Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
9, No. 4, April 2024
PENGARUH
MANAJEMEN MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN
PERDAGANGAN (STUDI KASUS PT XYZ)
Dedy Sanjaya1*, Trias Andati2, Noer Azam Achsani3
Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]*
Abstrak
Manajemen modal kerja yang efisien dalam perdagangan memperkuat
likuiditas perusahaan melalui pengelolaan kas, piutang, dan persediaan, dengan
fokus pada optimalisasi penjualan, pemeliharaan persediaan, dan kebijakan
pembayaran pelanggan yang bijaksana. Tantangan dalam siklus kas dapat berdampak
pada likuiditas yang akan mendorong peningkatan pinjaman yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Fokus penelitian ini melibatkan analisis tentang bagaimana komponen modal kerja
dan tingkat likuiditas berpengaruh terhadap kinerja suatu perusahaan dagang.
Kasus yang dianalisis adalah PT XYY selama periode 2016 hingga 2021. Metode
yang digunakan adalah analisis data time
series
setiap bulan dan penerapan model vector error correction model (VECM) untuk memahami hubungan antara variabel dalam
jangka panjang. Variabel yang dianalisis meliputi elemen-elemen dalam modal
kerja dan likuiditas perusahaan, days of sales in outstanding (DSO), days of sales in
inventory (DSI), days of payable outstanding (DPO), cash conversion cycle (CCC). Likuiditas juga diukur dengan current ratio dan cash ratio dengan variabel kontrol sales
growth.
Tujuan utama adalah memahami bagaimana elemen-elemen
ini mempengaruhi profitabilitas yang diukur dengan return on assets (ROA). Temuan menunjukkan bahwa DPO dan current ratio memiliki dampak positif
yang signifikan pada ROA, sementara DSO,
cash ratio, dan CCC memiliki dampak negatif signifikan. Sedangkan variabel DSI tidak berpengaruh
signifikan. Temuan ini
menekankan pentingnya manajemen kewajiban kepada pemasok dalam menjaga
profitabilitas. Implikasinya, perusahaan dapat menggunakan hasil ini untuk
mengatur kebijakan operasional, terutama terkait pembayaran kepada
pemasok dalam kontrak pembelian serta menjaga ketersediaan kas optimal dalam
mengamankan likuiditas.
Kata Kunci: Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Profitabilitas, Vector Error Correction Model
Abstrack
Efficient
management of working capital in the realm of trade serves to bolster a
company's liquidity by meticulously handling cash, receivables, and inventory.
This approach emphasizes the optimization of sales, upkeep of inventory, and
the implementation of judicious customer payment policies. Challenges inherent
within the cash cycle can exert considerable influence on liquidity, compelling
heightened borrowing practices that could potentially impact the overall
performance of the company. The research delves into analyzing how different
aspects of working capital and the level of liquidity impact the profit
performance of a trading company. The empirical analysis is centered around the
case study of PT XYY, spanning from 2016 to 2021. The research methodology
entails examining monthly time series data and applying the vector error
correction model (VECM) to comprehend the long-term relationships among the
variables. Days of sales in outstanding (DSO), days of sales in inventory (DSI), days of payable outstanding (DPO), and cash conversion cycle (CCC). Liquidity is also measured by the
current ratio and cash ratio with the sales growth control variable. The Principal aim of the study is to
fathom how these elements collectively impact the company's profitability,
gauged by return on assets (ROA). ROA assesses the
company's capability to derive profit from its assets. The research findings
indicate that DPO and
current ratio notably
positively influence ROA.
DSO, cash ratio, and
CCC significantly negatively impact ROA. Meanwhile,
the DSI variable has no significant effect. The Implications of these findings underscore
the importance of skillfully managing commitments to suppliers to uphold
profitability. Companies can leverage these outcomes to fine-tune their
operational policies, particularly concerning payment terms with suppliers
within purchase agreementsas well as maintaining optimal cash availability in
liquidity security.
Keywords: Working Capital
Management, Liquidity, Profitability, Vector Error Correction Model
Tahun 2020 menjadi
tahun tantangan serius bagi perekonomian Indonesia akibat dampak pandemi
COVID-19, dengan pertumbuhan ekonomi mencapai minus 2,07%. Meskipun mengalami
kontraksi, Indonesia relatif lebih baik dibandingkan dengan rata-rata
pertumbuhan negara-negara Asia Tenggara yang mencapai minus 4%. Sektor
perdagangan, terpukul di awal pandemi, mengalami fluktuasi selama lima tahun
terakhir. Pada triwulan IV 2020, terjadi penurunan tajam, tetapi pada 2021,
sektor ini mengalami pemulihan signifikan seiring dengan upaya pengendalian
pandemi (Yofa & Erwidodo, 2020).
Pentingnya
manajemen modal kerja dalam sektor perdagangan terungkap di mana pengelolaan
kas, piutang, dan persediaan berperan kunci. Optimalisasi modal kerja dapat
dicapai dengan strategi meningkatkan nilai penjualan, menjaga persediaan yang
mencukupi, dan menerapkan kebijakan pembayaran pelanggan. Likuiditas juga
memegang peran vital dalam mendukung peningkatan kinerja perusahaan.
Faktor-faktor ini perlu dikelola secara tepat untuk meningkatkan profitabilitas
(Fadun & Oye, 2020).
Mengelola modal
kerja memiliki peranan penting dalam peningkatan profitabilitas karena
melibatkan praktik rutin yang digunakan perusahaan (Lazaridis & Tryfonidis, 2006). Dalam rutinitas operasional ini,
terdapat berbagai aspek dalam pengelolaan modal kerja, diantaranya manajemen
piutang, manajemen persediaan, manajemen utang, dan manajemen kas (Vikash et al., 2014). Pengelolaan ini melibatkan proses
mengawasi uang tunai mulai dari pembelian barang dari pemasok, penyimpanan
barang, hingga akhirnya mendapatkan kembali uang tunai dari pelanggan (siklus
konversi kas). Masalah atau tantangan dalam menerima atau melakukan pembayaran
tunai dapat berdampak signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Dampak
tersebut bisa mendorong perusahaan untuk mencari pinjaman dari perbankan, yang
mengakibatkan timbulnya biaya bunga yang akan mengurangi kinerja Perusahaan.
Banyak studi telah
dilakukan sebelumnya untuk menganalisis dampak dari manajemen modal kerja dan
likuiditas terhadap profitabilitas perusahaan. Misalnya, penelitian yang
dilakukan oleh Gill et al. (2010) pada perusahaan manufaktur di
Amerika Serikat menemukan bahwa siklus konversi kas memiliki pengaruh positif
terhadap profitabilitas, sementara days account receivable memiliki
pengaruh negatif terhadap profitabilitas. Di sisi lain, variabel seperti inventories
period, firm size, sales growth, dan fixed financial asset
tidak berpengaruh signifikan dengan profitabilitas. Di Belgia, Deloof (2003) menemukan bahwa siklus konversi
kas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Namun, inventories
period dan days account receivable memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa days account payable
memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas, yang berarti perusahaan yang
menunda pembayaran tagihan cenderung memiliki profitabilitas yang lebih rendah.
Di samping itu, variabel financial debt memiliki pengaruh negatif yang
signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan firm size, pertumbuhan
penjualan, dan aset keuangan tetap memiliki pengaruh positif terhadap
profitabilitas. Khan et al. (2018) menemukan bahwa pada perusahaan
non-keuangan di Pakistan, periode penagihan piutang dan periode pembayaran
hutang memiliki dampak positif dan signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan. Namun, siklus konversi kas memiliki dampak negatif yang signifikan
terhadap profitabilitas. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2016) menemukan bahwa perusahaan dengan current
ratio tinggi dan siklus konversi kas yang lebih panjang memiliki kinerja positif,
yang mengindikasikan korelasi positif dan signifikan antara current ratio
serta cash conversion cycle terhadap profitabilitas (ROA).
Sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Ukaegbu (2014) terhadap 102 perusahaan di empat
negara (Mesir, Nigeria, Kenya, dan Afrika Selatan) mengungkapkan adanya kaitan
negatif yang kuat antara tingkat profitabilitas yang diukur melalui laba
operasi bersih, dan siklus konversi tunai dalam berbagai jenis industri. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa ketika siklus konversi tunai meningkat,
profitabilitas perusahaan cenderung menurun. Temuan lain terdapat korelasi
positif antara tingkat profitabilitas serta kebijakan perusahaan terkait utang
usaha. Sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Lucia et.al (2014) terhadap perusahaan pengalengan di
Spanyol menunjukkan bahwa waktu penerimaan dari penjualan dan waktu persediaan
memiliki kaitan negatif dengan profitabilitas, sementara tidak terdapat
hubungan yang signifikan dengan siklus konversi kas. Di Jerman, penelitian oleh
Silva (2017) menemukan bahwa faktor-faktor
seperti waktu penerimaan dari penjualan, waktu persediaan, dan waktu pembayaran
utang memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas.
Dalam konteks hubungan yang lebih kompleks, antara siklus konversi kas dan
profitabilitas terdapat pola yang berbeda, di mana hubungan antara keduanya
bersifat positif pada tingkat investasi modal kerja yang rendah, namun menjadi
negatif pada tingkat investasi modal kerja yang tinggi.
Penelitian yang
dilakukan oleh Afrifa dan Tingbani (2018) pada 802 perusahaan kecil dan
menengah di Inggris menunjukkan bahwa awalnya terdapat hubungan negatif antara cash
conversion cycle dengan kinerja perusahaan. Namun, setelah memperhitungkan
faktor moderasi dari ketersediaan arus kas, hubungan antara cash conversion
cycle dan kinerja perusahaan berubah menjadi positif dan signifikan. Pada
tahun 2019, penelitan yang dilakukan oleh Mehmet et.al (2009) mengambil sampel dari 49
perusahaan di Istanbul mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara siklus konversi kas, modal kerja
bersih, rasio lancar, periode piutang, dan periode persediaan dengan Return
on Assets. Studi yang dilakukan oleh Madushanka dan Jathurika (2018) dengan subjek 15 Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek Kolombo, mengungkapkan bahwa rasio
likuiditas cepat (quick ratio) memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap profitabilitas perusahaan. Namun, rasio lancar (current ratio) tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian Samo
dan Hadeeqa (2019) pada 40 perusahaan tekstil di
industri tekstil Pakistan, menunjukkan adanya korelasi positif antara rasio
likuiditas (current ratio) dan profitabilitas, serta korelasi negatif
antara leverage dan profitabilitas.
Hasil studi dari Gull
dan Arshad (2013) pada 19 perusahaan semen yang
terdaftar di Karachi Stock Exchange mengungkapkan bahwa manajemen modal kerja
dan likuiditas memiliki dampak yang signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan. Temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio lancar (current
ratio), maka kinerja keuangan perusahaan juga cenderung lebih baik. Namun, quick
ratio ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return
on Capital Employed (ROCE). Hasil penelitian lain dari Quayyum (2011) pada perusahaan industri semen
yang terdaftar di Bursa Efek Dhaka menunjukkan adanya hubungan negatif antara
siklus konversi kas dan profitabilitas. Artinya, semakin lama siklus konversi
kas perusahaan, maka profitabilitasnya cenderung menurun. Di sisi lain,
penelitian tersebut menemukan bahwa ada korelasi positif antara menjaga saldo kas
dengan profitabilitas. Ini berarti menjaga saldo kas yang memadai dapat
berkontribusi positif terhadap tingkat profitabilitas perusahaan.
PT XYZ, bergerak
dalam perdagangan dan jasa konstruksi dengan kontribusi utama bisnisnya dari
sektor perdagangan. Dalam sektor ini, interaksi dengan pemasok dan pelanggan
melibatkan pengelolaan modal kerja yang efektif. Siklus konversi kas menjadi
indikator penting, di mana perusahaan perdagangan memiliki siklus yang lebih
cepat dibandingkan dengan jasa konstruksi. Sedangkan panjangnya siklus konversi
kas dalam bisnis jasa konstruksi mengganggu likuiditas perusahaan. Dalam
konteks ini, manajemen modal kerja dan likuiditas perlu diperhatikan untuk
menjaga stabilitas keuangan dan meningkatkan profitabilitas. Panjangnya siklus
konversi kas dapat berdampak negatif pada likuiditas perusahaan, yang pada
gilirannya dapat memengaruhi ketersediaan modal kerja selama lima tahun
terakhir (2016-2020). Seperti yang diungkapkan sebelumnya, modal kerja memegang
peranan penting dalam menjaga likuiditas dan profitabilitas (Amponsah-Kwatiah & Asiamah, 2020). Mengelola modal kerja dengan baik
adalah kunci untuk memastikan perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dan menjaga likuiditas yang cukup untuk beroperasi tanpa hambatan.
Untuk mengatasi masalah likuiditas yang timbul akibat siklus konversi yang
panjang, perusahaan perlu mencari sumber pendanaan tambahan untuk membayar
kewajiban kepada produsen dan pemasok guna memastikan ketersediaan barang dan
kelancaran operasional bisnisnya.
Pada penelitian
ini akan dibahas bagaimana keterkaitan antara manajemen modal kerja dan
likuiditas dengan profitabilitas perusahaan dengan beberapa komponennya
diantaranya siklus konversi kas (cash conversion cycle), jumlah hari
penagihan piutang (days of sales in outstanding), Jumlah hari persediaan
menjadi penjualan (days of sales in inventory), jumlah hari pembayaran utang
(days of payable outstanding) dan untuk likuiditas menggunakan variabel current
ratio dan cash ratio sebagai komponen utama, sedangkan profitabilitas
menggunakan rasio Return on Asset. Penelitian ini membatasi diri pada
objek penelitian yaitu PT XYZ, menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan bulanan dari periode 2016-2021
yang diperoleh dari internal perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari
laporan keuangan PT XYZ selama enam tahun terakhir (2016-2021), diperoleh dari
internal perusahaan. Tahapan penelitian mencakup pengumpulan data, pengolahan
data dengan analisis statistik dan regresi data time series, serta
analisis hasil dari pengolahan data dan implikasi manajerial. Variabel
penelitian melibatkan profitabilitas sebagai variabel dependen menggunakan Return
on Asset (ROA), dan variabel independen seperti modal kerja days
of sales in outstanding (DSO), days of sales in inventory (DSI), days of payable
in outstanding (DPO), cash conversion cycle (CCC) dan variabel likuiditas yaitu
current ratio (CR) dan cash ratio (CAR) dengan variabel kontrol sales
growth.
Hipotesis penelitian mencakup hubungan
positif/negatif antara variabel-variabel tersebut. Metode pengolahan dan
analisis data mencakup analisis deskriptif, model time series dengan metode
yang diterapkan dalam penelitian ini didasarkan pada pendekatan yang dilakukan
dalam penelitian Simon et al. (2015). Pendekatan ini menggunakan model vector auto
regression (VAR) untuk menghubungkan hubungan sebab-akibat antara berbagai
variabel yang dipilih, atau model vector error correction model (VECM) yang
digunakan untuk menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara
variabel-variabel penelitian. Namun, sebelum menentukan model time series (VAR
atau VECM), beberapa uji statistik perlu dilakukan yaitu uji stationer, uji lag
optimal, uji stabilitas model VAR, dan uji kointegrasi. Untuk analisis hasil menggunakan
Impulse Response Function (IRF) dan Variance Decomposition (VD).
Objek penelitian
ini adalah PT XYZ memiliki sejarah panjang telah berdiri sejak tahun 1970an.
Bidang usaha dari perusahaan yaitu bidang perdagangan dan jasa konstruksi. Sumber
penelitian ini terdiri dari laporan keuangan 2016 – 2021 per bulan dengan sejumlah
72 jumlah data. Statistik deskriptif menyediakan informasi dasar mengenai
variabel data penelitian, Tujuan utama analisis statistik deskriptif untuk
memberikan gambaran mengenai variabel yang digunakan, seperti nilai minimum,
nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi pada masing-masing penelitian.
Tabel
1.
Analisis deskriptif variabel penelitian
Keterangan |
ROA |
DSO |
DSI |
DPO |
CCC |
CR |
CAR |
SG |
% |
hari |
hari |
hari |
hari |
% |
% |
% |
|
Mean |
(0,4) |
71 |
21 |
53 |
40 |
97,4 |
12,4 |
8,9 |
Median |
(0,2) |
67 |
21 |
51 |
38 |
103,2 |
11,5 |
3,5 |
Maximum |
9 |
128 |
39 |
100 |
102 |
124,3 |
45,4 |
135,7 |
Minimum |
(14,4) |
17 |
8 |
23 |
(20) |
57,6 |
1 |
(49,7) |
Std Deviasi |
2,1 |
25 |
7 |
14 |
22 |
20 |
8,2 |
35,8 |
Sumber:
Data diolah
Tabel diatas
menggambarkan variabel penelitian dalam rentang periode 2016-2021. Nilai ROA
memiliki rata-rata -0,4% dengan nilai minimum pada -14,4% dan maksimum sebesar
9,04% dengan rentang selama 5 tahun awal (2016-2021) mengindikasikan bahwa
perusahaan tidak efisien dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan
keuntungan.
Perusahaan
memiliki nilai days of sales in outstanding rata-rata selama 71 hari,
menandakan bahwa proses penagihan piutang hingga menjadi kas memerlukan waktu
yang relatif lama. Days of sales in inventory memiliki rata-rata 21
hari, mencerminkan waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengonversi
persediaan menjadi penjualan cukup singkat. Days of payable in outstanding,
dengan rata-rata 53 hari, menunjukkan kestabilan perusahaan dalam melunasi
pembayaran ke pemasok namun perusahaan membayar ke supplier lebih cepat
dibandingkan penerimaan uang dari pelanggan. Cash conversion cycle
perusahaan memiliki rata-rata 40 hari, mengindikasikan fluktuasi signifikan
dalam pembayaran dan penerimaan kas perusahaan. Current ratio rata-rata
sebesar 97,4%, di bawah 100%, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek cukup rendah. Cash ratio rata-rata sebesar 12,4%,
menunjukkan tingkat yang rendah dalam ketersediaan kas dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendek dengan kas. Tingkat pertumbuhan penjualan rata-rata
sekitar 8,9%, mencerminkan kinerja penjualan perusahaan dari masih cukup
positif.
Analisis Hasil Uji Model
Untuk menganalisis data time series
sebelum menggunakan model vector auto regreession atau vector error
correction model untuk menganlisis hubungan antar variabel maka dilakukan
beberapa uji antara lain sebagai berikut:
Tahapan yang dilakukan adalah uji
stasioner untuk menetukan apakah data stasioner pada tingkat level atau first
difference. Berdasarkan hasil uji stasioner dengan menggunakan uji augmented
dickey-fuller (ADF) maka dihasilkan sebagai berikut:
Tabel 2. Uji
stasioner
No |
Variabel |
Uji Stasioner |
|
Level |
First difference |
||
1 |
Return on Asset |
0.0000 |
0.0392 |
2 |
Days of Sales Outstanding |
0.2274 |
0.0000 |
3 |
Days of Sales in Inventory |
0.0005 |
0.0001 |
4 |
Days Payable Outstanding |
0.0005 |
0.0001 |
5 |
Cash Conversion Cycle |
0.0002 |
0.0001 |
6 |
Current Ratio |
0.4727 |
0.0000 |
7 |
Cash Ratio |
0.0018 |
0.0001 |
8 |
Sales Growth |
0.0000 |
0.0001 |
Sumber:
Data diolah
Dalam pengujian yang dilakukan semua model
sudah stasioner pada first difference dengan hasil pengujian seluruh nilai p
< 0,05.
Uji Lag Optimal dan Uji Stabilitas
Model VAR dikatakan stabil apabila nilai
modulus < 1 dan tidak stabil jika nilai modulus > 1. Jika nilai modulus
yang paling besar < 1 dan berada pada titk optimal, maka komposisi yang ada
sudah berada pada posisi optimal dan model VAR sudah stabil. Hasil uji lag
optimal dan uji stabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.
Uji lag optimal model 1
Lag |
LogL |
LR |
FPE |
AIC |
SC |
HQ |
0 |
(1.687,00) |
NA |
2.16e+13 |
50,567160 |
50.79750* |
50,65830 |
1 |
(1.599,44) |
154,2183 |
6.87e+12 |
49,415980 |
51,25870 |
50,14515 |
2 |
(1.521,15) |
121.5143* |
3.00e+12* |
48.54185* |
51,99696 |
49.90905* |
3 |
(1.473,98) |
633,6111 |
3.59e+12 |
48,596510 |
53,66401 |
50,60173 |
4 |
(1.428,99) |
510,3269 |
5.20e+12 |
48,716230 |
55,39612 |
51,35948 |
Tabel 4. Uji lag optimal model 2
Lag |
LogL |
LR |
FPE |
AIC |
SC |
HQ |
0 |
(1.234,81) |
NA |
8.14e+09 |
37,009350 |
37.17388* |
37,07446 |
1 |
(1.194,72) |
73,0060 |
5.20e+09 |
36,558800 |
37,54598 |
36,94943 |
2 |
(1.140,71) |
90.28599* |
2.21e+09* |
35.69282* |
37,50264 |
36.40897* |
3 |
(1.118,93) |
33,1553 |
2.52e+09 |
35,788980 |
38,42145 |
36,83066 |
4 |
(1.099,03) |
27,3227 |
3.12e+09 |
35,941280 |
39,39640 |
37,30848 |
Keterangan:
LR: sequential
modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final
prediction error
AIC: Akaike
information criterion
HQ: Hannan Quinn
information criterion
Dalam uji stabilitas dihasilkan seluruh
model nilai uji stabilititas < 1 yang berarti seluruh model stabil sehingga
lulus uji stabilitas.
Uji Kointegrasi
Setelah dilakukan uji lag optimal dan uji
stabilitas, selanjutnya dilakukan pengujian kointegrasi. Dari pengujian
dihasilkan sebagai berikut:
Tabel 5. Uji kointegrasi model – 1
Hypothesized |
Eigenvalue |
Trace Statistic |
0.05 |
Prob.** |
None * |
0.770486 |
304,7945 |
111,7805 |
0.0000 |
At most 1 * |
0.619726 |
204,7127 |
839,3712 |
0.0000 |
At most 2 * |
0.503030 |
138,9661 |
600,6141 |
0.0000 |
At most 3 * |
0.377511 |
914,1883 |
401,7493 |
0.0000 |
At most 4 * |
0.305980 |
591,8488 |
242,7596 |
0.0000 |
At most 5 * |
0.285482 |
343,4760 |
123,2090 |
0.0000 |
At most 6 * |
0.155462 |
114,8963 |
412,9906 |
0.0008 |
Tabel 6. Uji kointegrasi model – 2
Hypothesized |
Eigenvalue |
Trace Statistic |
0.05 |
Prob.** |
None * |
0.729539 |
206,7254 |
600,6141 |
0.0000 |
At most 1 * |
0.529766 |
117,8067 |
401,7493 |
0.0000 |
At most 2 * |
0.353048 |
664,9905 |
242,7596 |
0.0000 |
At most 3 * |
0.256819 |
368,8617 |
123,2090 |
0.0000 |
At most 4 * |
0.217787 |
167,0272 |
412,9906 |
0.0001 |
Berdasarkan hasil uji kointegrasi Johansen
pada tabel diatas, diketahui pada seluruh model dalam setiap barisnya rentang
nilai probabilitas adalah <0,05 yang berarti terdapat persamaan kointegrasi,
yang berarti memiliki keseimbangan jangka panjang. Dari hasil tersebut model
yang digunakan adalah vector error corection model (VECM).
Setelah di lakukan pengujian stasioner,
uji lag optimal, uji stabilitas dan uji kointegrasi maka model yang tepat dalam
penelitian ini yaitu VECM. Dari hasil pengujian menggunakan model tersebut maka
pengambilan keputusan berdasarkan uji t-statistik yaitu:
a.
Jika
nilai t-statistik < t-tabel, maka tidak berpengaruh signifikan
b.
Jika
nilai t-statistik > t-tabel, maka berpengaruh signifikan
Nilai t tabel dalam penelitian ini adalah
1,99394337. Dari model 1 output yang dihasilkan pada model VECM dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 5.
Output VECM model 1
|
Jangka Pendek |
Jangka Panjang |
||||||||||
|
Variabel |
t-stat |
D(ROA) |
Variabel |
t-stat |
D(ROA) |
||||||
|
CointEq1 |
[-3.72018] |
-0.792900 |
ROA(-1) |
1.000000 |
|||||||
|
D(ROA(-1)) |
[-2.67586] |
-0.460955 |
X1_DSO(-1) |
[ 3.47284] |
-0.060524* |
||||||
|
D(ROA(-2)) |
[-1.20735] |
-0.177055 |
X2_DSI(-1) |
[-1.16271] |
0.041612 |
||||||
|
D(X1_DSO(-1)) |
[ 2.04118] |
0.106851* |
X3_DPO(-1) |
[-2.40353] |
0.045234* |
||||||
|
D(X1_DSO(-2)) |
[ 0.43322] |
0.016860 |
X5_CR(-1) |
[ 0.67107] |
-0.007627 |
||||||
|
D(X2_DSI(-1)) |
[-1.79909] |
-0.090416 |
X6_CAR(-1) |
[-0.05017] |
0.002941 |
||||||
|
D(X2_DSI(-2)) |
[ 0.38459] |
0.022789 |
X7_SG(-1) |
[-2.84782] |
0.047444* |
||||||
|
D(X3_DPO(-1)) |
[-1.91494] |
-0.050342 |
|||||||||
|
D(X3_DPO(-2)) |
[-0.75565] |
-0.016367 |
|||||||||
|
D(X5_CR(-1)) |
[ 3.52098] |
0.182655* |
|||||||||
|
D(X5_CR(-2)) |
[-1.78297] |
-0.106068 |
|||||||||
|
D(X6_CAR(-1)) |
[ 1.93573] |
0.132399 |
|||||||||
|
D(X6_CAR(-2)) |
[ 1.58928] |
0.105966 |
|||||||||
|
D(X7_SG(-1)) |
[-3.61893] |
-0.034067* |
|||||||||
|
D(X7_SG(-2)) |
[-3.97388] |
-0.027652* |
|||||||||
*Signifikansi 5% |
|
|||||||||||
Model 1 dari VECM menunjukkan bahwa
pada pengujian jangka panjang, variabel DSO dan DPO memiliki pengaruh
signifikan terhadap ROA, dengan t-statistik melebihi nilai t-table. Namun,
variabel DSI, current ratio, dan cash ratio tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan. Pada pengujian jangka pendek, variabel DSO dan
current ratio terbukti berpengaruh terhadap ROA pada lag 1.
Gambar
1. Analisis Impluse Response Function
Pada model 1 analisis IRF pada variabel
manajemen modal kerja menunjukkan bahwa ROA merespon negatif terhadap guncangan
pada (DSO). ROA mencapai stabil pada periode 15. Hal ini menunjukan bahwa DSO
memiliki hubungan negatif terhadap ROA, yang berarti penurunan jumlah hari
penagihan akan berdampak terhadap peningkatan ROA. Kecepatan perusahaan dalam
menangani pelanggan untuk pembayaran akan memicu peningkatan aliran kas,
memberikan peluang bagi perusahaan untuk menginvestasikan kembali dana yang
tersedia. Hasil temuan ini sesuai dengan penelitian dari Silva (2017), Gill et al. (2010), Gull dan
Arshad (2013), dan Khan et al. (2018). Terhadap
guncangan pada days of sales in inventory (DSI), respon positif ditunjukan oleh
ROA, dimana ROA akan mencapai stabilitas pada periode 12. Hal ini menunjukkan
bahwa DSI memiliki hubungan positif terhadap ROA yang berarti peningkatan
jumlah hari persediaan dapat meningkatkan ROA. Situasi ini dapat terjadi ketika
perusahaan menyimpan persediaan lebih lama untuk mengantisipasi potensi
kenaikan harga barang. Temuan ini berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Deloof (2003) dan Silva (2017), yang menyatakan bahwa pengurangan
jumlah hari persediaan dapat berkontribusi pada peningkatan profitabilitas.
Selain itu terhadap variabel DPO, ROA menunjukkan respon positif dan mencapai
stabilitas pada periode 15. Hal ini menunjukkan bahwa DPO memiliki hubungan
positif terhadap ROA yang berarti peningkatan jumlah hari pembayaran ke
supplier dapat meningkatkan ROA. Keadaan ini memberikan peluang bagi perusahaan
untuk menunda pembayaran kepada pemasok, sehingga mengamankan sementara saldo
kas yang tersedia. Temuan ini berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Deloof (2003) dan Silva (2017), yang mengaitkan variabel utang
usaha dengan hubungan negatif terhadap profitabilitas. Namun, temuan ini
sejalan dengan penelitian oleh Ukaegbu (2014), yang mengindikasikan bahwa
penundaan pembayaran kepada kreditur dapat berpotensi meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
Analisis IRF pada variabel likuiditas,
terhadap ROA ditunjukkan respon yang berbeda yaitu respon positif terhadap
guncangan yang terjadi pada cash ratio, dan respon negatif pada current
ratio, dimana ROA akan mencapai stabilitas di periode 20 pada current ratio
dan di periode 12 pada cash ratio. Hal ini menunjukkan bahwa current
ratio memiliki hubungan negatif terhadap ROA yang berarti penurunan current
ratio dapat meningkatkan ROA. Temuan ini berbeda dengan penelitian dari
Samo dan Hadeeqa (2019), Ismail (2016), dan Madushanka dan Jathurika (2018). Sebaliknya respon cash ratio
memiliki hubungan positif sehingga peningkatan cash ratio dapat
memberikan pengaruh dalam peningkatan berbeda. Namun hasil dari estimasi VECM pada
tabel output menunjukkan variabel current ratio dan cash ratio
tidak berpengaruh signifikan.
Gambar 2. Variance Decomposition Model
1
Berdasarkan VD pada model 1 pada awal-awal
periode selain variabel ROA sendiri variabel current ratio memberikan
pengaruh dominan terhadap ROA, namun setelah periode berjalan, pengaruh current
ratio mulai berkurang dan variabel lain yang memberikan pengaruh lebih terhadap
ROA yaitu variabel DPO. Kontribusi variabel bervariasi setelah periode ke-30,
yaitu 16,9% DPO, 10,4% DSI, 7,6% cash ratio, 5,1% current ratio,
dan 3,7% DSO sedangkan 5,9% pada sales grorwth. Sehingga variabel
DPO memberikan pengaruh paling besar terhadap ROA dibandingkan dengan variabel
lain.
Tabel 6. Output VECM model 2
Jangka Pendek |
Jangka Panjang |
||||||||||
Variabel |
t-stat |
D(ROA) |
Variabel |
t-stat |
ROA |
||||||
CointEq1 |
[-2.79439] |
-0.072252 |
ROA(-1) |
1.000000 |
|||||||
D(ROA(-1)) |
[-6.60900] |
-0.851036 |
X4_CCC(-1) |
[ 3.86989] |
-0.638944* |
||||||
D(ROA(-2)) |
[-1.83893] |
-0.253889 |
X5_CR(-1) |
[-2.97989] |
0.265327* |
||||||
D(X4_CCC(-1)) |
[ 2.34220] |
0.060464* |
X6_CAR(-1) |
[ 3.44617] |
-1.940033* |
||||||
D(X4_CCC(-2)) |
[ 0.44463] |
0.009583 |
X7_SG(-1) |
[-6.02707] |
0.904273* |
||||||
D(X5_CR(-1)) |
[ 2.06232] |
0.101257* |
|||||||||
D(X5_CR(-2)) |
[-3.03841] |
-0.152036* |
|||||||||
D(X6_CAR(-1)) |
[ 2.80164] |
0.193868* |
|||||||||
D(X6_CAR(-2)) |
[ 1.42668] |
0.084553 |
|||||||||
D(X7_SG(-1)) |
[-2.89692] |
-0.048384 |
|||||||||
D(X7_SG(-2)) |
[-3.17260] |
-0.032928 |
|
|
|
||||||
*signifikansi 5% |
|
||||||||||
Model
2 dari VECM mengungkapkan pengaruh signifikan variabel CCC, current ratio,
dan cash ratio terhadap ROA dalam jangka pendek dan panjang.
Gambar
3. Impulse Response Function Model - 2
Pada model 2 analisis IRF pada variabel manajemen
modal kerja menunjukkan bahwa ROA merespon negatif terhadap guncangan pada CCC
dan mencapai stabil pada periode 12. Hal ini menunjukan bahwa CCC memiliki
hubungan negatif terhadap ROA, yang berarti penurunan CCC akan berdampak
terhadap peningkatan ROA. Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Silva (2017), Ukaegbu (2014), Mehmet et al. (2009), Quayyum (2011) yang menyatakan bahwa periode konversi kas yang lebih
singkat dapat menghasilkan kenaikan profitabilitas. Analisis IRF pada variabel
likuiditas, menunjukkan ROA merespon positif terhadap variabel current ratio
dan respon negatif terhadap cash ratio, dimana ROA, jika terjadi
guncangan pada kedua variabel tersebut akan sama-sama mencapai stabilitas pada
periode 12. Hal ini menandakan bahwa current ratio memiliki keterkaitan
terhadap ROA yang berarti peningkatan current ratio dapat meningkatkan
ROA. Sebaliknya bahwa cash ratio memiliki keterkaitan negatif terhadap
ROA yang berarti penurunan cash ratio dapat meningkatkan ROA.
Gambar
4. Impulse Response Function Model - 2
Berdasarkan VD
pada model 2 pada awal-awal periode variabel current ratio memberikan
pengaruh dominan terhadap ROA, namun setelah periode berjalan, pengaruh current
ratio berkurang namun masih memberikan pengaruh terhadap ROA. Kontribusi
variabel bervariasi setelah periode ke-30, yaitu 0,3% CCC, 0,5% current
ratio dan 2,1% cash ratio sedangkan 18,6% untuk sales growth
sehingga variabel cash ratio memberikan pengaruh paling besar terhadap
ROA.
Berdasarkan hasil output
dalam model vecm serta dalam analisis impulse response function dan
variance decomposition dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Pengaruh days
of sales outstanding terhadap profitabilitas
DSO memiliki
hubungan negatif dengan ROA. Artinya, semakin efisien perusahaan dalam
mengumpulkan piutang, semakin tinggi ROA-nya. Hal ini mencapai stabilitas pada
periode ke-15 setelah guncangan. Temuan ini sejalan dengan beberapa penelitian
yang menyatakan bahwa pengelolaan piutang yang baik meningkatkan aliran kas dan
kesempatan untuk meningkatkan transaksi penjualan ataupun investasi lainnya
yang dapat meningkatkan ROA.
Pengaruh days
of sales in inventory terhadap profitabilitas
DSI menunjukkan
hubungan positif dengan ROA, dengan stabilisasi di periode ke-12. Ini berarti,
dalam kasus tertentu, menyimpan inventori lebih lama dapat menguntungkan jika adanya
proyeksi kenaikan harga untuk mengantisipasi permintaan. Temuan ini
bertentangan dengan beberapa studi yang menyebutkan bahwa manajemen persediaan
yang efisien dengan mengurangi hari persediaan dapat meningkatkan ROA. Namun
variabel ini tidak berpengaruh signifikan.
Pengaruh days
of payable outstanding terhadap profitabilitas
DPO juga
menunjukkan hubungan positif dengan ROA, mencapai stabilitas di periode ke-15.
Kondisi ini memberikan informasi bahwa menunda pembayaran ke pemasok akan mempertahankan
ketersediaan saldo kas sehingga dapat meningkatkan ROA. Ini berbeda dari
beberapa studi yang mengaitkan manajemen hutang dengan dampak negatif terhadap
ROA tetapi sesuai dengan studi lainnya yang menyatakan bahwa penundaan
pembayaran juga dapat meningkatkan profitabilitas.
Pengaruh cash
conversion cycle terhadap profitabilitas
ROA menunjukkan
respons negatif terhadap perubahan pada CCC, dengan stabilisasi respon di
periode ke-12. Respon positif ini menunjukkan bahwa pengurangan dalam CCC yakni
periode konversi kas yang lebih singkat dapat meningkatkan ROA. Keefektifan
manajemen modal kerja tercermin melalui CCC yang lebih singkat, yang pada akhirnya
meningkatkan profitabilitas. Ini terjadi karena pengurangan dalam CCC yang berarti
perusahaan lebih cepat mengubah penjualan dan piutangnya menjadi kas, yang
dapat digunakan untuk peningkatan transaksi penjualan ataupun investasi lainnya.
Pengaruh cash
ratio dan current ratio terhadap
profitabilitas
Pada hasil yang
dihasilkan dalam model 2 kedua variabel mempunyai pengaruh signifikan namun
memiliki respon yang berbeda. ROA meningkat ketika current ratio
meningkat dan menurun ketika cash ratio meningkat, dengan titik
stabilisasi pada periode yang sama yaitu periode ke-12. Respon positif terhadap
current ratio menunjukkan bahwa tingkat likuiditas yang lebih
tinggi, yang ditunjukkan oleh posisi aset lancar lebih besar dibandingkan
kewajiban lancar mempengaruhi persepsi keamanan dan likuiditas perusahaan
sehingga mendorong peningkatan penjualan dan aktivitas bisnis lainnya yang pada
akhirnya meningkatkan ROA. Sebaliknya, respon negatif terhadap cash ratio
menandakan bahwa memegang terlalu banyak kas atau setara kas tidak efisien. Hal
Ini berarti bahwa dana yang dipegang dalam bentuk tunai dapat digunakan dalam
investasi/ bisnis yang produktif yang dapat menghasilkan pendapatan ataupun
keuntungan.
Untuk variabel days
of sales in outstanding, dengan hasil korelasi negatif dengan ROA maka manajemen
perusahaan memerlukan sistem pengelolaan piutang yang lebih agresif dan efektif,
dimana unit penagihan dan piutang mengutamakan peningkatan kecepatan konversi
piutang menjadi kas, yang akan mengalirkan lebih banyak sumber daya kas dan
setara kasnya untuk investasi sehingga meningkatkan profitabilitas. Untuk
variabel days sales in inventory, terungkap bahwa ada hubungan positif
dengan ROA, yang sedikit kontraintuitif jika dibandingkan dengan literatur yang
ada. Ini mengisyaratkan bahwa dalam kondisi tertentu, menahan persediaan lebih
lama dapat membawa keuntungan, perusahaan perlu mempertimbangkan dalam skala
konteks pasar dan siklus bisnis yang lebih luas, namun variabel ini tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Selanjutnya, days of payable
outstanding dengan hasil korelasi positif dengan ROA, hal ini menunjukkan
bahwa manajemen perusahaan perlu membuat proyeksi dalam pembayaran dengan mengoptimalkan
likuiditas yang tersedia seperti melakukan penundaan pembayaran ke supplier
sampai batas waktu yang tertentu sesuai dengan kontrak, dengan syarat tidak
mengganggu hubungan bisnis dengan supplier tersebut.
Adapun siklus
konversi kas dari hasil penelitian memberikan rekomendasi bahwa proses yang
lebih efisien dalam mengelola cash
conversion cycle dari pembelian produk hingga pembayaran dapat meningkatkan
profitabilitas. Manajemen perusahaan dapat memfokuskan pada pengurangan waktu mendapatkan
dana dan peningkatannya untuk mencapai efisiensi.
Dalam hal rasio
likuiditas, ada sebuah perbedaan antara cash ratio yang memiliki
hubungan negatif dengan ROA, sementara current ratio berbanding
terbalik. Hal ini berdampak bahwa current ratio yang tinggi mampu
mendukung peningkatan profitabilitas, namun cash ratio yang berlebihan
juga dapat merugikan perusahaan. Manajemen perusahaan perlu mengatur likuiditas
yang lebih dinamis, di mana kas harus diinvestasikan dengan tepat sasaran dan
tidak hanya disimpan dalam bentuk kas yang tidak produktif.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian pada PT XYZ selama
periode 2016-2021, mengungkapkan hasil penelitian yang menunjukkan hubungan
kompleks antara variabel manajemen modal kerja dan likuiditas dengan Return
on Assets (ROA), dengan days of payable in outstanding dan current
ratio berhubungan positif dan signifikan terhadap ROA, sementara days of
sales outstanding, cash ratio dan cash conversion cycle berhubungan
negatif dan signifikan terhadap ROA. Variabel days of sales in inventory tidak
berdampak terhadap ROA. Perusahaan dapat menentukan kebijakan dalam operasional
yang terkait manajemen modal kerja khususnya perhatian pada aktivitas yang
terkait days of payable outstanding. Penerapkan kebijakan standar untuk
penentuan term of payment dalam kontrak pembelian dengan supplier untuk
memperpanjang waktu pembayaran kepada supplier, tampaknya mampu memberikan
peningkatan profitabilitas.
Afrifa, G. A., & Tingbani, I. (2018). Working
capital management, cash flow and SMEs’ performance. International Journal
of Banking, Accounting and Finance, 9(1), 19–43.
Amponsah-Kwatiah, K., & Asiamah, M. (2020). Working
capital management and profitability of listed manufacturing firms in Ghana. International
Journal of Productivity and Performance Management.
https://doi.org/10.1108/IJPPM-02-2020-0043
Deloof, M. (2003). Does working capital management affect
profitability of Belgian firms? Journal of Business Finance and Accounting,
30(3–4), 573–588. https://doi.org/10.1111/1468-5957.00008
Eda, O., & Mehmet, S. (2009). Relationship between
efficiency level of working capital management and return on total assets in
ISE. International Journal of Business and Management, 4(10),
109–114.
Fadun, O. S., & Oye, D. (2020). Impacts of operational
risk management on financial performance: a case of commercial banks in
Nigeria. International Journal of Finance & Banking Studies, 9(1),
22–35.
Gill, J. J., & Hyman, P. (2010). Phage choice, isolation,
and preparation for phage therapy. Current Pharmaceutical Biotechnology,
11(1), 2–14.
Gull, A. A., & Arshad, M. (2013). Influence of working
capital management and liquidity on financial soundness of firms listed at
Karachi stock exchange. IOSR Journal of Busibess and Management, 11(2),
52–57.
Ismail, R. (2016). Impact of liquidity management on
profitability of Pakistani firms: A case of KSE-100 Index. International
Journal of Innovation and Applied Studies, 14(2), 304.
Khan, M. A. I., Biswas, B., Smith, E., Naidu, R., &
Megharaj, M. (2018). Toxicity assessment of fresh and weathered petroleum
hydrocarbons in contaminated soil-a review. Chemosphere, 212,
755–767.
Lazaridis, I., & Tryfonidis, D. (2006). Relationship
between working capital management and profitability of listed companies in the
Athens stock exchange. Journal of Financial Management and Analysis, 19(1).
Madushanka, K. H. I., & Jathurika, M. (2018). The impact
of liquidity ratios on profitability. International Research Journal of
Advanced Engineering and Science, 3(4), 157–161.
Quayyum, S. T. (2011). Effects of working capital management
and liquidity: Evidence from the cement industry of Bangladesh. Journal of
Business and Technology (Dhaka), 6(1), 37–47.
Samo, A. H., & Murad, H. (2019). Impact of liquidity and
financial leverage on firm’s profitability–an empirical analysis of the textile
industry of Pakistan. Research Journal of Textile and Apparel, 23(4),
291–305.
Silva, M. F. C. (2017). Working capital management,
performance and financial constraints: the case of German firms.
Universidade do Minho (Portugal).
Simon, Z. Z., Achsani, N. A., Manurung, A. H., & Sembel,
R. (2015). The determinants of rental rates and selling prices of office spaces
in Jakarta, a macroeconometric model using VECM approach. International
Journal of Economics and Finance, 7(3), 165–178.
Ukaegbu, B. (2014). The significance of working capital
management in determining firm profitability: Evidence from developing
economies in Africa. Research in International Business and Finance, 31,
1–16.
Vikash, V., Meenakshi Virmani, M. V., Malik, R. K., &
Pardeep Singh, P. S. (2014). Impact of CIDR in combination with different
hormones for treatment of anestrus in buffaloes under field conditions in
Haryana.
Yofa, R. D., & Erwidodo, E. S. (2020). Dampak Pandemi
Covid-19 Terhadap Ekspor Dan Impor Komoditas Pertanian. Dampak Pandemi
Covid-19: Perspektif Adaptasi Dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian.
Copyright
holder: Dedy
Sanjaya, Trias Andati, Noer Azam Achsani (2024) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |