Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
12, Desember 2023
HUBUNGAN RENDAHNYA
PERSENTASE SEL T NAIF DAN TINGGINYA SEL T MEMORI DENGAN KEJADIAN DAN KEPARAHAN
PNEUMONIA PADA PASIEN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
Milanitalia Gadys Rosandy*,
Handono Kalim, Cesarius Singgih Wahono, Kusworini Handono
Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Indonesia
Email: [email protected]*
Abstrak
Infeksi merupakan penyebab
morbiditas dan mortalitas pada pasien LES, dimana pneumonia menduduki peringkat
kedua infeksi terbanyak pada pasien LES. Immunosenescence didefinisikan dengan
rendahnya persentase sel T naif dan tingginya sel T memori. Hal inilah yang
diduga berperan penting dalam kejadian dan keparahan pneumonia pada pasien LES.
Mengetahui perbedaan rendahnya persentase sel T naif CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+
dan tingginya persentase sel T memori CD4+CD45RO+, CD8+CD45RO+ terhadap kejadian dan keparahan pneumonia
pada pasien LES serta mengetahui hubungan persentase Sel T Naif CD4+CD45RA+,
CD8+CD45RA+ dan persentase Sel T Memori CD4+CD45RO+, CD8+CD45RO+ pada pasien
LES dengan derajat keparahan pneumonia dibandingkan dengan yang tidak mengalami
pneumonia dan terdapat hubungan derajat keparahan pneumonia dengan foto polos
dada pada pasien LES. Penelitian ini adalah penelitian case control dengan
pendekatan potong lintang pada 51 wanita berusia 16-45 tahun yang terdiagnosis
LES berdasarkan kriteria SLICC 2012. Subjek dicatat untuk data demografik dan
klinis, serta dilakukan pemeriksaan klinis, laboratoris, radiologis untuk
diagnosis pneumonia. Derajat keparahan pneumonia diukur berdasarkan skoring
CURB-65. Immunosenescence dinilai dengan mengukur persentase sel T naif
CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+ dan sel T memori CD4+CD45RO+, CD8+CD45RO+ dari
peripheral blood mononuclear cells (PBMC) dengan flowsitometri. Pasien LES
dengan pneumonia menunjukkan nilai yang lebih rendah untuk persentase sel T
naif CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+ (7.89 ±
4.15 vs 11.13 ± 5.9; p = 0.035) ; persentase sel T memori CD4+CD45RO+,
CD8+CD45RO+ menunjukkan nilai yang lebih tinggi (16.97 ± 7.33 vs 12.43 ± 5.24;
p = 0.018) jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami kejadian
pneumonia. Persentase sel T naif CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+ berkorelasi negatif
dengan derajat keparahan pneumonia (r= -0.121 dan p=0.601; r=-0.113 dan
p=0.627), tetapi didapatkan korelasi signifikan terkait peningkatan sel T
memori CD4+CD45RO+, CD8+CD45RO+ dengan peningkatan derajat keparahan pneumonia
(r=0.614 dan p=0.005; r-0.813 dan p=0.000). Rendahnya persentase sel T naif dan
tingginya persentase sel T memori berkorelasi terhadap kejadian dan keparahan
pneumonia pada pasien LES.
Kata Kunci: Sel T naif CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+,
sel T memori CD4+CD45RO+, CD8+CD45RO+, pneumonia, LES
Abstract
Infection caused morbidity and mortality
in SLE patients, and pneumonia was the
second most common infection in SLE. Immunosenescence defined by low percentage
of naive T cells and a high percentage of memory T cells. This presumed an
important role in the incidence and severity of pneumonia in LES patients. This
research was conducted to differentiate low percentage of naive T cells
CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+ and high percentage memory T cells CD4+CD45RO+,
CD8+CD45RO+ to the incidence and
severity of pneumonia in SLE patients and to correlate low percentage of naive
T cells CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+ and high percentage memory T cells CD4+CD45RO+,
CD8+CD45RO+ to the incidence and severity
of pneumonia in SLE patients and correlated severity of pneumonia with chest
xray in SLE patients. This research was a case control cross-sectional study on
51 women aged 16-45 years old and diagnosed as SLE based on SLICC 2012
criteria. All subjects were recorded for the demographic & clinical data,
and examined CURB-65 scoring to categorized based on pneumonia severity.
Immunosenescence observed by measuring the percentage of naive T cells
CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+ and memory T cells CD4+CD45RO+, CD8+CD45RO+, measured
from peripheral blood mononuclear cells (PBMC) with flowsitometry. SLE patient
with pneumonia showed lower percentage of naive T cells CD4+CD45RA+,
CD8+CD45RA+ (7.89 ± 4.15 vs 11.13 ± 5.9; p = 0.035) and high percentage of memory T cells
CD4+CD45RO+, CD8+CD45RO+ (16.97 ± 7.33 vs 12.43 ± 5.24; p = 0.018) compared to
SLE patient without incidence of pneumonia. Percentage of naive T cells
CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+ showed negative correlation with pneumonia severity
(r= -0.121 and p=0.601; r=-0.113 and p=0.627). Memory T cells percentage showed
positive correlation with pneumonia severity (r=0.614 and p=0.005; r-0.813 and
p=0.000). Low percentage of naive t cells CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+ and high percentage of memory T cells
CD4+CD45RO+, CD8+CD45RO+ are correlated
with incidence and severity in SLE patient with pneumonia.
Keywords: Naive T cells CD4+CD45RA+,
CD8+CD45RA+, Memory T cells CD4+CD45RO+, CD8+CD45RO+, pneumonia, SLE
Pendahuluan
Infeksi pada pasien LES merupakan morbiditas dan
mortalitas terbesar, dimana pneumonia menduduki urutan kedua. Gambaran klinis
terkait imun-aging pada pasien LES memberikan profil yang serupa seperti
pada populasi usia lanjut. Peningkatan risiko infeksi yang secara alamiah juga
banyak terjadi pada populasi usia lanjut (García-Guevara
et al., 2018; Hasanah, 2018; Montoya-Ortiz, 2013; Wallace, 2019). Meskipun tingkat laporan pneumonia pada LES yang cukup tinggi dimana
kondisi ini serupa seperti populasi lanjut, namun masih didapatkan keterbatasan
studi yang menjelaskan secara jelas terkait penyebab dan mekanisme
patofisiologi yang mendasari (García-Guevara
et al., 2018; Laurens van den Hoogen et al., 2015; Wallace, 2019).
Komponen sistem imun adaptif yang berperan dalam eliminasi
spesifik adalah sel T CD4+ dan CD8+, dimana proses
kompleks dari sel T naif menjadi sel T memori merupakan proses satu arah yang
tidak dapat kembali lagi. Dimana sel T naif akan bertemu dengan antigen yang
berdiferensiasi menjadi sel T memori. Jika proses inflamasi terjadi secara
terus-menerus, maka akan terbentuk banyak sel T memori yang terdiferensiasi
secara akhir. Hal inilah yang menunjukkan prematuritas immunosenescene pada
pasien LES, yang ditandai dengan adanya ekspansi dari populasi sel T memori (Barbé-Tuana
et al., 2020; Laurens van den Hoogen et al., 2015).
Bukti-bukti terbaru menunjukkan
rendahnya sel T naif dan tingginya sel T memori pada pasien dengan penyakit
inflamasi kronis, yang memunculkan dugaan adanya peran sel tersebut dalam
patogenesis terjadinya penyakit infeksi (Van
Duin & Shaw, 2007).
Molekul CD45 adalah penanda potensial dari sel T memori sentral dan efektor,
dimana sel T yang terdiferensiasi terminal dan kehilangan molekul CD45RO+
tersebut memiliki profil pro inflamasi
dan sitotoksik, ditandai dengan sintesis sitokin pro-inflamasi yang dominan (IFN-γ, TNF-α, IL-1, dan IL-6), ekspresi penanda
permukaan yang tipikal untuk sel NK, serta kemampuan memproduksi perforin dan granzyme B yang mendukung sifat sitotoksisitas dan
menimbulkan kerusakan jaringan (Elwenspoek et al., 2017; Weltevrede et al., 2016).Disisi lain, sel T CD45 juga menunjukkan kemampuan
resistensi terhadap apoptosis dan menghindari supresi dari sel T regulator,
sehingga akan meneruskan proses inflamasi yang terjadi di berbagai jaringan (Barbé-Tuana et al., 2020; Giorgi et al., 2021;
Laurens van den Hoogen et al., 2015; Tsai et al., 2019).
Perubahan
fisiologis seperti kerusakan barier mukosa, penurunan fungsi mukosilier,
gangguan respon imun alami dan adaptif merupakan faktor yang berkontribusi
terhadap peningkatan kejadian dan keparahan pneumonia. Hal ini dikaitkan dengan
adanya lung
aging yang akan memperberat
keparahan dari pneumonia itu sendiri dikarenakan adanya penurunan TLR yang
berakibat peningkatan virulensi dari Streptococcus Pneumoniae.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
rendahnya sel T naif CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+
dan tingginya sel T memori CD4+CD45RO+, CD8+CD45RO+
terhadap kejadian dan keparahan pneumonia pada pasien LES.
Metode Penelitian
Desain dan Subjek Penelitian
Penelitian ini adalah
penelitian case control dengan pendekatan potong lintang yang dilakukan
di RSUD Dr. Saiful Anwar, Malang, Indonesia. Penelitian dilakukan sejak 1
Oktober 2017 berlangsung selama 9 bulan dengan subjek penelitian pasien LES
wanita yang berusia 16-45 tahun yang didiagnosis berdasarkan kriteria
klasifikasi Systemic Lupus International
Collaborating Clinics (SLICC) tahun 2012 oleh Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Konsultan Reumatologi. Subjek adalah pasien LES yang kontrol ke
poliklinik Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang, dengan status LES aktif yang ditunjukkan dengan skor SLEDAI >3.
Pasien yang memiliki infeksi paru selain pneumonia TB, infeksi jamur), hamil
atau menyusui dilakukan ekslusi dari penelitian. Seluruh subjek yang mengikuti
penelitian ini telah menandatangani lembar informed
consent dan seluruh protokol penelitian ini telah disetujui oleh Komite
Etik RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Pengumpulan
Data Dasar dan Pengambilan Darah
Seluruh data diperoleh dari pasien
melalui kunjungan rawat jalan dan rawat inap. Data diperoleh dari hasil
wawancara atau anamnesis dan pemeriksaan langsung pada pasien, meliputi data
demografi, data klinis (onset penyakit, riwayat manifestasi klinis sejak
pertama terdiagnosis, keluhan saat ini, dan riwayat pengobatan). Saat dilakukan
pemeriksaan, seluruh subjek juga diambil darah venanya sebanyak 10 cc yang
kemudian dilakukan pemeriksaan darah lengkap, C-reactive protein (CRP), antibodi anti-dsDNA, kadar komplemen C3 dan C4. Pengambilan data dasar
dilakukan oleh tim peneliti.
Pemeriksaan Derajat Keparahan
Pneumonia
Pemeriksaan derajat keparahan
pneumonia dengan menggunakan skoring CURB-65 oleh dokter yang merawat pasien
dan dokter dari tim peneliti. Hal ini dilakukan bersamaan dengan penggalian
data dasar pada saat kunjungan subjek penelitian di poliklinik dan rawat inap.
Tes dilakukan dengan menggunakan instrumen CURB-65 dalam bahasa Indonesia yang sudah
tervalidasi dari studi sebelumnya (Bowdish, 2019; Krone et al., 2014). Pengerjaan tes dilakukan
oleh tim peneliti. Interpertasi derajat keparahan pneumonia dengan skoring CURB-65
dikelompokkan menjadi 3 yaitu ringan 0-1, sedang 2 dan berat > 2 (Zacharioudakis
et al., 2021).
Isolasi Peripheral Blood Mononuclear Cells (PBMC)
Isolasi
PBMC dilakukan untuk mengidentifikasi sel T terdiferensiasi terminal dari
seluruh subjek. Dari sampel darah vena yang telah diambil dari seluruh subjek
penelitian, kemudian PBMC diisolasi menggunakan kit dari Lymphoprep (Stemcell
Technology Catalog no.07801) melalui sentrifugasi dengan kecepatan 1600 g
selama 30 menit. Lapisan PBMC yang terbentuk diambil secara perlahan, dicuci
secara perlahan sebanyak 2 kali dengan 10 cc PBS, supernatan dibuang dan
disentrifugasi kembali pada suhu ruang dengan kecepatan 1200 g selama 30 menit.
Pengukuran Persentase Sel T CD4+CD45RA+,
CD8+CD45RA+ dan CD4+CD45RO+, CD8+CD45RO+
Pengukuran sel T naif dan sel T memori dilakukan dengan
metode flowsitometri. Sel T naif didefinisikan sel T yang mengekspresikan CD4CD45RA+ CD8+CD45RA+ dan sel T memori CD4CD45RO+ CD8+CD45RO+. Sel PBMC yang terisolasi dari subjek diwarna dengan FITC
anti-human CD3 antibody (Biolegend;
cat number 300306), PerCP anti-human CD4 antibody (Biolegend; cat number 317432), PerCP anti-human CD8 antibody (Biolegend; cat number 980916), dan PE
anti-human CD28 antibody (Biolegend;
cat number 302908). Jumlah sel yang dianalisis diperiksa dengan software BD Cell Quest (BD FACS Calibur). Pengukuran dilakukan pada 10.000 sel dan hasil
didapatkan dalam bentuk persentase (%).
Analisis Statistik
Metode normalitas data dianalisis dengan uji
kolmogorov smirnov dengan catatan hasil normalitas terpenuhi.
Perbandingan antar kelompok dianalsis menggunakan uji T test tidak
berpasangan. Korelasi antara persentase Sel
T CD4+CD45RA+, CD8+CD45RA+ dan CD4+CD45RO+,
CD8+CD45RO+
dengan keparahan pneumonia berdasarkan skor CURB-65 pada pasien LES dinilai
dengan uji Pearson untuk data parametrik dan uji Spearman untuk data
non-parametrik. Data ditampilkan dalam bentuk rerata ± standar deviasi (SD)
untuk data parametrik sedangkan data non-parametrik ditampilkan dalam bentuk
median (rentang interkuartil). Uji statistik bermakna apabila nilai p<0.05.
Keseluruhan uji statistik & pembuatan tabel dilakukan menggunakan program IBM SPSS
for Windows versi 25.0.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Karakteristik Subjek Penelitian
Total terdapat 51 subjek pasien LES yang termasuk ke dalam kriteria
inklusi dan eksklusi penelitian. Terdapat 21 subjek pasien LES (41.2%)
mengalami kejadian pneumonia dan 30 subjek LES (58.8%) tidak mengalami kejadian
pneumonia. Rerata usia pasien LES yang tidak mengalami pneumonia adalah
27.5(16-57) tahun sedangkan median usia pasien LES yang tidak mengalami
kejadian pneumonia adalah 25(17-58) tahun. Terdapat karakteristik yang berbeda
signifikan pada kedua kelompok yaitu tempratur, nadi dan laju pernafasan.
Tabel 1. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian Pasien LES
dengan dan Tanpa Kejadian Pneumonia
*berbeda secara signifikan dengan
nilai p<0.05
Perbandingan
Persentase Sel T Naif dan Sel T Memori berdasarkan Status Pneumonia pada Pasien
LES
Sel T terdiferensiasi terminal
ditunjukkan dengan sel T CD4 dan CD8 dengan ekspresi isoform CD45RO+
dan sel T naif ditunjukkan dengan sel T CD4 dan CD8 dengan ekspresi isoform
CD45RA+ yang ditunjukkan dalam gambar 1 yang merepresentasikan hasil pemeriksaan flowsitometri
untuk masing-masing sel tersebut pada kelompok subjek penelitian pasien LES
dengan dan tanpa kejadian pneumonia.
Gambar A
Gambar B
Gambar 1. Hasil Analisis Flowsitometri (A) Sel T Naif CD4+CD45RA+
pada subjek LES dengan dan tanpa Pneumonia (B) Sel T Naif CD8+CD45RA+
pada subjek LES dengan dan tanpa Pneumonia
Gambar
A
Gambar
B
Gambar 2. Perbandingan Rerata Sel T Naif (A) CD4+CD45RA+
pada subjek LES dengan dan tanpa Pneumonia (B) CD8+CD45RA+
pada subjek LES dengan dan tanpa Pneumonia
Rerata persentase sel T naif CD4CD45RA+ dan CD8CD45RA+
pada kelompok LES yang tidak mengalami kejadian pneumonia lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok pasien yang mengalami pneumonia (11.13±5.9 vs 7.89±3.15; p=0.035) dan (25.57±9.18 vs 19.76±13.33;
p=0.071). Rerata persentase sel T memori (CD4CD45RO+ dan CD8CD45RO+)
pada kelompok pasien LES yang tidak mengalami pneumonia lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok pasien yang mengalami pneumonia (12.34±7.33 vs
16.97±7.33; p=0.018) dan (6.97(0.94-15.89) vs 9.07(1.19-37.75);p=0.000).
Gambar
A
Gambar
B
Gambar 3. Hasil Analisis Flowsitometri (A) Sel T Memori CD4+CD45RO+
pada subjek LES dengan dan tanpa Pneumonia (B) Sel T Memori CD8+CD45RO+
pada subjek LES dengan dan tanpa Pneumonia
Gambar A
Gambar B
Gambar 4. Perbandingan Rerata Sel T Memori (A) CD4+CD45RO+
pada subjek LES dengan dan tanpa Pneumonia (B) CD8+CD45RO+
pada subjek LES dengan dan tanpa Pneumonia
Korelasi antara Persentase Sel T Naif CD4CD45RA+, CD8CD45RA+ dan Sel T Memori CD4CD45RO+,
CD8CD45RO+ dengan
Keparahan Pneumonia
Hubungan antara persentase sel
T Naif dan sel T Memori dengan keparahan pneumonia dianalisis dengan uji
korelasi Spearman (Gambar 5). Didapatkan persentase sel T Naif CD4CD45RA+
dan CD8CD45RA+ tidak memiliki hubungan bermakna (r=-0.121; p=0.601
dan r=-0.113; p=0.627) dengan keparahan pneumonia. Hubungan korelasi kuat antara persentase sel
T memori CD4CD45RO dan CD8CD45RO+ dengan
keparahan pneumonia (r=0.614; p=0.05 dan r=0.813; p=0.000).
Gambar A
Gambar B
Gambar C
Gambar D
Gambar 5. Scatter Plot Korelasi Persentase (A) Sel T Naif
CD4CD45RA+ (B) Sel T Memori CD4+CD45RO+ (C) Sel T Naif
CD8CD45RA+ (D) Sel T Memori CD8+CD45RO+ dengan Derajat
Keparahan Pneumonia
Korelasi antara Derajat Keparahan Pneumonia terhadap
Keterlibatan Paru Berdasarkan Foto Polos Dada pada Pasien LES dengan Pneumonia
Pada penelitian ini juga dilakukan
analisis terkait hubungan antara skor CURB-65 dengan keparahan foto polos dada.
Dari 21 pasien dengan pneumonia, didapatkan 13 pasien yang dapat dilakukan
intepretasi foto polos dada. Pada kelompok skor CURB-65 0-1 (low risk
mortality) didapatkan keterlibatan area paru yang bervariasi yaitu antara 1-3
area. Pada kelompok skor CURB-65 2 (moderate risk mortality) didapatkan
keterlibatan area paru sebanyak 2-6 area. Hasil analisis uji pearson
menunjukkan adanya korelasi positif sedang yang bermakna antara skor CURB-65
dengan keterlibatan area paru (r=0.556, p=0.048) sesuai gambar 6.
Gambar 6. Scatter Plot
Derajad Keparahan Pneumonia terhadap Keterlibatan Paru Berdasarkan Foto Thorax
pada Pasien LES dengan Pneumonia
Pembahasan
Infeksi
merupakan salah satu risiko terkait degeneratif pada pasien LES yang memberikan
profil serupa seperti pada populasi usia lanjut (Hasanah, 2018; Montoya-Ortiz, 2013; Wallace, 2019). Dimana infeksi pada usia lanjut
juga akan memperparah kondisi sehingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Adanya fenomena immunosenescence dini
pada pasien LES, diduga berkaitan dengan munculnya infeksi dan juga memperparah
dari kondisi klinis sehingga (García-Guevara et al., 2018; Laurens van den Hoogen et
al., 2015).
Banyak
penelitian yang melaporkan bahwa pneumonia menduduki peringkat kedua terbanyak
pada pasien LES (Hasanah, 2018; Montoya-Ortiz, 2013; Wallace, 2019). Hal ini serupa juga dengan
populasi usia lanjut yang disebabkan rendahnya jumlah limfosit T naif dan
tingginya limfosit T memori (Bowdish, 2019; Haynes & Lefebvre, 2011; Krone et
al., 2014).
Hasil
penelitian ini menunjukkan rendahnya persentase sel T naif dan tingginya
persentase sel T memori yang bermakna pada pasien LES dengan pneumonia
dibandingkkan dengan kelompok tanpa pneumonia. Hasil uji korelasi juga
menunjukkan bahwa rerata persentase sel T naif CD4CD45RA+ dan
CD8CD45RA+ lebih rendah pada dengan kelompok pasien yang mengalami
pneumonia. Rerata persentase sel T memori CD4CD45RO+ dan CD8CD45RO+
pada kelompok pasien LES yang mengalami kejadian pneumonia lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok pasien yang tidak mengalami pneumonia. Sel T naif
mempunyai reseptor CCR7 yang akan berdiferensiasi menjadi sel T helper dan sel
T memori, sel T naif akan kembali ke tempat asalnya yaitu limfonodi (Abbas et al., 2019).
Pada
pasien lupus, adanya inflamasi kronis menyebabkan sel T naif akan berkembang
menjadi sel T helper untuk memproduksi autoantibodi karena stimulasi IL-6,
IL-21 dan ICOS. Nantinya sel T naif berkembang menajadi sel T efektor untuk
menghasilkan sitokin pro inflamasi dan berkembang menjadi sel T memori. Hal
inilah yang menjelaskan penyebab inflamasi kronis pada lupus yang menyebabkan
proses premature immunosenescence (Devarajan
& Chen, 2013; Mak & Kow, 2014).
Pada
pasien dengan pneumonia akan mengaktivasi sel T naif yang berperan dalam sistem
imun untuk mengenali antigen dan sel T naif tersebut akan berdiferensiasi
menjadi sel T efektor dan atau sel T memori. Sel T naif ini merupakan komponen
penting dalam pertahanan paru terhadap patogen. Pada pneumonia, sel CD4+ adalah subset utama
yang memainkan peran sentral dalam fungsi imun respon dengan sel T CD4+
naif berdiferensiasi menjadi sel efektor atau memori setelah bertemu dengan
antigen melalui APC (Chen & Kolls, 2013).
Adanya
paparan antigen, sel T naif mengalami ekspansi klonal menjadi sel efektor yang teraktivasi. Sebagian besar sel
T efektor akan bermigrasi kearah infeksi, dimana setelah infeksi sembuh maka
sel T efektor yang dihasilkan oleh ekspansi klonal akan apoptosis. Sel yang
diaktivasi oleh antigen akan menjadi sel T memori. Pada pasien autoimmune,
karena adanya inflamasi kronis di jaringan akan menghalangi perkembangan repson
memori terutama dalam pembentukan sel T memori dan sel T sentral (Chen
& Kolls, 2013; Devarajan & Chen, 2013; Mak & Kow, 2014).
Penelitian
ini merupakan studi pertama yang mengamati mengenai hubungan antara persentase
sel T naif CD4CD45RA+, CD8CD45RA+ dan persentase sel T memori CD4CD45RO+,CD8CD45RO+
terhadap kejadian dan keparahan pneumonia pada pasien LES. Studi serupa pada
pasien dengan artritis reumatoid dilaporkan ada kemiripan dengan usia
lanjut dengan adanya ekspansi sel T yang mengalami senesence dan
terdiferensiasi terminal serta mengalami pemendekan telomer karena inflamasi
yang terjadi terus-menerus. Hasil studi tersebut mengarahkan pada
dugaan bahwa ekspansi sel tersebut berkaitan dengan peningkatan infeksi pada
pasien dengan artritis reumatoid melalui mekanisme immunosenescence (Thewissen
et al., 2005).
Selain itu,
pada populasi usia lanjut didapatkan perubahan fungsi paru seperti perubahan
ukuran alveoli, perubahan elastisitas alveoli, penurunan kapasitas residu
fungsional, penurunan volume akhir ekspirasi paru dan adanya perubahan
koefisien difusi dimana kondisi ini juga akan menyebabkan peningkatan risiko
infeksi (Bowdish, 2019; Krone et al., 2014). Selain itu adanya lung
aging dengan peningkatan apoptosis sel, peningkatan inflamasi selular akan
semakin memperparah respon inflamasi itu sendiri. Karena adanya penuaan selular
pada organ paru, maka akan mudah terjadi fibrosis paru dikarenakan makrofag
yang tidak adekuat dalam merespon infeksi (Aberdein et al., 2013; Daigneault et al., 2012).
Peningkatan
risiko pneumonia pada LES berkisar 15-30% dimana penyebab yang paling umum
adalah streptococcus pneumonia. Bukti adanya inflamaging di organ paru
juga ditunjukkan dengan peningkatan CXCL 19, CD163, sekresi CCL2 yang meningkat
dan penurunan jumlah makrofag. Selain itu, mekanisme lain yang berperan pada
lung aging adalah penurunan fungsi TLR dimana TLR ini yang penting untuk respon
terhadap streptococcus pneumonia. Berdasarkan teori ini, imunosenesens
berkontribusi terhadap keparahan dan kejadian infeksi pneumonia. Semakin
bertambahnya usia, rasio dari sel T naif dan sel T memori akan menurun sama
halnya dengan kemampuan tubuh menghasilkan antibodi untuk merespon infeksi (Aberdein et al., 2013; Daigneault et al., 2012; Lanzer
et al., 2014; Seidler et al., 2010; Thewissen et al., 2005; Van Duin &
Shaw, 2007).
Molekul CD45
adalah marker permukaan sel yang dapat digunakan sebagai penanda sel memori dan
naif telah dibuktikan dari beberapa penelitian. Sel T CD45 ini diekspresikan
oleh sel CD4 dan CD8. Sel T naif diaktivasi oleh sitokin yang mengekpresikan
molekul CD45RA+ dan sel T memori diaktivasi oleh sitokin yang
mengekspresikan molekul CD45RO+ . Sel T memori ini memiliki
kapasitas proliferasi terbatas (Raphael et al., 2020; Teng et al., 2019; Xu &
Larbi, 2017).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
ini ditambah dengan data dari penelitian-penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa proses immunosenescece yang terjadi pada pasien LES berhubungan
terhadap kejadian dan keparahan pada pneumonia pada pasien LES. Rendahnya sel T naif CD4CD45RA+, CD8CD45RA+
dan tingginya sel T memori CD4CD45RO+,CD8CD45RO+ berhubungan
dengan kejadian dan keparahan pneumonia pada pasien LES. Penelitian lebih
lanjut juga masih perlu dilakukan untuk menilai adanya jalur lain yang
dimodulasi oleh sel T naif dan sel T memori yang berperan dalam patogenesis
terjadinya pneumonia pada pasien LES, seperti pengukuran sitokin inflamasi
lainnya yang berkaitan dengan kejadian dan keparahan pneumonia. Selain itu
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan
membedakan jenis pneumonia yang lebih spesifik (pneumonia bakteria, pneumonia
viral) pada pasien dengan LES. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan
menganalisis masing-masing terapi baik jenis, durasi dan dosis imunosupresan
atau steroid yang dikonsumsi oleh pasien.
BIBLIOGRAFI
Abbas, A. K., Lichtman, A. H., & Pillai, S.
(2019). Basic immunology e-book: functions and disorders of the immune
system. Elsevier Health Sciences.
Aberdein, J. D., Cole, J., Bewley, M. A.,
Marriott, H. M., & Dockrell, D. H. (2013). Alveolar macrophages in
pulmonary host defence–the unrecognized role of apoptosis as a mechanism of
intracellular bacterial killing. Clinical & Experimental Immunology,
174(2), 193–202.
Barbé-Tuana, F., Funchal, G., Schmitz, C.
R. R., Maurmann, R. M., & Bauer, M. E. (2020). The interplay between
immunosenescence and age-related diseases. Seminars in Immunopathology, 42,
545–557.
Borghesi A, Zigliani A, Golemi S, Carapella N, Maculotti P, Farina D,
Maroldi R. Chest X-ray severity index as a predictor of in-hospital mortality
in coronavirus disease 2019: A study of 302 patients from Italy. International
Journal of Infectious Diseases. 2020 Jul 1;96:291-3.
Bowdish, D. M. E. (2019). The aging lung:
is lung health good health for older adults? Chest, 155(2),
391–400.
Chen, K., & Kolls, J. K. (2013). T
cell–mediated host immune defenses in the lung. Annual Review of Immunology,
31, 605–633.
Daigneault, M., De Silva, T. I., Bewley, M.
A., Preston, J. A., Marriott, H. M., Mitchell, A. M., Mitchell, T. J., Read, R.
C., Whyte, M. K. B., & Dockrell, D. H. (2012). Monocytes regulate the
mechanism of T-cell death by inducing Fas-mediated apoptosis during bacterial
infection. PLoS Pathogens, 8(7), e1002814.
Devarajan, P., & Chen, Z. (2013).
Autoimmune effector memory T cells: the bad and the good. Immunologic
Research, 57, 12–22.
Elwenspoek, M. M. C., Sias, K., Hengesch,
X., Schaan, V. K., Leenen, F. A. D., Adams, P., Mériaux, S. B., Schmitz, S.,
Bonnemberger, F., & Ewen, A. (2017). T cell immunosenescence after early
life adversity: association with cytomegalovirus infection. Frontiers in
Immunology, 8, 1263.
García-Guevara, G., Ríos-Corzo, R.,
Díaz-Mora, A., López-López, M., Hernández-Flores, J., Fragoso-Loyo, H.,
Ávila-Vázquez, J., Pulido-Ramírez, A. L., Carrillo-Maravilla, E., &
Jakez-Ocampo, J. (2018). Pneumonia in patients with systemic lupus erythematosus:
epidemiology, microbiology and outcomes. Lupus, 27(12),
1953–1959.
Giorgi, C., Bouhamida, E., Danese, A.,
Previati, M., Pinton, P., & Patergnani, S. (2021). Relevance of autophagy
and mitophagy dynamics and markers in neurodegenerative diseases. Biomedicines,
9(2), 149.
Hasanah, D. (2018). Kesintasan,
Faktor-faktor Prognostik, dan Skor Mortalitas Pasien Systemic Lupus
Erythematosus di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Universitas Brawijaya.
Haynes, L., & Lefebvre, J. S. (2011).
Age-related deficiencies in antigen-specific CD4 T cell responses: lessons from
mouse models. Aging and Disease, 2(5), 374.
Krone, C. L., van de Groep, K., Trzciński,
K., Sanders, E. A. M., & Bogaert, D. (2014). Immunosenescence and
pneumococcal disease: an imbalance in host–pathogen interactions. The Lancet
Respiratory Medicine, 2(2), 141–153.
Lanzer, K. G., Johnson, L. L., Woodland, D.
L., & Blackman, M. A. (2014). Impact of ageing on the response and
repertoire of influenza virus-specific CD4 T cells. Immunity & Ageing,
11, 1–10.
Laurens van den Hoogen, L., Patrick Sims,
G., Adrianus Gijsbert van Roon, J., & Dorothea Elisabeth Fritsch-Stork, R.
(2015). Aging and systemic lupus erythematosus-immunosenescence and beyond. Current
Aging Science, 8(2), 158–177.
Mak, A., & Kow, N. Y. (2014). The
pathology of T cells in systemic lupus erythematosus. Journal of Immunology
Research, 2014.
Montoya-Ortiz, G. (2013). Immunosenescence,
aging, and systemic lupus erythematous. Autoimmune Diseases, 2013.
Raphael, I., Joern, R. R., &
Forsthuber, T. G. (2020). Memory CD4+ T cells in immunity and autoimmune
diseases. Cells, 9(3), 531.
Seidler, S., Zimmermann, H. W., Bartneck,
M., Trautwein, C., & Tacke, F. (2010). Age-dependent alterations of
monocyte subsets and monocyte-related chemokine pathways in healthy adults. BMC
Immunology, 11, 1–11.
Teng, X., Cornaby, C., Li, W., & Morel,
L. (2019). Metabolic regulation of pathogenic autoimmunity: therapeutic
targeting. Current Opinion in Immunology, 61, 10–16.
Thewissen, M., Linsen, L., Somers, V.,
Geusens, P., Raus, J. E. F., & Stinissen, P. (2005). Premature
immunosenescence in rheumatoid arthritis and multiple sclerosis patients. Annals
of the New York Academy of Sciences, 1051(1), 255–262.
Tsai, C.-Y., Shen, C.-Y., Liao, H.-T., Li,
K.-J., Lee, H.-T., Lu, C.-S., Wu, C.-H., Kuo, Y.-M., Hsieh, S.-C., & Yu,
C.-L. (2019). Molecular and cellular bases of immunosenescence, inflammation,
and cardiovascular complications mimicking “inflammaging” in patients with
systemic lupus erythematosus. International Journal of Molecular Sciences,
20(16), 3878.
Van Duin, D., & Shaw, A. C. (2007).
Toll‐like receptors in older adults. Journal of the American Geriatrics
Society, 55(9), 1438–1444.
Wallace, D. J. (2019). The lupus book: A
guide for patients and their families. Oxford University Press.
Weltevrede, M., Eilers, R., de Melker, H.
E., & van Baarle, D. (2016). Cytomegalovirus persistence and T-cell
immunosenescence in people aged fifty and older: a systematic review. Experimental
Gerontology, 77, 87–95.
Xu, W., & Larbi, A. (2017). Markers of
T cell senescence in humans. International Journal of Molecular Sciences,
18(8), 1742.
Zacharioudakis, I. M., Zervou, F. N.,
Dubrovskaya, Y., Inglima, K., See, B., & Aguero-Rosenfeld, M. (2021).
Evaluation of a multiplex PCR panel for the microbiological diagnosis of
pneumonia in hospitalized patients: experience from an academic medical center.
International Journal of Infectious Diseases, 104, 354–360.
Copyright holder: Milanitalia Gadys Rosandy, Handono
Kalim, Cesarius Singgih Wahono, Kusworini Handono (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |