. W., & Yussof, S. R. M. (2019). Human Papillomavirus vaccine coverage among female students in Brunei Darussalam: results from the first 4 years of the national school-based vaccination programme. Heliyon, 5(10).

Endarti, D., Kristina, S. A., Farida, M. A., Rahmawanti, Y., & Andriani, T. (2018). Knowledge, perception, and acceptance of HPV vaccination and screening for cervical cancer among women in Yogyakarta Province, Indonesia. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention: APJCP, 19(4), 1105.

Garon, J., Wuddhika, I. V., Sreenivasan, N., Wannemuehler, K., Vutthikol, Y., Chhorvann, C., & Loharikar, A. (2019). Community-based household assessment of human papillomavirus (HPV) vaccination coverage and acceptability–HPV vaccine demonstration program, Cambodia–2017. Vaccine, 37(9), 1202–1208.

Grandahl, M., Oscarsson, M., Stenhammar, C., Nevéus, T., Westerling, R., & Tydén, T. (2014). Not the right time: why parents refuse to let their daughters have the human papillomavirus vaccination. Acta Paediatrica, 103(4), 436–441.

Grandahl, M., Paek, S. C., Grisurapong, S., Sherer, P., Tydén, T., & Lundberg, P. (2018). Correction: Parents’ knowledge, beliefs, and acceptance of the HPV vaccination in relation to their socio-demographics and religious beliefs: A cross-sectional study in Thailand. Plos One, 13(4), e0196437.

Hanifah, N., Herdiana, I., & Ardi, R. (2021). Determinants of vaccine hesitancy in Indonesia: A scoping review. Makara Human Behavior Studies in Asia, 25 (1), 3–11.

Jalloh, M. F., Bennett, S. D., Alam, D., Kouta, P., Lourenço, D., Alamgir, M., Feldstein, L. R., Ehlman, D. C., Abad, N., & Kapil, N. (2019). Rapid behavioral assessment of barriers and opportunities to improve vaccination coverage among displaced Rohingyas in Bangladesh, January 2018. Vaccine, 37(6), 833–838.

Juntasopeepun, P., & Thana, K. (2018). Parental acceptance of HPV vaccines in Chiang Mai, Thailand. International Journal of Gynecology & Obstetrics, 142(3), 343–348.

Kamimura, A., Trinh, H. N., Weaver, S., Chernenko, A., Wright, L., Stoddard, M., Nourian, M. M., & Nguyen, H. (2018). Knowledge and beliefs about HPV among college students in Vietnam and the United States. Journal of Infection and Public Health, 11(1), 120–125.

Kenny, D. (2022). Human and machine translation. Machine Translation for Everyone: Empowering Users in the Age of Artificial Intelligence, 18, 23.

Khatiwada, M., Kartasasmita, C., Mediani, H. S., Delprat, C., Van Hal, G., & Dochez, C. (2021). Knowledge, attitude and acceptability of the human papilloma virus vaccine and vaccination among university students in Indonesia. Frontiers in Public Health, 9, 616456.

Khoo, C. L., Teoh, S., Rashid, A. K., Zakaria, U. U., Mansor, S., Salleh, F. N., & Nawi, M. N. (2011). Awareness of cervical cancer and HPV vaccination and its affordability among rural folks in Penang Malaysia. Asian Pac J Cancer Prev, 12(6), 1429–1433.

Kruiroongroj, S., & Thavorncharoensap, M. (2014). Knowledge, acceptance, and willingness to pay for human papilloma virus (HPV) vaccination among female parents in Thailand. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 15(13), 5469–5474.

Lim, A. S. E., & Lim, R. B. T. (2019). Facilitators and barriers of human papillomavirus vaccine uptake in young females 18–26 years old in Singapore: A qualitative study. Vaccine, 37(41), 6030–6038.

Lismidiati, W., Emilia, O., & Widyawati, W. (2019). Need vs. financing capability: Human Papillomavirus vaccinations among adolescents. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention: APJCP, 20(10), 2959.

Michelle, E., Kwek, J., Ang, J. X., Mathur, M., & Kho, L. C. L. (2023). Comparison of awareness, attitudes and knowledge on human papilloma virus vaccination in Singapore: 2019 versus 2013. Singapore Medical Journal, 10–4103.

Nguyen, N. T. T., Nguyen, L. H., Nguyen, T. T., Vu, L. G., Vu, T. M. T., Le Vu, M. N., Vu, G. T., Latkin, C. A., Ho, C. S. H., & Ho, R. C. M. (2023). Preference and willingness to pay for reproductive health services among adults in Urban–Rural transition settings of a developing country: evidence from a cross-sectional study in a rural district of Hanoi, Vietnam. BMC Health Services Research, 23(1), 1196.

Osman, M., Manosuthi, W., Kaewkungwal, J., Silachamroon, U., Mansanguan, C., Kamolratanakul, S., & Pitisuttithum, P. (2021). Etiology, clinical course, and outcomes of pneumonia in the elderly: a retrospective and prospective cohort study in Thailand. The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 104(6), 2009.

Parikh, P. A., Shah, B. V, Phatak, A. G., Vadnerkar, A. C., Uttekar, S., Thacker, N., & Nimbalkar, S. M. (2020). COVID-19 Pandemic: Knowledge and Perceptions of the Public and Healthcare Professionals. Cureus, 12(5). https://doi.org/10.7759/cureus.8144

Sitaresmi, M. N., Rozanti, N. M., Simangunsong, L. B., & Wahab, A. (2020). Improvement of Parent’s awareness, knowledge, perception, and acceptability of human papillomavirus vaccination after a structured-educational intervention. BMC Public Health, 20, 1–9.

Taylor, V. M., Burke, N. J., Ko, L. K., Sos, C., Liu, Q., Do, H. H., Talbot, J., Yasui, Y., & Bastani, R. (2014). Understanding HPV vaccine uptake among Cambodian American girls. Journal of Community Health, 39, 857–862.

Touch, S., & Oh, J.-K. (2018). Knowledge, attitudes, and practices toward cervical cancer prevention among women in Kampong Speu Province, Cambodia. BMC Cancer, 18, 1–8.

Tran, B. X., Than, P. T. Q., Doan, T. T. N., Nguyen, H. L. T., Thi Mai, H., Nguyen, T. H. T., Le, H. T., Latkin, C. A., Zhang, M. W. B., & Ho, R. C. M. (2018). Knowledge, attitude, and practice on and willingness to pay for human papillomavirus vaccine: a cross-sectional study in Hanoi, Vietnam. Patient Preference and Adherence, 945–954.

Tran, N. T., Phan, T. N. T., Pham, T. T., Le, T. T., Le, H. M., Nguyen, D. T., Lam, A. N., Pham, T. T., Le, H. T., & Dang, N. B. (2023). Urban-rural disparities in acceptance of human papillomavirus vaccination among women in Can Tho, Vietnam. Annali Di Igiene, Medicina Preventiva e Di Comunità, 35(6).

Wadhera, P., Evans, J. L., Stein, E., Gandhi, M., Couture, M.-C., Sansothy, N., Sichan, K., Maher, L., Kaldor, J., & Page, K. (2015). Human papillomavirus knowledge, vaccine acceptance, and vaccine series completion among female entertainment and sex workers in Phnom Penh, Cambodia: the young women’s health study. International Journal of STD & AIDS, 26(12), 893–902.

Wijayanti, K. E., Schütze, H., MacPhail, C., & Braunack-Mayer, A. (2021). Parents’ knowledge, beliefs, acceptance and uptake of the HPV vaccine in members of The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN): A systematic review of quantitative and qualitative studies. Vaccine, 39(17), 2335–2343.

World Health Organization (WHO). (2021). Coronary Heart Disease.

 

 

Copyright holder:

Butsainah Putri Rahmah, Muhammad Faris Naufal, Varian Almerridho, Robiana Modjo (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: