Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 1, Januari 2024

 

PENGEMBANGAN KARAKTER DAN LITERASI NUMERIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA  DI SDN SIDASARI 01 KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN CILACAP

 

Windari1*, Novan Ardiy Wiyani2, Yumiati3

Program Pascasarjana Universitas Terbuka, Indonesia1

Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri, Indonesia2,3

Email: [email protected]1*, fenomenajiwa@gmail.com2, [email protected]3

 

Abstrak

Karakter peserta didik, sebagai dimensi kejiwaan dan budi pekerti, memiliki peran sentral dalam dunia pendidikan dan menjadi dasar kekuatan bangsa Indonesia. Meskipun pendidikan karakter mengalami penurunan perhatian, SDN Sidasari 01 berhasil menciptakan keunggulan dengan mengintegrasikan pembelajaran Matematika dalam kegiatan sehari-hari, membentuk karakter kreatif, mandiri, dan ulet. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan langkah-langkah pembentukan karakter serta karakteristik yang muncul dalam pembelajaran matematika di SDN Sidasari 01. Selain itu, penelitian ini mengeksplorasi pengembangan literasi numerik pada siswa kelas atas. Metode penelitian kualitatif dengan fokus pada pengembangan karakter dan literasi numerik melibatkan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Hasilnya diharapkan memberikan wawasan baru tentang pendidikan karakter melalui pembelajaran Matematika, solusi untuk mengatasi kesulitan peserta didik, dan kontribusi pada peningkatan mutu pendidikan, khususnya matematika.

Kata kunci: Pengembangan karakter, literasi numerik,pembelajaran matematika

 

Abstract

Students' character, encompassing psychological and moral dimensions, plays a pivotal role in the realm of education and serves as the foundation for Indonesia's strength. Despite dwindling attention to character education, SDN Sidasari 01 has successfully established excellence by integrating Mathematics learning into daily activities, fostering creative, independent, and resilient character traits. This study aims to describe the steps of character formation and the emerging characteristics during Mathematics instruction at SDN Sidasari 01. Additionally, the research explores the development of numeracy literacy among upper-grade students. Employing a qualitative research method with a focus on character development and numeracy literacy, the study utilizes interviews, observations, and document analysis. The anticipated outcomes aim to provide fresh insights into character education through Mathematics instruction, offer solutions to address students' difficulties, and contribute to the overall enhancement of educational quality, particularly in the field of mathematics.

Keywords: Character development, numerical literacy, mathematics learning

 

 

Pendahuluan

Karakter dapat diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti, yang melekat pada seseorang sebagai bentuk pembawaan dirinya yang membedakan dengan orang lain. Karakter peserta didik merupakan target penting dalam dunia pendidikan di samping kemampuan akademisnya. Karakter ini yang menjadi pondasi kekuatan bangsa Indonesia (Agustyaningrum et al., 2022).

Pendidikan karakter tampak pelan-pelan mulai menghilang dan kurang mendapatkan perhatian yang serius dari kalangan pendidik. Ada beberapa asumsi mengapa hal tersebut dapat terjadi, salah satunya adalah perbedaan pandangan dan visi tentang pendidikan karakter. Tidak semua orang sependapat tentang pendidikan karakter yang diterapkan di lembaga pendidikan. Perbedaan ini bisa mempengaruhi penerapan pendidikan di tingkat sekolah, bahkan tingkat kebijakan negara (Ciamis et al., 2018).

Minimnya karakter yang muncul dari proses pembelajaran di sekolah menambah deretan masalah baru yang mesti di tindaklanjuti sesegera mungkin. Minimnya karakter peserta didik berawal dari berbagai kesulitan yang dirasakan mereka dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam pembelajaran Matematika, banyak anak-anak yang merasa kesulitan dalam memahami materi tersebut (Dalmeri et al., 2014). Ternyata kesulitan tersebut berimbass pada perilaku peserta didik dalam kesehariannya, baik di dalam kelas maupun saat berkomunikasi dengan temen-teman di luar kelas. Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam bidang matematika juga kerap kali menjadi bahan bullying bagi anak-anak lainnya. Hal ini memicu minimnya karakter bahkan mematikan karakter peserta didik (Hasratuddin et al., 2021).

Berdasarkan hasil PISA 2018 yang dirilis OECD (2019) menunjukan bahwa rata-rata skor matematika peserta didik Indonesia mencapai 379 dengan skor rata-rata OECD 487. Hal tersebut menunjukan bahwa masih rendahnya kemampuan literasi numerasi peserta didik di Indonesia (Jailani et al., 2020).

SDN Sidasari 01 Kec. Sampang Kab. Cilacap merupakan sekolah berprestasi yang kerap kali menjuarai berbagai perlombaan baik secara akademis maupun non akademis. Dalam bidang akademis, keunggulan pembelajaran di bidang matematika menjadikan sekolah tersebut kerap kali menjuarai bidang perlombaan Olimpiade Sains dan Matematika (Karjiyati et al., 2022). Siswa siswi di sekolah tersebut memiliki karakter yang kuat dalam setiap pembelajaran bahkan dalam pembelajaran Matematika. Karakter mereka tercermin dalam keseharian mereka dalam berperilaku baik di dalam kelas maupun saat berinteraksi dengan sesama dan juga guru-guru.

Keberhasilan sekolah tersebut dalam membangun karakter dan mewujudkan prestasi tentu tidak dilakukan secara instan, melainkan dilakukan secara bertahap dan kontiyu. Sekolah merupakan tempat untuk pembentukan berbagai karakter peserta didik sehingga mereka mempunyai ciri khas yang melekat dalam kehidupan keseharian mereka.

Proses untuk pembentukan karakter di sekolah menjadi tanggung jawab seluruh warga sekolah. Lingkungan serta kondisi sekolah juga ikut serta dalam proses tersebut. Ada setidaknya 18 nilai karakter yang harus dibangun di sekolah antara lain : religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa igin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab (Makhfud et al., 2015). Namun dalam keseharian murid-murid di sekolah tersebut belum sepenuhnya menunjukan karakter tersebut. Sikap mementingkan diri sendiri, kurangnya menghargai sesame, dan kurangnya kemandirian masih kental ditunjukkan oleh sebagian murid-murid terutama kelas atas.

Seorang guru selain sebagi pengajar juga berperan sebagai role model dalam menanamkan berbagai nilai-nilai positif dalam pembelajaran. Nilai-nilai positif inilah yang kemudian menjadi karakter bagi siswa. Setiap manusia berproses untuk menjadi pribadi yang lebih baik lebih bermakna bagi diri sendiri maupun bagi orang lain (Salvia et al., 2022). Perubahan tingkah laku, pola, menguatnya karakter adalah bagian dari proses belajar manusia.

Berbagai pembiasaan dilakukan sebagai wujud pembentukan karakter di SDN Sidasari 01. Begitu pula dalam setiap pembelajaran di kelas, guru tidak lupa untuk menyisipkan pembentukan karakter sebagai bagian dari budaya sekolah, tak terkecuali pembelajaran Matematika. Sebagai salah satu muatan pelajaran yang dinilai cukup sulit bagi peserta didik, Matematika memberi warna tersendiri dalam pembentukan karakter peserta didik. Menyongsong era industry, keterampilan abad 21 dalam pembelajaran perlu ditingkatkan. Keterampilan tersebut meliputi Comunication, Collaboration, Crtitical Thinking, and Problem Solving, Creativity and Inovation (Angga et al., 2022). Keterampilan 4C ini diterapkan dalam setiap pembelajaran Matematika yang menjadikan pembentukan karakter di SDN Sidasari 01 memiliki keunggulan. Prestasi demi prestasi dalam bidang sains dan matematika merupakan gambaran keberhasilan pembentukan karakter dalam pembelajaran Matematika di SDN Sidasari 01.

Dalam perkembangannya pendidikan karakter sejalan dengan Kurikulum Merdeka dimana merdeka belajar menjadi sendi dalam melangsungkan pendidikan yang lebih berpihak kepada siswa (Angga et al., 2022). Output dari merdeka belajar adalah terwujudnya pelajar pancasila yang berkarakter. Pendidikan karakter merupakan bagian dari sebuah lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai macam keterlibatan individu dan tata aturan kelembagaan.

Literasi numerasi melatarbelakangi kurikulum merdeka dimana kurikulum merdeka ini adalah sebuah solusi yang ditawarkan untuk hasil PISA (programme for International Student Assessment) dimana Indonesia menempati peringkat yang cukup memprihatinkan (Saputri et al., 2016). Murid-murid masih banyak yang belum memahami bacaan dan konsep dasar matematika sehingga kemampuan mereka sekitar 70 % berada di bawah kompetensi minimum.

Kurikulum merdeka mengusung 6 dimensi profil pelajar Pancasila yaitu beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis,dan kreatif. Untuk mewujudkan dimensi tersebut dibutuhkan keterampilan literasi yang mumpuni begitu pula dengan literasi numerasi dimana murid-murid dapat memahami suatu angka sebagai suatu data yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari (Shofiah et al., 2019).

Dari berbagai hal tersebut di atas maka penelitian mengenai perkembangan karakter dan literasi numerik sangat perlu untuk dilakukan.Hal ini akan menambah bagaimana proses pembentukan karakter di sekolah sejalan dengan perkembangan dan tuntutan zaman globalisasi dalam era kurikulum Merdeka (Wage et al., 2020).

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian ini mencakup dua pertanyaan utama, yaitu bagaimana pengembangan karakter siswa dalam pembelajaran matematika di SDN Sidasari 01, dan bagaimana pengembangan literasi numerik pada siswa kelas atas di sekolah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis langkah-langkah pembentukan karakter serta karakteristik yang muncul dalam pembelajaran matematika. Manfaat penelitian ini mencakup pengembangan karakter peserta didik, memberikan alternatif solusi bagi guru dalam mengatasi kesulitan pembelajaran matematika, menginspirasi inovasi dan kreativitas guru, memberikan inovasi bagi kepala sekolah dalam pengembangan sekolah, meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam matematika, dan menumbuhkan karakter peserta didik dalam pembelajaran matematika.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber informasi terdiri dari data primer, diperoleh melalui wawancara dengan kepala sekolah, guru, siswa, dan wali murid, serta data sekunder yang berasal dari dokumen, observasi, dan penelitian terdahulu. Guru kelas 4, 5, dan 6 di SDN Sidasari 01 menerapkan berbagai metode pembelajaran matematika, dengan fokus pada pengembangan karakter dan literasi numerik. Kepala sekolah memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan pembelajaran dan karakter di sekolah. Siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi setelah implementasi metode pembelajaran yang beragam, sedangkan wali murid melihat perkembangan signifikan pada kemandirian dan sikap positif anak-anak. Instrumen penelitian melibatkan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Proses pengumpulan data dilakukan secara simultan pada siswa kelas 4, 5, dan 6 selama pembelajaran matematika. Analisis data melibatkan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan untuk memberikan gambaran mendalam tentang pengembangan karakter melalui pembelajaran matematika di SDN Sidasari 01.

 

Hasil Penelitian

Pengembangan karakter dalam pembelajaran Matematika

Mengkaitkan pembelajaran dengan kegiatan sehari-hari

Observasi, Wawancara dan study dokumen dengan guru- guru di SD Negeri Sidasari 01 diperoleh data sebagai berikut :

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas 4, pembelajaran matematika dihubungkan dengan kegiatan sehari-hari untuk membentuk karakter siswa. Materi yang melibatkan permainan dan kerja kelompok dianggap efektif dalam membentuk karakter, seperti kerja sama dan kritis berpikir. Guru kelas 5 menegaskan bahwa matematika adalah dasar kehidupan sehari-hari, dan materi seperti perkalian dan pembagian dapat membentuk karakter siswa dengan mengajarkan nilai-nilai seperti ketelitian dan kedisiplinan.

Perspektif guru kelas 6 menyoroti bahwa matematika tidak hanya mengajarkan konsep tetapi juga membentuk karakter melalui kegiatan sehari-hari. Contoh konkret digunakan untuk menginternalisasi nilai-nilai karakter, seperti kedisiplinan. Kepala sekolah menekankan bahwa matematika dapat membentuk karakter, dengan penekanan pada nilai-nilai seperti berpikir kritis dan jujur. Kendala dalam mengintegrasikan pembelajaran karakter dengan matematika dicatat, dengan solusi berupa komunikasi dan kolaborasi.

Wawancara dengan murid menunjukkan perasaan campuran terhadap matematika. Meskipun beberapa menemukan kesenangan dalam tantangan matematika, ada yang merasa bosan jika materi sulit. Secara keseluruhan, wawancara menggambarkan potensi matematika sebagai alat pembentukan karakter, menekankan relevansinya dengan kehidupan nyata, dan perlunya upaya konsisten dari pendidik dan siswa. 

Pembiasaan budaya positif

Guru kelas 4a, Ibu Nur Isminingsih, menekankan pentingnya pembiasaan budaya positif dalam pembelajaran matematika. Melibatkan siswa secara langsung, baik secara klasikal, diskusi kelompok, maupun individu, membantu pembentukan karakter. Siswa menunjukkan respon positif dan mengalami perkembangan, seperti peningkatan kepercayaan diri dan keterlibatan aktif dalam pembelajaran.

Guru kelas 4b, Ibu Ratna Yulianti, juga mencatat keberhasilan pembiasaan budaya positif dengan fokus pada tata tertib kelas, kejujuran, kolaborasi, dan rasa peduli. Siswa menunjukkan peningkatan sikap percaya diri dan tanggung jawab.Ibu Winda Eka, guru kelas 5a, menekankan manfaat pembiasaan budaya positif dalam mengelola waktu, meningkatkan tanggung jawab, dan meningkatkan ketahanan siswa terhadap rasa bosan. Penggunaan ice breaking juga membantu mengurangi kejenuhan dalam pembelajaran.

Guru kelas 5b, Bapak Ferry Anggriawan, mencatat bahwa pembiasaan positif melibatkan kegiatan sebelum masuk kelas, seperti suit perkalian. Siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi, dan hasilnya terlihat dalam pemahaman materi. Guru kelas 6a menyatakan bahwa suit penjumlahan dan perkalian sebelum masuk kelas membawa dampak positif. Siswa menunjukkan pemahaman konsep matematika yang lebih baik, dan kegiatan ini berjalan lancar tanpa kendala.

Guru kelas 6b, Bapak Ferry Anggriawan, menyoroti budaya positif yang melibatkan musyawarah, gotong royong, dan kerjasama dalam pembelajaran matematika. Siswa menunjukkan perubahan positif dalam sikap dan motivasi belajar. Kepala sekolah menekankan upaya mengemas pembelajaran matematika secara menyenangkan dengan lagu dan ice breaking. Kendala yang dihadapi mencakup konsistensi kesadaran yang naik-turun, yang dapat diatasi melalui komunikasi dan kolaborasi.

Dari wawancara dengan murid dari berbagai kelas, terungkap bahwa pembiasaan positif sebelum pembelajaran, seperti berdoa dan bermain, memberikan manfaat berupa ketenangan, kesiapan belajar, dan perasaan senang. Secara keseluruhan, budaya positif dalam pembelajaran matematika di SDN Sidasari 01 berhasil menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, meningkatkan partisipasi siswa, dan membentuk karakter positif.

Permainan tradisional

Dalam pembelajaran matematika di SDN Sidasari 01, guru-guru kelas 4a, 4b, 5a, 5b, 6a, dan 6b memanfaatkan permainan tradisional seperti Congklak, dakon, dan Ultrasi untuk meningkatkan antusiasme belajar dan mengajarkan nilai-nilai karakter. Guru-guru menjelaskan aturan, melakukan simulasi, dan melibatkan siswa dalam berbagai permainan. Hasilnya mencakup peningkatan prestasi belajar dan munculnya karakter seperti kerjasama, sportivitas, dan kegigihan. Meskipun dihadapi kendala seperti kelelahan fisik dan persaingan, upaya diambil dengan membuat jadwal waktu bermain dan aturan waktu. Kepala sekolah menilai permainan tradisional membentuk karakter anak, dengan indikator keberhasilan dilihat dari sikap peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Murid dari berbagai kelas menyatakan kesenangan dan manfaat dari permainan tradisional dalam pengembangan keterampilan matematika dan nilai-nilai positif seperti saling menghormati dan bekerja sama.

 

Literasi Numerik dalam pembelajaran Matematika

Penyediaan buku-buku yang bisa digunakan sebagai referensi dan berkaitan dengan materi numerasi

Hasil wawancara dengan guru-guru kelas tinggi (kelas 4a, 4b, 5a, 5b, 6a, dan 6b) mengungkapkan adanya penyediaan buku-buku yang mendukung kegiatan literasi numerik dalam pembelajaran matematika. Setiap kelas dilengkapi dengan buku referensi matematika, AKM, buku paket matematika, dan buku-buku penunjang lainnya. Sekolah turut berperan aktif dalam pengadaan buku-buku ini melalui dana BOS yang diakomodasi dalam Arkas sekolah. Buku-buku tersebut tidak hanya digunakan selama pembelajaran matematika, tetapi juga dipinjamkan secara berkala kepada siswa untuk membantu belajar di rumah. Siswa menunjukkan antusiasme tinggi dalam memanfaatkan waktu sebelum masuk atau saat istirahat untuk membaca buku-buku tersebut di pojok baca kelas. Meski menghadapi kendala jumlah buku yang kurang memadai, upaya dilakukan dengan menganggarkan pengadaan buku baru dalam program sekolah. Selain itu, hasil wawancara dengan Kepala Sekolah menyoroti perannya sebagai penanggung jawab dan pengambil keputusan dalam pengadaan buku numerasi. Kepala sekolah melihat manfaatnya dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan siswa, sambil menekankan pentingnya buku dengan kemasan menarik untuk memotivasi siswa membaca. Seluruh upaya ini diarahkan untuk mendukung program literasi numerik di sekolah. Selain itu, wawancara dengan murid-murid kelas 4, 5, dan 6 menyatakan bahwa buku-buku numerasi dan matematika tersedia di kelas masing-masing, meskipun jumlahnya bervariasi. Mereka melakukan kegiatan membaca dengan beragam cara, termasuk sebelum pelajaran dimulai, selama kegiatan sarapan soal pagi, di pojok baca, dan saat istirahat. Buku-buku tersebut memberikan manfaat signifikan, seperti meningkatkan keceriaan, semangat dalam pelajaran matematika, membantu pemahaman materi dengan contoh soal dan pembahasan, serta meningkatkan wawasan dan pengetahuan. 

Penyediaan berbagai jenis alat peraga numerasi di laboratorium / perpustakaan sekolah

Berdasarkan wawancara dengan guru-guru kelas tinggi (kelas 4a, 4b, 5a, 5b, 6a, dan 6b), terungkap bahwa ketersediaan berbagai jenis alat peraga numerasi di kelas-kelas cukup memadai, bahkan ada yang disimpan di laboratorium dan perpustakaan sekolah. Alat peraga tersebut meliputi poster-poster volume bangun ruang, tabel perkalian, Sempoa, alat peraga dalam KIT Numerasi, uang mainan, papan FPB, dan KPK. Pengadaan alat peraga ini dilakukan melalui program sekolah yang tercatat dalam arkas, dengan beberapa diantaranya merupakan hasil kolaborasi antara guru, siswa, dan wali murid. Alat peraga digunakan dalam pembelajaran dengan bimbingan guru, disesuaikan dengan materi ajar, dan memberikan manfaat besar bagi siswa dalam memahami materi matematika. Kendala yang dihadapi meliputi rusaknya beberapa alat peraga dan ketidaksebandingan jumlah alat peraga dengan jumlah siswa. Upaya penyelesaiannya mencakup penambahan alat peraga ke dalam arkas serta penggantian atau pembuatan alat peraga yang baru. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah menegaskan bahwa alat peraga memiliki dampak positif yang besar dalam pembelajaran matematika, membantu siswa memahami materi yang abstrak, dan menjadi tanggung jawab kepala sekolah sebagai penentu kebijakan dan pengambil keputusan dalam pengadaan alat peraga. Wawancara dengan murid-murid kelas 4, 5, dan 6 menyatakan keberagaman alat peraga numerasi di kelas-kelas mereka, seperti contoh-contoh bangun datar dan ruang, papan pecahan, papan KPK, peta, dan sempoa. Frekuensi penggunaan alat peraga ini disesuaikan dengan materi yang diajarkan oleh guru, dan siswa menyampaikan rasa senang dan kemudahan dalam memahami materi saat menggunakan alat peraga. 

Penggunaan lagu/nyanyian yang berkaitan dengan numerasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru kelas tinggi (kelas 4a, 4b, 5a, 5b, 6a, dan 6b), ditemukan bahwa dalam pembelajaran matematika, para guru mengintegrasikan lagu atau nyanyian sebagai strategi pengajaran. Mereka menciptakan lagu baru dengan lirik yang terkait dengan materi numerasi dan matematika, kemudian mengajarkannya kepada siswa. Penggunaan lagu ini disesuaikan dengan materi pembelajaran, dan manfaatnya mencakup menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, membantu pemahaman materi, dan memberikan kesan mendalam bagi siswa. Kendala yang dihadapi melibatkan keterbatasan kemampuan guru dalam menggubah lagu, tetapi kolaborasi antar guru dapat mengatasi kendala tersebut.

Kepala sekolah, berdasarkan wawancara, menghadapi kendala dalam keragaman karakter pendidik yang berbeda-beda. Beberapa guru menunjukkan disiplin dan konsistensi tinggi, sementara yang lain mungkin lebih santai. Untuk mengatasi kendala tersebut, diperlukan pendekatan, komunikasi yang hangat, dan saling berbagi pemikiran antara staf pengajar.

Wawancara dengan murid kelas 4, 5, dan 6 menunjukkan bahwa penggunaan lagu atau nyanyian dalam pembelajaran matematika sangat umum di kelas mereka. Anak-anak sangat menyukai penggunaan lagu, baik lagu anak-anak populer maupun lagu daerah yang terkait dengan materi pelajaran. Mereka menyatakan bahwa pembelajaran yang disertai dengan gerak tari dan lagu memberikan pengalaman yang sangat menyenangkan.

Penggunaan permainan dalam pembelajaran baik permainan tradisional, maupun mainan edukasi

Berdasarkan wawancara dengan guru-guru kelas 4, 5, dan 6 di SD Negeri Sidasari 01, ditemukan bahwa penggunaan permainan tradisional dan edukatif telah diterapkan dalam peningkatan literasi numerik. Jenis permainan melibatkan aturan numerasi seperti congklak, kelereng, engklek, dan ular tangga. Guru menjelaskan aturan permainan, anak mempraktikkannya, dan manfaatnya mencakup rangsangan kemampuan numerik, pembelajaran matematika yang bermakna, motivasi dan semangat siswa, serta pemahaman materi yang lebih mudah. Kendala melibatkan kelelahan fisik, sedikitnya alat peraga, dan pemahaman terbatas siswa. Solusinya adalah membentuk kelompok, membatasi waktu permainan, memberi contoh, dan melibatkan siswa secara bergantian.

Kepala Sekolah, dalam wawancara, menyatakan bahwa permainan tradisional membentuk karakter anak melalui unsur numerik. Permainan ini dapat dilaksanakan secara kelompok atau individu, disisipkan dalam pembelajaran, dan menunjukkan indikator keberhasilan karakter dalam kehidupan sehari-hari. Hasil wawancara dengan murid kelas 4, 5, dan 6 menunjukkan bahwa mereka memainkan berbagai permainan tradisional dan edukatif bersama guru dan teman-teman. Manfaatnya mencakup kerjasama, pemecahan masalah, berpikir kritis, menghargai, sportif, dan kekompakan.

Program Walgur (wali murid guru)

Berdasarkan wawancara dengan guru-guru kelas 4, 5, dan 6 di SD Negeri Sidasari 01, terdapat program wali murid dan guru yang bertujuan meningkatkan kemampuan numerasi siswa. Program ini melibatkan pembentukan paguyuban wali murid, pembuatan alat peraga, serta sosialisasi oleh wali murid yang berprofesi sebagai pedagang. Program disusun bersama dalam rapat kepala sekolah dan dewan guru, kemudian dilaksanakan dengan wali murid datang ke sekolah untuk mendapatkan sosialisasi terkait literasi numerik siswa. Manfaat program ini melibatkan dukungan dan pemahaman materi anak, mendekatkan hubungan wali murid dengan sekolah, meningkatkan komunikasi, dan memberikan pemahaman dan kepedulian wali murid terhadap literasi numerasi anaknya. Kendala yang muncul adalah keterbatasan waktu beberapa wali murid, yang diatasi dengan membuat jadwal dan kesepakatan bersama. Selain itu, hasil wawancara dengan Kepala Sekolah mencerminkan bahwa program wali guru memiliki struktur organisasi yang bervariasi di setiap kelas, dengan harapan program dapat berjalan berkelanjutan. Kendala melibatkan latar belakang wali murid yang beragam dan tingkat kesadaran yang berbeda, diatasi dengan komunikasi aktif dan pendekatan personal. Hasil wawancara dengan murid kelas 4, 5, dan 6 menunjukkan bahwa orang tua terlibat aktif dalam kegiatan sekolah, seperti acara pertemuan paguyuban dan kerja bakti, bahkan menjadi nara sumber atau guru dalam beberapa kesempatan, memberikan rasa bangga dan kebahagiaan bagi murid.

 

Pembahasan

Pengembangan karakter dalam pembelajaran Matematika

Mengkaitkan pembelajaran dengan kegiatan sehari-hari

Wawancara dengan guru, kepala sekolah, dan murid mengungkapkan konsensus guru dari berbagai tingkatan kelas (kelas 4 sampai 6) mengenai pentingnya mengaitkan pembelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari. Guru mengakui bahwa konsep matematika terlibat dalam hampir semua aktivitas harian, membantu siswa memahami relevansi matematika dalam kehidupan mereka. Selain itu, materi matematika dianggap sebagai alat efektif untuk membentuk karakter siswa melalui kegiatan pemecahan masalah, berpikir kritis, kerja sama, dan ketelitian. Integrasi nilai karakter, seperti kejujuran dan tanggung jawab, dianggap sudah tercermin dalam materi-materi matematika. Meskipun perasaan murid terhadap matematika bervariasi, pendekatan yang menekankan relevansi dan nilai karakter dapat meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Guru dan kepala sekolah memiliki peran kunci dalam membentuk karakter siswa melalui pembelajaran matematika, dengan fokus pada komunikasi, kolaborasi, dan contoh yang baik sebagai strategi untuk mengatasi kendala.

Pembiasaan budaya positif

Guru-guru di kelas 4A, 4B, 5A, 5B, 6A, dan 6B di SD Negeri Sidasari 01 menerapkan pembiasaan budaya positif dalam pembelajaran matematika, melibatkan kegiatan seperti doa bersama, berbaris suit perkalian, ice breaking, musyawarah menyelesaikan masalah, dan kolaborasi kelompok. Tujuannya adalah membentuk karakter siswa, termasuk kejujuran, tanggung jawab, kerjasama, kepedulian, percaya diri, dan bertanggung jawab, dengan indikator keberhasilan mencakup peningkatan sikap siswa. Respon siswa terhadap pembiasaan ini sangat positif, terlihat dari sikap senang, tenang, dan antusias, serta dampak positif seperti perkembangan sikap percaya diri dan tanggung jawab. Kendala seperti konsistensi pelaksanaan dan perbedaan karakter siswa diatasi dengan evaluasi, perbaikan, komunikasi intens, dan penggunaan strategi berbeda. Guru berperan sentral dalam pelaksanaan, sementara kepala sekolah menjadi penggerak kegiatan dan penanggung jawab keberhasilan implementasi. Pembiasaan budaya positif juga diintegrasikan dengan pembelajaran matematika, menciptakan lingkungan kondusif dan menyenangkan, serta meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Siswa merasakan manfaat berupa perasaan tenang, nyaman, fokus, dan peningkatan sikap positif terhadap matematika.

Permainan tradisional

Guru kelas 4A, 4B, 5A, 5B, 6A, dan 6B di SD Negeri Sidasari 01 menggunakan permainan tradisional seperti Congklak, dakon, ular tangga numerasi, engklek, dan permainan pasar dalam pembelajaran matematika. Sebelum permainan dimulai, guru memberikan penjelasan tata cara dan aturan permainan serta melakukan simulasi. Tujuan penggunaan permainan ini adalah untuk memperkenalkan, mengajarkan, atau memperkuat konsep matematika, seperti pembagian dan numerasi, dengan manfaat berupa peningkatan antusiasme dan keterlibatan siswa. Permainan ini juga menghasilkan karakter positif dan nilai-nilai moral, diintegrasikan dengan pembelajaran matematika. Meskipun terdapat kendala seperti kelelahan fisik siswa, solusi yang diterapkan melibatkan penjadwalan waktu permainan, pembagian kelompok, dan istirahat. Melibatkan siswa dan wali murid dalam pembuatan papan permainan menunjukkan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa selama permainan, dan kepala sekolah mengakui bahwa permainan tradisional membentuk karakter siswa. Respon positif siswa, seperti peningkatan keterampilan sosial dan matematika, menandai keberhasilan pendekatan ini, meskipun guru harus mengatasi beberapa kendala.

 

Literasi Numerik dalam pembelajaran Matematika

Penyediaan buku-buku yang bisa digunakan sebagai referensi dan berkaitan dengan materi numerasi

Berdasarkan wawancara dengan guru, kepala sekolah, dan murid di SD Negeri Sidasari 01, terungkap bahwa di kelas tinggi telah disediakan berbagai buku sebagai referensi untuk mendukung literasi numerik, termasuk buku referensi matematika, AKM (Alat Kelengkapan Matematika), dan buku paket matematika. Inisiatif sekolah dalam menyediakan buku ini didukung oleh dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan diatur dalam Arkas (Arsip Kekayaan Sekolah), menunjukkan keseriusan sekolah dalam membentuk budaya literasi numerik di kalangan siswa. Buku-buku digunakan aktif selama pembelajaran matematika dan dibagikan secara berkala untuk dipinjamkan ke siswa sebagai panduan belajar di rumah. Siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap kegiatan literasi numerik, dan keberagaman jenis buku dan isinya memberikan variasi dalam kegiatan literasi numerik, menjadikannya lebih menarik bagi siswa. Kendala seperti kurangnya jumlah buku yang mencukupi jumlah siswa di dalam kelas diatasi dengan menganggarkan pengadaan buku baru sebagai bagian dari program sekolah, memastikan tersedianya buku yang mencukupi untuk kebutuhan semua siswa. Peran kepala sekolah sebagai penanggung jawab dan pengambil keputusan terkait pengadaan buku numerasi, serta dalam membuat kebijakan program literasi numerik, menegaskan komitmen sekolah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan literasi numerik di kalangan siswa. Antusiasme siswa, fasilitas literasi numerik, dan inisiatif pengadaan buku menjadi faktor kunci dalam mencapai keberhasilan program literasi numerik di SD Negeri Sidasari 01.

Penyediaan berbagai jenis alat peraga numerasi di laboratorium / perpustakaan sekolah

Berdasarkan wawancara dengan guru, kepala sekolah, dan murid di SD Negeri Sidasari 01, terungkap bahwa di kelas tinggi telah disediakan berbagai jenis alat peraga numerasi seperti poster-volume bangun ruang, tabel perkalian, sempoa, KIT Numerasi, uang mainan, papan FPB, dan KPK. Proses pengadaan alat peraga melibatkan program sekolah yang diatur dalam Arkas, serta kolaborasi antara guru, siswa, dan wali murid. Penggunaan alat peraga numerasi membantu siswa memahami materi matematika dengan lebih baik, merubah konsep abstrak menjadi konkret, dan memberikan manfaat positif, seperti meningkatkan antusiasme siswa, memudahkan pemahaman materi, dan membuat pembelajaran lebih menarik. Kepala sekolah memiliki peran signifikan dalam kebijakan dan pengambilan keputusan terkait pengadaan alat peraga, dan kendala seperti kerusakan alat peraga dan ketidaksebandingan jumlah alat peraga dengan jumlah siswa diatasi dengan memasukkan pengadaan alat peraga ke dalam Arkas serta mengganti atau membuat alat peraga baru. Murid-murid mengakui ketersediaan alat peraga numerasi seperti papan pecahan, papan KPK, peta, bangun ruang, dan sempoa di kelas mereka, dan menyatakan bahwa penggunaan alat peraga membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan memahamkan. Kesadaran akan kendala dan solusi yang diimplementasikan menunjukkan respons yang baik terhadap kebutuhan pembelajaran, memastikan bahwa pembelajaran matematika di SD Negeri Sidasari 01 menjadi lebih nyata, menarik, dan membantu siswa memahami konsep secara lebih baik.

Penggunaan lagu/nyanyian yang berkaitan dengan numerasi

Berdasarkan wawancara dengan guru, kepala sekolah, dan murid, di SD Negeri Sidasari 01, guru-guru kelas tinggi mengimplementasikan inovasi dengan memasukkan lagu atau nyanyian dalam pembelajaran matematika. Mereka menunjukkan kreativitas dengan menggubah lagu anak populer agar berkaitan dengan materi numerasi. Implementasinya melibatkan guru memberikan contoh cara menyanyikan lagu, diikuti partisipasi siswa dalam menirukan bersama-sama, sehingga lagu sesuai dengan materi pembelajaran matematika. Manfaatnya meliputi menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memicu antusiasme siswa, dan membantu pemahaman materi secara mendalam melalui aspek auditif dan ritmis. Kendala guru yang tidak memiliki kemampuan menggubah lagu dapat diatasi melalui kolaborasi dengan rekan sejawat. Kendala kepala sekolah terkait keterlibatan pendidik yang beragam dapat diatasi dengan pendekatan, komunikasi, dan saling berbagi pemikiran. Respon positif dari siswa, khususnya dari kelas 4, 5, dan 6, menunjukkan bahwa penggunaan nyanyian atau lagu berhasil menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan, memvalidasi keberhasilan metode inovatif ini dalam mencapai tujuan pembelajaran numerasi.

 

 

Penggunaan permainan dalam pembelajaran baik permainan tradisional, maupun mainan edukasi

Berdasarkan wawancara dengan guru, kepala sekolah, dan murid di SD Negeri Sidasari 01, permainan tradisional dan edukatif digunakan sebagai metode pembelajaran numerasi. Guru-guru mengaplikasikan berbagai permainan, termasuk congklak, kelereng, uthat, ular tangga, dan kartu, untuk menyisipkan unsur numerasi dalam aturan permainan. Tujuan pembelajaran ini adalah merangsang kemampuan alami anak terhadap numerasi, mengembangkan strategi, dan meningkatkan pemahaman konsep. Manfaatnya mencakup motivasi, semangat, dan pemahaman materi yang lebih baik. Kendala seperti kelelahan fisik dan keterbatasan alat peraga diatasi dengan pembagian waktu, pengaturan kelompok, dan strategi rotasi siswa. Kepala sekolah mendukung peran permainan tradisional dalam membentuk karakter anak, dengan indikator keberhasilan melibatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan sehari-hari. Siswa mengungkapkan manfaat seperti peningkatan kerjasama, kemampuan berpikir kritis, dan penghargaan terhadap orang lain, serta pembelajaran nilai-nilai positif seperti sportivitas dan kekompakan. Penggunaan permainan tradisional dan edukatif di SD Negeri Sidasari 01 menggambarkan pendekatan kreatif dan bermakna dalam pembelajaran numerasi, membawa manfaat positif yang dapat dilihat dari respons positif siswa dan dukungan kepala sekolah. Program Walgur (wali murid guru)

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, kepala sekolah, dan murid di SD Negeri Sidasari 01, program Walgur memiliki tujuan utama membangun kaitan erat antara kegiatan sekolah dan materi pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan kemampuan numerasi siswa. Program ini melibatkan wali murid sebagai narasumber dan pendukung dalam kegiatan literasi numerik, dengan rencana kegiatan seperti pembentukan paguyuban wali murid, pembuatan alat peraga, dan sosialisasi program. Manfaatnya meliputi peningkatan pemahaman siswa, pererat hubungan antara sekolah dan wali murid, serta membangun komunikasi intensif dan kolaboratif. Kendala seperti keterbatasan waktu wali murid diatasi dengan pembuatan jadwal dan kesepakatan bersama. Kepala sekolah melihat program ini sebagai upaya menjaga hubungan baik, berharap agar berjalan berkelanjutan, sambil siswa mengungkapkan tingkat keterlibatan positif orang tua dalam kegiatan sekolah. Program Walgur di SD Negeri Sidasari 01 dianggap berhasil menciptakan kolaborasi positif antara sekolah dan orang tua, memberikan manfaat pada pemahaman siswa, dan memperkuat ikatan antara sekolah dan komunitas orang tua.

 

Kesimpulan

Berdasarkan observasi, wawancara, dan studi dokumen di SD Negeri Sidasari 01, terlihat komitmen kuat terhadap integrasi matematika dengan kehidupan sehari-hari serta pemahaman tentang bagaimana pembelajaran matematika dapat membentuk karakter siswa. Dalam pembelajaran matematika, karakter-karakter seperti berpikir kritis, disiplin, ketelitian, kerjasama, kemandirian, kreativitas, kejujuran, kesabaran, sikap positif, rasa percaya diri, kesadaran terhadap kesalahan, kemauan belajar, dan penghargaan terhadap keberagaman muncul pada siswa. Karakter ini tidak hanya memengaruhi kinerja siswa dalam matematika tetapi juga membentuk kepribadian mereka secara keseluruhan. Pembentukan karakter juga terlihat dalam pembiasaan budaya positif dan penggunaan permainan tradisional dan edukatif, yang berhasil meningkatkan keterlibatan siswa, membentuk karakter positif, dan mengajarkan nilai-nilai moral. Literasi numerik di sekolah ini didukung oleh penyediaan buku, penggunaan alat peraga numerasi, penggunaan lagu/nyanyian, dan program walgur (wali murid dan guru). Pendekatan kreatif dan terintegrasi ini memberikan dampak positif pada minat, hasil belajar, dan pembentukan karakter siswa, dengan upaya terus-menerus untuk mengatasi kendala dan melibatkan semua pihak.

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Agustyaningrum, N., Pradanti, P., & Yuliana. (2022). Teori Perkembangan Piaget dan Vygotsky : Bagaimana Implikasinya dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar? Jurnal Absis: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika, 5(1), 568–582. https://doi.org/10.30606/absis.v5i1.1440

Angga, A., Abidin, Y., & Iskandar, S. (2022). Penerapan Pendidikan Karakter dengan Model Pembelajaran Berbasis Keterampilan Abad 21. Jurnal Basicedu, 6(1), 1046–1054. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2084

Ciamis, B. (2018). Kebangsaan Di SMK (Penelitian di SMK Taruna Program Pascasarjana Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis Jawa Barat.

Dalmeri. (2014). Kata Kunci: Pendidikan karakter, karakter baik, moral, pengem- bangan karakter 269. Al Ulum, 14(1), 272. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=175387&val=6174&title=Pendidikan Untuk Pengembangan Karakter (Telaah terhadap Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character)

Hasratuddin. (2021). Membangun Karakter Melalui Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, 6(2), 130–141.

Jailani, M. S. (2020). Membangun Kepercayaan Data dalam Penelitian Kualitatif. Primary Education Journal (Pej), 4(2), 19–23.

Karjiyati, V., Supriatna, I., Agusdianita, N., & Yuliantini, N. (2022). Peningkatan Kemampuan Literasi Matematika Mahasiswa Melalui Penerapan Model RME Pada Perkuliahan Konsep Dasar Geometri dan Pengukuran. Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 15(1), 49–56. https://doi.org/10.33369/pgsd.15.1.49-56

Kusumawati, E. (2021). Effects of Self-Awareness and Sense of Belonging on Teachers' Professionalism. Turkish Journal of Computer and Mathematics Education (TURCOMAT)12(2), 2725-2728.

Kusumawati, E. (2021). Implementasi Customer Relationship Management pada Industri Pendidikan: Studi Kasus Pada Akademi Pariwisata. Altasia Jurnal Pariwisata Indonesia3(1), 1-8.

Kusumawati, E. (2023). The effect of situational leadership, organizational culture and achievement motivation on the work professionalism of kindergarten teacher.

Makhfud, H., Lestari, L., & Chumdari, D. (n.d.). Pengembangan Instrumen Penilaian Pendidikan Karakter Terpadu. http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/paedagogia

Salvia, N. Z., Sabrina, F. P., & Maula, I. (2022). Analisis Kemampuan Literasi Numerasi Peserta Didik Ditinjau Dari Kecemasan Matematika. ProSANDIKA UNIKAL …, 3(2019), 352–360. https://www.proceeding.unikal.ac.id/index.php/sandika/article/view/890

Saputri, I. A. (2016). Title. Revista CENIC. Ciencias Biológicas, 152(3), 28. file:///Users/andreataquez/Downloads/guia-plan-de-mejora-institucional.pdf%0Ahttp://salud.tabasco.gob.mx/content/revista%0Ahttp://www.revistaalad.com/pdfs/Guias_ALAD_11_Nov_2013.pdf%0Ahttp://dx.doi.org/10.15446/revfacmed.v66n3.60060.%0Ahttp://www.cenetec.

Shofiah, V. (2019). Educational Guidance and Counseling Development Journal Metode Biblioterapi Islam Untuk Pengembangan Karakter Tanggung Jawab Pada Mahasiswa. 1(1), 1–8.

Wage, I. N., Atmadja, N. B., & Sriartha, I. P. (2020). Evaluasi Efektifitas Program Penguatan Pendidikan Karakter ditinjau dari Contexs, Input, Process dan Produk. Pendidikan IPS Indonesia, 4(2), 94–105. https://doi.org/10.23887/pips.v4i2.3401

 

Copyright holder:

Windari, Novan Ardiy Wiyani, Yumiati (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: