Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 12, Desember 2023

 

GAMBARAN PENGGUNAAN FLASHCARD DAN PEMODELAN BAHASA DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA SISWA USIA DINI 5 – 6 TAHUN DENGAN SPECTRUM AUTISM DISORDER

 

Christina Makmeser I Kbarek, Septiyani Endang Yunitasari

Universitas Panca Sakti Bekasi, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur peningkatan kemampuan bahasa pada anak-anak usia lima hingga enam tahun yang memiliki spektrum autisme di sebuah sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD). Flash card digunakan untuk mengajar bahasa anak. Selain itu, penelitian ini menyelidiki pemodelan bahasa dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa anak-anak. Penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara sebagai langkah-langkah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan bahasa siswa usia dini dengan gangguan spektrum autisme. Kartu flash berfungsi sebagai alat visual yang membantu siswa mengingat kata-kata dan memahami artinya. Setelah siswa sering menggunakan kartu flash, pemahaman dan penggunaan kata-kata baru meningkat secara signifikan. Pemodelan bahasa oleh guru dan teman sebaya yang mahir juga membantu siswa menjadi lebih baik dalam berbicara. Penelitian ini juga menggunakan metode Zone of Proximal Development (ZPD) untuk menilai penggunaan flashcard dan pemodelan bahasa pada siswa. Hasil ini memiliki konsekuensi penting bagi pengembangan teknik intervensi kemampuan linguistik siswa dengan gangguan spektrum autisme yang memungkinkan mereka bermain dalam lingkungan PAUD untuk membantu perkembangan bahasa mereka.

 

Kata Kunci: Flashcard, Pemodelan Bahasa, Autism Spectrum Disorder, Anak Usia Dini

 

Abstract

         The aim of this study was to measure improvements in language skills in children aged five to six who have autism spectrum in an early childhood education (ECCE) school. Flash cards are used to teach children language. In addition, this study investigated language modeling in an effort to improve children's language skills. This study used observation and interviews as qualitative measures. The results showed that the use of flashcards and language modeling was very effective in improving the language skills of early childhood students with autism spectrum disorders. Flash cards serve as visual tools that help students remember words and understand their meaning. After students used flashcards frequently, their comprehension and use of new words improved significantly. Language modeling by proficient teachers and peers also helps students become better at speaking. This study also used the Zone of Proximal Development (ZPD) method to assess the use of flashcards and language modeling in students. These results have important consequences for the development of linguistic ability intervention techniques for students with autism spectrum disorders that allow them to play in ECCE environments to aid their language development.

 

Keywords: Flashcard, Language Modeling, Autism Spectrum Disorder, Early Childhood

 

Pendahuluan

Perkembangan bahasa merupakan komponen perkembangan anak usia dini di sekolah. Perkembangan bahasa sangat penting untuk kemampuan anak seperti berkomunikasi, mengekspresikan diri, mengikuti instruksi, dan memahami informasi (Malik & Maemunah, 2020). Dalam kehidupan sehari-hari, anak usia dini menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Keterampilan bahasa yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan orang lain sering menjadi masalah bagi anak-anak dengan spektrum autism (Sulistyowati et al., 2022).

Untuk membantu anak-anak dengan spektrum autisme memperoleh keterampilan bahasa, pendidikan dan intervensi yang tepat sangat penting. Metode pembelajaran yang efektif harus dirancang untuk membantu anak-anak dengan spektrum autisme lebih memahami bahasa, menggunakan kosakata yang lebih banyak, dan berkomunikasi dengan lebih baik (Yunaika, 2023).

Flashcard adalah alat pembelajaran yang menggunakan gambar dan kata-kata pendek untuk membantu anak memahami kata-kata dan mengaitkannya dengan konsep atau objek tertentu (Husna & Eliza, 2021). Dengan mengamati dan meniru pengajar, pemodelan bahasa membantu anak-anak dengan spektrum autisme belajar mengucapkan kata-kata bara dan mengembangkan penggunaan yang sesuai.

Penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa dalam meningkatkan perkembangan bahasa pada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) telah menjadi topik populer dalam beberapa tahun terakhir (Nurohman, 2018). Meskipun ada banyak penelitian yang mengeksplorasi penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa dalam pengembangan bahasa, penting untuk dicatat bahwa literaturnya tidak luas dan masih ada kebutuhan untuk penelitian dan eksplorasi lebih lanjut di bidang ini.

Literatur tentang efektivitas kartu flash dan pemodelan bahasa dalam perkembangan bahasa telah menunjukkan hasil positif dan peningkatan keterampilan bahasa sebagai hasil dari penggunaan intervensi ini (Tjoe, 2013). Namun, beberapa penelitian juga menyoroti perlunya strategi pengajaran yang dipersonalisasi dan strategi yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan unik setiap anak dengan ASD.

Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan efektivitas penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa dalam pengembangan bahasa. Smith et al. (2015) menemukan bahwa mengintegrasikan kartu flash dan pemodelan bahasa dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan bahasa pada anak-anak dengan ASD. Brown dan Davis (2017) melakukan tinjauan sistematis tentang penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa dalam intervensi bahasa untuk anak-anak dengan ASD, menemukan bahwa mereka dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan bahasa pada anak-anak dengan ASD (Desiningrum, 2023).

Kesimpulannya, penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa dalam perkembangan bahasa telah menunjukkan janji dalam meningkatkan keterampilan bahasa pada anak-anak dengan ASD. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan pendekatan optimal untuk mengintegrasikan intervensi ini ke dalam program pendidikan bahasa.

Penelitian ini mengeksplorasi berbagai faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas intervensi flashcard dan intervensi pemodelan bahasa untuk anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Faktor-faktor seperti intensitas dan durasi intervensi, karakteristik individu, perhatian individual, dan kondisi komorbiditas dapat mempengaruhi efektivitas intervensi ini.

Memahami faktor-faktor ini sangat penting untuk merancang intervensi yang efektif dan mengoptimalkan peningkatan keterampilan bahasa pada anak-anak dengan ASD (Kristiana & Widayanti, 2021). Beberapa penelitian lain menyelidiki efek intervensi flashcard pada perkembangan bahasa pada anak-anak dengan ASD. Smith et al. (2015) menemukan bahwa intervensi flashcard secara signifikan meningkatkan kemahiran bahasa pada kelompok intervensi, sementara Brown et al. (2017) menemukan bahwa intervensi flashcard memiliki efek positif pada perkembangan bahasa pada anak-anak dengan ASD. Johnson et al. (2018) menemukan bahwa intervensi flashcard efektif dalam meningkatkan keterampilan bahasa pada anak-anak dengan ASD. Miller et al. (2019) menemukan bahwa intervensi flashcard meningkatkan keterampilan bahasa ekspresif pada anak-anak dengan ASD tetapi memiliki keterbatasan dalam generalisasi keterampilan bahasa (Sutarya, 2019).

Penelitian ini juga mengeksplorasi potensi risiko dan tantangan yang terkait dengan penggunaan kartu flash dan intervensi pemodelan bahasa untuk perkembangan bahasa pada anak-anak dengan ASD. Beberapa Penelitianmengidentifikasi potensi risiko dalam generalisasi dan mencapai kemahiran bahasa, seperti alokasi sumber daya, jadwal pelatihan, dan kebutuhan individu untuk implementasi. Mengidentifikasi dan mengatasi risiko ini sangat penting untuk keberhasilan implementasi dan efektivitas intervensi berdasarkan model flashcard dan bahasa. Kesimpulannya, memahami faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas intervensi flashcard dan intervensi pemodelan bahasa sangat penting untuk merancang intervensi yang efektif untuk anak-anak dengan ASD.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa dapat meningkatkan kemampuan bahasa siswa usia dini yang menderita spektrum autisme. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk memahami secara menyeluruh bagaimana penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa dapat mempengaruhi kemampuan bahasa dan komunikasi siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa sebagai media dalam mengembangkan kemampuan berbahasa siswa dengan spektrum autis.

 

Metode Penelitian

Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan kartu flash dan model bahasa dalam meningkatkan keterampilan bahasa. Penelitian ini berfokus pada pemahaman bagaimana kartu flash dan model bahasa dapat secara signifikan mempengaruhi pembelajaran bahasa.

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, observasi, dan data observasi untuk mengumpulkan informasi tentang perubahan dalam pembelajaran bahasa dan komunikasi antara anak-anak dengan ASD dan kartu flash (Creswell, 2010). Penelitianini juga melakukan wawancara dengan guru dan orang tua untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pengalaman dan perspektif mereka tentang penggunaan kartu flash dan model bahasa.

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan Zone of Proximal Development (ZPD) untuk mengevaluasi penggunaan flashcard dan model bahasa dalam meningkatkan kemampuan bahasa pada anak dengan ASD. Penelitian ini dilakukan di Tembagapura, Malaysia, dan bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi anak-anak yang didiagnosis dengan ASD menggunakan ZPD sebagai tahap perkembangan.

Penelitian ini dilakukan dalam 12 tahap, dengan flashcard dan model bahasa sebagai strategi intervensi utama. Penelitian ini menggunakan ZPD sebagai alat untuk menilai kemampuan bahasa dan mengidentifikasi area untuk perbaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kartu flash dan model bahasa secara efektif meningkatkan kemampuan bahasa pada anak-anak dengan ASD.

Penelitian ini berfokus pada penelitian terhadap anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) yang berusia 6 tahun dan terlibat dalam penelitian di PAUD YPJ Tembagapura. Penelitian ini menggunakan instrumen non-teknis untuk mengumpulkan data, termasuk pengamatan observasional, pemahaman bahasa, dan pemodelan bahasa.

Pengamatan observasional melibatkan identifikasi kebutuhan anak, memahami bahasa, dan memberikan ide, perspektif, dan ide. Penelitian ini menggunakan berbagai indikator seperti usia, jenis kelamin, kemahiran bahasa, dan kemampuan bahasa. Observasi wawancara melibatkan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan tentang topik penelitian, dan analisis dokumen melibatkan penambahan data ke data yang dikumpulkan.

Analisis data menggunakan metode deskriptif dan kualitatif, yang melibatkan analisis data yang dikumpulkan melalui observasi, observasi, dan dokumentasi. Penelitianini menemukan bahwa anak-anak dengan ASD dapat memberikan informasi berharga tentang kebutuhan dan preferensi mereka, yang dapat digunakan dalam penelitian.

Penelitian ini juga menggunakan wawancara untuk mengumpulkan data dari orang tua, pengasuh, dan pengasuh lainnya untuk mengumpulkan informasi tentang pengalaman dan pengalaman anak-anak mereka. Kuesioner juga mencakup survei untuk mengumpulkan data tentang perilaku dan pengalaman anak.

Sebagai kesimpulan, penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi berharga tentang anak-anak dengan ASD dan pengalaman mereka dalam penelitian yang dilakukan di PAUD YPJ Tembagapura.

           

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan kartu flash dan pemodelan bahasa untuk mempelajari perkembangan bahasa sekelompok anak-anak dengan autisme Spectrum Disorder (ALS). Penelitian ini menggunakan metode non-tes dengan Zona Pengembangan Proksimal (ZPP) untuk menganalisis kemampuan berbahasa anak-anak. Anak-anak memiliki berbagai tingkat pengetahuan, termasuk kefasihan, kefasihan, dan kefasihan berbahasa Inggris, Indonesia, dan Inggris. Penelitian ini menggunakan catatan anekdotal dan daftar periksa untuk meringkas perkembangan bahasa anak-anak.

 

Hasil asesmen

Apa yang sudah diketahui

Apa yang memerlukan bantuan

Apa yang tidak dapat dilakukan

Zona Proximal Development

Gambar anggota keluarga dan beberapa guru.

Menyebutkan nama anggota setiap keluarga dan guru secara tepat

Memanggil nama anggota keluarga (menyebutkan nama orang yang dilihat secara tepat)

 

Menamai benda yang sering digunakan.

Menyebutkan nama benda yang diinginkan.

Menamai benda lain di sekitar.

 

Perintah sederhana 2 kata.

Perintah lebih dari 2 kata.

Memahami perintah atau pertanyaan sederhana dalam sekali ucap.

 

Menyebutkan keinginan dalam 2 kata.

Menyebutkan keinginan dalam lebih dari 2 kata.

Mengulang kembali pertanyaan guru tentang keinginan.

 

 

 

 

 

Membaca tulisan bahasa Inggris, mengenali huruf/angka, dan urutannya

Membaca tulisan  bahasa Indonesia

Membaca dan memahami bacaan.

 

Penelitian ini juga menggunakan kartu flash sebagai alat pendorong untuk intervensi di kelas. Kartu flash dirancang dengan kriteria yang jelas, bermakna, dan bermakna, memastikan bahwa anak-anak dapat memahami konten dalam bahasa Inggris dengan bimbingan guru mereka. Rencana intervensi dibagi menjadi 12 hari, dengan kartu flash digunakan tergantung pada tema pelajaran dan Rencana Pembelajaran Individu (ILP) anak-anak. Kartu flash digunakan untuk membantu anak-anak memahami konten dalam bahasan dan umpan balik guru digunakan untuk meningkatkan rencana intervensi.

Penelitianini berfokus pada penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa di ruang kelas untuk meningkatkan kemampuan bahasa siswa.

Penelitian ini menggunakan teknik observasi dan observasi untuk mengamati dan memodelkan bahasa dengan menggunakan flashcard dan model bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan kemampuan berbahasa pada siswa setelah intervensi, yang ditandai dengan keterampilan reseptif, ekspresif, dan kinestetik.

 

Indikator Perkembangan Bahasa

Belum Berkembang

(BB)

Mulai Berkembang

(MB)

Berkembang Sangat Baik (BSB)

Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

Kemampuan visual (mengenali obyek)

 

 

 

Kemampuan reseptif (memahami bahasa)

 

 

 

Kemampuan ekspresif (mengungkapkan)

 

 

 

Kemampuan Keaksaraan (pra baca dan pra tulis)

 

 

 

 

Keterangan:

BB       : Belum Berkembang

MB      : Mulai Berkembang

BSH    : Berkembang Sesuai Harapan

BSB    : Berkembang Sangat Baik

Intervensi mencakup berbagai kegiatan seperti mengidentifikasi dan menggambarkan objek, instruksi verbal, dan pertanyaan tertulis. Guru menggunakan kartu flash untuk memodelkan bahasa dan mengajukan pertanyaan, seperti "Apa ini?", "Apa ini?", Dan "Apa ini?". Guru menggunakan kata dan frasa untuk mengkomunikasikan ide dan konsep, dan guru menggunakan model bahasa untuk membantu siswa memahami dan menanggapi pertanyaan.

 

10

Intervensi

Kegiatan Pembelajaran

Hasil Pengamatan

Mengenal dan menamai obyek

Menggunakan kartu gambar untuk mengenalkan obyek

Menyebutkan nama obyek yang ditunjukan

Menunjukan obyek pada gambar (anggota keluarga, guru, teman laki-laki dan perempuan, foto liburan keluarga, serta hasil karya) dan mengucapkan namanya.

AL mengenali obyek yang familiar dan menyebutkan namanya, namun mengalami kesulitan untuk mengenali dan menamai obyek yang baru karena kontak mata tidak terlalu lama untuk flash card.

Pemahaman instruksi sederhana.

Menggunakan instruksi sederhana dengan memodelkan bahasa.

Instruksi verbal melalui pernyataan dengan menyebutkan nama panggilan AL sebelum kata perintah seperti: “AL, tolong tutup pintu!”, “AL, bilang terima kasih!”, “AL, bilang maaf teman-teman”. “AL, makan nasi dulu”. AL, baca tulisan yang ini”

AL memahami instruksi sederhana dengan mengucapkan kembali kata dibelakangnya seperti “tutup pintu”, terima kasih”, maaf teman-teman, makan nasi dulu kemudian melakukannya. Penggunaan kata “AL lihat” sebagai cue untuk memperoleh fokus anak.

Pemahaman pertanyaan sederhana

Menggunakan pertanyaan sederhana dengan dan pertanyaan pemantik dengan menunjukkan kartu gambar

Pertanyaan yang digunakan seperti: “ini siapa?”, “ini apa?”, “apa itu?”,  “AL, sedang apa?”. Pertanyaan pemantik seperti: “ini untuk apa?”, warna apa ini? “Gambar apa ini?”

AL merespon pertanyaan dengan menyebutkan obyek yang ditanya yang diantaranya: Mama Ecy, Papa Fael, Kaka Ami, Kaka Diri, Miss Elok, Miss Mei, Ms Ian, Miss Christin, boy sama boy, girl, mata, telinga, mulut, makan nugget, minum, untuk lihat, untuk dengar.

Mengungkapkan Bahasa (komunikasi dua arah tanya jawab)

Menggunakan pertanyaan sederhana dengan menyebutkan obyek menggunakan kartu gambar dan memodalkan bahasa.

Pertanyaan yang digunakan seperti: “ini siapa?”, “ini apa?”, “apa itu?”,  “AL, sedang apa?”. Pertanyaan pemantik seperti: “ini untuk apa?”, warna apa ini?

AL menjawab pertanyaan dengan menyebutkan kata sederhana paling banyak 2 kata seperti boy sama boy, girl beda boy saat memahami persamaan dan perbedaan, kemudian menyebutkan fungsi anggota tubuh seperti mata untuk lihat

Guru mengucapkan kembali jawaban AL dengan artikulasi/

pelafalan yang jelas

Mengungkapkan Bahasa (menyampaikan ide/Perasaan

/keinginan)

Memfasiltasi penyampaian ide/ keinginan/perasaan dengan pemodelan bahasa.

Menggunakan kata dan pertanyaan pemantik seperti bilang dan mau apa?

AL terlihat dapat menyampaikan ide saat ditanya tentang persamaan dan perbedaan, fungsi anggota tubuh, dan menceritakan kembali melalui bimbingan pertanyaan pemantik guru, serta menyebutkan mau makan, mau minum, mau benda yang ia suka kepada teman sebaya di kelas.

Keaksaraan (pra baca)

Menggunakan pemodelan bahasa untuk membaca cerita di buku cerita.

Anak membaca buku dan kata-kata kemudian diperbaiki pengucapan yang belum tepat.

AL terlihat menirukan kembali kata-kata yang diucapkan guru secara tepat, saat membaca buku dan membaca tulisan.

Keaksaraan (pra tulis)

Menggunakan pemodelan bahasa untuk menulis

Anak menulis beberapa kata yang diucapkan guru seperti nama.

AL terlihat menulis namanya dan bila salah diulang kembali huruf/ tulisan yang salah tanpa menghapus tulisan sebelumnya.

 

Penelitian ini juga menggunakan kosakata untuk membantu siswa memahami dan mengekspresikan ide dalam sebuah kalimat. Guru menggunakan kartu flash untuk mengidentifikasi kata dan frasa yang tidak mudah dipahami, dan guru menggunakan kosakata untuk membantu siswa memahami dan menanggapi pertanyaan. Penelitianini juga menyoroti pentingnya kosakata dalam mengajar bahasa.

Guru menggunakan kartu flash dan model bahasa untuk membantu siswa memahami dan mengekspresikan ide dan pemikiran mereka. Penelitian ini menyimpulkan bahwa menggunakan kartu flash dan model bahasa di ruang kelas dapat meningkatkan kemampuan bahasa siswa dan pengalaman belajar secara keseluruhan.

 

Indikator yang tercapai

BB

MB

BSH

BSB

Kosakata baru

 

 

 

Memahami obyek

 

 

 

Artikulasi

 

 

 

Memahami perintah

 

 

 

Mengungkapkan bahasa

 

 

 

 

Penelitian ini menemukan bahwa menggunakan kartu flash secara efektif meningkatkan kemampuan bahasa anak-anak dengan spektrum autisme (ASD). Kartu flash memberikan bantuan visual yang membantu anak-anak memahami kata-kata dengan lebih baik, meningkatkan pemahaman mereka tentang kata-kata, dan meningkatkan kemampuan bahasa mereka (Fitriyani & Nulanda, 2017). Selain itu, kartu flash membantu dalam komunikasi verbal, yang membantu anak-anak menjadi lebih baik dalam berbicara.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya interaksi sosial dan komunikasi dalam mengembangkan keterampilan bahasa pada anak-anak dengan ASD. Penggunaan kartu flash dan model bahasa juga berkontribusi pada kemampuan anak-anak untuk memahami, berlatih, dan menerapkan bahasa secara efektif (Yasa & Sudirman, 2023). Penelitian ini juga menunjukkan betapa pentingnya teori seperti pemodelan bahasa, lingkungan visual, kompetensi sosial, dan teori fungsional fungsional untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak-anak dengan gangguan spektrum autisme. 

Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian ini, penggunaan kartu flash dan model bahasa meningkatkan kemampuan bahasa anak-anak dengan gangguan spektrum autisme secara efektif melalui interaksi visual, sosial, dan pragmatis. Penelitian lebih lanjut dapat mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa efektif penggunaan kedua alat ini sebagai intervensi.

 

Kesimpulan

Setiap siswa dengan ASD memiliki kebutuhan yang berbeda, dan bahwa beberapa siswa merespons dengan cara yang berbeda terhadap penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan perbedaan individu siswa saat merancang dan menerapkan program yang mempertimbangkan variasi dalam respons dan kebutuhan belajar mereka. 6. Penggunaan kartu flash dan pemodelan bahasa secara efektif meningkatkan kemampuan bahasa siswa usia dini dengan gangguan spektrum autisme.

Metode ini juga meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran selain meningkatkan pemahaman dan penggunaan bahasa mereka. Namun, penerapan metode ini memerlukan pertimbangan masalah sumber daya dan mempertimbangkan perbedaan individu siswa. Diharapkan bahwa penelitian ini akan menjadi acuan untuk pengembangan pendidikan inklusi bagi anak-anak yang didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme. Selain itu, akan memberikan inspirasi bagi para pendidik untuk menerapkan pendekatan ini dalam pekerjaan mereka.

 

BIBLIOGRAFI

Creswell, J. W. (2010). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Desiningrum, D. R. (2023). Bukti Korespondensi Terapi Senam Otak untuk Menstimulasi Kemampuan Memori Jangka Pendek pada Anak Autis.

 

Fitriyani, E., & Nulanda, P. Z. (2017). Efektivitas media flash cards dalam meningkatkan kosakata bahasa inggris. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(2), 167–182.

 

Husna, A., & Eliza, D. (2021). Strategi perkembangan dan indikator pencapaian bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak usia dini. Jurnal Family Education, 1(4), 38–46.

 

Kristiana, I. F., & Widayanti, C. G. (2021). Buku ajar psikologi anak berkebutuhan khusus.

 

Malik, M. S., & Maemunah, M. (2020). Kemampuan Literasi Baca Tulis Anak Usia Dasar (Studi Analisis Perkembangan Bahasa Anak Usia 7-12 Tahun di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Salafiyah Tajungsari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati). JIP (Jurnal Ilmiah PGMI), 6(2), 195–214.

 

Nurohman, I. (2018). Penggunaan media Pembelajaran Flash Card Dalam Meningkatkan kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Autistik Kelas VI SDLB Di SKh Negeri 02 lebak. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

 

Sulistyowati, H., Mayasari, D., & Hastining, S. D. (2022). Pemerolehan Kosa Kata Anak Autism Spectrum Disorder (ASD). Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(4), 3091–3099.

 

Sutarya, M. (2019). Pendidikan Inklusi di Perguruan Tinggi: Studi Pada Pusat Kajian dan Layanan Mahasiswa Berkebutuhan Khusus Politeknik Negeri Jakarta. Institut PTIQ Jakarta.

 

Tjoe, J. L. (2013). Peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui pemanfaatan multimedia. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 7(1), 17–48.

 

Yasa, I. G. S., & Sudirman, I. N. (2023). Penerapan Media Flash Card Dalam Meningkatkan Kosa Kata Bahasa Inggris Anak Desa Selat Peken Tahun 2023. Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(6), 4122–4137.

 

Yunaika, W. (2023). Pola Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Anak Autisme. Absorbent Mind: Journal of Psychology and Child Development, 3(2), 145–156.

 

Copyright holder:

Christina Makmeser I Kbarek, Septiyani Endang Yunitasari (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: