Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
1, Januari 2024
PEMBELAJARAN BUDAYA BANYUMASAN BERBASIS
NILAI PANCASILA DI SEKOLAH DASAR NEGERI KARANGDADAP KECAMATAN KALIBAGOR
KABUPATEN BANYUMAS
Bagus Nur Ikhsan1*, Novan Ardiy
Wiyani2, Tita Rosita3
Program
Pascasarjana, Universitas Terbuka, Indonesia1,3
Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji
Saifuddin, Zuhri Purwokerto, Indonesia2 Email:
[email protected]1*, [email protected]2,
[email protected]3
Abstrak
Peran
penting pendidikan dalam memerangi kemiskinan pengetahuan, memecahkan masalah
kebodohan, dan meningkatkan kondisi bangsa. Melalui pendekatan “merdeka
belajar”, pemerintah berusaha memperbarui sistem pendidikan untuk beradaptasi
dengan perubahan waktu dan teknologi. Salah satu contoh kebijaksanaan lokal
yang dibahas adalah budaya banyumasan di Daerah Banyumas, Jawa Tengah, dengan
aspek artistik, kuliner, dan ekonomi lokalnya. Tujuannya adalah untuk
menggambarkan dan menganalisis perencanaan, implementasi dan evaluasi
Pembelajaran Budaya Banyumasan berdasarkan nilai-nilai Pancasila di Desa
Karangdadap Kecamatan Kalibagor. Guru secara hati-hati merencanakan
pembelajaran, mengidentifikasi metode, model, media, dan langkah-langkah yang
tepat melalui rencana modul ajar dan kurikulum sebagai panduan dalam
pengajaran. implementasi pembelajaran. Budaya belajar yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Karangdadap dilakukan dengan menggunakan
metode, model, dan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan, terutama yang
terkait dengan materi makanan khas daerah setempat yaitu gropak. Guru melatih
siswa dengan pendekatan pembelajaran diluar kelas mengunjungi industri gropak
setempat untuk memahami material lebih baik dan untuk membuat gropak menjadi
lebih dikenal oleh lebih banyak orang. Evaluasi dan penilaian yang dilakukan guru
secara berkala mengevaluasi perkembangan siswa melalui evaluasi diagnostik,
formatif, dan sumatif. Guru mencatat kemajuan siswa dan memberi motivasi kepada
siswa yang membutuhkan dukungan lebih lanjut dalam memahami materi. Sebagai
kesimpulan, proses pembelajaran berjalan dengan baik dan menyeluruh,
menggunakan metode yang tepat, serta evaluasi terstruktur untuk memastikan
pemahaman siswa tentang materi pembelajaran.
Kata kunci: Budaya Banyumasan, Nilai Pancasila,
Pembelajaran
Abstract
The
important role of education in fighting poverty of knowledge, solving the
problem of ignorance, and improving the condition of the nation. Through the
"independence of learning" approach, the government is trying to
update the education system to adapt to changes in time and technology. One
example of local wisdom discussed is the Banyumasan culture in the Banyumas
Region, Central Java, with its artistic, culinary and local economic aspects.
The aim is to describe and analyze the planning, implementation and evaluation
of Banyumasan Cultural Learning based on Pancasila values in Karangdadap
Village, Kalibagor District. Teachers carefully plan learning, identifying
appropriate methods, models, media and steps through lesson plans and
curriculum as a guide in teaching. Implementation of learning. A learning
culture based on Pancasila values at Karangdadap State Elementary School is
carried out using methods, models and media that are appropriate to the
material being taught, especially those related to local specialty food, namely
gropak. Teachers train students with a learning approach outside the classroom
visiting the local Gropak industry to understand the material better and to
make Gropak better known to more people. Evaluations and assessments carried
out by teachers periodically evaluate student development through diagnostic,
formative and summative evaluations. Teachers record student progress and
provide motivation to students who need further support in understanding the
material. In conclusion, the learning process went well and thoroughly, using
appropriate methods, as well as structured evaluation to ensure students'
understanding of the learning material.
Keywords: Banyumasan Culture, Learning, Pancasila Values.
Pendidikan merupakan media dengan peran
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membawanya menuju era pencerahan. Pendidikan
dapat dikatakan sebagai salah satu tonggat dalam mengentaskan kemiskinan
pengetahuan, menyelesaikan permasalahan kebodohan, dan menuntaskan permasalahan
bangsa. Pendidikan harus mampu mewujudkan manusia yang seutuhnya, karena
pendidikan berfungsi sebagai proses penyadaran terhadap manusia untuk mampu
mengenal, mengerti dan memahami relitas kehidupan sehari-hari (Tarigan et al., 2022).
Pemerintah menekankan sistem pendidikan
nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, didalamnya menjelaskan
mengenai pendidikan yang dapat dijadikan media untuk mengembangkan kemampuan
serta membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pendidikan yang dilakukan mengarah pada
pengembangan potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis, bertanggung jawab bagi diri dan negaranya.
Kurikulum yang sedang dikembangkan pada
saat ini selaras dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Merdeka belajar yang
sarat karakter tentunya memiliki harapan untuk membekali murid dengan berbagai
kemampuan yang dimilikinya untuk menghadapi tuntutan jaman, dan tentunya
percepatan teknologi dalam menjawab arus globalisasi. Implementasi medeka
belajar memiliki harapan dalam memberikan sumbangan berarti dalam menjawab
berbagai persoalan bangsa khususnya bidang pendidikan, melalui persiapan murid
dalam proses pendidikan yang menarik dan kontekstual menggunakan evaluasi yang
autentik.
Kebijakan merdeka belajar menjadi langkah
pemerintah untuk melaksanakan transformasi pendidikan demi terwujudnya sumber
daya manusia yang unggul yang memiliki karakter profil pelajar Pancasila.
Implikasi dari kebijakan ini tentu bermuara pada murid di sekolah sebagai
subyek pembelajaran di kelas. Murid diharapkan dapat memiliki karakter profil
pelajar Pancasila yaitu beriman beriman, bertaqwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar
kritis, dan kreatif (Kemendikbudristek BSKAP Nomor 009/H/KR, 2022). Kebijakan
merdeka belajar menjadikan peran aktif murid dalam pembelajaran lebih
meningkat. Dibutuhkan kolaborasi antara guru dan siswa dalam melaksanakan
pembelajaran yang menerapkan konsep merdeka belajar (Suryana & Iskandar, 2022).
Kolaborasi yang yang dilakukan tentunya
diharapkan dapat menuntun murid dalam memperoleh berbagai wawasan melalui
berbagai metode dalam merdeka belajar, serta tumbuhkembangnya karakter positif
sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses
dari berkembangnya suatu kebudayaan dalam masyarakat sehingga pendidikan tidak
bisa dilepaskan dari tradisi nilai-nilai budaya. Masyarakat di daerah memiliki
kewajiban untuk kembali kepada jati diri mereka melalui penggalian dan
pemaknaan nilai-nilai luhur budaya yang ada sebagai sumber daya kearifan lokal.
Masyarakat harus membuka kesadaran, kejujuaran, dan sejumlah nilai budaya luhur
untuk sosialisasikan dan dikembangkan menjadi prinsip hidup yang bermartabat (Nuraini, 2019).
Sumber daya kearifan lokal tentunya
diharapkan mampu menjadi sumber daya dukung yang optimal dalam memenuhi
kebutuhan wawasan murid. Pembelajaran di sekolah menekankan aspek pengalaman
belajar yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. Karakteristik peserta
didik di setiap wilayah Indonesia tentunya memiliki perbedaan, sehingga perlu
dilakukan identifikasi unsur budaya lokal dalam pemilihan sumber belajar. Hal
ini dilakukan agar siswa aktif dalam pembelajaran dan tercapai pengalaman
belajar bermakna.
Selaras dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Putri et al., 2022) tentang
“Pengembangan Suplemen Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal Kota Singkawang Pada
Materi Bahasa Indonesia Kelas IV”. Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan
menghasilkan produk yang mempermudah proses pembelajaran sebagai suplemen bahan
ajar menarik dan mudah dipahami oleh murid. Pengembangan bahan ajar yang
dilakukan berbasis kearifan lokal untuk memahami budaya lingkungan sekitar
murid dan membuat mereka mampu mengidentifikasi sesuai dengan lingkungan dan
wilayah di sekitar tempat tinggalnya. Suku terbesar di Indonesia yaitu suku
Jawa. Suku Jawa telah tersebar luas hampir ke seluruh Indonesia, banyak sekali
jenis budaya yang ada di jawa. Salah satunya adalah Kabupaten Banyumas yang
memiliki budaya yang unik dan menarik (Pawestri, 2020).
Kabupaten Banyumas merupakan sebuah
kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah, yang memiliki bahasa yang khas
yaitu ngapak, namun masyarakat Kabupaten Banyumas sendiri mulai terkikis rasa
kelokalan nya dikarenakan masyarakat merasa malu dan canggung ketika
menggunakan bahasa ngapak yang dianggap masyarakat luar seperti Jakarta dan
Bandung merasa nada dan intonasi bahasa ngapak lucu, aneh, dan kurang enak
untuk didengar sehingga menjadi bahan ejekan masyarakat lainnya. Ditambah
kemajuan jaman di era distrupsi 5.0 yang serba digital sehingga banyak sekali
dijumpai untuk kalangan keluarga muda yang baru memiliki momongan, mereka lebih
mengajarkan bahasa sehari hari menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
sehari hari, serta Kabupaten Banyumas yang memiliki berbagai perguruan tinggi
yang mendatangkan mahasiswa luar yang membawa bahasa yang dianggap masyarakat
lokal keren seperti pengucapan “elu” dan “gua”. Padahal Kabupaten Banyumas
sendiri memiliki berbagai macam kearifan lokal yang sangat beragam serta
menjadi daya tarik tersendiri.
Kabupaten Banyumas memiliki berbagai ragam
kearifan lokal mulai dari seni, kuliner, hingga batik. Kearifan lokal bentuk
seni yang paling terkenal adalah ebeg Banyumasan yang merupakan jenis tarian
rakyat dengan penarinya yang khas menggunakan celana panjang berlapis batik
serta memakai kacamata sebagai aksesorisnya dengan ditemanin alunan gamelan. Ada
juga hal menarik yang menjadi kekhasan dari segi kuliner yaitu Mendoan, Getuk
Goreng, dan Soto Sokaraja yang sudah terkenal di berbagai wilayah di Indonesia,
bahkan mendoan sudah banyak beredar di luar negeri seperti Inggris dan
Singapura. Salah satu contoh bentuk kearifan lokal di Kabupaten Banyumas yang
belum terlalu mencolok namun dianggap berpotensi besar yaitu Gropak yang berada
di Desa Karangdadap Kecamatan Kalibagor. Berdasarkan penelitian dari (Sumpenowati & Uswatusholihah, 2023) Kampung Gropak
merupakan pemberdayaan ekonomi masyarakat di Desa Karangdadap Kecamatan
Kalibagor. Panganan Gropak yang merupakan camilan dari hasil bumi yaitu
singkong dan aci yang diolah menjadi berbentuk kerupuk dan bernilai ekonomis.
Selaras dengan pemaparan terkait Gropak,
pada SD Negeri Karangdadap Kecamatan Kalibagor terdapat pelajaran yang
mengikuti Kurikulum yang sedang dikembangkan saat ini terkait dengan merdeka
belajar dimana murid diharapkan dapat memiliki karakter profil pelajar Pancasila
yaitu beriman beriman, bertaqwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan
kreatif (Kemendikbudristek BSKAP Nomor 009/H/KR, 2022).
Pembelajaran yang dilakukan diharapkan
dapat menjunjung tinggi penanaman nilai-nilai budaya sebagai nilai yang patut
dikembangkan dan dipertahankan serta mampu mengintegrasikan nilai-nilai
kearifan lokal budaya bangsa. Berdasar paparan latar belakang di atas, penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji sistem merdeka belajar dalam menumbuhkan kearifan
berbasis nilai Pancasila pada pembelajaran Budaya Banyumasan di SD Negeri
Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
Penelitian
ini difokuskan pada pembelajaran Budaya Banyumasan berbasis nilai Pancasila di
SDN Karangdadap, Kalibagor, Banyumas. Permasalahan utama dibagi menjadi tiga
aspek: perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Tujuan penelitian
adalah mendeskripsikan dan menganalisis keseluruhan proses pembelajaran
tersebut. Tujuan khusus meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran. Manfaat penelitian ini melibatkan kontribusi teoritis dengan
harapan memperoleh konsep pembelajaran Budaya Banyumasan berbasis nilai
Pancasila. Secara praktis, penelitian ini memberikan panduan bagi kepala
sekolah, guru, dan siswa dalam implementasi merdeka belajar serta meningkatkan
wawasan dan keterampilan siswa berdasarkan nilai Pancasila dalam pembelajaran
Budaya Banyumasan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan bagi
peneliti lain yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai pembelajaran tersebut.
Metode
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-analisis. Pendekatan
ini melibatkan analisis dan interpretasi teks serta wawancara untuk menemukan
pola-pola makna dalam fenomena tertentu. Penelitian kualitatif ini dilandaskan
pada filsafat postpositivisme atau interpretif, dengan peneliti sebagai instrumen
kunci. Penelitian menggunakan pendekatan fenomenologi untuk mendeskripsikan dan
menganalisis pembelajaran Budaya Banyumasan berbasis nilai Pancasila di SDN
Karangdadap, Kalibagor, Banyumas.
Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian
dikembangkan berdasarkan masalah penelitian, dengan peneliti sebagai instrumen
utama. Data dianalisis menggunakan teknik triangulasi dengan menggabungkan
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang berbeda. Proses analisis
data melibatkan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Sumber informasi
terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua murid di SDN
Karangdadap. Proses pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan, dari Agustus
hingga Oktober 2023. Analisis data dilakukan sepanjang proses pengumpulan data,
dengan menggunakan model analisis data Miles dan Huberman. Model ini melibatkan
tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Analisis data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan.
Pembelajaran
budaya banyumasan merupakan muatan pada sebuah pembelajaran lokal yang
dimasukan ke dalam kurikulum pada daerah Kabupaten Banyumas yang terkhusus di
jenjang sekolah dasar. Karena kebudayaan merupakan aspek yang menembus dan
mempengaruhi kehidupan individu yang bersifat dinamis, dimana proses yang terus
berubah dan beradaptasi terhadap hal baru, tuntutan, maupun kebutuhan (Liliweri, 2019).
Pelaksanaan
pembelajaran budaya banyumasan memuat 3 aspek yang merupakan rangkaian
sistematik memuat beberapa langkah yaitu:
1. Perencanaan
pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila di Sekolah Dasar Negeri
Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
2. Pelaksanaan
pembelajran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila di Sekolah Dasar Negeri
Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
3. Penilaian
pembelajran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila di Sekolah Dasar Negeri
Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
Pelaksanaan
pembelajaran budaya banyumasan di sekolah dasar sangat diperlukan kolaborasi
dan keterlibatan seluruh warga sekolah, orangtua murid, dan masyarakat
lingkungan sekitar. Pembelajaran budaya banyumasan dalam kegiatan pembelajaran
dilakukan dengan memberikan nilai-nilai budaya lokal dan karakter kepada siswa,
sehingga mereka dapat menanamkan nilai-nilai lokal dalam diri mereka selama
proses pembelajaran. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian adalah
langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengintegrasikan pembelajaran budaya
banyumasan berbasis pancasila ke dalam kurikulum sekolah.
Berdasarkan
dari hasil wawancara dengan beberapa guru di Sekolah Dasar Negeri Karangdadap,
terdapat usaha dalam melakukan kegiatan pembelajaran budaya banyumasan berbasis
nilai Pancasila. Peneliti melakukan observasi, dokumentasi, dan wawancara
sebagai bukti nyata dari pembelajaran muatan lokal. Dari hal tersebut peneliti
melakukan penelitian tentang pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai
Pancasila di Sekolah Dasar Negeri Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten
Banyumas.
1. Perencanaan
pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila di Sekolah Dasar Negeri
Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan
(Kemendikbudristek BSKAP Nomor 009/H/KR, 2022) tentang dimensi, elemen,
dan subelemen profil pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka, hal ini sejalan
dengan pembelajaran muatan lokal pelajaran yang mengikuti kurikulum terkait
dengan merdeka belajar dimana siswa diharapkan memiliki karakter profil pelajar
Pancasila yaitu beriman beriman, bertaqwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar
kritis, dan kreatif.
a.
Merumuskan
tujuan khusus pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila di SDN
Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas
b.
Memilih
pengalaman belajar yang akan diterima siswa dalam pembelajaran budaya
banyumasan berbasis nilai Pancasila di SDN Karangdadap Kecamatan Kalibagor
Kabupaten Banyumas.
c.
Menentukan
kegiatan pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila di SDN
Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
d.
Menentukan
orang-orang yang terlibat dalam proses pembelajaran budaya banyumasan berbasis
nilai Pancasila di SDN Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
e.
Menentukan
alat dan bahan untuk belajar dalam pembelajaran budaya banyumasan berbasis
nilai Pancasila di SDN Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
f.
Memperhatikan
ketersediaan fasilitas fisik dalam pembelajaran budaya banyumasan berbasis
nilai Pancasila di SDN Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
g.
Merencanakan
proses evaluasi dan pengembangan dalam pembelajaran budaya banyumasan berbasis
nilai Pancasila di SDN Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
2. Pelaksanaan
pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila di SDN Karangdadap
Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
Pembelajaran
Budaya Banyumasan yang didasarkan pada nilai Pancasila diterapkan dalam setiap langkah
pembelajaran yang telah direncanakan dalam modul ajar pembelajaran budaya
banyumasan. Dengan adanya struktur dalam modul ajar ini, memudahkan guru untuk
menanamkan prinsip nilai Pancasila yang terkait dengan budaya lokal dan
terintegrasi ke dalam pelajaran budaya banyumasan.
a.
Kegiatan
pendahuluan dalam pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila di
SDN Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas
b.
Kegiatan
inti dalam pembelajaran Budaya Banyumasan berbasis nilai Pancasila di SDN
Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
c.
Penutup
dalam pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila di SDN
Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
3. Penilaian
Pembelajaran Budaya Banyumasan berbasis nilai Pancasila di SD Negeri
Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
Salah
satu kegiatan terpenting dalam pendidikan adalah penilaian. Hal ini
memungkinkan kita untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat mengikuti
pelajaran dari awal hingga akhir. Perilaku dan aktifitas siswa selama kegiatan
belajar mengajar memberikan penilaian kepada guru. Aktifitas dan perilaku
siswa, seperti mendengarkan, menyimak, belajar dengan serius, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan guru, merupakan sumber data penting yang dapat digunakan
untuk menganalisis dan dipergunakan sebagai analisis hasil pembelajaran yang
lebih baik.
a.
Membuat
dan menetapkan rencara serta tujuan penilaian budaya banyumasan berbasis nilai
Pancasila di SD Negeri Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
b.
Menentukan
teknik yang tepat dalam penilaian budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila di
SD Negeri Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas
c.
Pelaksanaan
proses penilaian dalam pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila
di SD Negeri Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
d.
Menganalisis
proses penilaian dalam pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila
di SDN Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas
e.
Menyesuaikan
pembelajaran budaya bnyumasan berbasis nilai Pancasila di SD Negeri Karangdadap
Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
Pembahasan
Pembahasan
merupakan hasil temuan yang terjadi dilapangan terkait pembelajaran budaya banyumasan
di SDN Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, perencanaan pembelajaran pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai Pancasila telah
dilakukan di SD Negeri Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten
Banyumas. SD Negeri Karangdadap sudah
melaksanakan proses pembelajaran melalui beberapa tahapan. Tahap pertama ialah perumusan
tujuan pembelajaran budaya banyumasan oleh guru dengan menyusun rencana
pembelajaran dalam modul ajar. Modul ajar tersebut terdiri dari beberapa aspek
terkait potensi siswa maupun pihak yang terlibat dalam
pembelajaran budaya banyumasan. Selain itu pemilihan terhadap pengalaman belajar yang
akan diterima siswa. Siswa diupayakan untuk mendapat pengalaman belajar yang memuat
nilai Pancasila yaitu penanaman nilai mencintai budaya luhur serta memiiki jiwa
gotong royong yang tinggi.
Tahap selanjutnya yang
dilakukan dalam perencanaan pembelajaran budaya banyumasan berbasis nilai
pancasila adalah menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan praktik
pembelajaran di SD Negeri Karangdadap ditujukan untuk memperoleh pemahaman
mendalam pada pembuatan gropak yang merupakan camilan khas daerah Kabupaten
Banyumas. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan di dalam kelas dan di luar
kelas. Selanjutnya, kegiatan pembelajaran juga dibagi dalam kegiatan individu
dan kelompok,
hal tersebut ditujukan agar siswa memahami dan memiliki jiwa tanggung jawab
atas dirinya, serta penanaman nilai gotong royong dengan sesama.
Perencanaan
keterlibatan individu dalam pembelajaran budaya banyumasan sudah dilakukan oleh
guru. Selain itu dilakukan kolaborasi antara kepala sekolah dan komite, dan
juga pelaku industri gropak. Guru berperan
sebagai fasilitator serta motivator dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
Dalam hal ini guru dituntut memiliki potensi kemampuan berkreasi, aktif serta
inovatif dalam merencang dan mengembangkan idenya untuk pembelajaran yang mudah
dipahami dan menarik. Tergambar dalam kemapuan guru di SD Negeri Karangdadap
yang memiliki kemampuan, pengetahuan serta wawasan yang luas baik teknik, pola,
strategi serta model pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan Uno (2007:63), dimana
kompetensi guru terdiri dari:
a.
Motif yakni sesuatu yang orang
pikirkan dan inginkan menyebabkan sesuatu,
b.
Sifat yaitu karakteristik fisik
tanggapan konisten terhadap situasi,
c.
Konsep diri yaitu sikap, nilai, dan
image dari seseorang,
d.
Pengetahuan, yaitu informasi yang
dimiliki seseorang dalam bidang tertentu, dan
e.
Keterampilan yaitu kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental.
Pembelajaran budaya banyumasan dilakukan dengan berpusat pada
siswa, dimana siswa diharapkan mampu berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.
Guru tidak lagi menjadi satu-satunya pusat informasi, melainkan sebagai
motivator dan fasilitator yakni sebagai pengelola pembelajaran yang
memfasilitasi pembelajaran.
Pada perencanaan pembelajaran budaya banyumasan dengan nilai
pancasila di SD Negeri Karangdadap, guru sudah mempersiapkan skenario
pembelajaran yang dimulai dari kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. Langkah yang dilaksanakan
guru untuk mencapai tujuan tersebut yakni dengan pemilihan strategi, metode,
media, model dan sumber yang dugunakan dalam pembelajaran. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Idi (2014:187) yang menyataka bahwa dalam perncanaan proses
pembelajaran, guru harus menentukan tujuan yang jelas mengenai apa yang hendak
capai, sehingga arah pekerjaan pendidik terarah dan efektif. Pelajaran yang
disajikan harus mempunyai perencanaan pengkoresian atau kesesuaian dengan
rencana pembelajaran, yaitu guna terciptanya kondisi aktual, sehingga dapat
mendukung pencapaian tujuan pengjaran yang ditetapkan secara optimal baik
tujuan umum maupun tujuan khusus.
Pelaksanaan
pembelajaran budaya banyumasan di SD Negeri Karangdadap didukung dengan fasilitas fisik yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan
maupun kemampuan dari berbagai pihak terkait, tujuannya agar tidak memberatkan
dalam penyediaan fasilitas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Barnawi (2014)
yang menyatakan jika sarana dan prasarana merupakan
segenap proses pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secara
langsung maupun tidak langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Selain itu lokasi industri gropak
sendiri yang terletak tidak jauh dari sekolah sangat memudahkan siswa dalam melaksanakan
kegiatan diluar kelas. Dalam pelaksaannya juga sudah dilakukan pengintegrasian nilai Pancasila ke dalam
pembelajaran budaya banyumasan yang memadukan dan menerapkan nilai yang
diyakini dan dirasa baik serta benar untuk membentuk kepribadian serta
pengalaman yang baik.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran budaya banyumasan terkait gropak
merupakan kegiatan berbasis nilai luhur untuk menumbuhkan rasa cinta siswa terhadap
produk lokal, belajar kerjasama dan gotong royong demi meningkatkan maupun
mempromosikan gropak agar lebih terkenal. Tahapan tersebut disebut sebagai
tahap inti. Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pembelajaran yang berpusat pada
siswa, selama proses pembelajaran siswa dituntut untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu guru menyiapkan model, pendekatan, strategi dan
sumber yang digunakan selama proses pembelajaran.
Manfaat dari pembelajaran budaya banyumasan di SD Negeri
Karangdadap ini dapat dirasakan oleh pihak pelaku industri gropak dengan bentuk
pengenalan kepada pihak baru seperti siswa dan orang tuanya, selain itu bentuk
promosi secara tidak langsung yang meningkatkan kemajuan UMKM. Manfaat yang dapat
dirasakan siswa adalah dengan pemantapan dan pemahaman lebih serta menanamkan nilai-nilai
Pancasila. Hal tersebut dilakukan karena siswa merupakan generasi yang
bertangung jawab melestarikan budaya Indonesia agar tetap utuh dan selalu
terjaga. Hal ini sama dengan Al Musafri, Utaya dan Astina (2016) yang
menyatakan bahwa kearifan lokal peran untuk mengurangi dampak globalisasai
dengan cara menanam nilai-nilai positif. Penanaman nilai tersebut didasarkan
pada nilai tersebut didasarkan dengan nilai, norma, serta adat istiadat yang
dimiliki setiap daerah.
Pelaksanaan penilaian yang dilakukan di SD Negeri Karangdadap telah
dilaksanakan secara autentik, terdiri dari beberapa aspek penilaian. Aspek
tersebut ialah penilaian yang dilaksanakan melalui observasi yang meliputi
kerja kelompok siswa, kinerja individu siswa, penugasan, berdiskusi serta
menarik kesimpulan. Assesmen pembelajaran yang meliputi kegiatan awal
pembelajaran, kegiatan diluar kelas khususnya pembuatan gropak, dan penguasaan
materi pembelajaran budaya banyumasan yang dijadikan sebagai indikator dari
pembelajaran budaya banyumasan. Teknik dalam penilaian pembelajaran budaya banyumasan
yaitu penilaian yang meliputi 3 hal yaitu penilaian diagnostik, formatif, dan
sumatif.
Assesmen formatif ini tidak dimasukan kedalam hasil belajar siswa
untuk nilai rapot, karna tujuan dari assasmen formatif sebagai pemantauan dan evaluasi
dari sebuah proses pembelajaran. Assesmen sumatif digunakan sebagai penilaian
hasil akhir dari sebuah pembelajaran budaya banyumasan. Asesmen inilah yang
dijadikan sebagai laporan dan dicantumkan ke dalam rapot siswa sebagai
penilaian akhir siswa dalam pembelajaran budaya banyumasan. Hal tersebut
sejalan dengan Hamalik (2010) yang menyatakan jika evaluasi merupakan proses
berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai
keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu siswatem pengajaran.
Pelaksanaan evaluasi tersebut dilakukan dengan tujuan agar data
mengukur pemahaman dan penguasaan peserta didik dalam materi yang sudah
diajarkan. Evaluasi yang dilakukan dengan beberapa teknik, akan membuat gambaran
pemahaman serta penguasaan peserta didik dapat diketahui melalui nilai-nilai
evaluasi yang sudah mereka kerjakan. Ada beberapa cara dalam menilai hasil
belajar siswa salah satu nya ialah dengan ujian atau tes. Hal tesebut sesuai
dengan Sudjana (2018) yang menyatakan bahwa menggunkan hasil-hasil penilaian
sesuai dengan tujuan penilaian dilakukan untuk kepentingan pendekripsian
kemampuan siswa, kepentingan perbaikan pengajaran, kepentingan bimbingan
belajar, maupun kepentingan laporan pertanggung jawaban.
Proses penilaian pembelajaran budaya banyumasan di SD Negeri Karangdadap
yang sangat diperhatikan adalah bentuk kenyamann dan antusias siswa, karena
keberhasilan dari pembelajaran dapat dikatakan berhasil dan mendapatkan nilai
yang baik apabila siswa sangat antusias dan nyaman dalam menyerap materi.
Secara keseluruhan tidak ada kendala dalam proses penilaian siswa SD Negeri
Karangdadap, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti kenyamanan
yang memang terlihat secara nyata. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan koordinasi
dan menanyakan kesulitan siswa. Pada pembelajaran budaya banyumasan ini
sebenarnya ada perbaikan terhadap nilai siswa yang kurang baik.
Berdasarkan realisasi yang telah dilakukan oleh SD Negeri Karangdadap,
diketahui bahwa dalam proses evaluasi yang dilaksanakan guru untuk menilai
peserta didik terdiri dari aspek kognitif yang dinilai dengan tes afektif
dinilai dengan pengamatan dan psikomotor dinilai dengan pengamatan. Penilaian
ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan penilaian pola saintifik yang terdiri
dari penilaian spiritual yang dilaksanakan melalui pengamatan dengan indikator
penilaian. Penilaian sosial yang dilakasanakn melalui pengamatan bekerja scara
mandiri saat penugasan dan pengetahuan yang dilakanakan melalui tes yakni tes formatif
dan sumatif. Untuk penilaian keterampilan yang dilaksankan melalui pengamatan
dan tes dengan indikator penilaian berdiskusi yang mengacu mengolah kata serta
menalar, keterampilan mengkomunikasikan, keterampilan mendengarkan,
beragumentasi serta berkontribusi.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran budaya Banyumasan berbasis nilai Pancasila di SD Negeri
Karangdadap, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, berjalan dengan baik dan
berkesinambungan. Proses ini dimulai dengan perencanaan yang cermat oleh guru,
melibatkan identifikasi metode, model, media, dan langkah-langkah yang tepat
dalam modul ajar dan silabus pembelajaran sebagai panduan pengajaran.
Selanjutnya, pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode,
model, media, dan langkah-langkah yang sesuai dengan materi, fokus pada
pengenalan makanan khas daerah, yaitu goprak. Tujuan dari pembelajaran ini
adalah agar goprak menjadi lebih baik dan dikenal oleh berbagai kalangan,
dengan melibatkan latihan dan kunjungan ke industri goprak sebagai bagian dari
proses pembelajaran. Guru juga melibatkan evaluasi siswa melalui tahapan
penilaian diagnostik, formatif, dan sumatif, yang akhirnya diakumulasikan dalam
nilai rapot. Dalam menghadapi siswa yang belum sepenuhnya memahami materi, guru
memberikan motivasi agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti proses
pembelajaran.
BIBLIOGRAFI
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Cet.15. Jakarta. Rineka Cipta.
Anna, M., A., Suryana, Y., & Elan. (2019).
Penanaman Nilai-Nilai Sila Iii Pancasila melalui Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk Membangun Karakter Siswa Sekolah Dasar. In PEDADIDAKTIKA:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Vol. 6, Issue 1).
http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index
Ardy, W. N. (2022). Merdeka Belajar untuk Menumbuhkan
Kearifan Lokal Berbasis Nilai Pancasila pada Lembaga PAUD. Antroposen:
Journal of Social Studies and Humaniora, 1(2), 63–74.
https://doi.org/10.33830/antroposen.v1i2.3782
Arikunto, S., & Jabar, C. S. A. (2014). Evaluasi
Program Pendidikan: pedoman teoritis praktisi pendidikan.
Handayani, S. D., Irawan, A., Febriyanti, C., &
Kencanawaty, G. (2022). Mewujudan Pelajar Pancasila Dengan Mengintegrasikan
Kearifan Budaya Lokal Dalam Kurikulum Merdeka. Ilma Jurnal Pendidikan Islam,
1(1), 76–81. https://doi.org/10.58569/ilma.v1i1.457
Ho, W. C., & Law, W. W. (2020). Music education and
cultural and national values. International Journal of Comparative Education
and Development, 22(3), 219–232.
https://doi.org/10.1108/IJCED-10-2019-0053
Ismail, S., Suhana, S., & Yuliati Zakiah, Q.
(2021). Analisis Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Mewujudkan
Pelajar Pancasila Di Sekolah. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial,
2(1), 76–84. https://doi.org/10.38035/jmpis.v2i1.388
Iswatiningsih, D. (2019). Penguatan Pendidikan Karakter
Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal di Sekolah. Jurnal Satwika, 3(2),
155. https://doi.org/10.22219/satwika.vol3.no2.155-164
Izza, A. Z., Falah, M., & Susilawati, S. (2020).
Studi literatur: problematika evaluasi pembelajaran dalam mencapai tujuan
pendidikan di era merdeka belajar. Konferensi Ilmiah Pendidikan Universitas
Pekalongan 2020, 10–15. https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/kip
Kaelan. (2001). Pendidikan Moral Pancasila.
Paradigma.
Kemendikbud Ristek. (2021). Panduan Pengembangan Profil
Pelajar Pancasila. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 1–108.
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-pelajar-pancasila
Kemendikbudristek BSKAP Nomor 009/H/KR. (2022). Tentang
Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka.
Korhonen, R. (2021). Diversity and Cultural Heritage in
the Finnish Pre-Primary Curriculum. In S. Gonçalves & S. Majhanovich
(Eds.), Art in Diverse Social Settings (pp. 247–262). Emerald Publishing
Limited. https://doi.org/10.1108/978-1-80043-896-520211016
Kurniawaty, I., Faiz, A., & Purwati, P. (2022).
Strategi Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar. Edukatif :
Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5170–5175.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3139
Kusumah, W., & Alawiyah, T. (2021). GURU
PENGGERAK: Mendorong Gerak Maju Pendidikan Nasional. Penerbit Andi.
https://books.google.co.id/books?id=BXxEEAAAQBAJ
Kusumawati,
E. (2023). The effect of situational leadership, organizational culture and
achievement motivation on the work professionalism of kindergarten teacher.
Kusumawati, E. (2023).
Optimalisasi Mutu Pendidikan melalui Kepemimpinan Inovatif. Jurnal
Bahana Manajemen Pendidikan, 12(1), 107-111.
Kusumawati,
E. (2023). Implementation of Kindergarten Supervisor Academic
Supervision. International Journal of Social Service and Research, 3(9),
2251-2258.
Lestari, S., Siregar, T., & Nainggolan, J. (2019).
Pengembangan Modul Ipa Terpadu Berbasis Kearifan Lokal Papua Materi Interaksi
Mahluk Hidup Terhadap Lingkungan. Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia, 7(3),
106–112. https://doi.org/10.31957/jipi.v7i3.1024
Liliweri, A. (2019). Pengantar Studi Kebudayaan.
Nusamedia.
Mansur, N. (2012). The Urgency of Local Content
Curriculum in Education. DIDAKTIKA Scientific Journal, 13(1),
68–79.
Marfai, M. A. (2019). Pengantar Etika Lingkungan dan
Kearifan Lokal. UGM PRESS. https://books.google.co.id/books?id=9Q6XDwAAQBAJ
Mulyana. (2018). Kearifan lokal Indonesia:
mengungkap nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Tiara Wacana.
https://books.google.co.id/books?id=ea2DzgEACAAJ
Mulyasa, H. E. (2021). Menjadi Guru Penggerak
Merdeka Belajar. Bumi Aksara.
https://books.google.co.id/books?id=0WAlEAAAQBAJ
Nuraini, L. (2019). Integrasi Nilai Kearifan Lokal
Dalam Pembelajaran Matematika Sd/Mi Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan
Matematika (Kudus), 1(2). https://doi.org/10.21043/jpm.v1i2.4873
Nurjanah, U. (2020). Implementasi Pembelajaran Muatan
Lokal Budaya Banyumasan (Studi Fenomenologi di Sekolah Dasar kelas IV Korwilcam
Dindik Kalibagor). International Colloqium, 105–112.
http://digitallibrary.ump.ac.id/id/eprint/816
Pawestri, A. G. (2020). Membangun Identitas Budaya
Banyumasan Melalui Dialek Ngapak Di Media Sosial. Jurnal Pendidikan Bahasa
Dan Sastra, 19(2), 255–266.
https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v19i2.24791
Putri, E., Halidjah, S., & Suparjan, S. (2022).
Pengembangan Suplemen Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal Kota Singkawang pada
Materi Bahasa Indonesia Kelas IV. PALAPA, 10(2), 344–360.
https://doi.org/10.36088/palapa.v10i2.2213
Ridwan, N. A. (2007). Landasan keilmuan kearifan lokal.
Jurnal Studi Islam Dan Budaya, 5(1), 27–38.
Rukiyati, Purwastuti, L. A., Dwikurniani, D., &
Siswoyo, D. (2013). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Pres, 51.
Samsuri. (2010). Pembentukan Karakter Warga Negara
Demokratis dalam Politik Pendidikan Indonesia Periode Orde Baru Hingga Era
Reformasi. MGMP UNY.
Setiadi, K. (2019). Pengaruh Kearifan Lokal dan
Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Peserta Didik. Urnal Ilmiah
AL-Jauhari: Jurnal Studi Islam Dan Interdisipliner.
Shufa, F., Khusna, N., & Artikel, S. (2018).
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah Dasar : Sebuah Kerangka
Konseptual. Inopendas Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1(1), 48–53.
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/pendas/article/view/2316
Siregar, I., & Naelofaria, S. (2020). Internalisasi
Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) Tingkat
Sekolah Dasar (Sd) Di Era Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Sosial
Keberagaman, 7(2), 130–135.
https://doi.org/10.29303/juridiksiam.v7i2.135
Soraya, S. Z. (2021). Penguatan Pendidikan Karakter
Untuk Membangun Peradaban Bangsa. Southeast Asian Journal of Islamic
Education Management, 12(1), 74–81.
https://doi.org/10.51200/uji.v12i.3291
Suastra, I. W. (2010). Model Pembelajaran Sains
Berbasis Budaya Lokal Untuk Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai
Kearifan Lokal di SMP. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 43(2),
8–16.
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan
pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Sumpenowati, D. T., & Uswatusholihah, U. (2023). Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Melalui Gropak di Desa Karangdadap di Masa Pandemi Covid19.
1(1), 26–35. https://doi.org/10.25008/ahsana.v1i1.311
Suryana, C., & Iskandar, S. (2022). Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Menerapkan Konsep Merdeka Belajar di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 6(4), 7317–7326.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3485
Susanti, A. (2017). Perpustakaan Prasekolahku, Seru!
(Sutomo (ed.)). Restu Bumi Kencana.
Tarigan, M., Alvindi, A., Wiranda, A., Hamdany, S.,
& Pardamean, P. (2022). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan
Perkembangan Pendidikan di Indonesia. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar , 3(1), 149–159.
https://doi.org/10.33487/mgr.v3i1.3922
Uno, H. B. (2021). Teori Motivasi dan Pengukurannya:
Analisis di Bidang Pendidikan. Bumi Aksara.
https://books.google.co.id/books?id=8o5_tQEACAAJ
Wala, G. B. D., & Koroh, L. I. . (2022). Studi
Etnografi Tentang Budaya Sekolah Dalam Kurikulum Merdeka Belajar Di Smk Negeri
2 Loli. CENDEKIA: Jurnal Ilmu Pengetahuan, 2(4), 285–295.
https://doi.org/10.51878/cendekia.v2i4.1675
Copyright holder: Bagus Nur
Ikhsan, Novan Ardiy Wiyani, Tita Rosita (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |