Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 3, March 2023
Warni1, Robertus Basiya2
Universitas Stikubank, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia1,2
Email: [email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh efikasi diri dan motivasi berprestasi terhadap
kinerja guru dimoderasi supervisi akademik. Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksplanatori. Populasi penelitian adalah guru SMK Negeri Program
Keahlian Bisnis Manajemen se-kota Semarang. Teknis analisis data menggunakan
regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri dan
motivasi berprestasi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja guru, supervisi akademik berpengaruh positif
terhadap kinerja guru, supervisi akademik memoderasi pengaruh efikasi diri
terhadap kinerja guru, dan supervisi akademik tidak memoderasi pengaruh
motivasi berprestasi terhadap kinerja guru.
Kata Kunci: Efikasi Diri, Motivasi Berprestasi, Kinerja Guru, Supervisi Akademik
Abstract
This research aims to examine the
influence of self-efficacy and achievement motivation on teacher performance
moderated by academic supervision. This type of research is explanatory
research. The research population was State Vocational School teachers with the
Business Management Skills Program in Semarang. The data analysis technique
uses multiple linear regression. The research results show that self-efficacy
and achievement motivation do not have a positive effect on teacher
performance, academic supervision has a positive effect on teacher performance,
academic supervision moderates the effect of self-efficacy on teacher performance,
and academic supervision does not moderate the effect of achievement motivation
on teacher performance.
Keywords: Self-Efficacy, Achievement Motivation, Teacher
Performance, Academic Supervision
Pendahuluan
Berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah untuk mewujudkan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, misalnya
dengan menerbitkan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU No.
14/2005 tentang Guru dan Dosen. Pemerintah juga mengeluarkan berbagai kebijakan
untuk pembaharuan pendidikan melalui pengucuran tunjangan profesi guru,
penerapan kurikulum merdeka, dan sebagainya. Dalam amanat isi Alenia IV
Pembukaan UUD 1945 yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional Bangsa
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan Bangsa, demi menghadapi persaiangan
yang semakin kompetitip dan terbuka dalam era globalisasi saat ini.
Tanggung jawab paling utama seorang guru adalah
bagaimana mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar dapat
membangkitkan rasa ingin tahu bagi
peserta didik sehingga menumbuhkan minat untuk belajar. Guru tidak hanya
sebagai pembangkit semangat pesert didik untuk belajar tetapi yang lebih
penting adalah mengajar untuk mentransfer ilmu dan teknologi kepada peserta
didik.
Aspek kompetensi guru yang masih sangat kurang dalam menjalankan
tugasnya, mengakibatkan tujuan pendidikan belum tercapai (Allen & Friedman, 2010). Menurut Baqi (2019) menyampaikan upaya pembaharuan pendidikan di Indonesia
lebih bersifat pemenuhan akreditasi atau kepentingan manajemen sekolah, dan
kurang tertuju pada upaya pemberdayaan guru sebagai insan pendidikan. Di jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada dasarnya ada tiga tugas
guru sebagai profesi yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih berarti mengembangkan keterampilan
peserta didik.
Guru tidak hanya dituntut untuk mampu menjadikan pembelajaran
sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta
didik. Keyakinan akan rasa mampu sebagai efikasi (self efficacy) yaitu sebuah
konstruk psikologis yang menggambarkan keyakinan diri seseorang atas
kapabilitasnya sendiri untuk mengorganisasi dan memutuskan langkah-langkah yang
diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu (Allison et al., 2001). Efikasi guru berarti keyakinan diri guru atas kapabilitas
untuk mengorganisasi dan memutukan langkah-langkah yang diperlukan agar
berhasil memenuhi suatu tugas kegiatan pembelajaran dan pendidikan dalam
konteks tertentu (Busthomi, 2018). Kinerja mempunyai arti sesuatu yang dicapai, prestasi
yang diperlihatkan dan kemampuan kerja.UU No. 20 tahun
2003 dan UU no. 14 tahun 2005 telah memberikan pengertian bahwa kinerja guru
berada dalam rumusan menjalankan tugas
utama dan menunaikan beban kerja, serta mewujudkan kompetensi dalam mengemban
tanggungjawab untuk memajukan pendidikan.
Kinerja merupakan hasil
kerja yang erat hubungannya dengan
tujuan organisasi seperti kualitas, efisiensi, dan kriteria keefektifan lain
yang tercapai selama periode tertentu melalui usaha yang membutuhkan kemampuan,
ketrampilan dan pengalaman (Dewi, 2015). Perilaku kinerja yang rendah biasanya ditunjukkan bolos
kerja, terlambat mengajar, tugas-tugas yang tertunda, kurangnya komunikasi dan
kerjasama dengan atasan dan teman sejawat, untuk masa depan. Pendidikan merupakan wadah
mencerdaskan anak-anak bangsa sebab melalui pendidikan tercipta sumber daya
manusia terdidik yang mampu menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju
sebaimana diamanatkan dalam undang-undang dasar 1945.
Efikasi diri dalam menjalankan
perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu kurang maksimal, Supervisi
akademik untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tidak dilakukan secara
terus-menerus dan berkesinambungan.
Tujuan supervisi akademik
yaitu: membantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum,
mengembangkan kelompok kerja guru, membimbing penelitian tindakan kelas Glickman
et al (1981). Sejalan dengan Penelitian Alsaleh (2017), Nurhamidah (2014) dan Ketut Sukarma (2013) yang menunjukkan bahwa supervisi akademik meningkatkan kinerja guru. Karena
adanya perbedaan
penelituan (research gap) oleh beberapa ahli maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang “Pengaruh Efikasi Diri dan Motivasi Berprestasi
terhadap Kinerja Mengajar di moderasi Supervisi Akademik” terutama berkaitan
dengan perannya dalam memoderasi pengaruh variabel Efikasi Diri dan Motivasi
Berprestasi terhadap Kinerja Guru.
Hipotesis Penelitian
Guna lebih memberikan arahan
atau pedoman yang jelas dalam melakukan penelitian sehingga benar-benar mampu
membahas permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka perlu
adanya perumusan hipotesis. Oleh karena itu, untuk menganalisis permasalahan
maka dikemukakan hipotesis yang merupakan pernyataan sementara yang perlu diuji
kebenarannya. Sesuai latar belakang masalah, perumusan masalah, dan telaah
pustaka seperti yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang akan
dikembangkan pada penelitian ini adalah:
Pengaruh
Efikasi Diri terhadap
Kinerja Guru
Efikasi diri didefinisikan
pula sebagai keyakinan seseorang berkaitan dengan kemampuannya mewujudkan
kinerja melalui tahapan – tahapan yang dirancang sedemikian rupa sehingga
mempengaruhi tindakannya terhadap segala peristiwa dalam kehidupannya. Efikasi
diri menentukan bagaimana seseorang merasa (feel), berpikir (think), memotivasi
(motivate) dirinya dan bagaimana berperilaku (behave). Penghujung dari efikasi
diri ditentukan oleh perilaku individu yang akan ditampilkan secara berulang
dan seberapa lama dia mampu berupaya secara berkesinambungan dalam menghadapi
segala permasalahan (Stephen & Judge, 2015).
Menurut Tschanmen–Moran dan
Woolfolk Hoy (2001) efikasi diri guru meliputi keyakinan dalam manajemen
kelas, keyakinan dalam instruksional, dan keyakinan dalam keterlibatan siswa.
Keyakinan dalam manajemen kelas mengacu pada keyakinan atas kemampuan dirinya
menerapkan disiplin dalam kelas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari
Saraswathi (2019), Desiana (2013) dan Maclellan (2015) bahwa dengan adanya
Efikasi Diri maka seseorang yang bisa mengendalikan dirinya dalam mencapai
tujuan. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Ngayomi (2018) bahwa
Efikasi Diri tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja seseorang. Sehingga
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1:
Efikasi Diri berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru
Pengaruh
Motivasi Berprestasi
terhadap Kinerja Guru
Haryanti (2017) Motivasi berprestasi adalah dorongan dari luar maupun
dalam diri seseorang untuk bekerja dengan baik dan menghasilkan kinerja yang
berkualitas dengan usaha-usaha profesional dan terukur dan bersaing dengan
positif serta selalu ingin berprestasi. Motivasi berprestasi adalah dorongan
dari luar maupun dalam diri seseorang untuk bekerja dengan baik dan
menghasilkan kinerja yang berkualitas dengan usaha-usaha profesional dan
terukur dan bersaing dengan positif serta ingin selalu berprestasi dengan
indikator bekerja karena ingin hasil yang baik dan berkualitas, bersaing dengan
positif, dan selalu ingin berprestasi. Salah satu kebutuhan yang diusulkan oleh
McClelland yaitu kebutuhan berprestasi. Teori dari McClelland memfokuskan pada
tiga macam kebutuhan, yaitu: prestasi (acheivement), kekuatan (power), dan
hubungan (affiliation). Pada penelitian ini memfokuskan pada motivasi
berprestasi. Motivasi berprestasi dapat mempengaruhi kinerja karena tanpa
motivasi berprestasi guru akan mengalami kesulitan dalam memberikan tingkat
kinerja yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat sardiman dalam Marlyana (2023) bahwa beberapa fungsi motivasi yaitu: mendorong manusia
untuk berbuat, menentukan arah, perbuatan, menyeleksi perbuatan, pendorong
usaha, dan pencapaian prestasi. Berdasarkan uraian tersebut maka jika guru
melaksanakan tugas mempunyau motivasi berprestasi akan mempengaruhi kinerjanya.
Penelitian pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru pernah diteliti
Suwedana (2013) dan Damayanti dan Yuliejantiningsih (2021) menemukan bahwa Motivasi Berprestasi berpengaruh terhadap
Kinerja Guru. Sehingga hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
H2: Motivasi Berprestasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru
Pengaruh
Supervisi Akademik terhadap Kinerja Guru
Menurut Glickman (1981) mengemukakan bahwa supervisi pengajaran adalah serangkaian
kegiatan yang membantu guru mengembangkan kemampuan mereka untuk mengelola
proses belajar mengajar untuk pencapaian tujuan pengajaran. Supervisi yang baik harus mampu membuat para
guru semakin kompeten yaitu menguasai kompetensi baik kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, maupun profesional. Adapun tiga tujuan pengawasan
akademik: (1) membantu guru mengembangkan kemampuan profesional mereka dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab utama mereka yang menerapkan pembelajaran
pendidikan, (2) meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemantauan dan
meneliti kegiatan pengajaran dan pembelajaran proses di sekolah, sehingga
pembelajaran tujuan dapat dicapai, (3) mendorong guru untuk menggunakan semua
kemampuan mereka dalam melaksanakan pembelajaran, mendorong guru sehingga
mereka memiliki perhatian yang tulus terhadap tugas dan tanggung jawab profesi
mereka.
Teori ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya seperti
Aldaihani (2017) dan Handayanih (2023) yang menemukan bahwa supervisi akademik berpengaruh
positif terhadap kinerja guru. Berdasarkan
uraian dan berbagai penelitian tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis yang
ketiga dalam penelitian ini adalah:
H3:
Supervisi akademik berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru
Supervisi
Akademik memoderasi pengaruh Efikasi Diri terhadap Kinerja Guru.
Menurut Makawimbang (2011) menjelaskan dalam praktek supervisi pendidikan dikenal
beberapa model supervisi pendidikan yang diimplementasikan oleh supervisor
(pengawas sekolah) dalam pelaksanaan tugasnya. Setiap model supervisi memiliki
karakteristik, oleh karena itu penggunaan model supervisi dalam pelaksanaanan
tugas kepengawasan tentunya ada yang sesuai dengan sasaran yang akan
disupervisi (compatible) sehingga pelaksanaan supervisi dapat berlangsung
secara efektif dan efesien dan ada pula yang tidak sesuai dengan kondisi
sasaran (uncompatible) sehingga pelaksanaaan supervisi kurang berjalan sesuai
dengan harapan. Kinerja adalah unjuk kerja yang secara kualitas dan
kuantitas di capai seorang Pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikannya.
Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Florensia (2012) menyatakan bahwa efikasi diri perpengaruh positif terhadap
kinerja guru. Dengan Efikasi diri yang tinggi seorang grur akan selalu yakin
mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan menghadapi berbagai tantangan.
Berdasarakan kajian teori diatas dapat diajukan suatu hipotesis yang akan
diteliti sebagai berikut:
H4:
Supervisi Akademik memoderasi pengaruh Efikasi Diri terhadap Kinerja Guru
Supervisi Akademik
memoderasi pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru
Motivasi mempunyai peran
penting dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan hasil akademik yang lebih
baik (Prabowo et al., 2023), karena dengan motivasi ini seseorang akan memiliki energi
untuk bergerak, dan mampu mempertahankannya untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Sesorang dengan memiliki motivasi umumnya akan mampu menyelesaikan
tujuan yang inin dicapainya walaupun di dalam perjalanan mendapatkan tujuan
tersebut, dia akan menghadapi rintangan yang tidak sedikit. Dengan demikian
motivasi motivasi erat kaitannya dengan perilaku, bahkan menurut teori
pembelajaran perilkau konsep motivasi berkaitan erat dengan prinsip bahwa
perilaku yang telah dikuatkan pada masa lalu lebih munkin diulangi daripada
perilaku yang telah dikuatkan pada masa lalu lebih munkin diulangi daripada
perilaku yang belum dikuatkan atau yang telah dihukum.
Dari uraian tentang profesi
dan kompetensi guru, menjadi jelas bahwa pekerjaan/jabatan guru adalah sebagai
profesi yang layak mendapatkan penghargaan, baik finansial maupun non
finansial. Sehingga dari uraian di atas dapat diajukan suatu hipotesis yang
akan diteliti sebagai berikut :
H5 :
Supervisi Akademik memoderasi pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja
Guru
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif, yang bertujuan untuk menjelaskan dan memperkuat teori atau
hipotesis dengan mengumpulkan data kualitatif seperti kesadaran, persepsi, dan
perilaku seseorang. Objek penelitian dalam ini adalah guru-guru SMK Negeri
Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah
guru-guru SMK Negeri Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sumber data primer, yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini pengumpulan data primer diperoleh
langsung dari responden, yaitu guru-guru SMK Negeri Bisnis dan Manajemen di
Kota Semarang.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan
survei yang menggunakan instrumen kuesioner (angket) yang di sebarkan secara
langsung kepada guru-guru SMK Negeri Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang
sebagai responden.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data digunakan
untuk menganalisis data yang diperoleh dari responden. Analisis data ini
meliputi deskriptif responden, deskriptif variabel, uji instrumen penelitian
(uji validitas, reliabilitas, dan normalitas), uji heteroskedastisitas, uji fit
model (uji F), koefisien determinasi (R-Square), dan uji hipotesis parsial (uji
t).
Data yang diperoleh kemudian
dianalisis menggunakan teknik analisis data yang berbeda, seperti uji
validitas, reliabilitas, normalitas, heteroskedastisitas, fit model, koefisien
determinasi, dan uji hipotesis parsial. Hasil penelitian ini akan membantu
dalam mengembangkan pemahaman tentang pengaruh dan dampak kebijakan pelatihan
guru terhadap kinerja guru dan, secara keseluruhan, pada kualitas pendidikan di
sekolah.
Hasil dan
Pembahasan
Uji validitas digunakan untuk
menguji apakah kuesioner yang diujikan kepada responden itu valid atau tidak.
Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsinya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan analisis
factor. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan kuesioner mampu
mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2016). Sedangkan apabila nilai KMO
and Bartlett’s Test lebih dari 0,50, maka kecukupan sampel terpenuhi. Hasil
pengujuan validitas masing-masing variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Validitas
Variabel Efikasi Diri (X1)
Variabel |
KMO |
Sig. |
Indikator |
Load-factor |
Keterangan |
Efikasi
Diri (X1) |
0,787 |
0,000 |
X1.1 |
0,733 |
Valid |
X1.2 |
0,715 |
Valid |
|||
X1.3 |
0,703 |
Valid |
|||
X1.4 |
0,543 |
Valid |
|||
X1.5 |
0,573 |
Valid |
|||
X1.6 |
0,572 |
Valid |
|||
X1.7 |
0,601 |
Valid |
|||
X1.8 |
0,556 |
Valid |
|||
X1.9 |
0,586 |
Valid |
|||
X1.10 |
0,635 |
Valid |
|||
X1.11 |
0,583 |
Valid |
|||
X1.12 |
0,594 |
Valid |
|||
X1.13 |
0,636 |
Valid |
|||
X1.14 |
0,565 |
Valid |
|||
X1.15 |
0,481 |
Valid |
|||
X1.16 |
0,484 |
Valid |
|||
X1.17 |
0,554 |
Valid |
|||
X1.18 |
0,585 |
Valid |
|||
X1.19 |
0,540 |
Valid |
|||
X1.20 |
0,650 |
Valid |
|||
X1.21 |
0,657 |
Valid |
|||
X1.22 |
0,724 |
Valid |
|||
X1.23 |
0,658 |
Valid |
Sumber:
Data IBM SPSS Statistic 26 Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 1 tersebut, hasil uji validitas variabel kompetensi profesional diperoleh nilai KMO and Bartlett’s Test sebesar 0,787 dimana lebih dari 0,5 dengan nilai signifikansi 0,000 (KMO 0,787 > 0,5) sehingga kecukupan populasi terpenuhi. Sedangkan nilai loading factor lebih besar dari 0,4 (loading factor > 0,4), sehingga dinyatakan semua indikator variabel valid dan dapat digunakan sebagai alat ukur variabel.
Tabel 2. Hasil Uji Validitas
Variabel Motivasi Berprestasi (X2)
Variabel |
KMO |
Sig. |
Indikator |
Load-factor |
Keterangan |
Motivasi
Berprestasi (X2) |
0,776 |
0,000 |
X2.1 |
0,603 |
Valid |
X2.2 |
0,531 |
Valid |
|||
X2.4 |
0,438 |
Valid |
|||
X2.5 |
0,524 |
Valid |
|||
X2.6 |
0,462 |
Vald |
|||
X2.7 |
0,657 |
Valid |
|||
X2.8 |
0,577 |
Valid |
|||
X2.9 |
0,635 |
Valid |
|||
X2.10 |
0,755 |
Valid |
|||
X2.11 |
0,719 |
Valid |
|||
X2.12 |
0,745 |
Valid |
|||
X2.13 |
0,781 |
Valid |
|||
X2.14 |
0,674 |
Valid |
Sumber: Data SPSS Statistic 26 Lampiran 4
Dari Tabel 2 tersebut, hasil uji validitas variabel kompetensi pedagogik diperoleh nilai KMO and Bartlett’s Test sebesar 0,776 lebih besar dari 0,5 dengan nilai signifikansi 0,000 (KMO 0,776 > 0,5), sehingga kecukupan sampel terpenuhi. Sedangkan nilai loading factor lebih besar dari 0,4 (loading factor > 0,4), sehingga dinyatakan semua indikator variabel valid dan dapat digunakan sebagai alat ukur variabel.
Tabel 4. Hasil
Uji Validitas Variabel Supervisi Akademik (Z)
Variabel |
KMO |
Sig. |
Indikator |
Load-factor |
Keterangan |
Supervisi
Akademik (Z) |
0,717 |
0,000 |
Z.1 |
0,776 |
Valid |
Z.2 |
0,710 |
Valid |
|||
Z.3 |
0,747 |
Valid |
|||
Z.4 |
0,659 |
Valid |
|||
Z.5 |
0,597 |
Valid |
|||
Z.6 |
0,656 |
Valid |
|||
Z.7 |
0,658 |
Valid |
|||
Z.8 |
0,699 |
Valid |
|||
Z.9 |
0,568 |
Valid |
Sumber:
Data SPSS Statistic 26 Lampiran 4
Dari Tabel 4 tersebut, hasil uji
validitas variabel supervisi skademik diperoleh nilai KMO and Bartlett’s
Test sebesar 0,717 lebih besar dari 0,5
dengan nilai signifikansi 0,000 (KMO 0,717 > 0,5),
sehingga kecukupan sampel terpenuhi. Sedangkan
nilai loading factor lebih besar dari 0,4 (loading factor >
0,4), sehingga dinyatakan semua indikator variabel valid dan dapat digunakan
sebagai alat ukur variabel.
Uji Validitas Variabel Kinerja Guru (Y)
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel
Kinerja Guru (Y)
Variabel |
KMO |
Sig. |
Indikator |
Load-factor |
Keterangan |
Kinerja
Guru (Y) |
0,829 |
0,000 |
Y.1 |
0,806 |
Valid |
Y.2 |
0,704 |
Valid |
|||
Y.3 |
0,693 |
Valid |
|||
Y.4 |
0,704 |
Valid |
|||
Y.5 |
0,624 |
Valid |
|||
Y.6 |
0,865 |
Valid |
|||
Y.7 |
0,718 |
Valid |
|||
Y.8 |
0,722 |
Valid |
|||
Y.9 |
0,721 |
Valid |
|||
Y.10 |
0,610 |
Valid |
|||
Y.12 |
0,815 |
Valid |
|||
Y.13 |
0,757 |
Valid |
|||
Y.14 |
0,688 |
Valid |
|||
Y.15 |
0,629 |
Valid |
|||
Y.16 |
0,768 |
Valid |
|||
Y.17 |
0,865 |
Valid |
Sumber: Data SPSS Statistic 26 Lampiran 4
Dari Tabel 5
tersebut, hasil uji validitas variabel supervisi skademik diperoleh nilai KMO
and Bartlett’s Test sebesar 0, 829 lebih
besar dari 0,5 dengan nilai signifikansi 0,000 (KMO 0,
829 > 0,5), sehingga kecukupan sampel terpenuhi. Sedangkan nilai loading factor
lebih besar dari 0,4 (loading factor > 0,4), sehingga dinyatakan
semua indikator variabel valid dan dapat digunakan sebagai alat ukur variabel.
Suatu
penelitian dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap
suatu kelompok dengan subyek yang sama akan menghasilkan hasil yang sama.
Pengujian reliabilitas setiap variabel dilakukan dengan Cronbach Alpha
Coeficient dengan menggunakan sofware SPSS 26. Data yang diperoleh
akan dapat reliabel apabila nilai Cronbach Alpha lebih besar atau sama
dengan 0,7 (Ghozali, 2016). Hasil pengujian
reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Hasil Uji
Reliabilitas
Variabel |
Cronbach
Alpha Variabel |
Indikator |
Cronbach Alpha Indikator |
Keterangan |
Efikasi
Diri (X1) |
0,919 |
X1.1 |
0,915 |
Reliabel |
X1.2 |
0,914 |
Reliabel |
||
X1.3 |
0,914 |
Reliabel |
||
X1.4 |
0,917 |
Reliabel |
||
X1.5 |
0,917 |
Reliabel |
||
X1.6 |
0,917 |
Reliabel |
||
X1.7 |
0,916 |
Reliabel |
||
X1.8 |
0,917 |
Reliabel |
||
X1.9 |
0,916 |
Reliabel |
||
X1.10 |
0,915 |
Reliabel |
||
X1.11 |
0,916 |
Reliabel |
||
X1.12 |
0,916 |
Reliabel |
||
X1.13 |
0,915 |
Reliabel |
||
X1.14 |
0,916 |
Reliabel |
||
X1.15 |
0,918 |
Reliabel |
||
X1.16 |
0,918 |
Reliabel |
||
X1.17 |
0,916 |
Reliabel |
||
X1.18 |
0,916 |
Reliabel |
||
X1.19 |
0,917 |
Reliabel |
||
X1.20 |
0,916 |
Reliabel |
||
X1.21 |
0,916 |
Reliabel |
||
X1.22 |
0,915 |
Reliabel |
||
X1.23 |
0,916 |
Reliabel |
||
X1.24 |
0,919 |
Reliabel |
||
Motivasi
Berprestasi (X2) |
0,867 |
X2.1 |
0,858 |
Reliabel |
X2.2 |
0,859 |
Reliabel |
||
X2.3 |
0,867 |
Reliabel |
||
X2.4 |
0,865 |
Reliabel |
||
X2.5 |
0,863 |
Reliabel |
||
X2.6 |
0,863 |
Reliabel |
||
X2.7 |
0,854 |
Reliabel |
||
X2.8 |
0,860 |
Reliabel |
||
X2.9 |
0,858 |
Reliabel |
||
X2.10 |
0,851 |
Reliabel |
||
X2.11 |
0,855 |
Reliabel |
||
X2.12 |
0,853 |
Reliabel |
||
X2.13 |
0,851 |
Reliabel |
||
X2.14 |
0,856 |
Reliabel |
||
X2.15 |
0,868 |
Reliabel |
||
Supervisi
Akademik (Z) |
0,849 |
Z.1 |
0,826 |
Reliabel |
Z.2 |
0,834 |
Reliabel |
||
Z.3 |
0,829 |
Reliabel |
||
Z.4 |
0,835 |
Reliabel |
||
Z.5 |
0,839 |
Reliabel |
||
Z.6 |
0,831 |
Reliabel |
||
Z.7 |
0,834 |
Reliabel |
||
Z.8 |
0,830 |
Reliabel |
||
Z.9 |
0,843 |
Reliabel |
||
Kinerja
Guru (Y) |
0,938 |
Y.1 |
0,932 |
Reliabel |
Y.2 |
0,935 |
Reliabel |
||
Y.3 |
0,835 |
Reliabel |
||
Y.4 |
0,835 |
Reliabel |
||
Y.5 |
0,936 |
Reliabel |
||
Y.6 |
0,931 |
Reliabel |
||
Y.7 |
0,934 |
Reliabel |
||
Y.8 |
0,934 |
Reliabel |
||
Y.9 |
0,934 |
Reliabel |
||
Y.10 |
0,937 |
Reliabel |
||
Y.11 |
0,942 |
Reliabel |
||
Y.12 |
0,932 |
Reliabel |
||
Y.13 |
0,934 |
Reliabel |
||
Y.14 |
0,935 |
Reliabel |
||
Y.15 |
0,936 |
Reliabel |
||
Y.16 |
0,933 |
Reliabel |
||
Y.17 |
0,931 |
Reliabel |
Sumber: Data SPSS Statistic 26
Lampiran
5
Berdasarkan Tabel 6 tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai Cronbach Alpha (α) variabel efikasi diri sebesar
0,919, variabel motivasi berprestasi 0,867, variabel supervisi akademik sebesar 0,849, dan variabel kinerja guru sebesar 0,938.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semua variabel mempunyai nilai Cronbach
Alpha (α) lebih besar dari 0,7, maka instrumen
semua variabel dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengukuran
dalam penelitian ini.
Uji
normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji One-Sample
Kolmogorov-Sminov (1- Sample KS). Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2016). Uji
statistik ini digunakan untuk menguji normalitas residual adalah Uji
Kologorov – Sminov (K – S). Understandardized Residual berdistribusi
normal apabila Asymp. sig. > 0,05, sebagaimana disajikan pada tabel
berikut ini:
Tabel 7. Hasil
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test |
||
|
Unstandardized Residual |
|
N |
84 |
|
Normal Parametersa,b |
Mean |
.0000000 |
Std. Deviation |
.58014738 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
.151 |
Positive |
.076 |
|
Negative |
-.151 |
|
Kolmogorov-Smirnov Z |
1.385 |
|
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.043 |
|
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data IBM SPSS Statistic 26 Lampiran 6 |
Dari Tabel 7 tersebut, besarnya
nilai Asymp. sig. (2-tailed) sebesar 0,43. Hal tersebut berarti data residual terdistribusi mendekati normal.
Pengujian asumsi ini untuk
mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji Glejser –
Test. Variabel independen yang signifikan pada Alpha 5% maka dapat
dipastikan bahwa variabel independen berhubungan erat dengan residual. Uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan meregresikan seluruh variabel terhadap absolute
residual sebagai variabel dependennya.
Tabel 8. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model |
Sig. |
||
1 |
(Constant) |
.000 |
|
Efikasi Diri |
.302 |
||
Motivasi Berprestasi |
.257 |
||
Supervisi Akademik |
.001 |
||
MODERATE1 |
.001 |
||
MODERATE2 |
.227 |
Sumber: Data IBM SPSS
Statistic 26 Lampiran
7
Dapat dilihat pada Tabel 8 tersebut bahwa variabel independen yaitu variabel efikasi diri, variabel motivasi berprestasi dan moderate2, bebas dari masalah heteroskedastisitas yaitu ditunjukkan dengan sig. > 0,05. Sedangkan variabel supervisi akademik dan variabel moderate1 nilai sig. lebih kecil dari 0,05 sehingga dua variabel ini ada heteroskedastisitas.
Uji Fit Model menggunakan Uji F
dan Nilai Koefisien Determinasi. Hasil Uji F dan Koefisien Determinasi dapat
disajikan dalam Tabel 9 berikut:
Tabel 9. Hasil Uji Fit Model
Uji F |
Koefisien Determinasi (R2) |
Sig. =
0,0000 |
Adjusted R Square = 0,560 |
Sumber: Data IBM SPSS Statistic 26
Lampiran
8
Dari Tabel
9 tersebut, dapat diketahui bahwa hasil uji F menunjukkan nilai F hitung sebesar 22,059 dengan tingkat signifikansi
0,000 (< 0,05) artinya variabel efikasi diri, variabel motivasi berprestasi,
variabel supervisi akademik, moderasi 1, dan moderasi 2, secara simultan
berpengaruh terhadap variabel kinerja guru. Hal ini berarti Uji Fit Model yang
digunakan dinyatakan memenuhi goodness of fit.
Nilai Koefisien Determinasi (R2)
dapat dilihat dari besarnya nilai Adjusted R-Square
sebesar 0,560 (56%). Hal ini berarti bahwa variasi
dari semua variabel efikasi diri, motivasi berprestasi, supervisi akademik,
moderasi 1, moderasi 2 mampu menjelaskan variasi variabel kinerja guru sebesar
56% sedangkan sisanya yaitu 44 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Dengan
menggunakan teknik quasi moderasi interaksi, maka hasilnya dapat diketahui pada
Tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Uji
Hipotesis
Model |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
|
|
Beta |
|
||||
1 |
(Constant) |
|
-1.868 |
.066 |
|
Efikasi Diri |
-.036 |
-.284 |
.777 |
|
|
Motivasi Berprestasi |
-.110 |
-.884 |
.379 |
|
|
Supervisi Akademik |
.718 |
8.453 |
.000 |
|
|
MODERATE1 |
.221 |
2.102 |
.039 |
|
|
MODERATE2 |
.023 |
.221 |
.826 |
|
|
a. Dependent Variable: Kinerja Guru Sumber: Data
IBM SPSS Statistic 26 Lampiran 9 |
Dari
Tabel 10 dapat dituliskan persamaan regresinya sebagai berikut:
Y = 036X1 - 110 X2 + 718Z + 221X1Z + 023X 2Z +e
Persamaan regresi ini kemudian dapat digunakan sebagai
analisis untuk menjawab lima hipotesis sebelumnya.
Uji hipotesis (Uji t) digunakan
untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara parsial terhadap
variabel terikatnya. Uji parsial ini
dapat dilihat dari Tabel 10 . Jika nilai yang dihasilkan lebih kecil dari taraf signifikansi
yang digunakan (α = 0,05), maka hipotesis diterima, dan sebaliknya jika
lebih besar dari (α = 0,05), maka hipotesis ditolak. Adapun analisis lima
hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Tabel 4.20 yang menunjukkan
bahwa nilai Standardized Beta Coefficients efikasi diri bernilai positif sebesar 0,036
dan nilai signifikansi sig=0,777 lebih besar dari α = 0,05, artinya bahwa efikasi diri tidak berpengaruh terhadap
kinerja guru, sehingga hipotesis1 ditolak.
Berdasarkan
Tabel 10 menunjukkan
bahwa nilai Standardized
Beta Coefficients motivasi berprestasi bernilai positif
sebesar 0,110 dan nilai signifikansi sig. =
0,379 lebih besar dari α = 0,05, artinya bahwa Motovasi berprestasi tidak berpengaruh positif
terhadap kinerja guru, sehingga hipotesis 2 ditolak
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan nilai Standardized
Beta Coefficients variabel supervisi akademik sebesar 0,718 dan nilai
signifikansi sig. = 0,000 lebih kecil
dari α = 0,05, artinya
bahwa supervisi akademik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
guru, sehingga hipotesisi 3 diterima.
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa Standardized
Beta Coefficients variabel moderate 1 0,221 dan nilai signifikansi sig.
= 0, 039 lebih kecil dari α = 0,05, artinya bahwa supervisi
akademik dapat memoderasi positif pengaruh Efikasi Diri terhadap kinerja guru,
sehingga hipotesis 4 diterima.
Berdasarkan
Tabel 10 menunjukkan nilai
Standardized Beta Coefficients variabel moderate 2 0,023 dan nilai signifikansi sig. = 0,826 lebih besar
dari α = 0,05, artinya bahwa supervisi akademik
tidak memoderasi positif pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru, sehingga hipotesis 5 ditolak.
Efikasi diri pada diri guru berpengaruh pada ketahanan guru dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi, tindakan yang dilakukan, kegigihan serta kecenderungan dalam memilih dan mencapai tujuan yang akan dicapai. Bandura (2013) mengatakan bahwa keyakinan akan seluruh kemampuan ini meliputi efikasi diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh dengan tekanan. Efikasi diri dapat mendorong kinerja seseorang dalam berbagai bidang termasuk minat berwirausaha, dalam membuka suatu usaha diperlukan keyakinan diri (self-efficacy) terhadap kemampuannya agar usahanya dapat berhasil. Penelitian ini dari segi usia dan masa kerja guru sudah mempunyai pengalaman dan kemampuan untuk dapat mengembangkan diri untuk dapat meningkatkan kinerjanya sehingga guru dapat menerapkan dalam proses pembelajaran dengan menjelaskan topik pokok mata pelajaran yang diampu bahkan kepada peserta didik dengan tingkat pemahaman rendah, guru sudah dapat mensukseskan penggunaan metode pembelajaran yang disepakati atau disetujui untuk digunakan pada kurikulum di sekolah, guru sudah mampu mengelola pembelajaran tanpa memandang pengelompokannya, guru mampu mengelola pembelajaran walaupun terjadi perubahan kurikulum, guru dapat mengajar dengan baik walaupun diminta menggunakan metode yang tidak menjadi pilihannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Handayani (2023) dan Sabila (2022) yang mengatakan efikasi diri tidak berpengaruh terhadap kinerja guru.
Menurut
Mc. Clelland (1987) menyatakan bahwa motivasi berprestasi
merupakan suatu keinginan yang ada dalam diri seseorang yang dapat mendorong
seseorang untuk bisa berusaha mencapai
suatu standar atau ukuran keunggulan tertentu. Ukuran keunggulan didapat dengan
acuan prestasi orang lain, akan tetapi juga dapat digunakan untuk membandingkan prestasi yang dibuat
sebelumnya. Motivasi kerja tidak menjamin kinerja seseorang,
motivasi berprestasi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat
kinerja seseorang (Pasimanjeku, 2003). Penelitian ini apabila dilihat dari segi usia, masa
kerja, sertifikasi guru dan keaktifan guru dalam mengikuti diklat yang
diselenggaran di sekolah maupun dinas guru sudah mempunyai kemampuan, dorongan
untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Hasil prestasi kerja yang
dihasilkan oleh guru selalu mendapatkan
pujian dan apresiasi dari kepala sekolah, pemberian penghargaan bagi guru dapat
meningkatkan kinerja guru, guru memiliki peluang dan kesempatan untuk
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan terkait dengan tugas-tugasnya, tenaga
yang dikeluarkan semata-mata untuk menunjang hasil kerja yang maksimal.
Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Handayani (2023) dan Sabila (2022) yang mengatakan motivasi berprestasi tidak berpengaruh terhadap kinerja guru namun sejalan dengan penelitian Ramlan (2022) bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja guru.
Menurut pendapat Aldaihani (2017) menyatakan bahwa landasan dari sistem pendidikan apapun yang harus diberikan banyak kesempatan untuk pertumbuhan dan pengambangan profesional dan pengawasan sebagai profesi pengajaran. Berarti semakin berkualitas supervisi akademik yang dilakukan kepada guru SMK Negeri Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang semakin tinggi kinerja guru SMK Negeri Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang. Begitupun sebaliknya, semakin tidak optimal supervisi akademik yang lakukan kepada guru SMK Negeri Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang semakin rendah pula kinerja guru SMK Negeri Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang. Pembinaan dan penilaian serta pengawasan secara berkesinambungan dan efektif yang dilakukan kepala sekolah secara langsung akan dapat meningkatkan kinerja guru. Keadaan ini dapat menciptakan iklim yang kondusif yang mendukung terciptanya peningkatan kinerja guru. Hal lain dari kepala Sekolah dalam menyusuan capaian pembelajaran (CP) yang merupakan persiapan guru sebelum mengajar juga dapat mendukung kinerja guru. Guru dapat mempersiapkan pembelajaran yang matang makan akan menghasilkan proses belajar mengajar yang berkualitas. Pengawasan (supervisi) diartikan untuk peningkatan praktik instruksioanl dan dapat berkontribusi secara signifikan terhadapat pengembangan profesioanal guru dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan guru.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aldaihani (2017), Ramadhan (2017), Purbasari (2015), Fatkhurokhim (2016), dan beberapa peneliti lainnya yang menemukan bahwa supervisi akademik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.
Supervisi akademik memoderasi pengaruh efikasi diri terhadap kinerja guru SMK Negeri Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang. Supervisi Akademik mempunyai nilai yang tinggi terhadap kinerja tinggi sehingga dapat memperkuat kinerja guru. Hal ini dikarenakan kemampuan yang dimiliki kepala sekolah dalam melakukan supervisi kepada guru, kepala sekolah dapat mensosialisasikan jadwal supervisi akademik kepada guru guru, kepala sekolah menyajikan hasil supervisi sebelumnya, kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademik memperhatikan karakteristik guru. Supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah dan bisa dilakukan oleh pengawas berkaitan legalisasi bisa mendorong efikasi diri dan bisa meningkatkan kinerja.
Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sugeng (2021) dimana supervisi akademik berpengaruh tidak memoderasi efikasi diri terhadap kinerja guru.
Supervisi akademik tidak memoderasi pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SMK Negeri Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang. Menurut Anwar (2021) seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan akan berusaha berbuat sesuatu yang menjadi tugasnya, berusaha menjadi lebih baik dibanding dengan orang lain, mencari umpan balik hal yang telah dilakukan atau dikerjakan, memiliki tanggungjawab pribadi, memilih resiko yang sedang karena dengan resiko yang sedang berarti akan memiliki peluang untuk memperbaiki sebuah kegagalan dan mencapai keberhasilan yang lebih baik. Supervisi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru belum tentu dapat memperkuat motivasi berprestasi guru dalam meningkatkan kinerjanya. Karena dalam penelitian ini apabila dilihat dari segi umur, masa kerja sertifikasi guru dan keaktifan mengikuti diklat guru sudah mempunyai kemampuan dan dorongan untuk meningkatkan kinerjanya. Kepala sekolah selalu memberikan apresiasi kepada guru yang mempunyai prestasi. Dalam penelitian ini motivasi berprestasi pada diri guru sudah melekat pada dirinya sehingga walaupun tidak di supervisi kinerja guru sudah meningkat. Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jumali (2023) supervisi akademik memoderasi pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut; (1) efikasi Diri tidak berpengaruh positif terhadap kinerja guru guru SMK Negeri Program Keahlian Bisnis Manajemen Se-Kota Semarang, (2) motivasi berprestasi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja guru SMK Negeri Program Keahlian Bisnis Manajemen Se-Kota Semarang, (3) supervisi akademik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMK Negeri Program Keahlian Bisnis Manajemen Se-Kota Semarang, (4) supervisi akademik memoderasi positif efikasi diri terhadap kinerja guru SMK Negeri Program Keahlian Bisnis Manajemen Se-Kota Semarang, dan (5) supervisi akademik tidak memoderasi motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SMK Negeri Program Keahlian Bisnis Manajemen Se-Kota Semarang.
BIBLIOGRAFI
Aldaihani, S. G.
(2017). Synergy among School and District Leaders in the Application of Quality
Standards in Kuwaiti Public Schools. Journal of Education and Practice, 8(14),
97–104.
Allen, K. N., &
Friedman, B. D. (2010). Affective learning: A taxonomy for teaching social work
values. Journal of Social Work Values and Ethics, 7(2), 1–12.
Allison, B. J.,
Voss, R. S., & Dryer, S. (2001). Student classroom and career success: The
role of organizational citizenship behavior. Journal of Education for
Business, 76(5), 282–288.
Alsaleh, A.,
Alabdulhadi, M., & Alrwaished, N. (2017). Impact of peer coaching strategy
on pre-service teachers’ professional development growth in Kuwait. International
Journal of Educational Research, 86, 36–49.
Anwar, R. N., &
Umar, M. (2021). Motivasi Guru Dalam Bekerja Perspektif Islam. Paedagoria:
Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan Kependidikan, 12(2),
296–302.
Bandura, A. (2013).
Self-Efficacy: The Foundation of Agency1. In Control of human behavior,
mental processes, and consciousness (pp. 16–30). Psychology Press.
Baqi, M. H. (2019).
Pengaruh Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru SMP Muhammadiyah
Parakan Pamulang. Fakultas Agama Islam.
Busthomi, Y.
(2018). Modal Utama Agar Menjadi Guru Favorit Bagi Peserta Didiknya. Jurnal
Annaba’STIT Muhammadiyah Paciran, 4(1), 2–16.
Damayanti, A. P.,
Yuliejantiningsih, Y., & Maulia, D. (2021). Interaksi Sosial Teman Sebaya
Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Pendidikan, 5(2), 163–167.
Dewi, T. A. (2015).
Pengaruh profesionalisme guru dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi
SMA se-Kota Malang. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, 3(1),
24–35.
Fatkhurokhim, H.
(2016). Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Pendidikan terhadap kinerja guru di
sekolah dasar. Basic Education, 5(33), 3–114.
Florensia, M. A.
(2012). Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Sikap Skeptisme Profesional
Auditor Terhadap Keberhasilan dalam Mendeteksi Kecurangan. Program Studi
Akuntansi FEB-UKSW.
Ghozali, I. (2016).
Aplikasi Analisis multivariete dengan program IBM SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan
Ke VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 96.
Glickman, C. D.
(1981). Developmental supervision: Alternative practices for helping
teachers improve instruction. ERIC.
Handayanih, M., Lian,
B., & Juliansyah, M. (2023). Pengaruh Supervisi Akademik dan Motivasi
Kepala Sekolah terhadap Disiplin Kerja Guru SMP Negeri. JIIP-Jurnal Ilmiah
Ilmu Pendidikan, 6(6), 3917–3923.
Haryanti, T.
(2017). Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru di SMK Tunas
Pemuda. Research and Development Journal of Education, 4(1).
Jumali, J.,
Yuliejantiningsih, Y., & Haryati, T. (2023). Pengaruh Supervisi Akademik
Kepala Sekolah Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Mutu Sekolah Dasar. Jurnal
Inovasi Pembelajaran Di Sekolah, 4(2), 315–325.
Kusumawati, E. (2023). Kepemimpinan
digital dalam pendidikan: Sebuah analisis bibliometrik. Journal of
Education and Teaching (JET), 4(2), 252-260.
Makawimbang, J. H.
(2011). Supervisi dan peningkatan mutu pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Marliana, W.,
Heryadi, D., & Nugraha, F. (2023). Analisis Motivasi Siswa dalam Belajar
Tatap Muka (Penelitian Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Cibunigelis). Bhinneka:
Jurnal Bintang Pendidikan Dan Bahasa, 1(3), 134–155.
McClelland, D. C. (1987).
Human motivation. Cup Archive.
Nurhamidah, S.,
Dantes, N., & Lasmawan, M. P. P. I. W. (2014). Upaya Peningkatan
Pengelolaan Proses Pembelajaran Melalui Pendampingan Pada Implementasi
Kurikulum 2013 Terhadap Guru–Guru Kelas I Dan Kelas Iv Sd Di Kecamatan Denpasar
Barat. Tesis, Singaraja: Prodi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana,
Universitas Pen. Ganesha University of Education.
Pasimanjeku, A.
(2003). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Mengajar Guru-guru SLTP Negeri 3 Getasan Kabupaten Semarang. Tesis (tidak
dipublikasikan). Salatiga: PPS Magister Manajemen Pendidikan.
Prabowo, R. A.,
Hita, I. P. A. D., Lubis, F. M., Patimah, S., Eskawida, E., & Siska, S.
(2023). Pengaruh Motivasi Terhadap Hasil Belajar Dribbling Permainan Bola
Basket. Journal on Education, 5(4), 12648–12658.
Purbasari, M.
(2015). Pengaruh supervisi akademik terhadap kinerja mengajar guru di sekolah
dasar. Journal of Elementary Education, 4(1), 46–52.
Ramadhan, A.
(2017). Pengaruh pelaksanaan supervisi akademik pengawas sekolah dan supervisi
kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kabupaten Majene. Journal
of Educational Science and Technology, 3(2), 136–144.
Ramlan, R., &
Isroani, F. (2022). Supervisi Akademik Kepala Madrasah Terhadap Optimalisasi
Tugas Dan Fungsi Guru. Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan Dan Sosial Humaniora,
2(1), 123–132.
Sabila, H., &
Jabar, C. S. A. (2022). Pengaruh Kepemimpinan Guru, Motivasi Kerja, Dan Efikasi
Diri Terhadap Kinerja Guru Di Era Pandemi COVID-19. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 7(9), 379–387.
Stephen, R., &
Judge, T. A. (2015). Perilaku organisasi. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sugeng, S. (2021).
Pengaruh Kedisiplinan Dan Efikasi Guru Terhadap Kinerja Guru Dimoderasi
Supervisi Kepala Sekolah DiKabupaten Jepara. Manajerial: Jurnal Inovasi
Manajemen Dan Supervisi Pendidikan, 1(3), 232–243.
Sukarma, K.,
Dantes, N., & Sutama, M. P. P. I. M. (2013). Pengaruh Implementasi
Supervisi Klinis Terhadap Etos Kerja Dan Keterampilan Mengelola Pembelajaran
Pada Para Guru SD Se-kecamatan Buleleng. Ganesha University of Education.
Suwedana, S.,
Natajaya, N., & Sunu, I. G. K. A. (2013). Kontribusi Kepemimpinan Kepala
Sekolah, Motivasi Berprestasi, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru (Studi
Tentang Persepsi Para Guru Smk Negeri 1 Bangli). Jurnal Administrasi
Pendidikan UNDIKSHA, 4(1), 74860.
Tschannen-Moran,
M., & Hoy, A. W. (2001). Teacher efficacy: Capturing an elusive construct. Teaching
and Teacher Education, 17(7), 783–805.
Copyright holder: Nama Author (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |