Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
12,
Desember 2023
EVALUASI MS GLOW: BRAND AMBASSADOR BUKAN
KOREA, BUY OR NO?
Anisah Aulia,
Gina Apryani Nurunnisha
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widyatama
Email: ichaanisahaulia@g-mail.com*, [email protected]
Abstrak
Perkembangan internet dan teknologi mempengaruhi gaya hidup serta minat beli konsumen yang dapat memicu berbagai perusahaan untuk melakukan strategi dan cara pemasaran yang unggul agar dapat menarik minat beli konsumen. Untuk mempertahankan brand image dan menarik minat para konsumen, perusahaan memanfaatkan brand ambassador yang tengah menjadi sorotan dan memiliki image yang cantik dan rupawan. Hal tersebut berbeda dengan yang dilakukan oleh brand Ms Glow yang menggaet BA yang tidak memiliki kepopuleran tinggi di Indonesia nan jauh dari image cantik dan rupawan. Babe Cabita dan Marshel Widianto digaet menjadi BA Ms Glow. Kedua brand ambassador tersebut merupakan komika yang terkenal bukan karena imagenya yang rupawan namun karena materi lawakannya. Meskipun kedua BA Ms Glow tersebut jauh dari image rupawan, volume pencarian Ms Glow malah semakin meningkat di periode Juli hingga September 2021. Selain itu, popularitas Ms Glow juga terus meningkat bila dibandingkan dengan pesaing. Hal tersebut terbukti dari perbandingan grafik trend antara Ms Glow dengan avoskin pada perode 25 februari� hingga apri 2021 dengan hasil grafik Ms Glow yang meningkat pesat dibandingkan avoskin. Karena fenomena yang terjadi tersebut berbeda dengan fenomena pada umumnya, maka peneliti berusaha untuk melakukan penelitian tersebut serta mencari tahu bagaimana pengaruh dari brand ambassador dan brand image terhadap minat beli konsumen. Peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan mengumpulkan serta menafsirkan data dan hasil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapat hasil bahwa brand ambassador dan brand image berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen.
Kata kunci: Brand Ambassador; Brand Image; Minat Beli.
Abstract
The
development of the internet and technology affects the lifestyle and buying
interest of consumers which can trigger various companies to carry out superior
marketing strategies and ways in order to attract consumer buying interest. To
maintain brand image and attract consumers, the company utilizes brand
ambassadors who are in the spotlight and have a beautiful and beautiful image.
This is different from what is done by the Ms Glow
brand which attracts BA which does not have high popularity in Indonesia which
is far from a beautiful and beautiful image. Babe Cabita
and Marshel Widianto were recruited to become BA Ms
Glow. Both brand ambassadors are comedians who are famous not for their
beautiful image but because of their joke material. Although the two BA Ms Glow are far from beautiful images, Ms
Glow's search volume actually increased in the period from July to September
2021. In addition, Ms. Glow's popularity also continues to increase when
compared to competitors. This is evident from the comparison of the trend chart
between Ms Glow and avoskin
from February 25 to April 2021 with the results of the Ms
Glow chart which increased rapidly compared to avoskin.
Because the phenomenon that occurs is different from the phenomenon in general,
the researcher tried to conduct the study and find out how the influence of
brand ambassadors and brand image on consumer buying interest. Researchers use
quantitative descriptive methods by collecting and interpreting data and
results. Based on the research conducted, it was found that brand ambassadors
and brand image have a significant effect on consumer buying interest.
Keywords: Brand Ambassador; Brand Image; Buying Interest
Pendahuluan
Perkembangan internet dan teknologi mempengaruhi gaya hidup serta minat
beli konsumen yang dapat memicu berbagai
perusahaan untuk melakukan strategi dan cara pemasaran yang unggul agar dapat menarik minat
beli konsumen (Maharani, Helmiah, &
Rahmadani, 2021);(Ngafifi,
2014);(Ngamal
& Perajaka, 2022). Untuk mempertahankan
brand image dan menarik minat
para konsumen, perusahaan memanfaatkan brand ambassador yang tengah
menjadi sorotan dan memiliki image yang cantik dan rupawan (Assidiq, Oktaviani, &
Sandhi, 2022);(Deheshti,
Adabi Firouzjah, & Alimohammadi, 2016). Hal tersebut berbeda dengan yang dilakukan oleh brand Ms Glow yang
menggaet BA yang tidak memiliki kepopuleran tinggi di Indonesia nan jauh dari image cantik dan rupawan.
Babe Cabita dan Marshel Widianto digaet menjadi BA Ms Glow. Kedua brand ambassador tersebut merupakan komika yang terkenal bukan karena imagenya
yang rupawan namun karena materi lawakannya.
Meskipun kedua BA Ms Glow tersebut jauh dari image rupawan, ms glow mampu menempati posisi ke satu
sebagai brand skincare terlaris di e-coomerce dengan penjualan sebesar Rp. 38,5
milliar di periode 1-18 februari 2021.
.
Babe Cabita dan Marshel Widianto dinilai mampu menarik banyak konsumen, hal tersebut
terbukti dari grafik volume pencarian Ms Glow di google yang mengalami kenaikan yang cukup besar
pada periode januari hingga maret di tahun 2021. Dan dari
tahun ke tahun popularitas Ms Glow juga terus meningkat, seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini.
Gambar grafik tersebut
menggambarkan tentang perbandingan google trends dari dua brand skincare lokal yaitu ms glow dan avoskin dengan periode grafik mulai dari 25 februari
2018 hingga april 2021. Grafik gambar tersebut
menunjukan jika google
trends dari brand Ms Glow
yang semakin meningkat dan selalu berada di atas grafik pesaing,
lain halnya dengan google
trends dari pesaingnya yaitu avoskin yang tidak banyak perubahan
bahkan selalu berada di posisi di bawah dari grafik
google trendsnya Ms Glow. Karena
fenomena yang terjadi tersebut berbeda dengan fenomena pada umumnya, maka peneliti
berusaha untuk melakukan penelitian tersebut serta mencari tahu bagaimana
pengaruh dari brand
ambassador dan brand image terhadap minat beli konsumen.
Menurut Turner, Bonner & Marshall (2012) Brand ambassador adalah suatu ikon budaya atau identitas, posisi mereka bertindak
sebagai alat pemasaran yang mewakili pencapaian individualisme kejayaan manusia serta komodifikasi dan komersialisasi suatu produk (Putra, Suharyono, &
Abdillah, 2014). Pengadaan brand ambassador pada suatu produk bertujuan untuk menarik
perhatian konsumen dan agar konsumen mulai menggunakan produknya. Pemilihan
tokoh atau icon dari brand ambassador
perlu mempertimbangan� beberapa hal
seperti popularitas ataupun citra tokoh tersebut karena dapat mempengaruhi
citra perusahaan.
Citra yang baik dapat membangun kepercaaan serta minat para konsumen.
Menurut Shaz Smilansky (2009) keberhasilan serta kemampuan brand ambassador dalam melaksanakan perannya dapat diukur melalui
empat indikator utama, yaitu melalui daya tarik, keahlian, kepercayaan,
kekuatan (Mardiana,
2019). Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Nurvita Septya Ningrum (2016), menunjukkan bahwa brand ambassador berpengaruh secara
positif terhadap minat beli konsumen. Hasil penelitian menunjukan jika semakin
tepat suatu brand dalam memilih brand ambassador maka akan semakin tinggi juga
minat beli konsumen (Ningrum,
2016).
Penelitian lainnya menyatakan
pendapat yang berbeda seperti penelitian yang dilakukan oleh Ligia, Yuliani dan
Sylvie. Penelitian tersebut berjudul �Pengaruh Penggunaan Brand Ambassador Dewi Sandra Terhadap Putusan Pembelian Kosmetik
Wardah Di Kota Bandung� yang berkesimpulan jika Dewi Sandra sebagai brand
ambassador kosmetik Wardah tidak berpengaruh besar dalam putusan konsumen dalam
membeli produk kosmetik Wardah di kota Bandung (Ligia
Stephani Samosir, Yuliani Rachma Putri, 2016).
Citra merek (brand image) merupakan representasi dari
keseluruhan persepsi terhadap merek dan terbentuk dari informasi serta
pengalaman masa lalu terhadap suatu brand (Firmansyah,
2018). Peranan citra merek dibenak
konsumen harus dilakukan secara terus-menerus agar citra merek yang tercipta
tetap kuat dan dapat diterima secara positif (Ramadhan,
2020). Ketika brand memiliki citra
yang kuat dan positif bagi konsumen maka konsumen akan selalu mengingat dan
besar kemungkinan konsumen tersebut untuk melakukan pembelian kembali ataupun
merekomendasikannya ke orang terdekatnya
(Sholikhah, 2017).
Citra merek (brand
image) memiliki beberapa indikator seperti kelebihan asosiasi brand, kekuatan
asosiasi brand, keunikan asosiasi brand (Keller, 2003);(Ningrum, 2016). Kelebihan asosiasi brand
merupakan keunggulan dari brand tersebut bila dibandingkan dengan brand
lainnya. Kekuatan asosiasi brand merupakan cara informasi produk dapat sampai
dan teringat di benak konsumen dan bagaimana cara brand tersebut dapat bertahan
sebagai bagian dari citra merek.
Sedangkan keunikan
asosiasi brand yaitu afiliansi terhadap brand dan diharuskan dapat berbagi
dengan brand lain. Maka dari itu, perlu diciptakan keunggulan bersaing yang
bisa digunakan sebagai alasan konsumen untuk memilih brand tertentu. Telah
banyak penelitian yang meneliti tentang brand image salah satunya penelitian
yang dilakukan oleh Kitto Hananto (2015) yaitu penelitian tentang pengaruh
brand image dan country of origin image terhadap minat pembelian iphone.
Hasil penelitian
tersebut membuktikan bahwa brand image berpengaruh signifikan terhadap minat
pembelian iphone pada mahasiswa di Kota Malang (Hananto,
2015). Penelitian lainnya
menyatakan pendapat yang berbeda seperti penelitian yang dilakukan oleh Gesit
Ikrar Negarawan. Penelitian tersebut berjudul �Pengaruh Brand Image Terhadap
Minat Pembeli Yang Di Moderasi Oleh Tipe Kepribadian Ekstrovert". Hasil penelitian
tersebut menunjukkan jika brand image tidak dapat menjadi
prediktor dalam minat membelian pada mahasiswa, brand image secara tidak
signifikan mempengaruhi minat membeli pada mahasiswa (Negarawan,
2018).
Minat beli menurut Ashari
(2012) adalah rasa ketertarikan konsumen terhadap produk (barang/jasa) yang
dipengaruhi oleh sikap diluar konsumen dan di dalam konsumen itu sendiri (Rekarti
& Hertina, 2014). Konsumen baru sekedar
memiliki ketertarikan kepada suatu produk atau jasa namun belum pasti untuk
melakukan pembelian (Bella et al., 2016). Umumnya, minat beli konsumen dapat
diukur dengan empat dimensi yaitu minat transaksional, minat refrensional, minat
preferensial, dan minat eksploratif (Priansa, 2017).
Minat transaksional merupakan
kecenderungan konsumen untuk terus mengkonsumsi dan membeli dari perusahaan
yang sama karena kepercayaan konsumen terhadap perusahaan tersebut. Minat
refrensional merupakan kecondongan konsumen untuk menyarankan produk kepada
orang sekitarnya. Minat preferensial yaitu minat yang diciptakan perilaku
konsumen yang memiliki preferensi keutamaan terhadap produk-produk. Minat
eksploratif adalah minat yang diciptakan konsumen dengan cara mencari informasi
terkait produk yang disukainya dalam rangka mensuport positif produk tersebut.
Telah banyak penelitian yang
meneliti tentang minat beli yang salah satunya adalah penelitian yang dilakukan
oleh Ike Sen Cece (2015) dalam penelitiannya studi tentang pengaruh brand
origin, brand ambassador, dan brand image terhadap minat beli sepatu macbeth di
sogo galaxy mall surabaya (Cece,
2015). Atas dasar pokok masalah
tersebut, maka hipotesis yang dikemukakan penelitian yaitu:�
H1:
Brand ambassador (X1) berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Konsumen (Y)
H0:
Brand ambassador (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Konsumen
(Y)
H2:
Brand Image (X2) berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Konsumen (Y)
H0:
Brand Image (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Konsumen (Y)
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif yaitu
dengan mengunakan
metode analisis
isi dan menjelaskan
metode serta jenis-jenis sampling yang merujuk
pada beberapa naskah
artikel yang di ananlisis. Data kuantitatif merupakan data yang diperoleh dari penelitian berdasarkan suatu data faktual berupa angka-angka yang diukur menggunakan alat uji perhitungan berupa SPSS, berkaitan dengan masalah yang diteliti guna menghasilkan kesimpulan (Sugiono, 2018).
Teknik yang akan digunakan
dalam penelitian yaitu teknik Non-probability sampling. Non-probability
sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Untuk memudahkan penelitian penulis
memutuskan untuk menggunakan perhitungan secara Bernaulli dalam menentukan
ukuran sampel penelitian. Perhitungan menggunakan tingkat kepercayaan 95%
sehingga diperoleh nilai Z sebesar 1,96 dengan tingkat kesalahan atau error 10%
dan menggunakan pendekatan probabilitas berhasil dan gagal sebesar 0,5. Berikut
merupakan perhitungan ukuran sampel pada penelitian ini.
�=
=
�= 96,04
Berdasarkan rumus tersebut
dapat diketahui jika sampel yang akan mejadi responden dalam penelitian ini di
sesuaikan menjadi 99,99 responden, dan bila dibulatkan menjadi 100 responden.
Untuk mengurangi resiko ketidaktepatan maka peneliti melebihkan sampel yang
akan diteliti yaitu menjadi 109 responden.Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, didapat hasil bahwa brand ambassador dan brand image berpengaruh
signifikan terhadap minat beli konsumen. Dalam mengumpulkan data, peneliti
menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu metode angket (kuesioner)
dan studi pustaka.
Sebelum� melakukan pengumpulan� data,�
tujuan� pengujian� instrumen�
penelitian� ialah� guna menilai�
tingkat� validitas� serta�
reliabilitasnya.� Uji� validitas�
dengan kriteria r hitung < r tabel = tidak signifikan dan r hitung
> r tabel= signifikan. Dengan�
menggunakan SPSS dilakukan uji validitas serta reliabilitas.
Peneliti juga menggunakan uji
asumsi klasik seperti uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Untuk menguji hipotesis, peneliti
menggunakan uji t dan uji f. Dengan pedoman uji t H0 diterima dan Ha ditolak
apabila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima apabila t hitung
< t tabel. Dan pedoman uji f yaitu H0 diterima, apabila F hitung < F tabel atau nilai
sig > 0,05,
maka H0 ditolak, bila F hitung >� F tabel� atau nilai sig < 0,05.
Hasil dan Pembahasan
1. Analisis
Deskriptif Karakteristik Responden
Dari 157 data yang diperoleh
oleh peneliti selama 7 hari melalui penyebaran kuesioner online dan offline di
Kota Bandung, peneliti hanya mengolah 109 data karena hanya 71,9% resonden yang
belum pernah membeli produk ms glow. Maka dariitu hanya 109 data yang akan
diolah peneliti. Dari data tersebut di dapatkan beberapa karakteristik responden di Kota Bandung. Berikut beberapa karakteristik
responden yang telah diperoleh oleh peneliti.
Tabel 1
Karakteristik Responden
Gender |
Jumlah Responden |
Pria |
42 |
Wanita |
67 |
Domisili |
|
Kota Cimahi |
6 |
Kabupaten Bandung |
11 |
Kota Bandung |
40 |
Kabupaen Bandung Barat |
52 |
Pekerjaan |
|
Mahasiswa |
42 |
Pegawai |
67 |
Usia |
|
< 20 |
13 |
20-25 |
47 |
> 25 |
49 |
Pendidikan |
|
SMA |
60 |
D3 |
6 |
S1 |
40 |
S2 |
3 |
Berikut hasil rekapitulasi
dari setiap indikator pada variabel brand ambassador, brand image, dan minat
beli konsumen.
Tabel 2
Hasil Rekapitulasi Brand Ambassador
No |
Indikator |
Item Pernyataan |
Skor |
Kategori |
1 |
Daya Tarik/ Attractiveness |
Babe cabita dan Marshel widianto merupakan aktris yang sedang naik
popularitasnya pada saat ini. |
310 |
Baik |
2 |
Babe cabita dan Marshel widianto memiliki penampilan yang cukup menarik. |
291 |
Baik |
|
3 |
Keahlian / expertise |
Sebagai BA Babe cabita dan Marshel widianto dapat menyampaikan informasi
produk Ms Glow dengan baik. |
324 |
Baik |
4 |
Babe cabita dan Marshel widianto tidak berlebihan dalam menyampaikan
informasi produk Ms Glow. |
309 |
Baik |
|
5 |
Babe cabita dan Marshel widianto memiliki pengetahuan akan produk yang
sedang di promosikan. |
319 |
Baik |
|
6 |
Informasi produk yang disampaikan oleh Babe cabita dan Marshel widianto
dapat dipahami dengan mudah. |
317 |
Baik |
|
7 |
Kepercayaan/trustworthiness |
Babe cabita dan Marshel widianto mampu meyakinkan saya akan kualitas dan
manfaat dari produk Ms Glow. |
309 |
Baik |
8 |
Babe cabita dan Marshel widianto membuat saya yakin dan percaya atas
pesan yang ingin disampaikan oleh Ms Glow. |
307 |
Baik |
|
9 |
Pesan yang disampaikan oleh Babe cabita dan Marshel widianto mengenai Ms
Glow dapat dipercaya. |
307 |
Baik |
|
10 |
Saya percaya informasi tentang Ms Glow yang disampaikan oleh Babe cabita
dan Marshel widianto. |
305 |
Baik |
|
11 |
Kekuatan / power |
Babe cabita dan Marshel widianto sosok yang sukses dalam karir stand up. |
341 |
Baik |
12 |
Babe cabita dan Marshel widianto memiliki sikap yang positif. |
330 |
Baik |
|
13 |
Babe cabita dan Marshel widianto menjaga tutur kata dan sopan santun. |
319 |
Baik |
|
|
Total |
4.088 |
Baik |
Dari tabel hasil rekapituilasi
tersebut dikatahui bahwa brand ambassador Ms Glow termasuk dalam kategori baik.
Namun, pada pernyataan kedua mengenai daya tarik Babe cabita dan Marshel
widianto menjadi indikator trust sebagai
faktor penghambat.
Tabel 3
Hasil Rekapitulasi Brand Image
No |
Indikator |
Item
Pernyataan |
Skor |
Kategori |
1 |
Kelebihan Asosiasi Brand |
Ms Glow
menyediakan berbagai pilihan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. |
329 |
Baik |
2 |
Ms Glow
menyediakan berbagai jenis produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan. |
323 |
Baik |
|
3 |
Produk Ms
Glow tersebar dan mudah dicari dikota-kota besar. |
344 |
Baik |
|
4 |
Kekuatan Asosiasi Brand |
Produk Ms
Glow diproduksi dengan menggunakan teknologi yang canggih dan modern. |
325 |
Baik |
5 |
Inovasi-inovasi
produk yang ditawarkan Ms Glow selalu mampu menarik perhatian saya. |
315 |
Baik |
|
6 |
Ms Glow
memiliki kualitas produk yang baik dibanding pesaing. |
310 |
Baik |
|
7 |
Keunikan Asosiasi Brand |
Ms Glow
identik dengan pilihan paket bagi produk-produknya. |
331 |
Baik |
8 |
Ms Glow
identik dengan hadiah pouch. |
322 |
Baik |
|
|
Total |
2599 |
Baik |
Berdasarkan tabel hasil
rekapituilasi tabel 2 tersebut, dapat diketahui jika brand image Ms Glow termasuk dalam kategori baik. Dengan pernyataan
keenam mengenai kekuatan asosiasi brand sebagai indikator trust sebagai faktor penghambat.
Tabel 4
Hasil Rekapitulasi Minat Beli
No |
Indikator |
Item
Pernyataan |
Skor |
Kategori |
1 |
Minat Transaksional |
Saya lebih
memilih produk kecantikan dari Ms Glow untuk di beli dari pada produk dari
merek lain. |
278 |
Baik |
2 |
Saya
berminat untuk membeli produk Ms Glow. |
295 |
Baik |
|
3 |
Minat Referensial |
Saya akan mereferensikan produk Ms Glow kepada orang lain. |
292 |
Baik |
4 |
Produk Ms Glow layak untuk di jadikan referensi berikutnya. |
308 |
Baik |
|
5 |
Minat Preferensial |
Saya lebih berminat membeli produk Ms Glow dibandingkan produk pesaing. |
285 |
Baik |
6 |
Merek Ms Glow lebih menarik perhatian saya dibanding merek pesaing. |
287 |
Baik |
|
7 |
Minat Eksploratif |
Saya bersedia menanyakan informasi produk kepada orang yang sudah menggunakannya. |
317 |
Baik |
8 |
Saya tertarik untuk membeli produk Ms Glow setelah mendapat informasi dari teman atau kerabat.
|
304 |
Baik |
|
|
|
Total |
2366 |
Baik |
Berdasarkan tabel hasil rekapituilasi
tabel 3 tersebut, dapat diketahui jika minat beli Ms Glow termasuk dalam
kategori baik. Dengan pernyataan pertama mengenai minat transaksional menjadi
indikator trust sebagai faktor penghambat.
2.
Uji
validitas
Uji normalitas digunakan untuk memverifikasi apakah terdapat nilai residual yang
normal atau tidak. Di lihat dari
Corrected Item Total Correlationnya harus lebih dari
r Tabel, dimana r tabelnya yaitu 0,1865.
a.
Brand ambassador
Tabel 5
Hasil Uji Validitas Brand Ambassador
b.
Brand image
Tabel 6
Hasil Uji Validitas Brand Image
c.
Minat beli
Tabel 7
Hasil Uji Validitas Minat Beli
Dari hasil perhitungan
validitas tersebut, seluruh variabel memiliki r hitung > r tabel yaitu
seluruh item dinyatakan valid. Dan jika diperhatikan dari tabel nilai
signifikansi (Sig.) seluruh item < 0,05 maka valid.
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran
yang menujukkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian keperilakukan
mempunyai keandalan sebagai alat ukur, diantaranya diukur melalui konsistensi
hasil pengukuran dari waktu ke waktu jika fenomena yang diukur tidak berubah
(Sugiyono, 2015). Dengan Cronbach�s Alphanya
harus diatas 0,60.
a.
Brand ambassador
Tabel 8
Hasil Pengujian Reliabilitas Terhadap
Variabel Brand Ambassador
b.
Brand image
Tabel 9
Hasil Pengujian Reliabilitas Terhadap
Variabel Brand Image
c.
Minat beli
Tabel 10
Hasil Pengujian Reliabilitas Terhadap
Variabel Minat Beli
Berdasarkan hasil olahan data
realibilitas, dapat diketahui bahwa data yang di uji memiliki nilai variabel
realibilitas yang baik karena keseluruhan nilai Cronbach�s Alphanya menunjukkan hasil yang lebih besar dari batas
kritis yang ditentukan yaitu 0,60. Hasil dari tabel reliabilitas variabel brand
ambassador (X1) memiliki nilai Cronbach�s
Alpha sebesar 0,938. Hasil dari tabel reliabilitas variabel brand image
(X2) memiliki nilai Cronbach�s Alpha sebesar
0,917. Dan hasil dari tabel reliabilitas variabel minat beli (Y) memiliki nilai
Cronbach�s Alpha sebesar 0,942.
4.
Uji
Asumsi Klasik
a). Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Model regresi yang dianggap baik adalah memiliki distribusi
normal atau mendekati normal� (Ghozali,
2017). �Model regresi yang baik ialah yang memiliki nilai
residual yang berdistribusi normal. Jika nilai yang di hasilkan kurang dari
0,05 maka nilai residual tidak berdistribusi normal, dan begitupun sebaliknya
jika hasil yang didapat lebih dari 0,05 maka nilai residual berdistribusi
normal.
Tabel 11
Hasil Uji Normalitas
Uji Asumsi Klasik normalitas
juga diperjelas dengan tabel diatas, yang dapat dilihat bahwa nilai signifikasi
(Asymp Sig 2-tailed) adalah 0,058
> 0,05 maka nilai residual�
berdistribusi normal.
b). Uji Multikolineritas
Uji Multikolineritas bertujuan
untuk mengetahui apakah terjadinya interkorelasi atau hubungan yang kuat antara
variabel independen atau variabel bebas dalam suatu model regresi.
Tabel 12
Tabel Hasil Uji Multikolineritas
Berdasarkan kriteria pengujian
uji multikolineritas dengan menggunakan cara yang akurat biasanya dilakukan
dengan melihat nilai tolerance (t)
dan nilai VIP pada hasil uji SPSS. Batas tolerance > 0,10 dan batas VIF <
10,00, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinearitas diantara
variabel bebas.
c). Uji Heteroskedastisitas
Uji
Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
terdapat kesamaan atau ketidak samaan varians antara pengamatan yang satu
dengan pengamatan yang lainnya. Beberapa cara untuk mendektesi ada atau
tidaknya heteroskedasitas adalah salah satunya dengan melihat grafik plot
sebagaimana berikut, dengan dasar analisis :
1. Jika ada pola
tertentu,seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteros kedastisita.
Gambar 1 Hasil uji heteroskedastisitas scatterplot
Dari grafik scalterplot
menjelaskan terlihat titik-titik menyebar secara acak baik
di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas.
d). Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear
berganda bertujuan untuk mencari pengaruh dari dua atau lebih variabel independen/variabel
bebas (X) terhadap variable dependen/variabel terikat (Y). Persamaan regresi linier berganda dilampirkan sebagai berikut :
Y = a + + �+ �+
Dengan keterangan :
Y = variable tak bebas (nilai yang akan diprediksi)
a = konstanta
, �= koefisien regresi
X1, X2, , = variable bebas
Tabel
13
Hasil
Uji Linear Berganda
Y = 1,159 + 0,340 X1 + 0,332 X2 + e
Persamaan regresi di atas
dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1) Nilai konstanta sebesar 1,159 menunjukkan jika brand ambassador
dan brand image nilainya adalah 0, maka minat konsumen Ms Glow tetap ada
sebesar 1,159 satuan.
2) Koefisien regresi brand ambassador bernilai 0,340 menunjukkan
bahwa meningkatnya kualitas brand ambassador sebesar 1 satuan akan meningkatkan
minat konsumen Ms Glow sebesar 0,340 satuan.
3) Koefisien regresi brand image bernilai 0,332 menunjukkan bahwa
peningkatan brand image sebesar 1 satuan akan mempengaruhi meningkatkan minat
beli sebesar 0,332 satuan.
e). Uji Hipotesis
Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui
variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak kepada
variabel dependen (Mulyono, 2018). Derajat signifikansi yang digunakan adalah
0,05. Pengambilan keputusan untuk mengetahui pengaruhnya ada dua cara sebagai
berikut:
�
Jika nilai
sig < 0,05 atau nilai t-hitung > t-tabel, maka terdapat pengaruh variabel
X terhadap variabel Y.
�
Jika nilai
sig > 0,05 atau nilai t hitung < t-tabel maka tidak terdapat pengaruh
variabel X terhadap variabel Y.
Pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai probabilitas atau p-value (sig-t)
dengan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai
p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, dan sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak
T tabel = t (α/2 ; n-k-1) =
t (0,025 ; 106) = 1,985
keterangan :
n (sampel) = 109�
k (variabel penelitian)
= 3
α (tingkat signifikansi) = 5% (0,05)
Jadi nilai t-tabel
pada n = 109 dan k = 3 dengan tingkat
sig. 5% adalah 1,985
Tabel 14
Hasil Uji T
Hasil Uji T
tersebut menunjukkan bahwa pada variabel brand ambassador (X1) diperoleh t
hitung sebesar 4,277 dengan probabilitas sebesar 0,000 yang nilainya dibawah
0,05. Dengan demikian H1 diterima, yang artinya terdapat pengaruh positif brand
ambassador terhadap minat beli (Y).
Hasil uji t pada
variabel brand image (X2) seperti pada tabel 5.46 diatas diperoleh t hitung
sebesar 2,568 dengan probabilitas 0,012 nilainya dibawah 0,05. Jika t hitung
> t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Nilai signifikansi 0,000 <
0,05 sehingga Ho ditolak, maka disimpulkan bahwa brand ambassador berpengaruh
signifikan terhadap Minat Beli.
Uji F
Uji f digunakan
untuk mengetahui apakah variabel- variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat kepercayaan yang
digunakan adalah 0,05. Beberapa ketentuan Uji F diantaranya:
a. Jika nilai sig < 0,05,
atau F hitung > F tabel maka terdapat pengaruh variabel X secara simultan
terhadap variabel Y.
b. Jika nilai sig > 0,05,
atau F hitung < F tabel maka tidak terdapat pengaruh variabel X secara
simultan terhadap variabel Y.
F tabel = F (k ; n-k) = F (2 ;
107) =� 3,08
Keterangan :
Sampel (n) = 109�
Variabel penelitian (k) = 3
Tingkat signifikansi (α)
= 5% (0,05)
Jadi nilai t-tabel pada n =
109 dan k = 3 dengan tingkat sig. 5% adalah 3,08.
Tabel 15
Hasil Uji F
Berdasarkan output
di atas diketahui nilai signifikansi untuk pengaruh X secara simultan terhadap
Y adalah sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai F hitung 32,647 > F tabel 3,08
sehingga dapat disimpulkan jika H3 diterima yang berarti terdapat pengaruh
brand ambassador dan brand image secara simultan terhadap minat beli konsumen
ms glow.
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian
dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
brand ambassador berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen ms glow di
Kota Bandung . Dan brand image berpengaruh signifikan terhadap minat beli
konsumen ms glow di Kota Bandung, dengan hasil analisis sebagai berikut :
Brand ambassador berpengaruh positif terhadap minat beli
konsumen karena nilai thitung X1 (efisiensi biaya operasional) > t tabel.dan
nilai Signifikansi (sig) < 0,05. Hal ini berarti semakin tinggi kualitas
brand ambassadaor maka semakin besar pula minat beli konsumen terhadap brand,
dan begitupun sebaliknya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Nurvita Septya Ningrum (2016) yang juga menunjukkan bahwa
brand ambassador berpengaruh secara positif terhadap minat beli konsumen. Hasil
penelitian tersebut menunjukan jika semakin tepat suatu brand dalam memilih
brand ambassador maka akan semakin tinggi juga minat beli konsumen.
Brand image berpengaruh positif terhadap minat beli
konsumen karena t hitung < t tabel. Selain itu juga dapat dilihat dari nilai
Signifikansi (sig) yang menunjukkan sig hitung < 0,05 berarti tingkat
signifikannya secara positif. Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Kitto Hananto (2015) yang juga menunjukkan bahwa brand image berpengaruh signifikan
terhadap terhadap minat beli.
BIBLIOGRAFI
Assidiq, Ageng Mahendra, Oktaviani, Dea, & Sandhi,
Rifqi Arya. (2022). Pengaruh Digital Marketing, Kualitas Layanan, dan Brand
Image terhadap Keputusan Pembelian Produk Telemedicine. Syntax Idea, 4(2),
240�258.
Cece,
Ike Sen. (2015). Pengaruh Brand Origin, Brand Ambassador dan Brand Image
Terhadap Minat Beli Sepatu Macbeth di Sogo Galaxy Mall Surabaya. Manajemen
Kinerja, 1(2), 101�110.
Deheshti,
Mohammad, Adabi Firouzjah, Javad, & Alimohammadi, Hossein. (2016). The
relationship between brand image and brand trust in sporting goods consumers. Annals
of Applied Sport Science, 4(3), 27�34.
https://doi.org/10.18869/acadpub.aassjournal.4.3.27
Firmansyah,
Dr. M. Anan. (2018). Perilaku Konsumen (Perilaku konsumen). Jurnal Agora,
5 No.(september), 5�299.
Hananto,
Kitto. (2015). Pengaruh Brand Image Dan Country of Origin Image. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, 2(2), 13�22.
Ligia
Stephani Samosir, Yuliani Rachma Putri, Sylvie Nurfebiaraning. (2016). Pengaruh
Penggunaan Brand Ambassador Dewi Sandra Terhadap Putusan Pembelian Kosmetik
Wardah Di Kota Bandung. (June).
Maharani,
Dewi, Helmiah, Fauriatun, & Rahmadani, Nurul. (2021). Penyuluhan Manfaat
Menggunakan Internet dan Website Pada Masa Pandemi Covid-19. Abdiformatika:
Jurnal Pengabdian Masyarakat Informatika, 1(1), 1�7.
Mardiana,
Nella Ria. (2019). Analisa Pengaruh Brand Ambassador, Citra Merek Dan Kualitas
Produk Terhadap Minat Beli Produk Kosmetik Emina. Jurnal Online
Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari � Juni 2019 Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta, 53(9), 1689�1699.
Negarawan,
Gesit Ikrar. (2018). Pengaruh P Brand Image Terhadap Minat Membeliyang Di
Moderasi Oleh Tipe Kepribadian Ekstrovert. Psikovidya, 22(1), 60�66.
Ngafifi,
Muhamad. (2014). Kemajuan teknologi dan pola hidup manusia dalam perspektif
sosial budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 2(1).
Ngamal,
Yohanes, & Perajaka, Maximus Ali. (2022). Penerapan Model Manajemen Risiko
Teknologi Digital Di Lembaga Perbankan Berkaca Pada Cetak Biru Transformasi
Digital Perbankan Indonesia. Jurnal Manajemen Risiko, 2(2), 59�74.
Ningrum,
Nurvita Septya. (2016). Pengaruh Brand Ambassador Terhadap Minat Beli Konsumen
Md Clinic By Lazeta. Bisnis Dan Iptek, 9(2), 141�152.
Putra,
Muhammad Ikhsan, Suharyono, & Abdillah, Yusri. (2014). PENGARUH BRAND
AMBASSADOR TERHADAP BRAND IMAGE SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
(Survey pada pengguna LINE di Asia). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 12(1),
1�10.
Ramadhan,
M. Afif Fathi. (2020). Pengaruh Citra Merek, Kepercayaan, dan Komitmen Terhadap
Loyalitas Pelanggan Aplikasi Transportasi Online GOJEK di Kota Malang. Jurnal
Ilmu Manajemen (JIMMU), 4(2), 153�169.
Rekarti,
Endi, & Hertina, Lilis. (2014). Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Minat Beli Online Pada Situs Jual Beli Tokobagus.com. Jurnal Ilmu Ekonomi
Dan Sosial, 2(3), 311�318.
Sholikhah,
Ludiana Silviyatus. (2017). Pengaruh Brand Image Customer Satisfaction dan
Sertifikasi Halal terhadap Customer Loyalty Pada Retail Makanan Halal di Kota
Malang. Studi Pada Pelanggan Hoka-Hoka Bento). Skripsi. Malang: Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Copyright holder: Anisah Aulia,
Gina Apryani Nurunnisha (2023) |
First publication
right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |