Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8,
No. 12, Desember 2023
ANALISA KELAYAKAN
FINANSIAL PROYEK AUTOMATED PEOPLE MOVER SYSTEM BANDAR
UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA
Arif Irawan1*, Budi Susetyo2, Mawardi
Amin3
1,2,3 Magister Teknik Sipil, Universitas
Mercu Buana Jakarta, Indonesia
Email: 1*[email protected],
2[email protected], 3[email protected]
Abstrak
Pertumbuhan jumlah
Penumpang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, maka peningkatan kapasitas
menjadi tantangan bagi penyelenggara Bandar Udara, diantaranya dengan menambah jumlah sub terminal, yaitu: terminal 1,
terminal 2 dan terminal 3. diharapkan mampu menjawab persoalan tersebut, namun
dengan bertambahnya jumlah sub terminal mobilitas penumpang menjadi
permasalahan operasional baru yang harus diselesaikan karena perpindahan
tersebut menimbulkan potensi terjadinya hambatan lalu lintas dan menyebabkan
penumpang terlambat. untuk mengatasi permasalahan tersebut, Bandar Udara
Internasional Soekarno – Hatta berinovasi melakukan pengembangan Infrastruktur
yang dapat memberikan sistem layanan transportasi terpadu, dedicated sehingga
prioritas mobilitas penumpang dapat terlayani dengan baik. Penyelenggaraan APMS
merupakan sistem layanan penunjang konektivitas antarmoda dan antar sub
terminal, biaya penyelenggaraannya membutuhkan biaya cukup besar yakni biaya
investasi dan biaya operasional hal ini menjadi permasalahan besar karena
Pembebanan biaya operasional tidak secara langsung melainkan dibebankan melalui
pendapatan pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U) / Passenger Service
Charge (PSC), sejak masa pandemi corona virus disease (covid - 19) pendapatan
tersebut mengalami penurunan. Penelitian bertujuan melakukan analisa kelayakan
finansial terhadap Proyek Automated
People Mover System dengan melakukan perhitungan seperti Internal Return Rate,
Net Present Value, Return On Investment, dan Pay Back Period, Hasil penelitian
dinyatakan tidak layak karena tidak menghasilkan benefit.
Kata kunci: Automated People Mover System, Net Present Value, Internal Return Rate, Benefit Cost Ratio, Pay Back Period, Return On Investment
Abstract
The growth in the number of passengers continues to increase
every year, so increasing capacity is a challenge for airport operators,
including by increasing the number of sub-terminals, namely: terminal 1,
terminal 2 and terminal 3. being a passenger is a new problem that must be
solved because the lockdown creates the potential for traffic jams and causes
passengers to be late. To overcome these problems, Soekarno-Hatta International
Airport has made modifications to carry out infrastructure development that can
provide an integrated, dedicated transportation service system so that priority
passenger mobility can be served properly. The operation of flying boats is a
service system supporting intermodal and inter-sub-terminal connectivity, the
cost of organizing flying boats requires quite large costs, namely investment
costs and operational costs. / Passenger Service Fee (PSC), since the corona
virus disease (covid 19) pandemic, this income has been decreasing. The
research aims to financial analysis of the Automated People Mover System
Project and perform calculations such as the Internal Return Rate, Net Present
Value, Return On Investment, and Pay Back Period. The research results are
declared not feasible because they are not providing benefit.
Keywords: Automated
People Mover System, Net Present Value, Internal Return Rate, Benefit Cost
Ratio, Pay Back Period, Return On Investment
Pendahuluan
Sebagai kota metropolitan di negara yang sedang berkembang, Jakarta
merupakan pusat perekonomian dan pemerintahan di Indonesia, sehingga segala
infrastruktur penunjang keberjalanan kegiatan tersebut menjadi sangat penting (Arga
et al., 2021). Salah satu infrastruktur
yang paling penting untuk menunjang keberjalanan kegiatan di Jakarta adalah
Bandara Internasional Soekarno Hatta. Sebagai bandara internasional di Jakarta,
bandara Soekarno-Hatta memegang peranan penting sebagai ujung tombak pergerakan
aktivitas masyarakat.
Dengan semakin padatnya jumlah penumpang yang menggunakan layanan bandara
Soekarno-Hatta, maka diperlukan pengembangan pada bandara untuk mengatasi
pertumbuhan yang terjadi. Pengembangan yang dimaksud diantaranya penambahan sub
terminal baru, dan perluasan / revitalisasi sub terminal eksisiting. Jumlah
penumpang yang banyak harus diiringi dengan kapasitas bandara yang cukup serta
sarana transportasi di dalam bandara yang memadai. Hal ini guna mencegah
terjadinya overcapacity pada terminal dan terhentinya lalu lintas akses
di dalam bandara sendiri. Oleh karena itu, pengembangan layanan bandara dalam
hal ini sistem transportasi di dalam bandara menjadi sangat penting.
Sebagai pengelola Bandar Udara yang berintegritas, maka PT. XYZ
memperhatikan mobilitas penumpang antar
terminal, agar penumpang dapat terlayani kebutuhanya dalam hal berpindah
tempat. karena pelayanan terhadap penumpang bandara merupakan tugas utama,
berkaitan dengan hal tersebut maka kebutuhan akan jasa transportasi sangat
penting untuk mendukung Operasional Bandar udara dalam hal konektivitas antar
terminal bandar udara. PT. XYZ memberikan pelayanan terhadap penumpang dengan
fasilitas tranportasi untuk membantu penumpang berpindah antar terminal yaitu
menggunakan Shuttle Bus, namun dikarenakan setiap bus hanya ada setiap 30 menit
sekali dan waktu tempuh yang tidak menentu, serta Shuttle Bus tersebut berjalan
melalui jalan umum yang mengakibatkan Shuttle Bus tersebut memungkinkan untuk
terkena hambatan di jalan umum seperti kemacetan lalu lintas. Dan hal ini akan
berpotensi menyembakan keterlambatan bagi penumpang bandara, Maka untuk
mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya suatu inovasi yang sifatnya
merupakan pengembangan Infratrsuktur Bandara, pengembangan tersebut dalam hal
ini merupakan pembangunan gedung dan infrastruktur yang dapat memberikan sistem
layanan transportasi yang terpadu, dedicated sehingga prioritas mobilitas
penumpang dapat terlayani dengan baik.
Pada tahun 2016 PT. XYZ melalui Bandara Soekarno – Hatta, melakukan
investasi dengan membangun infrastruktur dan sistem yakni : Automated People
Mover System yang adalah merupakan bagian dari
proyek pengembangan Bandara Internasional Soekarno - Hatta pada sisi darat
(landside) terdiri dari bangunan – bangunan Prasarana seperti Gedung Stasiun
Kereta, Jembatan Penyebrangan (Sky Bridge). Gedung Penyimpanan dan Pemeliharaan
Kereta (Depo), Gedung Ruang Pusat Kendali / Operation Control Center (OCC), dan
infrastruktur berupa jalur utama kereta dengan disain elevated double track menggunakan I girder dengan Profil U shape
Girder yang dapat menghubungkan Terminal 1, Terminal 2, Terminal 3 dan Stasiun
Kereta Bandara, dengan jarak panjang trase 3,05 km, lebar masing – masing
lintasan 1.850 mm, kelandaian maksimum 6 ‰. dan terdapat area stabling, walkway
area serta jalur test track. Disisi lain yakni pada sistem Sarana Automated
People Mover System, terdapat 6 unit Trainset, menggunakan sistem penggerak
listrik dengan tegangan saluran DC 750V, variasi tegangan DC 550V - 900V, kecepatan maksimal 30 km/jam,
kapasitas maksimal penumpang 1 trainset berjumlah 176 orang, beroperasi 2
trainset selama 15 jam sehingga headway
antar kereta 13 menit, dwell time 1 menit , dengan jumlah perjalanan / trip
sebanyak 2 x 70 setiap hari. (Sispro Pemeriksaan dan Perawatan Automated People
Mover System. n.d.)
Sistem layanan Automated People Mover System diberikan secara geratis
tanpa pungutan biaya secara langsung, melainkan melalui pendapatan perusahaan
dari pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U) atau passenger service
charge (PSC) yang merupakan biaya atas pelayanan penumpang pesawat yang berada
di Bandara. biaya ini terhitung sejak penumpang memasuki bandara (curbside),
area keberangkatan (departure), hingga
pintu kedatangan (arrival) bandara kedatangan. Demi kelangsungan Operasional
Automated People Mover System pembiayaan merupakan sangat penting untuk
dipersiapkan, namun pembiayaan hanya bergantung pada banyaknya jumlah penumpang yang berangkat.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta bahwa
terdapat penurunan jumlah penumpang pesawat udara pertahun dari tahun 2018,
2019 dan 2020. Begitu juga dengan jumlah
trafik penerbangan data pergerakan Bandar Udara Internasional Soekarno – Hatta
mengalami hal yang sama, pandemi ini menyebabkan maskapai penerbangan dan
perusahaan pengelola Bandar Udara di Indonesia merugi. Kerugian perusahaan
terus meningkat dengan adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Menyikapi permasalahan diatas bagaimanakah keberlangsungan operasional
Automated People Mover System kedepan ? mengingat biaya – biaya yang dibutuhkan
cukup besar, dan pendapatan perusahaan sedang dalam masa recovery akibat masa
pandemi, lalu bagaimana kelayakan dari suatu investasi Automated People Mover
System ini, apakah dengan melakukan investasi Automated People Mover System ini
dapat memberi keuntungan / nilai tambah bagi perusahaan atau hanya bersifat
pengeluaran saja. Maka perlu dilakukan perhitungan dan Analisa untuk
mengevaluasinya dalam hal menentukan keberlanjutanya.
Metode Penelitian
Pada Tahap Pertama, yaitu Studi. Dilakukan pengumpulan literatur terkait
bahasan penelitian ini, seperti buku, laporan Automated People Mover System,
e-book, jurnal penelitiaan seperti dari ASCE, Elsevier, Taylor and Francis,
Academia, Research Gate Google Cendekia, serta dari sumber terpercaya lainnya.
Selain pengumpulan literatur pada tahap studi ini juga dilakukan identifikasi
masalah sehingga diharapkan penelitian ini mampu menyelesaikan masalah (Problem
Solver). Hasil dari tahap ini adalah Judul penelitian yang Clean & Clear
(C&C) beserta literaturnya. Jika belum Clean & Clear (C&C) maka
proses Studi harus diulangi. Tahap berikutnya melanjutkan studi dengan memulai
studi kembali terkait dengan judul yang sudah diperoleh Clean & Clear
(C&C) mulai dari State Of The Art, Research Question (RQ) dimana untuk
Tesis minimal memiliki 3 Research Question. Hasil pada tahap ini adalah
Hipotesa terkait penelitian yang akan dilakukan.
Gambar 1 Diagram Alur Penelitian
Lalu melakukan pengolahan data sekunder, dengan diawali pendataan
terhadap data – data yang diperlukan, lalu dikelompokan menjadi data dari
setiap tahunnya serta di buatkan rekapitulasi data akhir, yang mana nantinya
akan digunakan untuk melakukan evaluasi perhitungan ekonomi, adapun data - data
yang dimaksud pada penelitian ini, sebagai berikut:
1. Laporan Biaya Listrik
2. Laporan Biaya Air
3. Laporan Biaya Keamanan
4. Laporan Biaya Kebersihan
5. Laporan Biaya Operation & Maintenace
6. Laporan Operasional Kalayang
7. Laporan Operasional Bandara
8. Biaya Investasi
9. Tarif passenger service charge (PSC)
Tahapan selanjutnya pada penelitian ini, yaitu melakukan evaluasi
perhitungan investasi dengan menghitung seluruh biaya rill yang dikeluarkan
baik biaya untuk investasi maupun kebutuhan operasional dan biaya yang akan
diterima sebagai benefit atau manfaat, lalu hasil perhitungan dilakukan untuk
mengetahui perbandingan apakah investasi yang telah dilakukan menghasilkan
keuntungan atau manfaat yang lebih besar dari seluruh biaya yang dikeluarkan,
Perhitungan yang akan dilakukan menggunakan tiga skema yaitu : skema pesimis,
skema moderat dan skema optimis. ketiga skema tersebut menggunakan sumber
pendapatan pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U) atau passenger
service charge (PSC).
Skema optimis digunakan sebagai tolak ukur perhitungan yang diharapkan,
hasil observasi pada gedung stasiun Automated People Mover System (APMS) Bandar
Udara Internasional Soekarno – Hatta untuk mengidentifikasi pada faktor teknis
apa saja yang dapat menghasilkan potensi penambahan biaya sebagai revenue. yang nantinya dapat dijadikan dasar untuk dilakukan
simulasi evaluasi perhitungan kembali dengan adanya penambahan pendapatan dari
proyek APMS. Pendapatan nilai tambah tersebut dimungkinkan dari pengelolaan
pada bidang Food and Beverage dan Advertising dengan didukung oleh tingkat
keramaian calon penumpang Bandar Udara Internasional Soekarno – Hatta dan
ketersedian lahan.
Atas faktor teknis tersebut diharapkan mendapatkan hasil perhitungan yang
positif untuk pembiayaan operasional proyek Automated People Mover System
(APMS) agar keberlangsungannya dapat membantu kelancaran operasional Bandar
Udara Internasional Soekarno – Hatta dalam menyelesaikan permasalahan dari
proyek pengembangan bandara terkait konektivitas atau mobilisasi penumpang
pesawat udara pada Kawasan internal bandara. Menurut Sutrisno (2003), Keputusan
investasi adalah keputusan yang sering disebut capital budgeting, yaitu seluruh
proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dan periode
pengembalian dana melebihi satu tahun atau jangka panjang.
Evaluasi
investasi pada penelitian ini akan menghitung sebagai berikut :
1. Net Present Value (NPV);
2. Internal Return Rate (IRR);
3. Benefit Cost Ratio (BCR);
4. Payback Period (PP);
5. Dan Return On Investment (ROI).
Hasil perhitungan akan digunakan sebagai dasar atas evaluasi terhadap
investasi yang telah dilakukan, agar keberlangsungan manfaat dari Proyek Automated People Mover System Bandar
Udara Internasional Soekarno Hatta dapat dijaga kesinambunanganya dalam
menyelesaikan permasalahan dari pengembangan bandara.
Hasil dan Pembahasan
A. Biaya Investasi
Pada penelitian terdiri pekerjaan struktur, Pengadaan system sarana dan
prasarana Automated People Mover System, peralatan maintenance facility dan
berikut biaya untuk konsultan pengawas, yang mana waktu pelaksanaan pada masa
konstruksi sejak 2016 – 2041. Adapun rekapitulasi biaya Capex (Capital
Expenditure).
Tabel 1. Rekapitulasi Biaya Capex
B. Biaya Operasional
Setelah Project konstruksi selesai dilaksanakan maka selanjutnya
dilakukan pengoprasian dan pemeliharaan, yang mana membutuhkan beberapa biaya -
biaya rutin, diantaranya:
1. Biaya Air
2. Biaya Listrik
3. Biaya Kebersihan
4. Biaya Keamanan dan
5. Beban Biaya Operation And Maintenance (O&M) Automated People Mover System.
Biaya – biaya tersebut dalam penelitian ini selama 25 tahun beroperasi,
2017 – 2022 Adapun rekapitulasi biaya Opex (Operation Expenditure), sebagai
berikut:
Tabel 2. Rekapitulasi Biaya Opex
Untuk mendapatkan nilai biaya operasional selama jangka waktu
investasi 25 tahun maka dalam penelitian
ini dari total rata – rata biaya operasional pertahun dikalikan setiap tahunya
dengan nilai rata – rata kenaikan inflasi 2,98%, adapaun total biaya pengoprasian
selama 25 tahun, sebagai berikut:
Tabel 3. Rekapitulasi Biaya Opex 25 Tahun
Pendapatan Automated People Mover System Tidak dilakukan pemungutan biaya
langsung dari penumpang kereta melaikan dengan cara pembebanan tidak langsung
dari penumpang pesawat terbang yakni dengan cara pemungutan pendapatan
pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U) atau passenger service charge
(PSC). Artinya setiap penumpang yang berangkat melalui Bandara International
Soekarno – hatta baik penumpang domestik maupun international akan memberikan
kontribusi terhadap pembiayaan Proyek Automated People Mover System, besarnya
pendapatan akan bergantung kepada jumlah penumpang bandara.
Pada penelitian ini menggunakan 3 skema asumsi skema yakni skema pesimis,
moderate dan optimis, adapun besaran dari masing - masing Persetanse yakni 5%,
6%, dan 7% dari Biaya PSC yang diperhitungkan selama 6 tahun beroperasi, dan
dibagi 6 untuk mendapatkan nilai rata – rata pertahun, selanjutnya nilai
pendapatan tersebut dikalikan dengan jumlah rata – rata kenaikan inflasi dengan
asumsi sebesar 2,98% selama 25 tahun dari 2017 – 2041.
Tabel
4. Rekapitulasi Nilai Rata – Rata
Inflasi
Dalam melakukan perhitungan rekapitulasi pendapatan maka dilakukan
perhitungan rekapitulasi jumlah penumpang pesawat terbang terlebih dahulu, Adapun dalam penelitian ini
merekap data penumpang tersebut dari tahun 2017 - 2041, sebagai berikut:
Tabel 5. Rekapitulasi Biaya Opex 25 Tahun
Tabel 6. Rekapitulasi Tarif PSC Bandar Udara Internasional Soekarno -
Hatta
Tabel 7. Rekapitulasi Tarif PSC Kontribusi Automated People Mover System Bandar
Udara Internasional Soekarno – Hatta
Tabel 9. Rekapitulasi Pendapatan Automated People Mover System Skema
Pesimis 5%
Tabel 10. Rekapitulasi Pendapatan Automated People Mover System Skema
Moderate 6 %
Tabel 11. Rekapitulasi Pendapatan Automated People Mover System Skema Optimis 7 %
C. Perhitungan Investasi
1.
NPV (Net Present
Value)
Berdasarkan hasil perhitungan metode NPV dengan diskon
faktor 6 % dapat disimpulkan pada skema pesimis dengan pendapatan sebesar 5 %
dari nilai PSC hasil NPV < 0 = tidak layak, pada skema moderat dengan
pendapatan sebesar 6 % dari nilai PSC hasil NPV < 0 = tidak layak dan pada
skema optimis dengan pendapatan sebesar 7 % dari nilai PSC hasil NPV > 0 =
Layak.
2. BCR (Benefit Cost Ratio)
Berdasarkan hasil perhitungan metode BCR dapat
disimpulkan pada skema pesimis dengan pendapatan sebesar 5 % dari nilai PSC
hasil BCR < 1 ≠ tidak layak, pada skema moderat dengan pendapatan sebesar 6
% dari nilai PSC hasil BCR < 1 ≠ tidak layak dan pada skema optimis dengan
pendapatan sebesar 7 % dari nilai PSC hasil BCR > 1 = Layak.
3.
IRR (Internal
Rate of Return)
Berdasarkan
metode perhitungan IRR pada skema pesimis dengan pendapatan sebesar 5 %
dari nilai PSC hasil perhitungan menunjukan bahwa, tingkat suku bunga
pengembalian pada saat nilai NPV = 0 adalah 2,66 % lebih rendah dari 4,75
% maka dapat disimpulkan nilai IRR <
MARR, menandakan investasi tidak layak, pada skema moderat dengan pendapatan
sebesar 6 % dari nilai PSC hasil perhitungan menunjukan bahwa, tingkat suku
bunga pengembalian pada saat nilai NPV = 0 adalah 4,79 % lebih tinggi dari 4,75
% maka dapat disimpulkan nilai IRR >
MARR, menandakan investasi masih terglong layak, lalu pada skema optimis dengan
pendapatan sebesar 7 % dari nilai PSC hasil perhitungan menunjukan bahwa,
tingkat suku bunga pengembalian pada saat nilai NPV = 0 adalah 6,68 % lebih
tinggi dari 4,75 %, maka dapat
disimpulkan nilai IRR > MARR, menandakan investasi layak.
4.
PP (Payback Period)
Berdasarkan metode perhitungan Payback Period pada skema
pesimis dengan pendapatan sebesar 5 % dari nilai PSC, hasil perhitungan
menunjukan bahwa tingkat pengembalian biaya investasi akan tercapai pada jangka
waktu 20 tahun, pada skema moderat dengan pendapatan sebesar 6 % dari nilai PSC
hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat pengembalian biaya investasi akan
tercapai pada jangka waktu 16 tahun, dan pada skema optimis dengan pendapatan
sebesar 7 % dari nilai PSC hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat
pengembalian biaya investasi akan tercapai pada jangka waktu 14 tahun.
5.
ROI (Return On
Investment)
Hasil metode perhitungan metode Return On Investment
pada skema pesimis dengan pendapatan sebesar 5 % dari nilai PSC hasil
perhitungan menunjukan bahwa kemampuan pengembalian investasi - 55 % dan nilai
pertumbuhan setiap tahunnya sebesar - 2%. Pada skema moderat dengan pendapatan
sebesar 6 % dari nilai PSC, hasil perhitungan menunjukan bahwa kemampuan
pengembalian investasi - 11 % dan nilai pertumbuhan setiap tahunya sebesar 0 %.
Pada skema optimis dengan pendapatan sebesar 7 % dari nilai PSC, hasil
perhitungan menunjukan bahwa kemampuan pengembalian investasi 33 % dan nilai
pertumbuhan setiap tahunya sebesar 1 %.
D. Hasil Evaluasi Investasi
Berdasarkan hasil perhitungan evaluasi
investasi terhadap aspek finansial pada ketiga skema yakni pesimis, moderat dan
optimis, sebagai berikut:
Skema Pesimis
Tabel 12. Rekapitulai Perhitungan Skema
Pesimis
Skema Moderat
Skema moderat dengan nilai pendapatan
sebesar 6 % dari PSC, Net Present Value dengan suku bunga 6%, maka nilai NPV
adalah = Rp - 314,118,568,386, NPV < 0,
= investasi tidak layak, hasil Benefit Cost Ratio = 0.904,274,955 BCR
< 1 = investasi tidak layak, hasil
Internal Return Rate (IRR) sebesar 4,79%
> dari MARR 4,75%, nilai IRR < MARR = investasi layak, hasil
payback period biaya pengembalian investasi pada jangka waktu 16 tahun, dan
hasil Return On Investment (ROI) sebesar -11%.
Tabel 13. Rekapitulai Perhitungan Skema Pesimis
Skema Optimis
Skema optimis dengan nilai pendapatan sebesar 7 %
dari PSC, Net Present Value dengan suku bunga 6%, maka nilai NPV adalah = Rp 180,439,491,298,
NPV > 0, = investasi layak, hasil Benefit Cost Ratio = 1,054,987,447 BCR < 1 = investasi
layak, hasil Internal Return Rate (IRR)
sebesar 6,68 % > dari MARR 4,75%,
nilai IRR > MARR = investasi layak, hasil payback period biaya pengembalian
investasi pada jangka waktu 14 tahun, dan hasil Return On Investment (ROI)
sebesar 33%.
Tabel 14. Rekapitulai Perhitungan Skema Optimis
Kesimpulan
Hasil analisa kelayakan finansial proyek Automated People Mover System Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dengan skema pesimis dan moderat dinyatakan tidak layak. Namun jika menggunakan skema optimis dapat dinyatakan layak dengan catatan nilai pendapatan sebesar 7 % dari PSC.
BIBLIOGRAFI
Arga,
K., Susetyo, B., & Syafwandi, S. (2021). Feasibility study of a railway
construction project as intermodal transportation IN Tanjung Perak port. Sinergi,
25(1), 59–68
Berawi, M. A. et al. (2018).
Analysis of Life Cycle Cost and Public-Private Partnership in the Development
of Walini City as Technology Park. International Journal of Technology 9(7):
1469–79.
Dwirina, N. T. & Erna, M.
L. (2019). Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Kawasan Perbatasan Untuk Peningkatan
Kesejahteraan: Studi Kasus Pelabuhan Sokoi Kabupaten Pelalawan. Jurnal
Penelitian Transportasi Laut 21(1): 1–11.
Hromada, E. et al. (2021).
Residential Construction with a Focus on Evaluation of the Life Cycle of
Buildings. Buildings 11(11). 2021b. “Residential Construction with a Focus on Evaluation
of the Life Cycle of Buildings.” Buildings 11(11).
Jacson, et al. (n.d.). Analisis
Kelayakan Investasi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Berbasis Konsep
Rekayasa Nilai Dengan Pendekatan Sistem Dinamik. https://jurnal.pelitabangsa.ac.id/index.php/JUTIS.
Junlv, Z. (2021). Dynamic
Control and Management of Construction Engineering Cost In IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science, IOP Publishing Ltd.
Laurensia, F., et al. (2018).
2 International Journal of Scientific Engineering and Science Financial
Feasibility Analysis of Terminal Construction Project at Motaain Checkpoint
Crossing in Belu Regency. http://ijses.com/.
Marian, B. et al. (2022). 6
Jurnal Ilmu Ekonomi (JIE) Analisis Kelayakan Ekonomi “Pembangunan Kereta
Gantung Sebagai Penunjang Pariwisata Di Kota Batu.
Matos, S. (2019). The
Socioeconomic Feasibility of Greening Rail Stations: A Case Study in Lisbon. Engineering
Economist 64(2): 167–190.
Pamursari, N. & Ananda,
A. P. (2022). 7 Analisa Kelayakan Finansial Kereta Bandara Udara Internasional
Radin Inten Ii Lampung Selatan Dengan Pembangunan Double Track. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/cived/index.
Qurniawan, et al. (2021).
Analisis Estimasi Biaya Proyek Pembangunan Kargo Bandara Internasional Jawa
Barat (BIJB) Kertajati Dengan Metode Cost Significant Model.” Jurnal
Techno-Socio Ekonomika 14(2).
Surya, etl al. (2022). Analisis
Studi Kelayakan Proyek Terhadap Aspek Finansial Perumahan Di Kota Palangka
Raya.” Serambi Engineering VII(3).
Wardito, et al. (2021).
System Dynamic Modeling of Risk Management in Construction Projects: A
Systematic Literature Review. Operational Research in Engineering Sciences:
Theory and Applications 4(1).
Xu, X. & Patrick X. W. Z.
(2021). System Dynamics Analytical Modeling Approach for Construction Project
Management Research: A Critical Review and Future Directions.Frontiers of
Engineering Management 8(1): 17–31.
Xu, X. & Patrick X. W. Z.
(2021). “System Dynamics Analytical Modeling Approach for Construction Project
Management Research: A Critical Review and Future Directions.” Frontiers of
Engineering Management 8(1): 17–31.
Yanto, J. & Adibaroto, M
M. (2022). Analisa studi kelayakan properti proyek pembangunan perumahan
subsidi di kecamatan taktakan kota serang.” Teras Jurnal 12(2): 435.
Zahed, S. et al. (2019). Life-Cycle Cost
Analysis of a Short-Haul Underground Freight Transportation System for the DFW
Airport. Built Environment Project and Asset Management 9(3): 440–56..
Copyright holder: Arif Irawan, Budi
Susetyo, Mawardi Amin (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |